• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Nilai Kesabaran Dalam Al-Qur’an Surah Shad Ayat 41 sampai 44 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pendidikan Nilai Kesabaran Dalam Al-Qur’an Surah Shad Ayat 41 sampai 44 - Test Repository"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN NILAI KESABARAN DALAM KISAH

NABI AYYUB STUDI TERHADAP AL

QUR’AN SURAT

SHAD AYAT 41-44

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh

IKA TYAS ANDINI

111-12-203

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

PENDIDIKAN NILAI KESABARAN DALAM KISAH

NABI AYYUB STUDI TERHADAP ALQUR’AN SURAT

SHAD AYAT 41-44

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh

IKA TYAS ANDINI

111-12-203

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

Akan tiba suatu masa pada manusia, siapa di antara mereka yang

bersikap sabar demi agamanya, ia ibarat menggenggam bara api

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Ibuku Slamet Wartiyah, seorang ibu yang senantiasa membimbingku dan menjadi motivator nomer satu yang tidak pernah bosan-bosan untuk memberikan nasihat dan kasih sayangnya dan almarhum ayahku Sugiyarso, beliau adalah seorang ayah yang hebat yang menghabiskan sisa hidupnya untuk membiayai anak-anaknya. Serta Adik-adikku Dwi Nur Cahyo dan Sella Sita Sari yang selalu memberi suport dan dorongannya untuk lebih semangat dalam mengerjakan skripsi.

2. Seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bu Evi dan Pak Zaki selaku pengelola dan kepala madrasah TK dan MI NU SITI HAJAR yang selalu memberikan ijin dan segenap guru TK dan MI NU SITI HAJAR yang telah memberikan semangat dan dorongannya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Teman-teman seperjuangan PAI Angkatan 2012 khususnya teman-teman PAI F, terima kasih telah menjadi teman sekaligus keluarga yang mau menerima semua keluh kesah.

5. Untuk temanku dek Novi, Laila, Laily,dan Lu‟luulkalian adalah sahabat yang hebat yang selalu mendukungku.

6. Teman-teman KKN Posko 45 yang telah memberikan warna dalam hidupku.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Dialah yang memberikan segala nafas disetiap langkahku, sehingga saya bisa menjalankan segala keadaan yang ada di depanku, untuk menuntut ilmu dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENDIDIKAN NILAI KESABARAN DALAM KISAH NABI AYYUB STUDI TERHADAP ALQUR’AN SURATSHAD AYAT

41-44”. Skripsi ini disusun guna melengkapi gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islamdi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis.Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, saya ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, S.Pd., M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyyah dan

Ilmu Keguruan.

(10)

4. Bapak H. Agus Ahmad Su‟aidi, Lc, M. A. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu setia membimbing dan mengajari dengan penuh kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M. Ag selaku dosen pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan kepada penulis.

7. Orang tua tercinta yang telah memberikan segalanya serta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan bantuan baik secara moril dan materiil.

8. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(11)

ABSTRAK

Andini, Ika Tyas. 2016. Pendidikan Nilai Kesabaran Dalam Al-Qur‟an Surah Shad Ayat 41 sampai 44. Skripsi. Fakultas Tarbiyyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H. Agus Ahmad Su‟aidi, Lc, M. A

Kata Kunci: Pendidikan, Nilai, Kesabaran, Al-Qur‟an

Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research) yang meneliti pendidikan nilai kesabaran dalam Surat Shad ayat 41 sampai 44. Pemilihan judul ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk menyumbangkan alternatif sikap yang tergali dari surat Shad ayat 41 sampai 44 pada seluruh pembaca dan masyarakat secara umum dalam menyikapi kehidupan yang tidak semudah yang diharapkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sumber data primer berupa Alqur‟anul Karim dan tafsir-tafsir, serta sumber data sekunder berupa buku-buku tentang kesabaran, tasawuf dan lain-lain. Penelitian ini ingin menjawab dua pertanyaan berikut: 1. Bagaimana konsep kesabaran dalam Alqur‟an surat Shad ayat 41 sampai 44 dan 2. Bagaimana pendidikan nilai kesabaran menurut Alqur‟an surat Shad ayat 41 sampai 44.

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. ... Latar Belakang Masalah ... 1

B. ... Rumus an Masalah ... 4

C. ... Tujuan Pembahasan ... 5

(13)

E. ... Definis i Operasional ... 5 F.... Metod

e Penelitian Skripsi ... 8 G. ... Sistem

atika Penulisan Skripsi ... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. ... Pendid

ikan ... 12 1.... Penger

tian Pendidikan ... 12 2....

Aliran-aliran Pendidikan ... 13 B. ... Nilai

... 16 1... Penger

tian Nilai ... 16 2... Teori

tentang Nilai ... 17 C. ... Sabar

(14)

1.... Definis i Sabar ... 19 2.... Keuta maan Sabar ... 20 3.... Maca

m-macam Kesabaran ... 21

BAB III KISAH KESABARAN NABI AYYUB AS

A. ... Ayat-ayat Alqur‟an yang saling melengkapi pemahaman tentang kesabaran ... 25 B. ... Kisah

Nabi Ayyub AS ... 41 C. ... Tafsir

Surat Shad ayat 41-44 ... 45

BAB IV PENDIDIKAN NILAI KESABARAN DALAM ALQUR’AN SURAT SHAD AYAT 41-44

A. ... Konse p Kesabaran ... 48 B. ...

Nilai-nilai yang mendukung kesabaran ... 49 1. ... Penana

(15)

2. ... Sikap ketergantungan kepada Allah bukan kepada makhluk ... 52 3. ... Sikap selalu berusaha terhadap pencapaian keinginan ... 55 4. ... Selalu

optimis dan tidak pesimis ... 57 5. ... Larang

an mengingkari janji ... 59 C. ... Hikma

h menjalankan kesabaran ... 61 1. ... Sabar

sebagai obat ... 61 2. ... Lebih dekat dengan Allah ... 61 3. ... Memb

ersihkan hati ... 62 4. ... Menja

ga manusia dari kufur nikmat ... 62 5. ... Menda

pat pahala yang banyak dari Allah ... 63

BAB V PENUTUP

A. ... Kesim

(16)

B. ... Saran ... 65 C. ... Penutu

p ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak diragukan lagi hidup ini laksana gelombang, turun-naik, lapang-sempit, mudah-susah, dan sebagainya. Dua warna hidup ini datang silih berganti. Bagi orang-orang yang tidak beriman, datangnya nikmat membuat mereka sombong, dan datangnya kesusahan membuat mereka frustasi. Berbeda dengan orang-orang mukmin, dengan senjata syukur dan sabar, mereka selalu ada dalam kebaikan. Syukur dan sabar selalu menyertai hidup seorang mukmin. Ketika seseorang selalu mensyukuri nikmat Allah, dia akan diberi tambahan nikmat oleh Allah. “Jika kalian bersyukur, Aku bersumpah akan menambah (karunia nikmat-Ku) untuk kalian, dan jika kalian ingkar (dari nikmat-Ku), (ketahuilah) sesungguhnya azab-Ku benar-benar pedih.”(QS. Ibrahim: 7) (Qowly, 2002:213).

(19)

yang semakin jauh kepada Allah. Mereka yang menganggap masalah tersebut sebagai rahmat dari Allah, akan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah karena menganggap ujian tersebut merupakan bukti kasih sayang Allah kepada hambanya. Tetapi mereka yang menganggap masalah tersebut sebagai ujian dari Allah sering kali berfikir pendek karena tidak sanggup melewatinya. Padahal setiap Allah memberikan ujian kepada hambanya, Allah telah mengukur kemampuan hambanya masing-masing.

Satu sikap yang penting dalam menjaga iman adalah sabar. Kesabaran merupakan pengokoh segala urusan di dunia. Abdullah bin Alawy Al-Haddad Al-Husaini menyatakan dalam bukunya yang berjudul Sentuhan-Sentuhan Sufistik Penuntun Jalan Akhirat bahwasanya kesabaran merupakan pengokoh segala urusan di dunia ini, kesabaran merupakan suatu akhlaq yang mulia (Anwar, 1999:185).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sabar merupakan kunci dari segala urusan yang ada di dunia ini. Allah berfirman dalam Alqur‟an QS Al-Baqarah ayat 153 sebagai berikut:























(20)

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwasanya orang-orang yang selalu bersikap sabar dalam menghadapi segala hal yang ada di dunia ini dan selalu melaksanakan sholat lima waktu maka Allah akan senantiasa bersama dengan mereka serta melindungi dan menjaga dirinya dalam keadaan apapun.

Gambaran ideal tentang sabar dapat diperoleh dari kisah Nabi Ayyub AS, yang tertulis namanya dalam kitab suci samawi. Al-Qur‟an menyebut nama itu empat kali: dalam surat an-Nisa, al-An‟am, al-Anbiya dan Shad. Di antaranya ia disebut bersama-sama dengan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Hal ini menunjukkan bahwa seperti kedua nabi tersebut, Ayyub adalah seorang yang berpengaruh dan berkelimpahan. Dan seperti mereka, Ayyub pun mengalami berbagai cobaan dan kemalangan yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan (Tim Penulis Ensiklopedi Islam Indonesia, 1992:141).

(21)

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur‟an QS An-Nahl

Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.

Maksud dari ayat di atas adalah bahwa menghambakan diri secara total kepada Allah SWT maka harus benar-benar mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT apapun bentuknya. Dari ayat tersebut maka jelaslah bahwa Nabi Ayyub AS adalah seorang hamba yang mengabdikan dirinya secara total kepada Allah SWT. Karena kesabaran dan ketaqwaan Nabi Ayub AS kepada Allah, maka Allah mengembalikan semua yang telah diambil-Nya dari Nabi Ayyub AS dan menjadikan Nabi Ayyub AS sebagai orang yang sabar.

Berdasarkan pada kisah kesabaran Nabi Ayyub tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang konsep kesabaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, maka penulis memutuskan untuk mengambil judul : “PENDIDIKAN NILAI KESABARAN DALAM

KISAH NABI AYYUB STUDI TERHADAP ALQUR‟AN SURAT SHAD AYAT 41-44”

B. Rumusan Masalah

(22)

1. Bagaimana konsep kesabaran menurut Alqur‟an Surat Shad 41-44? 2. Bagaimana pendidikan nilai kesabaran menurut Alqur‟an Surat Shad

41-44?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami dan menganalisis konsep kesabaran menurut Alqur‟an Surat Shad ayat 41-44.

2. Memahami dan menganalisis pendidikan nilai kesabaran menurut Alqur‟an Surat Shad ayat 41-44.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang makna sabar baik menurut Alqur‟an ataupun

menurut ilmu pendidikan Islam lainnya. Di samping itu penelitian ini akan membahas konsep kesabaran dan nilai pendidikan yang terkandung dalam Surat Shad ayat 41-44 tentang kesabaran.

2. Manfaat praktis

Secara praktik dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesabaran penulis dan pembaca dalam hidup di dunia ini dan dapat menumbuhkan semangat untuk mengaplikasikan sikap sabar dalam kehidupan sehari-hari.

(23)

Untuk menghindari kesalahfahaman dalam mengartikan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah dalam skripsi ini sebagai berikut:

1. Pendidikan

Istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak agar ia menjadi dewasa. Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Ki Hajar Dewantara menyebutkan, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Hasbullah, 2009:4).

2. Nilai

(24)

acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang (Adisusilo, 2013:56).

3. Kesabaran

Secara etimologi, sabar berarti teguh hati tanpa menguluh ditimpa bencana. Yang dimaksud dengan sabar menurut Islam ialah tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan ridho dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Dan dapat pula dikatakan bahwa secara umum sabar itu ialah kemampuan atau daya tahan manusia menguasai sifat yang destruktif yang terdapat dalam tubuh setiap orang, yaitu hawa nafsu. Jadi sabar itu mengandung unsur perjuangan, pergulatan, pergumulan, tidak menyerah dan menerima begitu saja (Asmaran, 2002:10).

4. Al-Qur‟an

Beberapa definisi tentang Al-Qur‟an telah dikemukakan oleh beberapa ulama dari berbagai keahlian dalam bidang bahasa, ilmu kalam, ushul fiqh dan sebagainya. Definisi-definisi sudah tentu berbeda antara satu dengan yang lainnya, karena stressing (penekanan)nya berbeda-beda disebabkan perbedaan keahlian mereka. Sehubungan dengan itu, Dr. Subhi Salih merumuskan definisi al-Qur‟an yang dipandang sebagai definisi yang dapat diterima para

(25)

ِفِحاَصَمْلا ىِف ُبْوُ تْكَمْلا.م.ص ِّيِبّنلا ىَلَع ُلَّزَ نُمْلا ُزِجْعُمْلا ُباَتِكْلاَوُه ُنآْرُقْلَا

ِهِتَوَلاِتِبُدَّبَعَ تُمْلاِرُتاَوَّ تلاِب ِهْيَلَع ُلْوُقْ نَمْلا

“Al

-

Qur‟an adalah firman Allah yang bersifat (berfungsi) mukjizat

(sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang beribadah (Zuhdi, 1997:1).

F. Metode Penelitian Skripsi 1. Jenis penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti ini termasuk dalam penelitian literatur, atau penelitian kepustakaan/library research, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa buku, catatan maupun laporan hasil penelitian dan peneliti terdahulu (Hasan, 2006:5). Dalam hal ini penulis mengumpulkan data skripsi ini dengan mengacu pada sumber-sumber kepustakaan seperti Alqur‟an dan buku yang mendukung.

2. Sumber Data

Dalam penelitian literatur ini, penulis mengacu beberapa sumber yang sesuai dengan topik yang bersangkutan, yakni dibagi dalam dua bentuk sumber yaitu:

a. Sumber Primer

(26)

sumber primernya diantaranya adalah Alqur‟an dan buku tafsir

yang berkaitan tentang kesabaran. b. Sumber Sekunder

Yaitu sumber yang mendukung dan melengkapi sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah buku tentang kesabaran dan buku tentang tasawuf yang berkaitan dengan kesabaran serta buku para ahli yang berkaitan dengan kesabaran.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, not tulen rapat, leger, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2010:274).

Objek penelitian ini adalah pendidikan nilai kesabaran. Penulis memfokuskan kajian ini pada nilai kesabaran yang terkandung dalam kisah Nabi Ayyub yang termaktub dalam Alqur‟an Surat Shad ayat

41-44. 4. Analisis Data

(27)

antaranya metode diskriptif analisis dan metode induktif. Metode diskriptif yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian diusahakan pula dengan analisa dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut (Surakhmad, 1985:139). Metode Induktif adalah metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang kongkret itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum (Hadi, 1993:42).

Berdasarkan pengertian tersebut penulis akan menguraikan makna yang terkandung dalam Alqur‟an Surat Shad ayat 41 sampai

44, kemudian penulis menarik kesimpulan tentang permasalahan tersebut.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman isi skripsi ini, penulis akan menyusun skripsi ini dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencakup tentang latar belakang penelitian, rumusan dan tujuan penelitian. Selain itu di dalamnya juga dibahas tentang manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian diteruskan dengan sistematika penulisan skripsi agar lebih terstruktur dalam memahami.

(28)

landasan teori yang di dalamnya terdapat teori-teori tentang pendidikan, teori-teori tentang nilai dan teori-teori tentang kesabaran.

BAB III : Kisah Kesabaran Nabi Ayyub AS, membahas mengenai kisah-kisah kesabaran Nabi Ayyub yang di dalamnya mengandung ayat-ayat yang bertema kesabaran,biografi Nabi Ayyub dan tafsir surat Shad ayat 41-44.

BAB IV :Pendidikan Nilai Kesabaran Dalam Alqur‟anSurat Shad Ayat 41-44, setelah mempelajari tentang kisah kesabaran Nabi Ayyub, penulis memfokuskan pembahasan mengenai surat Shad ayat 41-44 tentang konsep kesabaran, pendidikan nilai kesabaran dan hikmah menjalankan sifat sabar.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Menurut Noeng Muhajir sebagaimana dikutip oleh Suwarno (2006: 19), pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.

(30)

diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atasa dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (Indar, 1994: 16).

Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinyasehingga memiliki kkekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Suwarno, 2006: 21).

2. Aliran-aliran pendidikan

Terdapat empat aliran pendidikan yang mana keempat aliran tersebut mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang pendidikan:

a.Aliran empirisme

(31)

membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya (Jumali dkk, 2008: 126).

Teori empirisme ini menganggap bahwa pendidikan hanya dapat diperolah dari lingkungan yang ada disekitar. Yang dimaksud dengan lingkungan yaitu lingkungan hidup maupun lingkungan tak hidup yang berpengaruh besar terhadap pendidikan dan perkembangan anak.

b. Aliran nativisme

Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya (Purwanto, 2006: 59).

(32)

dalam pendidikan. Berhasil tidaknya perkembangan anak tergantung pada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimiliki oleh anak didik(Jumali dkk, 2008: 126).

c.Aliran naturalisme

Aliran ini hampir sama dengan nativisme yang berpendapat bahwa pada hakikatnya semua anak sejak dilahirkan adalah baik. Teori yang dikemukakan oleh J. J Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak ada seorangpun anak yang lahir dengan pembawaan buruk(Jumali dkk, 2008: 127).

d. Aliran konvergensi

Hukum ini berasal dari ahli ilmu jiwa Jerman, bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa faktor pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia(Purwanto, 2006: 60).

(33)

perkembangan anak didik. Hasil perkembangan dan pendidikan bergabung pada kecilnya pembawaan serta situasi lingkungan(Jumali dkk, 2008: 128).

Jadi, menurut teori konvergensi perkembangan manusia bukan karena hasil dari pembawaan saja melainkan juga lingkungan yang menentukan hasil pendidikan tersebut. Selain itu kemampuan atau aktivitas seseorang itu sendiri juga menentukan hasil dari pendidikan dan perkembangan manusia. Dengan begitu teori konvergensi menggabungkan antara pembawaan dan lingkungan serta aktivitas manusia itu sendiri. B. Nilai

1. Pengertian Nilai

(34)

seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistemologi. Etika bersangkutan dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan masalah keindahan (Kattsoff, 1987: 327).

Dalam Ensyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value and valuation dengan tiga bentuk:

a. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang sempit seperti baik, menarik dan bagus. Dalam pengertian yang luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.

b. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.

c. Nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi. (Bakhtiar, 2013: 164)

(35)

2. Teori tentang nilai

Teori tentang nilai membahas dua masalah yaitu etika dan estetika:

a. Etika

Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia yang lain (Bakhtiar, 2013: 165).

b. Estetika

Secara etimologi estetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu: aistheta, yang diturunkan dari aisthe (hal-hal yang dapat ditanggapi dengan indra). Pada umumnya aisthe dioposisikan dengan noeta, dari akar kata noein, nous, yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan pikiran (Ratna, 2007: 3).

(36)

Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu. Dalam dunia pendidikan nilai estetika menjadi patokan penting dalam proses pengembangan pendidikan.

C. Sabar

1. Definisi Sabar

Kata sabar berasal dari bahasa Arab shabr, artinya „menahan‟ atau „mengekang‟. Bersabar artinya menahan diri dari segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan mengharapkan ridha dari Allah SWT (Effendy, 2012: 6).

(37)

Dalam kitab Ta‟rifat yang dijelaskan dalam buku Tafsir Sufistik Said Al-Hawwa dalam Al-Asas fi Al-Tafsir dijelaskan bahwa sabar adalah tidak mengeluh atau mengadu bila ditimpa sakit melainkan menyerahkan kepada Allah (Septiawadi, 2014:180).

Dari definisi-definisi sabar yang berbeda-beda redaksinya di atas disimpulkan bahwa, sabar bukan hanya pada saat seseorang ditimpa musibah, melainkan ketika ia mendapat nikmat dari Allah dan selalu berprasangka baik kepada Allah dan tidak pernah mengeluh terhadap apa yang telah ditimpakan kepada hambanya. 2. Keutamaan sabar

Allah menyebutkan orang-orang yang sabar dengan berbagai sifat dan menyebutkan kesabaran di dalam Al Qur‟an lebih dari

sembilan puluh tempat. Bahkan Allah menambahkan keterangan tentang sejumlah derajat yang tinggi dan kebaikan, dan menjadikannya sebagai buah dari kesabaran. Firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 96 yang berbunyi:



(38)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT akan memberikan balasan kepada orang-orang yang selalu bersikap sabar dalam menghadapi semua yang diberikan oleh Allah dan Allah akan membalasnya dengan pahala yang yang melebihi dari apa yang mereka perbuat dan mereka kerjakan.

3. Macam-macam kesabaran

Sabar mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Sifat sabar yang dimiliki manusia akan menahan mereka dari segala hal yang buruk, karena sifat sabar mempunyai keterkaitan dengan sifat baik lainnya. Menurut Anwar (1999: 187) terdapat empat macam kesabaran di antaranya:

a. Sabar dalam menjalani ketaatan.

Kesabaran semacam ini dapat diperoleh manusia secara lahir dan batin. Secara lahiriah, seseorang harus selalu mengerjakan ketaatan dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan ketentuan syara‟. Sedangkan secara batiniah, ia harus

(39)

Di sanalah ia akan merasakan nikmatnya ketaatan(Anwar, 1999: 187 ).

Jadi dalam kaitannya dengan hal ini, sabar berkaitan dengan sifat ikhlas. Ikhlas dalam menjalankan perintah dari Allah dan juga ikhlas dalam menjauhi larangan Allah.

b. Kesabaran dalam menjauhi kemaksiatan.

Sebagaimana kesabaran jenis pertama, kesabaran ini pun dapat diperoleh melalui lahir batin seseorang. Melalui lahirnya, seseorang harus senantiasa meninggalkan dan menjauhi kemaksiatan. Sedangkan melalui batinnya, ia tidak boleh memberikan kesempatan kepada jiwanya untuk memikirkan dan cenderung kepada kemaksiatan. Sebab, dosa awalnya adalah bisikan jiwa (Anwar, 1999: 187).

c. Kesabaran dalam mengingat dosa-dosa terdahulu.

Bila kesabaran ini dapat melahirkan perasaan takut dan menyesal, maka kerjakanlah, namun bila tidak sebaiknya tinggalkanlah. Kesabaran ini akan mengingatkan seseorang akan ancaman-ancaman Allah yang dipersiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang mengerjakan kemaksiatan, yakni siksaan, baik di dunia dan di akhirat. Siapa saja selalu menjalani kesabaran maka Allah akan memuliakannya (Anwar, 1999: 188).

(40)

Kesabaran jenis ini terbagi dalam dua macam. Pertama, hal-hal yang tidak diinginkannya itu langsung datang dari Allah tanpa perantara lagi, seperti sakit, hilangnya harta benda, dan kematian keluarga. Seperti halnya kesabaran di atas, kesabaran ini dapat diperoleh melalui lahir batin seseorang. Melalui lahirnya seseorang harus meninggalkan kebiasan mengeluh atas penderitaan yang diterimanya, sedangkan melalui batinnya ia tidak boleh mengadu kepada sesama makhluk Allah dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syara‟. Dalam firman Allah surat Al- Baqarah ayat 155-157 berbunyi:

(41)

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”

.

Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang apabila ditimpa musibah kemudian mengucapkan kalimat

„Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji‟uun‟, maka Allah akan

selalu memberikan rahmatnya kepada orang-orang tersebut dan merekalah orang-orang yang juga mendapatkan petunjuk dari Allah (Anwar, 1999: 188).

(42)

BAB III

KISAH KESABARAN NABI AYYUB

A. Ayat-ayat Alqur’an yang saling melengkapi pemahaman tentang

kesabaran

Dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ayat tentang kesabaran di antaranya :

1. Al-Baqarah ayat 45:



















(43)

Bila kita mendapatkan ujian, kesulitan, dan cobaan, segeralah untuk menunaikan sholat, sesuai dengan perintah Allah dalam Al-quran, yang intinya agar kita memohon kepada Allah dengan sabar dan sholat.Karena sesungguhnya sholat merupakan penolong yang paling besar dan yang paling utama.

2. Surat Al Baqarah ayat 153























Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.

(44)

Ayat di atas serupa dengan surat Al-Baqarah ayat 45 yang menghubungkan shalat dengan kesabaran, karena sholat merupakan penolong manusia.

3. Surat Al Imran ayat 16-17



Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka."(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur”.

Orang yang bertaqwa adalah mereka yang mampu menjalankan dan memiliki sifat sabar, benar, taat dan ikhlas, orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah dan orang yang selalu beristighfar (As-Shiddieqy, 2000: 543).

(45)



Artinya: “(ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda”.

Dalam ayat di atas Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menyampaikan kepada orang mukmin yang terlibat dalam perang Uhud, bahwa Allah akan memberi bantuan yang tidak tampak dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan dari langit. Tetapi jika dalam menghadapi lawan dengan rasa sabar dan takwa maka Allah akan memberikan bantuan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Maksudnya adalah kiasan tentang keberanian dan kekuatan mereka (Shihab, 2002: 247).

(46)

kafir quraisy yang jumlahnya ribuan. Dengan jumlah yang sedikit kaum kafir quraisy dapat ditumpas habis oleh kaum muslim yang dibantu oleh tiga ribu malaikat yang diturunkan dari langit oleh Allah. Jika mereka bersabar dalam menghadapinya, Allah menambah lagi jumlah malaikat yang diturunkan dari langit menjadi lima ribu malaikat. Jadi, jika orang mukmin dalam menghadapi berbagai cobaan dan ancaman tetap sabar, taqwa, dan selalu siap, maka Allah akan menambah lagi pertolongan yang lebih besar.

5. Surat Yusuf ayat 18: berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."

Ayat ini menceritakan tentang saudara-saudaraNabi Yusuf yang melempar Yusuf ke dalam sumur. Mereka datang kepada Nabi Ya‟qub dengan berpura-pura sedih dan menangis dan mengatakan kepada Nabi Ya‟qub bahwa Yusuf telah diterkam

(47)

dengan darah hewan. Nabi Ya‟qub tidak percaya dengan hal

tersebut karena tanda kebohongan telah tampak yakni tidak robek baju tersebut. Kesabaran Nabi Ya‟qub adalah kesabaran

yang baik karena tidak mengadu kecuali hanya kepada Allah, dan Allahlah yang dimintai pertolongan (Shihab, 2002: 398).

Ayat di atas menjelaskan bahwa kesabaran yang baik adalah kesabaran yang bersih dari sikap marah-marah, keluh kesah, dan mengadu kepada makhluk, serta menjadikan dirinya mengadu kepada Allah, memohon pertolongan kepada-Nya terhadap hal itu, dan tidak bersandar kepada kemampuannya. Hal ini serupa dengan kesabaran Nabi Ayyub yang tidak mengadu kepada makhluk, melainkan hanya kepada Allah. 6. Surat Al Ashr ayat 1-3:

Artinya: “Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

(48)

selama hidup. Orang yang bisa lepas dari kerugian adalah mereka yang memiliki empat sifat yaitu beriman, beramal shaleh, saling menasehati dalam kebajikan dan saling menasehati dalam kesabaran (As-Shiddieqy, 2000: 4692)

Orang-orang yang dimaksud dalam ayat di atas, mereka adalah orang yang mempunyai iman dalam dirinya, orang-orang yang selalu mengerjakan amal saleh yaitu melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar, orang-orang yang menasehati orang

lain dalam hal kebenaran yaitu mereka yang saling menasehati dan memberikan motivasi dalam hal beribadah kepada Allah, serta orang-orang yang selalu bersabar dalam menaati perintah Allah.

7. Surat Al Imron ayat 200:























Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”.

Kata

سبص

mempunyai makna menahan diri, maka dari itu

memerlukan kekukuhan jiwa dan mental agar dapat mencapai

(49)

kesabaran orang lain. Sabar yang dihadapi dengan kesabaran yang lebih besar, itulah yang dilukiskan dengan kata shabiru. Kata

اوطبازو

yaitu bersabar dalam pembelaan negara (Shihab,

2002: 388).

Dalam ayat di atas diuraikan tentang bersabar dalam melaksanakan tugas, menguatkan kesabaran saat menghadapi lawan.Kataishbiru mempunyai makna sabar berarti tetap pada jati diri keislaman dan keimanan. Sabar tidak hanya pada saat susah saja tetapi juga pada saat kita gembira. Arti dari washaabiruu adalah kesabaran yang terus menerus. Tidak pernah habis karena persoalan datang silih berganti.Perlu konsistensi pula untuk kita tetap bersikap bijak menghadapinya.Arti dariwaraabithu adalah selalu bersiap siaga terhadap serangan musuh.

(50)

Perintah bersabar dalam ayat di atas berkaitan dengan ketabahan menghadapi kesulitan dan ancaman yang dapat melemahkan diri atau jiwa (Shihab, 2002: 458).

Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk berteguh hati dalam memerangi musuh dan bersabar dalam bertempur dengan mereka. Ini berarti kesabaran tersebut masuk dalam sabar menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. 9. Surat Al Anfal ayat 66

Artinya: “Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.

(51)

Ayat di atas menjelaskan tentang peristiwa perang Badar. Jika terdapat seratus orang yang sabar, maka mereka dapat mengalahkan dua ratus orang kafir. Dan jika terdapat seribu orang sabar maka mereka dapat mengalahkan dua ribu orang kafir. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Allah akan memberi pertolongan yang besar kepada orang yang

Artinya: “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik”.

(52)

benar-benar datang, barulah mereka merasakan bahwa tinggal di dunia hanya sementara (As-Shiddieqy, 2000: 3846).

Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk bersabar menghadapi gangguan orang-orang yang menentangnya, dan senantiasa mengajak manusia kepada Allah serta mengikuti kesabaran para rasul ulul „azmi (yang mempunyai keteguhan

hati), dimana mereka adalah para pemimpin manusia yang kuat kesabarannya. Kesabaran ini masuk dalam sabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.

11.Surat Al A‟raf ayat 126



karena Kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan Kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, Limpahkanlah kesabaran kepada Kami dan wafatkanlah Kami dalam Keadaan berserah diri (kepada-Mu)".

Kata

مقنت

terambil dari kata

مقنلا

yang berarti menolak

perbuatan karena menilainya buruk. Firman Allah

غسفأ

اسبصانيلع

mempunyai makna kesabaran diibaratkan dengan air

(53)

kesabaran yang tadinya ditampung dan memenuhi bejana itu kemudian dicurahkan semuanya ke dalam kalbu mereka. Dengan demikian mereka mengharap semua jenis kesabaran dan ketabahan tercurah dalam kalbu mereka (Shihab, 2002: 210).

Maksud dari ayat di atas adalah cerita Nabi Musa yang meminta pertolongan kepada Allah dari musuhnya yaitu Fir‟aun agar sifat sabar dimiliki semuanya oleh Nabi Musa.

12.Surat Az Zumar ayat 10

Artinya: “Katakanlah "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”

.

(54)

dianugerahi pahala yang sangat banyak sehingga tidak dapat terhitung bahkan tidak terbatas (Shihab, 2002: 198).

Kesabaran dalam ayat di atas memberikan buah dari kesabaran tersebut yaitu sabar akan mendapatkan pahala yang berlipat dan tidak terhitung jumlahnya.

13.Surat Al Kahfi ayat 67-75

(55)



Artinya: “Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"

(56)

kebenaran. Tetapi dia menjawab bahwa sesungguhnya Musa tidak akan sanggup sabar bersama dengan Nabi Khidir. Sabar disini yakni peristiwa-peristiwa dialami Nabi Musa bersama dengan Nabi Khidir (Shihab, 2002: 97).

Dalam surat ini nilai pendidikan yang bisa diambil dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir yaitu seorang murid harus menentukan kriteria orang yang akan dijadikan sebagai guru. Seorang murid harus mempunyai sikap sopan dan tawadhu‟

kepada gurunya. Untuk memperoleh ilmu tersebut, kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru dalam pelaksanaannya dan bersabar dalam setiap peristiwa yang dialaminya.

14.Surat Al Anbiya‟ ayat 85



semua mereka Termasuk orang-orang yang sabar.Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat kami. Sesungguhnya mereka Termasuk orang-orang yang saleh”.

(57)

menghadapi ujian dari Allah. Maka Allah memasukkan mereka ke dalam orang-orang yang saleh (Shihab, 2002: 496).

Ganjaran bagi orang yang sabar adalah Allah akan memasukkan orang-orang yang sabar ke dalam golongan orang saleh.

Artinya: “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka”.

Ayat di atas menjelaskan tentang bersabar dalam melaksanakan ketetapan Allah yaitu Al-qur‟an yang turun secara berangsur-angsur agar dengan mudah menjawab semua pertanyaan dan menyelesaikan setiap masalah dengan kehadiran wahyu dari saat ke saat. Dan larangan untuk mengikuti perbuatan dosa orang-orang kafir (Shihab, 2002: 668).

Sabar di atas termasuk dalam sabar menjalankan ketetapan Allah karena Allah menurunkan Alqur‟an secara

berangsur-angsur dengan tujuan agar semua pertanyaan dan masalah terjawab oleh wahyu tersebut.

16.Surat Muhammad ayat 31





(58)









Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. Allah akan menguji hambanya dengan perintah jihad dan beban agama yang lain supaya diketahui mana yang sabar dan mana yang tidak sabar (As-Shiddieqy, 2000: 3870).

17.Surat Asy Syuura ayat 43



Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan”.

Orang yang bersabar dalam menghadapi kezaliman sehingga tidak melakukan pembalasan dan memaafkan orang yang menganiaya, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang luhur (Shihab, 2002: 516).

18.Surat Toha ayat 132



(59)

dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.

Ayat di atas memerintahkan Nabi dan setiap kepala keluarga muslim untuk melaksanakan sholat secara berkesinambungan pada setiap waktunya dan bersabar dalam melaksanakannya. Nabi diperintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan sholat, baik sholat lima waktu ataupun sholat malam dan sunah. Karena semuanya memerlukan kesabaran dan ketekunan dalam melaksanakannya (Shihab, 2002: 403).

Dari penjelasan ayat-ayat yang bertema kesabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat bermacam-macam kesabaran yang telah dijelaskan dari ayat-ayat tersebut. Macam-macam kesabaran tersebut yaitu sabar menaati ketetapan Allah, sabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan, serta sabar dalam menghadapi kemaksiatan.

Sifat sabar merupakan sifat yang sangat mulia, karena dari sifat sabar tersebut, Allah memberikan pahala yang sangat besar bagi orang-orang yang mempunyai sifat sabar tersebut. Dan Allah akan menolong hambanya yang senantiasa bersabar dalam segala hal. Selain itu Allah akan memasukkan orang-orang yang sabar ke dalam golongan orang-orang-orang-orang yang saleh.

B. Kisah Nabi Ayyub

(60)

Ayyub adalah anak Amush anak Zarun anak Al‟aish bin

Ishaq bin Ibrahim AS. Istrinya bernama Siti Rahmah, anak dari Ifratsim bin Yusuf AS. Dia diutus oleh Allah kepada penduduk Hauran, Damaskus (Ahmad, 2011: 60). Sementara itu tempat bermukim Ayyub adalah sebuah daerah dekat Damaskus yaitu Batsaniah. Batsaniah adalah daerah yang termasuk kota Damaskus. Ia adalah sebuah desa antara daerah Adzra‟at dan

Damaskus (Sya‟ban, 2007:18).

Ayyub adalah seorang nabi yang ditugaskan untuk menyeru agama tauhid. Dalam perjanjian lama, Ayyub pernah tinggal di Uz, bagian utara Saudi Arabia di antara Siria dan Teluk Aqabah. Sedangkan dalam Al-Qur‟an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat, edisi Malik Ghulam Farid menceritakan bahwa Ayyub tinggal di suatu negeri yang diperintah oleh raja penyembah berhala. Raja tersebut menentang ajaran yang dibawa Ayyub. Meskipun demikian Ayyub tetap gigih dalam mempertahankan dan mendakwahkan akidah tauhidnya (Tim Penulis Ensiklopedi Islam Indonesia, 1992:141)

2. Masa hidup Nabi Ayyub

(61)

dalam menghadapi cobaan. Allah mengujinya dengan mengambil anak, keluarga, harta kemudian memberinya penyakit ditubuh beliau (As-Sa‟dy, 2009: 193).

Sebelum diuji oleh Allah SWT dengan kemiskinan dan penyakit yang dialami, Nabi Ayyub adalah nabi yang kaya raya, hartanya melimpah, dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Meskipun dikaruniai segala kemewahan dunia yang melimpah, beliau tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan kesenangan yang dikaruniakan kepadanya tidak membuat lupa kepada Allah. bahkan, beliau gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita, terlebih dari golongan fakir miskin. Selain itu Nabi Ayyub juga sangat sabar dan rendah hati. Kekayaan tidak membuatnya sombong dan angkuh. (al-Azizi, 2014: 149).

Melihat ketaatan dan keikhlasan Nabi Ayyub beribadah kepada Allah, para malaikat sangat terkagum-kagum. Berbeda dengan Iblis, jantung iblis berdegup kencang. Ia marah, cemburu dan merasa iri sehingga berusaha menjerumuskan Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka.

(62)

oleh Nabi Ayyub. Karena menurut Iblis Nabi Ayyub hanya takut kehilangan kenikmatan yang telah diberikan kepadanya. Menurut iblis semua ibadah yang dilakukan Nabi Ayyub tidak ikhlas dan bukan karena cinta kepada Allah. Andaikata Nabi Ayyub terkena musibah dan kehilangan harta benda, anak-anak, dan istrinya belum tentu Nabi Ayub akan tetap taat dan ikhlas menyembah Allah (al-Azizi, 2014: 150).

Untuk menghancurkan keimanan Nabi Ayyub iblis membinasakan semua hewan ternak yang dipelihara Nabi Ayyub serta lahan pertanian yang dimiliki oleh Nabi Ayyub. Namun usaha yang dilakukan oleh iblis gagal karean menurut Nabi Ayyub harta dan semua yang dimiliki adalah titipan dari Allah dan sewaktu-waktu dapat diambil oleh Allah. Nabi Ayyub tetap teguh dan semakin rajin beribadah kepada Allah.

(63)

Iblis tidak terima dengan keimanan Nabi Ayyub yang tetap teguh beribadah kepada Allah. akhirnya iblis menggoda istri Nabi Ayub yang masih setia hingga akhirnya sang istri berkeluh kesah dengan keadaan suaminya. Ketika itu Nabi Ayyub marah dan bernadzar akan memukul istrinya seratus kali.

Karena melihat ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dari nabi ayub, Allah menyembuhkan penyakit yang selama ini diderita oleh Nabi Ayyub dengan dengan minum dan mandi dari air yang memancar dari kakinya. Seluruh penyakit yang diderita Nabi Ayyub akhirnya sembuh. Kulitnya telah bersih kembali seperti sebelum menderita penyakit. Maha Besar Allah dengan kuasa-Nya (al-Azizi, 2014: 153).

Manakala Allah telah sempurna dalam mengujinya untuk mendapatkan derajat yang tinggi serta keridhaan di sisi-Nya, maka Allah memberinya ilham sebuah doa yang mustajab. Doa itu menggambarkan kelemahan dan kepedihannya, dan tidak ada tempat kembali kecuali kepada Allah. Kemudian Allah menyembuhkan penyakitnya serta mengembalikan seluruh keluarga dan hartanya (An-Nadwi, 2006:152).

(64)

Nabi AyYub mendapat keturunan yang bernama Basyar yaitu Nabi Dzulkifli (al-Azizi, 2014: 154).

C. Tafsir surat Shad ayat 41-44



41. Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan".

Dalam tafsir Al Misbah, ayat ini menjelaskan tentang penyakit yang diderita nabi ayub. Nabi Ayyub tidak menisbahkan sesuatu yang buruk itu bersumber dari Allah melainkan dari syaitan (Shihab, 2002: 148).

Dalam suatu riwayat menyebutkan bahwa Ayub mendapat penyakit, keluarganya telah bercerai-berai dan banyak yang meninggal. Riwayat lain menyebutkan bahwa Ayyub mendapat penyakit kulit yang bisa disembuhkan dengan mandi air yang bercampur dengan unsur-unsur logam (ash-Shidiqy, 2000: 3516).



42. (Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum".

Kata

ضكرا

terambil dari kata

ضكز

yang berarti

(65)

Petunjuk ini merupakan isyarat perlunya upaya manusia dalam meraih apa yang didambakan. Sebenarnya Allah SWT kuasa meyembuhkan Nabi Ayyub seketika itu juga, tetapi untuk menunjukkan perlunya kesungguhan upaya manusia dalam memperoleh harapan (Shihab, 2002: 150). keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.

Allah menguraikan nikmat yang diperoleh Nabi Ayyub dengan menyembuhkan penyakit yang dideritanya dan mengembalikan keluarganya sebanyak yang dulu meninggalkan. Anugrah itu merupakan rahmat dan kasih sayang dari Allah serta pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran agar mengetahui bahwa kesabaran akan membuahkan kemenangan (Shihab, 2002: 151).



dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati Dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhan-nya).

(66)
(67)

BAB IV

PENDIDIKAN NILAI KESABARAN DALAM AL-QUR’AN SURAT SHAD

AYAT 41-44

41. Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan". 42. (Allah berfirman): "Hantamkanlah kakimu; Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum".

43. Dan Kami anugerahi Dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.

(68)

Kesabaran yang terkandung dalam surat Shad ayat 41-44 yang dipraktekkan oleh Nabi adalah kesabaran yang sangat tinggi atau maksimal. Hal ini dibuktikan dengan sikap beliau yang tidak meratapi nasib dan tidak mengandalkan pertolongan sesama makhluk. Artinya, Nabi Ayyub meskipun dalam cobaan yang berat tidak tama‟ atau mengharap

-harap uluran tangan manusia. Beliau hanya menengadahkan tangan kepada Tuhannya saja untuk meminta pertolongan.

Dalam ayat 42 terdapat sebuah isyarat tentang karunia Allah yang besar dan cepat bagi orang yang telah melalui hidupnyayang penuh cobaan dengan penuh kesabaran. Dan bahkan dalam ayat 43 karunia yang Allah berikan kepada Nabi Ayyub melebihi apa yang beliau harapkan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sabar terasa pahit, jika dilakukan akan berbuah hasil yang sangat manis. Nabi Ayyub telah melakukan hal itu.

Maka secara ringkas dalam surat Shad ayat 41-44 ini, Allah akan menganugrahi nikmat yang besar pada hambanyayang mampu bersabar dalam menghadapi cobaan hidup dan hanya berharap kepada-Nya.

B. Nilai-nilai yang mendukung kesabaran

(69)

mesti senantiasa kta latihkan pada diri sendiri di setiap saat dalam segala hal. (Soebachman, 2013: 64)

Sifat sabar di dalam kehidupan mempunyai banyak makna, selain itu sifat sabar juga mendidik bagi orang-orang agar hatinya bisa menjalankan sifat tersebut. Ada banyak ayat Al-Qur‟an yang menerangkan sifat sabar, beberapa diantara ayat tersebut adalah ayat yang terdapat dalam QS Shad ayat 41 sampai dengan ayat 44. Di dalam ayat-ayat tersebut terkandung beberapa pesan yang berhubungan dengan pendidikan nilai kesabaran, diantaranya yaitu:

1. Penanaman sikap menghamba kepada Allah

Hal ini dibuktikan dengan lafal

اندبع

yang artinya menghamba.

Manusia diciptakan oleh tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Firman Allah dalam surat Ad-Dzariyat ayat 56 berbunyi:















56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

(70)

rukun Islam yaitu syahadat, sholat, zakat, dan haji. Selain itu untuk menjadi seorang hamba yang kaffah atau sempurna seseorang harus melalui beberapa jalan di antaranya:

a. Taubat

Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari segala sesuatu, kembali dari sifat-sofat yang tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larang Allah menuju ke petintah-Nya (Ilyas, 1999: 57).

Taubat adalah kembali dari segala sesuatu yang tercela kepada segala sesuatu yang terpuji. Taubat merupakan prinsip pokok dalam kegiatan spiritual para sufi, kunci kebahagian bagi para murid dan syaarat sahnya perjalanan menuju Allah (Isa, 2005: 194).

b. Ikhlas

Ikhlas berasal dari kata khalasha dengan arti bersih, jernih, murni. Ikhlas adalah beramal semata-mata mengharap ridha dari Allah atau berbuat tanpa pamrih. Dalam beribadah ada tiga unsur keikhlasan yaitu niat yang ikhlas, beramal dengan sebaik-baiknya, dan pemanfaatan hasil usaha dengan tepat (Ilyas, 1999: 32).

(71)

beramal semata-mata mengharap ridho dari Allah. Ikhlas juga memperingatkan manusia agar jangan sampai tujuan dari ibadahnya adalah untuk meraih penghargaan dan pujian dari manusia.

c. Syukur

Menurut Sayyid (Isa, 2005: 267) syukur adalah mempergunakan semua nikmat yang telah diberikan Allah, berupa pendengan, penglihatan dan lainnya sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Manusia diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah bukan untuk kepentingan Allah sendiri, tapi untuk kepentingan manusia sendiri (Ilyas, 1999: 53). Hal ini dibuktikan dalam firman Allah dalam surat Luqman ayat 12 dab surat Ibrahim ayat 7:



kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".







(72)



memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

2. Sikap ketergantungan kepada Allah bukan kepada makhluk.

Hal ini dibuktikan dengan lafal

هّبز ىدانذا

yang artinya

menyeru kepada Tuhannya. Ketika Nabi Ayyub diuji oleh Allah dengan berbagai cobaan, Nabi Ayyub menggantungkan semuanya kepada Allah, beliau tidak meminta pertolongan kepada selain Allah.

Terbukti bahwa dalam ayat

هّبز ىدانذا

, Nabi Ayyub menyebut Allah

dalam do‟anya tersebut.

Allah merupakan tempat bergantung semua makhluk. Tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan Allah dalam memperoleh apapun. Allah Ta‟ala sendiri mensifati diri-Nya sebagai tempat bergantung segala sesuatu. Dalam Alqur‟an surat Al Ikhlas ayat 2:







Artinya: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.

(73)

beliau mendengar kabar bahwa Nabi Yusuf telah meninggal dunia. Nabi Ya‟qub hanya diam dan meminta pertolongan kepada Allah

bukan kepada makhluk lain.

Dalam kehidupan, manusia merupakan makhluk sosial yang yang tidak dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu, maka kita harus bergantung sepenuhnya hanya pada Allah. Dan apabila kita telah benar-benar hanya bergantung kepada Allah, maka berarti kita tidak akan pernah meminta sedikit pun kepada selain Allah. Karena hanya Allah yang Maha Mengetahui semua kebutuhan kita.

Saat ini masih banyak masyarakat yang membutuhkan pertolongan dan menyandarkan penyelesaiannya melalui seorang dukun atau orang pintar lainnya yang dipercaya dapat membantu menyelesaikan masalah. Perbuatan tersebut berpotensi syirik dalam artian mempersekutukan Allah dengan makhluk lain. Padahal Allah adalah jalan keluar dari setiap permasalahan.

(74)

pertolongan (Zainudin, 2012: 113). Dalam firman Allah surat Al Imran ayat 173-174 berbunyi:



kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung".Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar”.

Oleh sebab itu, sebaiknya kita menghindarkan diri dari berbagai hal yang menjerumuskan kita pada apa yang disebut dengan kemusyrikan. Serahkan semua permasalahan kepada Allah, memohon kepada-Nya, banyak-banyak berdoa. Dengan demikian kehidupan kita akan mendapat banyak keberkahan (Zainudin, 2012: 114)

(75)

Allah lah yang menggenggam dunia dan akhirat. Jadi bila telah menyadari dan menerapkan keyakinan tersebut dalam hidup, maka Allah akan memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya. Kekuatan Allah yang akan menolong, karena Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hidup, pekerjaan, lingkungan, semua berada dalam pantauan Allah.

3. Sikap selalu berusaha terhadap pencapaian keinginan

Hal ini dibuktikan dengan lafal

ضكز

ا yang artinya

hantamkanlah. Maksud dari lafal ini adalah manusia berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, selanjutnya memasrahkannya kepada Allah.

Kehidupan manusia tidak lepas dari kesulitan-kesuliatan yang merupakan cobaan dan ujian dari Allah. Menghindari cobaan tersebut manusia harus sabar dengan cara menerima cobaan tersebut tanpa keluh kesah dan kemudian tetap berusaha menghadapi kesulitan tersebut tanpa putus asa. Seperti dalam kisah Nabi Ayyub ketika beliau mendapat musibah yakni penyakit kulit yang dideritanya dan keluarga yang meninggalkannya satu persatu. Beliau tetap berusaha sabar dalam keadaan tersebut.

(76)



dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Artinya bahwa setiap muslim hendaknya tidak putus asa dalam berusaha menghadapi masalah apapun. Kesabaran bukanlah kepasrahan terhadap segala sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan atau diinginkan, kesabaran juga tidak pernah menutup manusia untuk berusaha mengeluarkan segala kemampuan yang dia miliki, melainkan kesabaran adalah sifat yang membuat manusia agar mempunyai jiwa yang giat berusaha dan tidak mengenal putus asa.

(77)

Oleh karena itu tidak mau berusaha adalah kemalasan yang tidak sesuai dengan jiwa islam (Isa, 2005: 263). Manusia yang berusaha, Allah yang menentukan segalanya. Maka setelah usaha yang dilakukan semuanya kita serahkan kepada Allah.

4. Selalu optimis dan tidak pesimis

Hal ini ditunjukkan oleh lafal

انبهوو

yang artinya

menganugerahi. Optimisme dalam hidup harus dimiliki oleh semua muslim yang ada di dunia. Optimisme merupakan perilaku manusia yang tenang dan akan menumbuhkan banyak hal yang baik dalam kehidupannya. Orang yang tenang dalam perilakunya lebih mudah untuk merancang kehidupannya. Beda dengan orang yang pesimis dalam hidupnya, mereka cenderung lebih sulit menentukan kehidupan selanjutnya untuk mengarungi kehidupan dengan baik. Optimisme juga merupakan keteguhan hati seseorang dan keyakinan dalam hatinya bahwa Allah pasti mengabulkan permintaannya dan memberikan hasil dari perjuangannya.

Orang Islam tidak boleh pesimis dalam hidupnya, melainkan harus optimis dalam hidupnya, sebab segala sesuatu ditentukan oleh Allah (Ibrahim, 1990: 97). Pepatah Arab mengatakan:

ساذا

بد

سخااباب الله حتففابا

“Apabila tertutup satu pintu, maka Allah akan bukakan pintu

(78)

Orang yang putus asa dari rahmat Allah dibenci oleh Allah dan dia berdosa. Dalam Al Qur‟an surat Yusuf ayat 87 berbunyi:



dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Kembalinya semua harta dan keluarga Nabi Ayyub yang telah diambil semua oleh Allah karena sikap optimis dalam diri Nabi Ayyub bahwa semua yang Allah berikan pasti mempunyai hikmah yang tersembunyi.

Dalam pengertian Islam, optimisme diartikan dengan raja‟

(pengharapan). Menurut Ahmad Zaruq, definisi raja‟ adalah

kepercayaan atas karunia Allah yang dibuktikan dengan amal (Isa, 2005: 204). Artinya disini pengharapan yang diminta adalah pengharapan yang baik. Allah telah menganjurkan kita semua untuk mengharapkan karunia-Nya dan melarang kita untuk berputus asa dari rahmat-Nya.Allah berfirman dalam QS Az-Zumar ayat 53:

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemamparan diatas maka penelitian ini memfokuskan untuk mensintesis askorbil palmitat dari metil palmitat dan asetil askorbat melalui reaksi

PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Sayung sebagai organisasi pelajar garda terdepan yang bersifat kaderisasi dimana organisasi ini berusaha menjembatani pelajar dan remaja

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan,

Skripsi ini berbicara mengenai efektifitas penggunaan metode demonstrasi pada materi ajar haji dan umrah dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMK Muhammadiyah

Kebiasaan belajar yang efektif juga akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari siswa dimana mereka akan senantiasa terbiasa melakukan sesuatu dengan hasil

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu tumbuh lebih tinggi.. Di sisi lain,

Di Indonesia ada penelitian mengenai perilaku seks pranikah, antara lain penelitian yang dilakukan Pawestri dan Dewi Setyowati (2012) juga melakukan