• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DI DALAM SISTEM PEMBUKTIAN NEGATIF (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1816 K/Pdt/1989) Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DI DALAM SISTEM PEMBUKTIAN NEGATIF (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1816 K/Pdt/1989) Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

H A P P Y B A G U S N .

SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH

DI DALAM SISTEM

PEMBUKTIAN NEGATIF

(Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1816 K/Pdt/1989)

M 1 L I k FBkJ’U!-1 A. JiAM

• W N IYKJ U U A*. A i J LLA f K X J A'

S U R A B A Y A K k C

T e r

(2)

S E R T I F I K A T H A K A T A S T A N A H

D I D A L A M S I S T E M

P E M B U K T I A N N E G A T I F

(Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1816 K/Pdt/1989)

M E M O H U K U M

Diajukan sebagai Penulisan Skripsi

Program Sarjana Bidang Ilmu Hukum

Pembimbitfig,

Soedalnar, S.H.

(3)

T im Penguji:

K etua : W isnu S u san to , S .H .

S ek retaris : H . M o ed jio n o , S .H ., M S.

A nggota : S o ed alh ar, S .H .

A nggota : RS. H u tab arat, S .H ., L L .M .

(4)

S y u k u r A lh am d u lillah say a panjatkan k eh ad irat A llah S .W .T ., k aren a hanya

dengan rahm at d an k eh en d ak -N y alah saya dapat m enyelesaikan M em o H ukum

y an g b eiju d u l "S ertifik at H ak A tas T an ah D i D alam Sistem p em buktian N e g a tiP .

D alam era p em b an g u n an sekarang ini, k eb u tu h an tan ah teru s m eningkat.

T anah seolah-olah ik u t m enjadi p rim ad o n a dalam m enentukan b isa tid ak n y a kegia-

tan p em bangunan d ilak san ak an , b aik o leh p ero ran g an , b ad an sw asta m aupun

p em erin tah . B egitu ju g a p erm asalah an n y a, m endom inasi sebagian dari b en tu k

kasus yang b erm u n cu lan . A tas d asar itu , dih arap k an p en u lisan m em o h u k u m ini

d ap at m em b erik an g am b aran b ag aim an a penyelesaian d ari sebagian k asu s terseb u t.

T en tu n y a tu lisan ini m asih ja u h d ari sem purna, tetapi saya h arap k an m em o h u kum

ini d ap a t b erm an faat bagi p en g em b an g an ilm u hukum .

D alam k ata p en g an tar ini penyusun ingin m en yam paikan rasa terim a kasih

kepada:

1. B a p a k D r. F ran s L im ah elu , S .H ., L L .M . S elaku D ek an F ak u ltas H u k u m

U niversitas A irlan g g a;

2. B apak S o ed alh ar, S .H . selaku D osen p em b im b in g yan g telah m em b erik an

b im b in g an h in g g a selesainya tulisan in i, sekaligus A nggota P an itia P en g u ji;

3. Bapak W isnu S u san to , S .H . selaku K etua P anitia P enguji;

4. Bapak M oed jio n o , S .H ., M S . selaku S ekretaris P anitia P enguji;

5. Ib u R .S . H u tab arat, S .H ., L L .M . S elaku A nggota P an itia P en g u ji;

6 . Ibu S ri H ajati, S .H . M S . S elaku A nggota P an itia P enguji;

7. T em an -tem an k u y an g tercin ta: Asri, Y ani, le a ’, L isa, A d ek , A y u ’ , M u fli, A g u s,

Jaju k , Santo*, E m b u n , Irw an , M as A n y , D avid d an S in y o , y an g telah m em

(5)

b erik an d o ro n g an sehingga selesainya tu lisan ini;

8. S elu ru h tem anku A n g k atan ’9 0 F ak u ltas H ukum U n iv ersitas A irlan g g a;

9. S eg en ap D osen dan S ta ff A d m in istrasi C ivitas A k ad em ik a F ak u ltas H ukum

U n iv ersitas A irlan g g a y an g telah b an y ak b erjasa bagi p en y u su n selam a m enim ba

ilm u di F ak u ltas H u k u m U n iv ersitas A irlangga.

K husus K epada A y ah an d a d an Ibunda serta A d ik -ad ik k u , tid ak cu k u p b ila

saya ucap k an terim a k asih saja, m aka saya sertak an d o ’a.

A k h im y a sem oga A llah S .W .T . m em berikan segala ra h m a t dan k aru n iaN y a

kepada pih ak -p ih ak yan g m em b an tu , d an kiran y a m em o h u k u m ini d ap at m erm ak-

n a kelak.

S u rab ay a, A gustus 1994.

(6)

ABSTRAK

Berbicara mengenai sertifikat hak atas tanah tidak dapat kita melepaskan diri dari ketentuan hukum yang wengatur tentang pranata hukum tersebut.

Sebagai dasar hukum tentunya kita harus kembali kepada ketentuan hukum mengenai pendaftaran tanah dan hal ini sudah diatur dalam pasal 19 UUPA maupun oleh Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961. Setelah berlakunya UUPA dan PP 10 tahun 1961, maka tidak ada instansi lain yang boleh melakukan perbuatan-perbuatan pendaftaran tanah selain dari Kantor Pertanahan (B.P.N) dan dengan demikian hanya suatu pranata hukum PPAT saja yang boleh melakukan pembuatan akta PPAT.

Di sini fungsi pendaftaran tanah atau sertifikat hak tersebut sebagai bersifat publikrechtelijk, artinya berlaku bagi umum dan umum harus menghormatinya bahwa sebidang tanah tersebut telah melekat sesuatu hak seseorang atau badan.

(7)

D A F T A R IS I

Hal.

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Uraian Fakta ... 1

Permasalahan ... 5

Dasar H u k u m ... 6

Pembahasan ... 7

Kesimpulan ... 24

Saran ... 25

(8)

i M I L l l

I

P E K P U S T M L A A * H R iT T E R S IT A S A U JL A M O O A *

I U R A I A T

a

S E R T IF IK A T H A K A T A S T A N A H

D I D A L A M S IS T E M P E M B U K T IA N N E G A T IF

Uraian Fakta.

Berbicara mengenai sertifikat hak atas tanah tidak

dapat kita melepaskan diri dari ketentuan hukum yang we-

ngatur tentang pranata hukum tersebut.

Sebagai dasar hukum tentunya kita harus kembali

kepada ketentuan hukum mengenai pendaftaran tanah dan hal

ini sudah diatur dalam pasal 19 UUPA maupun oleh Peratur-

an Pemerintah Nomor 10 tahun 1961. Setelah berlakunya

UUPA dan PP 10 tahun 1961, maka tidak ada instansi lain

yang boleh melakukan perbuatan-perbuatan pendaftaran ta­

nah selain dari Kantor Pertanahan (B.P.N) dan dengan de-

mikian hanya suatu pranata hukum PPAT saja yang boleh me-

lakukan pembuatan akta PPAT.

Di sini fungsi pendaftaran tanah atau sertifikat

hak tersebut sebagai bersifat publikrechtelijk, artinya

berlaku bagi umum dan umum harus menghormatinya bahwa se-

bidang tanah tersebut telah melekat sesuatu hak seseorang

atau badan.

Dalam kenyataannya apabila terjadi sengketa menge-

nai penerbitan sertifikat tanah, kesalahan selalu dilim-

pahkan pada Kantor Pertanahan/BPN sebagai badan yang me-

(9)

kesalahan teknis kadasteral. Padahal pihak Badan Perta-

nahan dalam mengeluarkan sertifikat tanah selalu melalui

proses yang panjang yang membutuhkan ketelitian serta te-

naga dan biaya yang tldak sedikit. Pihak Menteri Dalam

Negeri yang memang mempunyai wewenang untuk membatalkan

sertifikat tanah, seharusnya tidak dengan mudah membatal­

kan suatu sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh badan

pertanahan, seperti kasus posisi yang akan saya uraikan

di bawah ini:

Pada tanggal 2 September 1974, telah dibeli oleh

Lucky sebidang tanah hak milik seluas 118 meter persegi

seharga Rp. 850.000,00 yang terletak di Kelurahan 18 Ilir

Kotamadya Palembang, dari Nurdin dan Hamid dengan Akta

Jual Beli dan Pelepasan Hak no. 1 tanggal 2 September

1974 di hadapan Notaris PPAT Darbi SH. Setelah itu tanah

tersebut juga didaftarkan secara resmi di Sirah Kampung

18 Ilir tanggal 10 September 1974.

Lucky (pembeli) mendaftarkan hak atas tanah terse­

but ko Kantor Pendaftaran Tanah Kotamadya/KDH Tingkat II

Palembang, maka atas dasar SK Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Suraatora Selatan tanggal 20 September 1975 de­

ngan nomor SK Ditag. 202/UH/HH/1975 telah diperoleh de­

ngan resmi dan oah Sertifikat Hak Hilik no. 169 tanggal

24 April 1976, Gs. 1217 atas nana Lucky.

(10)

3

Utik Baba, nenganggap dirinya sebagai pemilik yang sah

atas tanah tersebut, lalu mengajukan surat penttohonan pa-

da tanggal 26 Februarl 1977 kepada Mendagrl untuk meraba-

talkan Sertifikat Hak Milik Tanah no. 169/18 Ilir atas

nama Lucky dengan alasan jual beli tanah antara Lucky

(pembeli) dengan Nurdin cs (penjual) adalah tidak sah,

karena tanah tersebut adalah milik Umar bin Manan.

Untuk memperkuat permohonan pembatalan Sertifikat

Hak Milik Tanah atas nama Lucky, Umar bin Manan telah me-

ngajukan surat bukti turunan putusan Pengadilan Negeri

Palembang Nomor 684/ 1976, tanggal 10 Oktober 1976, dima-‘

na Nurdin cs dinyatakan bersalah melakukan perbuatan pi-

dana ex pasal 266 KUHP dan dihukum penjara selana 6 bu­

lan. Setelah itu pada tanggal 13 September 1986, telah

diterbitkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 550/Dja/1986

tentang Pembatalan Sertifikat Hak Milik Tanah Nomor 169/

18 Ilir milik Lucky.

Lucky sebagai pemilik tanah yang sertifikat tanah-

nya dibatalkan oleh Menteri Dalam Negeri, tidak mau mene-

rima hal tersebut dan mengajukan gugatan perdata di Peng­

adilan Negeri Palembang nomor 39/Pdt.G/1987.PN.Plg, pada

tanggal 25 Juni 1987 terhadap para tergugat:

I. Umar bin Manan selaku ahliwaris Utik Baba;

II. Pemerintah RI eg. Menteri Dalam Negeri cq. Guber­

(11)

Dengan tuntutan yang pada pokoknya menyatakan bahwa peng-

gugat (Lucky) adalah pemilik tanah sengketa berdasar atas

Sertifikat Tanah Hak Milik Nomor 169/18 Ilir. Alasan yang

diajukan adalah bahwa jual beli yang dilakukan antara

Lucky (pembeli) dan Nurdin cs (penjual) telah dilaksana-

kan di hadapan Notaris PPAT dan telah didaftarkan secara

resmi di Kantor Pertanahan Kotamadya Palembang, sehingga

diterbitkan sertifikat hak milik tanah atas nama Lucky.

Dengan demikian telah sah dan resmi tanah tersebut adalah

milik Lucky.

Di samping itu Lucky juga meragukan keabsahan dari

dasar hukum yang berupa salinan putusan pidana, untuk me-

lakukan bantahan sehingga dikeluarkanlah Surat Keputusan

Menteri Dalam Negeri tentang pembatalan sertifikat hak

milik tanah atas nama Lucky. Kenyataannya gugatan ini di-

tolak oleh Pengadilan Negeri Palembang.

Tidak puas atas putusan pengadilan negeri terse­

but, kemudian Lucky mengajukan banding pada pengadilan

tinggi. Pada pokok putusannya, hakim banding menyatakan

bahwa gugatan Lucky tidak dapat diterima, karena seharus-

nya pihak penjual juga ditarik sebagai pihak tergugat

oleh Lucky.

Selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkanah Agung

menyatakan bahwa putusan Pengadilan Tinggi dinilai telah

(12)

dibatal-5

kan. Kemudian, Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara

ini, yang menyatakan gugatan Lucky telah memenuhi persya-

ratan forroil. Mahkamah Agung dalam kasus jual beli tanah

ini menilai Lucky (pembeli) tidak cermat meneliti tentang

status hak-hak dari para penjual tanah tersebut. Ini ber-

arti bahwa pembelian tanah tersebut dilakukan dengan ce-

roboh, sehingga dapat dinilai bahwa penggugat (Lucky)

adalah pembeli yang beritikat buruk, sehingga pembeli ini

tidak pantas untuk dilindungi dalam transaksi jual beli

tanah yang berstatus a.quo.

Akhirnya Mahkamah Agung memberikan putusan menolak

seluruh gugatan yang diajukan oleh penggugat (Lucky).

Permasalahan.

Dari uraian kasus posisi di atas, dapat saya tarik

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah hanya berdasar pada kesalahan pihak penjual ta­

nah, maka pihak pembeli sudah dapat dianggap beritikad

buruk oleh Mahkamah Agung ?

2. Apakah Menteri Dalam Negeri sudah dapat membatalkan

sertifikat hak milik atas tanah, berdasar pada salinan

(13)

Dasar Hukum.

Beberapa dasar hukum yang dapat dipergunakan dalam

membahas kasus di atas adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 tahun I960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA).

pasal 6

pasal 19

pasal 20 ayat (1)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 tentang

Pendaftaran Tanah.

pasal 3 ayat (2)

pasal 3 ayat (5)

pasal 6 ayat (1)

pasal 20

pasal 29 ayat (l)

Penjelasan Umum Huruf B angka 4

Penjelasan Umum Huruf C angka 7b

3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 10 tahun 1961 tentang

Penunjukan Pejabat yang Dimaksud dalam Pasal 19 Perat­

uran Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 tentang Pendafta­

ran Tanah Serta Hak dan Kewajibannya.

pasal 3 ayat (1)

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 1972

tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah.

(14)

7

Pembahasan

Seqi lain vanct harus dipectlmbangkan dalam penilaian

itikad buruk pihak pemball dalam 1ual beli tanah.

Hak milik atas tanah sebagai salah satu jenis hak

atas tanah, sangat penting bagi negara bangsa dan rakyat

Indonesia karena sebagai masyarakat agraria yang sedang

membangun ke arah perkembangan industri dan lain-lain,

telah merupakan salah satu sumber kebutuhan yang pokok.

Tanah disatu pihak begitu penting bagi kehidupan negara

bangsa dan rakyat Indonesia, dilain pihak berhadapan de­

ngan:

1. Keterbatasan tanah baik dalam jumlah maupun kua- litas dibanding dengan kebutuhan yang harus dipe- nuhi;

2. Pergeseran pola hubungan antara rakyat dan tanah sebagai akibat perubahan-perubahan yang ditimbul- kan proses pembangunan dan perubahan-perubahan so- sial pada umumnya;

3. Tanah disatu pihak telah tumbuh sebagai benda eko- nomi yang sangat penting, dilain pihak telah tum­ buh sebagai bahan perniagaan dan objek spekulasi; 4. Tanah disatu pihak harus dipergunakan dan diman- faatkan untuk sebesar-besamya kesejahteraan rak­ yat lahir dan batin, adil dan merata, dilain pihak harus dijaga kelestariannya.1

Mengenai pengertian hak milik atas tanah itu sen-

diri, telah diatur dalam pasal 20 ayat (1) UUPA yang ber-

bunyi sebagai berikut:

Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan

(15)

penuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan

mengingat bahwa hak itu mempunyai fungsi sosial.

Dengan pengertian itu, ada tiga istilah yang perlu dite-

kankan yaitu turun-temurun, terkuat dan terpenuh serta

fungsi sosial. Turun-temurun maksudnya adalah, hak milik

itu dapat secara terus-menerus diturunkan kepada para ah-

liwaris dari pemegang hak milik, terkuat dan terpenuh

maksudnya adalah untuk membedakan dengan hak atas tanah

lain, bahwa hak miliklah yang paling kuat dan paling pe­

nuh. Seperti diketahui menurut pasal 16 UUPA hak-hak atas

tanah terdiri dari hak milik, hak guna bangunan, hak guna

usaha, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memu-

ngut hasil hutan. Di antara hak-hak atas tanah yang dapat

dipunyai itu, hak miliklah yang paling kuat dan paling

penuh, sedang fungsi sosial artinya hak milik tidak untuk

kepentingan pribadi saja, kepentingan masyarakat juga ha-

rus diperhatikan. Pasal 6 UUPA mengungkapkannya dalam sa-

tu kalimat:

Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.

Adanya fungsi sosial itu, tidak berarti kepentingan per-

seorangan dikesampingkan, melainkan tetap harus dilin-

dungi.

Mengenai cara terjadinya atau mendapatkan hak mi­

(16)

per-9

alihan, menurut hukum adat, dengan penetapan pemerintah,

karena undang-undang. Yang dimaksud dengan beralih adalah

suatu peralihan hak, karena seseorang yang mempunyai hak

milik meninggal dunia. Dengan sendirinya hak milik itu

beralih menjadi hak ahliwarisnya. Kebalikan dari beralih

adalah dialihkan maksudnya suatu peralihan hak milik yang

«

dilaksanakan dengan sengaja, supaya hak itu terlepas dari

pemegang lama, menjadi hak pemegang baru. Apabila menurut

hukum adat, pasti berhubungan dengan hak ulayat. Pemerin­

tah dengan penetapannya, dapat memberikan hak milik yang

baru, juga dapat memberikan hak milik berdasarkan peru-

bahan dari suatu hak yang sudah ada, misalnya: hak guna

usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai.

Selanjutnya hak milik dapat terjadi karena keten-

tuan undang-undang, hal ini terjadi karena konversi, se-

perti diatur dalam ketentuan konversi UUPA. Menurut ke-

tentuan itu, hak-hak atas tanah yang ada sebelum berlaku-

nya UUPA dapat dikonversi menjadi hak milik. Tentu saja

bila yang memiliki hak telah memenuhi syarat untuk mempu­

nyai hak milik menurut UUPA.

Adapun hak-hak atas tanah yang dapat dikonversi

menjadi hak milik ialah: hak eigendom, hak agrarische

eigendom, hak milik, hak yasan, hak andarbeni, hak atas

druwe, hak atas druwe desa, grant sultan, landreijen be-

(17)

tanah partikelir.

Dalam membahas kasus yang dikemukakan di atas, sa­

ya akan membahas beberapa pandangan tentang penilaian

terhadap posisi Lucky sebagai pembeli yang oleh putusan

Mahkamah Agung telah dinyatakan beritikad buruk hanya ka-

rena kesalahan pihak penjual yang telah memalsukan surat-

surat kepemilikan tanah milik Umar bin Manan.

Pembelian tanah hak milik seluas 118 meter persegi

yang telah dilakukan oleh Lucky dari Nurdin cs telah di-

lakukan di depan Pejabat Pembuat Akta Tanah yaitu Notaris

PPAT yang bernama Darbi, S.H. dengan Akta Jual Beli Nomor

1 tanggal 2 September 1974. Dengan demikian berarti jual

beli tersebut telah sah dan ini sudah sesuai dengan pasal

19 Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 yang bunyi-

nya:

Setiap perjanjian yang bemaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan suatu hak baru atas tanah, mengga- daikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu ak­ ta yang dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang di­ tun juk oleh Menteri Agraria (Selanjutnya dalam Per­ aturan Pemerintah ini disebut: Pejabat). Akta terse­ but bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria.

Dalam hal ini, berarti notaris yang membuat akta

jual beli tanah tersebut telah memeriksa semua surat-su-

rat bukti kepemilikan yang ada pada Nurdin cs sebagai

penjual dengan anggapan tidak ada perselisihan tentang

(18)

pen-11

buaton akta jual beli tanah tersebut Lucky telah mendaf-

tarkan secara resmi pada Sirah Kanpung (kepala adat) 18

Ilir. Jadi, sebenarnya status kepemilikan tanah tersebut

jelas dan kuat oleh tindakan yang telah dilakukan Lucky

seperti di atas.

Kemudian untuk raenjamin kepastian hukum dari tanah

yang baru dibelinya tersebut, Lucky telah mendaftarkan

tanahnya secara resmi pada Kantor Agraria Kodya Palembang

untuk mendapatkan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah, hal

ini sesuai dengan pasal 19 UUPA yakni:

Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diada-

kan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik In­

donesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur de­

ngan Peraturan Pemerintah.

Tentang pendaftaran tanah ini lebih lanjut telah

diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961

tentang Pendaftaran Tanah. Dalam Peraturan Pemerintah ini

telah disebutkan juga bahwa pekerjaan pengukuran dan pe-

netaan yang dilakukan meliputi juga pekerjaan meneliti

tentang siapa yang borhak atas suatu bidang tanah, hal

ini jolas terdapat dalam pasal 3 ayat (2) yang menyatakan

bahwa aebelun sebidang tanah diukur, terlebih dahulu di-

adakan penyelidikan riwayat bidang tanah itu.

Dalan penjelasan PP Nomor 10 tahun 1961 huruf B,

(19)

Penye-lenggaraan Tata Usahanya angka 4 disebutkan:

"... Dari tanah-tanah yang terdapat di desa di daerah

yang telah ditunjuk oleh Menteri Agraria itu, diselidiki

batasnya serta siapa yang berhak atasnya...."

Dalam penjelasan huruf C tentang pendaftaran hak serta

peralihannya angka 7b dinyatakan:

"... maka sebelum sebidang tanah suatu desa diukur ter-

lebih dahulu diadakan penyelidikan mengenai siapa yang

berhak atas tanah itu dan bagainana batas-batasnya...".

Jadi jelas bahwa daIan usahanya untuk memperoleh

sertifikat atas tanah yang dibeli*oleh Lucky ini telah

diadakan suatu penyelidikan yang teliti tentang siapa

yang berhak atas tanah hak milik tersebut.

Menurut pasal 6 ayat (1) PP Nomor 10 tahun 1961

yang berbunyi :

Setelah pekerjaan yang dimaksud dalam pasal 3 dan 4 selesai, maka senua peta dan daftar isian yang ber- sangkutan ditempatkan di kantor Kepala Desa selama tiga bulan, untuk memberi kesempatan kepada yang ber- kepentingan mengajukan keberatan-keberatan mengenai penetapan batas-batas tanah dan isi daftar isian itu.

Berdasarkan pasal tersebut di atas, sebetulnya pi­

hak Umar bin Manan dapat mengajukan keberatan pada pani­

tia pengukuran tanah saat hasil pemetaan tersebut diunum-

kan di kantor Kepala Desa, sebab apabila ada perselisihan

tentang siapa yang berhak atas sebidang tanah maka pihak

(20)

menyelesai-13

kan hal itu dengan yang berkepentingan secara damai. Hal

ini sesuai dengan pasal 3 ayat (5) PP Nomor 10 Tahun 1961

yang berbunyi :

Jika ada perselisihan tentang batas antara beberapa bidang tanah yang letaknya berbatasan atau perselisi­ han tentang siapa yang berhak atas suatu bidang ta­ nah, maka panitia berusaha menyelesaikan hal itu de­ ngan yang berkepentingan secara damai.

Dalam kenyataannya pihak Umar bin Manan tidak pernah

menggunakan kesempatan tersebut, sehingga Kantor

Perta-nahan menganggap tidak ada perselisihan, apalagi

meng-ingat jangka waktu yang disediakan oleh Panitia Pemetaan

dan Pengukuran Tanah untuk mengajukan keberatan adalah

tiga bulan, maka tidak ada alasan bagi Umar bin Manan

untuk tidak mengajukan keberatannya.

Tentang panitia yang dimaksudkan di atas adalah

suatu panitia yang dibentuk oleh Menteri Agraria atau pe-

jabat yang ditunjuk olehnya yang terdiri atas seorang pe-

gawai Jawatan Pendaftaran Tanah sebagai ketua dan dua

orang pemerintahan desa sebagai anggota. Hal ini sesuai

dengan pasal 3 ayat (3) PP Nomor 10 Tahun 1961. Kalau di-

lihat dari materi keanggotaan dari panitia tersebut, je-

las bahwa mereka adalah orang-orang yang telah ahli dan

berpengalaman di bidangnya, sehingga kecil sekali kemung-

kinan terjadi kesalahan dalam proses pemeriksaan tentang

status kepemilikan tanah tersebut.

(21)

pa-sif atau menerima begitu saja apa yang dikatakan dan di-

ajukan oleh pihak-pihak yang meminta pendaftaran. Di sam-

ping itu dalam penbukuan tanah baik untuk pertama kali

naupun pendaftaran untuk nencatat perubahan-perubahan yang

terjadi, pada petugas diwajibkan melaksanakan penelitian

untuk mencegah terjadinya kekeliruan.

Sebelum tanah dan haknya dibukukan harus diadakan

pengumuman yang gunanya untuk mengetahui apakah ada orang

lain yang berkeberatan terhadap penbukuan tersebut. Dari

sini akan dapat dicegah terjadinya cacat yuridis dalam

penerbitan sertifikat hak atas tanah, yang sekaligus akan

dapat dicegah adanya pembatalan sertifikat.

Jadi sebelum sertifikat hak milik atas tanah dike-

luarkan harus ada kepastian terlebih dahulu tentang apa

saja yang dibuktikan oleh sertifikat itu nantinya. Serti­

fikat itu sendiri adalah membuktikan jenis hak atas ta­

nah, pemegang hak, keterangan fisik tentang tanah, beban

di atas tanah itu dan peristiwa hukum penting yang terja­

di dengan tanah. Semua itu harus dipastikan terlebih da­

hulu sebelum dibuatkan sertifikat. Dengan perkataan lain,

untuk panerbitan sertifikat hak atas tanah harus dipasti­

kan mengenai:

1. status hukum tanah;

2. oiapa pemegang hak;

(22)

15

4. data fisik mengenai tanah.

Sebenarnya jika dilihat dari pihak Umar bln Manan,

maka sudah menjadi kewajibannya untuk meminta pendaftaran

peralihan hak atas tanah peninggalan tersebut. Hal ini

sudah diatur dalam pasal 20 ayat (1) PP Nomor 10 Tahun

1961, yang berbunyi:

Jika orang yang mempunyai hak atas tanah meninggal

dunia, maka yang menerima tanah itu sebagai warisan

wajib meminta pendaftaran peralihan hak tersebut da­

lam waktu 6 bulan sejak tanggal meninggalnya orang

itu.

Tetapi hal ini tidak dilakukan oleh Umar bin Manan, dalam

arti Umar bin Manan telah lalai melaksanakan kewajiban­

nya.

Jadi sebenarnya Lucky tidak dapat dikatakan ber-

itikad buruk. Sebagai pembeli dia telah benar-benar yakin

bahwa tanah yang dibelinya tersebut merupakan hak milik

dari penjual (Nurdin cs.). Kemudian dalam proses pendaf­

taran hak milik atas tanah tersebut, Lucky telah melaksa-

nakan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh

peraturan yang berlaku. Keyakinan tersebut masih tetap

dimiliki Lucky sampai dikeluarkannya sertifikat hak milik

oleh kantor pertanahan. Oleh karena itu, kedudukan Lucky

di sini adalah sebagai pembeli dengan itikad baik.

(23)

beritikad buruk adalah tidak tepat apabila pernyataan

tersebut diterapkan pada saat terjadinya perbuatan jual

beli antara Lucky dengan Nurdin cs, karena jika penyebut-

an itikad buruk tersebut diberlakukan pada saat terjadi­

nya peristiwa jual beli maka perbuatan Lucky tersebut da­

pat digolongkan sebagai perbuatan yang sudah memenuhi un-

sur kesengajaan, yaitu sengaja membeli tanah dari orang

yang tidak berhak menjual tanah, padahal Lucky sebenarnya

tidak mengetahui bahwa Nurdin cs. tersebut adalah orang-

orang yang tidak berhak atas tanah yang dijualnya sebelum

adanya putusan pidana tersebut. Hal ini juga dikuatkan

dengan adanya pembayaran sejumlah uang yang pantas atas

tanah tersebut yaitu seharga Rp. 850.000,00 untuk tanah

seluas 118 M2. Dengan demikian, tanah tersebut untuk per

meternya adalah seharga kurang lebih Rp. 7.205,00.

Berdasarkan putusan pidana Pengadilan Negeri Pa­

lembang Nomor 684/1976, tanggal 10 Oktober 1976 yang me-

nyatakan bahwa Nurdin cs selaku penjual telah melakukan

peraalsuan surat-surat tanah sebagai bukti kepemilikan hak

atas tanah yang sah, naka perbuatan yang dilakukan dengan

menggunakan surat-surat tanah yang palsu ini mempunyai

konsekuensi juridis batal demi hukum atau dengan kata la­

in perbuatan hukum jual beli sampai dengan terbitnya ser­

tifikat tanah atas nama Lucky dianggap tidak pernah ada.

(24)

17

bahwa Lucky beritikad buruk adalah tidak tepat, karena

perbuatan jual beli yang mendasarinya dianggap tidak per-

nah ada. Dengan demikian bukti pemilikan hak yang berupa

sertifikat, yang didasarkan pada akta jual beli juga di­

anggap tidak pernah ada.

Putusan Mahkanah Agung pada tanggal 22 Oktober

1992 yang menyatakan bahwa :

"Dalam kasus jual-beli tanah ini ternyata Pembeli tidak cermat meneliti tentang hak-hak dan status dari para penjual tanah tersebut. Ini berarti bahwa pembelian tanah tersebut dilakukan dengan ceroboh, sehingga dapat dinilai bahwa penggugat (Lucky) adalah pembeli yang beritikad buruk, sehingga pembeli ini tidak pantas untuk dilindungi dalam transaksi jual-beli tanah a.quo.”

Dalam putusan tersebut Lucky dikatakan telah

beritikad buruk pada saat dilakukan transaksi jual-beli

tanah. Dalam hal ini pernyataan tersebut kurang tepat,

seharusnya Lucky dapat dikatakan beritikad buruk pada

saat dia mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Palem­

bang dengan perkara Nomor 39/Pdt.G/1987. PN. Pig, pada

tanggal 25 Juni 1987, dengan sebagai tergugat adalah :

1. Para ahliwaris Utik Baba;

2. Pemerintah RI cq. Menteri Dalam Negeri.

Dengan tuntutan yang pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Penggugat (Lucky) adalah pemilik tanah sengketa

berdasar atas sertifikat tanah hak milik Nomor 169/18

(25)

2. Menghukum tergugat membayar ganti rugi uang Rp.

15.000.000,00 (Lina belas juta rupiah) kepada Penggugat.

Pengajuan gugatan dengan para tergugat seperti di

atas adalah tidak benar karena dengan adanya putusan pi­

dana maka Lucky sudah tidak berhak lagi atas tanah terse­

but sedangkan yang berhak adalah ahliwaris Utik Baba. De­

ngan demikian seharusnya Lucky mengajukan gugatan ganti

rugi kepada Nurdin cs. atas pengembalian sejumlah uang

pembelian tanah itu.

Dari sini dapat dikatakan bahwa Lucky telah beri­

tikad buruk yaitu pada saat mengajukan gugatan bukan pada

saat jual-beli. Jadi perbuatan hukum yang dilakukan Lucky

sebelum adanya putusan pidana tidak dapat dikatakan ber­

itikad buruk, sebaliknya apabila setelah adanya putusan

pidana tersebut Lucky tetap menyatakan berhak atas tanah

itu dengan menggugat Umar Bin Manan tanpa menggugat serta

Nurdin cs, maka Lucky dapat dikatakan beritikad buruk,

karena dapat dianggap membenarkan perbuatan pidana pemal-

suan yang telah dilakukan Nurdin cs dan telah diputus

(26)

19

Pembatalan sertifikat hak milik atas tanah oleh Menteri

Dalam Neaeri herdasarkan_PiitiiBan Didana^.

Manakala sebidang tanah tersebut telah terdaftar

di Kantor Pertanahan, maka terhadap hak atas tanah terse­

but diterbitkan Sertifikat Hak Atas Tanah. Sertifikat hak

atas tanah hanyalah bukti hak atas tanah yang sudah ter­

daftar di Kantor Pertanahan setempat. Seseorang yang su­

dah mempunyai sertifikat hak atas tanah tidak berarti

haknya sudah mutlak terhadap pemilikan tanah tersebut.

Dalam undang-undang disebutkan bahwa pendaftaran tanah

itu demi kepastian hukum dan sebagai bukti tentang hak

atas tanah tersebut. Tidak ada satu kalimatpun yang mene-

rangkan bahwa sertifikat hak atas tanah itu sebagai satu-

satunya bukti hak atas tanah.

Dalam penjelasan UUPA disebutkan bahwa sertifikat

hak atas tanah itu bersifat negatif yang artinya adalah

manakala ada orang yang menuntut bahwa dia lebih berhak

dari pemegang hak yang tertera dalam sertifikat hak atas

tanah dan oleh pengadilan dibenarkan haknya itu, maka ha­

kim akan dapat memberikan hak pada Badan Pertanahan Na-

sional (BPN) untuk membalik nama berdasarkan surat kepu-

tusan pembatalan dari Menteri Dalam Negeri.

Lebih jauh Boedi Harsono, menyatakan bahwa:

UUPA tidak memerintahkan dipergunakannya sistem posi-tif dapat kita simpulkan dari ketentuan pasal 19 ayat

(27)

akan dikeluarkan berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat bahwa surat-surat tanda bukti hak itu berlaku sebagai alat pembuktian yang mutlak. Bahwa surat-su- rat tanda bukti hak itu berlaku sebagai alat pembuk­ tian yang kuat berarti bahwa keterangan-keterangan yang tercantum di dalamnya mempunyai kekuatan hukum yang harus diterima (oleh hakim) sebagai keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada alat pern- buktian lain yang membuktikan sebaliknya. Dalam hal yang demikian maka pengadilanlah yang akan memutuskan alat pembuktian mana yang benar. Kalau ternyata bahwa keterangan dari pendaftaran tanahlah yang tidak be­ nar, maka diadakan perubahan dan pembetulan seperlu- nya. Inilah yang disebut dengan alat yang menggunakan sistem negatif.

Masih menurut Boedi Harsono, sistem negatif untuk

pendaftaran tanah adalah bertendens positif, maksudnya

tanda bukti hak yang akan dikeluarkan berlaku sebagai

alat bukti yang kuat dan bukan sebagai alat pembuktian

yang mutlak.3 .

Proses pembatalan sertifikat hak milik atas tanah

oleh Mendagri telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 6 Tahun 1972 tentang Pelimpahan Wewenang

Pemberian Hak Atas Tanah.

Pembatalan sertifikat oleh Mendagri ini telah di­

atur dalam pasal 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

6 Tahun 1972 yang berisi :

"Menteri Dalam Negeri dapat membatalkan suatu hak

atas tanah yang berakibat batalnya sertifikat."

2Boedi Harsono, Hukum Aararia Indonesia, cet. VI, Djambatan, Jakarta, 1986, h. 10

(28)

21

Kemudian dalam penjelasan pasal tersebut ditegaskan bah-

wa :

Yang dimaksud dengan membatalkan suatu hak atas ta­ nah, bukan berarti pencabutan hak atas tanah sebagai dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 (un­ tuk kepentingan umum). Nelainkan pembatalan suatu hak yang disebabkan karena penerima hak tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam surat kepu- tusan pemberian haknya atau terdapat adanya kekeliru- an dalam surat keputusan pemberian hak yang bersang- kutan.

Menurut ketentuan tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri

berwenang untuk membatalkan sertifikat apabila pemegang

sertifikat tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

sebagai pemegang hak atas tanah.

Dalam kasus posisi yang diuraikan di atas pemba­

talan sertifikat hak milik atas tanah yang dilakukan oleh

Menteri Dalam Negeri didasarkan atas salinan putusan pi-

dana yang diajukan oleh Umar bin Manan, yang menyatakan

bahwa Nurdin cs. terbukti bersalah telah melakukan perbu-

atan pidana ex pasal 266 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) tentang pemalsuan surat-surat kepemilikan tanah

oleh Nurdin cs. dan diputuskan dengan hukuman penjara se-

lama enam bulan penjara.

*

Sebenarnya, kalau Umar bin Manan ingin mengajukan

pembatalan sertifikat hak atas tanah atas nama Lucky yang

dikeluarkan oleh Badan Pertanahan tidak bisa hanya dengan

mendasarkan pada salinan putusan pidana seperti di atas.

(29)

10 Tahun 1961 yang menyatakan:

Kepala Kantor Pendaftaran Tanah mencatat hapusnya se- suatu hak, jika kepadanya disampaikan:

a. salinan surat keputusan hakim yang mempunyai ke- kuatan hukum untuk dijalankan atau salinan surat keputusan pejabat yang berwenang untuk membatalkan hak itu.

Seharusnya dalam proses pengajuan pembatalan ser­

tifikat pada Mendagri, Umar bin Manan dapat menggunakan

salinan putusan pidana tersebut sebagai sarana pendukung

dalam mengajukan pernohonan pada pengadilan perdata guna

mendapatkan keputusan dari hakim perdata yang menyatakan

bahwa Lucky tidak lagi meraenuhi syarat-syarat sebagai pe­

megang sertifikat, yang berarti Umar bin Manan lebih ber­

hak atas tanah sengketa tersebut. Baru setelah itu, ber-

dasarkan surat penetapan pengadilan tersebut dapat dija-

dikan sebagai dasar dalam pernohonan pembatalan sertifi­

kat hak nilik atas tanah atas nama Lucky kepada Menteri

Dalam Negeri.

Apabila Umar bin Manan mengikuti ketentuan di atas

maka sudah tidak ada lagi alasan bagi Lucky untuk tidak

melepaskan hak milik atas tanah yang dibelinya dari Nur­

din cs., karena jelas perbuatan jual beli yang dilakukan

sudah tidak dapat dibenarkan dan karenanya Lucky pun se-

benarnya tidak berhak atas sertifikat hak milik atas ta­

nah yang disengketakan itu.

(30)

23

Menteri Dalam Negeri, melalui putusan pengadilan perdata

untuk menentukan siapa yang berhak atas tanah tersebut.

Khusus dalam kasus ini, Menteri Dalam Negeri dapat memba­

talkan sertifikat itu tanpa melalui putusan perdata, se-

perti yang disyaratkan dalam pasal 29 ayat (1) huruf a PP

Nomor 10 Tahun 1961, dengan kata lain Menteri Dalam Nege­

ri dapat membatalkan sertifikat tersebut berdasar pada

salinan putusan pidana. Hal ini dimungkinkan karena dalam

putusan tersebut sudah menunjukkan siapa pemilik hak hak

atas tanah yang sebenarnya.

Di samping itu dengan adanya putusan pidana terse­

but yang menyatakan bahwa Nurdin cs. tidak berhak menjual

tanah karena divonis telah melakukan pemalsuan surat-su-

rat kepemilikan hak atas tanah yang digunakan sebagai da-

sar dalam perbuatan hukum jual beli tanah. Atas dasar pu­

tusan ini maka konsekuensi yuridisnya adalah perjanjian

jual beli antara Lucky dengan Nurdin cs yang nantinya

akan menjadi dasar terbitnya sertifikat adalah batal demi

hukum. Dengan demikian, salinan putusan pidana tersebut

bisa dijadikan dasar oleh Menteri Dalam Negeri untuk mem­

batalkan sertifikat hak milik atas tanah. Oleh karena itu

putusan kasasi Mahkamah Agung adalah tepat, yaitu membe-

narkan pembatalan sertifikat oleh Menteri Dalam Negeri.

(31)

Kesimpulan

1. Dalam kasus ini putusan Mahkamah Agung yang menyatakan

bahwa lucky beritikad buruk pada saat diadakan transk-

si jual beli tanah adalah tidak tepat, karena berda-

sarkan putusan pidana Nomor 684/1976, Tanggal 10 Okto-

ber 1976 yang menyatakan bahwa penjual tidak berhak

atas tanah yang dijualnya tersebut, maka dengan sen-

dirinya perbuatan jual beli yang sudah pernah ada di-

anggap tidak pernah ada atau batal demi hukum. Dengan

demikian pembeli (Lucky) tidak dapat dikatakan beriti­

kad buruk, sebab pada waktu dilaksanakannya proses ju­

al beli, Lucky telah membeli tanah dari orang yang be-

nar-benar berhak atas tanah tersebut, selama belum ada

putusan yang menyatakan sebaliknya dan juga tanah itu

dibelinya dengan harga yang pantas. Setelah proses ju­

al beli, maka berdasarkan permohonan Lucky kepada ba­

dan pertanahan, kemudian terbitlah sertifikat tanah

atas nama Lucky. Dengan keluarnya sertifikat ini, le-

bih memperkuat bahwa Lucky tidaklah beritikad buruk.

Lucky baru dapat dikatakan beritikad buruk, apabila

setelah keluarnya putusan pidana tersebut, Lucky mela-

kukan perbuatan hukum atas tanah tersebut. Lucky juga

dapat dikatakan beritikad buruk, apabila dia tetap me­

(32)

gu-25

gatan kepada Umar bin Manan selaku pemilik tanah ter­

sebut. Seharusnya gugatan langsung ditujukan kepada

Nurdin cs. untuk mendapatkan ganti rugi atas perabelian

tanah tersebut.

2. Pembatalan sertifikat tanah oleh Menteri Dalam Negeri

dapat didasarkan pada salinan putusan pidana. Jadi

pembatalan sertifikat itu tidak harus didahului adanya

putusan pengadilan perdata yang menyatakan siapa yang

lebih berhak atas tanah tersebut, karena putusan pida­

na dalam kasus ini, sudah menunjukkan siapa yang ber­

hak atas tanah tersebut.

Saran

1. Mahkamah Agung dalam memutuskan suatu perkara tentang

pembatalan sertifikat tanah hendaknya mempertimbangkan

fakta-fakta yang ada dengan teliti, sebab apabila se-

seorang dikatakan beritikad buruk, maka dapat beraki-

bat hak-hak yang melekat padanya akan hilang. Demikian

juga aparat pertanahan wajib meneliti kebenaran bukti

kepemilikan seseorang atas tanah, sebab apabila terbit

sertifikat tanah dari orang yang tidak berhak, ini me­

nunjukkan kecerobohan dari BPN atau dengan kata lain

(33)

me-nyaksikan proses jual-beli tanah dapat dipersalahkan.

2. Dalam kasus-kasus tertentu, Mahkamah Agung dapat meng-

gunakan salinan putusan pidana untuk memutuskan suatu

perkara yang berkaitan dengan pembatalan sertifikat

tanah tanpa berdasarkan adanya putusan perdata, jika

dipandang putusan pidana tersebut sudah menunjukkan

(34)

D A F T A R B A C A A N

Abdurrahman, Tentanq dan Sekitar_UUEA. Alumni, Bandung, 1989.

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia. cet. vi, Djamba- tan, Jakarta, 1986.

---- , Membonakar Hukum Pertanahan di Perkotaan. Forum Keadilan, nomor 21, Februari, 1993.

---- , Undanq-Undana Pokok Agraria. Varia Peradilan, no-inor 35, Agustus, Tahun III, 1986.

Gouw Giok Siong, Tafsiran Undanq-Undanq Pokok Agraria, cet. Ill, Kinta Djakarta, Jakarta, 1963.

Referensi

Dokumen terkait

memori banding dari Jaksa Penuntut Umum, memori Banding dari Penasehat Hukum Terdakwa, yang secara garis besar tidak ditemukan adanya fakta-fakta baru karena sudah

Metode pembahasan diawali dengan pengumpulan data yang diolah melalui analisis dan sintesis data yang kemudian diprosese menjadi sebuah konsep

Hasil dari laporan akhir ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014 Primkop Kartika Hesti Wira Sakti Kesdam II Sriwijaya mendapat predikat tingkat kesehatan sebagai koperasi yang “

Pengajaran bahasa Inggris dengan Kurikulum 1984 menawarkan suatu pendekatan yang disebut dengan “pendekatan komunikatif” dengan dasar pikir bahwa belajar bahasa

keadaan beban tidak seimbang temperatur tertinggi terjadi pada saat generator. dibebani dengan beban kapasitif, dimana T = 40,1 °C dan t =

Konstruksi sosial terhadap identitas pedagang kaki lima di perkotaan umumnya cenderung memberi sigma buruk terhadap mereka, yaitu sebagai parasit yang memngganggu

Sebagai manusia yang beragama, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan izin-Nya maka penulis dapat

Kendala utama dalam pengem- bangan usahatani jahe di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang adalah : teknik budidaya yang diterapkan belum sesuai dengan teknologi yang