MAKALAH PANCASILA
REAKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
DI ERA REFORMASI DAN ERA GLOBAL
Disusun Oleh :
Nama
: Angga Yudha Kurniawan
Nim
: 11.02.8091
Jurusan
: D3-MI-(03)
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
2011
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Yang Ingin Dicapai ... 1
1.3 Ruang Lingkup Materi ... 1
BAB II LANDASAN TEORI ... 3
BAB III PEMBAHASAN ... 5
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 10
4.2 Usul dan Saran ... 10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum kita membahas pelaksanaan PancasilaDi Era Reformasi Dan Era Globalada baiknya kita terlebih dahulu mempelajari sejarah Pancasila dalam hal ini secara singkat. Melalui pendekatan sejarah kita dapat mengetahui berbagai peristiwa yang saya maksudkan adalah sangkut pautnya dengan Pancasila. Dengan pendekatan saya berharap mendapatkan data obyektif karena pada dasarnya kita tidak dapat menghilangkan sifat obyektif yang merupakan salah satu bawaan kodrat.
Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan sejarah bangsa Indonesia itu sendiri karena itu dalam tulisan ini saya mencoba mulai dari masa kejayaan bahwa Indonesia merdeka yang kemudian mengalami penderitaan akibat ulah kolonialisme sehingga timbul perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme tersebut kemudian bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan dan berhasil juga menjawab tantangan tersebut serta mengisi kemerdekaannya itu dengan pembangunan. Dalam seluruh peristiwa tersebut Pancasila mempunyai peranan penting.
1.2 Tujuan Yang Ingin Dicapai
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui pengertian Pancasila. 2. Penulis ingin mengetahui sejarah Pancasila.
3. Penulis ingin mendalami / menggali arti dari sila – sila Pancasila. 4. Bagaimana pelaksanaan Pancasiladi era reformasidan era global.
1.3 Ruang Lingkup Materi
Pengetahuan manusia tidakakan mencapai pengetahuan yang mutlak, termasuk pengetahuan tentang Pancasila, karena keterbatasan daya pikir dan kemampuan manusia. Pengetahuan manusia bersifat evolutif, terus-menerus berkembang dan bertambah juga dapat berkurang. Pengetahuan
yang dikejar manusia identik dengan pengejaran kebenaran. Oleh karena itu kalau seseorang memperoleh pengetahuan, maka diandaikan pengetahuan yang diperolehnya adalah benar. Ada beberapa kriteria tentang kebenaran yang sejak dulu dijadikan acuan para ilmuan dalam mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan manusia merupakan proses panjang yang dimulai dari purwa, madya, wasana (awal, proses, akhir). Akhir proses pengetahuan manusia diungkapkan melalui pernyataan-pernyataan yang benar. Dari kriteria ini diperoleh empat macam teori kebenaran:
1. Teorikebenarankoherensi, 2. Teorikebenarankorespondensi, 3. Teorikebenaran pragmatism, 4. Teorikebenarankonsensus.
BAB II
LANDASAN TEORI
Manusia membentuk suatu bangsa karena untuk memenuhi kodratnya yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, oleh karena itu deklarasi Bangsa Indonesia tidak mendasarkan pada deklarasi kemerdekaan individu tetapi sebuah deklarasi yang menyatakan tuntutan hak kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
Dalam tumbuh dan berkembangnya suatu bangsa terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komparasi bagi para pendiri Negara Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki karakter tersendiri. Teori kebangsaan itu adalah sebagai berikut :
1. Teori Hans Kohn
Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir – anasir serta akar –akar yang terbentuk melalui proses sejarah. Namun teori kebangsaan yang didasarkan pada ras, bahasa serta unsur lain yag bersifat primordial tidak mendapatkan tempat di kalangan bangsa – bangsa dunia.
2. Teori Kebangsaan Ernest Renan
Menurut Renan dalam kajian ilmiah tentang bangsa berdasarkan psikologis etnis pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah sebagai berikut :
a. Bangsa adalah suatu jiwa, suatu azas kerohanian. b. Bangsa adalah suatu solidaritas yang besar. c. Bangsa adalah suatu hasil sejarah.
Oleh karena sejarah berkembang terus maka kemudian menurut Renan bahwa bangsa bukan sesuatu yang abadi dan wilayah serta ras bukan suatu penyebab timbulnya bangsa. Wilayah hanya memberikan ruang hidup bangsa, sedangkan manusia membentuk jiwanya.
Pada akhirnya Renan menyimpulkan bahwa Bangsa adalah suatu jiwa, suatu azas kerohanian dan menurut Renan ada beberapa faktor yang
membentuk jiwa bangsa yaitu : Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau serta penderitaan – penderitaan bersama yang mengakibatkan pembentukan modal sosial, persetujuan bersama untuk hidup bersama dan berani untuk memberikan pengorbanan.
3. Teori Geopolitik Frederich Ratzel
Suatu teori kebangsaan yang menghubungkan antara wilayah geografi dengan bahasa yang dikembangkan oleh Federich Ratzel.menurutnya negara merupakan suatu organisme yang hidup. Agar bangsa itu hidup subur dan kuat maka memerlukan suatu ruangan untuk hidup. Negara – negara besar menurutnya memiliki semangat ekspansi, militerisme serta optimisme. Teori ini di Jerman mendapat sambutan, namun sisi negatifnya menimbulkan semangat kebangsaan yang chauvinitis.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 PengertianPancasila
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular, dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu sendi yang lima” (dari bahasa Sangsekerta) Pancasila juga mempunyai arti “Pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan. 2. Tidak boleh mencuri.
3. Tidak boleh berjiwa dengki. 4. Tidak boleh berbohong.
5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan terlarang.
3.2 Sejarah Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan pemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun berdasarkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut telah dipraktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan sampai sekarang.
Perkembangan Pancasila : Pancasila I (menurut sidang BPUPKI) 1. Kebangsaan Idonesia;
2. Internasionalisme atau peri-kemanusiaan; 3. Mufakat atau demokrasi;
4. Kesejahteraan sosial; 5. Ke-Tuhanan.
1. Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab ; 3. Persatuan Indonesia ;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan ;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila III (menurut sidang PPKI), dan dipakai sampai sekarang. 1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab ; 3. Persatuan Indonesia ;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan ;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3.3 Arti Sila-sila Pancasila
1. Sila Katuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan –kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan bangsa –bangsa lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara diatas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayanya.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
3.4 PancasilaDi Era Reformasidan Era Global
Kenyataan memperlihatkan bahwa tantangan terhadap ideologi Pancasila, baik kini maupun nanti, beberapa di antaranya telah tampak di permukaan. Tantangan dari dalam di antaranya berupa berbagai gerakanseparatis yang hendak memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apa yang terjadi di Aceh, Maluku, dan Papua merupakan sebagian contoh di dalamnya. Penanganan yang tidak tepat dan tegas dalam menghadapi
gerakan-erakan tersebut akan menjadi ancaman serius bagi tetap eksisnya Pancasila di bumi Indonesia. Bahkan, bisajadi akan mengakibatkan Indonesia tinggal sebuah nama sebagaimana halnya Yugoslavia danUni Soviet. Tidak kalah seriusnya dengan tantangan dari dalam, Pancasila juga kini tengah dihadapkan dengan tantangan eskternal berskala besar berupa mondialisasi atau globalisasi. Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dantransportasi, secara drastis telah mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa. Jadilah Indonesia kini, tanpa bias dihindari dan menghindari, menjadi bagian dari arus besar berbagai perubahan yang terjadi di dunia. Sekecil apapun perubahan yang terjadi di belahan dunia lain akan langsung diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecilapa pun peristiwa yang terjadi di Indonesia secara cepat akan menjadi bagian dari konsumsi informasi masyarakat dunia. Pengaruh dari globalisasi ini dengan demikian begitu cepat dan mendalam.
Menjadi sebuah pertanyaan besarbagi bangsa Indonesia,sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan tersebut? Akankah Pancasila tetap eksis sebagai ideology bangsa? Jawabannya tentu akan terpulang kepada bangsa Indonesia sendiri sebagai pemilik Pancasila. Namun demikian, kalaulah kemudian mencoba untuk mencarijawaban atas berbagai tantangan tersebut maka jawabannya adalah bahwa Pancasila akan sanggup menghadapi berbagai tantangan tersebut asalkan Pancasila benar-benar mampu diaplikasikan sebagai weltan schauung bangsa Indonesia.
Implikasi dari di jadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup maka bangsa yang besar ini haruslah mempunyai sense of belonging dan sense of pride atas Pancasila. Untuk menumbuh kembangkan ke dua rasa tersebut maka melihat realitas yang tengah berkembang saat ini setidaknya dua hal mendasar perludilakukan. Penanaman kembali kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai ideology bangsa. Penanaman kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideology bangsa mengandung pemahaman tentang adanya suatu proses pembangunan kembali kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional. Upaya ini memiliki makna strategis manakala realitas menunjukkan
bahwa dalam batas-batas tertentu telah terjadi proses pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologibangsa. Salah satu langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau membumikan kembali Pancasila ketengah rakyat Indonesia tidak lain melalui pembangunan kesadaran sejarah.
Tegasnya Pancasila didekatkan kembali dengan cara menguraikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan rakyat Indonesia, termasuk menjelaskannya bahwa secara substansial Pancasila adalah merupakan jawaban yang tepat dan strategis atas keberagaman Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bangsa yang belajar adalah bangsa yang setiap waktu berbenah diri. Pemerintah Indonesia telah berusaha membenahi landasan untuk mengedepankan kepentingan rakyat. Walaupun dalam pelaksanaan Pancasila masih ditemui berbagai macam permasalahan tetapi semuanya sudah dalam proses meski sampai era global belum terwujudkan. Ini semua dapat digunakan untuk pembelajaran politik masyarakat. Sehingga masyarakat dapat sadar dengan pentingnya berdemokrasi, menghargai pendapat, kebersamaan dalam menghadapai sesuatu. Manusia yang baik tidak akan melakukan kesalahan yang pernah dilakukan.
4.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan tujuan negara kita republik Indonesia, setiap permasalahan yang ada harus dikembalikan ke Pancasila. Kita tidak harus menjadi negara yang terpecah belah dan bahkan hilang suatu saat nanti.
Dalam karya tulis ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan baik dari bentuk maupun isinya.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno Narnoatmojo, 2010,
Implementasi Pancasila Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, Solo
HanapiahPipin, 2006,
Aktualisasi Pancasila Untuk Persatua Bangsa, Solo UUD 1945 dengan Amandemen.