• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kohesi dan koherensi dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kohesi dan koherensi dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 - USD Repository"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Rini Setyaningsih NIM: 05 4114 013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Rini Setyaningsih NIM: 05 4114 013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

(6)

v

Nama : Rini Setyaningsih

Nomor Mahasiswa : 05 4114 013

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul: KOHESI DAN KOHERENSI DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI 2009.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Yogyakarta Pada tanggal 6 Maret 2010 Yang menyatakan

(7)

vi

MOTTO

Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya

Karena itu kuserahkan hidupku

Ke dalam tangan-Nya

Sungguh indah rencana-Mu Tuhan

Dalam hidupku…

Ada saat-saat istimewa dalam kehidupan kita

Dan sebagian besar datang dari dorongan orang lain

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan setulus hati dan untaian kasih yang terindah

Ku persembahkan skripsi ini kepada…

Bapak Robertus Supajar dan Ibu Rubinah

My sista Christina Rubiyanti

(9)

viii

yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, limpahan berkat, dan kasih-Nya bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis hingga skripsi ini bisa terselesaikan. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar

dan perhatian memberikan dorongan serta membimbing selama penulisan skripsi ini.

2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M,Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan masukan selama penulisan skripsi ini.

3. Dosen-dosen Sastra Indonesia: Dra. Francisca Tjandrasih Adji, M.Hum, S.E.

(10)

ix selama penulis mencari referensi.

6. Bapak R. Supajar dan Ibu Rubinah selaku orang tua yang telah memberikan

kasih sayang dalam membesarkan penulis hingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

7. Kakakku Christina Rubiyanti yang selalu memberikan dorongan kepada

penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga buat Mas Sampurno Setidji atas doanya.

8. Sahabat dan teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, semua masukan, saran, dan kritik untuk perbaikan skripsi ini, penulis terima dengan senang hati.

(11)

x

Kedaulatan Rakyat Edisi Juli 2009”. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Dalam skripsi ini dibahas tentang kohesi dan koherensi dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Ada dua pemasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, kohesi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009? Kedua, koherensi apa saja yang terdapat pada tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009?

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kohesi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 dan mendeskripsikan koherensi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis data, dan (iii) tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu menyimak tajuk rencana dengan membaca, menelaah, dan memahami tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Teknik yang digunakan adalah teknik catat, yaitu mencatat data yang diperoleh dari sumber tertulis yang terdapat pada surat kabar harian Kedaulatan Rakyat kemudian dicatat sember datanya yang meliputi nama surat kabar, tanggal, bulan, dan tahun terbit. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode agih, yaitu metode penelitian yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik bagi unsur langsung, kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu teknik ganti, teknik sisip, teknik perluas, dan teknik parafrase. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa, dengan kata lain tidak menggunakan rumus.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, struktur tajuk rencana pada surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 memiliki kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kemudian kohesi gramatikal dapat dirinci lagi menjadi empat, yaitu (i) kohesi penujukan, kohesi ini dibedakan menjadi dua yaitu penunjukan anaforis dan panunjukan kataforis dengan penanda kata itu, ini,

dan tersebut, (ii) kohesi penggantian, dengan penanda kata mereka, -nya, dan ia,

(12)

xi

(13)

xii

Setyaningsih, Rini. 2010. “Cohesion and Coherence in the Editorial of Daily

Newspaper Kedaulatan Rakyat July 2009 Edition”. An Undergraduate

Thesis. Yogyakarta: Indonesian Letters Study Programme, Department of Indonesian Letters, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This thesis discusses cohesion and coherence in the editorial of daily

newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition. There are two problems

discussed in this study. First, what cohesions are contained in the editorial of daily

newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition? Second, what coherences are

contained in the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition?

The aim of this study is to describe any cohesions found in the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition, and any coherences found in the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition.

The kind of research used in this study is descriptive research. That is the research which describes the object of the study based on the facts. This study is conducted in three stages, (i) data collection phase, (ii) the data analysis phase, and (iii) the presentation phase of data analysis results. The method used to collect the data is the observing method, it is to observe the editorial by reading, reviewing, and understanding the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition. The technique applied in this study is the recording technique, it is to record the data obtained from written sources in the daily newspaper Kedaulatan Rakyat, and then the data sources, which cover the newspaper name, date, month and year of publication, are recorded too. The method used in the data analysis is distributional method; it is the research method that uses the language itself as the determining means. Technique used in data analysis is the technique of direct element division, then it is continued by the advanced techniques, those are replacement technique, parenthesis technique, extending technique, and paraphrase technique. Informal method is used in presenting the results of data analysis, it is by using ordinary words, or in other words, it does not use formula.

(14)

xiii

(15)

xiv

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACK DAFTAR ISI i ii iii iv v vi vii viii x xii xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Tinjauan Pustaka

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Pengertian Wacana

1.6.2 Pengertian Kohesi

1.6.2.1 Kohesi Gramatikal

1.6.2.2 Kohesi Leksikal

1.6.3 Pengertian Koherensi

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data

1.7.2 Tahap Analisis Data

1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

(16)

xv 2.1.1 Penunjukan

2.1.1.1 Penunjukan dengan Penanda Kata Itu 2.1.1.2 Penunjukan dengan Penanda Kata Ini

2.1.1.3 Penunjukan dengan Penanda Kata Tersebut

2.1.2 Penggantian

2.1.2.1 Penggantian dengan Penanda Kata Mereka 2.1.2.2 Penggantian dengan Penanda –Nya

2.1.2.3 Penggantian dengan Penanda Kata Ia 2.1.3 Pelesapan

2.1.4 Perangkaian

2.1.4.1 Perangkaian Bermakna ‘sebab’ dengan Penanda Kata Sebab dan Karena

2.1.4.2 Perangkaian Bermakna ‘lebih’ dengan Penanda Kata Bahkan

2.1.4.3 Perangkaian Bermakna ‘perlawanan’ dengan Penanda Kata Namun

2.1.4.4 Perangkaian Bermakna ‘akibat’ dengan Penanda Kata Sehingga

2.2 Kohesi Leksikal 2.2.1 Pengulangan 2.2.2 Hiponimi 2.2.3 Sinonimi 2.2.4 Antonimi 2.2.5 Kolokasi 2.2.6 Kependekan

(17)

xvi

KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI 2009

3.1 Hasil Analisis Koherensi 3.1.1 Koherensi Berpenanda

3.1.1.1 Koherensi Kausalitas 3.1.1.2 Koherensi Kontras 3.1.1.3 Koherensi Aditif 3.1.1.4 Koherensi Temporal 3.1.1.5 Koherensi Kronologis 3.1.1.6 Koherensi Perincian 3.1.1.7 Koherensi Intensitas

65 66 66 67 71 77 80 81 82 83

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

86 86 88

DAFTAR PUSTAKA 89

(18)

1 1.1 Latar Belakang

Objek penelitian ini adalah kohesi dan koherensi yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedulatan Rakyat edisi Juli 2009. Penulis yang ada dalam sebuah surat kabar menggunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan pembacanya. Misalnya dalam tajuk rencana, penulis tajuk rencana menggunakan bahasa tulis untuk menuangkan ide yang ada dalam pikirannya sehingga akan menciptakan sebuah wacana yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Dalam sebuah wacana terdapat keterkaitan antarbagian dan hubungan makna antara bagian-bagian wacana tersebut. Berikut adalah data yang akan dianalisis.

(1) (a) Walaupun polisi telah memastikan pelaku bom bunuh diri bukan

Nur Said dan Ibrohim, namun sampai sekarang Densus 88 masih mencari keberadaan mereka. (b) Keluarga kedua orang tersebut juga mengaku tidak tahu keberadaan mereka. (c) Keluarga sangat yakin Nur Said dan Ibrohim tak terlibat jaringan teroris.

(Kedaulatan Rakyat, 28 Juli 2009)

(19)

Dari contoh tersebut tampak adanya hubungan antarbagian pada kalimat-kalimat tersebut.

(2) (a) Ketiga calon presiden sama-sama mengusung ekonomi kerakyatan

yang akan membuka lapangan kerja baru. (b) Namun program ekonomi ketiga capres untuk mengurangi penggangguran tidak menawarkan suatu konsep yang jelas, dan lebih bersifat wacana. (c) Seharusnya dipaparkan apa yang akan dikerjakan untuk memperbaiki aset, melakukan perubahan paradigma pendidikan, perubahan dalam mendapatkan kredit dan sebagainya.

(Kedaulatan Rakyat, 4 Juli 2009)

Pada contoh (2) terdapat tiga kalimat, yaitu (2a), (2b), dan (2c). Kalimat (2a) mempunyai hubungan makna kontras (pertentangan) dengan kalimat (2b) dan (2c) yang ditandai dengan konjungsi namun. Antara kalimat-kalimat tersebut terdapat hubungan makna pertentangan.

(20)

Kedaulatan Rakyat merupakan salah surat kabar yang terdapat di kota Yogyakarta

yang dapat dinikmati oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Kohesi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian

Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009?

1.2.2 Koherensi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar

harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan kohesi yang terdapat dalam tajuk rencana surat

kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009.

1.3.2 Mendeskripsikan koherensi yang terdapat dalam tajuk rencana surat

kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

(21)

memberikan gambaran dan contoh yang jelas mengenai kohesi dan koherensi dalam sebuah wacana.

1.5 Tinjauan Pustaka

Kusumantara (2004) dalam skripsinya berjudul Analisis Wacana Advertorial pada Surat Kabar Kompas Bulan Januari-Juni 2004 menghasilkan

beberapa kesimpulan. Pertama, struktur wacana yang terdiri dari lima bagian, yaitu bagian rubrik, bagian awal, bagian tubuh, dan bagian penutup. Kedua, jenis-jenis tuturan dibagi menjadi tuturan deskripsi, dan narasi. Ketiga, macam-macam kohesi dan koherensi pada wacana adventorial pada surat kabar Kompas bulan Januari-Juli 2004.

Puspitasari (2004) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Wacana Rubrik “Psikoterapi” dalam Surat Kabar Minggu Pagi juga menghasilkan

beberapa kesimpulan, yaitu pertama wacana rubrik “psikoterapi” memiliki wacana lengkap, yang terdiri dari bagian awal, bagian tubuh, dan bagian penutup. Kedua, kohesi wacana rubrik “psikoterapi” yang berupa pertalian unsur semantik diwujudkan menjadi bentuk kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Ketiga, koherensi yang ditemukan dalam rubrik “psikoterapi” dibedakan menurut penanda anatarkalimat, yaitu koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda.

Ernawati (2007) dalam skripsinya yang berjudul Kohesi dan Koherensi Antarparagraf dalam Wacana Opini Surat Kabar Kompas Edisi Nasional Bulan

April 2005 menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu pertama, dilihat dari segi

(22)

diantaranya adalah kohesi. Kedua, kohesi dapat membentuk keutuhan suatu wacana dalam kaitannya dengan perpaduan bentuk antarparagraf maupun antarklausa yang membangun suatu wacana yang utuh. Ketiga, koherensi dalam peranannya sebagai keutuhan wacana berkaitan denga keterpautan makna kalimat-kalimat yang mambangun suatu wacana.

Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari skripsi Kusumantara (2004), Puspitasari (2004), dan Ernawati (2007) dapat dicatat bahwa sudah pernah dilakukan kajian tentang kohesi dan koherensi. Hal tersebut berupa kohesi dan koherensi antarkalimat dan antarparagraf yang terdapat dalam rubrik advertorial, wacana narasi dan opini. Namum, apa yang telah diteliti oleh Kusumantara (2004), Puspitasari (2004), dan Ernawati (2007) sebatas apa yang telah dipaparkan dalam buku. Oleh sebab itu, penelitian tentang kohesi dan koherensi antarkalimat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 ini layak untuk dilakukan.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Pengerian Wacana

(23)

Menurut Kridalaksana (1993:179), wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dsb), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

1.6.2 Kohesi

Kohesi merupakan hubungan bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Berdasarkan perwujudan lingualnya, kohesi dibagi menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

1.6.2.1Kohesi gramatikal

Kohesi gramatikal adalah keterkaitan gramatikal antara bagian-bagian kalimat (Baryadi, 2002:17). Kohesi gramatikal dapat dirinci lagi menjadi penunjukan, penggantian, pelesapan dan perangkaian (Baryadi, 1990:39-50; Ramlan, 1993).

(24)

Menurut Ramlan (1993) penggantian adalah kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain. Dalam kohesi ini ada dua unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu unsur pengganti dan unsur terganti. Pelesapan atau penghilangan adalah kohesi gramatikal yang berupa pelesapan konstituen yang telah disebutkan sebelumnya. Perangkaian adalah kohesi gramatikal yang berwujud kata hubung atau konjungsi. Perangkaian berupa konjungsi yang menyatakan relasi makna tertentu.

1.6.2.2Kohesi leksikal

Kohesi leksikal adalah keterkaitan leksikal antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Ada lima jenis kohesi leksikal, yaitu (i) pengulangan, (ii) hiponimi, (iii) sinonimi, (iv) antonimi, dan (v) kolokasi. Pengulangan adalah kohesi yang berupa pengulangan konstituen yang telah disebutkan sebelumnya.

Hiponimi adalah kohesi yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan yang lainnya. Relasi makna terlihat dari konstituen yang memiliki hubungan makna umum (superordinat) dan yang memiliki hubungan makna khusus (hiponim).

Kohesi sinonimi adalah kohesi yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan yang lain. Sinonimi juga sering disebut sebagai ekuivalensi leksikal.

(25)

1.6.3 Koherensi

Koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana. Koherensi dibedakan menjadi dua, yaitu koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda. Koherensi berpenada diungkapkan dengan konjungsi, sedangakan tidak berpenanda sebaliknya (Baryadi, 2002:29).

Koherensi ada berpenanda ada enam jenis, yaitu (i) kausalitas, (ii) kontras,

(iii) aditif, (iv) rincian, (v) temporal, dan (vi) perturutan. Koherensi tidak berpenanda ada dua jenis, yaitu perincian dan perian (Baryadi, 2002)

1.7 Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian bahasa memiliki tiga tahapan strategis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1988: 57). Tahapan itu dikatakan strategis karena terkumpulnya data dan terolahnya data serta disajikannya hasil analisis data itu berturut-turut merupakan strategi yang kedua dan ketiga.

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data

(26)

Untuk melaksanakan metode simak digunakan metode tertentu, yaitu teknik catat. Teknik catat dilakukan pada kartu datayang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto:1993:135).

1.7.2 Tahap Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode agih. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto via Kesuma, 2007:54). Dalam metode agih masih terdapat pula teknik untuk menganalisis data, yaitu teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian-bagian atau unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian-bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Kesuma, 2007:55). Untuk teknik lanjutan digunakan teknik ganti, sisip, perluas, dan parafrase.

Teknik ganti adalah teknik analisa data dengan cara mengganti satuan kebahahasaan tertentu didalam suatu konstruksi dengan satuan kebahasaan yang lain di luar konstruksi yang bersangkutan. Teknik ini berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori satuan kebahasan seperti dengan penggantinya (Kesuma, 2007:58). Teknik ini dapat digunakan, misalnya, untuk menguji kesamaan antara Partai Golkar dan Partai berlambang pohon beringin dalam kalimat berikut.

(3) (a) Pasca Pilpres 8 Juli 2009, muncul wacana baru berkait koalisi

(27)

meninggalkan Partai Hanura yang menjadi mitra koalisinya seperti tercermin dalam duet Jusuf Kalla-Wiranto. (d) Partai berlambang pohon beringin itu dikabarkan tengah berusaha mendekat ke Partai Demolrat.

(Kedaulatan Rakyat, 17 Juli 2009)

Dengan menerapkan teknik ganti, dapat diketahui bahwa Partai Golkar dan partai berlambang pohon beringin mempunyai kesamaan karena dalam pemakaiannya dapat saling menggantikan seperti tampak dalam contoh (3A) berikut ini.

(3A) Pasca Pilpres 8 Juli 2009, muncul wacana baru berkait koalisi partai-partai. Secara tegas Partai Gerindra menyatakan akan tetap setia bergabung dengan PDIP, sebagaimana koalisi yang telah terbangun dalam pilpres. Sedang partai berlambang pohon beringin diwacanakan maninggalkan Partai Hanura yang menjadi mitra koalisinya seperti tercermin dalam duet Jusuf Kalla-Wiranto. Partai Golkar itu dikabarkan tengah berusaaha mendekat ke Partai Demokrat.

(28)

Teknik sisip adalah teknik dengan cara menyisipkan satuan kebahasaan lain di antara konstruksi yang dianalisis (Kesuma, 2007: 60). Teknik ini digunakan untuk membuktikan kohesi pelesapan.

1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data pada penelitian ini disajikan secara formal dan informal. Penyajian hasila analisis data secara formal adalah peenyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah. Kaidah itu dapat berupa rumus, bagan/diagram, tabel, dan gambar (Kesuma, 2007: 73). Menurut Sudaryanto (1993: 145), penyajian data secara informal adalah metode penyajian atau perumusan hasil analisis data dengan kata-kata biasa.

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dapat dipaparkan sebagai berikut: Bab I pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II kohesi yang terdapat dalam wacana tajuk rencana SHK Kedaulatan Rakyat, bab ini berisi kohesi apa saja yang terdapat dalam wacana

tajuk rencana SHK Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Bab III koherensi yang terdapat dalam wacana tajuk rencana SHK Kedaulatan Rakyat, bab ini berisi uraian tentang koherensi apa saja yang terdapat dalam wacana tajuk rencana SHK Kedulatan Rakyat edisi Juli 2009. Bab IV kesimpulan dan saran, bab ini berisi

(29)

12

Pada bab ini diuraikan jenis-jenis kohesi yang terdapat pada tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Kohesi merupakan hubungan perkaitan antarpreposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Alwi, 2998:427). Berdasarkan perwujudan lingualnya, kohesi dibagi menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

2.1 Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah keterkaitan gramatikal antara bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002: 18). Kohesi gramatikal dapat dirinci menjadi kohesi penunjukan, kohesi penggantian, kohesi pelesapan, dan kohesi perangkaian. Dalam penelitian ini ditemukan dan dibahas unsur-unsur yang menyangkut kohesi gramatikal beserta contohnya.

2.1.1Penunjukan

(30)

ditunjukan dengan adanya konstituen yang menunjuk konstituen yang berada di sebelah kirinya.

2.1.1.1 Penunjukan dengan Penanda Kata Itu

Dari hasil penelitian ditemukan dua macam penunjukan dengan penanda kata itu, yaitu menunjuk hanya kata itu dan menunjuk x + itu. Perhatikan contoh berikut.

(4) (a) Bahkan, dalam acara yang diisi dengan wawancara dengan

Redaktur Senior Jurnal Manajemen Penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas itu, terungkap bahwa tingkat keselamatan berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang jelek. (b) Lebih menohok lagi, dalam dialog itu juga sempat dipertanyakan mengapa pemerintah Australia tidak mengikuti langkah Uni Eropa yang sudah terlebih dahulu melarang maskapai penerbangan dari 18 negara, termasuk Indonesia.

(Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2009)

Contoh (4) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (4a) dan kalimat (4b).

Kata itu pada kalimat (4b) menunjuk ke sebelah kiri, yaitu wawancara dengan

redaktur senior jurnal manajemen penerbangan ‘Air Transport World’ yang

terdapat pada kalimat (4a). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penunjukan anaforis. Contoh (4A) berikut menjelaskan hal tersebut. Hubungan

tersebut terjadi antara dialog itu dan wawancara dengan redaktur senior jurnal

manajemen penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas. Frase dialog

(31)

dengan redaktur senior jurnal manajemen penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas.

Frase dialog itu merupakan alat penunjukan. Frase dialog itu pada

contoh (4) merupakan frase nomina yang menunjuk pada kalimat sebelumnya. Unsur yang terpenting dari frase dialog itu adalah kata dialog. Kata dialog menunjuk pada wawancara dengan redaktur senior jurnal manajemen penerbagan ‘Air Transport World’.

(4A) (a) Bahkan, dalam acara yang diisi dengan wawancara dengan Redaktur Senior Jurnal Manajemen Penerbangan ‘Air Transport Worls’, Geoffrey Thomas itu, terungkap bahwa tingkat keselamatan berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang jelek. (b) Lebih menohok lagi, dalam wawancara dengan redaktur senior jurnal manajemen penerbangan ‘Air Transport World’ itu juga sempat dipertanyakan mengapa pemerintah Australia tidak mengikuti langkah Uni Eropa yang sudah lebih dahulu melarang maskapai penerbangan dari 18 negara, termasuk Indonesia.

(5) (a) Mau tidak mau, momentum pemilihan presiden akan datang

juga. (b) Jika kita menunggu momentum tersebut, maka pada Rabu, 8 Juli 2009, itulah saatnya tiba. (c) Pada saat itu kita harus menentukan pilihan dengan tegas setelah mencermati, memperhatikan, mengamati dan mengikuti kampanye yang dilakukan tiga calon presiden dan calon wakil presiden. (d) Karena formatnya adalah kampanye, maka isinya adalah memperkenalkan program-program, mungkin juga termasuk janji-janji yang akan dilaksanakan, dan meyakinkan rakyat agar menentukan pilihan pada dirinya.

(Kedaulatan Rakyat, 2 Juli 2009)

(32)

sebelah kiri, yaitu Rabu, 8 Juli 2009 yang terdapat pada kalimat (5b). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penunjukan anaforis. Hubungan kohesi terjadi antara pada saat itu dan Rabu, 8 Juli 2009. Unsur terpenting dari frase saat itu adalah kata itu, kata itu yang menunjuk pada Rabu, 8 Juli 2009.

(6) (a) Beberapa kalangan mengusulkan agar kabinet mendatang

diisi kalangan profesional atau ahli di bidangnya. (b) Usulan semacam itu memang terasa masuk akal. (c) Namun, kiranya perlu diingat, dalam setiap penyusunan kabinet, selalu melibatkan kepentingan parpol pendukung. (d) Bila benar SBY-Boediono terpilih menjadi presiden-wakil presiden periode 2009-2014, tentu tak bisa mengesampingkan koalisi parpol yang mendukungnya.

(Kedaulatan Rakyat, 14 Juli 2009)

Contoh (6) terdiri dari empat kalimat, yaitu kalimat (6a), (6b), (6c), dan (6d). Frase semacam itu pada kalimat (6b) mengacu pada kabinet mendatang diisi kalangan profesional atau ahli di bidangnya, yang terdapat pada kalimat (6a).

Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penunjukan anaforis. Hubungan kohesi terjadi antara frase semacam itu dan kabinet mendatang diisi kalangan profesional atau ahli di bidangnya. Kata itu pada frase semacam itu merupakan

unsur yang menagarah pada kabinet mendatang diisi kalangan profesional atau ahli di bidangnya.

(7) (a) Muncul opini, demokratisasi seharusnya menjadikan

(33)

mengharmoniskan ekonomi dengan politik. (c) Jika tidak, kesalahan, kegagalan, dan sejarah orde baru bisa terulang.

(Kedaulatan Rakyat, 11 Juli 2009)

Contoh (7) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (7a), (7b), dan (7c).

Kata itu pada kalimat (7b) menunjuk ke sebelah kiri, yaitu demokratisasi

seharusnya menjadikan teknokrat menjadi politisi yang terdapat pada kalimat

(7a). Hubungan kohesi yang ada pada contoh (7) terjadi antara kata kata itu dan demokratisasi seharusnya menjadikan teknokrat menjadi politisi.

(8) (a) Bahkan, dalam acara yang diisi dengan wawancara dengan

Redaktur Senior Jurnal Manajemen Penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas itu, Geoffrey Thomas itu, terungkap

bahwa tingkat keselamatan berbagai maskapai penerbangan

Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang jelek. (b) Lebih menohok lagi, dalam dialog itu juga sempat dipertanyakan mengapa pemerintah Australia tidak mengikuti langkah Uni Eropa yang terlebih dahulu melarang maskapai penerbangan dari 18 negara, termasuk Indonesia.

(c) Perlu diketahui, sejauh ini, Garuda merupakan satu-satunya maskapai penerbangan Indonesia yang terbang ke Australia untuk melayani rute penerbangan Sydney, Denpasar-Perth, dan Denpasar-Melbourne.

(d) Memang bisa saja kita menepis semua asumsi itu dan mengabaikan tanyangan televisi di Australia tersebut. (e) Namun perlu juga dipahami bahwa sekecil apa pun pengaruh media tak bisa dianggap enteng. (f) Sehingga, pemberitaan terkait dengan citra penerbangan Indonesia tersebut mau tidak mau juga menjadi referensi publik dunia, sekecil apa pun imbasnya.

(34)

Contoh (8) terdiri tiga paragraf, paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (8a) dan (8b). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat, yaitu kalimat (8c). Paragraf ketiga terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (8d), (8e), dan (8f). Frase asumsi itu pada kalimat (8d) mengacu pada tingkat keselamatan berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang

jelek yang ada pada kalimat (8a). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi

penunjukan anaforis. Hubungan kohesi terjadi antara frase asumsi itu dan tingkat

keselamatan berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda,

masih dipandang jelek.

2.1.1.2 Penunjukan dengan Penanda Kata Ini

Dari hasil penelitian ditemukan dua macam, yaitu menunjuk hanya pada kata ini dan menunjuk pada x + ini. Perhatikan contoh berikut.

(9) (a) Pada debat terbuka di TV, ketiga calon presiden menegaskan

akan mengurangi angka penganggura lewat pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha. (b)

Langkah-langkah ini menurut Susilo Bambang Yodhoyono, Megawati

Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indoensia yang mencapai 10 juta orang.

(Kedaulatan Rakyat, 4 Juli 2009)

Contoh (9) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (9a) dan (9b). Kata ini pada kalimat (9b) mengacu pada pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha yang ada pada kalimat (9a). Dari contoh tersebut tampak adanya

(35)

Hubungan kohesi terjadi antara ini dan mengurangi angka pengangguran lewat pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha. Kata ini berfungsi

sebagai penunjuk dari bagian kalimat sebelumnya, yaitu mengurangi angka pengangguran lewat pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha.

(9A) (a) Pada debat terbuka di TV, ketiga calon presiden menegaskan akan mengurangi angka pengangguran lewat pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha. (b)

Langkah-langkah pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan

usaha menurut Susilo Bambang Yodhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia yang mencapai 10 juta orang.

(10) (a) Sehingga, semua pihak dituntut menata diri, menyatukan visi

untuk benar-benar mewujudkan citra penerbangan yang kredibel, dipercaya, aman dan nyaman. (b) Hal ini hanya bisa terwujud dengan aksi konkret. (c) Komitmen untuk melakukan integrated marketing plan dan integrated marketing action harus benar-benar diwujudkan dan menjadi hymne bersama, baik pemerintah. Maupun pelaku bisnis penerbangan dan industri pariwisata.

(Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2009)

Contoh (10) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (10a), (10b), dan (10c). Frase hal ini pada kalimat (10b) mengacu pada citra penerbangan yang kredibel, dipercaya, aman dan nyaman pada kalimat (10a). Oleh karena itu pada

(36)

Frase hal ini merupakan frase nomina yang terdiri dari kata hal yang merupakan unsur pusat yang diikuti kata ini sebagai unsur pelengkap.

2.1.1.3 Penunjukan dengan Penanda Kata Tersebut

Berikut contoh yang terdapat penanda kata tersebut.

(11) (a) Lagi, kredibilitas dan netralitas KPU dipertanyakan. (b)

Seminggu menjelang pelaksanaan Pilpres 8 Juli 2009, paling tidak terdapat dua masalah melilit komisi penyelenggara pemilu tersebut. (c) Masalah pertama berkait dengan daftar pemilih tetap (DPT) yang belum juga dibuka sehingga terkesan masih menjadi dokumen rahasia negara yang misterius. (d) Masalah kedua berhubungan dengan spanduk sosialisasi pilpres yang mengindikasikan dukungan (KPU) kepada pasangan capres-cawapres tertentu.

(Kedaulatan Rakyat, 3 Juli 2009)

Contoh (11) terdiri dari empat kalimat, yaitu kalimat (11a), (11b), (11c), dan (11d). Frase komisi penyelenggaraan pemilu tersebut pada kalimat (11b) mengacu pada kata yang ada di sebelah kirinya, yaitu kata KPU yang terdapat pada kalimat (11a). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penunjukan anaforis. Contoh (11A) menjelaskan hal tersebut. Hubungan kohesi terjadi antara komisi penyelenggara pemilu tersebut dan KPU. Komisi penyelenggara pemilu

tersebut berfungsi sebagai penunjuk bagian kalimat sebelumnya, yaitu KPU pada

kalimat (11a).

(37)

penyelenggara pemilu dan tersebut. Unsur komisi penyelenggara pemilu

merupakan frase nomina, sedangkan unsur tersebut merupakan atribut yang menyatakan hubungan makna penunjukan.

(11A) (a) Lagi, kredibilitas dan netralitas KPU dipertanyakan. (b) Seminggu menjelang pelaksanaan Pilpres 8 Juli 2009, paling tidak terdapat dua masalah melilit KPU. (c) Masalah pertama berkait dengan daftar pemilih tetap (DPT) yang belum juga dibuka sehingga terkesan masih menjadi dokumen rahasia Negara yang misterius. (d) Masalah kedua berhubungan dengan spanduk sosialisasi pilpers yang menindikasikan dukungan (KPU) kepada pasangan capres-cawapres tertentu.

(12) (a) Dalam ka`sus kecelakaan KA di Klaten, pihak PT KA

menyatakan laju kereta api telah sesuai jalur. (b) Bahkan masinis telah berusaha mengerem dan mengurangi kecepatan ketika melihat minibus berada di perlintasan. (c) Berdasarkan keterangan saksi mata, mesin minibus macet pada saat berada di perlintasan.

(d) Dari peristiwa tersebut terkesan gampang untuk menyalahkan sopir. (e) Bahkan, polisi menduga, kecelakaan itu terjadi karena kelalaian sopir. (f) Padahal, seandainya perlintasan KA itu berpalang pintu, mungkin kecelakaan bias dihindari.

(Kedaulatan Rakyat, 7 Juli 2009)

(38)

(13) (a) Kita sungguh menyayangkan masih banyaknya perlintasan KA, terutama di Jateng yang tidak berpalang pintu. (b) Fakta

menunjukkan kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab

terjadinya kecelakaan.

(Kedaulatan Rakyat, 7 Juli 2009)

Contoh (13) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (13a) dan (13b). Kata tersebut pada kalimat (13b) mengacu ke sebelah kiri, yaitu banyaknya perlintasan

KA, terutama di Jateng yang tidak berpalang pintu pada kalimat (13a). Oleh sebab itu, pada contoh (13) terdapat kohesi penunjukan anaforis. Hubungan kohesinya terjadi antara kata tersebut dan banyaknya perlintasan KA, terutama di Jateng yang tidak berpalang pintu.

(14) (a) Flu babi masuk Yogyakarta. (b) Demikian judul berita koran

kita hari Sabtu (11/7) yang lalu. (c) Diberitakan, seorang pelajar pria berinisial AR, 18 tahun, warga Sleman diduga suspek flu babi dirawat di ruang isolasi Kartika RS Dr Sardjito Yogyakarta. (d) Menurut Ketua Tim Satuan Penanggulangan Flu Burung dan Flu Babi rumah sakit tersebut, dr Sumardi SpPD-KP, AR baru saja datang dari daerah yang terjangkit H1N1 yakni California Amerika Serikat.

(Kedaulatan Rakyat, 13 Juli 2009)

Contoh (14) terdiri dari empat kalimat, yaitu kalimat (14a), (14b), (14c), dan (14d). Kata tersebut pada kalimat (14d) mengarah ke sebelah kiri, yaitu RS Dr Sardjito Yogyakarta yang terdapat pada kalimat (14c). Dari contoh tersebut

(39)

2.1.2Penggantian

Penggantian adalah kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain. Dalam kohesi ini ada dua unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu unsur pengganti dan unsur terganti (Ramlan, 2003; 17)

2.1.2.1 Penggantian dengan Penanda Kata Mereka

Berikut contoh dengan penanda kata mereka.

(15) (a) Apakah penghitungan cepat melakukan kebenaran? (b)

Menurut rencana, hasil rekapitulasi pemilihan presiden 2009 diumumkan pada 22-24 Juli 2009. (c) Meski ada pasangan yang menolak ketetapan KPU, hasil itu akan tegas ditetapkan (Kedaulatan Rakyat, 22/7/2009). (d) Seperti ramai diberitakan, dua pasangan capres dan cawapres, yakni Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto, belum akan menentukan sikap atas rencana ini. (e) Mereka melihat ada banyak kecurangn terjadi. (f) Bentuk atas penolakan hasil keputusan KPU tentang jumlah suara yang diperoleh, mereka tak akan menandatangani.

(Kedaulatan Rakyat, 23 Juli 2009)

Contoh (15) terdiri dari enam kalimat, yaitu kalimat (15a), (15b), (15c),

(15d), (15e), dan (15f). Kata mereka pada kalimat (15e) dan (15f) merupakan

pengganti kata Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto pada kalimat (15d). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penggantian. Dalam kohesi ini terlibat dua unsur, yaitu unsur terganti dan unsur pengganti. Unsur terganti pada contoh di atas ditunjukkan pada unsur yang menyatakan orang, yaitu Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto, sedangkan unsur penggantinya berupa pronomina

(40)

(15A) (a) Apakah penghitungan cepat melakukan kebenaran? (b) Menurut rencana, hasil rekapitulasi pemilihan presiden 2009 diumumkan pada 22-24 Juli 2009. (c) Meski ada pasangan yang menolak ketetapan KPU, hasil itu akan tegas ditetapkan (Kedaulatan Rakyat, 22/7/2009). (d) Seperti ramai diberitakan, dua pasangan capres dan cawapres, yakni Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto, belum akan menentukan sikap atas

rencana ini. (e) Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto

melihat ada banyak kecurangn terjadi. (f) Bentuk atas penolakan hasil keputusan KPU tentang jumlah suara yang diperoleh, Megawati-Prabowo dan Jusuf Kalla-Wiranto tak akan menandatangani.

(16) (a) Walaupun polisi telah memastikan pelaku bom bunuh diri

bukan Nur Said dan Ibrohim, namun sampai sekarang Densus 88 masih mencari keberadaan mereka. (b) Keluarga kedua orang tersebut juga mengaku tidak tahu keberadaan mereka. (c) Keluarga sangat yakin Nur Said dan Ibrohi, tak terlibat jaringan teroris.

(Kedaulatan Rakyat, 28 Juli 2009)

(41)

(17) (a) ‘Keputusan’ yang dikemukakan Kabid Penyelenggaraan Haji, Zakat, dan Wakaf Kanwil Depag DIY Drs H Muhammad itu dipastikan melegakan calhaj berusia 65 tahun lebih. (b) Mereka merasa plong karena tidak ada kendala yang perlu dirisaukan untuk menunaikan rukun islam yang kelima.

(Kedaulatan Rakyat, 31 Juli 2009)

Contoh (17) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (17a) dan (17b). Kata mereka pada kalimat (17b) merupakan pengganti calhaj. Dari contoh tersebut

tampak adanya kohesi penggantian. Hubungan kohesi terjadi antara mereka dan calhaj.

(18) (a) sejauh ini pula, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi secara resmi

tidak pernah membatasi usia para calhaj. (b) Hanya saja, berdasar surat Dubes Arab Saudi di Jakarta Nomor 83/5/30/1218 tanggal 21 Juni 1984, setiap calhaj haruslah bebas dari penyakit menular dan kronis. (c) Dinyatakan dalam surat itu, “jemaah haji haruslah yajin bahwa ia terbebas dari penyakit menular dan kronis yang mungkin membahayakan rekan-rekannya Muslimin bila ia dating beribadah haji – dan bahwa mereka akan diperiksa oeh kementrian Kesehatan Arab Saudi sebelum mereka masuk ke tempat ibadah haji”.

(Kedaulatan Rakyat, 31 Juli 2009)

Contoh (18) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (18a), (18b), dan

(18c). Kata mereka pada kalimat (18c) merupakan pengganti dari calhaj pada

(42)

2.1.2.2 Penggantian dengan -Nya

Berikut contoh dengan penanda –nya.

(19) (a) Rasa syukur yang sama tentunya juga dialami Sucihani,

warga Kuningan, Jawa Barat. (b) Sebab suaminya yang bernama Ibrahim ternyata juga tidak terkait dengan kasus bom yang mengguncang Jakarta Jumat pekan lalu itu. (c) Kadiv Humas Polri Irjen Pol Nanan Sukarna memastikan dua potongan kepala yang ditemukan di lokasi, tidak ada kecocokan dengan wajah Nur Said dan Ibrahim. (d) Hasil tes DNA kian mempertegas tidak adanya kemiripan keduanya dengan pelaku pemboman.

(Kedaulatan Rakyat, 24 Juli 2009)

Contoh (19) terdiri dari empat kalimat, yaitu kaimat (19a), (19b), (19c), dan (19d). -Nya pada kalimat (19b) merupakan pengganti kata Sucihani pada kalimat (19a), sehingga pada contoh (19) terdapat kohesi penggantian. Contoh (19A) berikut menjelaskan hal tersebut. Kohesi terjadi antara -nya dan Sucihani. Hubungan kohesi terjadi antara -nya dan Sucihani.

(19A) Rasa Syukur yang sama tentunya juga dialami Sucihani, warga Kuningan, Jawa Barat. Sebab suami Sucihani yang bernama Ibrahim ternyata juga tidak terkait dengan kasus bom yang mengguncang Jakarta Jumat lalau itu. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Nanan Sukarna memastikan dua potongan kepala yang ditemukan di lokasi, tidak ada kecocokan dengan wajah Nur Said dan Ibrahim. Hasil tes DNA kian mempertegas tidak adanya kemiripan keduanya dengan pelaku pemboman.

(20) (a) Cawapres Prabowo Subianto menilai DPT menjadi catatan

cacat Pemilu 2009. (b) Ia memperkirakan terdapat 2 juta suara tidak beres di Jawa Timur. (c) Menurutnya, kalau masalah itu dibiarkan berarti terdapat 2 juta suara potensial yang tidak sah.

(43)

Contoh (20) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (20a), (20b), dan

(20c). -Nya pada kalimat (20c) merupakan pengganti Prabowo Subianto pada

kalimat (20a). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penggantian. Hubungan kohesi terjadi antara -nya dan Prabowo Subianto.

(21) (a) Keterlibatan instansi lain seperti Dephub sangat diperlukan,

seperti tercermin dalam kasus dugaan susek flu babi yang

menimpa AR, pemuda asal Sleman tersebut. (b) Dua bandara

yang dilaluinya sepulang dari California, Soekarno-Hatta Jakarta dan Adisutjipto Yogyakarta tidak mendeteksi adanya tanda-tanda yang bersangkutan terjangkit suspek flu babi.

(Kedaulatan Rakyat, 13 Juli 2009)

Contoh (21) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (21a) dan (21b). -Nya pada kalimat (21b) merupakan penggantian dari AR yang ada pada kalimat (21a). Oleh karena itu pada contoh (21) terdapat kohesi penggantian. Hubungan kohesi terjadi antara -nya dan AR.

(22) (a) Sedang sikap Partai Golkar sampai saat ini masih belum jelas

apakah akan merapat ke SBY-Boediono atau tidak. (b) Secara resmi hal itu akan ditentukan Munas – walaupun banyak kalangan meragukan Golkar memilih oposisi. (c) Koalisi besar yang dibangun dengan PDIP, Hanura, dan Gerindra pun terancam pecah.

(44)

Prabowo Subianto sebagai cawapres mendampingi capres Megawati.

(Kedaulatan Rakyat, 14 Juli 2009)

Contoh (22) terdiri dari dua paragraf, paragraf pertama terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (22a), (22b), (22c). Paragraf kedua terdiri dari empat kalimat, yaitu (22d), (22e), (22f), dan (22g). -nya pada kalimat (22d) merupakan pengganti dari Partai Golkar pada kalimat (22a). Oleh karena itu pada contoh (22) terdapat kohesi penggantian. Hubungan kohesi terjadi antara -nya dan Partai Golkar.

(23) (a) Siti Lestari memang layak bersyukur. 9b) Melakukan sujud Syukur saat mendapat kepastian bahwa anak menantunya, Nur Said, bukan sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott. (c) Selama 3 malam perempuan yang tinggal di Klaten ini sempat tidak tidur dan tidak makan – menyusul adanya berita bahwa Nur Hasbi yang diidentifikasi sebagai Nur Said merupakan pelaku bom bunuh diri di hotel internasional tersebut.

(Kedaulatan Rakyat, 24 Juli 200)

Contoh (23) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (23a), (23b), dan (23c). Klitika nya pada kalimat (23b) merupakan pengganti Siti Lestari pada kalimat (23a). Pada contoh tersebut tampak adanya kohesi penggantian. Hubungan kohesi terjadi antara nya dan Siti Lestari.

2.1.2.3 Penggantian dengan Penanda Kata Ia

(45)

(24) (a) Kita juga menengarai betapa sangat terpukulnya keluarga besar Nur Said maupun Ibrahim saat keduanya diberitakan secara intensif terlibat dalam pemboman kedua hotel tersebut. (b) Secara spesifik, pukulan itu tercermin dari pernyataan Siti Lestari yang selama 3 malam tidak tidur dan tidak makan. (c) Ia menjadi tersiksa secara lahiriah dan batiniah. (d) Menanggung malu yang tak terperikan karena harkat dan martabat keluarga menjadi tercabik secara tiba-tiba. (e) Untung Mabes Polri melakukan klarifikasi tepat pada waktunya. (f) Sebelum keluarga dekat Nur Said maupun Ibrahim mendaat sanksi sosial. (g) Misalnya, masyarakat sekitar mengucilkan dari pergaulan lingkungan.

(Kedaulatan Rakyat, 24 Juli 2009)

Contoh (24) terdiri dari tujuh kalimat, yaitu kalimat (24a), (24b), (24c), (24d), (24e), (24f), dan (24g). Kata ia pada kalimat (24c) merupakan pengganti Siti Lestari yang ada pada kalimat (24b). Dari contoh tersebut tampak adanya

kohesi penggantian. Contoh (24A) berikut akan menjelaskan hal tersebut. Hubungan kohesi terjadi antara ia dan Siti Lestari.

(24A) Kita juga menenggarai betapa sangat terpukulnya keluarga besar Nur Said maupun Ibrahim saat keduannya diberitakan secara intensif terlibat dalam pemboman kedua hotel tersebut. Secara spesifik, pukulan itu tercermin dari pernyataan Siti Lestari yang selama 3 malam tidak tidur. Siti Lestari menjadi tersiksa secara lahirian dan batiniah. Menanggung malu yang tak terperikan karena harkat dan martabat keluarga menjadi tercabik secara tiba-tiba. Untung Mabes Polri melakukan klarifikasi tepat pada waktunya. Sebelum keluarga dekat Nur Said maupun Ibrahim mendapat sanksi social. Misalnya, masyarakat sekitar mengucilkan dari pergaulan lingkungan.

(46)

masalah itu dibiarkan berarti terdapat 2 juta suara potensial yang tidak sah.

(Kedaulatan Rakyat, 3 Juli 2009)

Contoh (25) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (25a), (25b), dan

(25c). Kata ia pada kalimat (25b) merupakan pengganti Cawapres Prabowo

Subianto pada kalimat (25a). Oleh karena itu pada contoh (25) terdapat kohesi

pernggantian. Contoh (25A) berikut menjelaskan hal tersebut. Hubungan kohesi terjadi antara ia dan Cawapres Prabowo Subianto. Kata ia berfungsi sebagai pengganti dari bagian kalimat (25a), yaitu Cawapres Prabowo Subianto.

(25A) Cawapres Prabowo Subianto menilai DPT menjadi catatan cacat

Pemilu 2009. Cawapres Prabowo Subianto memperkirakan terdapat sekitar 2 juta suara yang tidak beres di Jawa Timur. Menurutnya kalau masalah itu dibiarkan berarti terdapat 2 juta suara potensial tidak sah.

(26) (a) Personel Densus 88 juga telah disebar ke berbagai tempat. (b)

Densus 88 menyisir berbagai lokasi yang diduga sebagai tempat persembunyian Noordin M Top dan anak buahnya, baik di Jateng, DIY maupun luar Jawa. (c) Dalam beberapa penggerebekan yang dilakukan Densus 88, Noordin M Top selalu lolos. (d) Ia dikanal licin seperti belut. (e) Lantas, dimana sesungguhnya Noordin M Top bersembunyi? (f) Tak ada yang bisa menjawabnya. (g) Karena itu, polisi terus menyebar foto gembong teroris itu dengan berbagai versi.

(Kedaulatan Rakyat, 28 Juli 2009)

(47)

Noordin M Top pada kalimat (26c). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi

penggantian. Hubungan kohesi terjadi antara ia dan Noordin M Top.

2.1.3 Pelesapan

Pelesapan adalah kohesi gramatikal yang merupakan penghilangan konstituen yang sudah disebutkan sebelumnya pada kalimat berikutnya. Perhatikan contoh berikut.

(27) (a) Pemilihan presiden sudah di ambang. (b) Ø Tinggal hitungan

hari saja. (c) Marilah kita memanfaatkan momentum Ø tersebut sebaik-bakinya untuk memilih masa depan bangsa. (d) Datanglah ke bilik-bilik yang telah disediakan, untuk mencontreng. (e) Jangan salah pilih, oleh sebab itu kita perlu merenungkan siapa yang pantas dicontreng dari ketiga calon tersebut. (f) Di sisi lain, siapa pun presidennya nanti, itulah pilihan rakyat. (g) Kita berharap ke depan bisa membawa perahu bangsa ini belayar lebih stabil menuju cita-cita. (h) Sungguh, kita mendambakan pemimpin yang baik, yang sesuai, yang bisa membaca keinginan rakyat dan mampu membawa bangsa ini lebih bermartabat.

Kedaulatan Rakyat, 2 Juli 2009

(48)

(27A) (a) Pemilihan presiden sudah diambang. (b) Pemilihan presiden tinggal hitungan hari saja. (c) Marilah kita manfaatkan

momentum pemilihan presiden tersebut sebaik-baiknya untuk

memilih masa depan bangsa. (d) Datanglah ke bilik-bilik yang telah disediakan, untuk mencontreng. (e) Jangan salah pilih, oleh sebab itu kita perlu merenungkan siapa yang pantas dicontreng dari ketiga calon tersebut. (f) Disisi lain, siapa pun presidennya nanti, itulah pilihan rakyat. (g) Kita berharap kedepan bisa membawa perahu bangsa ini berlayar lebih stabil menuju cita-cita. (h) Sungguh kita memimpikan pemimpin yang baik, yang sesuai, yang bisa membaca keinginan rakyat dan mampu membawa bangsa ini lebih bermartabat.

(28) (a) Selama masa kampanye, ketiga pasangan capres-cawapres

beserta tim suksesnya menyosialisasikan visi misinya. (b) Ø Menawarkan program kerja yang akan dilakukan bila dipercayai memegang kemudi pemerintahan masa bakti 2009-2014. (c) Dalam bahasa awam, mereka berkesempatan mengobral janji.

(d) Kita mencermati janji-janji Ø itu, ada yang membumi. (e)

Ada yang sekedar rayuan gombal atau retorika belaka. (f) Membumi, karena menyangkut problem dan kebutuhan masyarakat bangsa. (g) Sekedar rayuan gombal atau retorika, karena berisi janji yang muluk-muluk – tanpa mendasarkan diri pada situasi serta kondisi kehidupan bangsa dan Negara.

(Kedaulatan Rakyat, 6 Juli 2009)

(49)

(29) (a) Dalam konteks itu, kita mengharapkan Partai Golkar lebih berani untuk beroposisi, karena suaranya cukup signifikan di parlemen. (b) Sebaliknya, bila Ø Golkar merapat ke SBY-Boediono, sulit rasanya mengahrapkan kekuatan yang seimbang di eksekutif dan parlemen. (c) Lagi pula, secara etika politik, rasanya tidak pantas bila Ø Golkar meminta ‘jatah’ kursi kabinet, sementara partai tersebut telah mengajukan calon sendiri ketika pilpres.

(Kedaulatan Rakyat, 14 Juli 2009)

Contoh (29) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (29a), (29b), dan (29c). Kata partai pada kalimat (29a) diulang kembali penyebutannya pada kalimat (29b) dan (29c) dalam bentuk zero (Ø). Jadi, contoh (29) terdapat kohesi pelesapan. Hubungan kohesi terjadi antara zero dan partai.

2.1.4Perangkaian

Perangakaian adalah kohesi gramatikal yang beerwujud konjungsi. Perangkaian berbeda dengan kohesi gramatikal lainnya. Perangkaian yang berupa konjungsi menyatakan relasi makna tertentu. Perhatikan contoh berikut.

2.1.4.1 Perangkaian Bermakna ‘sebab’ dengan Penanda Kata Sebab dan

Karena

Berikut merupakan contoh paragraf yang mempunyai makna ‘sebab’ dengan penanda kata sebab.

(30) (a) Kita berharap dengan amat sangat. (b) Tidak siapapun dan

(50)

pilpres. (e) Sebab bila hal itu sampai terjadi dapat menodai pesta demokrasi bernama pilpres – yang dalam beberapa kasus sempat dipertanyakan kredibilitas maupun netralitas pelaksanaannya.

(Kedaulatan Rakyat, 6 Juli 2009)

Contoh (30) terdiri dari lima kalimat, yaitu kalimat (30a), (30b), (30c), (30d) dan (30e). Kata sebab berfungsi menghubungkan kalimat (30e) dengan kalimat sebelumnya, yaitu (30a), (30b), (30c), dan (30d). Konjungsi tersebut menyatakan relasi makna ‘sebab’. Oleh karena itu pada contoh (30) terdapat kohesi perangkaian.

(31) (a) Berbeda dengan pemilihan calon anggota legislatif kemarin,

untuk pemilihan presiden tampaknya berbagai pihak punya kepentingan. (b) Sebab, kalau pemilihan presiden hanya diikuti pemilih dengan apa adanya, sebenarnya banyak yang dirugikan. (c) Bahkan banyak kejanggalan terjadi, selain banyak juga suara tidak terakomodasi. (d) Kemana mereka? (e) Selain itu ada sejumlah kejanggalan, umpamanya orang yang sudah meninggal masih terdaftar. (f) Anak dibawah umur, tercatat salam daftar pemilih. (g) Sebaliknya, nama yang berhak memilih tapi justru tidak tercatat.

(Kedaulatan Rakyat, 9 Juli 2009)

(51)

Berikut merupakan contoh yang memiliki makna ‘sebab’ dengan penanda kata karena.

(32) (a) Terlepas dari itu semua, apa pun hasil survei, ketika

dipublikasikan, tentu harus disikapi. (b) Dunia penerbangan kita, termasuk dalam hal ini pelaku pariwisata diharapkan melakukan introspeksi dengan kepala dingin. (c) Karena, imbas pariwisata akan sangat terasa ketika dunia penerbangan kita terpukul dan terus terpuruk.

(Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2009)

Contoh (32) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (32a), (32b), dan

(32c). Kata karena pada kalimat (32c) berfungsi untuk merangkai kalimat (32b)

dan (32c). Kata karena mempunyai hubungan makna ‘sebab’. Kallimat (32c), yaitu karena, imbas pariwisata akan sangat terasa ketika dunia penerbangan kita terpukul dan terus terpuruk, merupakan penyebab dari kalimat (32b), yaitu dunia

penerbangan kita termasuk dalam hal ini pelaku pariwisata diharapkan

melakukan introspeksi dengan kepala dingin. Dari contoh tersebut tampak adanya

kohesi perangkaian.

(33) (a) Tentunya, kita semua, baik pemerintah, maupun komunitas

maskapai penerbangan di tanah air tak perlu kebakaran jenggot dan terburu-buru memberikan respon emosional yang dikhawatirkan justru jadi langkah yang kontra-produktif. (b) Karena, masyarakat dunia pun sekarang juga sudah makin cerdas dan kritis dengan pemberitaan maupun imbauan dari otoritas yang berkompeten pada dunia penerbangan.

(52)

Contoh (33) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (33a) dan (33b). Kata karena ada kalimat (33b) merupakan sebab dari kalimat (33a). Oleh karena itu

pada contoh (33) terdapat kohesi perangkaian.

Kata karena merupakan kata penghubung dalam kalimat, sehingga tidak

dapat digunakan diawal kalimat. Tetapi dalam kasus ini kata karena digunakan diawal kalimat.

2.1.4.2 Perangkaian Bermakna ‘lebih’ dengan Penanda Kata Bahkan

Berikut merupakan contoh yang mempunyai makna ‘lebih’ dengan penanda kata bahkan.

(34) (a) Dalam kasus kecelakaan KA di Klaten, pihak PT KA

menyatakan laju kereta api telah sesuai jalur. (b) Bahkan masinis telah berusaha mengerem dan mengurangi kecepatan ketika melihat minibus berada di perlintasan. (c) Berdasarkan saksi mata, mesin minibus macet saat berada di perlintasan.

(Kedaulatan Rakyat, 7 Juli 2009)

(53)

2.1.4.3 Perangkaian Bermakna ‘perlawanan’ dengan Penanda Kata Namun

Berikut ini contoh yang memiliki makna ‘perlawanan’ dengan penanda kata namun.

(35) (a) Langkah penutupan rekening liar ini juga terkesan tidak

pandang bulu. (b) Buktinya, dari data bulan Juni 2009, dari sebanyak 72 rekening liar yang sudah ditutup oleh Departemen Keuangan, termasuk di dalamnya adalah rekening Depkeu sendiri. (c) Namun besarnya Hekinus tidak banyak, sekitar Rp 2 sampai 3 miliar.

(Kedaulatan Rakyat, 8 Juli 2009)

Contoh (35) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (35a), (35b), dan (35c). Kata namun berfungsi sebagai penghubung antara kalimat (35b) dengan kalimat (35c). Konjungsi tersebut menyatakan hubungan makna ‘perlawanan’ atau pertentangan’. Contoh (35b) ini hal yang dipertentangkan adalah antara kalimat (35b) dan (35c). Pada kalimat (35b) dikatkan bahwa rekening Depkeu termasuk salah satu dari 72 rekening liar yang ditutup, tapi pada kalimat (35c) dikatakan bahwa besarnya hekinus tidak banyak. Hal inilah yang saling bertentangan. Oleh karena itu pada contoh (35) terdapat kohesi perangkaian. Hubungan kohesi terjadi antara kalimat (35b), yaitu Buktinya, dari data bulan Juni 2009, dari sebanyak 72 rekening liar yang sudah ditutup oleh Departemen

Keuangan, termasuk di dalamnya adalah rekening Depkeu sendiri dan besarnya

(54)

(36) (a) Kita tentu tidak menginginkan flu babi mewabah seperti halnya flu burung. (b) Menimbulkan kekhawatiran dimana-mana. (c) Memunculkan kepanikan karena tingkat keganasannya, sehingga merenggut banyak nyawa manusia. (d) Dalam kaitan ini, tanggung jawab untuk mengantisipasinya tidak hanya terbeban di pundak Depkes beserta jajarannya di daerah-daerah. (e) Namun juga perlu keterlibatan instansi dan institusi lain, seperti Dephub yang mengelola transportasi lalu lintas manusia.

(Kedaulatan Rakyat, 13 Juli 2009)

Contoh (36) terdiri dari lima kalimat, yaitu kalimat (36a), (36b), (36c), (36d), dan (36e). Dalam contoh ini tampak bahwa kata namun berfungsi sebagai penghubung antara kalimat (36e) dengan kalimat-kalimat sebelumnya. Kata namun merupakan konjungsi yang menyatakan hubungan makna ‘pertentangan’ atau ‘perlawanan’. Tampak pada contoh tersebut terdapat kohesi perangkaian. Hubungan kohesi terjadi antara kalimat (36), yaitu dalam kaitan ini, tanggung jawab untuk mengantisipasinya tidak hanya terbeban di pundak Depkes beserta

jajarannya di daerah-daerah dan juga perlu keterlibatan instansi dan institusi lain, seperti Dephub yang mengelola transportasi lalu lintas manusia, pada kalimat (36e).

2.1.4.4 Perangkaian Bermakna ‘akibat’ dengan Penanda Kata Sehingga

Berikut contoh yang terdapat makna ‘akibat’ dengan penanda kata sehingga.

(37) (a) Terlepas dari itu semua, apa pun hasil survei, ketika

(55)

introspeksi dengan kepala dingin. (c) Karena, imbas pariwisata akan sangat terasa ketika dunia penerbangan kita terpukul dan terus terpuruk.

(d) Sehingga, semua pihak dituntut menata diri, menyatukan visi untuk benar-benar mewujudkan citra penerbangan yang kredibel, dipercaya dan nyaman. (e) Hal ini hanya bisa terwujud sengan aksi konkret. (f) Komitmen untuk melakukan integrated marketing plan dan integrated marketing action harus benar-benar diwujudkan dan menjadi hymne bersama, baik pemerintah, maupun pelaku bisnis penerbangan dan industri pariwisata.

(Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2009)

Contoh (37) terdiri dari dua paragraf, paragraf pertama terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (37a), (37b), dan (37c). Paragraf kedua terdiri dari tiga kalimat, yaitu (37d), (37e), dan (37f). Kata sehingga pada kalimat (37d) menghubungkan kalimat (37c) dengan (37d). Kata penghubung sehingga menandai hubungan makna ‘akibat’. Kalimat (37d), yaitu sehingga semua pihak dituntut menata diri, menyatukan visi untuk benar-benar mewujudakn citra penerbangan yang kredibel, dipercaya, dan nyaman, merupakan akibar dari kalimat (39c), yaitu karena imbas pariwisata akan sangat terasa ketika dunia penerbangan kita terpukul dan terus terpuruk. Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi perangkaian.

(56)

2.2 Kohesi Leksikal

2.2.1 Pengulangan

Pengulangan adalah kohesi yang berupa pengulangan konstituen yang telah disebutkan sebelumnya. Perhatikan contoh berikut.

(38) (a) Citra dunia penerbangan Indonesia kembali terpukul. (b)

Belum lagi selesai pemulihan citra penerbangan kita di mata Uni Eropa, kini muncul ‘vonis’yang cukup menyakitkan, yakni predikat sebagai salah satu maskapai penerbangan yang masih kategori ‘paling tidak aman’ di dunia. (c) Dalam siaran Stasiun TV ‘Saluran Tujuh’ Australia, disebutkan bahwa Indonesia, Angola, Liberia, Sudan, dan korea Utara dinilai sebagai lima negara dengan maskapai penerbangan ‘paling tidak aman’ di dunia (KR, 30/6).

(d) Bahkan, dalam acara yang diisi dengan wawancara dengan Redaktur Senior Jurnal Manajemen Penerbangan “Air Transport World’, Geoffrey Thomas itu, terungkap bahwa tingkat keselamatan berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang jelek. (e)Lebih menohok lagi, dalam dialog itu juga sempat dipertanyakan mengapa pemerintah Australia tidak mengikuti langkah Uni Eropa yang sudah terlebih dahulu melarang maskapai penerbangan dari 18 negara, termasuk Indonesia.

(Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2009)

(57)

yang bergerak dalam penerbangan (KBBI, 2008:884). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi pengulangan. Contoh (38A) menjelaskan hal tersebut. Hubungan kohesi terjadi antara maskapai penerbangan dan maskapai penerbangan.

(38A) (a) Citra dunia penerbangan Indonesia kembali terpuruk. (b) Belum lagi selesai pemulihan citra penerbangan kita di mata Uni Eropa, kini uncul ‘vonis’ yang cukup menyakitkan, yakni predikat sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam penerbangan yang masih kategori ‘paling tidak aman’ di dunia. (c) Dalam siaran Stasiun TV ‘Saluran Tujuh’ Australia, disebutkan bahwa Indonesia, Angola, Liberia, Sudan, dan Korea Utara dinilai sebagai lima Negara dengan perusahaan yang bergerak dalam penerbangan ‘paling tidak aman’ di dunia (KR, 30/6).

(d) Bahkan, dalam acara yang diisi dengan wawancara dengan Redaktur Senior Jurnal Manajemen Penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas itu, terungkap bahwa tingkat keselamatan berbagai perusahaan yang bergerak dalam penerbangan Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang jelek. (e) Lebih menohok lagi, dalam dialog itu juga sempat dipertanyakan mengapa pemerintah Australia tidak mengikuti langkah Uni Eropa yang sudah terlebih dahulu melarang perusahaan yang bergerak dalam penerbangan dari 18 negara, termasuk Indonesia.

(39) (a) Mau tidak mau, momentum pemilihan presiden akan datang

juga. (b) Jika kita menunggu momentum tersebut, maka pada

Rabu, 8 Juli 2009, itulah saatnya tiba. (c) Pada saat itu kita harus menentukan pilihan dengan tegas setelah mencermati, memperhatikan, mengamati dan mengikuti kampanye yang dilakukan tiga calon presiden dan calon wakil presiden. (d) Karena formatnya adalah kampanye, maka isinya adalah memperkenalkan program-program, mungkin juga termasuk janji-janji yang akan dilaksanakan, dan meyakinkan rakyat agar menentukan pilihan pada dirinya.

(58)

Contok (39) terdiri dari empat kalimat, yaitu kalimat (39a), (39b), (39c), dan (39d). Kata momentum pada kalimat (39a) diulang kembali pada kalimat

(39b). Kata momentum pada kalimat (39a) dan (39b) mempunyai referen yang

sama, yaitu saat yang tepat (KBBI, 2008:926). Oleh karena itu, contoh (39) terdapat kohesi pengulangan. Hubungan kohesi terjadi antara kata momentum dan momentum. Contoh (39A) menjelaskan hal tersebut.

(39A) (a) Mau tidak mau, saat yang tepat pemilihan presiden akan datang juga. (b) Jika kita menunggu saat yang tepat tersebut, maka pada Rabu, 8 Juli 2009, itulah saatnya tiba. (c) Pada saat itu kita harus menentukan pilihan dengan tegas setelah mencermati, memperhatikan, mengamati dan mengikuti kampanye yang dilakukan tiga calon presiden dan calon wakil presiden. (d) Karena, formatnya adalah kampanye, maka isinya adalah memperkenalkan program-program, mungkin juga termasuk janji-janji yang akan dilaksanakan, dan meyakinkan rakyat agar menentukan pilihan pada dirinya.

(40) (a) Ledakan di Hotel JW Marriott Jakarta bukan saja mengoyak

kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia, tapi juga mempurukan sistem keamanan-intelijen di Tanah Air. (b) Mengapa terjadi kecolongan yang sama? (c) Seperti kita ketahui, pada tanggal 5 Agustus 2003 bom meledak di Hotel JW Marriott dan menewaskan 12 orang dan 150 luka-luka. (d) Pasca ledakan, pengamanan di seluruh hotel diperketat. (e) Pengamanan di Hotel JW Marriott pun super ketat. (f) Namun, pada Jumat 17 Juli 2009 tragedi kemanusiaan kembali terulang. (g) Hotel JW Marriott dibom dan selang beberapa menit giliran Ritz Carlton. (h) Sedikitnya Sembilan orang meninggal dan 53 luka-luka.

(59)

Contoh (40) terdiri dari delapan kalimat, yaitu kalimat (40a), (40b), (40c), (40d), (40e), (40f), (40g), dan (40h). Kata Hotel JW Marriott yang terdapat pada kalimat (40a) diulang kembali pada kalimat (40c), (40e), dan (40g). Frase Hotel JW Marriott pada kalimat (40a), (40c), (40e), dan (40g) merupakan nama

hotel. Jadi pada contoh (40) terdapat kohesi pengulangan. Hubungan kohesi terjadi antara frase Hotel JW Marriott dan frase Hotel JW Marriott.

(41) (a) Personel Densus 88 juga telah disebar ke berbagai tempat.

(b) Densus 88 menyisir berbagai lokasi yang diduga sebagai tempat persembunyian Noordin M Top dan anak buahnya, baik Jateng, DIY maupun luar Jawa. (d) Dalam beberapa

penggerebekan yang dilakukan Densus 88, Noordin M Top

selalu lolos. (d) Ia dikenal licin seperti belut. (e) Lantas, dimana sesungguhnya Noordin M Top bersembunyi? (f) Tak ada yang bisa menjawabnya. (g) Karena itu, polisi terus menyebar foto gembong teroris itu dengan berbagai versi.

(Kedaulatan Rakyat, 28 Juli 2009)

(60)

2.2.2 Hiponimi

Hiponimi adalah kohesi yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan yang lainnya. Relasi makna terlihat dari konstituen yang memiliki hubungan makna umum (superordinat) dan yang memiliki hubungan makna khusus (hiponim).

(42) (a) Pada debat terbuka di TV, ketiga calon presiden menegaskan

akan mengurangi angka pengangguran lewat pemerataan pembangunana dan peningkatan kegiatan usaha. (b) Langkah-langkah ini menurut Susilo Bambang Yodhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia yang mencapai 10 juta orang.

(Kedaulatan Rakyat. 4 Juli 2009)

Contoh (42) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (42a) dan (42b). Kata ketiga calon presiden pada kalimat (42a) dan Susilo Bambang Yudhoyono,

Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla pada kalimat (42b) mempunyai

hubungan hiponimi. Kata ketiga calon presiden merupakan superordinat karena merangkul kata Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla. Hubungan hiponimi terjadi antara tiga calon presiden dan Suilo Bambang Yodhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla. Dari contoh tersebut

tampak adanya kohesi hiponimi. Contoh (42A) menjelaskan hal tersebut. Hubungan hiponimi ini dapat dilihat pada bagan 1.

(61)

pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha. (b) Langka-langkah ini menurut ketiga calon presiden dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia yang mencapai 10 juta orang.

Bagan 1: Bagan Relasi Hiponimi

Hiponim

(43) (a) Jumlah rekaning tersebut, berasal dari seluruh instansi

pemerintah dan berada di bank-bank nasional. (b) Tentu, dalam melakukan gerakan ini, Departemen Keuangan tidak bekerja sendiri, namun melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi dan

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. (c) Tak heran

kalau kemudian dilaporkan pula ada beberapa rekening yang terindikasi korupsi, yang ada di beberapa departemen, seperti di Departemen Sosial dan Departemen Tenaga Kerja.

(Kedaulatan Rakyat, 8 Juli 2009)

Contoh (43) terdirii dari tiga kalimat, yaitu kalimat (43a), (43b), dan (43c). Kata instansi pemerintahan pada kalimat (43a) dan Departemen Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

pada kalimat (43b), Departeman Sosial, dan Departemen Tenaga Kerja pada kalimat (43c) mempunyai hubungan hiponimi. Kata instansi pemerintahan

Ketiga Calon Presiden (Superordinat)

Susilo Bambang

Yudhoyono Soekarnoputri Megawati

Jusuf Kalla

(62)

merupakan superordinat karena merangkul Departemen Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Badan Pengawas Keuangan dan Pemabangunan,

Departemen Sosial, dan Departemen Tenaga Kerja. Hubungan hiponimi ini dapat

dilihat pada bagan 2.

Bagan 2: Hubungan Relasi Hiponimi

Hiponimi

(44) (a) Dalam hitung-hitungan politik, wajar bila nanti parpol

pendukung pasangan SBY-Boediono, minta ‘jatah’ di kursi kabinet. (b) Beberapa nama telah dimunculkan, misalnya dari PKS ada Tifatul Sembiring, dari PAN Hatta Rajasa, PPP Suryadharma Ali dan sebagainya. (c) Namun, itu semua masih dalam tataran isu.

(d) Sedang sikap Partai Golkar, sampai saat ini masih belum

jelas apakah akan merapat ke SBY-Boediono atau tidak. (e) Secara resmi hal itu akan ditentukan Munas – walaupun banyak

Instansi Pemerintahan (Superordinat)

Departemen Keuangan

Komisi Pemberantasan

Korupsi

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

Departemen Sosial

Departemen Tenaga

Kerja

(63)

kalangan meragukan Golkar memilih oposisi. (f) Koalisi besar yang dibangun dengan PDIP, Hanura, dan Gerindra pun terancam pecah.

(g) Meski secara resmi Golkar tidak masuk dalam koalisi pendukung SBY-Boediono – karena menjagokan Jusuf Kalla-Wiranto (Hanura) – namun suaranya di parleman dukup signifikan. (h) Partai besar lainnya, seperti PDIP misalnya, sikapnya lebih jelas untuk memilih oposisi. (i) Sikap Partai Gerindra juga cukup jelas terbaca untuk beroposisi. (j) Dalam pilpres partai ini berkoalisi dengan PDIP dengan mengusung Prabowo Subianto sebagai cawapres mendampingi Megawati. (k) Melihat komposisi kursi di parlemen, dimana Partai Demokrat mandominasi, ditambah dengan partai pendukung koalisi, semestinya ada kekuatan lain untuk mengimbangi pemerintahan SBY-Boediono (bila memang terpilih sebagai presiden-wakil presiden.

(Kedaulatan Rakyat, 14 Juli 2009)

Contoh (44) terdiri dari empat paragraf. Paragraf pertama terdiri dari kalimat (44a), (44b), dan (44c). Paragraf kedua terdiri dari kalimat (44d), (44e), dan (44f). Paragraf ketiga terdiri dari kalimat (44g), (44h), dan (44j). Seda

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menganalisis tentang internalisasi nilai toleransi melalui model telling story pada pembelajaran PKn untuk mengatasi perkelahian tawuran antar pelajar

Membandingkan hasil penyelesaian persamaan dasar fluida antara penyelesaian hampiran HAM dan VIM dengan penyelesaian numerik pada nilai awal dan parameter yang

Sebuah Cut dimana karakter / object berpindah tempat, yang disebabkan karena kedua shot sangat mirip (ukuran, angle).. JUMP CUT dianggap sebagai kesalahan

This work discusses influences of Heidegger’s ontology and Nietzsche’s overman in the main character in Sartre’s The Flies since interpretations of this play are dominated either

Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu hal yana dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik pada janin dan ibu, baik selama kehamilan, persalinan maupun

Setiap orang dalam tim sales dianggap memiliki skill atau kemampuan mempengaruhi yang sama untuk mendatangkan konsumen, keandalan mesin pro- duksi dianggap

4. Menetapkan  jabatan  Wakil  Komisaris  Utama  dan  mengangkat  Bapak  Mudjiadi  selaku  Wakil  Komisaris  Utama,  dengan  masa  jabatan  terhitung  sejak 

Perbedaan hasil belajar semester I dan II antara mahasiswa lulusan SMK dan SMA dikarenakan pada semester 1 dan II ini lebih didominasi oleh mata kuliah umum, sehingga