• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan orientasi kewirausahaan perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat : studi kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan orientasi kewirausahaan perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat : studi kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PERANGKAT

DESA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Studi Kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Universitas Sanata Dharma

Oleh :

Irma Tarita

NIM : 052214173

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

“Orang yang sukses adalah orang yang mengambil hikmah dari kesalahannya, kemudian di lain waktu ia tidak mengulangi kesalahan itu.”

(Oliver Wendell Holmes)

“Kau dapat berkata pada dirimu sendiri, ‘Aku telah tabah menghadapi kengerian ini, aku pasti mampu menghadapi hal berikutnya.”

(Eleanor Roosevelt)

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan Kepada:

Tuhan, penuntun jalanku

Bapak dan Ibu tercinta

(6)
(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Irma Tarita

Nomor Mahasiswa : 052214173

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN

ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PERANGKAT DESA DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

. Studi Kasus di Dusun

Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta. Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 30 Agustus 2012

Yang menyatakan,

(8)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PERANGKAT

DESA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Studi Kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta

Irma Tarita Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dalam perspektif anggota masyarakat. 2) Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam perspektif masyarakat. 3) Menjelaskan hubungan antara orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan jumlah responden 93 orang responden.

Penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu : kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis persentase yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan analisis data Korelasi Product Moment untuk mengetahui ada tidaknya ada hubungan antara orientasi kewirausahaan perangkat desa dengan kesejahteraan masyarakat.

Orientasi sosial dan non sosial serta orientasi profit dan non profit tidak ada hubungan secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

(9)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHP BETWEEN

ENTERPRENEURSHIP ORIENTATION OF CHIEF OF HAMLET AND WELFARE

OF HAMLET COMMUNITY

Case Studies in Hamlet Nyamplung Village Margokaton Sub Seyegan Sleman Yogyakarta

Irma Tarita Faculty of Economics Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

The purpose of the research were to:1) describe the social entrepreneurship orientation of the administrative staff of the village in the perspective of the hamlet community; 2) measure the level of the community prosperity based on the community perspective; and 3) describe the relationship between the social entrepreneurship of the hamlet administrative staff and the welfare of the hamlet community. The study was a case study with respondents consisting of 93 hamlet.

In collecting the data the researcher used questionnaire and interview. The percentage analyzing technique was used to analyze the data in the aim of analyzing the characteristics of the consumers. The Product Moment Correlation

was used to identify whether or not there was any relationship between the social entrepreneurship of the chief of handler and the welfare of the hamlet community.

Either social and non – social orientation or profit and non – rofit orientation had no significant relation to the welfare of the community.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih serta anugerah-Nya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Orientasi Kewirausahaan Perangkat Desa dan Kesejahteraan Masyarakat.

Studi Kasus di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan

Sleman Yogyakarta”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J.

2. Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dr. Lukas Purwoto, S.E., M.Si, selaku Kaprodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

(13)

xiii

1. Pengertian Tentang Wirausaha dan Kewirausahaan ... 7

2. Perbedaan Antara Kewirausahaan Bisnis dan Kewirausahaan Sosial ... 8

3. Mengubah Bangsa Dengan Kewirausahaan Sosial ... 9

4. Karakteristik, Komponen dan Kompetensi Kewirausahaan Sosial ... 11

B. Kuadran Kewirausahaan Sosial ... 15

1. Kuadran 1 ... 16

2. Kuadran 2 ... 16

3. Kuadran 3 ... 17

4. Kuadran 4 ... 17

C. Kesejahteraan Masyarakat ... 18

1. Peran Kewirausahaan Sosial Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ... 20

D. Sekilas Tentang Perangkat Desa ... 22

1. Pemilihan Kepala Desa Menurut UU No. 32/2004 ... 23

2. Struktur Perangkat Desa ... 27

E. Kerangka Konseptual Penelitian ... 34

F. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 36

(14)

xiv

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

1. Orientasi Kewirausahaan Sosial ... 37

2. Kesejahteraan Masyarakat ... 37

E. Pengukuran Variabel ... 39

F. Populasi dan Sampel ... 40

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 40

H. Sumber Data ... 40

I. Teknik Pengumpulan Data ... 41

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 41

1. Uji Validitas ... 41

2. Uji Reliabilitas ... 42

K. Teknik Analisis Data ... 42

1. Analisis Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Parsial ... 42

2. Uji t ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 46

A. Gambaran Umum Desa Margokaton ... 46

1. Geografis Wilayah ... 46

2. Topografi Wilayah ... 47

3. Demografi Wilayah ... 48

4. Monografi Wilayah ... 50

B. Padukuhan Nyamplung ... 52

(15)

xv

2. Topografi Wilayah ... 52

3. Demografi Wilayah ... 53

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Teknik Pengujian Instrumen ... 55

1. Uji Validitas ... 56

2. Uji Reliabilitas ... 57

B. Analisis Deskriptif ... 58

1. Responden Berdasarkan Usia... 59

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

3. Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61

4. Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 62

C. Orientasi Wirausaha Perangkat Desa ... 63

1. Kuadran 1 ... 63

2. Kuadran 2 ... 64

3. Kuadran 3 ... 64

4. Kuadran 4 ... 65

D. Kesejahteraan Masyarakat dilihat dari Orientasi Profit Non Profit dan Orientasi Sosial Non Sosial ... 66

E. Pengujian Hipotesis ... 71

1. Orientasi Profit dan Non Profit ... 72

2. Orientasi Sosial dan Non Sosial ... 74

(16)

xvi

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

PENELITIAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

1. Bagi Perangkat Desa ... 79

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 80

C. Keterbatasan Penelitian ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Tingkat Pendidikan Di Desa Margokaton ... 50

Tabel IV.2 Prasarana Kesehatan ... 51

Tabel IV.3 Mata Pencaharian Menurut Sektor ... 51

Tabel IV.4 Pembagian RT dan RW ... 53

Tabel V.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 57

Tabel V.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 58

Tabel V.3 Analisis Deskriptif ... 59

Tabel V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 60

Tabel V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel V.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 61

Tabel V.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 62

Tabel V.8 Kuadran Kewirausahaan Perangkat Desa ... 66

Tabel V.9 Kategori Skor Nilai ... 68

Tabel V.10 Kronstabulasi Orientasi Profit dan Non Profit Terhadap Kesejahteraan masyarakat ... 69

Tabel V.11 Kronstabulasi Orientasi Sosial dan Non Sosial Terhadap Kesejahteraan masyarakat ... 70

Tabel V.12 Correlations ... 72

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kuadran Kewirausahaan Sosial ... 15

Gambar II.2 Stuktur Perangkat Desa ... 27

Gambar II.3 Kerangka Konseptual ... 34

Gambar IV.1 Peta Geografis Desa Margokaton ... 46

Gambar IV.2 Peta Wilayah Administratif Desa Margokaton ... 48

Gambar IV.3 Populasi Penduduk Dalam Chart Populasi Penduduk ... 49

Gambar IV.4 Prosentase Penduduk Usia Produktif ... 49

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini penduduk usia muda pengangguran jumlahnya besar. British Council mengungkapkan dari 105 juta penduduk Indonesia berumur 14-34 tahun, sebanyak 60 juta orang diserap dunia kerja, 9 juta orang masih menyelesaikan pendidikan, dan 20 juta orang tidak memiliki pekerjaan (Wartawan Bisnis Indonesia, Kamis, 19/03/2009). Pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk menggerakkan semua sumber daya di dalam negeri ini, untuk menciptakan kemakmuran sosial yang berkeadilan, seperti yang dirumuskan di dalam Pembukaan UUD 1945. Tidaklah mengherankan bila isu jumlah orang miskin di Indonesia pun menjadi komoditas politik di dalam pemilihan umum tahun 2009 yang lalu.

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. (alinea 4 Pembukaan UUD 1945).

(20)

2

menjadikan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia menjadi sasaran. Gubernur harus memikirkan kesejahteraan masyarakat di tingkat propinsi. Camat harus mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat di tingkat kecamatan, Kepala Desa/Lurah mengemban amanat untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dalam lingkup yang paling kecil dalam struktur pemerintahan melalui kerjasama dengan kepala dusun.

(21)

3

Tidaklah salah apabila kita menyatakan kesanggupan memajukan kesejahteraan umum merupakan syarat mutlak untuk dapat menjabat sebagai Kepala desa / Perangkat desa. Pidato-pidato pada saat kampanye pemilihan harus dibuktikan di lapangan. Benarkah kesejahteraan itu sudah dimajukan, Indikatorlah yang menunjukkan pemerintah tidak dapat memenuhi mandat yang ditetapkan. Misalnya jumlah Gelandangan dan Pengemis yang semakin meningkat, tingkat pengangguran yang semakin bertambah, tingkat kriminalitas tinggi sehingga meresahkan masyarakat sendiri.

(22)

4

Boorstein lebih jauh mengidentifikasi 6 karakteristik wirausaha sosial : 1. Mereka bersedia untuk mengoreksi diri (They are willing to self-correct). Terbuka pada pendekatan-pendekatan lain yang mungkin dapat digunakan untuk mencapai tujuan.

2. Mereka bersedia untuk saling percaya (They are willing to share credit). Rasa saling percaya akan menjadi ikatan bagi anggota komunitas.

3. Mereka bersedia meninggalkan struktur yang sudah ada sehingga mendorong mereka untuk berinovasi menemukan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.

4. Mereka bersedia melewati batas-batas keilmuan. Mereka berfungsi sebagai “social alchemists”, mengumpulkan gagasan, pengalaman dan sumber daya dari berbagai sumber.

5. Mereka bersedia bekerja diam-diam (work quietly). Mereka berkomitmen untuk mencapai tujuan atau misi tertentu daripada mencari ketenaran atau popularitas.

6. Mereka memiliki motivasi etis yang kuat. Mereka memperhatikan aspek etika di dalam menentukan cara atau metode untuk mencapai tujuan.

(23)

5

pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya (ekonomi, sosial dan lingkungan).

Dari permasalahan di atas, peneliti akan meneliti tentang hubungan orientasi kewirausahaan perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat di Dusun Nyamplung Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta. Alasan peneliti memilih dusun Nyamplung sebagai lokasi penelitian dikarenakan peneliti tertarik dengan potensi dusun Nyamplung yang dijadikan sebagai dusun percontohan pengembangan pemukiman, maupun kegiatan kemasyarakatan bagi universitas – universitas di Yogyakarta yang berkaitan langsung dengan kinerja dan kesejahteraan masyarakat, alasan lainnya adalah struktur dusun Nyamplung masih terjaga dengan baik, terbukti masih adanya kepala dukuh.

B. Rumusan Masalah

Guna mendalami keterkaitan antara orientasi kewirausahaan perangkat desa dengan kesejahteraan masyarakat, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Orientasi wirausaha apa yang dimiliki oleh para aparat desa dalam perspektif masyarakat?

2. Bagaimanakah persepsi masyarakat atas kesejahteraan mereka?

(24)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dalam perspektif anggota masyarakat.

2. Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam perspektif masyarakat. 3. Menjelaskan hubungan antara orientasi kewirausahaan sosial perangkat

desa dan kesejahteraan masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Membantu perangkat desa untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. 2. Membantu masyarakat mengenali kontribusi yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kesejahteraan.

3. Memberikan indikator calon perangkat desa yang peduli akan tingkat kesejahteraan masyarakat.

4. Diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukkan bagi perangkat desa dalam menetapkan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(25)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Memahami Wirausaha dan Kewirausahaan

1. Pengertian Tentang Wirausaha dan Kewirausahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.

Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahaan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa: a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku

dan kemampuan kewirausahaan.

b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

(26)

8

menyajikan pasar yang baru atau menciptakan cara-cara baru dalam melakukan banyak hal, mereka memajukan perekonomian.

Wirausahawan sosial adalah orang yang mengetahui atau memahami adanya masalah sosial di masyarakat untuk selanjutnya orang tersebut menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan mengorganisasi, mengkreasi dan mengelola entitas untuk membuat perubahan sosial. (Paulus Wirotomo).

2. Perbedaan Antara Kewirausahaan Bisnis dan Kewirausahaan Sosial

Kewirausahaan sosial diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun manfaatnya. Kewirausahaan sosial lebih menitikberatkan kepada lahirnya bangunan tata nilai sosial yang dicapai melalui perubahan sosial disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial. Sedangkan kewirausahaan bisnis adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu terwujudnya pemerataan ekonomi. (Mair and Marty, 2006).

(27)

9

Paulus Wirotomo memberikan definisi yang membedakan antara wirausaha dengan wirausaha sosial. Paulus Wirotomo mendefiniskan wirausaha sebagai innovator berjiwa bisnis yang akan mematenkan hasil penemuan mereka untuk kepentingan mereka sendiri. Definisi ini memperlihatkan bahwa kepentingan bisnis yang memfokuskan pada pencarian keuntungan dengan sangat menonjol. Kesejahteraan atau kegunaan bagi masyarakat luas bukanlah tujuan utama dari wirausahawan ini. Wirausaha sosial yang didefinisikan oleh Paulus Wirotomo sebagai

innovator sosial yaitu orang-orang yang melakukan terobosan, serta melakukan hal-hal yang bersifat baru yang kemudian ditujukan untuk kesejahteraan bagi orang banyak. Jika wirausahawan bisnis mengukur kinerja dengan keuntungan dan pendapatan dengan kata lain pengembalian modal, maka wirausahawan sosial diukur keberhasilannya dari dampak aktivitasnya terhadap masyarakat.

3. Mengubah Bangsa Dengan Kewirausahaan Sosial

Wirausahawan pada masa lalu selalu dipahami dalam konteks wirausahawan bisnis semata. Kewirausahaan diartikan sebagai usaha atau kegiatan dalam rangka meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun manfaatnya.

(28)

10

dijalankan di seluruh Indonesia. Sebagian dari upaya itu telah membawa hasil, sementara sebagian lainnya belum berdampak apa-apa. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada pada angka yang cukup tinggi. Perlu ada langkah-langkah baru yang harus dikembangkan untuk memperbaiki kondisi masyarakat Indonesia.

Memahami kenyataan ini, maka sudah saatnya apabila kini bangsa Indonesia menoleh dan mendalami kewirausahaan sosial sebagai salah satu alternatif mengatasi kemiskinan. Masyarakat Indonesia harus mulai memperbaiki kesejahteraan masyarakat dengan menumbuhkan dan mengembangkan kewirausahaan sosial. Kewirausahaan sosial bukan hanya sebagai instrumen perubahan angka-angka ekonomi, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu sebagai instrumen perubahan nilai, pandangan dan jalan baru dalam kehidupan.

(29)

11

dan beretika, yang mampu menciptakan inovasi sosial dan mampu mengubah sistem yang ada di masyarakat. Wirausahawan sosial adalah orang yang mengetahui atau memahami adanya masalah sosial di masyarakat untuk selanjutnya orang tersebut dengan menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan mengorganisasi, mengkreasi dan mengelola sebuah entitas untuk membuat perubahan sosial.

Jika wirausahawan bisnis mengukur kinerja dengan keuntungan dan pendapatan (pengembalian modal), maka wirausahawan sosial diukur keberhasilannya dari dampak aktivitasnya terhadap masyarakat. Fondasi dasar kewirausahaan sosial adalah:

a. Tujuan dari entitas adalah melakukan perbaikan masyarakat atau berkontribusi dalam mengatasi masalah yang ada di masyarakat.

b. Kepemilikan entitas adalah milik masyarakat atau komunitas, bukan dimiliki oleh seorang individu pemodal.

c. Di dalam aktivitasnya terkandung muatan aktivitas bisnis yang memberikan manfaat kepada masyarakat.

4. Karakteristik, Komponen dan Kompetensi Kewirausahaan Sosial

a. Karakteristik seorang wirausahawan sosial yaitu:

(30)

12

untuk berani melakukan perubahan dan merealisasikan semua sistem tersebut.

2) Wirausaha sosial tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara “memancing ikan”. Tetapi juga tidak akan diam hingga “industri perikanan” itu berubah.

b. Kewirausahaan sosial memuat tiga komponen:

1) Mengidentifikasi sistem/keseimbangan yang menyebabkan kerugian atau berkurangnya kesejahteraan.

2) Mengidentifikasi peluang perbaikan keseimbangan, dengan mengembangkan tata nilai sosial baru untuk mempengaruhi tata nilai yang ada.

3) Menyusun keseimbangan baru, untuk mencegah kerugian dan menjamin kesejahteraan masyarakat luas.

c. Kompetensi kewirausahaan sosial

(31)

13

perangkat desa dalam mengembangkan kompetensi kewirausahaan sosial diantaranya:

1) Managerial skill

Managerial skill atau keterampilan manajerial merupakan bekal yang harus dimiliki wirausaha sosial. Seorang wirausahawan sosial harus mampu menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan agar usaha yang dijalankannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan menganalisis dan mengembangkan masyarakat, kemampuan mengelola sumber daya manusia, material, fasilitas dan seluruh sumber daya lingkungan merupakan syarat mutlak untuk menjadi wirausaha sosial.

2) Conceptual skill

Conceptual skill merupakan kemampuan untuk merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi utama menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat. Tidak mudah memang mendapatkan kemampuan ini. Kita harus akstra keras belajar dari berbagai sumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain dalam berwirausaha sosial.

3) Human skill

(32)

14

mendukung kita menuju keberhasilan usaha. Dengan keterampilan seperti ini, kita akan memiliki banyak peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ini misalnya dengan melatih diri diberbagai organisasi, bergabung dengan komunitas sosial dan melatih kepribadian kita agar bertingkah laku menenangkan bagi orang lain.

4) Decision making skill

(33)

15 5) Time managerial skill

Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu). Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau sumber stress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dan pekerjaan. Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan menjadi menumpuk atau tak kunjung selesai sehingga membuat jiwanya gundah dan tidak tenang. Seorang wirausaha sosial harus terus belajar mengelola waktu. Keterampilan mengelola waktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana yang telah digariskan. Sumber : (Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat).

B. Kuadran Kewirausahaan Sosial

(34)

16

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kuadaran :

1. Kuadran 1

Kuadran tradisional tanpa keuntungan. Kuadran ini mewakili organisasi-organisasi yang didasari oleh misi sosial dan tidak menghasilkan keuntungan. Organisasi-organisasi tersebut tidak dibatasi oleh pajak, dan masih harus mengumpulkan cukup dana untuk mengimbangi pengeluaran. Beberapa contoh ialah Yayasan, Lembaga, Perkumpulan, Institusi Keagamaan.

Organisasi ini bergantung pada pemberian, donasi, dan sumbangan uang untuk menyokong kegiatan sosial mereka. Hal ini juga turut disadari sebagai titik lahir dari perusahaan sosial modern, karena organisasi dalam kuadran tersebut mendapatkan sasaran sosialnya melalui rancangan organisasinya. Wirausahawan sosial menempati kuadran ini, kadangkala mereka merancang organisasi mereka untuk menyediakan barang dan jasa dimana mereka dapat memasang tarif, dalam rangka mengumpulkan dana untuk operasi mereka.

2. Kuadran 2

(35)

17

yang kritis terhadap pasar, mereka dapat menetapkan tingkat agar bagaimana performa /jalannya bisnis dapat diukur.

3. Kuadran 3

Transient Organization Quadrant (kuadran organisasi sementara). Kuadran ini mewakili perusahaan, yang dikendalikan oleh pasar, tapi tidak berorientasi pada keuntungan. Untuk beberapa saat, perusahaan tersebut dapat beroperasi dalam jangka waktu yang singkat. Menurut penuturan Dorado, motivasi dari seorang wirausahawan sosial bukanlah pendirian suatu perusahaan, tetapi penciptaan sebuah langkah yang jelas sehingga para partisipannya dapat menyelesaikan masalah sosial yang beragam; meskipun tidak relevan dengan inisiatif untuk mendapat keuntungan. Organisasi-organisasi dalam kuadran ini memiliki dukungan dari perusahaan publik dan swasta, sumbangan atau dukungan dari pemerintah. Organisasi-organisasi ini mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari pasar; dan kemudian menggunakan hasil yang didapatkan dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut untuk mendukung kegiatan sosial.

4. Kuadran 4

(36)

18

mendapatkan keuntungan, mereka tidak akan berfungsi atau akan dibeli oleh kompetitornya atau ditutup. Strategi pertumbuhan mereka adalah dengan mengikuti pasar dan berubah sesuai permintaan.

Jika atau ketika pasar memutuskan bahwa masalah-masalah sosial patut diperhatikan, di kuadran ini wirausahawan sosial ditujukan untuk menyokong/mendukung kegiatan-kegiatan yang berguna dalam meningkatkan penjualan karena mereka sadar untuk bertanggung jawab secara sosial. Biasanya perusahaan di kuadran ini, mendonasikan sebagian dari keuntungan mereka, mendirikan fasilitas-fasilitas “hijau”, menawarkan layanan gratis atau layanan berbiaya rendah kepada organisasi-organisasi sosial.

C. Kesejahteraan Masyarakat

(37)

19

tiap habis panen setahun sekali diadakan rapat desa. Dalam rapat seringkali juga dimusyawarahkan tentang pembagian air, tentang memperbaiki saluran air dan gagasan pengairan, tentang pemberantasan hama, tentang pembelian rabuk bersama, tentang pembikinan rabuk kompos bersama, tentang mulainya menggarap tanah untuk tanaman padi, tentang penggarapan tanah yang kosong, tentang pembukaan lumbung desa dan pembayaran pinjaman untuk lumbung desa, tentang penanaman tanggul dan waderan dipinggir jalan desa, tentang tanaman ditegal dan pekarangan, tentang pembelian bibit bersama, tentang tanaman dipinggir desa dan lain-lain sebagainya. (Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, Jogjakarta, 1953).

(38)

20

ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Siapa saja, dengan sentuhan sosial di dalam hati dan pikirannya, bisa menggunakan prinsip-prinsip

entrepreneurial untuk terlibat dalam pola ini.

1. Peran Kewirausahaan Sosial Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Pemerintah orde baru mengeluarkan regulasi-regulasi yang menguntungkan (favoritisme) terhadap industrialisasi dan konglomerasi. Industrialisasi dan modernisasi selain menciptakan berbagai kemajuan, juga telah melahirkan proses marginalisasi. Buruh, petani dan nelayan menjadi profesi yang semakin terpinggirkan karena meskipun secara jumlah mereka mayoritas, dalam penciptaan nilai tambah sangat kecil jika dibandingkan sektor industri. Menurunnya peran sektor agraris, disebabkan karena orang desa tidak memiliki alternatif lain untuk bertahan hidup kecuali menjual lahan sempit mereka dan menjadi buruh di kota (Eldrege, 1988).

(39)

21

jumlah angkatan kerja). Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan adanya ancaman peningkatan kemiskinan karena inflasi akibat melonjaknya harga bahan pangan pokok.

Pada tahun 2010 ini, pemerintah menargetkan penciptaan kesempatan kerja sebanyak 2,3 juta yang diharapkan dapat menyerap para penganggur dan setengah penganggur. Namun, pertambahan angkatan kerja yang setiap tahun mencapai 2 juta orang, ditambah dengan pengangguran yang belum mendapat pekerjaan (carry over) dan pekerja yang terkena PHK tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang diciptakan. Dengan demikian, jumlah pengangguran akan terus meningkat. Hal tersebut disadari bahwa kemampuan sektor formal dalam penyerapan tenaga kerja sangat terbatas, yaitu hanya 37 persen dari seluruh angkatan kerja. Sementara di sisi lain, sektor informal mampu menyerap tenaga kerja sebesar 63 persen.

(40)

22

pemanfaatan potensi sumber daya yang ada. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat sehingga peningkatan kesejahteraan dapat terwujud dan dapat mengurangi pengangguran secara signifikan.

D. Sekilas Tentang Perangkat Desa

(41)

23

Mekanisme pemberian sanksi dari ringan sampai pemberhentian bagi aparat pemerintah desa juga sulit untuk diterapkan, sehingga banyak pelanggaran maupun keluhan masyarakat terutama yang berkaitan dengan rendahnya kualitas kinerja aparat seakan dibiarkan berlalu begitu saja. Beda dengan PNS yang bisa dikenakan sanksi tegas termasuk mutasi, penurunan pangkat bahkan sampai pemberhentian tidak dengan hormat. Banyak terjadi pelanggaran administratif terutama kinerja yang jelek dari aparat pemerintah desa tidak mendapat solusi yang tepat. Seseorang yang menduduki jabatan tertentu di jajaran pemerintah desa terlepas apakah dia disiplin kerja atau tidak, berkompeten atau tidak dalam tugasnya, dia akan tetap “aman” menduduki jabatan tersebut sampai pensiun. Sebaliknya, seorang aparat pemerintah desa setinggi apapun kinerja dan prestasi kerjanya juga tidak akan mendapatkan promosi jabatan, kenaikan pangkat ataupun kenaikan gaji secara berkala. Dengan kondisi seperti ini prinsip dasar profesionalisme tidak akan tercapai.

1. Pemilihan Kepala Desa Menurut UU No. 32/2004

(42)

24

jabatan kepala desa adalah enam tahun, penjelasan pasal 204 menyatakan bahwa “Masa jabatan kepala desa dalam ketentuan ini dapat dikecualikan bagi kesatuan masyarakat hukum adat yang keberadaannya masih hidup dan diakui yang ditetapkan dengan Perda. Secara demikian, sejak keruntuhan Orde Baru kita menganut paradigma pluralisme legal, sekurang-kurangnya dalam pengaturan pemerintahan daerah dan desa”.

(43)

25

juga berkewajiban mendamaikan perselisihan, serta mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat. (UU No. 22/1999 menyebutkan eksplisit bahwa kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara /sengketa dari para warganya sebagai hak asal-usul). Melekat dalam status ganda ini kiranya setiap kepala desa harus menjalankan peran mediasi dalam hubungan antara negara dan masyarakat desa. Suatu peran yang sesungguhnya tidak ringan dan tidak selalu mudah dijalankan. Kalau digunakan bahasa UU No. 5/1979, kepala desa disebut sebagai “orang pertama mengemban tugas dan kewajiban yang berat, karena ia adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan urusan pemerintahan umum, termasuk ketenteraman dan ketertiban.” Status (sebagai orang pertama) pada umumnya memerlukan simbol-simbol dan penguasaan sumber daya untuk membiayai dan merawat statusnya tersebut. Pada masa lalu penguasaan tanah bengkok merupakan simbol status sekaligus sumber daya yang dapat membiayai status tersebut. Dan, secara tradisional status ini pada mulanya menjadi haknya untuk seumur hidup.

(44)

26

(45)

27

2. Struktur Perangkat Desa

Gambar II.2 Struktur Perangkat Desa

Adapun rincian dari tugas bagan perangkat desa yaitu: a. Kepala desa

Tugas dan kewajiban kepala desa sebagaimana yang diatur dalam pasal 101 UU No. 22 Tahun 1999 adalah:

BPD

Sekretaris Desa Kepala Desa

Kaur

Pemerintah Kaur Kesra

Kaur Keuangan

Kaur Pembangunan

(46)

28

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa. 2) Membina kehidupan masyarakat desa.

3) Membina perekonomian desa.

4) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa. 5) Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.

6) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya.

b. Sekretaris desa

Sekretaris desa, membantu kepala desa dalam perumusan perencanaan pembangunan desa, penertiban administrasi keuangan, administrasi perkantoran, perumusan peraturan desa dan pelayanan masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud sekretaris

desa mempunyai fungsi:

1) Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan.

2) Pelaksanaan urusan administrasi umum.

3) Pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan.

4) Pelaksanaan tugas kepala desa dikarenakan kepala desa

berhalangan.

c. Kepala dusun pemerintah

(47)

29

keamanan dan ketertiban masyarakat, menyelesaikan sengketa perdata yang menjadi wewenangnya, menyusun data kependudukan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kesatuan bangsa dan politik.

Untuk melaksanakan tugas kepala dusun pemerintah mempunyai fungsi:

1) Pengumpulan dan pengolahan data yang berhubungan dengan bidang tugas sebagai bahan acuan dalam rangka pembinaan masyarakat dan pembinaan wilayah.

2) Pelaksanaan tugas-tugas keagrarian sesuai dengan wewenangnya.

3) Pelaksanaan administrasi kependudukan yang meliputi mati, lahir, datang dan pindah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4) Pengumpulan dan pengolahan data bidang ketentraman dan ketertiban dan menginventaris potensi rakyat dalam rangka memperkecil akibat bencana dan melaksanakan pembinaan keamanan dan ketertiban.

5) Pelaksanaan segala usaha dalam rangka membina kesatuan bangsa dan perlindungan mayarakat.

6) Pelaksanaan pembinaan kerukunan antar warga.

(48)

30

8) Pelaksanaan pemungutan pajak-pajak daerah seperti Pajak Bumi dan Bangunan dan Pajak serta retribusi lainnya sesuai dengan ketentuan.

9) Penginventarisasian segala permasalahan yang berhubungan dengan tugas dan menyusun kebijaksanaan pemecahannya.

10)Pelaksanaan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan petunjuk dan kebijakan pimpinan.

d. Kepala urusan kesejahteraan rakyat

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pendataan sarana dan prasaran peribadatan, melaksanakan penyaluran bantuan korban bencana, melaksanakan pendataan terhadap jumlah dan jenis penyandang masalah sosial, melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pemberdayaan masyarakat serta masalah kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas, kepala urusan kesejahteraan sosial mempunyai fungsi:

1) Penyusunan rencana program dalam rangka pelaksanaan pembinaan keagamaan, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial, pemuda dan olah raga serta pemberdayaan perempuan.

2) Pelaksanaan pelayanan masyarakat di bidang kesejahteraan sosial.

(49)

31

4) Pembinaan terhadap kegiatan kesejahteraan keluarga, pemuda dan olah raga serta organisasi kemasyarakatan lainnya.

5) Pembinaan terhadap organisasi keagamaan dan kegiatan-kegiatan keagamaan serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

6) Pelaksanaan segala usaha dalam rangka meningkatkan peranan perempuan dan pemberdayaan perempuan.

7) Monitoring dan pembinaan pelayanan kesehatan masyarakat.

8) Penginventarisasian segala permasalahan yang berhubungan dengan kesejahteraan sosial dan menyusun rencana kebijakan pemecahannya.

9) Pelaksanaan tugas lain yang sesuai dengan bidang tugas berdasarkan ketentuan dan petunjuk serta kebijakan pimpinan.

e. Kepala urusan keuangan

Mempunyai tugas melaksanakan pengolahan keuangan desa, administrasi keuangan desa, menerima, menghimpun dan melakukan pembayaran kepada pihak ke-III, membuat laporan pertanggungjawaban keuangan, dan mengumpulkan bahan untuk penyusunan RAPB Desa serta melaksanakan tugas lain sesuai bidang tugasnya.

Untuk melaksankan tugas, Kepala Urusan Keuangan mempunyai fungsi:

(50)

32

2) Pengumpulan bahan-bahan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

3) Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan.

4) Pengelolaan keuangan desa.

5) Penerimaan dan Penyaluran bantuan keuangan dari Pemerintah Daerah.

6) Penyusunan Rencana Penggunaan Uang.

7) Pelaksanaan penataan administrasi keuangan desa.

f. Kepala urusan ekonomi pembangunan

Mempunyai tugas meyusun program kerja, mengolah data bidang perekonomian dan pembangunan, meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat, mengadministrasikan bantuan pembangunan yang masuk di desa, menyiapkan bahan dalam rangka musyawarah desa, memelihara sarana dan prasarana pembangunan dan perkonomian.

Untuk melaksankan tugas, kepala ekonomi pembangunan mempunyai fungsi:

1) Pendataan sarana dan prasarana perekonomian masyarakat.

(51)

33

3) Pelaksanaan pembinaan terhadap perekonomian seperti Koperasi, usaha Kecil, Industri Kecil, Industri Rumah Tangga, dan lain-lain jenis kegiatan perekonomian.

4) Pelayanan kepada masyarakat di bidang ekonomi dan

pembangunan.

5) Pelaksanaan segala usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dan pemberdayaan masyarakat.

6) Pendataan terhadap jumlah dan jenis bantuan yang ada di desa.

7) Penyiapan bahan dalam rangka pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa.

8) Penyusunan rencana strategis pengembangan sarana dan prasarana perekonomian.

9) Penginventarisasian segala permasalahan yang berhubungan dengan perekonomian dan pembangunan dan menyusun rencana pemecahannya.

10)Pelaksanaan tugas lain yang berhubungan dengan bidang tugas sesuai dengan ketentuan, petunjuk dan kebijaksanaan pimpinan. g. Kepala dusun

(52)

34

melaksanakan kegiatan pemerintah desa diwilayah kerjanya. Kepala dusun mempunyai fungsi:

1) Pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan dan

kemasyarakatan di wilayah kerjanya.

2) Pelaksanaan keputusan dan kebijaksanaan kepala desa.

Para karyawan desa harus menjalankan tugas sesuai dengan tugasnya masing-masing. Tugas-tugas tersebut harus direncanakan terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dan kerancuan pada sistem pemerintahan desa. Sistem kinerja yang baik akan selalu membawa kebaikan pula bagi sistem pemerintahan. Disamping hal-hal tersebut sebagai aparatur negara, mereka tidak boleh membiarkan segala tindakan yang bersebrangan dengan peraturan-peraturan yang telah berlaku di negara ini, dan mereka juga harus selalu siap sedia melayani segala kebutuhan masyarakat desa, tidak ada pembedaan antara orang-orang tertentu, yang nantinya akan menjadikan perpecahan di lingkungan masyarakat. Sebagai alat pemerintahan mereka juga selalu memperbaharui atau memperbaiki kinerja mereka, menurut pembagian dan wewenang masing-masing karyawan.

E. Kerangka Konseptual Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman proposal penelitian ini maka penulis mengungkapkan kerangka konseptual sebagai berikut:

(53)

35

Kerangka Konseptual

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan atau dugaan sementara yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian. Pada suatu desa orientasi pemimpin lokal diduga berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Keterkaitan tersebut akan menentukan tercapai tidaknya tujuan dari kepala Desa yaitu mensejahterakan masyarakatnya. Bagaimana orientasi kewirausahaan sosial yang dimiliki oleh pemimpin lokal dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat saling berhubungan dan akan berada di kuadran manakah orientasi kewirausahaan suatu pemimpin lokal tersebut. Maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha: ada hubungan antara orientasi kewirausahaan (orientasi profit dan non profit, sosial dan non sosial) perangkat desa terhadap kesejahteraan masyarakat.

Orientasi Kewirausahaan Perangkat Desa

Orientasi Sosial dan Non Sosial

Orientasi Profit dan Non Profit Kesejahteraan

(54)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksploratif untuk mengungkapkan hubungan antara orientasi kewirausahaan perangkat desa dengan kesejahteraan masyarakat dalam perspektif anggota masyarakat.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian ini adalah anggota masyarakat pada komunitas desa (masing-masing). Anggota masyarakat di dalam penelitian ini adalah penduduk setempat yang telah tinggal di wilayah itu minimal 1 tahun, berusia minimal 17 tahun.

2. Obyek penelitian ini adalah orientasi kewirausahaan sosial yang dikategorikan dalam empat kuadran, yaitu traditional non profit quadrant, tipping point quadrant, transient organization quadrant, dan traditional business quadrant. Obyek yang kedua adalah kesejahteraan masyarakat dalam perspektif anggota masyarkat melalui dimensi kekayaan materi, pengetahuan dan kesehatan.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

(55)

37

Lokasi Penelitian : Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DIY

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian eksploratif ini berfokus pada dua variabel pokok, yaitu orientasi kewirausahaan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

1. Orientasi Kewirausahaan Sosial

Yaitu konsep yang menunjukkan/mencerminkan perilaku seseorang ditinjau dari dimensi orientasi misinya (sosial atau pasar) dan orientasi profit (mempersyaratkan profit atau tidak).

2. Kesejahteraan Masyarakat

Dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, di perlukan suatu ukuran dasar yang harus dapat dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri, diantaranya ialah : Kekayaan Materi, Pengetahuan dan Kesehatan.

a. Kekayaan Materi : Potensi seseorang untuk memiliki materi yang diukur dari selisih antara pendapatan dan pengeluaran seseorang. Pendapatan yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah sejumlah uang yang diterima seseorang sebagai hasil bekerja. Pengeluaran adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh seseorang untuk kepentingan konsumsi (bukan pemupukan aset seperti bayar kredit, asuransi, arisan, tabungan).

(56)

38

prinsip dan prosedur. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Ukuran ilmu pengetahuan yang akan digunakan disini adalah ukuran non formal yaitu keahlian yang dimiliki melalui ketrampilan yang dia lakukan. Mereka memperoleh keahlian tidak melalui jalur pendidikan formal. Pakar pengobatan alternatif, mereka memperoleh keahliannya bukan belajar di fakultas kedokteran, melainkan diperoleh dari luar pendidikan formal yang ada.

c. Kesehatan : ukuran kesehatan dapat kita lihat dari perilaku hidup orang yang bersangkutan. Perbedaan perilaku hidup sehat dan tidak sehat diantaranya:

1) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higienis, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.

(57)

39

4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya.

5) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.

Dasar dari penggunaan kelima poin di atas adalah dilihat dari bagaimana perilaku masyarakat desa dalam menerapkan perilaku hidup sehat sehari-hari. Jika perilaku hidup sehat dalam masyarakat meningkat dan terjaga, maka konsentrasi dalam bekerja, bersekolah, dan beraktivitas menjadi baik, yang pada akhirnya, produktivitas masyarakat akan meningkat (tentu hal ini akan terjadi sebaliknya jika masyarakat kita dalam keadaan sakit-sakitan).

E. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dengan menggunakan skala Likert didesain untuk menilai sejauh mana subyek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan, yaitu dengan memberikan skala pada masing-masing point jawaban sebagai berikut (Sumarni & Salamah, 2005:60) :

Berikut merupakan skor nilai untuk setiap tanggapan :

Jawaban / Skor

Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

Netral (N) : 3

(58)

40

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 115). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lapisan masyarakat yang tinggal di desa yang dapat memberikan informasi tentang bagaimana peran serta perangkat desa terhadap kesejahteraan masyarakat. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007 : 116). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 93 masyarakat yang tinggal di desa yang dapat memberikan informasi tentang bagaimana peran serta perangkat desa terhadap kesejahteraan masyarakat.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Pada sub bagian ini dijelaskan teknik pengambilan sampel yang digunakan (probabilitas atau nonprobabilitas) yang meyakinkan terjaminnya atau keterwakilan populasi.

H. Sumber Data

(59)

41

khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian (Cooper dan William, 1996:256). Dimana data ini langsung di ambil dari masyarakat sekitar yang dapat memberikan informasi tentang peranan aparat desa terhadap kesejahteraan masyarakat yang tinggal di desa tersebut.

I. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik dalam pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah kuesioner dan wawancara.

1. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai peran serta perangkat desa terhadap kesejahteraan masyarakat.

2. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide).

J. Teknik Pengujian Instrumen

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Validitas

(60)

42

Untuk menguji validitas ini digunakan korelasi Product Moment

)

X : nilai jawaban masing-masing responden. Y : total butir dari jawaban responden.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukan oleh instrument penelitian (Umar, 2001: 57).

Untuk menguji reliabilitas ini digunakan rumus Spearmen Brown.

rxy)

Jika r > r tabel, maka dikatakan reliabel. Keterangan :

rbb : reliabilitas instrument yang dicari antara item ganjil dan item genap rxy : koefisien korelasi Product Moment.

K. Teknik Analisis Data

1. Analisis Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Parsial

(61)

43

r

xy =

Keterangan :

= Koefisien korelasi product moment

n = Banyaknya responden

= Jumlah Skor X

= Jumlah hasil kali antara X dan Y

= Jumlah skor Y Taraf nyata α : 5%

Menurut Sugiyono 2007 (dalam Priyatno, 2009:54) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

(62)

44 Keterangan :

t : Nilai yang dicari r : Koefisien korelasi n : Jumlah sampel

Dengan ketentuan : H0 diterima jika t hitung ≤ t tabel H0 ditolak jika t hitung ≥ t tabel

2. Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah Orientasi Profit dan Non Profit, Orientasi Sosial dan Non Sosial berpengaruh secara signifikan terhadap Kesejahteraaan masyarakat.

Tahap-tahap untuk melakukan uji t adalah sebagai berikut: a. Menentukan tingkat signifikan

Tingkat signifikan menggunakan α = 5% (signifikan 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian).

b. Menentukan t hitung dengan menggunakan SPSS atau rumus t hitung (Priyatno, 2008:84)

=

Keterangan:

r = Koefisien korelasi parsial. k = Jumlah variabel independent. n = Jumlah data.

(63)

45

Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-2 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independent).

d. Kriteria pengujian

Ho diterima dan Ha ditolak bila, t hitung < t tabel Ho ditolak dan Ha diterima bila, t hitung > t tabel

e. Menarik kesimpulan

Jika H0 ditolak dan Ha diterima dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara Orientasi Profit dan Non Profit, Orientasi Sosial dan Non Sosial (X) terhadap Kesejahteraaan masyarakat (Y).

Jika Ho diterima dan Ha ditolak dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan antara Orientasi Profit dan Non Profit, Orientasi Sosial dan Non Sosial (X) terhadap Kesejahteraaan masyarakat (Y).

(64)

46

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Desa Margokaton

1. Geografis Wilayah

Letak desa Margokaton berada di daerah yang strategis, dan berada di wilayah jalan raya Yogyakarta-Kebonagung dengan batas wilayah pada sebelah Utara berbatasan dengan desa Banyurejo, kecamatan Tempel. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Margodadi, kecamatan Sayegan. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Margodadi, kecamatan Sayegan. Yang terakhir sebelah barat berbatasan dengan desa Sedangrejo, kecamatan Minggir.

Gambar IV.1

(65)

47

2. Topografi Wilayah

Berdasarkan pembagian wilayah secara administratif, Desa Margokaton menempati area seluas 19,33% (515 ha) dari seluruh luas kecamatan Sayegan (26,63 ha). Dibagi ke dalam 12 padukuhan, antara lain:

(66)

48

Gambar IV.2

Peta Wilayah Administratif Desa Margokaton

3. Demografi Wilayah

(67)

49

Gambar IV.3

Populasi Penduduk Dalam Chart Populasi Penduduk

Gambar IV.4

(68)

50

4. Monografi Wilayah

a. Pendidikan

Berdasarkan komposisi penduduk menurut Pendidikan Desa Margokaton dapat dilihat dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi. Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) 2.068 orang, jumlah tingkat pendidikan SLTP 1.028 orang, jumlah tingkat pendidikan atas atau SLTA 1.110 orang dan tingkat perguruan tinggi strata-1 178 dan strata-2 11 orang.

Table IV.1

Tingkat Pendidikan di Desa Margokaton

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Perguruan tinggi

strata-1 dan strata-2

189

2 SLTA 1.110

3 SLTP 1.028

4 SD 2.068

5 Belum atau tidak

tamat SD

826

Jumlah 5.221

(69)

51 b. Kesehatan

Tabel IV.2 Prasarana Kesehatan

No Prasarana Jumlah

1 Puskesmas 1 unit

2 Posyandu 12 unit

Jumlah fasilitas kesehatan di desa Margokaton cukup rendah, sarana pendukung kesehatan masyarakat Desa Margokaton hanya didukung oleh 1 buah puskesmas dan 12 posyandu.

c. Mata Pencaharian

Table IV.3

Mata Pencaharian Menurut Sekror

No Sektor Mata

Pencaharian Jumlah

1 Pertanian 1.115

2 Peternakan 309

3 Perikanan 83

4 Jasa 1.118

Jumlah 2.625

(70)

52

Gambar IV.5

Mata Pencaharian Dalam Chart

B. Padukuhan Nyamplung

1. Geografi Wilayah

Padukuhan Nyamplung berada di wilayah Kabupaten Sleman, Kecamatan Seyegan, Desa Margokaton. Dengan wilayah sebagai berikut: Utara : padukuhan Margokaton Agung

Timur : padukuhan Margo Dadi Selatan : padukuhan Sayegan

Barat : padukuhan Sawah Kas Margo Agung

2. Topografi Wilayah

(71)

53

Table IV.4 Pembagian RT dan RW

No RW RT

1 18 1

2 18 2

3 19 3

4 19 4

Masing-masing Rukun Tangga dipimpin oleh: RT 01 : Bapak Saridi

RT 02 : Bapak Sunarman RT 03 : Bapak Tri Suwaji RT 04 : Bapak Sudahlan

Masing-masing Rukun Warga dipimpin oleh: RW 18 : Bapak Suhadi

RW 19 : Bapak Ponidi

Padukuhan Nyamplung sendiri dipimpin oleh kepala dukuh bernama Bapak Rushadi.

3. Demografi Wilayah

Jumlah penduduk Padukuhan Nyamplung berdasarkan data administrasi desa per tanggal 1 September 2011 sebanyak 52 orang. Dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 250 orang atau sebesar 47,9% dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 272 orang atau sebesar 5,1%.

(72)

54

(73)

55

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bagian ini menjelaskan tentang analisis data hasil penelitian lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara. Kuesioner disebarkan kepada responden yang dalam hal ini ialah masyarakat dusun Nyamplung, desa Margokaton, kecamatan Seyegan, kabupaten Sleman. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 93 responden. Sebelum masuk pada bagian analisis data terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, untuk mengetahui apakah alat ukur penelitian yang digunakan tersebut valid dan reliabel atau tidak. Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas langkah selanjutnya adalah dilakukan analisis deskriptif berdasarkan karakteristik responden. Analisis ini dimaksudkan untuk menggambarkan data identitas responden sebagaimana adanya berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Langkah terakhir adalah melakukan analisis data dan pembahasan.

A. Teknik Pengujian Instrumen

(74)

56

kuesioner sebagai instrumen penelitian. Pengujian tersebut terdiri atas pengujian validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus Product Moment (Pearson) antara masing-masing item yang mengukur suatu skala dengan skor total skala tersebut. Kriteria yang digunakan adalah bila nilai koefisien korelasi item total lebih besar dari nilai r tabel, maka item yang bersangkutan dapat dinyatakan valid/sahih (Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995 : 123).

(75)

57

Tabel V.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Item rhitung rtabel Keterangan

Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2011.

Berdasarkan tabel V.1 di atas dapat disimpulkan bahwa semua item- item secara keseluruhan memperlihatkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel sehingga hasil uji dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

(76)

58

26), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.

Setelah diuji validitasnya maka semua item dimasukkan ke dalam uji Reliabilitas. Hasil analisis reliabilitas instrumen, yang didasarkan pada kriteria Cronbach’s Alpha disajikan dalam Tabel V.2 berikut ini.

Tabel V.2

Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Cronbach’s Alpha rtabel Keterangan

Profit non Profit 0,870 0,2659 Reliabel

Sosial non Sosial 0,935 0,2659 Reliabel

Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2011.

Berdasarkan tabel V.2 dapat dijelaskan bahwa hasil pengolahan dengan SPSS dilakukan dengan perbandingan cronbach alpha dengan

rule of thumb menunjukkan variabel sosial non sosial dan profit non profit diperolah nilai Alpha lebih besar dari nilai r tabel. Ini menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel.

B. Analisis Deskriptif

(77)

59

responden dan jumlah tertanggung, maka deskripsi responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel V.3 Analisis Deskriptif

Karakteristik N Minimum Maksimum Mean

Usia Responden 93 25 82 47

Jumlah Tertanggung 93 1 6 3

Sumber : Data Primer, diolah Tahun 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 47 tahun dengan usia maksimal 82 tahun dan usia minimal 25 tahun. Dari sisi jumlah tertanggung rata-rata responden memiliki jumlah tertanggung sebanyak 3 orang dengan jumlah tertanggung maksimal 6 orang dan jumlah tertanggung minimal 1 orang. Ada pun jumlah frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.

1. Responden Berdasarkan Usia

(78)

60

Tabel V.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent

Sumber : Data Primer, diolah Tahun 2011

Berdasarkan tabel V.4 dapat digambarkan bahwa sebanyak 51 atau 55% responden berusia antara 25-45 tahun, sebanyak 29 atau 31% responden berusia antara 46-66 tahun dan sebanyak 13 atau 14% responden berusia antara 67-87 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden usia produktif antara usia 25- 45 tahun sebanyak 51 atau 55%.

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, responden terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari pengisian kuesioner oleh 93 orang responden, diketahui bahwa responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel V.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency percent

Valid Laki- Laki 77 82,8%

Perempuan 16 17,2%

Total 93 100,0%

(79)

61

Dari tabel V.5 di atas tampak bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 77 orang atau 82,8% sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 16 orang atau 17,2%. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa responden yang mengisi kuesioner mayoritas adalah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 77 orang atau 82,8%.

3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Analisis berdasarkan pendidikan terakhir bertujuan untuk mengetahui latar belakang pendidikan masyarakat di dusun Nyamplung, sebab pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia akan lebih mampu berfikir, lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi suatu permasalahan sehingga bisa membangun tingkat kesejahteraannya. Responden yang digunakan sebanyak 93 orang responden. Berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel V.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent

(80)

62

Hasil perhitungan sebagaimana dijelaskan pada tabel V.6, diperoleh bahwa sebanyak 1 orang atau 1% tidak pernah mengenyam pendidikan, sebanyak 8 orang atau 9% berpendidikan Diploma III, sebanyak 14 orang atau 15% berpendidikan SD, sebanyak 46 orang atau 50% berpendidikan SLTA, sebanyak 19 orang atau 20% berpendidikan SLTA, sedangkan 5 orang atau 5% berpendidikan Strata 1. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pendidikan terakhir responden mayoritas adalah SLTA yaitu sebanyak 46 orang atau 50%.

4. Responden Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel V.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Frequency Percent

(81)

63

Berdasarkan tabel V.7 dapat digambarkan bahwa 1 orang atau 1% tidak mempunyai pekerjaan, sebanyak 52 orang atau 56% bekerja sebagai buruh tani, sebanyak 14 orang atau 15% bekerja sebagai karyawan swasta, sebanyak 2 orang atau 2% bekerja sebagai pedagang, sebanyak 4 orang atau 4% bekerja sebagai pensiunan, sebanyak 1 orang atau 1% bekerja sebagai peternak, POLRI dan swasta, dan sebanyak 9 orang atau 10% bekerja sebagai wiraswasta. Dari data tersebut terlihat bahwa mayoritas responden bekerja sebagai buruh tani.

C. Orientasi Wirausaha Perangkat Desa

Orientasi kewirausahaan perangkat desa terbagi dalam 2 kategori yaitu orientasi profit non profit dan orientasi sosial non sosial yang terbagi dalam 4 kuadran. Keempat kuadran tersebut mewakili orientasi perangkat desa, yaitu orientasi sosial (kuadran I), orientasi non sosial (kuadran II), orientasi non profit (kuadran III), dan orientasi profit (kuadran IV).

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kuadaran :

1. Kuadran 1

(82)

64

Orientasi kewirusahaan perangkat desa dalam kuadran 1 yaitu berorientasi sosial. Perangkat desa mendapatkan sasaran sosialnya melalui rancangan organisasinya. Dalam pelaksanaannya dengan menyediakan barang dan jasa dimana mereka dapat memasang tarif, dalam rangka mengumpulkan dana untuk operasi mereka.

2. Kuadran 2

Tipping Point Quadrant (kuadran awal perubahan) (kuadran berefek besar). Orientasi kewirausahaan perangkat desa tidak hanya didasari oleh misi sosial tapi juga berorientasi pada keuntungan. Perangkat desa memegang janji untuk memberikan perubahan ekonomi. Berdasarkan pada apapun pendekatan bisnis “multi garis-bawah” telah mencapai masa yang kritis terhadap pasar, mereka dapat menetapkan tingkat agar bagaimana performa/jalannya bisnis dapat diukur.

3. Kuadran 3

(83)

65

4. Kuadran 4

Traditional Business Quadrant (kuadran bisnis tradisional). Orientasi kewirausahaan perangkat desa dalam kuadran 4 berorientasi keuntungan dan didorong oleh pasar. Mereka menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan pasar dan menggunakan keuntungan yang dihasilkan untuk membayar investor dan pajak sama halnya untuk pengembangan dan pertumbuhan perusahaan. Jika mereka gagal mendapatkan keuntungan, mereka tidak akan berfungsi atau akan dibeli oleh kompetitornya atau ditutup. Strategi pertumbuhan mereka adalah dengan mengikuti pasar dan berubah sesuai permintaan.

(84)

66 Gambar V.8

Kuadran Kewirausahaan Perangkat Desa

D. Kesejahteraan Masyarakat dilihat dari Orientasi Profit Non Profit dan

Orientasi Sosial Non Sosial

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dapat diketahui kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari indikator-indikator seperti pengeluaran rumah tangga dalam satu bulan terakhir yaitu pendidikan, kesehatan, kebutuhan makanan, perumahan, energi dan gas, pakaian, transportasi dan rekreasi, pajak dan pembayaran dan sejenisnya, tabungan dan investasi, komunikasi. Untuk mengukur kesejahteraan masyarakat disusun item pertanyaan sejumlah 45 butir pertanyaan terdiri dari 5 butir pertanyaan untuk indikator pendidikan, 5

(85)

67

butir pertanyaan untuk indikator kesehatan, 6 butir pertanyaan untuk indikator kebutuhan makanan, 4 butir pertanyaan untuk indikator perumahan, 5 butir pertanyaan untuk indikator energi dan gas, 3 butir pertanyaan untuk indikator pakaian, 4 butir pertanyaan untuk indikator transportasi dan rekreasi, 4 butir pertanyaan untuk indikator pajak dan pembayaran sejenisnya, 4 butir pertanyaan untuk indikator tabungan dan investasi, 5 butir pertanyaan untuk indikator komunikasi. Dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan selanjutnya dinilai sesuai dengan skor masing-masing atribut yang telah ditetapkan. Variabel kesejahteraan dihitung berdasarkan total nilai rata-rata pada setiap indikator, selanjutnya diskor dengan interval sebagai berikut: Skor pengeluaran maksimum = Rp 206.770.500,00

Skor pengeluaran minimum = Rp 281.750,00

Interval = PengeluaranMaksimum−PengeluaranMinimum

Jumlah Kelas

= Rp206.770.500,00−Rp281.750,00

3

= Rp.206.488.750,003

= Rp. 68.829.583,33

Kategori kesejahteraan:

(86)

68

Dalam penelitian ini peneliti membagi ke dalam 2 kategori orientasi profit dan non profit, begitu pula orientasi sosial dan non sosial. Pembagian kategori tersebut berdasarkan atas skor nilai untuk setiap tanggapan yakni :

Tabel V.9 Kategori Skor Nilai

Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Dari skor di atas peneliti membagi orientasi menjadi dua kategori yaitu:

a. Skor < 3 : Orientasi profit / orientasi non sosial b. Skor > 3 : Orientasi non profit / orientasi sosial

(87)

69 Tabel V.10

Krostabulasi Orientasi Profit dan Non Profit Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan Masyarakat

Total

Rendah Sedang Tinggi

Orientasi Profit <3 15 0 1 16

Non Profit >3 76 0 1 77

Total 91 0 2 93

(88)

70

Dari hasil perhitungan berikutnya menggunakan program SPSS for Windows v.15 dapat dilihat gambaran mengenai kesejahteraan masyarakat Dusun Nyamplung. Gambaran kesejahteraan jika dilihat dari orientasi sosial dan non sosial terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel V.11

Krostabulasi Orientasi Sosial dan Non Sosial Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat

Total

Rendah Sedang Tinggi

Orientasi sosial < 3 24 0 2 26

Non sosial > 3 67 0 0 67

Total 91 0 2 93

Gambar

Gambar II.1
Gambar II.1
Gambar II.2
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ratna Setyaningsih, M.Si., selaku Kepala Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat beserta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

M asyarakat nelayan di Kecamatan Bungko Barat Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat secara sukarela menyerahkan 106 (seratus enam) unit alat tangkap

Penulis menggunakan jenis penelitian deskriftif kualitatif dengan menyimpulkan berdasarkan data, observasi, dan teori untuk menjelaskan gambaran tentang kondisi

Tujuan perancangan ini adalah merancang interior rusunawa yang mampu memenuhi kebutuhan dasar penghuni akan aktifitas di dalam keterbatasan luasan ruang yang ada,

Terapi yang diberikan kepada Diandra Anulza Diovanti adalah menggunakan terapi wicara, karena sebelum mendapatkan terapi wicara Diadra masih sangat kesulitan dalam

ƒ Percepatan Percepatan pada pada jalur jalur kritis kritis tidak tidak menambah menambah biaya biaya

Analisis data kemampuan pemecahan masalah matematis bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari