• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanol daun sirih (Piper betle L.) - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanol daun sirih (Piper betle L.) - USD Repository"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL(DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN

FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Rollando

NIM: 088114127

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL(DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN

FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Rollando

NIM: 088114127

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

Persetujuan Pembimbing

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL(DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN

FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.)

Skripsi yang diajukan oleh: Rollando

NIM: 088114127

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Contra vim mortis est medicamen in hortis

“ada obat di kebun yang dapat menanggulangi kekuatan

kematian”

Gutta cavat lapidem non vi, sed saepe cadendo; sic homo fit sapiens bis non, sed saepe legendo

“Batu berlubang bukan karena kekuatan yang

dashyat tapi akibat tetesan air yang

berulangkali; Begitu pula manusia menjadi

bijak bukan karena satu dua kali tapi karena

kerapkali membaca''

Ite Inflammate Omnia

“Pergilah dan kobarkanlah dunia”

Kupersembahkan skripsi ini untuk: TUHAN YESUS KRISTUS SANG PENYELAMAT, PELINDUNG DAN MAHAKARYA. TERIMA KASIH ATAS SEMUA YANG ENGKAU BERIKAN HINGGA SAAT INI.

MAMA DAN PAPA TERCINTA YANG MERAWAT DAN MENDIDIK AKU

DARI KECIL HINGGA SAAT INI. ADIK-ADIK AKU YANG AKU SAYANGI.

“CINTA KU UNTUK KALIAN TAK BISA TERUKUR SELAMANYA”

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Yogyakarta, 12 November 2011

Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rollando Nomor Mahasiswa : 088114127

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama saya tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 12 November 2011 Yang menyatakan

(8)

vii PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan atas semua berkat dan penyertaan-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.)

ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

utnuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

Penulis banyak mengalami kesulitan dan masalah dalam menyelesaikan

laporan ini. Tetapi dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan laporan akhir ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan

kepada:

1. Ipang Djunarko,M.Sc.,Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Prof.Dr.C.J. Soegihardjo,Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan selama rancangan, pengusulan skripsi, saat dilakukan

penelitian dan selama penulisan skripsi dengan kesabaran dan penuh perhatian.

3. Yohanes Dwiatmaka,M.Si., selaku Dosen Penguji yang menguji sekaligus

(9)

viii

4. Lucia Wiwid Wijayanti,M.Si., selaku Dosen Penguji yang menguji sekaligus

memberi arahan, kritik, dan saran yang membangun bagi penulis.

5. C.M Ratna Rini Nastiti, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

mendidik dan memberi nasihat positif.

6. Segenap laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia (Mas Wagiran) dan

Kimia Analisis Instrumen (Om Bimo) atas segala bantuan selama penulis

melakukan penelitian di laboratorium Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan

Kimia Analisis Instrumen.

7. Valentinus Widyawan, Aldo Sahala, Angela Vita , Antonius Pandu W., tim DPPH

yang kompak, saling mengisi kekurangan dan hebat. Tanpa kalian skripsi ini tidak

akan selesai.

8. Albert dan Pandu, kalian teman terhebat yang aku miliki.

9. Teman-teman FST 2008, atas kerjasama, doa, semangat, kritik, saran, kegilaan,

canda tawa dan segala masukannya.

9. Lois Monica Hilson, atas kasih, perhatian, dukungan, doa, semangat dan segala

masukannya

10. Sepupu aku, Aldo Kristian dan Andry Suhendra.

11. Nikop, Alex, Ai, Toke, Yu, Hengky, Agoes atas yang nilai kehidupan yang telah

dijalani bersama.

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak dapat

(10)

ix

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kesalahan dan

kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir

kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta,12 November 2011

(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

PERYATAAN KEASLIAN PENULIS……….. v

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……. vi

PRAKATA………. vii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL……….. xv

DAFTAR GAMBAR……….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN………... xix

INTISARI………... xx

ABSTRACT………... xxi

BAB I PENGANTAR………. 1

A. Latar Belakang……… 1

1. Permasalahan………. 5

2. Keaslian Penelitian……… 6

3. Manfaat penelitian……….... 7

(12)

xi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……….. 8

A. Sirih………... . 8

1. Nama tumbuhan……… 8

2. Sistematika tumbuhan……….. 8

3. Gambaran umum sirih……… 9

4. Kandungan kimia sirih……….. 10

B. Senyawa Fenolik………... 11

C. Metode Folin-Ciocalteu……… 13

D. Radikal Bebas……… 14

E. Antioksidan……… 14

F. Metode DPPH ………... 16

G. Ekstraksi………. 17

H. Validasi Metode Analisis……… 19

I. Spekrofotometri Visibel………. 21

J. Landasan Teori………... 23

K. Hipotesis……….. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 25

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………. 25

B. Variabel……….. 25

1. Variabel bebas………... 25

(13)

xii

3. Variabel pengacau terkendali……… . 25

4. Variabel pengacau tak terkendali……….. . 25

C. Definisi Operasional………. 26

D. Bahan dan Alat Penelitian………. . 26

1. Bahan penelitian……… . 26

2. Alat penelitian………... 27

E. Tatacara Penelitian……… 27

1. Determinasi tanaman……… 27

2. Pengumpulan bahan……….. 28

3. Preparasi daun sirih……….. 28

4. Pembuatan larutan pembanding dan uji……… 29

5. Uji pendahuluan………... 30

6. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan………... 31

7. Uji aktivitas antioksidan……….. 32

8. Optimasi metode penetapan kandungan fenolat total……….. 33

9. Penetapan kandungan fenolat total……….. 34

F. Analisis Hasil……….. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 37

A. Hasil Determinasi Tanaman………. 37

B. Hasil Pengumpulan Bahan……….. 37

(14)

xiii

1. Hasil ekstraksi sampel………. 41

2. Hasil fraksinasi ekstrak………. 47

D. Hasil Uji Pendahuluan………... 50

1. Uji pendahuluan senyawaan fenolik……… 50

2. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan……… 51

E. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan……….. 53

1. Penentuan Operating Time (OT)……… . 53

2. Penentuan panjang gelombang maksimum ( λ maks)……… . 55

F. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan………... 57

1. Lineritas metode uji antioksidan………. 60

2. Akurasi metode uji antioksidan………... 61

3. Presisi metode uji antioksidan……….... . 63

3. Spesifisitas metode uji antioksidan………. 64

G. Hasil Estimasi Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH…………. 65

H. Hasil Optimasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total………… 79

1. Penentuan operating time (OT)………... 79

2. Penentuan panjang gelombang maksimum………... 80

I. Hasil Validasi Metode Penetapan Kandungan Fenolat Total………… . 81

1.Akurasi metode penetapan kandungan fenolik total……… 82

2. Presisi metode penetapan kadar kandungan fenolik total……… 83

(15)

xiv

4.Spesifisitas metode penetapan kandungan fenolik total………... 85

J. Hasil Penetapan Kandungan Fenolik Total………. 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 90

A. Kesimpulan……….. 90

B. Saran……… 90

DAFTAR PUSTAKA……… 91

LAMPIRAN……… 97

BIOGRAFI PENULIS……… 141

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Kriteria nilai akurasi yang masih dapat diterima

menurut APVMA (2004)……… 20

Tabel II. Kriteria Nilai Presisi yang Masih dapat Diterima

menurut APVMA (2004) ……… 20

Tebel III . Hasil Scanningpanjang gelombang maksimum DPPH..… 56

Tabel IV. Hasil pengukuran absorbansi seri baku rutin yang

direaksikan dengan radikal DPPH………... 58

Tabel V. Hasil pengukuran absorbansi seri fraksi air ekstrak

metanolik daun sirih yang direaksikan dengan DPPH... … 59

Tabel VI. Nilai perolehan kembali (% recovery) uji aktivitas

antioksidan rutin……….. 61

Tabel VII. Nilai perolehan kembali (% recovery) uji aktivitas

antioksidan fraksi air……… 62

Tabel VIII. Nilai CV uji aktivitas antioksidan rutin……….... 63

Tabel IX. Nilai CV uji aktivitas antioksidan fraksi air………,,,,,…… 63

Tabel X. Hasil aktivitas antioksidan rutin dengan menggunakan

metode DPPH……….. ……... 73

Tabel XI. Hasil aktivitas antioksidan fraksi air ekatrak metanolik

daun sirih dengan metode DPPH……… 74

(17)

xvi

daun sirih……….. 75

Tabel XIII. Tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji dengan

metode DPPH (Ariyanto,2006)……….. 76

Tabel XIV. Hasil scanning panjang gelombang penetapan kandungan

fenolik total pada tiga konsentrasi asam galat………... 80

Tabel XV. Hasil pengukuran absorbansi baku asam galat………..…... 81

Tabel XVI. Nilai perolehan kembali (% recovery) penetapan kandungan

fenolik total………...………….. 83

Tabel XVII. Nilai CV penetapan kandungan fenolik total……….. 83

Tabel XVIII. Nilai r penetapan kandungan fenolik total……….. 84

Tabel XIX. Kadar asam galat dengan absorbansinya setelah

direaksikan dengan pereaksi Folin-Ciocalteu yang

diukur dengan panjang gelombang

750 nm………. 87

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Diphenylpicryl hydrazyl (radikal bebas)……….. 17

Gambar 2. Diphenylpicryl hydrazyl (non radikal)………. 17

Gambar 3. Skema jalannya penelitian……… 36

Gambar 4. Blangko (A), Fraksi air + Folin-Ciocalteu (B),

Asam galat + Folin Ciocalteu (C)……….…… 51

Gambar 5. Blangko (A), Fraksi air + DPPH (B), Rutin + DPPH (C)… 53

Gambar 6. Grafik penentuan OT rutin (Replikasi 2)……… 54

Gambar 7. Grafik Penetuan OT Fraksi Air (Replikasi 2)………. 54

Gambar 8. Reaksi antara radikal DPPH dengan senyawa

antioksidan (Nisizawa,2005)……….. 66

Gambar 9. Struktur Rutin………... 67

Gambar 10. Mekanisme penghambatan radikal bebas DPPH (•R)

oleh senyawa rutin………. 68

Gambar 11. Struktur katekol……….. 69

Gambar 12. Mekanisme penghambatan radikal bebas DPPH (•R)

oleh senyawa katekol……….. 70

Gambar 13. Struktur pirokatekin………. 71

Gambar 14. Mekanisme penghambatan radikal bebas DPPH (•R)

oleh senyawa pirokatekin……… 71

(19)

xviii

Gambar 16. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan

fraksi air ekstrak metanolik daun sirih………. 75

Gambar 17. Histogram nilai IC50 rutin dan fraksi air ekstrak metanolik daun sirih………. 77

Gambar 18. Grafik penentuan OT Asam Galat………. 79

Gambar 19. Struktur molekul asam galat……….. 86

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat determinasi tanaman sirih………. 97

Lampiran 2. Gambar tanaman sirih dari kebun obat Merapi Farma KM 21,5 Kaliurang……… 98

Lampiran 3 . Perhitungan rendemen……… 99 Lampiran 4. Data penimbangan untuk pengujian aktivitas antioksidan……… 100

Lampiran 5. Data konsentrasi bahan untuk pengujian aktivitas antioksidan……….. 101

Lampiran 6. Scanning larutan pengkoreksi untuk pengujian aktivitas antioksidan……… 105

Lampiran 7. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan………….. 113

Lampiran 8. Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH……… 120

Lampiran 9. Perhitungan nilai IC50 rutin dan fraksi air ekstrak metanol daun sirih……… 124

Lampiran 10. Penimbangan uji kandungan fenolik total……… 126

Lampiran 11. Scanning kontrol asam galat……… 127

Lampiran 12. Optimasi penentuan kandungan fenolik total……….. 128

Lampiran 13. Penentuan kandungan fenolik total………. 132

(21)

xx INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan menetapkan kandungan fenolik total dari fraksi air ekstrak metanol daun sirih. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif menggunakan radikal 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Prinsip metode DPPH adalah penurunan intensitas absorbansi larutan DPPH sebanding dengan kenaikan konsentrasi senyawa antioksidan dan dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50 (IC50 ), yang menyatakan konsentrasi suatu senyawa antioksidan untuk menghasilkan

penangkapan 50% radikal bebas. Penentuan kandungan fenolik total dilakukan dengan pereaksi Folin-Ciocalteu dengan menggunakan baku standar asam galat. Kandungan fenolik total dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat. Prinsip metode ini adalah senyawa fenolik teroksidasi dan pereaksi Folin-Ciocalteu tereduksi menjadi larutan berwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 750 nm.Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi air ekstrak metanolik daun sirih mempunyai nilai IC50 sebesar 45,628 ± 1.,474 µg/mL

dan kandungan fenolik total sebesar 6,971 ± 0,167 mg ekivalen asam galat per gram fraksi air ekstrak metanol daun sirih.

(22)

xxi ABSTRACT

This research was conducted to determine the antioxidant activity and determine the total phenolic content of the water fraction of methanol extracts of betel leaf.Test of the antioxidant activity conducted qualitatively and quantitatively using a radical 1.1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). The principle of method is to decrease the intensity of the absorbance of DPPH that is comparable with the increase in the concentration of antioxidant compounds and is expressed as Inhibition Concentration 50 (IC50), which states the concentration of an antioxidant compound

to produce a 50% scavenging of free radicals.Determination of total phenolic content carried by the Folin-Ciocalteu reagent using gallic acid standard raw. The content of total phenolic acids expressed as equivalent mass of Gallic acid. The principle of this method is the oxidation reduction reaction, oxidized phenolic compounds and Folin-Ciocalteu reagent would be reduced to be a blue solution which can be measured by visible spectrophotometer at a wavelength of 750 nm.The results showed that the fraction of water extract of betel leaf metanolik have IC50 of 45,628 ± 1,474 µg/mL

and total phenolic content of 6,971 ± 0,167 mg gallic acid equivalents per gram of water fraction of methanol extract of betel leaf.

(23)

1

PENGANTAR A. Latar Belakang

Secara alami, dalam tubuh manusia terbentuk radikal bebas secara terus

menerus, hal ini bisa disebabkan proses metabolisme sel normal manusia maupun

respon imun terhadap pengaruh dari luar tubuh seperti cahaya ultraviolet, asap pabrik,

asap kendaraan, asap rokok maupun efek dari pemanasan global (global warming).

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena

mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya.

Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan

molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Radikal bebas akan

sangat reaktif menyerang molekul-molekul alami tubuh seperti lipoprotein, asam

lemak tak jenuh, protein, serta unsur DNA tubuh termasuk karbohidrat (Prakash,

2001; Frei ,1994; Trevor ,1995). Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam

tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker,

jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu,

tubuh memerlukan suatu substansi penting, yaitu antioksidan yang mampu

menangkap radikal bebas tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit

(Kikuzaki et al.,2002; Sibuea, 2003; dan Halliwell, 2000).

Cara pertahanan terbaik untuk mencegah kerusakan akibat radikal bebas

adalah meningkatkan pertahanan tubuh dengan olahraga, mengatur pola makan, dan

(24)

senyawa yang dapat menangkal radikal bebas, senyawa antioksidan dapat

memberikan elektron ( electron donor ). Dengan kata lain antioksidan merupakan

senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas

yang mengakibatkan kerusakan sel oleh radikal bebas dapat dihambat ( Kim et al.,

2002). Paling sedikit ada empat sumber antioksidan yaitu enzim (superoksid

dismutase, glutation peroksidase dan katalase), molekul besar (albumin,

ceruloplasmin, feritin), molekul kecil ( asam askorbat, asam urat, tokoferol,

karotenoid, polifenol, dan hormon (estrogen, angiotensin, melatonin) (Prior et al.,

2005).

Di dalam tubuh kita terdapat senyawa antioksidan, yaitu senyawa yang

dapat menetralkan radikal bebas, seperti: enzim SOD (Superoksid Dismutase) dan

katalase. Antioksidan juga dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak

mengandung vitamin C, vitamin E dan betakaroten serta senyawa fenolik. Bahan

pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat,

biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk, dan

sebagainya (Prakash, 2001; Frei ,1994; Trevor , 1995).

Antioksidan sintesis biasa digunakan ke dalam formulasi makanan untuk

mengurangi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan, toksisitas, dan destruksi

biomolekul makanan (Decker,1998). Antioksidan sintesis yang digunakan seperti

tert-butyl hydroquinone (tBHQ), butyl hydroxyl anisol (BHA) dan propil galat (PG)

(25)

dapat menyebabkkan kanker melalui mutasi DNA (Malkinson, 1999; Gharavi,

Haggaty, dan El-Kadi, 2007). Usaha untuk mencari senyawa antioksidan baru yang

aman dan efektif berkembang selama beberapa tahun terakhir. Banyak penelitian

yang menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam tumbuhan dapat dihubungkan

dengan pencegahan stres oksidatif dan penyakit karena penuaan (Zou et al., 2004).

Hal inilah yang menyebabkan adanya penelitian eksplorasi secara intensif sumber

antioksidan alam yang berasal dari tumbuhan.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang

dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Masyarakat

Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tumbuhan yang mempunyai khasiat

obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat obat

tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional (Thomas, 1993). Sirih

(Piper betle L.) termasuk tanaman obat yang sering digunakan, ini karena khasiatnya

untuk menghentikan pendarahan, sariawan, gatal-gatal, dan lain-lain. Ekstrak daun

sirih digunakan sebagai obat kumur dan batuk. Ekstrak daun sirih juga berkhasiat

sebagai antijamur pada kulit. Khasiat obat ini karena senyawa aktif yang

dikandungnya terutama adalah minyak atsiri (Noorcholies et al.,1997; Djatmiko et

al., 1998; Moeljatno, 2003).

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung

aroma atau wangi yang khas (Sastroamidjojo, 1988). Minyak atsiri dari daun sirih

(26)

komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang memberi bau khas pada sirih.

Persenyawaan fenol ini diketahui memiliki aktivitas antioksidan (Zou et al ,2004).

Senyawa-senyawa polifenol mampu menghambat autooksidasi melalui mekanisme

penangkapan radikal (radikal scavenging) dengan cara menyumbangkan satu elektron

yang tidak berpasangan pada radikal bebas sehingga banyaknya radikal bebas

menjadi berkurang dan energinya menjadi lebih rendah (Pokorny et al., 2001).

Senyawaan fenolat minyak atsiri dari daun sirih terdiri dari kavikol, katekol,

pirokatekin, karvakol, estargaol, eugenol, dan sineol. Akan tetapi, tetap terdapat

perbedaan komposisi maupun jumlah senyawa bioaktif dalam sirih sebagai akibat

pembibitan pada daerah yang berbeda (Wangcharoen dan Morasuk, 2007a). Dilihat

dari strukturnya senyawa-senyawa tersebut larut dalam pelarut polar, sehingga pada

fraksinasi digunakan pelarut polar (Noorcholies et al., 1997; Moeljatno, 2003).

Dalam penentuan aktivitas antioksidan telah diketahui bahwa senyawa yang

menyebabkan aktivitas tersebut berupa senyawa fenolik. Kesimpulan ini diperoleh

karena terdapat hubungan yang langsung antara aktivitas antioksidan suatu tumbuhan

dengan kandungan total fenoliknya (Aqil, Ahmad, dan Mehmood, 2006). Maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan kandungan total

fenolik dari sirih.

Pemilihan penggunaan ekstrak metanol didasarkan dari adanya senyawa

fenolik yang lebih larut dalam pelarut polar, karena mayoritas senyawa fenolik

(27)

gula, oleh karena itu merupakan senyawa polar yang larut dalam pelarut polar seperti

etanol, metanol, butanol, aseton, air dan lain-lain (Markham, 1988). Pemilihan fraksi

air didasarkan dari strukturnya senyawa-senyawa tersebut larut dalam pelarut polar,

sehingga pada fraksinasi digunakan pelarut polar (Noorcholies et al., 1997;

Moeljatno, 2003).

Metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas antioksidan dalam

penelitian ini adalah metode DPPH. Tujuan metode ini adalah untuk meneliti

parameter konsentrasi yang ekuivelen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan

(IC50). Uji DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) adalah suatu metode kolorimetri

yang cepat, efektif dan sensitif untuk memperkirakan aktivitas antiradikal. Uji kimia

ini telah digunakan secara luas pada penelitian fitokimia untuk menguji aktivitas

penangkap radikal dari ekstrak atau senyawa murni (Widodo et al, 2004). Pada

penentuan kandungan fenolik total digunakan metode Folin-Ciocalteau. Metode ini

umum digunakan sebagai standar penentuan kandungan fenolik total setara massa

ekivalen asam galat pada uji aktivitas antioksidan sumber tumbuhan (Aqil et al.,

2006).

1. Permasalahan

(28)

b. Berapakah kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanol daun sirih yang

dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat ?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang uji aktivitas antioksidan daun

sirih pernah dilakukan oleh :

1 . KY Pin et al., 2010, dengan judul “Antioxidant and anti-inflammatory activities of

Extracts of betel leaves (Piper betle L. ) from solvents with different polarities”.

Penelitian ini menggunakan daun sirih yang diperoleh dari hutan di Selangor dan

dibentuk dalam bentuk serbuk untuk diekstrak dengan air, etanol,etil asetat dan

n-heksana dengan ekstraksi dengan alat Soxlet dan diujikan dengan metode

xanthine oxidase superoxide scavenging assay (SOD assay) dan KCKT.

2. Suratmo, 2008, dengan judul “ Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper

crocatum) Sebagai Antioksidan ”. Penelitian ini menggunakan daun sirih merah

yang diawali dengan melakukan ekstraksi bertahap dengan pelarut n-heksana, etil

asetat dan etanol, dilanjutkan dengan identifikasi komponen dari ketiga ekstrak

dengan GC-MS dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (2,2

-diphenyl-1-picrylhydrazyl).

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa

dalam penelitian ini daun sirih dipanen dari Kebun Obat “MERAPI FARMA” daerah

(29)

diolah untuk mendapatkan fraksi air dari ekstrak metanol daun sirih kemudian diuji

aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH dan ditetapkan kandungan fenolik

totalnya dengan menggunakan instrumen spektrofotometer UV-VIS.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak metanol daun sirih dengan

menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dengan IC50.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang aktivitas antioksidan daun sirih sehingga bisa dimanfaatkan untuk

pemeliharaan kesehatan manusia dan olahan sediaan farmasi untuk menangkal

radikal bebas.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum : menguji aktivitas antioksidan menggunakan radikal bebas DPPH

fraksi air ekstrak metanol daun sirih.

2. Tujuan khusus: mengetahui nilai aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak metanol

daun sirih dengan menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dengan IC50

dan mengetahui nilai kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanol daun sirih

(30)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A.Sirih

1. Nama tumbuhan

Nama latin : Piper betle Linn. (Dalimartha,1999).

Sinonim : Chavica auriculata Miq. ; C. betle Miq. (Dalimartha,1999).

Nama daerah : Jawa: suruh, sedah; Sunda: seureuh; Aceh: ranub, Batak Karo

belo; Lampung: cambia, Dayak: uwit, Bali : uwit base, Bima: nahi, Bugis : gapura

,Flores : mota, Sentani: afo. ( Muhlisah, 1999)

Common name : Assamese/Urdu/Hindi/Odia/Bengali: Paan , Sanskrit :

Tambula, Nagavalli, Tamil: Vetrilai,Tamalapaku , Marathi: Vidyache pan,

Kannada: veeleyada yele Malayala: Vettila , Malaysia : daun sirih, Philippine : Ikmo.

(Liao et al., 1999)

2. Sistematika tumbuhan

Berikut sistematika tumbuhan sirih:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

(31)

3. Gambaran umum sirih

Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pohon di

sekelilingnya dengan daunnya yang berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh

bersilang-seling, bertangkai, teksturnya agak kasar dan mengeluarkan bau jika

diremas. Batangnya berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat dan berkerut. Sirih

hidup subur dengan ditanam di daerah tropis dengan ketinggian 300-1000 m di atas

permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan air.

Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya (Fathilah, 2003).

Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat

hangat dan pedas. Secara tradisional, daun sirih telah digunakan untuk

menyembuhkan mata merah atau iritasi dengan merendam daun sirih dalam air

mendidih di wadah dan digunakan setelah air agak dingin. Daun sirih juga digunakan

untuk menghentikan perdarahan akibat mimisan dengan menggulung daun sirih

menyerupai rokok dan ujungnya yang runcing dimasukkan ke dalam lubang hidung

( Fathilah, 2003).

Penggunaan ekstrak daun sirih untuk berkumur dianjurkan jika mukosa mulut

mengalami pembengkakan, membersihkan nafas yang berbau (halitosis) akibat gigi

gangren serta untuk menghentikan darah dan membersihkan luka pencabutan gigi

(32)

4. Kandungan kimia sirih

Daun sirih memiliki aroma yang khas, yaitu rasa pedas dan tajam. Rasa dan

aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang terkandung

dalam minyak atsiri. Selain itu itu, faktor lain yang menentukan aroma dan rasa daun

sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke

bagian daun dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan (Fathilah, 2005).

Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri

atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, kavibetol, karvakol, eugenol, dan

allilpyrocatechol yang bertanggungjawab terhadap aktivitas antioksidan (Fathilah,

2006). Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin,

asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati dan asam amino (Shun et al, 2007).

Kandungan eugenol dalam daun sirih mempunyai sifat antifungal ( Fathilah, 2006).

Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik

yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan

antijamur (Shun et al, 2007). Hal ini disebabkan oleh turunan fenol, yaitu kavikol

dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Dengan

sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan

mengobati pendarahan hidung mimisan ( Fathilah, 2006).

Dalam fraksi etanol ekstrak n-heksana etanol daun sirih ditemukan kavikol,

kavibetol, karvakol, eugenol, dan allilpyrocatechol yang memilik aktivitas antistres

(33)

suatu organisme meningkat, sehingga dapat menghasilkan radikal bebas. Radikal

bebas dapat merusak biomembran, hasil dari peningkatan peroksidasi lipid. Selama

proses ini stres oksidatif dapat diminimalkan dengan senyawa adaptogen atau

antioksidan (Kelanje, 2007).

B. Senyawa Fenolik

Senyawaan fenol ialah senyawaan aromatik yang mengandung satu atau lebih

gugus hidroksil yang terikat langsung pada cincin aromatiknya. Fenol dapat diperoleh

dari sumber alami seperti batubara dan tumbuhan, ataupun dibuat secara sintetis.

Destilasi batubara menghasilkan fraksi asam yang merupakan campuran senyawa

fenol, yaitu fenol, kresol, dan naftol. Fenol dengan struktur yang lebih kompleks

biasa diperoleh dari tumbuhan (Torselle, 1981).

Tumbuhan kayu tertentu menghasilkan guaiacol yang bisa membentuk

katekol. Hidrolisis tanin menghasilkan asam galat. Beberapa tumbuhan mengandung

minyak atsiri yang komponen utamanya biasanya eugenol dan timol. Senyawa fenol

lain yang terdapat dalarn tumbuhan ialah asam vanilat, kumarin, dan asam

klorogenat. Seperti halnya alkaloid, senyawa fenol tertentu bisa terdapat pada

tumbuhan dengan genus yang sarna. Sebagai contoh, kumarin terdapat pada

Ageratum strictum (Quijano dkk., 1981) dan Ageratum conyzoides (Shivani dkk.,

(34)

Senyawa fenol umumnya larut dalam air (Simpson, 1985). Furanokumarin,

salah satu turunan kumarin, lebih larut dalarn lemak (Harborne, 1973). Senyawa fenol

dapat menyerap sinar ultraviolet dan sifat ini dimanfaatkan pada deteksinya. Di

bawah sinar ultraviolet, senyawa ini menampakan warna kuning, ungu atau biru.

Kisaran panjang gelombang sinar ultaviolet yang diserap ialah 200 - 350 nm. Pada

umumnya, senyawa fenol mempunyai dua puncak serapan, walaupun ada pula yang

mempunyai tiga bahkan empat puncak serapan. Contohnya, asam p-kumarat

menunjukkan puncak serapan pada 227 dan 310 nm, asarn ferulat pada 235 dan 324

nm, flavon luteolin pada 225, 268 dan 350 nm, dan kumarin pada 212, 274, 282 dan

312 nm (Appleguist, 1982)

Reaksi yang terjadi pada fenol dapat melalui gugus hidroksilnya atau dengan

menggantikan atom hidrogen pada cincin aromatiknya. Sifat lainnya yang menarik

ia1ah fenol mampu mengkompleks protein sehingga beberapa enzim dapat dihambat.

Sifat ini menguntungkan proses ekstraksi, karena dapat diharapkan selarna ekstraksi

tidak terjadi reaksi enzimatik. Tetapi, fenol peka terhadap oksidasi dan ini bisa

menyebabkan perubahan fenol selama ekstraksi (Simpson, 1985).

Sejauh ini, senyawa fenolik tumbuhan merupakan golongan mayoritas

senyawa yang bertindak sebagai antioksidan atau penangkapan radikal bebas. Hal ini

menjadi sangat beralasan untuk mendeterminasi jumlah kandungan fenolik total pada

ekstrak tanaman yang telah dipilih (Veeru, Kishkar, dan Meennakashi, 2009).

(35)

memberikan atom hidrogennya melalui proses transfer elektron, sehingga senyawa

fenolik berubah menjadi radikal fenoksil. Radikal fenoksil ini terstabilkan oleh

resonansi ( Brunneton, 1999).

C. Metode Folin-Ciocalteu

Senyawa fenolik dalam suatu sampel dapat diukur dengan metode

Folin-Ciocalteu (Verru et al., 2009). Metode ini menggunakan reagen fenol asam

fosfomolibdat-fosfotungstat yang biasa disebut reagen fenol Folin-Ciocalteu. Prinsip

metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi ini

mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu

kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya terdapat pada larutan basa,

tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknya tidak stabil pada kondisi basa. Selama

reaksi berlangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi

Folin-Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru. Warna

biru yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang

terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka makin banyak ion

fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru yang dihasilkan

semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965). Intensitas warna biru yang terbentuk

proporsional dengan jumlah senyawa yang dapat mereduksi dan dapat dideteksi

dengan spektrofotometer dengan rentang panjang gelombang 500-700 (Abdul-Fadl,

(36)

D. Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil

karena mempunyai satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan, sehingga untuk

memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan.

Radikal bebas yang terbentuk cenderung untuk mengadakan reaksi berantai yang bila

terjadi dalam tubuh dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan yang serius (Percival,

1998). Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi

dengan molekul di sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi seperti

ini berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan maka akan

menimbulkan penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit

degeneratif lainnya (Andayani, Lisawati, dan Maemunah, 2008).

E. Antioksidan

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang berperan dalam menghambat

oksidasi yang diperantarai oksigen. Senyawa antioksidan memegang peranan penting

dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit. Hal tersebut disebabkan senyawa

antioksidan dapat mencegah pengaruh buruk yang disebabkan oleh senyawa radikal

bebas (Percival, 1998).

Sistem antioksidan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok enzimatik

dan non-enzimatik. Antioksidan enzimatik terdiri dari superoxide dismutase (SOD),

(37)

vitamin A, provitamin A (β-karoten), dan vitamin C. Antioksidan enzimatik secara

alamiah dihasilkan oleh tubuh, sedangkan antioksidan non-enzimatik diperoleh dari

luar tubuh (Fouad, 2005).

Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,

yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia)

dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami). Beberapa contoh

antioksidan sintetik telah sering digunakan, antara lain adalah butil hidroksi anisol

(BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil hidoksiquinon (tBHQ)

(Fouad, 2005).

Pada saat ini penggunaan bahan pengawet dan antioksidan sintetis tidak

direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena diduga

dapat menimbulkan penyakit kanker (carcinogen agent). Seperti penggunaan tBHQ

pada dosis tinggi menyebabkan kanker otak, hal ini dikarenakan terbentuknya radikal

semikuinon anion dan ROS yang menyerang sel otak. Begitu pula dengan BHT dan

BHA, dalam konsentrasi tinggi dapat menginduksi tumor pada perut dan liver hewan

uji. Karena itu, perlu dicari alternatif lain, yaitu bahan pengawet dan antioksidan

alami yang bersumber dari bahan alam. Bahan pengawet dan antioksidan alami ini

hampir terdapat pada semua tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan tersebar di seluruh

(38)

F. Metode DPPH

Pada percobaan ini, uji aktivitas antiradikal menggunakan metode DPPH (1,1

-diphenyl-2-picrylehydrazyl). Metode DPPH adalah suatu metoda kolorimetri yang

efektif dan cepat untuk memperkirakan aktivitas antiradikal. Uji kimia ini secara luas

digunakan dalam penelitian produk alami untuk isolasi antioksidan fitokimia dan

untuk menguji seberapa besar kapasitas ekstrak dan senyawa murni dalam menyerap

radikal bebas (Molyneux, 2003).

Molekul 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl (DPPH) merupakan suatu radikal

bebas yang stabil dengan adanya delokalisasi elektron bebas pada molekul tersebut.

Delokalisasi ini menyebabkan peningkatan warna violet, yang ditunjukkan dengan

pita absorpsi dalam larutan etanol pada panjang gelombang 517 nm. Saat larutan

DPPH dicampurkan dengan substansi yang dapat memberikan hidrogen radikal, akan

menyebabkan terjadinya bentuk tereduksi dengan pemudaran warna violet

(Molyneux, 2003).

Salah satu parameter yang telah diketahui sebagai interpretasi hasil dari

metode DPPH yang dilakukan adalah “inhibit concentration50” atau nilai IC50. Nilai

ini didefinisikan sebagai konsentrasi substrat yang menyebabkan 50% hilangnya

aktivitas DPPH. Nilai aktivitas antioksidan diketahui melalui nilai IC50 yang

dihasilkan, bahwa semakin tinggi aktivitas antioksidan suatu senyawa, maka semakin

(39)

Gambar 1. Diphenylpicryl hydrazyl (radikal bebas)

Gambar 2. Diphenylpicryl hydrazyl (non radikal)

G. Ekstraksi

Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa aktif yang semula berada

dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan

penyari tersebut (Trevor, 1995). Semakin banyak permukaan simplisia yang

bersentuhan dengan penyari maka proses ekstraksi bertambah baik ( Harborne, 1987).

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan ( Dirjen POM, 1995). Untuk

(40)

metode ekstraksi yang cepat dan teliti. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada

sumber bahan alami dan senyawa yang akan diisolasi tersebut (Harborne, 1987).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Pada saat proses maserasi, cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi

antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang pekat

didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan didalam sel. Maserasi umumnya digunakan

untuk simplisia yang tidak keras, dan tidak kompak (Depkes, 1986).

Remaserasi adalah modifikasi cara penyarian maserasi. Pada proses

remaserasi cairan penyari dibagi dua. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan

cairan penyari pertama, sesudah diendap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi

dengan cairan penyari yang kedua (Depkes, 1986).

Ekstraksi cair-cair didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan

tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat

terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik

ini dapat digunakan untuk kegunaan prepratif, pemurnian, pemisahan serta analisis

pada semua kerja (Trevor, 1995).

Menentukan cara efisien untuk memindahkan suatu zat kepelarut yang kedua,

(41)

dengan menggunakan sejumlah volume tertetu pelarut kedua, hasilnya kurang efisien

bila dibandingkan dengan beberapa kali ekstraksi menggunakan volume yang sama.

Hal ini sesuai rumus :

x

n

=x

0

(

𝑫𝑽 𝑫𝑽+𝒗

)

n

dimana D adalah koefisien distribusi antara dua pelarut,xn adalah bobot zat yang

tertinggal pada pelarut 1, x0 adalah bobot zat yang terlarut pada pelarut 1, V adalah

volume pelarut 1, dan v adalah volume pelarut 2, serta n adalah banyaknya ekstraksi

yang dilakukan (n kali) (Basset, Denney, Jeffery dan Medham, 1991).

H. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter

tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter

tersebut memenuhi persyaratan dalam penggunaannya (Harmita, 2004). Parameter

parameter yang digunakan untuk validasi diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Akurasi

Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai

(42)

Tabel I. Kriteria Nilai Akurasi yang Masih dapat Diterima Menurut APVMA (2004)

Kadar zat aktif (%)

Nilai Recovery yang masih dapat diterima (%)

Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian

antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata–rata

jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel – sampel yang diambil dari

campuran yang homogen. Presisi biasanya dinyatakan dalam koefisien variasi (KV).

Tabel II. Kriteria Nilai Presisi yang Masih dapat Diterima Menurut APVMA (2004)

Kadar zat aktif Nilai KVyang masih dapat diterima

(%) (%)

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode (pada rentang tertentu) untuk

mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi

(43)

4. Spesifisitas

Spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat

tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin

ada dalam matriks sampel. Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan

hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis,

senyawa asing lainnya atau pembawa placebo dengan hasil analisis sampel tanpa

penambahan bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil merupakan selisih dari hasil uji

keduanya (Harmita, 2004).

5. LOD (limit of detection) dan LOQ (limit of quantitation)

Limit of detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang

dapat dideteksi dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

blanko. Limit of quantitation (LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam

sampel yang masih dapat memenuhi kriteria akurasi dan presisi. LOD dan LOQ dapat

dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi (Harmita,

2004).

I. Spekrofotometri Visibel

Spektrofotometri visibel adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia yang

mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik pada

(44)

(2003), absorbansi DPPH terjadi dengan baik pada daerah cahaya tampak (visible),

oleh sebab itu digunakan spektrofotometri visibel untuk pengukuran absorbansinya.

Interaksi antara senyawa yang mempunyai gugus kromofor dengan radiasi

eleektromagnetik pada daerah UV-Vis (200-800 nm) akan menghasilkan transisi

elektromagnetik dan spektra absorbansi elektromagnetik. Jumlah radiasi

elektromagnetik yang diserap akan sebanding dengan jumlah molekul penyerapnya,

sehingga spektra absorbansi dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Fessenden

dan Fessenden, 1995).

Bila suatu molekul senyawa organik menyerap sinar UV atau tampak maka di

dalam molekul tersebut terjadi perpindahan (transisi elektron) dari berbagai jenis

tingkat energi orbital dari molekul tersebut (Sastrohamidjojo, 2001). Absorbsi cahaya

oleh suatu molekul merupakan suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya

(foton) dan atom atau molekul. Proses absorbsi cahaya UV-Vis berkaitan dengan

promosi elektron dari satu orbital molekul dengan tingkat energi elektronik tertentu

ke orbital lain dengan tingkat energi elektronik yang lebih tinggi.

Secara umum, ada tiga macam distribusi elektron dalam suatu senyawa

organik, yaitu orbital pi (π), sigma (σ) dan elektron tidak berpasangan (n). Apabila

radiasi elektromagnetik mengenai molekul, maka akan terjadi eksitasi elektron ke

tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antibonding

(45)

J. Landasan Teori

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif

sehingga untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi

dan sangat reaktif menyerang molekul-molekul alami tubuh seperti lipoprotein, asam

lemak tak jenuh, protein, serta unsur DNA tubuh termasuk karbohidrat sehingga

menimbilkan penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit

degeneratif lainnya. Antioksidan sintetis seperti penggunaan tBHQ ,BHT dan BHA,

dalam konsentrasi tinggi dapat menginduksi tumor dan kanker oleh karena itu tidak

direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM mengandung zat

antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai

antibakteri dan antijamur. Senyawa fenolik yan terdapat pada daun sirih berupa

ditemukan kavikol, kavibetol, karvakol, pirokatekin, eugenol, dan allilpyrocatechol.

Aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik didapatkan dengan cara mereduksi radikal

bebas untuk tidak terjadinya reaksi samping yang merugikan.

Metode DPPH adalah suatu metoda kolorimetri yang efektif dan cepat untuk

memperkirakan aktivitas antiradikal dalam uji antioksidan. Molekul 1,1-diphenyl

-2-picryl-hydrazyl (DPPH) merupakan suatu radikal bebas yang stabil dengan adanya

delokalisasi elektron bebas pada molekul tersebut. Delokalisasi ini menyebabkan

(46)

etanol pada panjang gelombang 517 nm. Keberadaan senyawa antioksidan dapat

mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning.

Senyawa fenolat dalam suatu sampel dapat diukur dengan metode

Folin-Ciocalteu. Metode ini menggunakan reagen fenol asam fosfomolibdat-fosfotungstat

Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Selama

reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu,

membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru. Warna biru yang

terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang terbentuk.

K. Hipotesis

Fraksi air ekstrak metanol daun sirih mempunyai aktivitas antioksidan

menggunakan radikal bebas DPPH. Kadar fenolat dalam fraksi air ekstrak metanol

(47)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental rancangan acak

sederhana karena subjek uji diberi perlakuan.

B. Variabel

1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi air ekstrak metanolik daun sirih .

2. Variabel tergantung berupa aktivitas antioksidan (%IC) dan kandungan fenolik

total fraksi air ekstrak metanolik daun sirih.

3. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu pemanenan,

umur daun yang dipanen, cara panen, cara pengeringan dan pembuatan simplisia,

dan jumlah (g) daun segar yang digunakan. cahaya matahari

4. Variabel pengacau tak terkendali berupa, cuaca atau musim, dan curah hujan,

(48)

C. Definisi Operasional

1. Daun sirih adalah daun (folium) dari tanaman sirih yang dipanen dari kebun obat

“MERAPI FARMA” daerah KM 21,5 Kaliurang, Cangkringan, Sleman,

Yogakarta dengan bentuk daun oval, dengan diameter ± 6 cm, berwarna hijau,

batang merambat bercabang, daun ketiga dari pucuk sampai pangkal cabang.

2. Ekstrak daun sirih adalah ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi dengan

metanol dan telah mengalami tahap uji kualitas ekstrak.

3. Fraksi air adalah hasil fraksi ekstak metanol daun sirih dengan menggunakan air

yang telah difraksinasi menggunakan wasbensin dan etil asetat.

4.Persen inhibition concentration (%IC) adalah persen yang menyatakan kemampuan

fraksi air ekstrak metanolik daun sirih untuk menangkap radikal DPPH.

5. inhibition concentration 50 (IC50) adalah nilai konsentrasi fraksi air ekstrak

metanolik daun sirih yang menghasilkan penangkapan 50% radikal DPPH.

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: daun sirih (Piper betle

L.) yang berasal dari Kebun Obat “MERAPI FARMA” daerah KM 21,5 Kaliurang,

Cangkringan, Sleman, Yogakarta. Bahan kima kualitas farmasetis (CV. General

(49)

metanol. Bahan kualitas pro analitik Sigma Chem. Co., USA meliputi rutin, DPPH ,

reagen Folin-Ciocalteu, asam galat. Bahan kualitas teknis Brataco Chemica, yaitu:

wasbensin dan etil asetat dan aluminium foil.

2. Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa vortex (junke & kunkel),

spektrofotometer UV-VIS (Perkin Elmer Lamda 20), blender, corong, Buchner, oven,

mikropipet 10-1000 µL; 1-10 mL (Acura 825, Socorex), neraca analitik (Scaltec SBC

22, BP 160P), vacuum rotary evaporator (Junke & Kunkel), waterbath (labo-tech,

Heraceus), tabung reaksi bertutup, dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di

laboratorium analisis (Pyrex-Germany dan Iwaki).

E. Tatacara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman sirih dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma menurut van Steenis (1980).

2. Pengumpulan bahan

Daun sirih diperoleh dari kebun obat “MERAPI FARMA” daerah KM 21,5

(50)

bulan Mei. Pemanenan dilakukan pada tanaman yang sebelum berbunga saat pagi

hari.

3. Preparasi daun sirih

Sebanyak 1 kg daun sirih segar, dibersihkan ,dan dihaluskan dengan blender.

Ketika dihaluskan, daun tersebut ditambahkan sedikit cairan penyari (metanol).

Simplisia yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 30 gram dan dituang kedalam

bejana maserasi, ditambah metanol sampai terendam sempurna, dan dicampur

homogen. Campuran dimasersi pada suhu ruangan selama dua hari. Filtrat diperoleh

melalui penyaringan dengan corong Buchner. Ampas penyaringan diremaserasi

dengan metanol secukupnya selama 2 hari. Kemudian disaring. Lalu hasil

penyaringan filtrat diuapkan pelarutnya hingga diperoleh ekstak metanol daun sirih.

Ekstrak metanol daun sirih ditambahkan 300 mL air hangat dan di ekstraksi

cair-cair menggunakan wasbensin dengan perbandingan larutan ekstrak wasbensin

(1:1 v/v), kemudian didiamkan hingga terpisah sempurna. Fase air akan berada pada

paling bawah, sedangkan fase washbensin berada pada bagian atas.

Dari hasil partisi diperoleh dua fraksi, yaitu fraksi wasbensin dan fraksi air.

Selanjutnya, fraksi air diekstraksi cair-cair lagi menggunakan etil asetat dengan

perbandingan larutan fraksi air-etil asetat (1:1 v/v) sehingga didapatkan fraksi air dan

(51)

dan waterbath hingga didapakan ekstrak kental. Lalu hasil fraksi tersebut digunakan

analisis lebih lanjut.

4. Pembuatan larutan pembanding dan uji

a. Pembuatan larutan DPPH

Sejumlah DPPH dilarutkan ke dalam metanol p.a sehingga diperoleh

larutan DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM. Larutan tersebut ditutup dengan

alumunium foil dan harus selalu dibuat baru.

b. Pembuatan larutan stok rutin

Sebanyak 2,5 mg rutin dilarutkan dengan metanol p.a sampai 10,0 mL.

c. Pembuatan larutan pembanding

Diambil sebanyak 0,5; 1,0; 1,5; 2,5; 3,0 mL larutan stok rutin, kemudian

ditambahkan metanol p.a sampai 10,0 mL, sehingga diperoleh konsentrasi larutan

standar rutin sebesar 12,5; 25,0; 37,5; 50,0; dan 62,5 μg/mL.

d. Pembuatan larutan uji

i. Larutan uji untuk aktivitas antioksidan

Sejumlah 25,0 fraksi air ditimbang dan di ad metanol p.a sampai 25,0

mL. Diambil sebanyak 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mL larutan tersebut, kemudian

ditambahkan metanol p.a sampai 10,0 mL, sehingga diperoleh konsentrasi

(52)

ii. Larutan uji untuk penentuan kandungan fenolik total

Sebanyak 7,5 mg fraksi airt ditimbang, lalu ditambahkan metanol p.a

sampai diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 750,0 µg/mL.

e. Pembuatan larutan asam galat

Dibuat larutan asam galat dengan konsetrasi 500 µg/mL dalam akuades :

methanol p.a (1:1). Diambil sebanyak 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; dan 3,0 mL larutan

tersebut, kemudian ditambahkan akuades : metanol p.a (1:1) sampai 10,0 mL,

sehingga diperoleh konsentrasi larutan baku asam galat sebesar 50; 75; 100; 125;

dan 150 µg/mL.

5. Uji pendahuluan

a. Uji fenolik

Sejumlah 0,5 mL larutan uji 750,0 µg/mL dan larutan pembanding asam

galat 150,0 µg/mL ditambahkan 2,5 mL pereaksi fenol Folin-Ciocalteu yang telah

diencerkan dengan akuades (1:10 v/v) kedalam tabung reaksi. Diamkan selama 10

menit. Tambahkan 7,5 mL larutan natrium karbonat 1 M. Kemudian amati warna

larutan tersebut.

b. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Sebanyak 1 mL larutan DPPH dimasukan ke dalam masing-masing tiga

tabung reaksi. Ditambahkan masing-masing dengan 1 mL metanol p.a, larutan

(53)

tersebut ditambahkan dengan 3 mL metanol p.a. Larutan tersebut kemudian

divortex selamam 30 detik. Setelah 30 menit, amati warna pada larutan tersebut.

6. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan

a. Penentuan operating time (OT)

Sebanyak 1 mL larutan DPPH dimasukan kedalam masing-masing tiga

labu ukur 5 mL, ditambahkan masing-masing dengan 1 mL larutan pembanding

rutin 12,5; 37,5 dan 62,5 μg/mL. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan

dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut kemudian divortex

selama 30 detik. Setelah itu dibaca absorbansinya denga spektrofotometer

visibel pada panjang gelombang 517 nm selama 1 jam. Dilakukan demikian

juga untuk larutan uji 100; 200; 300 μg/mL.

b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Pada 3 labu ukur 10 mL, dimasukan masing-masing 0,5; 1,0; 1,5 mL

larutan DPPH. Ditambahkan larutan tersebut dengan metanol p.a hingga tanda

batas sehingga konsentrasi DPPH menjadi 0,020; 0,040; dan 0,080. Larutan

tersebut kemudian divortex selama 30 detik. Diamkan selama OT. Lalu

dilakukan scanning panjang gelombang serapan maksimum dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 400-600 nm.

7. Uji aktivitas antioksidan

Uji aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode

(54)

a. Pengukuran absorbansi larutan DPPH (kontrol)

Pada labu ukur 10 mL, dimasukan sebanyak 2 mL larutan DPPH.

Ditambahan larutan tersebut dengan metanol p.a hingga tanda batas. Kemudian

larutan tersebut dibaca absorbansinya pada saat OT dan panjang gelombang

maksimum. Pengerjaan dilakukan sebanyak 5 kali. Larutan ini digunakan sebagai

kontrol untuk menguji larutan pembanding dan uji.

b. Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan uji

Sebanyak 1 mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam tabung reaksi

bertutup kemudian ditambah dengan 1 mL larutan pembanding dan uji pada

berbagai seri konsentrasi telah dibuat. Selanjutnya larutan tersebut ditambah

dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut kemudian divortex

selama 30 detik dan diamkan selama OT. Larutan dibaca absorbansinya dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi.

Pengujian dilakukan dengan 5 kali replikasi.

c. Validasi metode uji aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur 7 a dan b, divalidasi akurasi (% recovery), presisi (%CV)

spesipisitas (spektra kontrol), dan linearitas (nilai r).

% Recovery = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 x 100%

% CV = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑆𝐷 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟

(55)

d. Estimasi aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur 7 a dan b, dihitung nilai % IC dan IC50 untuk rutin dan

fraksi air ekstrak metanol daun sirih.

8. Optimasi metode penetapan kandungan fenolat total

Optimasi metode penetapan kandungan fenolat total ditentukan dengan

menggunakan metode spektrofotometri sesuai dengan penelitian Nusarini ( 2007).

a. Penentuan OT

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 50; 100; dan 150 μg/mL ditambahkan

dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:10 v/v).

Larutan selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 mL natrium karbonat 1 M. Setelah itu,

dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 750

nm selama 30 menit.

b. Penentuan panjang gelombang maksimum

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 50; 100; dan 150 μg/mL ditambahkan

dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:1 v/v).

Larutan selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 mL natrium karbonat 1 M. Diamkan

selama OT,absorbansinya dibaca pada λ maksimum dengan spektrofotometer visibel

(56)

9. Penetapan kandungan fenolat total

a. Pembuatan kurva baku asam galat

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 50; 75; 100; 125; dan 150 μg/mL

ditambah dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:1

v/v). Larutan selanjutnya ditambah dengan 4,0 mL natrium karbonat 1M. Setelah OT,

absorbansinya dibaca pada λ maksimum terhadap blanko yang terdiri atas akuades :

metanol p.a (1:1), reagen Folin-Ciocalteu dan larutan natrium karbonat 1M.

Pengerjaan dilakukan 5 kali.

b. Validasi metode penetapan kandungan fenolik total

Hasil dari prosedur 9 a , divalidasi akurasi (%recovery), presisi (%CV),

spesipisitas (spektra kontrol), dan linearitas (nilai r).

% Recovery = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 x 100%

% CV = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑆𝐷 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟

𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 x 100%

c. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji

Diambil 0,5 mL larutan uji 750 μg/mL, lalu masing-masing dimasukan ke

dalam labu takar 10,0 mL dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada pembuatan

kurva baku asam galat . Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai gram ekivalen

(57)

F. Analisis Hasil

Aktivitas penangkapan radikal DPPH (%) dihitung dengan rumus :

Absorbansi (larutan kontrol) – Absorbansi sampel (larutan pembanding/uji) X 100%

Absorbansi larutan kontrol

Data aktivitas tersebut dianalisis dan dihitung nilai IC50 mengunakan

persamaan regresi linear dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun

pembanding, sedangkan sumbu y adalah %IC. Lalu dianalisis secara statistik untuk

menentukan ada atau tidak adanya perbedaan bermakna antara IC50 larutan

pembanding dan larutan uji.

Uji kandungan fenolik total menghasilkan nilai mg ekivalen asam galat dalam

per g fraksi air. Nilai tersebut didapatkan dari analisis regresi linier dengan data kurva

(58)

.

Gambar 3. Skema Jalannya Penelitian

Pembuatan ekstrak metanolik daun sirih Pengumpulan bahan

Ekstraksi cair-cair dengan wasbensin dan air

(59)

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi merupakan syarat pertama dan langkah awal yang dilakukan

dalam suatu penelitian dengan menggunakan tanaman. Determinasi tanaman ini

bertujuan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran identitas tanaman yang akan

digunakan dalam penelitian serta untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam

pengambilan sampel untuk analisis fitokimia. Dari hasil determinasi yang dilakukan

di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma pada tanggal 27 Mei 2011 dengan acuan van Steenis (1981), telah dibuktikan

bahwa tanaman yang digunakan untuk penelitian adalah tanaman sirih (Piper betle

L.). Pembuktian dikuatkan dengan surat determinasi (lampiran 1) tanaman yang

dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Hasil Pengumpulan Bahan

Daun sirih diperoleh dari tempat budidaya tanaman obat organik “MERAPI

FARMA” pada tanggal 26 Mei 2011 di KM 21,5 daerah Kaliaurang, Cangkringan,

Gambar

Tabel XIII.
Gambar 16. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan
Gambar tanaman sirih dari  kebun obat
Gambar 1. Diphenylpicryl hydrazyl (radikal bebas)
+7

Referensi

Dokumen terkait

hrnadod.

ABSTRACT.

Universitas Surabaya merupakan institusi pendidikan di Surabaya yang dalam perkembangannya mengambil ャ。ョァセ。ィ@ kerja-sama dalam bidang jasa pemesinan

[9] yang merupakan penghasil arus yang andingkan dengan koil standar, sehingga akan diperoleh suhu bunga api busi yang tinggi yang dapat membantu proses pembakaran dalam

Adapun solusi yang dapat diberikan sebagai pendamping adalah memberikan motivasi kepada Ibu Siti dan keluarga untuk tetap semangat menjalani hidup dan juga

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada pembelajaran membaca cerpen melalui pendekatan

[r]

Berdasarkan perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik yang berbeda serta serta perhitungan total biaya pembelian, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya