• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Persiapan Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Persiapan Penelitian"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

68 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kantor UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya yang beralamat di Jalan Sidotopo Wetan Surabaya, Jawa Timur. UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang memiliki tugas pokok merencanakan jumlah dan kemampuan teknis, membuat dinasan, melakukan pemantauan dan pembinaan kualitas, mengevaluasi dan menilai kinerja individu Asisten Urusan, Penyelia dan awak KA (masinis dan asisten masinis), pengawasan akomodasi (penginapan dan transportasi). Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibantu oleh asisten urusan administrasi dan asisten urusan masinis/asisten masinis.

UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya merupakan salah satu unit yang dikelola oleh unit operasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 8 Surabaya. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 8 Surabaya beralamat di Jalan Gubeng Masjid Surabaya, Jawa Timur. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 8 Surabaya memiliki visi dan misi sebagai berikut:

(2)

a. Visi: Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

b. Misi: Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : Keselamatan, Ketepatan waktu, Pelayanan dan Kenyamanan.

2. Persiapan Administrasi dan Alat Ukur Penelitian a. Persiapan Administrasi

1) Peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta dengan nomor surat: 3573/UN27.06.6.2/PN/2016 tertanggal 07 Maret 2016 yang ditujukan kepada Executive Vice President (EVP) PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 8 Surabaya guna memperoleh persetujuan mengadakan penelitian.

2) Setelah mendapatkan persetujuan dan diijinkan untuk melakukan penelitian dari pihak perusahaan, peneliti membuat jadwal pelaksanaan penelitian dengan pihak Asisten Urusan (Asur) Masinis serta mendiskusikan sebaran jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian di UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya agar dapat terkoordinasi dengan baik.

(3)

b. Persiapan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala psikologi, yaitu skala stres kerja, skala hardiness, dan skala kecerdasan adversitas.

1) Skala Stres Kerja

Skala stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Daily Hassles and Stress Scale (DHSS) yang disusun berdasarkan aspek-aspek dalam penelitian Kohn P.M dan Macdonald J.E. (1992), yaitu kesulitan sosial budaya, pekerjaan, tekanan waktu, keuangan, penerimaan sosial, dan korban sosial. Jumlah aitem dalam skala ini adalah 41 butir. Skala stres kerja ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

Tabel. 5

Blue Print Skala Stres Kerja Daily Hassles and Stress Scale (DHSS)

No. Aspek Indikator Nomor

Aitem 1. Kesulitan

Sosial Budaya

l. Pembicaraan tentang orang yang disayangi. m. Dikecewakan atau kecewa dengan teman. n. Kepercayaan karena dihianati oleh teman. o. Konflik dengan teman.

p. Pembicaraan tentang diri.

q. Keputusan tentang hubungan akrab dengan orang lain.

r. Konflik anggota keluarga.

s. Mengalami kebisingan yang tinggi. t. Konflik etnis atau ras.

u. Kesulitan menangani teknologi modern (komputer). 37 5 11 27 39 19 25 23 3 40

(4)

Lanjutan

v. Konflik dengan mertua atau kekasih. 4 2. Pekerjaan h. Ketidakpuasan dengan pekerjaan.

i. Tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan. j. Mendapatkan pekerjaan yang tidak menarik. k. Tidak menyukai kegiatan rutin.

l. Konflik dengan atasan di tempat kerja.

m. Penurunan penilaian pekerjaan dari yang dipikirkan pantas mendapatkan yang baik. n. Penurunan penilaian pekerjaan dari yang

diharapkan. 18 2 35 1 6 22 24 3. Tekanan Waktu

i. Banyak hal yang harus dilaksanakan sekaligus. j. Kehabisan waktu untuk memenuhi kewajiban. k. Banyak tanggung jawab.

l. Tidak mempunyai waktu luang.

m. Mendapatkan pekerjaan yang terlalu menuntut. n. Bekerja keras untuk menjaga dan memelihara

kelangsungan hidup.

o. Tidak diinginkan interupsi dari pekerjaan yang dilakukan.

p. Berjuang dalam memenuhi standar diri dari kinerja dan prestasi.

8 20 17 15 26 41 30 13 4. Keuangan g. Kesulitan keuangan.

h. Mengalami beban keuangan.

i. Mencoba mencari pinjaman hutang.

j. Gagal mendapatkan uang yang diharapkan. k. Kondisi keuangan rumah tidak baik. l. Konflik keuangan dengan keluarga.

16 21 28 36 34 10 5. Penerimaan Sosial

f. Ketidakpuasan dengan kebugaran fisik diri. g. Diacuhkan dari sosial.

h. Isolasi sosial.

i. Ketidakpuasan dengan penampilan fisik diri. j. Penolakan sosial. 38 7 31 33 32 6. Korban Sosial

e. Diambil begitu saja. f. Dimanfaatkan.

g. Ditipu dalam membeli barang. h. Kontribusi diabaikan. 9 14 29 12 Jumlah 41

(5)

2) Skala Hardiness

Skala hardiness yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala hardiness yang disusun dengan memodifikasi skala dari Sheila (2011) dengan nilai reliabilitas 0,933. Skala hardiness ini terdiri dari 42 aitem, masing-masing terdiri atas 21 aitem favorable dan 21 aitem unfavorable. Skala hardiness disusun berdasarkan aspek yang dikembangkan oleh Kobasa (dalam Kreitner & Kinicki, 2005), yaitu komitmen (commitment), kontrol (control), dan tantangan (challenge). Skala hardiness ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

(6)

Tabel. 6

Blue Print Skala Hardiness

No. Aspek Indikator Favorable Unfavor-able Jumlah 1. Komitmen (commitment) c. Kemampuan terlibat dalam aktivitas yang harus dilakukan d. Menganggap

sesuatu yang tidak menyenangkan menjadi sesuatu yang bermakna dan menarik 30, 32, 34 36, 38, 40, 42 15, 17, 19, 21 23, 25, 27 7 7 2. Kontrol (control) d. Mampu mencapai hasil yang diinginkan melalui tindakannya sendiri e. Mampu mengontrol dirinya ketika sedang menghadapi situasi tertentu f. Cenderung berhasil menghadapi masalah 1, 3 5, 7, 9 11, 13 16, 18 20, 22, 24 26, 28 4 6 4 3. Tantangan (challenge) d. Memandang suatu perubahan yang terjadi sebagai sesuatu yang wajar e. Memiliki kemauan untuk maju f. Tidak pernah merasa terancam ketika perubahan terjadi 29, 31, 33 35, 37 39, 41 2, 4, 6 8, 10 12, 14 6 4 4 Jumlah 21 21 42

(7)

3) Skala Kecerdasan Adversitas

Skala kecerdasan adversitas dalam penelitian ini menggunakan skala kecerdasan adversitas yang disusun sendiri oleh peneliti, skala kecerdasan adversitas ini terdiri dari 34 aitem, masing-masing terdiri atas 17 aitem favorable dan 17 aitem unfavorable. Skala kecerdasan adversitas disusun berdasarkan aspek yang dikembangkan oleh Stoltz (2007), yaitu control (kendali), origin and ownership (asal usul dan pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance (daya tahan). Skala kecerdasan adversitas ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

(8)

Tabel. 7

Blue Print Skala Kecerdasan Adversitas

No. Aspek Indikator Favorable Unfavor-able Jumlah 1. Control (Kendali) c. respon terhadap kesulitan d. memiliki kendali kuat dalam menghadapi peristiwa yang menimbulkan kesulitan 1, 19 2, 21 6, 20 7, 24 4 4 2. Origin and Ownership (Asal Usul dan Pengakuan) c. menganggap kesulitan berasal dari luar d. memiliki rasa tanggung jawab 3, 22 4, 23 9, 25 10, 26 4 4 3. Reach (Jangkauan) c. merespon kesulitan bukan sebagai peristiwa buruk d. sejauh mana kesulitan menjangkau aspek kehidupan yang lain

5, 29 8, 30 14, 27 15, 28 4 4 4. Endurance (Daya Tahan) d. sikap dalam menghadapi kesulitan e. menganggap kesulitan dan penyebabnya bersifat sementara f. kemampuan dalam menghadapi kesulitan 11, 33 12, 34 13 16, 31 17, 32 18 4 4 2 Jumlah 17 17 34

(9)

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengambil keseluruhan anggota populasi, yaitu masinis di UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya yang berjumlah 70 orang. Penentuan sampel tersebut berdasarkan penjelasan Sugiyono (2012) bahwa sehubungan dengan jumlah populasi yang terbatas, maka teknik penenentuan sampel menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Istilah ini disebut juga sensus atau studi populasi, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel.

2. Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dimulai pada tanggal 15 Maret 2016 hingga 28 Maret 2016. Sehubungan dengan terbatasnya jumlah responden, maka penelitian ini menerapkan prosedur try out terpakai pengukuran yang dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan data penelitian pada responden yang sama. Oleh karena itu, pengambilan data pada penelitian ini dilakukan satu kali yang digunakan untuk dua analisis, yaitu uji validitas dan reliabilitas alat ukur, serta uji hipotesis.

(10)

Selanjutnya, peneliti menyampaikan dan mendiskusikan prosedur teknis yang akan dilakukan dalam proses penyebaran skala psikologi sebagai alat ukur pengumpulan data penelitian kepada pihak Asisten Urusan (Asur) Masinis. Pada tanggal 15 Maret 2016, peneliti mulai mendatangi subjek di UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dan menyerahkan alat ukur skala psikologi yang terdiri dari skala stres kerja, skala hardiness, dan skala kecerdasan adversitas kepada subjek secara langsung. Skala psikologi tersebut langsung diisi oleh subjek dan langsung diberikan kembali pada peneliti setelah selesai diisi.

Skala psikologi yang diserahkan sebanyak jumlah masinis yang menjadi sampel sesuai kriteria populasi penelitian, yaitu 70 eksemplar dengan masing-masing skala telah diberikan nomor urut untuk memudahkan peneliti dalam memantau dan mengecek kembalinya skala.

Tahap terakhir yaitu peneliti melakukan pengecekan kembali skala yang telah diisi dan terkumpul pada 28 Maret 2016, dari 70 eksemplar skala yang terkumpul terdapat enam eksemplar skala rusak karena terdapat jawaban yang kosong, sehingga jumlah total skala yang dapat dianalisis berjumlah 64 eksemplar.

3. Pelaksanaan Skoring

Setelah data penelitian terkumpul, tahap selanjutnya yaitu memberikan skor untuk keperluan uji kualitas alat ukur dan analisis

(11)

data penelitian. Skor skala stres kerja, skala hardiness, dan skala kecerdasan adversitas bergerak dari angka 1 (satu) hingga 4 (empat) dengan memperhatikan sifat aitem antara pernyataan favorable dan unfavorable. Skor aitem favorable adalah 4 untuk pilihan jawaban (SS), 3 untuk (S), 2 untuk (TS), dan 1 untuk pilihan jawaban (STS), sedangkan skor aitem unfavorable adalah 1 untuk pilihan jawaban (SS), 2 untuk (S), 3 untuk (TS), dan 4 untuk pilihan jawaban (STS). Selanjutnya, skor yang diperoleh masing-masing responden peneletian ini terlebih dahulu digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Setelah skala penelitian yang dikerjakan oleh masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya, selanjutnya dilakukan uji daya beda aitem untuk mengetahui aitem yang valid dari masing-masing skala. Pengujian daya beda aitem ketiga skala penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0. Pengujian daya beda aitem menggunakan uji two tailed dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian yang dinyatakan oleh Priyatno (2008) adalah sebagai berikut:

(12)

1) Jika r hitung ≥ r tabel (uji two tailed dengan signifikansi 0,05) maka aitem tersebut berkorelasi signifikan terhadap skor total dan dinyatakan valid.

2) Jika r hitung ≤ r tabel (uji two tailed dengan signifikansi 0,05) maka aitem tersebut tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total dan dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan kriteria pengujian yang telah dijelaskan di atas, maka analisis terhadap aitem-aitem masing-masing skala penelitian adalah sebagai berikut:

1) Skala Stres Kerja

Keseluruhan aitem dalam skala stres kerja sebelum diuji validitasnya berjumlah 41 butir. Setelah dilakukan uji validitas, terdapat 8 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem pada nomor 1, 12, 13, 15, 17, 28, 29 dan 41. Jumlah aitem yang dinyatakan valid berjumlah 33 butir. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan korelasi antara skor aitem dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebesar 64 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2461. Hasil uji daya beda menunjukkan indeks daya beda berkisar antara 0,308 sampai dengan 0,718. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala stres kerja yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 8.

(13)

Tabel. 8

Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Stres Kerja

No. Aspek Indikator Nomor

Aitem Aitem Valid Aitem Gugur 1. Kesulitan Sosial Budaya

a. Pembicaraan tentang orang yang disayangi.

b. Dikecewakan atau kecewa dengan teman.

c. Kepercayaan karena dihianati oleh teman.

d. Konflik dengan teman. e. Pembicaraan tentang diri.

f. Keputusan tentang hubungan akrab dengan orang lain.

g. Konflik anggota keluarga.

h. Mengalami kebisingan yang tinggi. i. Konflik etnis atau ras.

j. Kesulitan menangani teknologi modern (komputer).

k. Konflik dengan mertua atau kekasih.

37 5 11 27 39 19 25 23 3 40 4 2. Pekerjaan a. Ketidakpuasan dengan pekerjaan.

b. Tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan.

c. Mendapatkan pekerjaan yang tidak menarik.

d. Tidak menyukai kegiatan rutin.

e. Konflik dengan atasan di tempat kerja. f. Penurunan penilaian pekerjaan dari yang

dipikirkan pantas mendapatkan yang baik.

g. Penurunan penilaian pekerjaan dari yang diharapkan. 18 2 35 - 6 22 24 1

(14)

Lanjutan

3. Tekanan Waktu

a. Banyak hal yang harus dilaksanakan sekaligus.

b. Kehabisan waktu untuk memenuhi kewajiban.

c. Banyak tanggung jawab. d. Tidak mempunyai waktu luang.

e. Mendapatkan pekerjaan yang terlalu menuntut.

f. Bekerja keras untuk menjaga dan memelihara kelangsungan hidup.

g. Tidak diinginkan interupsi dari pekerjaan yang dilakukan.

h. Berjuang dalam memenuhi standar diri dari kinerja dan prestasi.

8 20 - - 26 - 30 - 17 15 41 13 4. Keuangan a. Kesulitan keuangan.

b. Mengalami beban keuangan.

c. Mencoba mencari pinjaman hutang. d. Gagal mendapatkan uang yang

diharapkan.

e. Kondisi keuangan rumah tidak baik. f. Konflik keuangan dengan keluarga.

16 21 - 36 34 10 28 5. Penerimaan Sosial

a. Ketidakpuasan dengan kebugaran fisik diri.

b. Diacuhkan dari sosial. c. Isolasi sosial.

d. Ketidakpuasan dengan penampilan fisik diri. e. Penolakan sosial. 38 7 31 33 32 6. Korban Sosial

a. Diambil begitu saja. b. Dimanfaatkan.

c. Ditipu dalam membeli barang. d. Kontribusi diabaikan. 9 14 - - 29 12 Jumlah 33 8 2) Skala Hardiness

Keseluruhan aitem dalam skala hardiness sebelum diuji validitasnya berjumlah 42 butir. Setelah dilakukan uji validitas,

(15)

terdapat 9 aitem yang dinyatakan gugur yaitu aitem-aitem pada nomor 6, 7, 8, 13, 14, 17, 19, 20, dan 21. Jumlah aitem yang dinyatakan valid berjumlah 33 butir, yang terdiri dari 19 pernyataan favorable dan 14 pernyataan unfavorable. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan korelasi antara skor aitem dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebesar 64 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2461. Hasil uji daya beda menunjukkan indeks daya beda berkisar antara 0,278 sampai dengan 0,652. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala hardiness yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel. 9

Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Hardiness

Aspek Nomor Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur Komitmen (commitment) 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42 - 15, 23, 25, 27 17, 19, 21 11 3 Kontrol (control) 1, 3, 5, 9, 11 7, 13 16, 18, 22, 24, 26, 28 20 11 3 Tantangan (challenge) 29, 31, 33, 35, 37, 39, 41 - 2, 4, 10, 12 6, 8, 14 11 3 Jumlah 19 2 14 7 33 9

(16)

3) Skala Kecerdasan Adversitas

Keseluruhan aitem dalam skala kecerdasan adversitas sebelum diuji validitasnya berjumlah 34 butir. Setelah dilakukan uji validitas, terdapat 6 aitem yang dinyatakan gugur yaitu aitem-aitem pada nomor 3, 9, 14, 21, 22 dan 25. Jumlah aitem yang dinyatakan valid berjumlah 28 butir, yang terdiri dari 14 pernyataan favorable dan 14 pernyataan unfavorable. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan korelasi antara skor aitem dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebesar 64 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2461. Hasil uji daya beda menunjukkan indeks daya beda berkisar antara 0,306 sampai dengan 0,672. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala kecerdasan adversitas yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel 10.

(17)

Tabel. 10

Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Kecerdasan Adversitas

Aspek Nomor Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur

Control (Kendali) 1, 19, 2 21 6, 20, 7, 24 - 7 1 Origin and Ownership (Asal Usul dan Pengakuan) 4, 23 3, 22 10, 26 9, 25 4 4 Reach (Jangkauan) 5, 29, 8, 30 - 27, 15, 28 14 7 1 Endurance (Daya Tahan) 11, 33, 12, 34, 13 - 16, 31, 17, 32, 18 - 10 - Jumlah 14 3 14 3 28 6 b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada keterpercayaan atau konsistensi hasil pengukuran yang mengandung makna tingkat kecermatan pengukuran (Azwar, 2014). Reliabilitas alat ukur ditunjukkan oleh taraf konsistensi skor yang diperoleh para responden dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Reliabilitas dapat dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 hingga 1,00. Skala dalam penelitian ini akan diuji dengan Alpha Cronbach melalui program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0 for windows.

(18)

1) Skala Stres Kerja

Hasil uji reliabilitas skala stres kerja dari 33 aitem valid menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,922. Hal ini berarti bahwa nilai koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga skala stres kerja ini dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Hasil perhitungan dan perincian reliabilitas dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel. 11

Reliabilitas Skala Stres Kerja

2) Skala Hardiness

Hasil uji reliabilitas skala hardiness dari 33 aitem valid menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,896. Hal ini berarti bahwa nilai koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga skala hardiness ini dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Hasil perhitungan dan perincian reliabilitas dapat dilihat pada tabel 12.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,922 33

(19)

Tabel. 12

Tabel Reliabilitas Skala Hardiness Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,896 33

3) Skala Kecerdasan Adversitas

Hasil uji reliabilitas skala kecerdasan adversitas dari 28 aitem valid menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,898. Hal ini berarti bahwa nilai koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga skala kecerdasan adversitas ini dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Hasil perhitungan dan perincian reliabilitas dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel. 13

Tabel Reliabilitas Skala Kecerdasan Adversitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,898 28

C. Hasil Analisis Data Penelitian

Teknik analisi regresi linier berganda dua prediktor yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan setelah uji prasyarat analisis terpenuhi, yaitu uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Perhitungan

(20)

analisis ini dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0 for windows.

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Asumsi Dasar

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis data akan menggunakan metode statistik parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2010). Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (Priyatno, 2010).

Tabel. 14 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Stres

Kerja Hardiness

Kecerdasan Adversitas

N 64 64 64

Normal Parametersa,b Mean 58,66 104,69 89,14

Std. Deviation 9,247 7,613 7,423 Most Extreme Differences Absolute ,103 ,122 ,160 Positive ,062 ,122 ,160 Negative -,103 -,080 -,106 Kolmogorov-Smirnov Z ,821 ,979 1,283

Asymp. Sig. (2-tailed) ,511 ,294 ,074

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(21)

Berdasarkan hasil output One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dapat diketahui bahwa nilai Sig. untuk variabel yaitu stres kerja, hardiness, dan kecerdasan adversitas masing-masing yaitu 0,511; 0,294; dan 0,074. Oleh karena signifikansi untuk semua variabel lebih besar 0,05, maka disimpulkan bahwa populasi data stres kerja, hardiness, dan kecerdasan adversitas berdistribusi normal.

2) Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui variabel prediktor dan variabel kriterium memiliki hubungan linier atau tidak secara signifikan. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan linier apabila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010). Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada output ANOVA Table berikut:

(22)

Tabel. 15

Hasil Uji Linearitas antara Stres Kerja dengan Hardiness ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Stres Kerja * Hardiness Between Groups (Combined) 3470,832 23 150,906 3,151 ,001 Linearity 2823,227 1 2823,227 58,95 2 ,000 Deviation from Linearity 647,605 22 29,437 ,615 ,888 Within Groups 1915,606 40 47,890 Total 5386,437 63 Tabel. 16

Hasil Uji Linearitas antara Stres Kerja dengan Kecerdasan Adversitas

Berdasarkan hasil output tabel 15, pada kolom Linearity dapat diketahui bahwa nilai Sig. antara variabel stres kerja dan hardiness sebesar 0,000 (p < 0,05). Selanjutnya, berdasarkan tabel 16, nilai Sig.

ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Stres Kerja * Kecerdasan Adversitas Between Groups (Combined) 4212,112 23 183,135 6,238 ,000 Linearity 2470,953 1 2470,953 84,16 6 ,000 Deviation from Linearity 1741,160 22 79,144 2,696 ,003 Within Groups 1174,325 40 29,358 Total 5386,437 63

(23)

pada kolom Linearity antara variabel stres kerja dan kecerdasan adversitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Oleh karena signifikansi kurang dari 0,05 maka disimpulkan bahwa antara variabel stres kerja dengan hardiness maupun antara stres kerja dengan kecerdasan adversitas terdapat hubungan linier.

b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antarvariabel prediktor dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak ada multikolinieritas. Pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Prasyarat tidak adanya multikolinearitas ditunjukkan oleh nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 (Priyatno, 2012). Santoso (dalam Priyatno, 2010) menambahkan pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut memiliki persoalan multikolinearitas.

(24)

Tabel. 17

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

a.Dependen Variable: Stres Kerja

Berdasarkan hasil output Coefficients pada tabel 17, dalam kolom Collinearity Statistiscs dapat diketahui nilai Tolerance untuk variabel hardiness dan kecerdasan adversitas masing-masing 0,284. Hasil pengujian melalui nilai Varaince Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel prediktor sebesar 3,527. Oleh karena nilai Tolerance lebih dari 0,1 serta nilai VIF kurang dari 10 dan lebih kecil dari 5, maka disimpulkan bahwa pada model regresi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya masalah multikolinearitas.

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat pola pada diagram Scatterplot (Priyatno, 2008). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 151,482 11,098

Hardiness -,645 ,198 -,531 ,284 3,527

Kecerdasan Adversitas

(25)

(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Priyatno, 2008).

Hasil pengujian heteroskedastisitas melalui scatterplot dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar. 2

Hasil Uji Heteroskedastisitas Melalui Scatterplot

Berdasarkan pada output pola scatterplot, terlihat penyebaran titik-titik data tidak teratur, berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, plot yang terpencar, dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian disimpulkan bahwa melalui pola scatterplot tersebut, model regresi terbebas dari adanya gejala heteroskedastisitas.

(26)

Metode uji heteroskedastisitas lain yakni uji Glejser. Hasil uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser sebagai berikut:

Tabel. 18

Hasil Uji Heteroskedastisistas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -12,427 6,797 -1,828 ,072 Hardiness ,233 ,121 ,436 1,915 ,060 Kecerdasan Adversitas -,080 ,125 -,147 -,646 ,521

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 18, dapat diketahui bahwa nilai Sig. variabel hardiness sebesar 0,060 (0,060 > 0,05) dan pada kecerdasan adversitas sebesar 0,521 (0,521 > 0,05). Nilai signifikansi antara variabel residual absolut dengan variabel hardiness dan variabel kecerdasan adversitas masing-masing lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

3) Uji Autokorelasi

Priyatno (2010) menjelaskan uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Apabila ditemukan adanya korelasi, maka ada problem autokorelasi. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya autokorelasi, yaitu dengan uji Durbin

(27)

Watson (DW) jika DW terletak antara du dan (4-du) (Priyatno, 2008).

Tabel. 19 Hasil Uji Autokorelasi

Berdasarkan output Model Summary di atas, diperoleh nilai Durbin-Watson (D-W) yang dihasilkan dari model regresi adalah 2,239. Nilai ini dibandingkan dengan nilai dari tabel D-W pada taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel (n) = 64 dan jumlah variabel prediktor yang diteliti (k) = 2, maka diperoleh dL = 1,5315 dan nilai dU = 1,6601. Perhitungan selanjutnya adalah 4-dL (4 – 1,5315 = 2,4685. Dan 4-dU (4 - 1,6601 = 2,3399). Dengan demikian, nilai D-W pada penelitian ini terletak di antara dU dan 4-dU yaitu (1,6601 < 2,239 < 2,3399). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

2. Uji Hipotesis

Setelah uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik terpenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,734a ,539 ,524 6,382 2,239

a. Predictors: (Constant), kecerdasan adversitas, hardiness b. Dependent Variable: stres kerja

(28)

diajukan dengan teknik uji regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Langkah pengujian melalui dua tahap yaitu:

a. Pengujian secara simultan (Uji F)

Hasil F test menunjukkan variabel prediktor secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kriterium jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significance yang ditentukan, yaitu pada taraf signifikansi 0,05 atau F hitung > F tabel. Signifikan berarti bahwa hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi, atu dengan kata lain dapat digeneralisasikan. Hasil F test melalui program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0 for windows dapat dilihat pada tabel 20.

Tabel. 20

Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan ANOVAb

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2902,272 2 1451,136 35,633 ,000a

Residual 2484,165 61 40,724

Total 5386,438 63

a. Predictors: (Constant), kecerdasan adversitas, hardiness b. Dependent Variable: stres kerja

Dari hasil output ANOVA di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 35,633 dengan p-value yang ditunjukkan pada kolom Sig. sebesar 0,000. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, nilai df 1 (jumlah variabel yang diteliti-1) yaitu (3-1) = 2; dan df 2 (n-k-1) yaitu

(29)

(64-2-1) = 61 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel prediktor), maka nilai F tabel adalah 3,148. Dengan demikian nilai F hitung = 35,633 > F tabel = 3,148 (p < 0,05) sehingga disimpulkan bahwa salah satu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan antara hardiness dan kecerdasan adversitas dengan stres kerja.

b. Analisis Korelasi Parsial

Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui kekuatan atau keeratan hubungan antardua variabel dengan membuat variabel lainnya yang dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1. Nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat dan sebaliknya, nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah (priyatno, 2010). Nilai positif menunjukkan hubungan searah (jika X naik, maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (jika X naik, maka Y turun). Hasil pengujian analisis korelasi parsial ditunjukkan melalui output program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0 for windows dapat dilihat pada tabel 22.

(30)

Tabel. 21

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi No. Interval Koefisien Korelasi Interpretasi

1. 0,000 – 0,199 Sangat Lemah 2. 0,200 – 0,399 Lemah 3. 0,400 – 0,599 Sedang 4. 0,600 – 0,799 Kuat 5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat Tabel. 22

Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Hardiness dengan Stres Kerja

B

Berdasarkan hasil uji korelasi parsial pada tabel 22 di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada significance (2-tailed) sebesar 0,002 (p < 0,05). Nilai korelasi 0,385, yang berarti ada hubungan yang lemah antara hardiness dengan stres kerja, karena berada pada rentang 0,200 – 0,399. Arah hubungan yang terbentuk adalah negatif karena nilai koefisien korelasi (r) bertanda negatif. Artinya, semakin tinggi hardiness, maka stres kerja akan semakin rendah. Signifikan berarti bahwa hipotesis yang telah terbukti pada

Correlations

Control Variables Stres Kerja Hardiness

Kecerdasan Adversitas

Stres Kerja Correlation 1,000 -,385 Significance (2-tailed) . ,002 df 0 61 Hardiness Correlation -,385 1,000 Significance (2-tailed) ,002 . df 61 0

(31)

sampel dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara hardiness dengan stres kerja.

Tabel. 23

Hasil Analisis Korelasi Parsial Kecerdasan Adversitas dengan Stres Kerja

B

Berdasarkan hasil uji korelasi parsial pada tabel 23 di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada significance (2-tailed) sebesar 0,169 (p > 0,05), maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak. Nilai korelasi 0,176, yang berarti hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja sangat lemah, karena berada pada rentang 0,00–0,199. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja, karena signifikansinya lebih besar dari 0,05.

Correlations Control Variables

Stres Kerja

Kecerdasan Adversitas

Hardiness Stres Kerja Correlation 1,000 -,176

Significance (2-tailed) . ,169 Df 0 61 Kecerdasan Adversitas Correlation -,176 1,000 Significance (2-tailed) ,169 . Df 61 0

(32)

3. Sumbangan Pengaruh Variabel Prediktor terhadap Variabel Kriterium Secara Serentak (Analisis Determinasi)

Besarnya presentase sumbangan pengaruh variabel prediktor secara serentak terhadap variabel kriterium dapat diketahui dengan menggunakan analisis determinasi. Pada output Model Summary juga didapatkan nilai koefisien determinasi R2 (R Square) untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel prediktor (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel kriterium (Y). Apabila nila R2 (R Square) sama dengan 0 maka tidak ada sedikitpun presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel prediktor terhadap variabel kriterium dan sebaliknya, apabila nilai

R2 (R Square) sama dengan 1 maka presentase sumbangan pengaruh yang

diberikan variabel prediktor terhadap variabel kriterium adalah sempurna (Priyatno, 2010).

Tabel. 24

Hasil Sumbangan Pengaruh Variabel Prediktor terhadap Variabel Kriterium Secara Serentak

Berdasarkan output Model Summary pada tabel 24 di atas, koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variasi variabel prediktor yang digunakan, yaitu hardiness dan kecerdasan adversitas mampu menjelaskan variasi variabel kriterium stres kerja ditunjukkan oleh

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,734a ,539 ,524 6,382 2,239

a. Predictors: (Constant), kecerdasan adversitas, hardiness b. Dependent Variable: stres kerja

(33)

nilai R Square sebesar 0,539 yang berarti bahwa 53,9% stres kerja pada masinis Unit Pelaksana Teknis (UPT) Crew Kereta Api (KA) Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dapat dijelaskan oleh hardiness dan kecerdasan adversitas. Dapat pula dikatakan bahwa hal ini menunjukkan presentase sumbangan pengaruh variabel hardiness dan kecerdasan adversitas memiliki hubungan positif dengan variabel stres kerja sebesar 53,9%. Sisanya sebesar 46,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel atau faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.

4. Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)

Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi mengenai besarnya sumbangan atau kontribusi pengaruh masing-masing variabel prediktor terhadap variabel kriterium dalam model regresi.

a. Sumbangan Relatif (SR)

Sumbangan relatif menunjukkan ukuran besarnya sumbangan dari variabel prediktor terhadap jumlah kuadrat regresi. Jumlah sumbangan relatif dari semua variabel prediktor adalah 100%. Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini diperoleh bahwa sumbangan relatif variabel hardiness terhadap variabel stres kerja sebesar 84,1% dan sumbangan relatif variabel kecerdasan adversitas terhadap variabel stres kerja sebesar 15,9% .

(34)

b. Sumbangan Efektif (SE)

Sumbangan efektif menunjukkan besarnya sumbangan variabel prediktor terhadap keseluruhan efektivitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Jumlah sumbangan efektif dari semua variabel prediktor sama dengan nilai koefisien determinasi R2 (R Square). Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini, diperoleh bahwa sumbangan efektif variabel hardiness terhadap variabel stres kerja sebesar 45,3% dan sumbangan efektif variabel kecerdasan adversitas terhadap variabel stres kerja sebesar 8,6%. Total sumbangan efektif yang diberikan variabel hardiness dan kecerdasan adversitas terhadap stres kerja ditunjukkan oleh nilai R2 (R Square) sebesar 0,539 atau 53,9%.

5. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif menggambarkan tentang deskripsi data-data hasil penelitian (Priyatno, 2012). Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi stres kerja, hardiness, dan kecerdasan adversitas dari responden yang diteliti. Hasil deskripsi statistik dapat dilihat pada tabel 25.

(35)

Tabel. 25

Deskriptif Data Empirik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Stres Kerja 64 38 74 58,66 9,247 Hardiness 64 94 126 104,69 7,613 Kecerdasan Adversitas 64 76 107 89,14 7,423 Valid N (listwise) 64

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa skor minimum yang diperoleh responden pada skala stres kerja adalah 38 dan skor maksimumnya yaitu 74, dengan rerata empirik sebesar 58,66. Skor minimum yang diperoleh responden pada skala hardiness adalah 94 dan skor maksimumnya yaitu 126, dengan rerata empirik sebesar 104,69. Skor minimum yang diperoleh responden pada skala kecerdasan adversitas adalah 76 dan skor maksimumnya yaitu 107, dengan rerata empirik sebesar 89,14. Selain deskripsi data empirik, terdapat pula deskripsi data penelitian mencakup data hipotetik dan empirik yang dapat dilihat pada tabel 26 berikut:

Tabel. 26

Deskriptif Data Penelitian Skala Jumlah Respon Den Data Hipotetik M SD Data Empirik M SD Skor Min Skor Max Skor Min Skor Max Stres Kerja 64 33 132 82,5 16,5 38 74 58,66 9,247 Hardiness 64 33 132 82,5 16,5 94 126 104,6 9 7,613 Kecerdasan Adversitas 64 28 112 70 14 76 107 89,14 7,423

(36)

Berdasarkan tabel hasil analisis deskriptif, dilakukan kategorisasi responden secara normatif untuk memberikan interpretasi skor skala. Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah untuk menempatkan responden ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2012). Kontinum panjang ini akan dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Katrgorisasi pada penelitian ini yaitu:

a. Skala Stres Kerja

Skala stres kerja dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai responden. Perhitungan dan perincian secara lebih lengkap dijelaskan pada lampiran. Kategorisasi subjek digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat distribusi seperti pada tabel berikut:

Tabel. 27

Hasil Kategorisasi Responden berdasarkan Stres Kerja

Kategorisasi Norma Jumlah

Responden % Sangat Rendah 33 ≤ x < 52,8 14 22 Rendah 52,8 ≤ x < 72,6 47 73 Sedang 72,6 ≤ x 92,4 3 5 Tinggi 92,4 ≤ x <112,2 0 0 Sangat Tinggi 112,2 ≤ x < 132 0 0

Berdasarkan hasil kategorisasi variabel stres kerja pada tabel 27, dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 73% responden. Sehingga dapat disimpulkan

(37)

bahwa sebagian besar masinis dalam penelitian ini memiliki tingkat stres kerja yang rendah terhadap pekerjaannya sebagai masinis. b. Skala Hardiness

Skala hardiness dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai responden. Perhitungan dan perincian secara lebih lengkap dijelaskan pada lampiran. Kategorisasi subjek digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat distribusi seperti pada tabel berikut:

Tabel. 28

Hasil Kategorisasi Responden berdasarkan Hardiness

Kategorisasi Norma Jumlah

Responden % Sangat Rendah 33 ≤ x < 52,8 0 0 Rendah 52,8 ≤ x < 72,6 0 0 Sedang 72,6 ≤ x 92,4 0 0 Tinggi 92,4 ≤ x <112,2 54 84 Sangat Tinggi 112,2 ≤ x < 132 10 16

Berdasarkan hasil kategorisasi variabel hardiness pada tabel 28, dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 84% responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masinis dalam penelitian ini memiliki tingkat hardiness yang tinggi.

c. Skala Kecerdasan Adversitas

Skala kecerdasan adversitas dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai responden. Perhitungan dan perincian secara lebih lengkap dijelaskan pada lampiran. Kategorisasi subjek digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat distribusi seperti pada tabel berikut:

(38)

Tabel. 29

Hasil Kategorisasi Responden berdasarkan Kecerdasan Adversitas

Kategorisasi Norma Jumlah

Responden % Sangat Rendah 28 ≤ x < 44,8 0 0 Rendah 44,8 ≤ x < 61,6 0 0 Sedang 61,6 ≤ x < 78,4 3 5 Tinggi 78,4 ≤ x < 95,2 46 72 Sangat Tinggi 95,2 ≤ x < 112 15 23

Berdasarkan hasil kategorisasi variabel kecerdasan adversitas pada tabel 29, dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 72% responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masinis dalam penelitian ini memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi.

D. Pembahasan

Hasil uji hipotesis membuktikan hipotesis pertama dalam penelitian ini terpenuhi, yaitu terdapat hubungan antara hardiness dan kecerdasan adversitas dengan stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai F hitung yaitu 35,633 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3,148 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05), dengan demikian, hardiness dan kecerdasan adversitas secara bersama-sama berhubungan signifikan dengan stres kerja. Semakin tinggi tingkat hardiness dan kecerdasan adversitas, maka semakin rendah tingkat stres kerja. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat hardiness dan kecerdasan adversitas, maka semakin tinggi tingkat stres kerja.

(39)

Hasil penelitian ini mendukung salah satu pernyataan yang diungkapkan oleh Robbins (2015), menyebutkan bahwa karakteristik kepribadian yang inheren dapat mempengaruhi stres kerja. Kobasa, Maddi, dan Kahn (dalam Maddi, 2013) mengungkapkan bahwa hardiness merupakan konstelasi dari karakteristik kepribadian yang mempunyai sumber perlawanan di saat individu menemui suatu kejadian yang menimbulkan stres dan dapat membantu untuk melindungi individu dari pengaruh negatif stres. Hardiness adalah salah satu hal yang dapat menentukan tinggi rendahnya tingkat stres kerja yang dialami oleh individu.

Selain itu, Stoltz (2007) mengatakan bahwa kecerdasan adversitas adalah suatu ukuran untuk mengetahui bagaimana respon dan kemampuan individu dalam menghadapi suatu kesulitan. Maltz (2004) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki kecerdasan adversitas adalah individu yang tidak menyalahkan diri sendiri dan individu lain atas masalah yang dihadapinya, akan tetapi terus menyelesaikannya karena semua masalah pasti dapat diatasi, sehingga individu tersebut tidak mengalami stres apabila dihadapkan pada suatu masalah atau kesulitan di dalam pekerjaannya.

Uji hipotesis juga membuktikan hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara hardiness dengan stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Nilai koefisien korelasi antara variabel hardiness dengan stres kerja (rx1y) sebesar 0,385 dengan p-value

0,002 (p<0,05). Hubungan yang terbentuk antara hardiness dengan stres kerja termasuk dalam kategori lemah. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi parsial (r) yang diperoleh dari hasil analisis sebesar 0,385. Selain itu, koefisien

(40)

korelasi (r) yang bertanda negatif menunjukkan arah hubungan antara variabel hardiness dengan stres kerja bersifat negatif, dengan demikian, secara parsial hardiness berhubungan negatif yang signifikan dengan stres kerja. Semakin tinggi tingkat hardiness yang dimiliki oleh masinis, maka stres kerja yang dialami pun semakin rendah. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat hardiness yang dialami oleh masinis, maka semakin tinggi stres kerja yang dialami oleh masinis.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya keselarasan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kobasa (dalam Bartone, 2006) yang telah melakukan penelitian mengenai hardiness dan kesehatan pada diri para eksekutif, penelitian telah menunjukkan bahwa hardiness mampu melindungi terhadap efek buruk stres pada kesehatan dan kinerja. Studi dengan berbagai kelompok kerja telah menemukan bahwa hardiness berperan sebagai moderator yang signifikan atau sebagai penyangga stres sebagaimana yang telah dikatakan oleh Bartone, Contrada, Kobasa, dkk. (dalam Bartone, 2006).

Suzanne Kobasa (dalam Kreitner & Kinicki, 2005), seorang ilmuwan perilaku, mengidentifikasi karakteristik individu yang dapat menetralisir stres kerja. Karakter tersebut disebut sebagai hardiness, yang melibatkan kemampuan untuk mempersepsi atau perilaku mengubah stres negatif menjadi tantangan positif.

Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin dan Ambarini (2014) mengenai pengaruh hardiness dan coping stress terhadap tingkat stres pada Kadet Akademi TNI Angkatan Laut, hasilnya menunjukkan bahwa

(41)

hardiness berpengaruh negatif terhadap tingkat stres yang dialami oleh kadet AAL. Hal ini berarti apabila subjek memiliki tingkat hardiness yang tinggi, maka tingkat stresnya akan menurun.

Hasil pengujian hipotesis ketiga pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasa adversitas dengan stres kerja (rx2y) sebesar 0,176 dengan

p-value 0,169 (p > 0,05). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja.

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Shen (2014) yang mengatakan bahwa kecerdasan adversitas menunjukkan sikap dan kemampuan untuk menangani sumber stres. Ketika kemampuan kontrol dari kecerdasan adversitas lebih tinggi, maka persepsi stres kerja harus lebih rendah. Apabila kecerdasan adversitas tinggi, kehidupan individu tidak akan dipengaruhi oleh rasa frustrasi, mereka akan dengan mudah mengatasi hambatan, dan tidak akan memiliki hubungan negatif dengan kesulitan.

Tidak signifikannya hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi hubungan langsung antarkedua variabel. Dwiyanti (2001) mengungkapkan bahwa faktor penyebab stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa rendahnya tingkat stres kerja masinis

UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya tidak berhubungan dengan

(42)

seperti adanya dukungan sosial, adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dan manajemen yang sehat (Dwiyanti, 2001). Stres akan cenderung muncul pada karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka serta manajemen yang kurang sehat, namun situasi ini berbeda dengan yang dialami oleh masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya, masinis dibina oleh seorang asisten urusan masinis yang bertugas untuk memberikan pembinaan kualitas serta membuat penilaian kinerja masinis. Asisten urusan masinis dan penyelia masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya kerap memberikan bimbingan tidak hanya kepada asisten masinis yang baru saja, tetapi juga masih senantiasa memberikan bimbingan dan pembinaan kepada seluruh masinis yang sudah berpengalaman sekalipun agar tetap mampu melaksanakan tugas sebagai seorang masinis dengan baik dan sesuai dengan prosedur atau standar operasional yang berlaku. Bimbingan dan pembinaan yang diberikan bukan hanya mengenai teknis tapi juga berupa moril. Selain itu, masinis juga diberikan kewenangan sepenuhnya dalam pembuatan keputusan selama melakukan tugas mengemudi kereta api. Seorang masinis diberi tugas sebagai pemimpin selama dalam perjalanan kereta api, jadi apabila terjadi sesuatu selama perjalanan kereta api masinis yang akan membuat sebuah keputusan. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres

(43)

kerja juga bisa terjadi ketika seorang individu tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi stres kerja adalaha masa kerja. Masa kerja merupakan kurun waktu tertentu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja apabila semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang-ulang (M.A. Tulus, 1992).

Berdasarkan fenomena yang terjadi, melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu penyelia masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya saat melakukan pengambilan data, penyelia masinis mengatakan bahwa masinis sebelum menjadi seorang masinis, mereka menjadi asisten masinis terlebih dahulu. Selama menjadi seorang asisten masinis, mereka memiliki kewajiban untuk bekerja mendampingi masinis sebagai asisten dan belajar menghafal jalan. Asisten masinis ketika ikut bekerja mendampingi seorang masinis otomatis dia juga pasti akan melihat bagaimana seorang masinis dalam bekerja mengemudikan dan menjalankan kereta api, selain itu asisten masinis juga otomatis akan tahu bagaimana cara untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi selama perjalanan kereta api, secara tidak langsung dia akan otomatis belajar dan ikut membantu masinis dalam bekerja sehingga terbiasa. Oleh karena seorang masinis sebelum menjadi masinis dia harus menjadi asisten masinis terlebih

(44)

dahulu, maka otomatis masinis setidaknya sudah tahu dan mulai terbiasa dengan tuntutan tugas serta tanggung jawab yang harus dilaksanakannya, hal ini menjadi sebuah rutinitas bagi seorang masinis untuk melaksanakan kewajibannya dengan baik dan benar, sehingga masa kerja bisa menjadi sebuah faktor yang mempengaruhi tingkat stres kerja pada seseorang.

Ismirani (2011) mengatakan bahwa seseorang yang tidak mengalami stres kerja mungkin disebabkan oleh dirinya yang hanya sebatas bisa mengontrol emosinya saja tetapi belum pada tindakannya sehingga tidak berpengaruh terhadap stres kerjanya. Kemudian, juga bisa disebabkan karena individu tersebut terlalu menganggap kesulitan berasal dari luar, sehingga dia tidak melakukan introspeksi diri dan telah menyalahkan orang lain, sehingga tidak berpengaruh pada tingkat stresnya. Sari (2014) mengatakan bahwa perbedaaan tingkat stres pada masing-masing individu dengan stressor yang sama dipengaruhi oleh banyak hal, seperti cara koping stres, ketahanan psikologi, kecerdasan emosional, self efficacy, dan dukungan sosial.

Asumsi yang melatarbelakangi penelitian ini adalah masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya mengalami stres kerja akibat tuntutan tugas dan beban mental yang dialami masinis selama bekerja sebagai seorang masinis. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stres kerja yang dialami oleh responden termasuk dalam kategori rendah. Sehingga, berdasarkan hasil tersebut, maka asumsi peneliti berdasarkan teori mengenai stres kerja yang dialami oleh masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya belum bisa dikatatakan tepat.

(45)

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Aryanto, dkk. (2015) dalam penelitiannya mengenai analisis stres kerja yang menyebutkan bahwa beban kerja dan tanggung jawab dapat menjadi faktor pemicu stres kerja pada masinis. Sebagian besar masinis merasakan beban dan tanggung jawab menjadi seorang masinis sangatlah besar. Hal ini dikarenakan masinis memegang peran utama dalam melakukan perjalanan kereta api, dan bertanggung jawab dalam hal keselamatan, keamanan, kepuasan, dan kenyamanan penumpang. Di dalam penelitian tersebut juga dipaparkan bahwa tuntutan mental juga menjadi penyebab stres kerja pada masinis. Tuntutan mental ini meliputi konsentrasi, daya ingat, dan fokus. Konsentrasi dan fokus sangat dibutuhkan selama masinis mengendalikan kereta, jika masinis lengah akibatnya bisa fatal, kemungkinan besar kecelakaan dapat terjadi dan dapat membahayakan seluruh awak kereta. Daya ingat masinis juga diperlukan dalam mengingat simbol atau semboyan yang berlaku, hal ini akan membantu masinis dalam mengendalikan kereta sampai dengan tujuan. Selain kedua faktor tersebut terdapat lima faktor lain yang menjadi penyebab stres kerja pada masinis, yaitu lingkungan fisik, peluang kerja, aktivitas di luar pekerjaan, kepuasan terhadap pekerjaan, dan masalah di tempat kerja (Aryanto, dkk., 2015).

Adapun fenomena yang terjadi pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa tuntutan tugas dan tanggung jawab seorang masinis sudah menjadi sebuah rutinitas sehari-hari yang wajib dilaksanakan, sehingga masinis sudah terbiasa dengan hal tersebut. Berkaitan dengan lingkungan fisik tempat masinis bekerja, yaitu lokomotif, saat

(46)

ini kondisi lokomotif sudah didesain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mempengaruhi kinerja masinis selama bertugas. Selain itu, diduga kepuasan kerja juga menjadi faktor rendahnya stres kerja yang dialami masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Hal ini berkaitan dengan upah atau gaji pokok yang diberikan kepada seorang masinis tidaklah sedikit, masinis juga memperoleh tunjangan dan premi tambahan apabila dia bekerja lebih dari jam kerja yang ditetapkan. Masinis juga senantiasa diberikan pembinaan khusus oleh asisten urusan masinis agar masinis dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin perjalanan kereta api serta mampu memimpin seluruh awak kereta api dengan baik. Rendahnya tingkat stres kerja pada subjek penelitian dapat disebabkan karena hanya faktor pribadi saja yang dimasukkan sebagai variabel penelitian, sedangkan faktor lingkungan dan faktor organisasional tidak dimasukkan sebagai variabel penelitian.

Berdasarkan hasil analisis determinasi, diperoleh nilai R Square sebesar 0,539. Hasil ini menunjukkan stres kerja sebagai variabel kriterium dapat dijelaskan oleh hardiness dan kecerdasan adversitas sebagai variabel prediktor sebesar 53,9%. Dapat dikatakan bahwa hardiness dan kecerdasan adversitas secara bersama-sama mampu memberikan kontribusi pengaruh terhadap stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya sebesar 53,9%. Sisanya 46,1% dipengaruhi variabel atau faktor lain di luar penelitian ini. Selanjutnya, hasil perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing variabel prediktor (hardiness dan kecerdasan adversitas) terhadap variabel kriterium (stres kerja) menunjukkan hardiness lebih dominan dalam

(47)

mempengaruhi stres kerja daripada kecerdasan adversitas. Hasil sumbangan relatif hardiness terhadap stres kerja sebesar 84,1% sedangkan dari kecerdasan adversitas sebesar 15,9% . Selain itu, hasil sumbangan efektif hardiness terhadap stres kerja sebesar 45,3%, sedangkan dari kecerdasan adversitas sebesar 8,6%.

Lebih dominannya sumbangan relatif dan sumbangan efektif hardiness dalam mempengaruhi stres kerja dapat dijelaskan melalui hasil pembuktian uji hipotesis. Hal ini disebabkan oleh signifikannya hubungan secara parsial antara hardiness dengan stres kerja, sehingga memberikan kontribusi yang lebih dominan. Berbeda dengan hubungan secara parsial antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja yang ditemukan tidak signifikan, sehingga kurang dominan dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap stres kerja.

Berdasarkan kategorisasi skala stres kerja dapat diketahui responden penelitian memiliki tingkat stres kerja berada pada tingkat sangat rendah sebesar 22%, pada tingkat rendah sebesar 73%, dan pada tingkat sedang sebesar 5%. Sehingga, secara keseluruhan responden dalam penelitian ini memiliki tingkat stres kerja yang rendah.

Berdasarkan kategorisasi skala hardiness dapat diketahui responden penelitian memiliki tingkat hardiness berada pada tingkat tinggi sebesar 84%, dan pada tingkat sangat tinggi sebesar 16%. Sehingga, secara keseluruhan responden dalam penelitian ini memiliki tingkat hardiness pada tingkat yang tinggi.

Selanjutnya, berdasarkan kategorisasi skala kecerdasan adversitas dapat diketahui responden penelitian memiliki tingkat kecerdasan adversitas berada pada tingkat sedang sebesar 5%, pada tingkat tinggi 72%, dan pada tingkat sangat

(48)

tinggi sebesar 23%. Sehingga, secara keseluruhan responden dalam penelitian ini memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi.

Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan diatas, hasil penelitian ini telah mampu menjawab hipotesis mengenai hubungan antara hardiness dan kecerdasan adversitas dengan stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Namun, dalam penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan dan kelemahan selama penelitian. Keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini adalah waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk bertemu dengan responden, karena responden yang merupakan seorang masinis tidak selalu datang setiap hari ke UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dan responden juga tidak memiliki waktu yang cukup banyak, karena mereka selalu diburu oleh waktu untuk bekerja. Oleh karena itu, penelitian ini memakan waktu yang cukup panjang, yakni hingga 2 minggu lamanya. Selain itu, karena penelitian ini adalah studi populasi, maka generalisasi penelitian hanya dapat dilakukan sebatas pada populasi masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya saja, sedangkan penerapan penelitian untuk populasi yang lebih luas dan dengan karakteristik berbeda memerlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini.

Gambar

Tabel Reliabilitas Skala Hardiness  Reliability Statistics  Cronbach's  Alpha  N of  Items  ,896  33

Referensi

Dokumen terkait

Planning Manager harus mempunyai sertifikat keahlian Ahli Teknik Pembongkaran Bangunan yang masih berlaku ( Ahli Teknik Pembongkaran Bangunan ) adalah ahli yang memiliki

Melalui metode pembelajaran peer instruction siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah ilmiah, siswa tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari

Pada umumnya pembeli atau konsumen di pasar luar negeri sangat memperhatikan barang-barang yang mereka beli, baik itu menyangkut kualitas, harga dan waktu penyerahan

bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi

mengakses sumber-sumber dan bahan-bahan pembelajaran tersebut. Kondisi seperti ini diharapkan dapat menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan. Portal

seorang Muslim membunuh orang kafir yang memerangi muslimin atau seorang murtad atau seorang yang pernah menikah berzina, maka tidak ada qishas maupun diyat terhadapnya,

kepentingan yang pro-rakyat, misalnya dalam pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhadap izin usaha perkebunan yang dikeluarkan

Disarankan agar Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto untuk meningkatkan kinerja petugas surveilans kusta maka perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan