• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menjalankan peran sosial, ia mulai menjalankan yang namanya sakit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mampu menjalankan peran sosial, ia mulai menjalankan yang namanya sakit."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tidak ada orang yang tidak mau sehat, bila anda tidak sehat, anda banyak kehilangan, kehilangan pikiran, juga kehilangan segalanya. Sehat tidak hanya berarti detak jantung yang teratur dan pembuangan yang lancar. Sehat mencakup sikap yang positif, kreatif, harapan, pengakuan diri, rela bekerja dan mampu menghargai orang lain.

Akan tetapi tidak selamanya manusia mendapati keadaan yang sehat selalu. Disadari atau tidak, sejak seseorang merasa dirinya secara fisik, mental, sosial, tidak mampu menjalankan peran sosial, ia mulai menjalankan yang namanya sakit. Dikalangan biomedis, seseorang yang fisik atau mentalnya sakit berarti ia menderita penyakit (disease). Dikalangan sosiolog, seseorang yang berprilaku menyimpang dari perilaku yang biasa dijalankan dikatakan berada dalam keadaan sakit (illness). Dalam peran sakit itu ia menunjukkan perilaku khas, sesuai dengan ajaran yang diperolehnya maupun kebiasaan sosial budaya dan lingkungan hidupnya. Ia akan mengobatkan diri kepada pengobat, mengobati sendiri atau berprilaku sakit demi keuntungan tertentu, misalnya untuk mencari belas kasihan orang lain atas kegagalan yang dilakukan dalam tugasnya. Kalau ia memutuskan untuk berobat ke dokter, dukun atau pengobat lain, ia menerima peran pasien bukan lagi peran sakit, dan menjalankan peran ketergantungan kepada pengobatnya (Lumenta, 1989:12).

(2)

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosisitem manusia dan adat kebiasaan manusia dan kebudayaan.

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi.

Perilaku sehat diperlihatkan individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit. Maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subjektif sifatnya. Orang yang sakit tersebut akan mencari konfirmasi mengenai gejala sakitnya pada keluarga dan kerabatnya, yaitu bahwa mereka benar-benar memahami keadaannnya.

(3)

Kemudian akan meminta nasihat dan kepastian mereka bahwa mereka akan menerima keadaannya dan membantunya menerima peran sakit dan menanggalkan banyak fungsi sosial atau pekerjaannya sehari-hari. Yang terakhir ini seakan-akan merupakan suatu pengumuman berlakunya gangguan terhadap peran sosialnya, agar semua orang yang berinteraksi dengannya mengetahui keadaannya.

Orang yang sakit tidak hanya mencari konfirmasi mengenai penyakitnya dan mengumumkan dirinya sakit. Akan tetapi seseorang yang sakit akan memutuskan untuk mencari pertolongan pengobatan dan secara nyata dicapai pihak yang akan memberikan pertolongan pengobatan, yaitu dokter, klinik, rumah sakit ataupun pengobatan sendiri. Individu yang sakit akan mencari penetapan diagnosis secara medis dan suatu rencana pengobatan “ilmiah”sebagai pengganti nasihat awam yang diperolehnya dalam diskusi fase sebelumnya.

Semua reaksi terhadap keadaan sakit ini, tergantung pada berbagai faktor, seperti pendidikan, faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor komunikasi dan lain-lain. Seseorang yang kurang berpendidikan mungkin karena ketidaktahuannya akan memilih tidak berobat selama ia masih dapat menahan sakitnya. Seseorang dengan kebudayaan tertentu mungkin berobat ke pengobat tradisional tertentu. Seseorang yang bertempat tinggal di daerah terpencil dan transportasi sangat sulit, mungkin memilih mengobati dirinya sendiri. Berbagai kemungkinan lain akan memberikan reaksi yang berlainan terhadap keadaan sakit seseorang.

Menurut DR James R. Marzof dalam tahun 2002 dalam tulisannya “Peluang Untuk Reformasi Analisis Mengenai Hambatan Dan Kendala Dalam Pertumbuhan Sektor Kesehatan” bagi kita di Indonesia, banyak berbagai kalangan lebih memilih pengobatan dengan menggunakan pelayanan kesehatan, akan tetapi sistem pelayanan kesehatan di Indonesia tidak cukup memadai untuk memenui kebutuhan penduduk Indonesia. Indikator kesehatan Indonesia lebih rendah dibandingkan indikator

(4)

kesehatan negara-negara ASEAN lainnya, dan sumberdaya kesehatan pemerintah tidak memadai. Pertumbuhan pelayanan kesehatan tidak dapat mengikuti pertumbuhan penduduk atau perubahan demografis selama dasawarsa terakhir. Aset pelayanan kesehatan Indonesia pada saat ini relatif lebih rendah

Rendahnya kapabilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dibarengi dengan meningkatnya biaya kesehatan di Indonesia. Dengan adanya biaya kesehatan di Indonesia yang cenderung meningkat akan mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga tingkat kesehatan di Indonesia menjadi rendah. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara tingkat kesehatan penduduk Indonesia masih relatif rendah. Angka kematian ibu masih 390 per 100.000 kelahiran hidup, sementara di Philiphina 170, Vietnam 160, Thailand 44 dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah ataupun masyarakat untuk kesehatan dan besarnya cakupan asuransi kesehatan. Kontribusi pemerintah untuk biaya kesehatan hanya sebesar 26,1 persen. Sedangkan kontribusi dari swasta mencapai 74,9 persen yang sebagian besar dikeluarkan langsung dari saku masyarakat (direct payment out of pocket) pada waktu mereka jatuh sakit, hanya sedikit biaya kesehatan yang dikeluarkan dengan menggunakan mekanisme asuransi atau perusahaan (16-19%).

(5)

Tabel. 1.1 Perbandingan Beberapa Indikator Kesehatan Antara Beberapa Negara. Negara MMR GNP/Kapita (US$) Biaya Kesehatan/Kapita (US$) Urutan Biaya Kesehatan Cakupan Asuransi Malaysia 39 3400 110 93 Thailand 44 1960 133 64 Srilangka 60 820 25 138 Vietnam 160 370 17 182 Philipine 170 1020 40 124 Myanmar 230 220 100 136 Indonesia 390 580 18 154

(Sumber Departemen Kesehatan, 2000 )

Sistem Pelayanan Kesehatan dapat diidentifikasi dalam berbagai komponen yaitu: Pemerintah, masyarakat, pihak ketiga yang menjadi sumber pembiayaan miasalnya PT.Askes, Perusahaan Asuransi, Penyedia Pelayanan, termasuk industri obat dan tempat-tempat pendidikan tenaga kesehatan serta bantuan luar negeri.

Peran pemerintah sebagai pelaksana di sektor rumah sakit dilakukan oleh rumah sakit pemerintah pusat dan pemerintah daerah, di sektor rumah sakit Indonesia, jumlah rumah sakit milik pemerintah sejak tahun 1995 berkurang sedikit, sedangkan di sektor swasta mulai antara tahun 1995-2000 terdapat penambahan sekitar 73 rumah sakit swasta baru. Dengan adanya pertumbuhan ini maka diperkirakan mengalami kenaikan 15 % dan krisis ekonomi yang terjadi tidak mempengaruhi peningkatan jumlah rumah sakit swasta. Seperti yang ditulis Nani Iriyanti, SKM, AAK tabel di bawah ini

(6)

Tabel 1.2.Pertumbuhan Kepemilikan Rumah Sakit Di Indonesia. Pemerintah Swasta Tahun Pemilik RS Jumlah RS Jumlah TT Pemilik RS Jumlah RS Jumlah TT 1995 598 477 79.443 599 491 38.863 1997 602 511 80.490 595 550 41.506 1998 607 556 80.629 601 578 44.837 2000 615 585 80.667 615 580 48.204

(Sumber : Departemen Kesehatan 2000 )

Akan tetapi kecenderungan orang Indonesia berobat ke luar negeri semakin meningkat. Setiap tahun sekitar 5.000 pasien berobat ke luar negeri dan devisa yang dikeluarkan mencapai 400 juta dolar atau 3,6 triliun. Umumnya pasien yang berobat ke Malaysia berasal dari Medan, Aceh dan Riau.

Sudah diketahui, warga Sumut menjadikan Penang sebagai tempat berobat favorit. Tidak heran jika dalam lima hari penerbangan Medan-Penang selalu penuh. Singapura yang selama ini menjadi pilihan berobat perlahan mulai ditinggalkan. Kecuali penyakit yang susah sembuh dan sebahagian kecil orang kaya di Sumut masih berobat ke Singapura.

Masyarakat Sumut ternyata sudah tidak asing lagi dengan Rumah Sakit di Penang. Setiap tahun sedikitnya 250.000 orang berobat ke Penang. Kalau di total dengan warga yang melakukan cek kesehatan, jumlahnya bisa membengkak menjadi dua kali lipat.

Ada banyak data menyebutkan tingginya migrasi pasien Indonesia ke Rumah Sakit luar negeri. Yang salah satunya adalah Negara jiran kita, Malaysia yaitu di kota

Penang. menyebutkan

(7)

masyarakat Indonesia berobat ke Penang, dan 80% diantaranya adalah masyarakat Medan dan Sumut serta sebagian kecil NAD ( Nanggore Aceh Darussalam)”.

Tingginya migrasi pasien ke luar ke luar negeri menjadi suatu fenomena bagi bangsa Indonesia sendiri, dan jika ini berlanjut maka tidak menutup kemungkinan Indonesia hanya menjadi konsumer di Era Globalisasi ini. Pada data yang saya kutip

yang berobat ke luar negeri (Penang / Malaysia dan Singapura. Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di bawah ini

Tabel 1.3.Untuk Rumah Sakit Di Penang, Malaysia.

Tahun Rumah Sakit Jumlah

Pasien/Tahun Jumlah Pasien/Hari 2003 Lam Wah Ee 12.000 32 Adventist 14.000 38 2004 Lam Wah Ee 22.000 62 Adventist 24.000 68

Lebih lanjut diperkirakan bahwa rata-rata 1000 orang warga kota Medan berobat ke Penang setiap bulannya dan dilaporkan bahwa setiap tahunnya kedua negara ini mendapat devisa 400 juta dollar AS dari warga kota Medan yang Berobat. Hal ini dikarenakan kurang siapnya Propinsi Sumatera Utara menghadapi era globalisasi khususnya di bidang sektor kesehatan dan tingginya kesadaran masyarakat terhadap mutu kesehatan serta krisis kepercayaan karena adanya isu

malpraktek.

(8)

Padahal dalam situs bahwa pemerintah sudah mengeluarkan dana Askeskin Rp 7,8 triliun sejak tahun 2005 hingga 2007 yakni Rp1,9 triliun pada tahun 2005, Rp 2,5 triliun pada 2006 dan Rp 3,4 triliun pada 2007. Untuk 2008, pemerintah mengangarkan Rp 4,8 triliun untuk Askeskin. Di harapakan dengan ini pemerintah dapat menampung banyaknya masyarakat yang butuh pelayanan kesehatan karena dibarengi tingkat pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap tahunnya. Maka pemerintah berharap hal ini merupakan langkah awal untuk membenahi mekanisme pelayanan .

Jika kita perhatikan managemen pelayanan kesehatan di tanah air masih jauh dari optimal dan efesien, bahkan cenderung birokratis, konvensional (kuno), Pelayanan kesehatan di tanah air masih belum berfokus pada sistem pelayanan yang bersifat consumer oriented. Tidak seperti Penang dan Rumah Sakit luar negeri lainnya justru lebih fokus kepada pada sistem pelayanan yang bersifat Consumer Orineted, hal ini dilakukan untuk menarik para pasien dari luar negeri, karena untuk mendapatkan pasien dari dalam negeri sangat susah dan kurang menguntungkan akibat adanya asuransi kesehatan yang diberikan pemerintah setempat kepada masyarakat.

Oleh karena pada rumah sakit di Indonesia permasalahan yang sering terlihat adalah :

• Peralatan terbatas  Birokratif

 Pelayanan kurang

(9)

Selain poin – poin di atas, anggaran kesehatan yang diberikan oleh pemerintah juga berperan dalam menunjang tingginya biaya pengobatan medis. Pada periode tahun 1999-2005 anggaran kesehatan hanya 1 % - 3 % dari APBN, sedangkan pada tahun 2006 hanya 2,9 % atau sekitar Rp 10,8 triliun (www.antikorupsi .org/docs/anggaran militer danang.pdf

Akan tetapi setelah peneliti berusaha mewawancarai pasien yang pernah berobat ke Penang, peneliti mengetahui bahwa, alasan untuk berobat ke luar negeri bukan hanya seperti tercakup pada poin-poin di atas, akan tetapi sifatnya lebih kompleks dan secara sosiologis hal ini sangatlah menarik untuk diteliti.

). Keterbatasan anggaran ini membuat pelayanan kesehatan semakin mahal, sehingga pada akhirnya masyarakat harus menanggung sepenuhnya pengeluaran kesehatan sebab pada saat yang sama masyarakat juga masih dikenakan berbagai macam pajak yang tanpa mereka sadari.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif terhadap masalah tersebut. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi masyarakat (pasien) kota Medan berobat ke luar negeri secara sosiologis”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini disamping sebagai persyaratan akademis, juga diharapkan akan bertujuan:

(10)

Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat (pasien) kota Medan berobat ke luar negeri secara sosiologis

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1.4.1. Manfaat teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap pengambil kebijakan khususnya pemerintah atau instansi terkait yang menangani bidang sosial (kesehatan), dengan melihat apa keinginan masyarakat terhadap Rumah Sakit itu sendiri serta subsisstem di dalamnya, karena pada dasarnya kemajuan dan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor kesehatan masyarakatnya sendiri.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan dan dapat membantu peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lanjutan.

1.5. Defenisi Konsep

Konsep adalah unsur penting dalam suatu penelitian. Konsep merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti dalam memnggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami. Menurut R. K. Merton konsep adalah defenisi dari apa yang perlu diamati. Konsep merupakan variabel-variabel mana kita menetukan adanya hubungan empiris. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

(11)

kerangka konseptual adalah rangkaian pengertian logis, yang dipakai untuk menentukan jalan pemikiran dalam penelitian guna memperoleh permasalahan yang tepat.

Adapun konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah:

1. Masyarakat, yaitu organisasi hidup (kumpulan manusia) dimana mengalami perubahan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda-beda tetapi saling mendukung (Spencer, 436-506 : 1985), yang dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Medan

2. Berobat, yaitu suatu tindakan yang dilakukan individu dengan pertimbangan rasional, yang bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang diderita oleh individu tersebut. Dan dalam penelitian ini yang dimaksud berobat adalah dengan memakai pengobatan moderen berupa obat-obatan dari pabrik ( bukan ramuan tradisional)

3. Faktor yaitu hal yang ikut menyebabkan terjadinya sesuatu. Yang dalam penelitian ini adalah alasan-alasan yang menyebabkan masyarakat memilih berobat ke luar negeri.

4. Pengaruh yaitu daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda ) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan atau perilaku seseorang .

5. Rumah Sakit adalah tempat bagi orang-orang yang sakit untuk berobat, sedangkan dokter dan perawat menyebutkan sebagai lahan untuk mencari nafkah hidup. Rumah sakit di Indonesia dapat dikemukakan seperti berikut :

 Rumah Sakit Swasta adalah rumah sakit yang didirikan oleh pihak swasta, yaitu non Pemerintahan yaitu beberapa orang yang sepakat

(12)

untuk mendirikan suatu badan hukum atau perusahaan hukum, dan badan hukum ini melakukan kegiatan dalam bidang pendirian dan menjalankan rumah sakit.

 Rumah Sakit Pemerintah adalah rumah sakit yang biaya pengelolaannya tersebut didanai oleh Pemerintahan, yaitu dengan cara mengganggarkannya dalam APBN, APBD, dan lain-lainnya. Karena dana pengelolaan rumah sakit ini berasal dari pemerintah maka segala pendapatan yang diperoleh oleh rumah sakit tersebut juga harus distorkan ke Kas Negara. (Dr.H.Dalmy Iskandar, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, Dan Pasien, 1998:6-8).

 Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan meliputi : Dokter, Apoteker, Perawat, dan Bidan.

Gambar

Tabel 1.2.Pertumbuhan Kepemilikan Rumah Sakit Di Indonesia.  Pemerintah  Swasta  Tahun  Pemilik  RS  Jumlah RS  Jumlah TT  Pemilik RS  Jumlah RS  Jumlah TT  1995  598  477  79.443  599  491  38.863  1997  602  511  80.490  595  550  41.506  1998  607  556
Tabel 1.3.Untuk Rumah Sakit Di Penang,  Malaysia.

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah pada Kementerian Negara/ Lembaga dan Peraturan Menteri Agama Nomor 67 Tahun 2015 tentang Bantuan Pemerintah pada Kementerian Agama sebagaimana telah diubah

Dalam Proyek Tugas Akhir kali ini Saya memiliki gagasan untuk membuat suatu sistem pengaman rumah berupa tombol emergency yang dikontrol oleh sebuah mikrokontroller

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Honeypot, maka dilakukan penelitian sebuah honeypot low-interaction yaitu Honeyd, dengan menggunakan software

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, klien hanya mengalami sakit seperti pegal pegal, flu, dan sedikit pusing, tapi klien bisa sembuh sendiri dengan obat-obat

Subject: Re: mirror can show the real you... Message: hey...m back already in sing..and u knw wht my sch sucks la..masa m here already went to sch for 2days and my fucked up sch

Perencanaan struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan untuk mendapatkan dimensi komponen struktur yang optimal.. Dalam perencanaan

Reica pada tanggal 1 Januari 2011, bergerak dalam bidang jual beli gula pasir merek “My Sugar”.. Mix&Mix atas penjualan barang dagang pada tanggal 12

Pemilihan berdasarkan kapasitas dan head fluida yang mengalir (mengacu pada project guide). booster