• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MAKNA (KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN) DALAM MENJALIN PERSAHABATAN DENGAN LAWAN JENIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF TENTANG MAKNA (KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN) DALAM MENJALIN PERSAHABATAN DENGAN LAWAN JENIS"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MAKNA (KEUNTUNGAN

DAN KERUGIAN) DALAM MENJALIN PERSAHABATAN

DENGAN LAWAN JENIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Fenny Oktarina NIM : 049114021

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

SUKSES adalah HAK SAYA SAYA akan selalu MENJAGANYA

Karena…

SAYA adalah KOMANDAN dari DIRI SAYA hari ini

SAYA adalah Arsitek

hari esok SAYA

Jadi SAYA tidak akan biarkan SEORANG pun mencuri IMPIAN SAYA

“Keberanian adalah saat kamu tahu kamu akan kalah sebelum memulai dan kamu menyelesaikannya apa pun yang terjadi”

(Tiga Venus, Clara Ng)

“ Vission without action is merely fantasy, Action without vission

will eventually just be a memory”

(5)

v

e

T

hAnKfuL

Be Thankful that you don’t already have everything you desire If you did, what would there be to look forward to?

Be thankful when you don’t know something For it gives you the opportunity to learn

Be thankful for the difficult times During those times you grow

Be thankful for your limitations,

Because they give you opportunities for improvement

Be thankful for each new challenge,

Because it will build your strength and character

Be thankful for your mistakes. They will teach you valuable lessons

Be thankful when you’re tired and weary Because it means you’ve made a difference

(6)

vi are also thankful for the setbacks

Gratitude can turn a negative into a positive

Find a way to be thankful for your troubles, and they can vecome your blessings.

“Kesalahan terbesar yang dapat dilakukan umat manusia adalah

merasa takut melakukan kesalahan”

(Ebbert Hubbard)

“The day I don’t face problems, I should think

that I am walking on a wrong path”

(Vivekanda)

Ja n ga n la h b er d o a u n t u k m em o h o n k eh id u p a n ya n g m u d a h . Ber d o a la h a ga r Anda menjadi orang yang lebih KUAT.

Ja n ga n la h b er d o a a ga r t u ga s t u ga s An d a s es u a i d en ga n k ek u a t a n -k e-k u a t a n An d a . Ber d o a la h a ga r -k e-k u a t a n - -k e-k u a t a n it u s es u a i d en ga n t u ga s - t u ga s An d a . Ma k a , s eles a in ya p ek er ja a n An d a t id a k

la gi m en ja d i k ea ja ib a n , t et a p i Anda sendirilah yang menjadi KEAJAIBAN.

(7)

Brooks-vii

D

REAMING

D

riving you to BETTER FUTURE

R

eleasing your past STRESS

E

nergizing your step to the TOP

A

voiding you from DESPERATE

M

aking Posibilities and Oppurtunities

I

nspiring YOURSELF and Others

N

urturing your life

G

iving you JOY and HAPPINESS

Ketakutan dan kemalasan merupakan “Pembunuh Jiwa”

(8)

-viii

My Lord,

Jesus Christ

Papaku tercinta yang sudah berbahagia di

surga,

Rusmawi

My Super Mom,

Veronica Suherni

My Lovely Sister,

Ervina Stevany

My Little Brother,

Riecho Antonius

dan para Sahabat, Pembimbing,Ce

& Ko

2

Sepupu,

Kerabat, serta ”Saudariku, Three Sista”

(9)

ix

S

ahabat”

Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan. Dan dia menjawab:

Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.

Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.

Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mau kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”. Dan bilamana dia diam, hatimu berhenti dari mendengar hatinya; karena tanpa

ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;

Karena yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih

agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.

Karena cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.

Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu. Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama

dalam membunuh waktu?

Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!

Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu. Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan

berkongsi kegembiraan..

Karena dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Fenny Oktarina (2009). Studi Deskriptif tentang Makna (Keuntungan dan Kerugian) dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui makna, keuntungan, dan kerugian yang dirasakan individu ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis, serta mencari tahu apakah terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita mengeni ketiga hal ini. Latar belakang permasalahan yang terjadi adalah persahabatan antara pria dan wanita merupakan suatu hubungan yang unik dan kontroversial bahkan sering terdapat pandangan bahwa tidak mungkin pria dan wanita dapat menjalin persahabatan yang murni.

Responden penelitian ini adalah para mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal dan memiliki sahabat yang berbeda jenis kelamin dengan mereka. Metode yang digunakan untuk mengambil data adalah metode fenomenologi. Metode penelitian fenomenologi adalah suatu penelitian yang menggambarkan makna dari pengalaman dalam suatu fenomena (atau topik atau konsep) pada beberapa individu. Pengumpulan data menggunakan angket terbuka dengan analisis isi sebagai analisis datanya. Untuk menjaga reliabilitas data, digunakan tehnik reliabilitas interkoder (reproducibility/ Intercoder Reliability), dengan keofisien reliabilitas sebesar 0,88.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pria dan wanita memaknai persahabatan dengan lawan jenis sebagai suatu bentuk hubungan yang intim yang memungkinkan subjek untuk saling memberi dan menerima (simbiosis mutualisme), berkembang secara personal, lebih mengenal lawan jenis dan bersifat abadi. Dengan menjalin persahabatan dengan lawan jenis, individu akan memperoleh keuntungan secara emosional, kognitif, dan juga keuntungan secara finansial. Namun, individu juga merasakan kerugian berupa pengorbanan dalam berbagai hal, kemungkinan akan menyukai sahabatnya sendiri, dan adanya respon sosial yang negatif. Dari penelitian ini juga tampak adanya perbedaan dalam cara pria dan wanita mempersepsikan makna, keuntungan, maupun kerugian yang mereka rasakan ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis terkait dengan adanya perbedaan evolusioner dan perbedaan gender antara pria dan wanita serta adanya pengaruh budaya.

(12)

xii ABSTRACT

Fenny Oktarina (2009). Descriptive Study about Meaning (Benefits and Costs) of Cross Gender Friendship. Yogyakarta: Faculty of Psychology Sanata Dharma University.

The aims of this qualitative study were to know about the meaning, benefits, and costs that someone got when he/she have a cross gender friendship. The background of this study was cross gender friendship is a unique and controversial type of relationship. Some people also think that it is impossible for a man and woman have a pure friendship relationship.

The subjects of this research were college student that were young adult and have minimal one cross gender friendship. The method used in taking the data was phenomenology method. It is a research method which describes the meaning of an experience in a phenomenon (or a topic or a concept) upon any individual. The data were collected by using open angket. The reliability techniques used were reproducibility/ Inter coder Reliability (content classification produces the same result when the same text was coded by more than one coder). In this research, the reliability coefficient was 0, 88.

The findings showed that some of the subject percept cross gender friendship as an intimate relationship between man and woman that gave chance for them to give and take something from their friend (mutualism symbiosis), learn and growth as personal, to know and understand more about their cross gender friend, and lasting forever.By having cross gender friendship, people will

felt three kind of benefits (emotional, cognitive, and financial benefits) and also felt three kind of costs (sacrifice, sexual attraction to their friend, and negative social response). From this research, it know that there are differences in the way how men and women percept the meaning, benefits, and costs of their cross gender friendship.

(13)
(14)

xiv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang karena berkat kasihNya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Tanpa bimbinganNya, skripsi ini akan semakin lama terselesaikan.

Penulisan skripsi ini dilakukan sekitar dua tahun. Sebuah proses yang cukup panjang untuk sebuah penulisan skripsi. Selama dua tahun itu pula, penulis mengalamai banyak dinamika hidup. Dinamika untuk mengalahkan diri sendiri, untuk tetap fokus pada studi dan untuk tetap bisa bersikap rasional serta pasrah terhadap keadaan. Namun semua tantangan ini sudah dapat dilalui dan tiba saatnya untuk mempertanggunjawabkannya. Meskipun demikian, peneliti menyadari berbagai kekurangan yang masih ada dalam skripsi ini, oleh karena itu, masukan-masukan akan sangat berguna bagi kesempurnaan skripsi ini.

Untuk semuanya itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan waktu, informasi, dan dukungan hingga selesainya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.

2. V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M. Psi selaku pembimbing skripsi, yang dengan teliti memeriksa dan senantiasa memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

(15)

xv

4. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta; Ibu MB. Rohaniwati, Mas Gandung Widiyantoro, Mas P. Mujiono, Mas Doni, dan Bpk Giyono yang dengan setia senantiasa membantu dalam berbagai hal. 5. Buat semua teman-teman yang telah membantu penulis untuk memperoleh

data-data yang akurat dengan mengisi angket persahabatan yang telah dibagikan. Terima kasih telah membantu saya.

6. Untuk Mas Dian, makasih ya dah bantuin aq bagiin angket n selalu nyemangatin aq.

7. Buat my lovely mom and dad. Makasih ya ma, pa dah sabar menghadapi dan mendampingi anakmu yang ‘bandel’ ini. Makasih buat semua fasilitas, dukungan, waktu, tenaga, materi yang sudah dikorbankan buat aku. Terima kasih buat dukungan, cinta kasih, dan kesabaran yang sudah diberikan. “love u mom, dad you are the best parents for me”.

8. Buat meme Vee-na. ” Akhirnyo cece kau ni lulus jugo.hoho...jangan ditiru ye kelamoan ni ngerjoin skripsinyo!!!hehe...oh y mokasih yo dek dah dibantuin bagi angket pas pre test”

9. Buat Titi Rie-cho, “aku dah lulus dek, sekarang giliran kau yang berjuang tuk kuliah. Kuliah yang rajin yo dek.”

(16)

xvi

11. Buat anak-anak ex 99999; MamaLIA, Merry, Limdra, Ci Bia, Ci ko di, Lise, sista Dani dan lain-lain. Makasih karena selama ini selalu nyemangatin dan marahin aku kalo lagi males kerjain skripsi.hehe...Perjuangan kalian tidak sis-sia teman, akhirnya aku lulus juga.haha....

12. Buat teman-teman “Istana Gajah”; mbak Anis, mas ivan, dini, afong, aan, ahie, dan lain-lain deh. “yeah aku LULUS!!”

13. Temen-Temen ADT, “ya akhirnya bentar lagi dah harus pisah ini ma kalian, padahal masih pengen berdinamika lagi ni ma kalian. Makasi ya teman-teman buat semua dukungan dan pembelajaran yang aku dapat dari kalian.” Tuk Pak heri, selaku pembimbing ADT, “Makasih ya pak buat bimbingannya selama saya di ADT, akhirnya saya bisa segera lulus ni jadi gak diejek lagi deh.hehe...”

14. Buat teman-temanku di Palembang; Weni, Leni, Efva, Frengki, Peto, Dudu yang selalu menyemangati dan memotivasi aku tuk cepat lulus. “ woi kawan napo kalian tuh cepet nian lah lulus en gawe galo jadi minder dewek aku kok dak lulus-lulus, tapi tenang be bentar lagi aku nyosul kalian. Hwahaha.”

15. Tuk “Kakek Ulun”, “ter, akhirnyo aku luus jugo dak kangen ni pengen balek ke Palembang trus latihan koor ma frater lagi. “

(17)

xvii

17. Serta semua dosen, karyawan, teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi USD (terutama angkatan 2001) dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang senantiasa menyemangati saya dalam tugas ini. Juga buat semua teman yang sudah mendukung dan menemaniku saat ujian berlangsung....Terima kasih banyak!!!...

Akhirnya, saya ucapkan terimakasih atas semua yang telah mewarnai hidup saya. Bapa, dampingilah dan berkatilah semuanya...amin.

Yogyakarta, 01 Juli 2009 Hormat saya,

(18)

xviii DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Halaman Persetujuan Pembimbing ...ii

Halaman Pengesahan...iii

Motto...iv

Halaman Persembahan...viii

Pernyataan Keaslian Data...xi

Abstrak...xii

Abstract...xiii

Halaman Persetujuan ...xiv

Kata Pengantar...xv

Daftar Isi...xix

Daftar Tabel...xxii

Daftar Lampiran...xxiii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...9

C. Tujuan...9

D. Manfaat Penelitian...9

BAB II LANDASAN TEORI...11

A. Persahabatan...11

(19)

xix

C. Tipe Persahabatan berdasarkan Gender...22

1. Persahabatan diantara Para Wanita...22

2. Persahabatan diantara Para Pria...23

3. Persahabatan diantara Pria dan Wanita...23

D. Persahabatan dan Tahap Perkembangan Dewasa Awal ...24

E. Persahabatan Antara Pria dan Wanita dalam Budaya Indonesia....26

F. Makna dalam Persahabatan antara Pria dan Wanita ...26

G. Persahabatan antara Pria dan Wanita terkait dengan Keuntungan dan Kerugian ...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...35

A. Desain Penelitian...35

B. Subjek Penelitian...36

C. Fokus Penelitian ...38

D. Instrumen ...40

E. Analisis data ...42

F. Peranggung Jawaban Mutu ...43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...46

A. Pelaksanaan Penelitian ...46

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...51

1. Kategori Khusus (Empiris) ...51

(20)

xx

b. Kerugian dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis ...58

2. Kategori Umum ...63 3. Perbedaan antara Pria dan Wanita Terkait dengan Makna,

Keuntungan dan Kerugian dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis ...68 C. Pembahasan ...70

1. Keuntungan dan Kerugian dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis ...70 a. Keuntungan dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan

Jenis ...70 b. Kerugian dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan

Jenis ...71 2. Persepsi Pria dan Wanita Mengenai Keuntungan dan Kerugian

dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis...73 a. Persepsi Pria Mengenai Keuntungan dan Kerugian dalam

Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis ...73 b. Persepsi Wanita Mengenai Keuntungan dan Kerugian dalam

(21)

xxi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...86

A. Kesimpulan ...86

B. Saran...89

(22)

xxii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan antara pria dan wanita ...21

Tabel 2.2 Tabel Keuntungan dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita ...32

Tabel 2.3 Tabel Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita ...33

Tabel 3.1 Tabel Aspek Penelitian ...41

Tabel 4.1 Proses Pelaksanaan Penelitian dan Data Demografi Subjek ...49

(23)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

(24)
(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persahabatan merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan

manusia bahkan bagi sebagian besar orang persahabatan merupakan salah

satu aspek penting dalam kehidupannya. Dalam berbagai media sering

ditemui berbagai ekspresi individu maupun kelompok mengenai persahabatan

mulai dari lagu, (“Untuk Sahabat – Audy”, “Kepompong –Sindentosca” dan

lain-lain), cerita novel (“5 cm“), puisi, sampai pada film remaja

(“Kepompong”). Dari sini terlihat bahwa masyarakat melihat pentingnya

peran sahabat dalam kehidupan keseharian seseorang terlepas dari segala

kemajuan teknologi yang membawa kecenderungan individualis dalam

kehidupan bermasyarakat.

Persahabatan sendiri merupakan suatu bentuk hubungan yang unik

yang terjadi begitu saja tanpa adanya suatu bentuk perjanjian ataupun

persetujuan secara langsung dari kedua belah pihak. Persahabatan biasanya

terbentuk di antara orang-orang yang memiliki kesamaan, seperti:

karakteristik, latar belakang, usia, jenis kelamin, suku dan sebagainya.

Biasanya, dasar untuk memperkuat hubungan ini adalah kepercayaan satu

sama lain dan orientasi utama pada kesenangan dan kepuasan pribadi, yaitu

rasa nyaman dan puas yang dirasakan individu ketika ia menghabiskan waktu

(26)

2

Dalam membahas mengenai persahabatan, masalah utama yang sering

dihadapi adalah masih belum adanya kesepakatan mengenai apa itu definisi

sahabat maupun persahabatan (Graham Allan dalam FRIENDSHIP, 2007).

Dalam satu seting seseorang mungkin dapat dikategorikan sebagai seorang

sahabat, namun dalam setting yang lain sebutan ini tampak kurang sesuai.

Walau demikian beberapa ahli seperti Misty N. Carroll (2006) mencoba

mendefinisikan persahabatan sebagai suatu hubungan dimana dua atau lebih

orang akan melakukan kegiatan menyenangkan bersama, saling menceritakan

pengalaman dan permasalahan, menangis bersama, atau sahabat juga bisa

seseorang dari masa lalu yang yang terus saling menjalin relasi. Satu hal yang

pasti, setiap orang di muka bumi ini pasti memiliki dan membutuhkan

kehadiran seorang sahabat untuk berbagi, saling mendukung, dan saling

menjaga.

Dari penelitian yang dilakukan secara terus-menerus, ditemukan

bahwa persahabatan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

sebagai makhluk sosial. Bahkan dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa

persahabatan terkait dengan kesejahteraan psikologis dan dapat meningkatkan

penilaian dan penghargaan terhadap diri sendiri (Hartup & Stevens, 1997).

Selain itu, ikatan sosial dalam persahabatan juga dapat mengurangi efek dari

suatu penyakit dengan cara menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan

kolesterol (Gale Berkowitz, 2002). Bahkan Dr. Klein dalam Berkowitz (2002)

mengungkapkan dengan penuh keyakinan bahwa teman dapat membantu kita

(27)

3

para peneliti telah menemukan bahwa orang yang memiliki teman memiliki

usia yang lebih lama kurang lebih 6 bulan daripada orang yang tidak memiliki

teman dan bahwa dengan memiliki banyak teman individu dapat mengurangi

resiko kematian sebesar lebih dari 60 persen.

Lebih dari itu persahabatan akan memberikan banyak keuntungan

dan memenuhi berbagai fungsi dalam kehidupan seseorang. Seorang sahabat

dapat berperan sebagai teladan (role model), pendengar yang baik, seseorang

yag mau memahami, mengkritik, menasehati ataupun menemani. Seorang

sahabat juga akan selalu menyediakan nasehat, bimbingan, ketentraman,

penerimaan, dukungan, feedback, mendengarkan dengan simpatik, dan

menampilkan adanya perasaan memiliki.

Menurut O’Connor (1992), persahabatan merupakan pemenuhan dari

kebutuhan atau motif internal yang terpusat pada fungsi kepribadian yang

sehat. Dengan adanya kepercayaan dalam persahabatan akan menghadirkan

rasa setia kawan, dan dengan berkembangnya persahabatan, seseorang mulai

membangun sebutan “teman dekat” bahkan “teman baik”. Persahabatan di

sini merepresentasikan hubungan yang sering kali merupakan hubungan yang

paling kekal dalam kehidupan bahkan bertahan lebih lama dari hubungan

suami istri maupun ikatan antara anak dan orang tua (Floyd, 1995).

Sebenarnya ada beberapa faktor yang mendorong terjalinnya

persahabatan antara dua orang atau lebih, misalnya saja perasaan senasib

sepenangungan, kebutuhan untuk saling mendukung dan melengkapi,

(28)

4

orang lain, keterbukan dan lain-lain. Intinya dalam menjalin persahabatan

masing-masing pihak akan memperoleh “sesuatu” yang nantinya akan

memotivasi mereka untuk terus menjalin persahabatan.

Dari perspektif evolusioner, persahabatan dipandang sebagai suatu

hubungan yang penuh misteri, seperti puzzle. Persahabatan yang tidak

memiliki ikatan genetik pun dapat bertahan tidak hanya dalam hitungan hari

ataupun tahun melainkan dapat bertahan seumur hidup (Bleske & Buss,

2000).

Pada dasarnya dalam setiap bentuk persahabatan akan hadir sejumlah

hal yang dapat dikategorikan sebagai hadiah berupa keuntungan yang baik

secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan reproduksi manusia.

Sebagai contoh, seorang teman akan memberikan tempat untuk bernaung

ketika sahabatnya tidak memiliki tempat tinggal, makanan di saat lapar

bahkan perawatan ketika sakit yang akan membantu individu untuk

mengatasi masalah terkait dengan kemampuan adaptif untuk bertahan hidup

(Bleske & Buss, 2000). Dari seorang teman individu juga dapat mengenal

orang yang nantinya akan menjadi pasangan hidupnya dan hal ini akan

membantu untuk mengatasi masalah terkait dengan kemampuan adaptif untuk

memiliki keturunan. Namun demikian terkadang seorang sahabat juga

membawa beberapa kerugian dalam hidup seseorang, seperti yang

diilustrasikan oleh Brutus dan Caesar di mana seorang teman dapat

(29)

5

dimusuhi, atau harus berkompetisi dengan sahabatnya untuk mendapatkan

sesuatu atau bahkan bersaing memperebutkan pasangan.

Seperti yang kita ketahui manusia merupakan makhluk yang memiliki

insting untuk melindungi dirinya sendiri dalam hal ini berarti terdapat

kecenderungan dalam diri setiap orang untuk berusaha memperoleh

keuntungan dan sedapat mungkin menghindari kerugian yang mungkin dapat

melukai ataupun membebani hidup mereka. Prinsip ini juga berlaku dalam

hubungan persahabatan terutama dalam persahabatan dengan lawan jenis.

Setiap orang tentunya akan secara sadar maupun tidak sadar

mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh sebelum

akhirnya memutuskan untuk menjalin persahabatan dengan lawan jenis.

Keuntungan dan kerugian dalam persahabatan inilah yang berusaha

diteliti lebih jauh oleh peneliti. Penelitian ini sebenarnya dilandasi oleh

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Austin, salah satu negara

bagian Amerika oleh April L.Bleske dan David M. Buss pada 200 mahasiswa

pria dan wanita yang berusia 17-32 tahun sebagai penelitian pendahuluan

dalam penelitian mereka yang berjudul “Can Men and Women Be Just

Friends?” Namun adanya perbedaan lingkungan sosial dan budaya antara

masyarakat Austin dan Indonesia membuat peneliti merasa perlu untuk

melihat lebih jauh mengenai apa saja keuntungan dan kerugian yang

dirasakan seseorang ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis

terutama di kalangan kaum muda Indonesia, dalam hal ini mahasiswa.

(30)

6

studi di perguruan tinggi. Subjek mahasiswa dipilih karena sebagian besar

mahasiwa berada pada fase perkembangan dewasa awal dan pada fase ini

individu sedang berusaha untuk mulai membangun hubungan intim dengan

orang lain dengan menjalin persahabatan ataupun mulai mencari pasangan

hidup.

Hal ini didukung oleh pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan

bahwa dalam level sosial yang lebih luas, sifat dasar dari persahabatan

cenderung bersifat fakultatif dan istimewa, maksudnya persahabatan memiliki

arti yang berbeda bagi tiap individu sehingga hubungan ini bersifat sangat

unik dan istimewa bagi setiap individu. Sebagai contoh, dalam beberapa

budaya tipe relasi persahabatan tidak dapat berkembang. Hal ini terjadi pada

beberapa budaya dimana hubungan persahabatan dirumuskan sebagai suatu

bentuk hubungan pribadi yang harus didasarkan pada status dan hubungan

kekeluargaan (DuBois dalam Friendship: Definition And Characteristics,

2008), sedangkan pada budaya yang lain pelaksanaan larangan dilakukan

secara kaku dan mengikat, persahabatan biasanya sangat jarang terjalin atau

bahkan tidak ada sama sekali.

Bagaimanapun seperti yang diungkapkan oleh Lothar Krappmann

dalam Friendship: Definition And Characteristics (2008) individu dalam

budaya yang begitu mengikat sering kali menemukan cara-cara tertentu untuk

menjalin persahabatan. Sebagai contoh, Sarah Uhl dalam artikel berjudul

Friendship: Definition And Characteristics(2008) menemukan bahwa wanita

(31)

7

dilarang untuk menjalin persahabatan dengan pria yang tidak memiliki ikatan

kekeluargaan dengan mereka.

Persahabatan antara pria dan wanita sendiri merupakan suatu

fenomena yang kontroversial akhir-akhir ini di Indonesia. Semakin banyak

hubungan tanpa status ataupun orang-orang yang menyatakan diri mereka

sebagai TTM (Teman tapi Mesra). Batasan antara sahabat, pacar, ataupun

selingkuhan pun semakin tidak jelas. Hal ini tampaknya terkait dengan sifat

persahabatan yang fakultatif dan istimewa, maksudnya persahabatan memiliki

arti yang berbeda bagi tiap individu sehingga hubungan ini bersifat sangat

unik dan istimewa bagi setiap individu. Walaupun demikian, dalam penelitian

ini, peneliti tidak akan membatasi persahabatan antara pria dan wanita

sebagai persahabatan murni ataupun TTM (Teman tapi Mesra) dengan asumsi

bahwa sampai saat ini pun belum terdapat kesepakatan di kalangan

masyarakat awam mengenai batasan dua individu dikatakan TTM (Teman

tapi Mesra) ataupun dikatakan menjalani persahabatan murni. Pada penelitian

ini, peneliti tidak membatasi persahabatan antara pria dan wanita sebagai

persahabatan murni (platonic friendship) ataupun persahabatan romantis

(romantic friendship) dengan asumsi bahwa setiap individu akan memaknai

persahabatan mereka dengan cara yang berbeda-beda.

Penelitian mengenai persahabatan antara pria dan wanita dipilih oleh

peneliti karena pada saat ini sering kali masyarakat memandang secara

negatif hubungan persahabatan tipe ini, masyarakat cenderung beranggapan

(32)

8

masyarakat Indonesia yang mayoritas terdiri dari umat muslim dan cenderung

didominasi oleh ajaran Islam tampak memberi batasan yang cukup ketat

mengenai kedekatan dalam hubungan antara pria dan wanita termasuk dalam

persahabatan antara pria dan wanita terutama yang sudah menikah. Dalam

penelitian ini peneliti juga ingin mencoba mengungkap bagaimana

sebenarnya subjek dalam hal ini mahasiswa yang berada pada tahap

perkembangan dewasa awal memaknai persahabatan mereka dengan lawan

jenis. Apakah memang benar persahabatan dengan lawan jenis semata-mata

mengarah pada hubungan romantis ataukah sebenarnya persahabatan antara

pria dan wanita pun dapat merupakan persahabatan murni (platonic

friendship).

Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini peneliti ingin melihat lebih

jauh bagaimana masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa yang berada

pada tahap perkembangan dewasa awal memaknai persahabatan mereka

dengan lawan jenis. Yang dimaksud dengan makna disini adalah bagaimana

individu melihat hubungan persahabatan yang mereka jalani dengan lawan

jenis. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui keuntungan dan kerugian apa

saja yang dialami individu ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis

dan apakah terdapat perbedaan cara pandang antara pria dan wanita mengenai

(33)

9

B. Rumusan Masalah

1. Apakah makna persahabatan antara pria dan wanita?

2. Bagaimana persepsi pria dan wanita mengenai keuntungan dan kerugian

yang mereka peroleh dalam menjalin persahabatan dengan lawan jenis?

3. Apakah terdapat perbedaan makna, keuntungan dan kerugian yang

diperoleh oleh pria dan wanita dalam menjalin persahabatan dengan

lawan jenis?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui makna persahabatan antara pria dan wanita,

mendapatkan gambaran mengenai keuntungan atau kerugian apa saja yang

yang diperoleh ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis dan apakah

terdapat perbedaan makna, keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh pria

dan wanita dalam menjalin persahabatan dengan lawan jenis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai makna dari

persahabatan antara pria dan wanita, keuntungan dan kerugian yang

diperoleh dalam menjalin persahabatan dengan lawan jenis, serta

gambaran mengenai perbedaan cara pandang pria dan wanita

mengenai keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh dalam

(34)

10

b. Memberikan gambaran mengenai cara pandang kaum muda Indonesia

mengenai persahabatan dengan lawan jenis terkait dengan makna,

keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari relasi tipe ini.

2. Manfaat Praktis

a. Memahami lebih jauh apa yang dicari setiap orang dalam

persahabatan sehingga nantinya setiap orang diharapkan dapat lebih

memahami sahabat mereka dan membuat hubungan persahabatan

mereka bisa bertahan.

b. Memahami leih jauh mengenai cara pandang pria dan wanita

mengenai seorang sahabat sehingga dapat mengurangi terjadinya

(35)
(36)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini, penulis akan memulai dengan penjelasan singkat

mengenai persahabatan secara umum dan beberapa tipe persahabatan yang ada;

dilanjutkan dengan penjelasan singkat mengenai sex dan gender; serta apa yang

dimaksud dengan keuntungan dan kerugian. Selanjutnya penulis juga akan

menjelaskan mengenai persahabatan pada tahap perkembangan dewasa awal

karena subjek yang akan diteliti disini adalah para mahasiswa yang sedang berada

pada tahap perkembangan dewasa awal, serta membahas lebih jauh lagi mengenai

persahabatan antara pria dan wanita serta keuntungan dan kerugian yang diperoleh

dalam hubungan ini.

A. Persahabatan

Persahabatan merupakan suatu bentuk hubungan yang unik. Dalam

menjalin persahabatan tidak ada unsur paksaan, perjanjian ataupun

persetujuan secara langsung dari kedua belah pihak. Persahabatan biasanya

terjadi secara alami dan terbentuk di antara orang-orang yang memiliki

kesamaan, seperti kesamaan karakteristik, latar belakang, usia, jenis kelamin,

suku dan sebagainya. Hal ini terjadi karena pada umumnya individu akan

tertarik dengan individu lain yang memiliki karakteristik yang sama daripada

(37)

12

Setidaknya ada banyak definisi tentang persahabatan, tetapi karena

terbatasnya ruang maka peneliti hanya akan menyebutkan beberapa definisi

tersebut. Dalam ilmu psikologi sosial, persahabatan didefinisikan sebagai

suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap

individu sebagai suatu kesatuan (Iswanto, 2007).

Menurut Iswanto (2007), dalam persahabatan secara umum terdapat

beberapa elemen pokok, yaitu:

1. Adanya penghargaan satu sama lain lebih pada sebagai orang itu sendiri

dari pada keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari persahabatan.

2. Persahabatan sebagai suatu hubungan antar pribadi lebih menekankan

pada kualitas yang obyektif satu sama lain.

3. Memiliki kebebasan untuk saling memberi tanpa adanya harapan untuk

memperoleh imbalan.

4. Individu saling bersahabat karena keunikannya. Persahabatan selalu

memperlihatkan adanya keintiman, individualitas, dan kesetiaan.

Pada umumnya, dalam persahabatan ditemukan adanya dua kualitas

yang tidak dapat dipisahkan, yakni preferensial (memilih-milih) dan mutual

(Iswanto, 2007). Persahabatan itu sifatnya memilih-milih, artinya orang tidak

akan menganggap semua orang sebagai sahabatnya. Ada tingkatan tertentu

sampai orang menerima orang lain sebagai sahabat. Selain bersifat memilih,

persahabatan juga bersifat mutual, saling menguntungkan. Persahabatan tidak

bisa satu arah, maka yang terjadi dalam persahabatan adalah saling memberi

(38)

13

Berdasarkan pandangan Duck (1991), persahabatan diartikan sebagai

suatu hubungan yang akrab dengan individu yang dibangun berdasarkan

motivasi dan harapan tertentu dan mempunyai tingkat hubungan yang tinggi

seperti saling menerima, saling memberikan kehangatan, saling mengenal

lebih dalam, saling menyangi dan saling memperdulikan dalam waktu yang

sama. Sahabat disini akan menyambut kehadiran sahabatnya dan

menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada tahap

altruisme. Selera mereka biasanya serupa, mereka saling bertemu dan

menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai bersama. Dalam

persahabatan, masing-masing individu akan terlibat dalam perilaku yang

saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam

kesulitan. Tidak hanya itu, persahabatan juga merupakan salah satu

mekanisme yang dapat mengurangi ataupun menetralkan kesulitan-kesulitan

dan stres yang terkait dengan transisi-transisi utama dalam kehidupan

manusia karena seorang teman atau sahabat merupakan sumber utama dari

dukungan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang (Toono, 1986).

Nilai yang terdapat dalam persahabatan juga akan dihasilkan ketika

seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten kecenderungan untuk

menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain; simpati dan empati;

kejujuran, yang barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain

(39)

14

Menurut Aristoteles sebenarnya persahabatan dapat dibagi dalam 3

kategori (Annas dalam Friendship, 2005), yaitu:

1. Friend Based on Utility

Persahabatan tipe ini didasarkan pada harta benda yang biasanya terjadi

di kalangan orang tua, orang berumur setengah tua, dan

orang-orang usia muda yang mengejar keuntungan pribadi. Pada persahabatan

ini orang-orang tidak meluangkan banyak waktu bersama, karena

terkadang dalam bersababat mereka bahkan tidak saling menyukai satu

sama lain dan karena itu mereka merasa tidak membutuhkan suatu

bentuk perkumpulan kecuali jika hal ini menguntungkan bagi mereka.

2. Friend Based on Pleasure

Persahabatan ini didasarkan pada kesenangan yang biasanya terjadi di

kalangan anak muda karena hidup mereka biasanya masih banyak

dipengaruhi oleh perasaannya, ketertarikan utama mereka pada

kesenangan pribadi, dan kesempatan untuk merasakan momen-momen

yang menyenangkan

3. Friend Based on Goodness

Merupakan tipe persahabatan yang sempurna. Pada persahabatan tipe ini

hubungan didasarkan pada keinginan untuk memberikan yang terbaik

bagi orang lain dan diri sendiri. Hal ini biasanya didasarkan rasa sayang

yang dirasakan satu sama lain terhadap diri teman mereka yang

sesungguhnya dan bukan untuk kualitas yang sifatnya kebetulan belaka.

(40)

15

kehidupan sehari-hari karena sangat sulit menemukan tipe orang seperti

ini dan juga dibutuhkan banyak waktu dan kedekatan untuk menjalin

persahabatan tipe ini.

Suzanne Stern-Gillet dalam Friendship (2007) mengungkapkan pendapatnya bahwa persahabatan yang didasarkan pada harta benda dan

kesenangan lebih dapat dilihat sebagai suatu bentuk proses, sedangkan

persahabatan yang didasarkan pada kebaikan merupakan suatu bentuk

aktivitas yang berpusat pada kehidupan yang baik dan memungkinkan

terjadinya hubungan dengan semua orang. Di sini untuk mengetahui apa yang

dirasakan oleh seorang teman, terlebih dahulu individu harus mengetahui apa

yang dia rasakan dan untuk mengenal temannya sama caranya dengan

mengenali dirinya sendiri. Orang yang hebat disini juga akan terikat dengan

temannya sama seperti ia terikat pada dirinya sendiri, karena seorang teman

adalah dirinya yang lain.

Ray Pahl dalam Friendship (2007) mengungkapkan bahwa dalam persahabatan yang berdasarkan kebaikan kedua belah pihak akan saling

memperluas dan memperbanyak pengalaman moral. Dia juga

mengungkapkan bahwa keduanya akan saling mendukung dan

mengembangkan begitu mereka mengenali kelebihan moral teman mereka

sehingga masing-masing pihak dapat menjadi cermin bagi yang lain. Dalam

hal ini seseorang menyayangi orang lain untuk kebaikan mereka tidak hanya

karena ‘apa’ diri mereka atau apa yang mereka tawarkan. Mereka lebih

(41)

16

sendiri. Mereka juga dapat melihat bahwa mereka terpisah dan berbeda satu

sama lain, mereka mengenal diri mereka dan teman mereka. Keunggulan

moral dalam persahabatan tipe ini adalah bahwa dalam persahabatan ini

terdapat tingkat pengembangan dan ekspresi emosi altruistik dari simpati,

perhatian, dan kepedulian.

Selain Aristoteles, para filosof sejak zaman Romawi juga telah

banyak membicarakan mengenai persahabatan. Menurut mereka, pada

dasarnya dalam persahabatan terdapat jenis perhatian khusus, perhatian yang

secara beralasan dapat dipahami sebagai salah satu jenis cinta. Mereka disini

membedakan tiga jenis cinta (Friendship, 2005), yaitu:

1. Agape

Jenis cinta yang tidak mengharapkan apa pun dari objek yang dicintai,

justru memberikan banyak hal pada objek yang dicintai

2. Eros

Jenis hasrat yang diwarnai dengan nafsu terhadap suatu objek, terutama

dalam konteks seksual

3. Philia

Jenis perasaan penuh hormat atau bersahabat yang ditujukan tidak hanya

pada satu teman tetapi juga mungkin ditujukan pada anggota keluarga,

patner bisnis, ataupun suatu negara.

Dari ketiga klasifikasi ini, jenis cinta yang biasanya terdapat dalam

(42)

17

Selain cinta, para filosof Romawi juga mengemukakan bahwa

terdapat beberapa karakteristik yang secara konsisten muncul dalam

persahabatan (Friendship, 2005), yaitu:

1. Mutual Caring

Perhatian antar sesama sahabat dan kemauan untuk melakukan yang

terbaik untuk sahabatnya

2. Intimacy

Kecenderungan untuk menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi yang

tidak akan diceritakan pada orang lain selain seorang sahabat.

3. Shared Activity

Kecenderungan untuk melakukan kegiatan bersama-sama

Dengan fungsi-fungsi diatas, jelas bahwa persahabatan merupakan

salah satu bagian penting dalam kehidupan sosial seseorang. Meskipun

demikian, menurut Bleske and Buss (2000) persahabatan merupakan hal yang

rumit dan membingungkan terutama jika dilihat dari perspektif evolusioner.

Salah satu hal yang menyebabkan kompleksitas ini adalah adanya beberapa

karakteristik dari persahabatan yang terkadang dipersepsikan sebagai

keuntungan (hal-hal yang didapat / keuntugan / manfaat / hal-hal positif) dan

kerugian (hal-hal yang terkadang membebani, hal-hal yang harus anda

berikan, anda lakukan, ataupun dikorbankan ketika menjalin persahabatan

dengan lawan jenis); sabagai catatan, variabel keuntungan disini terkadang

(43)

18

Secara umum, persahabatan membawa keuntungan dan memenuhi

fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan setiap individu. Seorang sahabat

dapat berperan sebagai teladan, grup referensi, pendengar yang setia, atau

menjadui seseorang yang memahami, mau mengkritik memberikan nasehat

dan menemani individu dalam berbagai situasi. Lebih jauh lagi, seorang

sahabat juga akan menyediakan nasehat, bimbingan, penerimaan, simpati,

dukungan, feedback dan rasa memiliki yang membuat individu merasa

dirinya lebih berharga (Buote dkk, 2007).

Dalam persahabatan terdapat empat tipe keuntungan yang akan

diperoleh (Friendship: Definition And Characteristics, 2008), yaitu:

1. Kebersamaan

Melalui persahabatan individu akan memiliki seseorang yang akan selalu

meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama-sama, baik berupa

kegiatan berbagi cerita, melakukan hobi bersama atau sekedar

menghabiskan waktu luang bersama.

2. Perhatian

Dalam persahabatan hal lain yang selalu akan diperoleh adalah adanya

seseorang yang akan selalu memberikan perhatian, memahami, memberi

bantuan maupun dukungan disaat individu merasa lemah atau tidak

(44)

19

3. Komunikasi

Dengan sahabat, individu dapat berdiskusi ataupun bertukar pendapat

tentang berbagai hal mulai dari pendapat terhadap hal-hal umum sampai

masalah pribadi ataupun keyakinan.

4. Afeksi

Ketika bersama dengan sahabat individu dapat menjadi dirinya sendiri, ia

bisa mengungkapkan dan mengekspresikan semua yang ia rasakan baik itu

perasaan senang, sedih, gelisah, marah, maupun benci.

Intinya dengan menjalin persahabatan individu akan memperoleh

banyak hal yang seringkali dipersepsikan sebagai keuntungan. Pertanyaannya

adalah keuntungan apa saja yang diperoleh individu dengan menjalin

persahabatan?

B. Sex dan Gender

Sebelum membahas lebih jauh mengenai apa itu gender, terlebih

dahulu akan dibahas mengenai perbedaan antara sex dan gender. Yang

dimaksud dengan sex disini adalah pria dan wanita sedangkan gender sama

dengan maskulin and feminim. Jadi inti dari perbedaan antara sex dan gender

adalah bahwa sex terkait dengan perbedaan biologis, mencakup kromosom,

profil hormonal dan organ seks baik internal maupun eksternal. Sedangkan

gender mendeskripsikan karakteristik yang digunakan oleh suatu masyarakat

atau budaya tertentu untuk menggambarkan apa itu maskulin dan feminim.

(45)

20

berjenis kelamin pria dan menjalankan peran sosial maskulin sedangkan

seorang wanita adalah seseorang yang berjenis kelamin wanita dan

menjalankan peran sosial feminim.

Louann Brizendine (2006) menyatakan bahwa sebenarnya wanita

dan pria dilahirkan dengan struktur otak yang berbeda. Ia mengatakan bahwa

otak wanita memiliki pusat komunikasi dan memori emosi yang lebih besar

daripada otak laki-laki. Otak wanita juga mengembangkan kemampuan yang

lebih besar untuk membaca isyarat-isyarat pada diri seseorang maka tidaklah

heran jika dalam keseharian kita sering kali menemui para wanita menjadi

lebih peka pada perasaan orang-orang di sekitar mereka sedangkan para pria

biasanya tidak menyadari perubahan emosi orang-orang di sekitar mereka.

Para wanita juga akan cederung lebih banyak bicara dibandingkan para pria

karena mereka memiliki kapasitas otak yang lebih untuk hal itu dan mereka

membutuhkan hal itu untuk memuaskan kebutuhan emosional mereka dimana

para wanita sangat menginginkan kedekatan emosional dengan orang-orang

disekitarnya.

Lebih jauh lagi ternyata perbedaan antara pria dan wanita ini tidak

hanya sebatas pada perilaku mereka, namun juga dari sisi biologis atau fisik

mereka. Bahkan menurut Marianne Legato, seorang profesor obat-obatan

klinis dari Columbia University (dalam The Female Brain), pria dan wanita memiliki jantung yang berbeda baik dalam hal ukuran mupun elastisitas.

Menurutnya ukuran jantung wanita lebih kecil daripada jantung pria dan juga

(46)

21

serangan jantung yang berbeda, mereka juga memproses obat-obatan secara

berbeda.

Selain perbedaan-perbedaan diatas, buku yang berjudul “Truly Mars and Venus” juga membahas mengenai perbedaan antara pria dan wanita terkait dengan jalinan hubungan antara pria dan wanita. Dari buku ini dapat

diringkas beberapa perbedaan mendasar antara pria dan wanita terutama

dalam hal sifat yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel Perbedaan antara

pria dan wanita.

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan antara pria dan wanita

No. Pria Wanita

1. Menghargai kekuatan, kompetensi, efisiensi, dan pencapaian

Menghargai cinta kasih, komunikasi, keindahan dan hubungan

2. Selalu melakukan berbagai hal untuk memperbaiki diri dan mengembangkan kemampuan, serta keahlian mereka

Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk saling mendukung, membantu, dan merawat

3. Merasa lengkap dengan keberhasilan dan pencapaian

Sumber pemenuhan kebutuhan dengan saling berbicara dan berelasi

4. Lebih tertarik pada “objek” dan “benda-benda” daripada manusia dan perasaan. Pria disibukkan dengan benda-benda yang bisa membantu mereka dalam mengekspresikan kekuatan dengan menciptakan target dan mencapai tujuan mereka

Mereka sangat terlibat dalam pertumbuhan pribadi, spiritualitas, dan segala sesuatu yang bisa menjaga kehidupan, kesembuhan, dan pertumbuhan. Para wanita sangat intuitif, dimana mereka dapat memprediksi kebutuhan dan perasaan orang lain

5. Pria merasa tersinggung ketika wanita menawarkan nasehat karena merasa si wanita tidak mempercayai kemampuannya.

Wanita akan merasa terpinggirkan ketika pria berkonsentrasi pada pekerjaan dan pemecahan masalah dimana wanita merasa pria tidak memperdulikan perasaannya.

(47)

2004-22

Dari pembahasan diatas, diketahui bahwa terdapat perbedaan

mendasar antara pria dan wanita yang dapat dipengaruhi oleh pengaruh sosial

melalui peran gender, maupun oleh sistem genetik pria dan wanita yang pada

dasarnya berbeda. Hal ini juga yang nantinya dapat mempengaruhi cara

pandang pria dan wanita mengenai persahabatan dan bagaimana mereka akan

menjalin persahabatan baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis, bahkan

sering kali daftar perbedaan ini dijadikan panduan oleh kaum awam untuk

memahami lawan jenis mereka. Diharapkan dengan memahami

perbedaan-perbedaan ini dapat lebih memahami pandangan kaum awam terhadap

persahabatan terutama persahabatan dengan lawan jenis.

C. Tipe Persahabatan Berdasarkan Gender

Bell dalam Gender Patterns In Friendship, 2007 mengklaim bahwa tidak ada faktor sosial yang lebih penting daripada gender yang memberikan

variasi dalam persahabatan. Gender sendiri tampaknya telah menjadi faktor

utama yang mengorganisasikan persahabatan bahkan kebanyakan penelitian

mengidentifikasikan tiga pola utama dalam persahabatan (Traustadottir,

2007), yaitu :

1. Persabatan diantara Para Wanita

O’Connor (1992) mencoba untuk membahas lebih lanjut

mengenai definisi persahabatan bagi wanita, ia menemukan bahwa para

wanita mendefinisikan persahabatan lebih sebagai “seseorang yang dapat

(48)

23

kesulitan”. Menurut Rannveig Traustadottir (2007), para wanita

cenderung mendeskripsikan persahabatan dalam hubungan yang penuh

dengan kedekatan dan ikatan emosional yang ditandai dengan beberapa

karakteristik dasar antara lain kedekatan dan kelekatan emosional;

keinginan untuk berbagi pikiran, perasaan, dan pengalaman; dan yang

terakhir banyaknya waktu yang disediakan dan keterlibatan diri secara

intensif dengan sahabatnya

2. Persahabatan diantara Para Pria

Berbeda dengan persahabatan antar wanita, persahabatan di

kalangan pria cenderung lebih idealis dan biasanya dideskripsikan dalam

hubungan yang disertai sifat keberanian dan adanya pengorbanan secara

fisik dalam menyediakan bantuan atau pertolongan untuk yang lain.

Bahkan para peneliti juga menyebutkan bahwa para pria memiliki lebih

sedikit teman daripada wanita, terutama teman dekat atau sahabat

(Traustadottir, 2007).

3. Persahabatan antara Pria dan Wanita.

Penelitian menunjukkan bahwa persahabatan antara pria dan

wanita kurang umum terjadi terutama pada orang-orang yang sudah

menikah ataupun memiliki pasangan dan lebih sering terjadi pada

orang-orang yang masih sendiri. Hal ini terutama terjadi karena adanya sifat

posesif dan kecemburuan yang sering kali menyertai hubungan seksual

(49)

24

Persahabatan antara pria dan wanita ini juga merupakan jenis

persahabatan yang sangat kontroversial karena persahabatan tipe ini

sering kali mengarah pada hubungan romantis dan seringkali sulit untuk

membedakan apakah persahabatan yang terjalin antara pria dan wanita

merupakan persahabatan murni (platonic friendship) ataukah merupakan

persahabatan romantis (romantic friendship).

Dalam penelitian ini, persahabatan antara pria dan wanita inilah

yang ingin dilihat lebih jauh oleh peneliti. Seperti yang telah dibahas

sebelumnya dalam setiap bentuk hubungan persahabatan setiap individu

yang terlibatr di dalamnya akan memperoleh hal-hal yang sering kali

dipersepsikan sebagai keuntungan. Dengan mengacu pada hal ini, peneliti

ingin mencari tahu tipe keuntungan seperti apakah yang akan diperoleh

individu ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis? Apakah

kontoversi mengenai persahabatan antara pria dan wanita yang sulit

dibedakan antara persahabatan murni atau romantis juga akan

mempengaruhi keuntungan yang diperoleh ketika individu menjalin

persahabatan dengan lawan jenis?

D. Persahabatan dan Tahap Perkembangan Dewasa Awal

Tahap perkembangan dewasa awal merupakan tahap perkembangan

manusia yang terjadi antara usia 20-30 tahun dimana pada tahap ini menurut

Erikson individu memasuki tahap perkembangan yang ia beri nama Intimacy

(50)

25

keintiman dengan orang lain atau ia akan menghadapi isolasi dan kesepian

(Hatfield dan Rapson dalam Santrock, 1995).

Pada tahap perkembangan ini langkah awal yang harus ditempuh oleh

individu untuk menjadi dewasa adalah dengan mencari teman dan cinta

melalui pasangan hidup. Hubungan yang saling memberikan rasa senang dan

puas ini biasanya terpenuhi melalui perkawinan dan persahabatan.

Keberhasilan di dalam tahapan ini akan memberikan keintiman di level yang

dalam sedangkan kegagalan di dalam tahapan ini akan membuat individu

mengisolasi diri, menjauh dari orang lain, merasa dunia sempit, bahkan

bersikap superior kepada orang lain sebagai bentuk pertahanan ego.

Pada kenyataannya, dalam setiap tahap perkembangan manusia

terutama pada tahap dewasa awal, persahabatan sangat mungkin untuk terjadi.

Tidak peduli persahabatan itu melibatkan dua atau lebih wanita, dua atau lebih

pria, atau malah melibatkan seorang pria dan wanita persahabatan akan

membawa keuntungan-keuntungan tertentu pada setiap orang yang terlibat

didalamnya. Kegiatan yang dilakukan bersama biasanya menjadi awal mula

terjalinnya persahabatan. Dengan “hang out” bersama dan berbagi minat, para

kaum muda ini akan memperkuat hubungan mereka (Friendship: Definition

And Characteristics, 2008).

Pada tahap dewasa awal, individu memulai dengan berkurangnya

ikatan emosional dengan orang tua dan anggota keluarga yang lain dan mulai

menjelajahi stabilitas dalam kesempatan kerja ataupun di dalam dunia

(51)

26

perubahan dalam komitmen dan kegiatan, bahkan sampai pada perubahan

lingkungan tempat tinggal. Perubahan semacam ini seringkali mengganggu

hubungan individu dengan jaringan-jaringan yang bersifat non-kekeluargaan,

menciptakan kesempatan atau bahkan kebutuhan untuk menjalin persahabatan

yang baru. Nantinya individu pada tahap dewasa awal yang berhasil menjalin

persahabatan baru akan merasa lebih bahagia, tidak kesepian, dan merasa

lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak berhasil menjalin

persahabatan. Individu pada tahap dewasa awal yang secara relatif bebas dari

kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas sosial, seperti kemajuan secara

profesional, pernikahan, ataupun tugas-tugas sebagai orang tua kemungkinan

akan mengalami konflik dalam menjalin persahabatan. Oleh sebab itu,

individu dewasa awal yang masih single dilaporkan lebih banyak menjalin

persahabatan, termasuk persahabatan dengan lawan jenis dibandingkan

dengan individu pada tahap dewasa yang lain (Friendship: Definition And

Characteristics, 2008).

E. Persahabatan Antara Pria dan Wanita dalam Budaya Indonesia

Persahabatan antara pria dan wanita merupakan satu hal yang unik

dan kontroversial, bahkan sampai saat ini masih banyak orang yang

mempertanyakan apakah mungkin pria dan wanita dapat menjalin

persahabatan murni. Hal serupa juga terjadi di Indonesia dan menjadi hal

yang menarik untuk diteliti. Dari survei yang dilakukan oleh situs Maxim

(52)

27

2007), diketahui bahwa dari 51.725 responden, ada lima mitos seputar

hubungan pria dan wanita yang dipercaya mereka, yaitu:

1. Pria dan wanita bisa menjaga batas sebagai teman (26% responden)

 Pria dan wanita bisa menjadi teman baik dalam kondisi tertentu. Empat kondisi tertentu tersebut adalah pertama, persahabatan tersebut

saling menguntungkan dan mereka saling menyukai tanpa harus

memikirkan hubungan seks. Kedua, salah satu dari keduanya

menyukai sesama jenis. Ketiga, mereka terlibat hubungan signifikan

dengan orang lain alias sudah punya pacar serius. Yang terakhir,

mereka memang tidak cocok dalam hal menjalin cinta sebagai

sepasang kekasih.

2. Pria tidak suka mengekspresikan perasaannya di depan orang lain (18%

persen responden)

3. Saat Kencan, wanita butuh persiapan lebih lama ketimbang pria (16%

responden)

4. Pria dan wanita bisa menjaga persahabatan dengan mantan pacarnya (11%

responden)

5. Wanita memaafkan namun tak melupakan, sementara pria melupakan tapi

tak memaafkan (15% responden)

Dari hasil survei diatas, diketahui bahwa persahabatan antara pria dan

wanita mungkin saja terjadi tapi dengan kondisi-kondisi tertentu. Menurut

seorang Psikolog bernama Bondan Seno Prasetyadi (dalam Persahabatan Pria

(53)

28

dan wanita karena adanya perasaan secure (nyaman) yang merupakan komponen kebutuhan afeksi (perasaan). Menurutnya, berubahnya perasaan

dari kedua lawan jenis itu bila ditelaah dari segi psikologis merupakan hal

yang manusiawi. Sebab, setiap orang dapat tertarik dengan lawan jenisnya

berdasarkan kebutuhan afeksi dan logisnya.

Mayoritas masyarakat Indonesia menganut ajaran Islam dan ajaran

Islam sendiri banyak memberi pengaruh dan warna mengenai cara pandang

masyarakat Indonesia mengenai persahabatan dengan lawan jenis. Dalam

ajaran Islam, persahabatan antara pria dan wanita diijinkan selama keduanya

masih tetap taat dan berpegang teguh pada aturan dalam syariat Islam sendiri

dalam memandang pergaulan antara pria dan wanita. Islam tidak melarang

siapapun untuk bersahabat dengan siapapun selama hubungan tersebut tidak

membuat keduanya lalai bahkan keluar dari Islam. Untuk itu, dibutuhkan

sebuah pengendalian dari pria dan wanita yang memutuskan untuk bersahabat

akrab bahwa hubungan persahabatan ini terjalin karena bertujuan untuk

mengembangkan perilaku amar ma’ruf nahi munkar dan sebagai salah

satu sarana untuk mencari keridhaan Allah semata (Ade Anita, 2004).

Dari penjelasan-penjelasan diatas, tampak bahwa hubungan

persahabatan antara pria dan wanita mungkin saja terjalin diantara

orang-orang yang hidup di Indonesia. ajaran Islam sendiri pun tidak melarang

terjalinnya hubbungan persahabatan antara pria dan wanita selama

persahabatan tersebut dijalin dengan tetap mematuhi aturan-aturan dalam

(54)

29

dan wanita muda Indonesia terutama yang berada pada tahap perkembangan

dewasa awal memaknai persahabatan yang mereka jalin dengan lawan jenis?

Dan hal apa saja yang mereka peroleh sebagai keuntungan dan kerugian

ketika mereka menjalin persahabatan dengan lawan jenis?

F. Makna, Keuntungan, dam Kerugian dalam Persahabatan antara Pria

dan Wanita

1. Makna dalam Persahabatan antara Pria dan Wanita

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Vickie Harvey (2003)

pada 120 mahasiswa yang berada pada usia 18-36 diketahui bahwa

sebagian besar persahabatan yang terjalin diantara pria dan wanita dijalin

dan dibangun tanpa adanya batasan yang jelas mengenai apakah

persahabatan yang mereka jalani termasuk ke dalam persahabatan yang

murni (platonic friendship) atau persahabatan dengan tujuan untuk

meraih akses seksual (romantic friendship).

Masing-masing individu biasanya memiliki cara tersendiri dalam

mendefinisikan ataupun memaknai persahabatan mereka dengan lawan

jenis. Hal ini biasanya dipelajari melalui konteks sosial maupun budaya.

Individu mempelajari bagaimana menjalin persahabatan melalui

keluarga, teman, ataupun media berupa surat kabar, majalah, televisi dan

sebagainya. Pengetahuan inilah yang nantinya mempengaruhi penilaian

seseorang mengenai apa itu persahabatan antara pria dan wanita (Collier,

(55)

30

Dari konsep ini, persahabatan antara pria dan wanita dikatakan

sebagai platonic friendship apabila paling tidak salah satu pihak yang terlibat dalam persahabatan ini tidak memiliki ketertarikan seksual

terhadap sahabatnya dan dikategorikan sebagai romantic friendship ketika kedua belah pihak memiliki ketertarikan secara seksual dan

melakukan aktivitas seksual (Harvey, 2003).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari tahu bagaimana

sebenarnya individu, khususnya mahasiswa Indonesia yang sedang

berada dalam tahap perkembangan dewasa awal memaknai persahabatan

mereka dengan lawan jenis. Apakah persahabatan antara pria dan wanita

dimaknai sebaga hubungan romantis atau persahabatn murni atau

dimaknai dengan cara lain?

2. Keuntungan dan Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan

Wanita

Persahabatan antara pria dan wanita merupakan tipe persahabatan

yang paling rumit di antara tiga jenis persahabatan yang ada. Hal ini terjadi

karena selain merupakan dua individu yang berbeda baik secara fisik

maupun psikis, sering kali juga muncul ketertarikan secara seksual

terhadap seorang sahabat, bahkan tidak jarang ketertarikan seksual ini

yang memotivasi seseorang untuk menjalin persahabatan dengan lawan

jenisnya. Pernyataan ini didukung oleh Kaplan & Keys (1997) yang

(56)

31

terhadap 200 mahasiswa yang berada pada usia 18-32 tahun diketahui

bahwa setengah pria dan wanita yang ia teliti menyatakan adanya

ketertarikan secara seksual terhadap teman ataupun sahabatnya. Menurut

Dr. Don O'Meara dalam (Ferrell, 2007) terdapat empat hal yang

menghambat terjalinnya persahabatan antara pria dan wanita dewasa dapat

berjalan dengan baik, yaitu:

1. Ketidakmampuan untuk mendefinisikan hubungan persahabatan

2. Ketakutan untuk mengkonfrontasi perasaan terkait dengan

ketertarikan seksual.

3. Ketidakmampuan kedua individu yang terlibat dalam persahabatan

untuk melihat satu sama lain sebagai individu yang sama/ sederajat.

4. Respon sosial terhadap hubungan non-romantis.

Berdasarkan perspektif evolusioner terhadap persahabatan terkait

dengan keuntungan yang diperoleh dari hubungan tersebut, diketahui

bahwa keuntungan yang diperoleh pria dan wanita dalam persahabatan

antar pria dan wanita kemungkinan berbeda, dimana hal ini terkait dengan

perbedaan masalah adaptif yang secara psikologis berbeda antara pria dan

wanita.

Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh April L. Bleske

dan David M. Buss (2000) pada 200 orang mahasiswa yang berusia 17-32

tahun, ditemukan beberapa aspek yang dinilai sebagai keuntungan dan

(57)

32

dapat dilihat pada Tabel 1.2 Tabel Keuntungan dalam Persahabatan Antara

Pria dan Wanita.

Tabel 2.2 Tabel Keuntungan dalam Persahabatan Antara Pria dan

Wanita

Tingkat Keuntungan dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita

Pria Wanita

1. Berbicara secara terbuka Teman makan malam 2. Informasi mengenai lawan

jenis

Teman yang dihormati oleh orang lain

3. Dorongan untuk menghargai diri

Perlindungan

4. Teman yang dihormati oleh orang lain

Berbicara secara terbuka

5. Teman makan malam Informasi mengenai lawan jenis

6. Pasangan dalam jangka panjang

Dorongan untuk menghargai diri

7. Meluangkan waktu untuk menolong teman

Tidak memiliki pasangan dalam jangka panjang

8. Membawa kesenangan Membawa kesenangan

9. Meningkatkan status sosial Meluangkan waktu untuk menolong teman

10. Perlindungan Meningkatkan jaringan

-April L. Bleske dan David M. Buss,

2000-Sedangkan yang termasuk dalam aspek-aspek yang dipersepsikan sebagai

(58)

33

Tabel 1.3 Tabel Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita.

Tabel 2.3 Tabel Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan

Wanita

Tingkat Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita

Pria Wanita

1. Meluangkan waktu untuk menolong orang lain

Perasaan cemburu pada orang lain

2. Perasaan cemburu pada orang lain

Perilaku yang kejam

3. Kebingungan mengenai status hubungan

Meluangkan waktu untuk menolong orang lain

4. Menurunkan harga diri Kebingungan mengenai status hubungan

5. Memiliki cinta yang tidak berbalas

Permintaan waktu

6. Subjek yang terlarang Menurunkan self-worth

7. Teman yang cemburu Mengurangi kesempatan untuk berkencam

8. Permintaan waktu Memiliki cinta yang tidak berbalas

9. Perilaku yang kejam Pandangan negatif dari pasangan

10. Pandangan negatif dari pasangan

Tidak dapat saling membalas ketertarikan

-April L. Bleske dan David M. Buss,

2000-Sayangnya, di Indonesia belum pernah ada penelitian yang meneliti

mengenai perbedaan keuntungan dan kerugian dalam menjalin

persahabatan dengan lawan jenis sehingga tidak dapat dicantumkan

sebagai dasar teori dalam penelitian ini.

Justru dalam penelitian ini peneliti ingin melihat persepsi

(59)

34

mengenai keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh ketika mereka

menjalin persahabatan dengan lawan jenis Hal ini dilakukan karena seperti

telah diungkapkan pada bab 1 bahwa persahabatan itu bersifat unik dan

dipengaruhi oleh lingkungan budaya tempat individu tinggal.

Intinya dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap 3 hal

utama, yaitu: Apakah makna persahabatan antara pria dan wanita bagi

masyarakat Indonesia yang berada pada tahap perkembangan dewasa

awal? Bagaimana dengan persespsi mereka mengenai keuntungan dan

kerugian yang mereka peroleh ketika menjalin persahabatan dengan lawan

jenis? Apakah terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam

mempersepsikan makna, keuntungan maupun kerugian dalam menjalin

(60)
(61)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai

makna dari persahabatan yang terjalin antara pria dan wanita, mengetahui

keuntungan atau kerugian apa saja yang diperoleh ketika menjalin

persahabatan dengan lawan jenis dan apakah terdapat perbedaan jenis

keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh pria dan wanita dalam

menjalin persahabatan dengan lawan jenis. Dari tujuannya, penelitian ini

termasuk dalam penelitian deskriptif dengan model survei.

Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan menggambarkan

keadaan yang terjadi pada saat ini. Penelitian ini tidak menguji maupun

menggunakan hipotesis, tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa

adanya yang sesuai dengan variabel yang diteliti (Kountur, 2003). Selain

itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pikiran, opini, maupun

perasaan dari para individu yang mengalami persahabatan dengan lawan

jenis (Shaughnessy dkk, 2006)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data

kualitatif yang diperoleh melalui angket terbuka. Data ini kemudian akan

dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi. Metode analisis isi

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan antara pria dan wanita
Tabel 2.2 Tabel Keuntungan dalam Persahabatan Antara Pria dan
Tabel 2.3 Tabel Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan
Tabel 3.1 Tabel Aspek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Petunjuk :Diskusikan dengan anggota kelompokmu untuk membahas danmenyelesaikan LKS di bawah iniA.

[2] Inayah, N., Pelabelan (a, d) − H − Anti Ajaib pada Beberapa Kelas Graf, Disertasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2013. [3] Sedl´ acek, J., Theory of Graphs and

1. Bihârul Anwâr , Allamah Majlisi, jil.. “Dan hati -hatilah engkau dari sifat ujub dan berbangga kepada dirimu sendiri, dan percaya terhadap hal-hal yang membuatmu

[r]

Buatlah campuran pendingin yang terdiri dari campuran es batu dan 5 sendok makan garam dapur kasar di dalam gelas kimia plastik.. Masukkan kelima tabung tersebut ke dalam

Salah satu kebanggaan Islam adalah menciptakan hubungan yang paling kokoh di antara orang-orang yang secara lahir tidak memiliki hubungan satu dengan yang lain.

Abstrak :Tujuan penelitian ini yaitu memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament ( TGT ) untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Teknik ini berupa membalik konsep dominasi atas bawah, dan membayangkannya yang akan dikerjakan adalah membuat perbandingan pada suatu ukuran yang sangat membedakan adalah dari