• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Zat Aktif Betametason Valerat pada Produk Ruahan Krim Betametason 0,1% menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan Kadar Zat Aktif Betametason Valerat pada Produk Ruahan Krim Betametason 0,1% menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Betametason

Menurut Neal (2006), Betametason berada di dalam tubuh manusia, dimana korteks adrenal melepaskan beberapa hormon steroid ke dalam sirkulasi. Hormon tersebut dibagi berdasarkan kerjanya menjadi dua kelas yaitu:

a) Mineralokortikoid, terutama aldosteron pada manusia, mempunyai aktivitas menahan garam dan disintesis dalam sel-sel zona glomerulosa. Termasuk hormon dari mineralokortikoid adalah aldosteron dan fludrokortison.

b) Glukokortikoid, terutama kortisol (hidrokotison) pada manusia, mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan protein, tetapi juga mempunyai aktivitas mineralokortikoid yang bermakna. Hormon ini disintesis dalam sel-sel zona fasikulata dan zona retikularis. Termasuk hormon pada glukokortikoid adalah hidrokortison (kortisol) sedangkan hormon yang disintesis yaitu prednisolon, betametason, dan deksametason. Secara topikal betametason tidak terlalu aktif, tetapi dengan mengikat 5 rantai atom karbon valerat pada posisi hidroksil-17 menghasilkan suatu senyawa yang 300 kali lebih aktif dibandingkan dengan hidrokortison untuk pemakaian topikal (Katzung, 2004).

(2)

(prugio). Tidak jarang gangguan ekzem segera kambuh lagi, terutama bila digunakan fluorkortikoida dengan khasiat kuat (Tjay dan Rahadja, 2007).

2.1.1 Sifat Fisika dan Kimia

Betametason adalah stereoisomer dari deksametason, dimana gugus-metil pada C16 berada pada posisi-beta. Struktur betametason valerat dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Struktur betametason valerat

Rumus Molekul : C22H37FO6 Berat Molekul : 476,58

Nama Kimia : 9-Fluoro-11β,17,21-trihidroksi-16β-metilpregna-1,4 diena- 3,20-dion 17-valerat.

Pemerian : Serbuk, putih sampai praktis putih, tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 190o disertai penguraian.

(3)

2.1.2 Farmakologi Betametason Mekanisme kerja :

Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel hanya bereaksi di jaringan target hormon ini dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi asam ribonukleat (ribonucleic acid, RNA) dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini yang menghasilkan efek fisiologi steroid (Suherman dan Ascobat, 2007).

Farmakokinetik : Betametason secara topikal dapat diabsorpsi melalui kulit. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek sistemik, antara lain mempunyai kemampuan untuk supresi (menekan) korteks adrenal (Suherman dan Ascobat, 2007).

Indikasi : alergi dan peradangan lokal

Kontraindikasi : Infeksi bakteri, fungi, dan penyakit kulit yang disebabkan oleh virus. Selain itu, penderita acne rosacea, dan perioral dermatitis (Sartono, 1996)

Efek samping : Atropi lokal, gatal-gatal, hipopigmentasi, perioral dan alergi dermatitis, serta infeksi sekunder (Sartono, 1996). 2.2 Krim

(4)

secara tradisisonal telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batas tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Ditjen POM, 2014).

Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut: a) Stabil selama masih dipakai untuk pengobatan, krim harus bebas dari

inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada di dalam suhu kamar.

b) Lunak, semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak serta homogen.

c) Mudah dipakai, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.

d) Terdistribusi secara merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Widodo, 2013).

2.2.1 Penggolongan Krim

(5)

Untuk penstabilan krim ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah nipagin 0,12% - 0,18%, nipasol 0,02% - 0,05% (Anief, 2000).

2.3 Uji Kualitatif dan Kuantitatif Betametason 2.3.1 Uji Kualitatif Betametason

a) Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis

Menurut Farmakope Indonesia edisi V (2010), uji kualitatif betametason menggunakan metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan ditotolkan masing-masing 10 µL larutan etanol mutlak yang mengandung (1) zat uji 0,5 mg per mL dan (2) Betametason BPFI 0,5 mg per mL pada jarak yang sama, 2,5 cm dari tepi lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 mm. masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak campuran kloroform-dietilamina (2:1) dan dibiarkan fase gerak merambat hingga lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap, semprot lempeng dengan larutan asam sulfat (1 dalam 2) dan panaskan di atas lempeng pemanas atau di bawah lampu hingga bercak tampak.

b) Identifikasi dengan reaksi Porter-Silber

(6)

2.3.2 Uji Kuantitatif Betametason

Uji kuantitatif betametason dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Pemeriksaan betametason valerat secara kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, menggunakan fase diam: kolom 4 mm x 30 cm bahan pengisi L1, fase gerak: asetonitril - air (3:2), dan pelarut: asam asetat glacial - metanol (1:1000) (Ditjen POM, 1995).

2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Metode ini dikenal sebagai kromatografi cair kinerja tinggi (Ditjen POM, 1995).

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan (Rohman, 2009).

(7)

senyawa organik makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obat / bahan obat campuran rasemis optis aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral (chirale Trenphasen) yang mampu menentukan rasemis dan isomer aktif (Putra, 2004).

Kromatografi cair kinerja tinggi (High Performance Liquid Chromatography, HPLC) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, kromatografi cair kinerja tinggi merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat, baik dalam produk ruahan atau dalam sediaan farmasetik, serta obat dalam cairan biologis (Rohman, 2009).

2.4.1 Keuntungan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi mempunyai banyak keuntungan jika dibandingan dengan kromatografi cair (KC) tradisional yaitu: cepat, daya pisahnya baik, peka, detektor unik, kolom dapat dipakai kembali, ideal untuk molekul besar dan ion dan mudah memperoleh kembali cuplikan (Johnson dan Robert, 1991).

2.4.2 Kerugian Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kerugian dari kromatografi cair kinerja tinggi adalah mahal, sampel yang digunakan hanya sedikit dan perlu tenaga ahli untuk mengoperasikannya.

2.4.3 Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(8)

Gambar 2.2 Komponen kromatografi cair kinerja tinggi 1. Wadah Fase Gerak pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan penghilangan gas (degassing) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis (Rohman, 2009). 2. Fase Gerak

(9)

3. Pompa

Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 Psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reproduksibel, konstan, dan bebas dari gangguan (Gandjar dan Rohman, 2007). 4. Injektor

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal (Gandjar dan Rohman, 2007).

5. Kolom

Kolom merupakan bagian kromatografi cair kinerja tinggi yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solute / analit. Ada dua jenis kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom mikrobor mempunyai tiga keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional.

a) Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100 µL/menit).

(10)

c) Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih peka, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis ( Gandjar dan Rohman, 2007).

6. Fase diam

Kebanyakan fase diam pada kromatografi cair kinerja tinggi berupa silica yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzene. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH) (Gandjar dan Rohman, 2007).

Oktadesil silika (C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solute yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi (Rohman, 2009).

7. Detektor

Detektor diperlukan untuk mengindera adanya komponen cuplikan di dalam efluen kolom dan mengukur jumlahnya. Detektor yang baik sangat peka, tidak banyak berderau, rentang tanggapan liniernya lebar, dan menanggapi semua jenis senyawa (Johnson dan Robert, 1991).

(11)

Gambar

gambar dibawah ini:
Gambar 2.2 Komponen kromatografi cair kinerja tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm atau bila digunakan detektor yang didapat diatur panjang gelombangnya, pengukuran dapat dilakukan pada

Penetapan kadar betametason valerat dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi sesuai dengan prosedur dan alat UV detektor merk Waters 2489 dan

Rumus yang dipakai untuk penetapan kadar Betametason Valerat pada sediaan Betametason Krim 0,1% secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) berdasarkan prosedur tetap yang

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi.. Medan: Fakultas

Dari hasil penelitian betametason valeratpada sediaan krim secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), diperoleh kadar betametason valerat sebesar 101,77% pada nomor

Dari hasil penelitian betametason valeratpada sediaan krim secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), diperoleh kadar betametason valerat sebesar 101,77% pada nomor

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga

Pemisahan analit dalam kolom kromatografi terjadi didasarkan pada aliran fase gerak yang membawa campuran analit melalui fase diam dan perbedaan interaksi analit dengan permukaan