STUDI DESKRIPTIF TENTANG MAKNA (KEUNTUNGAN
DAN KERUGIAN) DALAM MENJALIN PERSAHABATAN
DENGAN LAWAN JENIS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Fenny Oktarina NIM : 049114021
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
SUKSES adalah HAK SAYA SAYA akan selalu MENJAGANYA
Karena…
SAYA adalah KOMANDAN dari DIRI SAYA hari ini
SAYA adalah Arsitek
hari esok SAYA
Jadi SAYA tidak akan biarkan SEORANG pun mencuri IMPIAN SAYA
“Keberanian adalah saat kamu tahu kamu akan kalah sebelum memulai dan kamu menyelesaikannya apa pun yang terjadi”
(Tiga Venus, Clara Ng)
“ Vission without action is merely fantasy, Action without vission
will eventually just be a memory”
v
e
T
hAnKfuL
Be Thankful that you don’t already have everything you desire If you did, what would there be to look forward to?
Be thankful when you don’t know something For it gives you the opportunity to learn
Be thankful for the difficult times During those times you grow
Be thankful for your limitations,
Because they give you opportunities for improvement
Be thankful for each new challenge,
Because it will build your strength and character
Be thankful for your mistakes. They will teach you valuable lessons
Be thankful when you’re tired and weary Because it means you’ve made a difference
vi are also thankful for the setbacks
Gratitude can turn a negative into a positive
Find a way to be thankful for your troubles, and they can vecome your blessings.
“Kesalahan terbesar yang dapat dilakukan umat manusia adalah
merasa takut melakukan kesalahan”
(Ebbert Hubbard)
“The day I don’t face problems, I should think
that I am walking on a wrong path”
(Vivekanda)
Ja n ga n la h b er d o a u n t u k m em o h o n k eh id u p a n ya n g m u d a h . Ber d o a la h a ga r Anda menjadi orang yang lebih KUAT.
Ja n ga n la h b er d o a a ga r t u ga s t u ga s An d a s es u a i d en ga n k ek u a t a n -k e-k u a t a n An d a . Ber d o a la h a ga r -k e-k u a t a n - -k e-k u a t a n it u s es u a i d en ga n t u ga s - t u ga s An d a . Ma k a , s eles a in ya p ek er ja a n An d a t id a k
la gi m en ja d i k ea ja ib a n , t et a p i Anda sendirilah yang menjadi KEAJAIBAN.
Brooks-vii
D
REAMING
D
riving you to BETTER FUTURE
R
eleasing your past STRESS
E
nergizing your step to the TOP
A
voiding you from DESPERATE
M
aking Posibilities and Oppurtunities
I
nspiring YOURSELF and Others
N
urturing your life
G
iving you JOY and HAPPINESS
Ketakutan dan kemalasan merupakan “Pembunuh Jiwa”
-viii
My Lord,
Jesus Christ
Papaku tercinta yang sudah berbahagia di
surga,
Rusmawi
My Super Mom,
Veronica Suherni
My Lovely Sister,
Ervina Stevany
My Little Brother,
Riecho Antonius
dan para Sahabat, Pembimbing,Ce
₂& Ko
2Sepupu,
Kerabat, serta ”Saudariku, Three Sista”
ix
“
S
ahabat”
Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan. Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mau kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”. Dan bilamana dia diam, hatimu berhenti dari mendengar hatinya; karena tanpa
ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Karena yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih
agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Karena cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu. Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama
dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu. Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan
berkongsi kegembiraan..
Karena dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.
xi ABSTRAK
Fenny Oktarina (2009). Studi Deskriptif tentang Makna (Keuntungan dan Kerugian) dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui makna, keuntungan, dan kerugian yang dirasakan individu ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis, serta mencari tahu apakah terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita mengeni ketiga hal ini. Latar belakang permasalahan yang terjadi adalah persahabatan antara pria dan wanita merupakan suatu hubungan yang unik dan kontroversial bahkan sering terdapat pandangan bahwa tidak mungkin pria dan wanita dapat menjalin persahabatan yang murni.
Responden penelitian ini adalah para mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal dan memiliki sahabat yang berbeda jenis kelamin dengan mereka. Metode yang digunakan untuk mengambil data adalah metode fenomenologi. Metode penelitian fenomenologi adalah suatu penelitian yang menggambarkan makna dari pengalaman dalam suatu fenomena (atau topik atau konsep) pada beberapa individu. Pengumpulan data menggunakan angket terbuka dengan analisis isi sebagai analisis datanya. Untuk menjaga reliabilitas data, digunakan tehnik reliabilitas interkoder (reproducibility/ Intercoder Reliability), dengan keofisien reliabilitas sebesar 0,88.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pria dan wanita memaknai persahabatan dengan lawan jenis sebagai suatu bentuk hubungan yang intim yang memungkinkan subjek untuk saling memberi dan menerima (simbiosis mutualisme), berkembang secara personal, lebih mengenal lawan jenis dan bersifat abadi. Dengan menjalin persahabatan dengan lawan jenis, individu akan memperoleh keuntungan secara emosional, kognitif, dan juga keuntungan secara finansial. Namun, individu juga merasakan kerugian berupa pengorbanan dalam berbagai hal, kemungkinan akan menyukai sahabatnya sendiri, dan adanya respon sosial yang negatif. Dari penelitian ini juga tampak adanya perbedaan dalam cara pria dan wanita mempersepsikan makna, keuntungan, maupun kerugian yang mereka rasakan ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis terkait dengan adanya perbedaan evolusioner dan perbedaan gender antara pria dan wanita serta adanya pengaruh budaya.
xii ABSTRACT
Fenny Oktarina (2009). Descriptive Study about Meaning (Benefits and Costs) of Cross Gender Friendship. Yogyakarta: Faculty of Psychology Sanata Dharma University.
The aims of this qualitative study were to know about the meaning, benefits, and costs that someone got when he/she have a cross gender friendship. The background of this study was cross gender friendship is a unique and controversial type of relationship. Some people also think that it is impossible for a man and woman have a pure friendship relationship.
The subjects of this research were college student that were young adult and have minimal one cross gender friendship. The method used in taking the data was phenomenology method. It is a research method which describes the meaning of an experience in a phenomenon (or a topic or a concept) upon any individual. The data were collected by using open angket. The reliability techniques used were reproducibility/ Inter coder Reliability (content classification produces the same result when the same text was coded by more than one coder). In this research, the reliability coefficient was 0, 88.
The findings showed that some of the subject percept cross gender friendship as an intimate relationship between man and woman that gave chance for them to give and take something from their friend (mutualism symbiosis), learn and growth as personal, to know and understand more about their cross gender friend, and lasting forever.By having cross gender friendship, people will
felt three kind of benefits (emotional, cognitive, and financial benefits) and also felt three kind of costs (sacrifice, sexual attraction to their friend, and negative social response). From this research, it know that there are differences in the way how men and women percept the meaning, benefits, and costs of their cross gender friendship.
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang karena berkat kasihNya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Tanpa bimbinganNya, skripsi ini akan semakin lama terselesaikan.
Penulisan skripsi ini dilakukan sekitar dua tahun. Sebuah proses yang cukup panjang untuk sebuah penulisan skripsi. Selama dua tahun itu pula, penulis mengalamai banyak dinamika hidup. Dinamika untuk mengalahkan diri sendiri, untuk tetap fokus pada studi dan untuk tetap bisa bersikap rasional serta pasrah terhadap keadaan. Namun semua tantangan ini sudah dapat dilalui dan tiba saatnya untuk mempertanggunjawabkannya. Meskipun demikian, peneliti menyadari berbagai kekurangan yang masih ada dalam skripsi ini, oleh karena itu, masukan-masukan akan sangat berguna bagi kesempurnaan skripsi ini.
Untuk semuanya itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan waktu, informasi, dan dukungan hingga selesainya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada:
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.
2. V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M. Psi selaku pembimbing skripsi, yang dengan teliti memeriksa dan senantiasa memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
xv
4. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta; Ibu MB. Rohaniwati, Mas Gandung Widiyantoro, Mas P. Mujiono, Mas Doni, dan Bpk Giyono yang dengan setia senantiasa membantu dalam berbagai hal. 5. Buat semua teman-teman yang telah membantu penulis untuk memperoleh
data-data yang akurat dengan mengisi angket persahabatan yang telah dibagikan. Terima kasih telah membantu saya.
6. Untuk Mas Dian, makasih ya dah bantuin aq bagiin angket n selalu nyemangatin aq.
7. Buat my lovely mom and dad. Makasih ya ma, pa dah sabar menghadapi dan mendampingi anakmu yang ‘bandel’ ini. Makasih buat semua fasilitas, dukungan, waktu, tenaga, materi yang sudah dikorbankan buat aku. Terima kasih buat dukungan, cinta kasih, dan kesabaran yang sudah diberikan. “love u mom, dad you are the best parents for me”.
8. Buat meme Vee-na. ” Akhirnyo cece kau ni lulus jugo.hoho...jangan ditiru ye kelamoan ni ngerjoin skripsinyo!!!hehe...oh y mokasih yo dek dah dibantuin bagi angket pas pre test”
9. Buat Titi Rie-cho, “aku dah lulus dek, sekarang giliran kau yang berjuang tuk kuliah. Kuliah yang rajin yo dek.”
xvi
11. Buat anak-anak ex 99999; MamaLIA, Merry, Limdra, Ci Bia, Ci ko di, Lise, sista Dani dan lain-lain. Makasih karena selama ini selalu nyemangatin dan marahin aku kalo lagi males kerjain skripsi.hehe...Perjuangan kalian tidak sis-sia teman, akhirnya aku lulus juga.haha....
12. Buat teman-teman “Istana Gajah”; mbak Anis, mas ivan, dini, afong, aan, ahie, dan lain-lain deh. “yeah aku LULUS!!”
13. Temen-Temen ADT, “ya akhirnya bentar lagi dah harus pisah ini ma kalian, padahal masih pengen berdinamika lagi ni ma kalian. Makasi ya teman-teman buat semua dukungan dan pembelajaran yang aku dapat dari kalian.” Tuk Pak heri, selaku pembimbing ADT, “Makasih ya pak buat bimbingannya selama saya di ADT, akhirnya saya bisa segera lulus ni jadi gak diejek lagi deh.hehe...”
14. Buat teman-temanku di Palembang; Weni, Leni, Efva, Frengki, Peto, Dudu yang selalu menyemangati dan memotivasi aku tuk cepat lulus. “ woi kawan napo kalian tuh cepet nian lah lulus en gawe galo jadi minder dewek aku kok dak lulus-lulus, tapi tenang be bentar lagi aku nyosul kalian. Hwahaha.”
15. Tuk “Kakek Ulun”, “ter, akhirnyo aku luus jugo dak kangen ni pengen balek ke Palembang trus latihan koor ma frater lagi. “
xvii
17. Serta semua dosen, karyawan, teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi USD (terutama angkatan 2001) dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang senantiasa menyemangati saya dalam tugas ini. Juga buat semua teman yang sudah mendukung dan menemaniku saat ujian berlangsung....Terima kasih banyak!!!...
Akhirnya, saya ucapkan terimakasih atas semua yang telah mewarnai hidup saya. Bapa, dampingilah dan berkatilah semuanya...amin.
Yogyakarta, 01 Juli 2009 Hormat saya,
xviii DAFTAR ISI
Halaman Judul ...i
Halaman Persetujuan Pembimbing ...ii
Halaman Pengesahan...iii
Motto...iv
Halaman Persembahan...viii
Pernyataan Keaslian Data...xi
Abstrak...xii
Abstract...xiii
Halaman Persetujuan ...xiv
Kata Pengantar...xv
Daftar Isi...xix
Daftar Tabel...xxii
Daftar Lampiran...xxiii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...9
C. Tujuan...9
D. Manfaat Penelitian...9
BAB II LANDASAN TEORI...11
A. Persahabatan...11
xix
C. Tipe Persahabatan berdasarkan Gender...22
1. Persahabatan diantara Para Wanita...22
2. Persahabatan diantara Para Pria...23
3. Persahabatan diantara Pria dan Wanita...23
D. Persahabatan dan Tahap Perkembangan Dewasa Awal ...24
E. Persahabatan Antara Pria dan Wanita dalam Budaya Indonesia....26
F. Makna dalam Persahabatan antara Pria dan Wanita ...26
G. Persahabatan antara Pria dan Wanita terkait dengan Keuntungan dan Kerugian ...29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...35
A. Desain Penelitian...35
B. Subjek Penelitian...36
C. Fokus Penelitian ...38
D. Instrumen ...40
E. Analisis data ...42
F. Peranggung Jawaban Mutu ...43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...46
A. Pelaksanaan Penelitian ...46
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...51
1. Kategori Khusus (Empiris) ...51
xx
b. Kerugian dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis ...58
2. Kategori Umum ...63 3. Perbedaan antara Pria dan Wanita Terkait dengan Makna,
Keuntungan dan Kerugian dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis ...68 C. Pembahasan ...70
1. Keuntungan dan Kerugian dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis ...70 a. Keuntungan dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan
Jenis ...70 b. Kerugian dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan
Jenis ...71 2. Persepsi Pria dan Wanita Mengenai Keuntungan dan Kerugian
dalam Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis...73 a. Persepsi Pria Mengenai Keuntungan dan Kerugian dalam
Menjalin Persahabatan dengan Lawan Jenis ...73 b. Persepsi Wanita Mengenai Keuntungan dan Kerugian dalam
xxi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...86
A. Kesimpulan ...86
B. Saran...89
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Perbedaan antara pria dan wanita ...21
Tabel 2.2 Tabel Keuntungan dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita ...32
Tabel 2.3 Tabel Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita ...33
Tabel 3.1 Tabel Aspek Penelitian ...41
Tabel 4.1 Proses Pelaksanaan Penelitian dan Data Demografi Subjek ...49
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persahabatan merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan
manusia bahkan bagi sebagian besar orang persahabatan merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupannya. Dalam berbagai media sering
ditemui berbagai ekspresi individu maupun kelompok mengenai persahabatan
mulai dari lagu, (“Untuk Sahabat – Audy”, “Kepompong –Sindentosca” dan
lain-lain), cerita novel (“5 cm“), puisi, sampai pada film remaja
(“Kepompong”). Dari sini terlihat bahwa masyarakat melihat pentingnya
peran sahabat dalam kehidupan keseharian seseorang terlepas dari segala
kemajuan teknologi yang membawa kecenderungan individualis dalam
kehidupan bermasyarakat.
Persahabatan sendiri merupakan suatu bentuk hubungan yang unik
yang terjadi begitu saja tanpa adanya suatu bentuk perjanjian ataupun
persetujuan secara langsung dari kedua belah pihak. Persahabatan biasanya
terbentuk di antara orang-orang yang memiliki kesamaan, seperti:
karakteristik, latar belakang, usia, jenis kelamin, suku dan sebagainya.
Biasanya, dasar untuk memperkuat hubungan ini adalah kepercayaan satu
sama lain dan orientasi utama pada kesenangan dan kepuasan pribadi, yaitu
rasa nyaman dan puas yang dirasakan individu ketika ia menghabiskan waktu
2
Dalam membahas mengenai persahabatan, masalah utama yang sering
dihadapi adalah masih belum adanya kesepakatan mengenai apa itu definisi
sahabat maupun persahabatan (Graham Allan dalam FRIENDSHIP, 2007).
Dalam satu seting seseorang mungkin dapat dikategorikan sebagai seorang
sahabat, namun dalam setting yang lain sebutan ini tampak kurang sesuai.
Walau demikian beberapa ahli seperti Misty N. Carroll (2006) mencoba
mendefinisikan persahabatan sebagai suatu hubungan dimana dua atau lebih
orang akan melakukan kegiatan menyenangkan bersama, saling menceritakan
pengalaman dan permasalahan, menangis bersama, atau sahabat juga bisa
seseorang dari masa lalu yang yang terus saling menjalin relasi. Satu hal yang
pasti, setiap orang di muka bumi ini pasti memiliki dan membutuhkan
kehadiran seorang sahabat untuk berbagi, saling mendukung, dan saling
menjaga.
Dari penelitian yang dilakukan secara terus-menerus, ditemukan
bahwa persahabatan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial. Bahkan dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa
persahabatan terkait dengan kesejahteraan psikologis dan dapat meningkatkan
penilaian dan penghargaan terhadap diri sendiri (Hartup & Stevens, 1997).
Selain itu, ikatan sosial dalam persahabatan juga dapat mengurangi efek dari
suatu penyakit dengan cara menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan
kolesterol (Gale Berkowitz, 2002). Bahkan Dr. Klein dalam Berkowitz (2002)
mengungkapkan dengan penuh keyakinan bahwa teman dapat membantu kita
3
para peneliti telah menemukan bahwa orang yang memiliki teman memiliki
usia yang lebih lama kurang lebih 6 bulan daripada orang yang tidak memiliki
teman dan bahwa dengan memiliki banyak teman individu dapat mengurangi
resiko kematian sebesar lebih dari 60 persen.
Lebih dari itu persahabatan akan memberikan banyak keuntungan
dan memenuhi berbagai fungsi dalam kehidupan seseorang. Seorang sahabat
dapat berperan sebagai teladan (role model), pendengar yang baik, seseorang
yag mau memahami, mengkritik, menasehati ataupun menemani. Seorang
sahabat juga akan selalu menyediakan nasehat, bimbingan, ketentraman,
penerimaan, dukungan, feedback, mendengarkan dengan simpatik, dan
menampilkan adanya perasaan memiliki.
Menurut O’Connor (1992), persahabatan merupakan pemenuhan dari
kebutuhan atau motif internal yang terpusat pada fungsi kepribadian yang
sehat. Dengan adanya kepercayaan dalam persahabatan akan menghadirkan
rasa setia kawan, dan dengan berkembangnya persahabatan, seseorang mulai
membangun sebutan “teman dekat” bahkan “teman baik”. Persahabatan di
sini merepresentasikan hubungan yang sering kali merupakan hubungan yang
paling kekal dalam kehidupan bahkan bertahan lebih lama dari hubungan
suami istri maupun ikatan antara anak dan orang tua (Floyd, 1995).
Sebenarnya ada beberapa faktor yang mendorong terjalinnya
persahabatan antara dua orang atau lebih, misalnya saja perasaan senasib
sepenangungan, kebutuhan untuk saling mendukung dan melengkapi,
4
orang lain, keterbukan dan lain-lain. Intinya dalam menjalin persahabatan
masing-masing pihak akan memperoleh “sesuatu” yang nantinya akan
memotivasi mereka untuk terus menjalin persahabatan.
Dari perspektif evolusioner, persahabatan dipandang sebagai suatu
hubungan yang penuh misteri, seperti puzzle. Persahabatan yang tidak
memiliki ikatan genetik pun dapat bertahan tidak hanya dalam hitungan hari
ataupun tahun melainkan dapat bertahan seumur hidup (Bleske & Buss,
2000).
Pada dasarnya dalam setiap bentuk persahabatan akan hadir sejumlah
hal yang dapat dikategorikan sebagai hadiah berupa keuntungan yang baik
secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan reproduksi manusia.
Sebagai contoh, seorang teman akan memberikan tempat untuk bernaung
ketika sahabatnya tidak memiliki tempat tinggal, makanan di saat lapar
bahkan perawatan ketika sakit yang akan membantu individu untuk
mengatasi masalah terkait dengan kemampuan adaptif untuk bertahan hidup
(Bleske & Buss, 2000). Dari seorang teman individu juga dapat mengenal
orang yang nantinya akan menjadi pasangan hidupnya dan hal ini akan
membantu untuk mengatasi masalah terkait dengan kemampuan adaptif untuk
memiliki keturunan. Namun demikian terkadang seorang sahabat juga
membawa beberapa kerugian dalam hidup seseorang, seperti yang
diilustrasikan oleh Brutus dan Caesar di mana seorang teman dapat
5
dimusuhi, atau harus berkompetisi dengan sahabatnya untuk mendapatkan
sesuatu atau bahkan bersaing memperebutkan pasangan.
Seperti yang kita ketahui manusia merupakan makhluk yang memiliki
insting untuk melindungi dirinya sendiri dalam hal ini berarti terdapat
kecenderungan dalam diri setiap orang untuk berusaha memperoleh
keuntungan dan sedapat mungkin menghindari kerugian yang mungkin dapat
melukai ataupun membebani hidup mereka. Prinsip ini juga berlaku dalam
hubungan persahabatan terutama dalam persahabatan dengan lawan jenis.
Setiap orang tentunya akan secara sadar maupun tidak sadar
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh sebelum
akhirnya memutuskan untuk menjalin persahabatan dengan lawan jenis.
Keuntungan dan kerugian dalam persahabatan inilah yang berusaha
diteliti lebih jauh oleh peneliti. Penelitian ini sebenarnya dilandasi oleh
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Austin, salah satu negara
bagian Amerika oleh April L.Bleske dan David M. Buss pada 200 mahasiswa
pria dan wanita yang berusia 17-32 tahun sebagai penelitian pendahuluan
dalam penelitian mereka yang berjudul “Can Men and Women Be Just
Friends?” Namun adanya perbedaan lingkungan sosial dan budaya antara
masyarakat Austin dan Indonesia membuat peneliti merasa perlu untuk
melihat lebih jauh mengenai apa saja keuntungan dan kerugian yang
dirasakan seseorang ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis
terutama di kalangan kaum muda Indonesia, dalam hal ini mahasiswa.
6
studi di perguruan tinggi. Subjek mahasiswa dipilih karena sebagian besar
mahasiwa berada pada fase perkembangan dewasa awal dan pada fase ini
individu sedang berusaha untuk mulai membangun hubungan intim dengan
orang lain dengan menjalin persahabatan ataupun mulai mencari pasangan
hidup.
Hal ini didukung oleh pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan
bahwa dalam level sosial yang lebih luas, sifat dasar dari persahabatan
cenderung bersifat fakultatif dan istimewa, maksudnya persahabatan memiliki
arti yang berbeda bagi tiap individu sehingga hubungan ini bersifat sangat
unik dan istimewa bagi setiap individu. Sebagai contoh, dalam beberapa
budaya tipe relasi persahabatan tidak dapat berkembang. Hal ini terjadi pada
beberapa budaya dimana hubungan persahabatan dirumuskan sebagai suatu
bentuk hubungan pribadi yang harus didasarkan pada status dan hubungan
kekeluargaan (DuBois dalam Friendship: Definition And Characteristics,
2008), sedangkan pada budaya yang lain pelaksanaan larangan dilakukan
secara kaku dan mengikat, persahabatan biasanya sangat jarang terjalin atau
bahkan tidak ada sama sekali.
Bagaimanapun seperti yang diungkapkan oleh Lothar Krappmann
dalam Friendship: Definition And Characteristics (2008) individu dalam
budaya yang begitu mengikat sering kali menemukan cara-cara tertentu untuk
menjalin persahabatan. Sebagai contoh, Sarah Uhl dalam artikel berjudul
Friendship: Definition And Characteristics(2008) menemukan bahwa wanita
7
dilarang untuk menjalin persahabatan dengan pria yang tidak memiliki ikatan
kekeluargaan dengan mereka.
Persahabatan antara pria dan wanita sendiri merupakan suatu
fenomena yang kontroversial akhir-akhir ini di Indonesia. Semakin banyak
hubungan tanpa status ataupun orang-orang yang menyatakan diri mereka
sebagai TTM (Teman tapi Mesra). Batasan antara sahabat, pacar, ataupun
selingkuhan pun semakin tidak jelas. Hal ini tampaknya terkait dengan sifat
persahabatan yang fakultatif dan istimewa, maksudnya persahabatan memiliki
arti yang berbeda bagi tiap individu sehingga hubungan ini bersifat sangat
unik dan istimewa bagi setiap individu. Walaupun demikian, dalam penelitian
ini, peneliti tidak akan membatasi persahabatan antara pria dan wanita
sebagai persahabatan murni ataupun TTM (Teman tapi Mesra) dengan asumsi
bahwa sampai saat ini pun belum terdapat kesepakatan di kalangan
masyarakat awam mengenai batasan dua individu dikatakan TTM (Teman
tapi Mesra) ataupun dikatakan menjalani persahabatan murni. Pada penelitian
ini, peneliti tidak membatasi persahabatan antara pria dan wanita sebagai
persahabatan murni (platonic friendship) ataupun persahabatan romantis
(romantic friendship) dengan asumsi bahwa setiap individu akan memaknai
persahabatan mereka dengan cara yang berbeda-beda.
Penelitian mengenai persahabatan antara pria dan wanita dipilih oleh
peneliti karena pada saat ini sering kali masyarakat memandang secara
negatif hubungan persahabatan tipe ini, masyarakat cenderung beranggapan
8
masyarakat Indonesia yang mayoritas terdiri dari umat muslim dan cenderung
didominasi oleh ajaran Islam tampak memberi batasan yang cukup ketat
mengenai kedekatan dalam hubungan antara pria dan wanita termasuk dalam
persahabatan antara pria dan wanita terutama yang sudah menikah. Dalam
penelitian ini peneliti juga ingin mencoba mengungkap bagaimana
sebenarnya subjek dalam hal ini mahasiswa yang berada pada tahap
perkembangan dewasa awal memaknai persahabatan mereka dengan lawan
jenis. Apakah memang benar persahabatan dengan lawan jenis semata-mata
mengarah pada hubungan romantis ataukah sebenarnya persahabatan antara
pria dan wanita pun dapat merupakan persahabatan murni (platonic
friendship).
Oleh sebab itu, dalam kesempatan kali ini peneliti ingin melihat lebih
jauh bagaimana masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa yang berada
pada tahap perkembangan dewasa awal memaknai persahabatan mereka
dengan lawan jenis. Yang dimaksud dengan makna disini adalah bagaimana
individu melihat hubungan persahabatan yang mereka jalani dengan lawan
jenis. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui keuntungan dan kerugian apa
saja yang dialami individu ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis
dan apakah terdapat perbedaan cara pandang antara pria dan wanita mengenai
9
B. Rumusan Masalah
1. Apakah makna persahabatan antara pria dan wanita?
2. Bagaimana persepsi pria dan wanita mengenai keuntungan dan kerugian
yang mereka peroleh dalam menjalin persahabatan dengan lawan jenis?
3. Apakah terdapat perbedaan makna, keuntungan dan kerugian yang
diperoleh oleh pria dan wanita dalam menjalin persahabatan dengan
lawan jenis?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui makna persahabatan antara pria dan wanita,
mendapatkan gambaran mengenai keuntungan atau kerugian apa saja yang
yang diperoleh ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis dan apakah
terdapat perbedaan makna, keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh pria
dan wanita dalam menjalin persahabatan dengan lawan jenis.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai makna dari
persahabatan antara pria dan wanita, keuntungan dan kerugian yang
diperoleh dalam menjalin persahabatan dengan lawan jenis, serta
gambaran mengenai perbedaan cara pandang pria dan wanita
mengenai keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh dalam
10
b. Memberikan gambaran mengenai cara pandang kaum muda Indonesia
mengenai persahabatan dengan lawan jenis terkait dengan makna,
keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari relasi tipe ini.
2. Manfaat Praktis
a. Memahami lebih jauh apa yang dicari setiap orang dalam
persahabatan sehingga nantinya setiap orang diharapkan dapat lebih
memahami sahabat mereka dan membuat hubungan persahabatan
mereka bisa bertahan.
b. Memahami leih jauh mengenai cara pandang pria dan wanita
mengenai seorang sahabat sehingga dapat mengurangi terjadinya
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam landasan teori ini, penulis akan memulai dengan penjelasan singkat
mengenai persahabatan secara umum dan beberapa tipe persahabatan yang ada;
dilanjutkan dengan penjelasan singkat mengenai sex dan gender; serta apa yang
dimaksud dengan keuntungan dan kerugian. Selanjutnya penulis juga akan
menjelaskan mengenai persahabatan pada tahap perkembangan dewasa awal
karena subjek yang akan diteliti disini adalah para mahasiswa yang sedang berada
pada tahap perkembangan dewasa awal, serta membahas lebih jauh lagi mengenai
persahabatan antara pria dan wanita serta keuntungan dan kerugian yang diperoleh
dalam hubungan ini.
A. Persahabatan
Persahabatan merupakan suatu bentuk hubungan yang unik. Dalam
menjalin persahabatan tidak ada unsur paksaan, perjanjian ataupun
persetujuan secara langsung dari kedua belah pihak. Persahabatan biasanya
terjadi secara alami dan terbentuk di antara orang-orang yang memiliki
kesamaan, seperti kesamaan karakteristik, latar belakang, usia, jenis kelamin,
suku dan sebagainya. Hal ini terjadi karena pada umumnya individu akan
tertarik dengan individu lain yang memiliki karakteristik yang sama daripada
12
Setidaknya ada banyak definisi tentang persahabatan, tetapi karena
terbatasnya ruang maka peneliti hanya akan menyebutkan beberapa definisi
tersebut. Dalam ilmu psikologi sosial, persahabatan didefinisikan sebagai
suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap
individu sebagai suatu kesatuan (Iswanto, 2007).
Menurut Iswanto (2007), dalam persahabatan secara umum terdapat
beberapa elemen pokok, yaitu:
1. Adanya penghargaan satu sama lain lebih pada sebagai orang itu sendiri
dari pada keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari persahabatan.
2. Persahabatan sebagai suatu hubungan antar pribadi lebih menekankan
pada kualitas yang obyektif satu sama lain.
3. Memiliki kebebasan untuk saling memberi tanpa adanya harapan untuk
memperoleh imbalan.
4. Individu saling bersahabat karena keunikannya. Persahabatan selalu
memperlihatkan adanya keintiman, individualitas, dan kesetiaan.
Pada umumnya, dalam persahabatan ditemukan adanya dua kualitas
yang tidak dapat dipisahkan, yakni preferensial (memilih-milih) dan mutual
(Iswanto, 2007). Persahabatan itu sifatnya memilih-milih, artinya orang tidak
akan menganggap semua orang sebagai sahabatnya. Ada tingkatan tertentu
sampai orang menerima orang lain sebagai sahabat. Selain bersifat memilih,
persahabatan juga bersifat mutual, saling menguntungkan. Persahabatan tidak
bisa satu arah, maka yang terjadi dalam persahabatan adalah saling memberi
13
Berdasarkan pandangan Duck (1991), persahabatan diartikan sebagai
suatu hubungan yang akrab dengan individu yang dibangun berdasarkan
motivasi dan harapan tertentu dan mempunyai tingkat hubungan yang tinggi
seperti saling menerima, saling memberikan kehangatan, saling mengenal
lebih dalam, saling menyangi dan saling memperdulikan dalam waktu yang
sama. Sahabat disini akan menyambut kehadiran sahabatnya dan
menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada tahap
altruisme. Selera mereka biasanya serupa, mereka saling bertemu dan
menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai bersama. Dalam
persahabatan, masing-masing individu akan terlibat dalam perilaku yang
saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam
kesulitan. Tidak hanya itu, persahabatan juga merupakan salah satu
mekanisme yang dapat mengurangi ataupun menetralkan kesulitan-kesulitan
dan stres yang terkait dengan transisi-transisi utama dalam kehidupan
manusia karena seorang teman atau sahabat merupakan sumber utama dari
dukungan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang (Toono, 1986).
Nilai yang terdapat dalam persahabatan juga akan dihasilkan ketika
seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten kecenderungan untuk
menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain; simpati dan empati;
kejujuran, yang barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain
14
Menurut Aristoteles sebenarnya persahabatan dapat dibagi dalam 3
kategori (Annas dalam Friendship, 2005), yaitu:
1. Friend Based on Utility
Persahabatan tipe ini didasarkan pada harta benda yang biasanya terjadi
di kalangan orang tua, orang berumur setengah tua, dan
orang-orang usia muda yang mengejar keuntungan pribadi. Pada persahabatan
ini orang-orang tidak meluangkan banyak waktu bersama, karena
terkadang dalam bersababat mereka bahkan tidak saling menyukai satu
sama lain dan karena itu mereka merasa tidak membutuhkan suatu
bentuk perkumpulan kecuali jika hal ini menguntungkan bagi mereka.
2. Friend Based on Pleasure
Persahabatan ini didasarkan pada kesenangan yang biasanya terjadi di
kalangan anak muda karena hidup mereka biasanya masih banyak
dipengaruhi oleh perasaannya, ketertarikan utama mereka pada
kesenangan pribadi, dan kesempatan untuk merasakan momen-momen
yang menyenangkan
3. Friend Based on Goodness
Merupakan tipe persahabatan yang sempurna. Pada persahabatan tipe ini
hubungan didasarkan pada keinginan untuk memberikan yang terbaik
bagi orang lain dan diri sendiri. Hal ini biasanya didasarkan rasa sayang
yang dirasakan satu sama lain terhadap diri teman mereka yang
sesungguhnya dan bukan untuk kualitas yang sifatnya kebetulan belaka.
15
kehidupan sehari-hari karena sangat sulit menemukan tipe orang seperti
ini dan juga dibutuhkan banyak waktu dan kedekatan untuk menjalin
persahabatan tipe ini.
Suzanne Stern-Gillet dalam Friendship (2007) mengungkapkan pendapatnya bahwa persahabatan yang didasarkan pada harta benda dan
kesenangan lebih dapat dilihat sebagai suatu bentuk proses, sedangkan
persahabatan yang didasarkan pada kebaikan merupakan suatu bentuk
aktivitas yang berpusat pada kehidupan yang baik dan memungkinkan
terjadinya hubungan dengan semua orang. Di sini untuk mengetahui apa yang
dirasakan oleh seorang teman, terlebih dahulu individu harus mengetahui apa
yang dia rasakan dan untuk mengenal temannya sama caranya dengan
mengenali dirinya sendiri. Orang yang hebat disini juga akan terikat dengan
temannya sama seperti ia terikat pada dirinya sendiri, karena seorang teman
adalah dirinya yang lain.
Ray Pahl dalam Friendship (2007) mengungkapkan bahwa dalam persahabatan yang berdasarkan kebaikan kedua belah pihak akan saling
memperluas dan memperbanyak pengalaman moral. Dia juga
mengungkapkan bahwa keduanya akan saling mendukung dan
mengembangkan begitu mereka mengenali kelebihan moral teman mereka
sehingga masing-masing pihak dapat menjadi cermin bagi yang lain. Dalam
hal ini seseorang menyayangi orang lain untuk kebaikan mereka tidak hanya
karena ‘apa’ diri mereka atau apa yang mereka tawarkan. Mereka lebih
16
sendiri. Mereka juga dapat melihat bahwa mereka terpisah dan berbeda satu
sama lain, mereka mengenal diri mereka dan teman mereka. Keunggulan
moral dalam persahabatan tipe ini adalah bahwa dalam persahabatan ini
terdapat tingkat pengembangan dan ekspresi emosi altruistik dari simpati,
perhatian, dan kepedulian.
Selain Aristoteles, para filosof sejak zaman Romawi juga telah
banyak membicarakan mengenai persahabatan. Menurut mereka, pada
dasarnya dalam persahabatan terdapat jenis perhatian khusus, perhatian yang
secara beralasan dapat dipahami sebagai salah satu jenis cinta. Mereka disini
membedakan tiga jenis cinta (Friendship, 2005), yaitu:
1. Agape
Jenis cinta yang tidak mengharapkan apa pun dari objek yang dicintai,
justru memberikan banyak hal pada objek yang dicintai
2. Eros
Jenis hasrat yang diwarnai dengan nafsu terhadap suatu objek, terutama
dalam konteks seksual
3. Philia
Jenis perasaan penuh hormat atau bersahabat yang ditujukan tidak hanya
pada satu teman tetapi juga mungkin ditujukan pada anggota keluarga,
patner bisnis, ataupun suatu negara.
Dari ketiga klasifikasi ini, jenis cinta yang biasanya terdapat dalam
17
Selain cinta, para filosof Romawi juga mengemukakan bahwa
terdapat beberapa karakteristik yang secara konsisten muncul dalam
persahabatan (Friendship, 2005), yaitu:
1. Mutual Caring
Perhatian antar sesama sahabat dan kemauan untuk melakukan yang
terbaik untuk sahabatnya
2. Intimacy
Kecenderungan untuk menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi yang
tidak akan diceritakan pada orang lain selain seorang sahabat.
3. Shared Activity
Kecenderungan untuk melakukan kegiatan bersama-sama
Dengan fungsi-fungsi diatas, jelas bahwa persahabatan merupakan
salah satu bagian penting dalam kehidupan sosial seseorang. Meskipun
demikian, menurut Bleske and Buss (2000) persahabatan merupakan hal yang
rumit dan membingungkan terutama jika dilihat dari perspektif evolusioner.
Salah satu hal yang menyebabkan kompleksitas ini adalah adanya beberapa
karakteristik dari persahabatan yang terkadang dipersepsikan sebagai
keuntungan (hal-hal yang didapat / keuntugan / manfaat / hal-hal positif) dan
kerugian (hal-hal yang terkadang membebani, hal-hal yang harus anda
berikan, anda lakukan, ataupun dikorbankan ketika menjalin persahabatan
dengan lawan jenis); sabagai catatan, variabel keuntungan disini terkadang
18
Secara umum, persahabatan membawa keuntungan dan memenuhi
fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan setiap individu. Seorang sahabat
dapat berperan sebagai teladan, grup referensi, pendengar yang setia, atau
menjadui seseorang yang memahami, mau mengkritik memberikan nasehat
dan menemani individu dalam berbagai situasi. Lebih jauh lagi, seorang
sahabat juga akan menyediakan nasehat, bimbingan, penerimaan, simpati,
dukungan, feedback dan rasa memiliki yang membuat individu merasa
dirinya lebih berharga (Buote dkk, 2007).
Dalam persahabatan terdapat empat tipe keuntungan yang akan
diperoleh (Friendship: Definition And Characteristics, 2008), yaitu:
1. Kebersamaan
Melalui persahabatan individu akan memiliki seseorang yang akan selalu
meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama-sama, baik berupa
kegiatan berbagi cerita, melakukan hobi bersama atau sekedar
menghabiskan waktu luang bersama.
2. Perhatian
Dalam persahabatan hal lain yang selalu akan diperoleh adalah adanya
seseorang yang akan selalu memberikan perhatian, memahami, memberi
bantuan maupun dukungan disaat individu merasa lemah atau tidak
19
3. Komunikasi
Dengan sahabat, individu dapat berdiskusi ataupun bertukar pendapat
tentang berbagai hal mulai dari pendapat terhadap hal-hal umum sampai
masalah pribadi ataupun keyakinan.
4. Afeksi
Ketika bersama dengan sahabat individu dapat menjadi dirinya sendiri, ia
bisa mengungkapkan dan mengekspresikan semua yang ia rasakan baik itu
perasaan senang, sedih, gelisah, marah, maupun benci.
Intinya dengan menjalin persahabatan individu akan memperoleh
banyak hal yang seringkali dipersepsikan sebagai keuntungan. Pertanyaannya
adalah keuntungan apa saja yang diperoleh individu dengan menjalin
persahabatan?
B. Sex dan Gender
Sebelum membahas lebih jauh mengenai apa itu gender, terlebih
dahulu akan dibahas mengenai perbedaan antara sex dan gender. Yang
dimaksud dengan sex disini adalah pria dan wanita sedangkan gender sama
dengan maskulin and feminim. Jadi inti dari perbedaan antara sex dan gender
adalah bahwa sex terkait dengan perbedaan biologis, mencakup kromosom,
profil hormonal dan organ seks baik internal maupun eksternal. Sedangkan
gender mendeskripsikan karakteristik yang digunakan oleh suatu masyarakat
atau budaya tertentu untuk menggambarkan apa itu maskulin dan feminim.
20
berjenis kelamin pria dan menjalankan peran sosial maskulin sedangkan
seorang wanita adalah seseorang yang berjenis kelamin wanita dan
menjalankan peran sosial feminim.
Louann Brizendine (2006) menyatakan bahwa sebenarnya wanita
dan pria dilahirkan dengan struktur otak yang berbeda. Ia mengatakan bahwa
otak wanita memiliki pusat komunikasi dan memori emosi yang lebih besar
daripada otak laki-laki. Otak wanita juga mengembangkan kemampuan yang
lebih besar untuk membaca isyarat-isyarat pada diri seseorang maka tidaklah
heran jika dalam keseharian kita sering kali menemui para wanita menjadi
lebih peka pada perasaan orang-orang di sekitar mereka sedangkan para pria
biasanya tidak menyadari perubahan emosi orang-orang di sekitar mereka.
Para wanita juga akan cederung lebih banyak bicara dibandingkan para pria
karena mereka memiliki kapasitas otak yang lebih untuk hal itu dan mereka
membutuhkan hal itu untuk memuaskan kebutuhan emosional mereka dimana
para wanita sangat menginginkan kedekatan emosional dengan orang-orang
disekitarnya.
Lebih jauh lagi ternyata perbedaan antara pria dan wanita ini tidak
hanya sebatas pada perilaku mereka, namun juga dari sisi biologis atau fisik
mereka. Bahkan menurut Marianne Legato, seorang profesor obat-obatan
klinis dari Columbia University (dalam The Female Brain), pria dan wanita memiliki jantung yang berbeda baik dalam hal ukuran mupun elastisitas.
Menurutnya ukuran jantung wanita lebih kecil daripada jantung pria dan juga
21
serangan jantung yang berbeda, mereka juga memproses obat-obatan secara
berbeda.
Selain perbedaan-perbedaan diatas, buku yang berjudul “Truly Mars and Venus” juga membahas mengenai perbedaan antara pria dan wanita terkait dengan jalinan hubungan antara pria dan wanita. Dari buku ini dapat
diringkas beberapa perbedaan mendasar antara pria dan wanita terutama
dalam hal sifat yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel Perbedaan antara
pria dan wanita.
Tabel 2.1 Tabel Perbedaan antara pria dan wanita
No. Pria Wanita
1. Menghargai kekuatan, kompetensi, efisiensi, dan pencapaian
Menghargai cinta kasih, komunikasi, keindahan dan hubungan
2. Selalu melakukan berbagai hal untuk memperbaiki diri dan mengembangkan kemampuan, serta keahlian mereka
Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk saling mendukung, membantu, dan merawat
3. Merasa lengkap dengan keberhasilan dan pencapaian
Sumber pemenuhan kebutuhan dengan saling berbicara dan berelasi
4. Lebih tertarik pada “objek” dan “benda-benda” daripada manusia dan perasaan. Pria disibukkan dengan benda-benda yang bisa membantu mereka dalam mengekspresikan kekuatan dengan menciptakan target dan mencapai tujuan mereka
Mereka sangat terlibat dalam pertumbuhan pribadi, spiritualitas, dan segala sesuatu yang bisa menjaga kehidupan, kesembuhan, dan pertumbuhan. Para wanita sangat intuitif, dimana mereka dapat memprediksi kebutuhan dan perasaan orang lain
5. Pria merasa tersinggung ketika wanita menawarkan nasehat karena merasa si wanita tidak mempercayai kemampuannya.
Wanita akan merasa terpinggirkan ketika pria berkonsentrasi pada pekerjaan dan pemecahan masalah dimana wanita merasa pria tidak memperdulikan perasaannya.
2004-22
Dari pembahasan diatas, diketahui bahwa terdapat perbedaan
mendasar antara pria dan wanita yang dapat dipengaruhi oleh pengaruh sosial
melalui peran gender, maupun oleh sistem genetik pria dan wanita yang pada
dasarnya berbeda. Hal ini juga yang nantinya dapat mempengaruhi cara
pandang pria dan wanita mengenai persahabatan dan bagaimana mereka akan
menjalin persahabatan baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis, bahkan
sering kali daftar perbedaan ini dijadikan panduan oleh kaum awam untuk
memahami lawan jenis mereka. Diharapkan dengan memahami
perbedaan-perbedaan ini dapat lebih memahami pandangan kaum awam terhadap
persahabatan terutama persahabatan dengan lawan jenis.
C. Tipe Persahabatan Berdasarkan Gender
Bell dalam Gender Patterns In Friendship, 2007 mengklaim bahwa tidak ada faktor sosial yang lebih penting daripada gender yang memberikan
variasi dalam persahabatan. Gender sendiri tampaknya telah menjadi faktor
utama yang mengorganisasikan persahabatan bahkan kebanyakan penelitian
mengidentifikasikan tiga pola utama dalam persahabatan (Traustadottir,
2007), yaitu :
1. Persabatan diantara Para Wanita
O’Connor (1992) mencoba untuk membahas lebih lanjut
mengenai definisi persahabatan bagi wanita, ia menemukan bahwa para
wanita mendefinisikan persahabatan lebih sebagai “seseorang yang dapat
23
kesulitan”. Menurut Rannveig Traustadottir (2007), para wanita
cenderung mendeskripsikan persahabatan dalam hubungan yang penuh
dengan kedekatan dan ikatan emosional yang ditandai dengan beberapa
karakteristik dasar antara lain kedekatan dan kelekatan emosional;
keinginan untuk berbagi pikiran, perasaan, dan pengalaman; dan yang
terakhir banyaknya waktu yang disediakan dan keterlibatan diri secara
intensif dengan sahabatnya
2. Persahabatan diantara Para Pria
Berbeda dengan persahabatan antar wanita, persahabatan di
kalangan pria cenderung lebih idealis dan biasanya dideskripsikan dalam
hubungan yang disertai sifat keberanian dan adanya pengorbanan secara
fisik dalam menyediakan bantuan atau pertolongan untuk yang lain.
Bahkan para peneliti juga menyebutkan bahwa para pria memiliki lebih
sedikit teman daripada wanita, terutama teman dekat atau sahabat
(Traustadottir, 2007).
3. Persahabatan antara Pria dan Wanita.
Penelitian menunjukkan bahwa persahabatan antara pria dan
wanita kurang umum terjadi terutama pada orang-orang yang sudah
menikah ataupun memiliki pasangan dan lebih sering terjadi pada
orang-orang yang masih sendiri. Hal ini terutama terjadi karena adanya sifat
posesif dan kecemburuan yang sering kali menyertai hubungan seksual
24
Persahabatan antara pria dan wanita ini juga merupakan jenis
persahabatan yang sangat kontroversial karena persahabatan tipe ini
sering kali mengarah pada hubungan romantis dan seringkali sulit untuk
membedakan apakah persahabatan yang terjalin antara pria dan wanita
merupakan persahabatan murni (platonic friendship) ataukah merupakan
persahabatan romantis (romantic friendship).
Dalam penelitian ini, persahabatan antara pria dan wanita inilah
yang ingin dilihat lebih jauh oleh peneliti. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya dalam setiap bentuk hubungan persahabatan setiap individu
yang terlibatr di dalamnya akan memperoleh hal-hal yang sering kali
dipersepsikan sebagai keuntungan. Dengan mengacu pada hal ini, peneliti
ingin mencari tahu tipe keuntungan seperti apakah yang akan diperoleh
individu ketika menjalin persahabatan dengan lawan jenis? Apakah
kontoversi mengenai persahabatan antara pria dan wanita yang sulit
dibedakan antara persahabatan murni atau romantis juga akan
mempengaruhi keuntungan yang diperoleh ketika individu menjalin
persahabatan dengan lawan jenis?
D. Persahabatan dan Tahap Perkembangan Dewasa Awal
Tahap perkembangan dewasa awal merupakan tahap perkembangan
manusia yang terjadi antara usia 20-30 tahun dimana pada tahap ini menurut
Erikson individu memasuki tahap perkembangan yang ia beri nama Intimacy
25
keintiman dengan orang lain atau ia akan menghadapi isolasi dan kesepian
(Hatfield dan Rapson dalam Santrock, 1995).
Pada tahap perkembangan ini langkah awal yang harus ditempuh oleh
individu untuk menjadi dewasa adalah dengan mencari teman dan cinta
melalui pasangan hidup. Hubungan yang saling memberikan rasa senang dan
puas ini biasanya terpenuhi melalui perkawinan dan persahabatan.
Keberhasilan di dalam tahapan ini akan memberikan keintiman di level yang
dalam sedangkan kegagalan di dalam tahapan ini akan membuat individu
mengisolasi diri, menjauh dari orang lain, merasa dunia sempit, bahkan
bersikap superior kepada orang lain sebagai bentuk pertahanan ego.
Pada kenyataannya, dalam setiap tahap perkembangan manusia
terutama pada tahap dewasa awal, persahabatan sangat mungkin untuk terjadi.
Tidak peduli persahabatan itu melibatkan dua atau lebih wanita, dua atau lebih
pria, atau malah melibatkan seorang pria dan wanita persahabatan akan
membawa keuntungan-keuntungan tertentu pada setiap orang yang terlibat
didalamnya. Kegiatan yang dilakukan bersama biasanya menjadi awal mula
terjalinnya persahabatan. Dengan “hang out” bersama dan berbagi minat, para
kaum muda ini akan memperkuat hubungan mereka (Friendship: Definition
And Characteristics, 2008).
Pada tahap dewasa awal, individu memulai dengan berkurangnya
ikatan emosional dengan orang tua dan anggota keluarga yang lain dan mulai
menjelajahi stabilitas dalam kesempatan kerja ataupun di dalam dunia
26
perubahan dalam komitmen dan kegiatan, bahkan sampai pada perubahan
lingkungan tempat tinggal. Perubahan semacam ini seringkali mengganggu
hubungan individu dengan jaringan-jaringan yang bersifat non-kekeluargaan,
menciptakan kesempatan atau bahkan kebutuhan untuk menjalin persahabatan
yang baru. Nantinya individu pada tahap dewasa awal yang berhasil menjalin
persahabatan baru akan merasa lebih bahagia, tidak kesepian, dan merasa
lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak berhasil menjalin
persahabatan. Individu pada tahap dewasa awal yang secara relatif bebas dari
kewajiban-kewajiban dan tugas-tugas sosial, seperti kemajuan secara
profesional, pernikahan, ataupun tugas-tugas sebagai orang tua kemungkinan
akan mengalami konflik dalam menjalin persahabatan. Oleh sebab itu,
individu dewasa awal yang masih single dilaporkan lebih banyak menjalin
persahabatan, termasuk persahabatan dengan lawan jenis dibandingkan
dengan individu pada tahap dewasa yang lain (Friendship: Definition And
Characteristics, 2008).
E. Persahabatan Antara Pria dan Wanita dalam Budaya Indonesia
Persahabatan antara pria dan wanita merupakan satu hal yang unik
dan kontroversial, bahkan sampai saat ini masih banyak orang yang
mempertanyakan apakah mungkin pria dan wanita dapat menjalin
persahabatan murni. Hal serupa juga terjadi di Indonesia dan menjadi hal
yang menarik untuk diteliti. Dari survei yang dilakukan oleh situs Maxim
27
2007), diketahui bahwa dari 51.725 responden, ada lima mitos seputar
hubungan pria dan wanita yang dipercaya mereka, yaitu:
1. Pria dan wanita bisa menjaga batas sebagai teman (26% responden)
Pria dan wanita bisa menjadi teman baik dalam kondisi tertentu. Empat kondisi tertentu tersebut adalah pertama, persahabatan tersebut
saling menguntungkan dan mereka saling menyukai tanpa harus
memikirkan hubungan seks. Kedua, salah satu dari keduanya
menyukai sesama jenis. Ketiga, mereka terlibat hubungan signifikan
dengan orang lain alias sudah punya pacar serius. Yang terakhir,
mereka memang tidak cocok dalam hal menjalin cinta sebagai
sepasang kekasih.
2. Pria tidak suka mengekspresikan perasaannya di depan orang lain (18%
persen responden)
3. Saat Kencan, wanita butuh persiapan lebih lama ketimbang pria (16%
responden)
4. Pria dan wanita bisa menjaga persahabatan dengan mantan pacarnya (11%
responden)
5. Wanita memaafkan namun tak melupakan, sementara pria melupakan tapi
tak memaafkan (15% responden)
Dari hasil survei diatas, diketahui bahwa persahabatan antara pria dan
wanita mungkin saja terjadi tapi dengan kondisi-kondisi tertentu. Menurut
seorang Psikolog bernama Bondan Seno Prasetyadi (dalam Persahabatan Pria
28
dan wanita karena adanya perasaan secure (nyaman) yang merupakan komponen kebutuhan afeksi (perasaan). Menurutnya, berubahnya perasaan
dari kedua lawan jenis itu bila ditelaah dari segi psikologis merupakan hal
yang manusiawi. Sebab, setiap orang dapat tertarik dengan lawan jenisnya
berdasarkan kebutuhan afeksi dan logisnya.
Mayoritas masyarakat Indonesia menganut ajaran Islam dan ajaran
Islam sendiri banyak memberi pengaruh dan warna mengenai cara pandang
masyarakat Indonesia mengenai persahabatan dengan lawan jenis. Dalam
ajaran Islam, persahabatan antara pria dan wanita diijinkan selama keduanya
masih tetap taat dan berpegang teguh pada aturan dalam syariat Islam sendiri
dalam memandang pergaulan antara pria dan wanita. Islam tidak melarang
siapapun untuk bersahabat dengan siapapun selama hubungan tersebut tidak
membuat keduanya lalai bahkan keluar dari Islam. Untuk itu, dibutuhkan
sebuah pengendalian dari pria dan wanita yang memutuskan untuk bersahabat
akrab bahwa hubungan persahabatan ini terjalin karena bertujuan untuk
mengembangkan perilaku amar ma’ruf nahi munkar dan sebagai salah
satu sarana untuk mencari keridhaan Allah semata (Ade Anita, 2004).
Dari penjelasan-penjelasan diatas, tampak bahwa hubungan
persahabatan antara pria dan wanita mungkin saja terjalin diantara
orang-orang yang hidup di Indonesia. ajaran Islam sendiri pun tidak melarang
terjalinnya hubbungan persahabatan antara pria dan wanita selama
persahabatan tersebut dijalin dengan tetap mematuhi aturan-aturan dalam
29
dan wanita muda Indonesia terutama yang berada pada tahap perkembangan
dewasa awal memaknai persahabatan yang mereka jalin dengan lawan jenis?
Dan hal apa saja yang mereka peroleh sebagai keuntungan dan kerugian
ketika mereka menjalin persahabatan dengan lawan jenis?
F. Makna, Keuntungan, dam Kerugian dalam Persahabatan antara Pria
dan Wanita
1. Makna dalam Persahabatan antara Pria dan Wanita
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Vickie Harvey (2003)
pada 120 mahasiswa yang berada pada usia 18-36 diketahui bahwa
sebagian besar persahabatan yang terjalin diantara pria dan wanita dijalin
dan dibangun tanpa adanya batasan yang jelas mengenai apakah
persahabatan yang mereka jalani termasuk ke dalam persahabatan yang
murni (platonic friendship) atau persahabatan dengan tujuan untuk
meraih akses seksual (romantic friendship).
Masing-masing individu biasanya memiliki cara tersendiri dalam
mendefinisikan ataupun memaknai persahabatan mereka dengan lawan
jenis. Hal ini biasanya dipelajari melalui konteks sosial maupun budaya.
Individu mempelajari bagaimana menjalin persahabatan melalui
keluarga, teman, ataupun media berupa surat kabar, majalah, televisi dan
sebagainya. Pengetahuan inilah yang nantinya mempengaruhi penilaian
seseorang mengenai apa itu persahabatan antara pria dan wanita (Collier,
30
Dari konsep ini, persahabatan antara pria dan wanita dikatakan
sebagai platonic friendship apabila paling tidak salah satu pihak yang terlibat dalam persahabatan ini tidak memiliki ketertarikan seksual
terhadap sahabatnya dan dikategorikan sebagai romantic friendship ketika kedua belah pihak memiliki ketertarikan secara seksual dan
melakukan aktivitas seksual (Harvey, 2003).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari tahu bagaimana
sebenarnya individu, khususnya mahasiswa Indonesia yang sedang
berada dalam tahap perkembangan dewasa awal memaknai persahabatan
mereka dengan lawan jenis. Apakah persahabatan antara pria dan wanita
dimaknai sebaga hubungan romantis atau persahabatn murni atau
dimaknai dengan cara lain?
2. Keuntungan dan Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan
Wanita
Persahabatan antara pria dan wanita merupakan tipe persahabatan
yang paling rumit di antara tiga jenis persahabatan yang ada. Hal ini terjadi
karena selain merupakan dua individu yang berbeda baik secara fisik
maupun psikis, sering kali juga muncul ketertarikan secara seksual
terhadap seorang sahabat, bahkan tidak jarang ketertarikan seksual ini
yang memotivasi seseorang untuk menjalin persahabatan dengan lawan
jenisnya. Pernyataan ini didukung oleh Kaplan & Keys (1997) yang
31
terhadap 200 mahasiswa yang berada pada usia 18-32 tahun diketahui
bahwa setengah pria dan wanita yang ia teliti menyatakan adanya
ketertarikan secara seksual terhadap teman ataupun sahabatnya. Menurut
Dr. Don O'Meara dalam (Ferrell, 2007) terdapat empat hal yang
menghambat terjalinnya persahabatan antara pria dan wanita dewasa dapat
berjalan dengan baik, yaitu:
1. Ketidakmampuan untuk mendefinisikan hubungan persahabatan
2. Ketakutan untuk mengkonfrontasi perasaan terkait dengan
ketertarikan seksual.
3. Ketidakmampuan kedua individu yang terlibat dalam persahabatan
untuk melihat satu sama lain sebagai individu yang sama/ sederajat.
4. Respon sosial terhadap hubungan non-romantis.
Berdasarkan perspektif evolusioner terhadap persahabatan terkait
dengan keuntungan yang diperoleh dari hubungan tersebut, diketahui
bahwa keuntungan yang diperoleh pria dan wanita dalam persahabatan
antar pria dan wanita kemungkinan berbeda, dimana hal ini terkait dengan
perbedaan masalah adaptif yang secara psikologis berbeda antara pria dan
wanita.
Dari penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh April L. Bleske
dan David M. Buss (2000) pada 200 orang mahasiswa yang berusia 17-32
tahun, ditemukan beberapa aspek yang dinilai sebagai keuntungan dan
32
dapat dilihat pada Tabel 1.2 Tabel Keuntungan dalam Persahabatan Antara
Pria dan Wanita.
Tabel 2.2 Tabel Keuntungan dalam Persahabatan Antara Pria dan
Wanita
Tingkat Keuntungan dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita
Pria Wanita
1. Berbicara secara terbuka Teman makan malam 2. Informasi mengenai lawan
jenis
Teman yang dihormati oleh orang lain
3. Dorongan untuk menghargai diri
Perlindungan
4. Teman yang dihormati oleh orang lain
Berbicara secara terbuka
5. Teman makan malam Informasi mengenai lawan jenis
6. Pasangan dalam jangka panjang
Dorongan untuk menghargai diri
7. Meluangkan waktu untuk menolong teman
Tidak memiliki pasangan dalam jangka panjang
8. Membawa kesenangan Membawa kesenangan
9. Meningkatkan status sosial Meluangkan waktu untuk menolong teman
10. Perlindungan Meningkatkan jaringan
-April L. Bleske dan David M. Buss,
2000-Sedangkan yang termasuk dalam aspek-aspek yang dipersepsikan sebagai
33
Tabel 1.3 Tabel Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita.
Tabel 2.3 Tabel Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan
Wanita
Tingkat Kerugian dalam Persahabatan Antara Pria dan Wanita
Pria Wanita
1. Meluangkan waktu untuk menolong orang lain
Perasaan cemburu pada orang lain
2. Perasaan cemburu pada orang lain
Perilaku yang kejam
3. Kebingungan mengenai status hubungan
Meluangkan waktu untuk menolong orang lain
4. Menurunkan harga diri Kebingungan mengenai status hubungan
5. Memiliki cinta yang tidak berbalas
Permintaan waktu
6. Subjek yang terlarang Menurunkan self-worth
7. Teman yang cemburu Mengurangi kesempatan untuk berkencam
8. Permintaan waktu Memiliki cinta yang tidak berbalas
9. Perilaku yang kejam Pandangan negatif dari pasangan
10. Pandangan negatif dari pasangan
Tidak dapat saling membalas ketertarikan
-April L. Bleske dan David M. Buss,
2000-Sayangnya, di Indonesia belum pernah ada penelitian yang meneliti
mengenai perbedaan keuntungan dan kerugian dalam menjalin
persahabatan dengan lawan jenis sehingga tidak dapat dicantumkan
sebagai dasar teori dalam penelitian ini.
Justru dalam penelitian ini peneliti ingin melihat persepsi
34
mengenai keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh ketika mereka
menjalin persahabatan dengan lawan jenis Hal ini dilakukan karena seperti
telah diungkapkan pada bab 1 bahwa persahabatan itu bersifat unik dan
dipengaruhi oleh lingkungan budaya tempat individu tinggal.
Intinya dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap 3 hal
utama, yaitu: Apakah makna persahabatan antara pria dan wanita bagi
masyarakat Indonesia yang berada pada tahap perkembangan dewasa
awal? Bagaimana dengan persespsi mereka mengenai keuntungan dan
kerugian yang mereka peroleh ketika menjalin persahabatan dengan lawan
jenis? Apakah terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam
mempersepsikan makna, keuntungan maupun kerugian dalam menjalin
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai
makna dari persahabatan yang terjalin antara pria dan wanita, mengetahui
keuntungan atau kerugian apa saja yang diperoleh ketika menjalin
persahabatan dengan lawan jenis dan apakah terdapat perbedaan jenis
keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh pria dan wanita dalam
menjalin persahabatan dengan lawan jenis. Dari tujuannya, penelitian ini
termasuk dalam penelitian deskriptif dengan model survei.
Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan menggambarkan
keadaan yang terjadi pada saat ini. Penelitian ini tidak menguji maupun
menggunakan hipotesis, tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa
adanya yang sesuai dengan variabel yang diteliti (Kountur, 2003). Selain
itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pikiran, opini, maupun
perasaan dari para individu yang mengalami persahabatan dengan lawan
jenis (Shaughnessy dkk, 2006)
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data
kualitatif yang diperoleh melalui angket terbuka. Data ini kemudian akan
dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi. Metode analisis isi