• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian KATA PENGANTAR"

Copied!
397
0
0

Teks penuh

(1)

PT. DELIMA LAKSANA TATA i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan telah selesainya Laporan Akhir kegiatan “Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana

Transportasi Perkeretaapian” sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan dalam Kontrak Nomor: PL.102/22/19-BLTD-2013 Tanggal : 13 Maret 2013

Pada dasarnya, studi ini dilaksanakan untuk merumuskan konsep standar di bidang prasarana perkeretaapian sebagai acuan bagi investor dalam membangun prasarana perkeretaapian di Indonesia. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka berdasarkan KAK perlu dilaksanakan penyusunan rancangan naskah akademik standar prasarana transportasi perkeretaapian, meliputi:

a. konsep standar fasilitas keselamatan dan keamanan di stasiun; b. konsep standar fasilitas naik turun penumpang di stasiun; c. konsep standar fasilitas penyandang cacat di stasiun; d. konsep standar fasilitas umum dan kesehatan di stasiun; e. konsep standar fasilitas bongkar muat barang;

f. konsep standar fasilitas keselamatan dan keamanan untuk bongkar muat barang di stasiun.

Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Konsep Laporan Akhir sebelumnya yang disusun berdasarkan saran dan masukan pada Rapat Pembahasan Konsep Laporan Akhir.

Dengan tulus kami sampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, yang telah memberi kepercayaan

(2)

PT. DELIMA LAKSANA TATA ii kepada kami, dan memberikan arahan sehingga Laporan Akhir ini bisa terwujud.

Semoga bermanfaat.

(3)

PT. DELIMA LAKSANA TATA iii

ABSTRAK

Penyelenggaraan perkeretaapian telah bersifat multi operator baik dalam penyelenggaraan prasarana maupun penyelenggaraan sarana. Untuk angkutan penumpang arah perkembangannya menuju kepada dioperasikannya kereta api berkecepatan tinggi, sedangkan untuk angkutan barang menuju kepada dioperasikannya kereta api volume angkutan besar dengan beban gandar tinggi dan kecepatan normal. Untuk itu diperlukan standar-standar yang dapat menjadi acuan dimilikinya/dibangunnya prasarana kereta api oleh badan penyelenggara prasarana perkeretaapian baik BUMD maupun swasta.

Terkait hal tersebut di atas, perlu dilaksanakan Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian untuk mewujudkan transportasi kereta api yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman dan efisien dengan menggunakan standar yang benar dan harmonis, untuk mengantisipasi keberadaannya multi operator dan multi moda dalam penyelenggaraan perkeretaapian.

Konsep standar di bidang prasarana transportasi perkeretaapian khususnya pada bidang stasiun kereta api dibuat berupa rancangan naskah akademik standar prasarana transportasi perkeretaapian yang meliputi:

1. konsep standar fasilitas keselamatan dan keamanan di stasiun; 2. konsep standar fasilitas naik turun penumpang di stasiun; 3. konsep standar fasilitas penyandang cacat di stasiun; 4. konsep standar fasilitas umum dan kesehatan di stasiun; 5. konsep standar fasilitas bongkar muat barang;

6. konsep standar fasilitas keselamatan dan keamanan untuk bongkar muat barang di stasiun.

(4)

PT. DELIMA LAKSANA TATA iv Selain itu, Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian merupakan acuan bagi investor dalam membangun prasarana perkeretaapian di Indonesia.

(5)

PT. DELIMA LAKSANA TATA v

ABSTRACT

The train is multi operators have good governance in the infrastructures and means. For the conveyance of passengers direction progress towards operated high-speed train, whereas for transportation of goods towards operated volume of bulky freight train with weights axle high and normal speed. For that required standards can be owned / reference to build a railroad infrastructure agency good bumd railway infrastructure and private sector.

Related to the foregoing, need to study conducted concept drafting standards in transportation infrastructure to externalisehis railway transportation for trains that good, safe quick, smooth orderly, regular, convenient and efficiently by using standard, correct and harmonious to anticipate multi operators and multi mode of existence in the train.

The standard in railway transportation infrastructure, especially in the railway station design made of the academic paper standard train transportation infrastructure that includes:

1. The facility safety and security standards at a station; 2. The facility boarding and alighting standards at a station; 3. The standard disabled facility at a station;

4. The standard public facilities and health at the station.

5. The standard facility loading and unloading goods at a station;

6. The facility standards of safety and security for unloading goods at the station.

(6)

PT. DELIMA LAKSANA TATA vi

Besides, drafting standards in concept of train transportation infrastructure is a reference for investors in developing railway infrastructure in indonesia.

(7)

PT. DELIMA LAKSANA TATA vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii BAB I PENDAHULUAN ... I-1 A. Latar Belakang ... I-1 1. Dasar Hukum ... I-1 2. Gambaran Umum ... I-1 3. Alasan Kegiatan Dilaksanakan ... I-4 B. Kegiatan Yang Dilaksanakan ... I-4 1. Ruang Lingkup ... I-4 2. Batasan Kegiatan ... I-5 C. Penerima Manfaat ... I-5 D. Maksud dan Tujuan ... I-5 BAB II KAJIAN LITERATUR ... II-1

A. Peraturan Perundangan Bidang Prasarana

Transportasi Perkeretaapian ... II-1 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 ... II-2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 ... II-7 3. Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2011 ... II-16 B. Kebijakan Pengembangan Bidang Prasarana

(8)

PT. DELIMA LAKSANA TATA viii C. Standar Di Bidang Prasarana Transportasi

Perkeretaapian ... II-23 1. Persyaratan Sistem ... II-23 2. Persyaratan Komponen ... II-27 D. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ... II-30 1. Fungsi Bangunan Gedung ... II-31 2. Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung ... II-33

E. Benchmarking Pembangunan Stasiun KA di Luar

Negeri ... II-36 1. LRT Philipina ... II-36 2. Pedoman Perkeretaapian Nasional Jepang – 1984 ... II-50 3. Standar Fasilitas Stasiun KA di Taiwan ... II-51 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN ... III-1 A. Pola Pikir ... III-1 B. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan ... III-4 C. Pelaporan ... III-7 BAB IV DATA DAN INFORMASI FASILITAS STASIUN ... IV-1 A. Informasi Lokasi Peninjauan Stasiun Terpilih ... IV-1 1. Umum ... IV-1 2. Stasiun Terpilih ... IV-1 B. Data Fasilitas di Stasiun Terpilih ... IV-3 1. Daop 1 Jakarta ... IV-3 2. Daop 2 Bandung ... IV-8 3. Daop 6 Yogyakarta ... IV-16 4. Daop 8 Surabaya ... IV-26 5. Divre 1 Sumatera Utara ... IV-37 6. Divre 3 Sumatera Selatan ... IV-43

(9)

PT. DELIMA LAKSANA TATA ix C. Analisa Hasil Peninjauan Lapangan ... IV-49

1. Umum ... IV-49 2. Data Ketersediaan Fasilitas di Stasiun Terpilih ... IV-51 3. Kriteria Ketersediaan Fasilitas di Stasiun ... IV-53 D. Rekapitulasi Hasil Peninjauan Lapangan ... IV-54

BAB V KONSEP STANDAR DI BIDANG PRASARANA

TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN ... V-1 A. Umum ... V-1 B. Standar Fasilitas Keselamatan dan Keamanan di

Stasiun ... V-10 1. Bahaya Kebakaran ... V-12 2. Bencana Alam ... V-39 3. Kecelakaan ... V-46 4. Tindak Kriminal ... V-52 C. Konsep Standar Fasilitas Naik Turun Penumpang di

Stasiun ... V-68 1. Umum ... V-68 2. Persyaratan Peron ... V-77 D. Konsep Standar Fasilitas Penyandang Cacat di

Stasiun ... V-82 1. Umum ... V-82 2. Asas-Asas Aksesibilitas ... V-83 3. Persyaratan Teknis Aksesibilitas ... V-84 E. Konsep Standar Fasilitas Umum dan Kesehatan di

Stasiun ... V-130 1. Fasilitas Umum ... V-130 2. Fasilitas Kesehatan ... V-163

(10)

PT. DELIMA LAKSANA TATA x F. Konsep Standar Fasilitas Bongkar Muat Barang ... V-167

1. Pelayanan Angkutan Kereta Api ... V-169 2. Fasilitas Gerbong ... V-170 3. Fasilitas Lokomotif ... V-171 4. Fasilitas Tambahan ... V-172 5. Lokasi Stasiun Asal dan Tujuan ... V-174 6. Angkutan KA Barang ... V-178 G. Konsep Standar Fasilitas Keselamatan dan Keamanan

Untuk Bongkar Muat Barang di Stasiun ... V-202 1. Bahaya Kebakaran ... V-202 2. Bencana Alam ... V-224 3. Kecelakaan ... V-230 4. Tindak Kriminal ... V-238 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-251 DAFTAR PUSTAKA ... 1

(11)

-PT. DELIMA LAKSANA TATA xi

DAFTAR TABEL

Tabel II-1 Standar Pelayanan Minimal di Stasiun ... II-18 Tabel IV-1 Daftar Lokasi Pelaksanaan Peninjauan Stasiun Terpilih ... IV-2 Tabel IV-2 Data Ketersediaan Fasilitas di Stasiun Terpilih ... IV-52 Tabel V-1 Persyaratan Teknis Hidran Gedung ... V-25 Tabel V-2 Hidran Halaman ... V-28 Tabel V-3 Keseragaman dan Hubungan Iluminasi Berdekatan

Kawasan Sekitar Kawasan Tugas ... V-56 Tabel V-4 Tingkat Rata-Rata Glare dan Warna Ditimbulkan Sesuai

Dengan Indeks untuk Tempat-Tempat Yang Dipilih ... V-56 Tabel V-5 Standar Untuk Iluminiasi Stasiun Kereta Api ... V-57 Tabel V-6 Fasilitas Standar Pada Peron ... V-79 Tabel V-7 Jumlah Tempat Parkir Yang Aksesibel ... V-99 Tabel V-8 Ketentuan Parkir (Untuk Permintaan Masa Puncak) ... V-139 Tabel V-9 Kondisi Sarana Gerbong CPO, PKO dan Lateks di

Sumatera Utara ... V-179 Tabel V-10 Sarana Kereta Bagasi (B) Khusus Parcel ... V-182 Tabel V-11 Sarana Gerbong Semen di Jawa ... V-185 Tabel V-12 Sarana Gerbong Semen Curah di Sumatera Barat ... V-185 Tabel V-13 Sarana Gerbong Klinker di Sumatera Selatan ... V-185 Tabel V-14 Sarana Gerbong Petikemas di Jawa ... V-188 Tabel V-15 Sarana Gerbong BBM di Jawa dan Sumatera ... V-191 Tabel V-16 Sarana Gerbong Pasir Kwarsa ... V-194 Tabel V-17 Sarana Kereta Bagasi (B) Khusus BHP ... V-195 Tabel V-18 Sarana Gerbong Baja Coil ... V-201

(12)

PT. DELIMA LAKSANA TATA xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II-1 Tanda Tombol Pemberhentian Kereta Api Darurat ... II-52 Gambar II-2 Tombol Pembuang Asap Stasiun Bawah Tanah ... II-53 Gambar II-3 Peralatan Pengendali Kebakaran Stasiun Kereta Api ... II-54 Gambar II-4 Tempat Perlindungan di Bawah Peron Stasiun Kereta Api ... II-54 Gambar II-5 Lampu Jalur Evakuasi ... II-55 Gambar II-6 Tanda Peringatan Rel Tegangan Tinggi ... II-55 Gambar II-7 Intercom Darurat di Stasiun Kereta Api ... II-56 Gambar II-8 Lampu Peringatan Peron di Stasiun Kereta Api ... II-57 Gambar III-1 Pola Pikir Pelaksanaan Studi ... III-3 Gambar III-2 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan ... III-6 Gambar IV-1 Fasilitas Stasiun Gambir ... IV-5 Gambar IV-2 Fasilitas Stasiun Jakartakota ... IV-6 Gambar IV-3 Layout Stasiun Bandung ... IV-9 Gambar IV-4 Fasilitas Stasiun Bandung ... IV-11 Gambar IV-5 Fasilitas Stasiun Cimahi ... IV-13 Gambar IV-6 Fasilitas Stasiun Gedebage ... IV-16 Gambar IV-7 Fasilitas Stasiun Tugu Yogyakarta ... IV-19 Gambar IV-8 Fasilitas Stasiun Sentolo ... IV-22 Gambar IV-9 Fasilitas Stasiun Lempuyangan ... IV-26 Gambar IV-10 Fasilitas Stasiun Surabayagubeng ... IV-30 Gambar IV-11 Fasilitas Stasiun Tulangan ... IV-32 Gambar IV-12 Fasilitas Stasiun Surabayapasarturi ... IV-36 Gambar IV-13 Fasilitas Stasiun Medan ... IV-41 Gambar IV-14 Fasilitas Stasiun Tarahan ... IV-47 Gambar IV-15 Fasilitas Stasiun Rejosari ... IV-48 Gambar V-1 Kereta Rel Elektrik ... V-3

(13)

PT. DELIMA LAKSANA TATA xiii Gambar V-2 Kereta Rel Diesel Elektrik ... V-4 Gambar V-3 Lokomotif Listrik EH 500 ... V-4 Gambar V-4 Lokomotif Diesel Elektrik ... V-5 Gambar V-5 TGV ... V-6 Gambar V-6 Sinkansen ... V-7 Gambar V-7 ICE ... V-7 Gambar V-8 AGV ... V-7 Gambar V-9 Kereta Api Monorel ... V-9 Gambar V-10 Jenis Tabung/Alat Pemadam Kebakaran Ringan ... V-23 Gambar V-11 Klasifikasi Hidran ... V-24 Gambar V-12 Posisi Akses Mobil Pemadam Terhadap Hidran Kota ... V-27 Gambar V-13 Letak Hidran Halaman Terhadap Jalur Akses Mobil Pemadam V-28 Gambar V-14 Pompa Hidran ... V-31 Gambar V-15 Head Detector dan Smoke Detector Fire Alarm ... V-35 Gambar V-16 Manual Push Button, Semi Addressable MFCA

dan Simplex MFCA ... V-35 Gambar V-17 Jenis dan Model Alat Pengeras Suara (Public Adress) ... V-45 Gambar V-18 Contoh dan Model Kotak P3K ... V-47 Gambar V-19 Peralatan dan Perlengkapan CCTV ... V-66 Gambar V-20 Perlengkapan Metal Detector ... V-67 Gambar V-21 Peron Tengah ... V-69 Gambar V-22 Peron Sisi ... V-71 Gambar V-23 Stasiun dengan Peron Split-Level ... V-74 Gambar V-24 Stasiun Terminal Stub ... V-75 Gambar V-25 Arus Melalui Peron ... V-76 Gambar V-26 Ruang Bebas Pada Bagian Lurus ... V-81 Gambar V-27 Ruang Gerak Bagi Pemakai “Kruk” ... V-85 Gambar V-28 Ruang Gerak Bagi Tuna Netra ... V-86

(14)

PT. DELIMA LAKSANA TATA xiv Gambar V-29 Ukuran Umum Orang Dewasa ... V-86 Gambar V-30 Ukuran Kursi Roda ... V-87 Gambar V-31 Ukuran Putar Kursi Roda ... V-87 Gambar V-32 Belokan dan Papasan Kursi Roda ... V-88 Gambar V-33 Ruang Gerak Kursi Roda ... V-88 Gambar V-34 Rata-Rata Batas Jangkauan Pengguna Kursi Roda ... V-89 Gambar V-35 Jangkauan Maksimal Ke Samping Untuk

Pengoperasian Peralatan ... V-89 Gambar V-36 Jangkauan Maksimal Ke Depan Untuk

Pengoperasian Peralatan ... V-90 Gambar V-37 Jalur Pemandu Untuk Penyandang Cacat ... V-94 Gambar V-38 Tipe Tekstur Ubin Pemandu (Guiding Blocks) ... V-95 Gambar V-39 Susunan Ubin Pemandu Pada Belokan ... V-96 Gambar V-40 Susunan Ubin Pemandu Pada Pintu Masuk ... V-97 Gambar V-41 Penempatan Ubin Pemandu Pada Anak Tangga ... V-97 Gambar V-42 Jarak Menuju Area Parkir ... V-100 Gambar V-43 Rute Aksesibilitas Dari Area Parkir ... V-100 Gambar V-44 Tipikal Ruang Parkir ... V-101 Gambar V-45 Variasi Letak Parkir ... V-101 Gambar V-46 Ukuran Pintu Untuk Penyandang Cacat ... V-103 Gambar V-47 Tipikal Ramp ... V-105 Gambar V-48 Bentuk-Bentuk Ramp ... V-106 Gambar V-49 Kemiringan Ramp ... V-106 Gambar V-50 Bentuk Ramp Yang Direkomendasikan ... V-107 Gambar V-51 Tipikal Tangga Bagi Penyandang Cacat ... V-108 Gambar V-52 Handrail Pada Tangga ... V-109 Gambar V-53 Desain Profil Tangga ... V-110 Gambar V-54 Koridor/Lobby/Hall Lift ... V-112

(15)

PT. DELIMA LAKSANA TATA xv Gambar V-55 Potongan Lift ... V-113 Gambar V-56 Panel Kontrol Lift ... V-113 Gambar V-57 Panel Kontrol Komunikasi Lift ... V-114 Gambar V-58 Standar Simbol Panel Yang Dibuat Timbul ... V-114 Gambar V-59 Indikator Lift ... V-115 Gambar V-60 Denah Ruang Lift ... V-115 Gambar V-61 Perspektif Lift ... V-116 Gambar V-62 Ukuran Sirkulasi Masuk ... V-118 Gambar V-63 Tinggi Perletakan Kloset ... V-118 Gambar V-64 Analisa Ruang Gerak Toilet ... V-119 Gambar V-65 Ruang Gerak Dalam Toilet ... V-120 Gambar V-66 Perletekan Uriner ... V-120 Gambar V-67 Kran Wudlu Bagi Penyandang Cacat ... V-121 Gambar V-68 Ruang Bebas Area Wastafel Untuk Penyandang Cacat ... V-122 Gambar V-69 Perletakan Pintu dan Jendela ... V-123 Gambar V-70 Perletakan Alat Listrik ... V-124 Gambar V-71 Perletakan Peralatan Toilet ... V-124 Gambar V-72 Perletakan Peralatan Elektronik Penunjang ... V-125 Gambar V-73 Perletakan Peralatan Penunjang Lainnya ... V-125 Gambar V-74 Alternatif Peralatan Untuk Penyandang Cacat ... V-126 Gambar V-75 Simbol Aksesibilitas ... V-127 Gambar V-76 Simbol Tuna Rungu ... V-128 Gambar V-77 Simbol Tuna Daksa ... V-128 Gambar V-78 Simbol Tuna Netra ... V-128 Gambar V-79 Proporsi Penggambaran Simbol ... V-128 Gambar V-80 Simbol Telepon Untuk Penyandang Cacat ... V-128 Gambar V-81 Simbol Ramp Penyandang Cacat ... V-128 Gambar V-82 Simbol Ramp Dua Arah ... V-129

(16)

PT. DELIMA LAKSANA TATA xvi Gambar V-83 Simbol Telepon Untuk Tuna Rungu ... V-129 Gambar V-84 Simbol Penunjuk Arah ... V-129 Gambar V-85 Perletakan Rambu Sesuai Jarak dan Sudut Pandang ... V-129 Gambar V-86 Area Parkir ... V-140 Gambar V-87 Contoh Loker di Amsterdam Centraal Station ... V-153 Gambar V-88 Model Tempat Sampah ... V-160 Gambar V-89 Model Genset ... V-161 Gambar V-90 Lantai Muat Bongkar (Ramp) Samping Dari Beton ... V-169 Gambar V-91 Container Yard ... V-173 Gambar V-92 Gantry Crane ... V-173 Gambar V-93 Peta Jalur KA Barang di Jawa ... V-175 Gambar V-94 Peta Jalur KA Barang di Sumatera Utara ... V-176 Gambar V-95 Peta Jalur KA Barang di Sumatera Barat ... V-177 Gambar V-96 Peta Jalur KA Barang di Sumatera Selatan ... V-178 Gambar V-97 Pembongkaran Muatan CPO, PKO dan Lateks di

Stasiun Belawan ... V-180 Gambar V-98 Gerbong CPO ... V-180 Gambar V-99 Gerbong PKO ... V-181 Gambar V-100 Gerbong CPO Model Kontainer ... V-181 Gambar V-101 KA ONS dari Surabaya Pasarturi Tujuan Jakartagudang ... V-183 Gambar V-102 KA Parcel Melintas Semarangtawang ... V-183 Gambar V-103 Bongkar/Muat KA ONS di Jakartagudang ... V-184 Gambar V-104 Bongkar/Muat KA Parcel ... V-184 Gambar V-105 KA Semen dari Karangtalun Setiba di Stasiun

Cirebon Prujakan ... V-186 Gambar V-106 Gerbong Tertutup GGW Semen di Balai Yasa Tegal ... V-186 Gambar V-107 Pembongkaran Semen ke Truck di Stasiun

(17)

PT. DELIMA LAKSANA TATA xvii Gambar V-108 Gerbong Semen Curah ... V-187 Gambar V-109 KA Petikemas JPT berangkat dari Stasiun Cepu ... V-189 Gambar V-110 KA Petikemas Gedebage – Tanjungpriok ... V-189 Gambar V-111 Bongkar/Muat Barang dari KA ke Truk di

Surabaya Pasarturi ... V-190 Gambar V-112 Pemuatan Barang dari Mobil ke KA di Jakartagudang ... V-190 Gambar V-113 A BBM Relasi Cilacap – Rewulu (PP) ... V-191 Gambar V-114 KA BBM di Stasiun Madiun ... V-192 Gambar V-115 KA BBM di Sumatera Selatan ... V-192 Gambar V-116 KA BBM di Sumatera Utara ... V-193 Gambar V-117 Angkutan BHP Pada KA Fajar Utama Yogyakarta ... V-195 Gambar V-118 Kereta B Pada KA Argo Parahyangan ... V-196 Gambar V-119 Interior Kereta Bagasi ... V-196 Gambar V-120 Kantor dan Pergudangan Perusahaan Ekspedisi ... V-197 Gambar V-121 Langsiran KA Pulp di Tarahan ... V-198 Gambar V-122 Gerbong GGW khusus Pulp ... V-199 Gambar V-123 Muatan Pulp Diangkat dari Gerbong Dengan Crane ... V-199 Gambar V-124 Pembongkaran Pulp di Gudang PT. TEL Tarahan ... V-200 Gambar V-125 Muatan Baja Coil Diangkut Dengan Gerbong Datar PPCW . V-201 Gambar V-126 Muatan Baja Coil Diangkut Langsung Dari Pabriknya ... V-202 Gambar V-127 Rambu Larangan ... V-236 Gambar V-128 Rambu Perintah ... V-236 Gambar V-129 Rambu Pembatasan ... V-236 Gambar V-130 Rambu Bahaya ... V-237 Gambar V-131 Rambu Peringatan ... V-237 Gambar V-132 Rambu Informasi Pelayanan Darurat ... V-238 Gambar V-133 Rambu Kebakaran ... V-238

(18)

PT. DELIMA LAKSANA TATA I-1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. b. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Perkeretaapian.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.

2. Gambaran Umum

Lahirnya UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian menandai era baru perkeretaapian di Indonesia, dengan tiga peraturan dasar yaitu:

a. menghilangkan monopoli BUMN dan membuka peluang swasta dan pemerintah daerah dalam bisnis perkeretaapian;

b. memungkinkan pemisahan penyelenggaraan prasarana dan sarana yang semula terintegrasi; dan

c. menetapkan pemerintah sebagai Pembina dan penanggungjawab penyelenggaraan perkeretaapian.

UU No. 23 Tahun 2007 tersebut menetapkan bahwa penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian harus dilaksanakan oleh badan usaha yang dapat berupa BUMN/BUMD atau swasta, atau kerjasama pemerintah dan swasta. Sektor swasta diberikan hak yang sama untuk melakukan investasi, memiliki, mengelola, dan mengoperasikan sistem perkeretaapian di Indonesia.

(19)

PT. DELIMA LAKSANA TATA I-2 UU No. 23 Tahun 2007 mengharuskan pemerintah untuk menempatkan peran KA sebagai tulang punggung angkutan massal penumpang dan barang dalam menunjang tumbuhnya perekonomian nasional. Penempatan peran kereta api ini akan menciptakan sistem transportasi multimoda/intermodal yang terintegrasi yang merupakan keterpaduan dan integrasi kereta api dengan moda jalan raya, angkutan laut dan angkutan udara. Peningkatan peran kereta api dalam perekonomian juga dapat dilakukan dengan membangun interaksi jaringan kereta api dengan kawasan industri, sentra pertanian, wilayah pertambangan, dan kawasan ekonomi khusus lainnya. Pembangunan jaringan jalan kereta api harus dapat menjadi solusi yang efisien dari pergerakan ekonomi di suatu wilayah dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dari wilayah tersebut maupun perekonomian nasional.

Dalam UU No.23 Tahun 2007 disebutkan bahwa penyelenggaraan perkeretaapian menurut fungsinya terdiri atas perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus. Perkeretaapian umum terdiri atas perkeretaapian perkotaan dan perkeretaapian antar kota. Perkeretaapian khusus hanya digunakan secara khusus oleh badan usaha tertentu untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tersebut.

Penyelenggaraan perkeretaapian telah bersifat multi operator baik dalam penyelenggaraan prasarana maupun penyelenggaraan sarana. Untuk angkutan penumpang arah perkembangannya menuju kepada dioperasikannya kereta api berkecepatan tinggi, sedangkan untuk angkutan barang menuju kepada dioperasikannya kereta api volume

(20)

PT. DELIMA LAKSANA TATA I-3 angkutan besar dengan beban gandar tinggi dan kecepatan normal. Untuk itu diperlukan standar-standar yang dapat menjadi acuan dimilikinya/dibangunnya prasarana kereta api oleh badan penyelenggara prasarana perkeretaapian baik BUMD maupun swasta.

Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan prasarana transportasi perkeretaapian secara umum adalah terbatasnya jumlah armada, kondisi sarana dan prasarana perkeretaapian yang tidak handal karena backlog perawatan, peran dan share angkutan kereta api yang masih rendah, kurangnya keterpaduan dengan moda transportasi serta masih minimnya peran swasta maupun Pemda dalam hal pembangunan perkeretaapian Indonesia.

Secara rinci berikut uraian permasalahan dan tantangan yang masih akan dihadapi dalam pembangunan perkeretaapian saat ini dan pada tahun mendatang adalah:

a. Masih banyaknya kondisi prasarana (rel, jembatan KA dan sistem persinyalan dan telekomunikasi KA) yang telah melampaui batas umur teknis serta terjadi backlog pemeliharaan prasarana.

b. Sumber pendanaan Pemerintah untuk pengembangan dan investasi prasarana masih terbatas, sedangkan peran serta swasta dan Pemda masih belum optimal.

c. Tingginya tingkat kecelakaan KA terutama akibat backlog pemeliharaan prasarana serta masih banyaknya perlintasan sebidang dan rendahnya disiplin pengguna jalan pada perlintasan tersebut.

d. Masih rendahnya keamanan dan ketertiban (sterilisasi) serta banyaknya gangguan di stasiun dan sepanjang jalur jalan KA

(21)

PT. DELIMA LAKSANA TATA I-4 akibat banyak munculnya bangunan liar dan kegiatan masyarakat di sepanjang jalur. Di sisi lain masih rendahnya disiplin dan tindak penertiban dalam pengamanan daerah milik jalan dan pengguna angkutan tersebut juga dapat membahayakan keselamatan operasi angkutan.

3. Alasan Kegiatan Dilaksanakan

Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi kereta api yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman dan efisien dengan menggunakan standar yang benar dan harmonis, untuk mengantisipasi keberadaannya multi operator dan multi moda dalam penyelenggaraan perkeretaapian.

B. Kegiatan Yang Dilaksanakan 1. Ruang Lingkup

Uraian kegiatan atau ruang lingkup studi ini adalah:

a. Inventarisasi peraturan dan perundangan bidang prasarana transportasi perkeretaapian;

b. Inventarisasi kebijakan pengembangan bidang prasarana transportasi perkeretaapian;

c. Inventarisasi standar di bidang prasarana transportasi perkeretaapian;

d. Identifikasi permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan prasarana transportasi perkeretaapian;

e. Menyusun rancangan naskah akademik standar prasarana transportasi perkeretaapian, meliputi:

(22)

PT. DELIMA LAKSANA TATA I-5 2) konsep standar fasilitas naik turun penumpang di stasiun; 3) konsep standar fasilitas penyandang cacat di stasiun; 4) konsep standar fasilitas umum dan kesehatan di stasiun; 5) konsep standar fasilitas bongkar muat barang;

6) konsep standar fasilitas keselamatan dan keamanan untuk bongkar muat barang di stasiun.

f. Lokasi obyek studi ini akan dilaksanakan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, dan Medan.

2. Batasan Kegiatan

Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian dilaksanakan secara efektif dan efisien.

C. Penerima Manfaat

Penerima manfaat baik internal maupun eksternal dari Pusat Litbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian adalah pimpinan, peneliti, Direktorat Jenderal Perkeretaapian, operator sarana dan prasarana kereta api, dan masyarakat.

D. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Kegiatan

Maksud kegiatan adalah melakukan Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian sebagai acuan bagi investor dalam membangun prasarana perkeretaapian di Indonesia.

(23)

PT. DELIMA LAKSANA TATA I-6 2. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan adalah merumuskan konsep standar di bidang prasarana perkeretaapian.

(24)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-1

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Peraturan Perundangan Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian

Peraturan Perundangan yang berhubungan dengan prasarana perkeretaapian meliputi:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Perkeretaapian.

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 29/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.7 TAHUN 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2010-2014.

5. Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api.

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Peralatan Persinyalan Perkeretaapian.

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian.

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Instalasi Listrik Perkeretaapian.

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api.

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikat Prasarana Perkeretaapian.

(25)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-2 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2011 tentang Standar dan Tata Cara Pengujian Pemeriksaan Prasarana Perkeretaapian.

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2011 tentang Standar dan Tata Cara Pengujian Perawatan Prasarana Perkeretaapian. 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis,

Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api.

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api yang merupakan pengganti dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api.

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007

Dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, dijelaskan bahwa:

a. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.

b. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.

c. Fasilitas operasi kereta api adalah segala fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan.

(26)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-3 Pasal 35

(1) Prasarana perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus meliputi:

a. jalur kereta api; b. stasiun kereta api; dan c. fasilitas operasi kereta api.

(2) Jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperuntukkan bagi pengoperasian kereta api.

(3) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani:

a. naik turun penumpang;

b. bongkar muat barang; dan/atau c. keperluan operasi kereta api.

(4) Fasilitas operasi kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan peralatan untuk pengoperasian perjalanan kereta api.

Pasal 36

Jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a meliputi:

a. ruang manfaat jalur kereta api; b. ruang milik jalur kereta api; dan c. ruang pengawasan jalur kereta api.

(27)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-4 Pasal 54

(1) Stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf a paling rendah dilengkapi dengan fasilitas:

a. keselamatan; b. keamanan; c. kenyamanan;

d. naik turun penumpang; e. penyandang cacat; f. kesehatan; dan g. fasilitas umum.

(2) Stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf b dilengkapi dengan fasilitas:

a. keselamatan; b. keamanan;

c. bongkar muat barang; dan d. fasilitas umum.

(3) Untuk kepentingan bongkar muat barang di luar stasiun dapat dibangun jalan rel yang menghubungkan antara stasiun dan tempat bongkar muat barang.

(4) Stasiun kereta api untuk keperluan pengoperasian kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan kepentingan pengoperasian kereta api.

(28)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-5 Pasal 55

Di stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) dapat dilakukan kegiatan usaha penunjang angkutan kereta api dengan syarat tidak mengganggu fungsi stasiun.

Pasal 56

(1) Stasiun kereta api dikelompokkan dalam: a. kelas besar;

b. kelas sedang; dan c. kelas kecil.

(2) Pengelompokan kelas stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kriteria:

a. fasilitas operasi; b. frekuensi lalu lintas; c. jumlah penumpang; d. jumlah barang; e. jumlah jalur; dan f. fasilitas penunjang.

Pasal 57

(1) Stasiun kereta api dapat menyediakan jasa pelayanan khusus. (2) Jasa pelayanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berupa:

a. ruang tunggu penumpang; b. bongkar muat barang; c. pergundangan;

d. parkir kendaraan; dan/atau e. penitipan barang.

(29)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-6 (3) Pengguna jasa pelayanan khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dikenai tarif jasa pelayanan tambahan.

Pasal 59

Fasilitas pengoperasian kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf c meliputi:

a. peralatan persinyalan;

b. peralatan telekomunikasi; dan c. instalasi listrik.

Pasal 60

(1) Peralatan persinyalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf a berfungsi sebagai:

a. petunjuk; dan b. pengendali.

(2) Peralatan persinyalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. sinyal; b. tanda; dan c. marka.

Pasal 61

Peralatan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf b berfungsi sebagai penyampai informasi dan/atau komunikasi bagi kepentingan operasi perkeretaapian.

(30)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-7 Pasal 62

(1) Peralatan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 menggunakan frekuensi radio dan/atau kabel.

(2) Penggunaan frekuensi radio sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang telekomunikasi.

Pasal 63

(1) Instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf c terdiri dari:

a. catu daya listrik; dan

b. peralatan transmisi tenaga listrik.

(2) Instalasi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk:

a. menggerakkan kereta api bertenaga listrik;

b. memfungsikan peralatan persinyalan kereta api yang bertenaga listrik;

c. memfungsikan peralatan telekomunikasi; dan d. memfungsikan fasilitas penunjang lainnya.

(3) Instalasi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dioperasikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagalistrikan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, dijelaskan bahwa:

(31)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-8 a. Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.

b. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.

c. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.

d. Fasilitas pengoperasian kereta api adalah segala fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan.

Pasal 40

Prasarana perkeretaapian meliputi: a. jalur kereta api;

b. stasiun kereta api; dan

c. fasilitas pengoperasian kereta api.

Pasal 42

Jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a meliputi:

a. ruang manfaat jalur kereta api; b. ruang milik jalur kereta api; dan c. ruang pengawasan jalur kereta api.

(32)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-9 Pasal 43

(1) Ruang manfaat jalur kereta api terdiri atas jalan rel dan bidang tanah di kiri dan kanan jalan rel beserta ruang di kiri, kanan, atas, dan bawah yang digunakan untuk konstruksi jalan rel dan penempatan fasilitas operasi kereta api serta bangunan pelengkap lainnya.

(2) Jalan rel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada: a. pada permukaan tanah;

b. di bawah permukaan tanah; dan c. di atas permukaan tanah.

(3) Dalam ruang manfaat jalur terdapat ruang bebas yang harus bebas dari segala rintangan dan benda penghalang di kiri, kanan, atas, dan bawah jalan rel.

(4) Ruang bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan dengan jenis kereta api yang akan dioperasikan.

Pasal 44

Konstruksi jalan rel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) terdiri atas:

a. konstruksi jalan rel bagian atas; dan b. konstruksi jalan rel bagian bawah.

Pasal 45

(1) Konstruksi jalan rel bagian atas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a pada jalan rel yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, dan di atas permukaan tanah paling sedikit terdiri atas:

(33)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-10 b. penambat; dan

c. bantalan dan balas, atau slab track.

(2) Dalam hal konstruksi jalan rel bagian atas pada jalan rel yang berada di atas permukaan tanah untuk jenis kereta api monorel dan kereta gantung paling sedikit terdiri atas rel atau pengarah.

Pasal 46

(1) Konstruksi jalan rel bagian bawah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b pada jalan rel yang berada pada permukaan tanah berupa badan jalan paling sedikit harus terdiri atas:

a. lapis dasar (subgrade); dan b. tanah dasar.

(2) Konstruksi jalan rel bagian bawah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b pada permukaan tanah yang berada di terowongan paling sedikit terdiri atas:

a. konstruksi penyangga; b. dinding (lining);

c. lantai dasar (invert); dan d. portal.

(3) Konstruksi jalan rel bagian bawah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b pada jalan rel yang berada di bawah permukaan tanah yang dapat disebut terowongan paling sedikit terdiri atas: a. dinding (lining); dan/atau

b. lantai dasar (invert).

(4) Konstruksi jalan rel bagian bawah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b pada jalan rel yang berada di atas permukaan tanah yang dapat disebut jembatan paling sedikit terdiri atas: a. konstruksi jembatan bagian atas; dan

(34)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-11 b. konstruksi jembatan bagian bawah.

Pasal 47

(1) Ruang manfaat jalur kereta api dilengkapi dengan saluran tepi jalur kereta api untuk penampungan dan penyaluran air agar jalur kereta api bebas dari pengaruh air.

(2) Ukuran saluran tepi jalur kereta api harus disesuaikan dengan debit air permukaan.

(3) Saluran tepi jalur kereta api dibangun dengan konstruksi yang mudah dirawat secara berkala.

Pasal 57

Ruang milik jalur kereta api meliputi bidang tanah di kiri dan kanan ruang manfaat jalur kereta api yang digunakan untuk pengamanan konstruksi jalan rel.

Pasal 85

Stasiun kereta api meliputi: a. jenis stasiun kereta api; b. kelas stasiun kereta api; dan c. kegiatan di stasiun kereta api.

Pasal 86

(1) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf b, menurut jenisnya terdiri atas:

a. stasiun penumpang; b. stasiun barang; atau c. stasiun operasi.

(35)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-12 (2) Stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat

atau berhenti untuk melayani: a. naik dan turun penumpang; b. bongkar muat barang; dan/atau c. keperluan operasi kereta api.

Pasal 87

Stasiun penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf a paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas:

a. keselamatan; b. keamanan; c. kenyamanan;

d. naik turun penumpang; e. penyandang cacat; f. kesehatan;

g. fasilitas umum;

h. fasilitas pembuangan sampah; dan i. fasilitas informasi.

Pasal 102

Fasilitas pengoperasian kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf c meliputi :

a. peralatan persinyalan;

b. peralatan telekomunikasi; dan c. instalasi listrik.

(36)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-13 Pasal 103

Peralatan persinyalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 huruf a terdiri atas:

a. sinyal; b. tanda; dan c. marka.

Pasal 104

Sinyal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 huruf a terdiri atas: a. peralatan dalam ruangan; dan

b. peralatan luar ruangan.

Pasal 105

(1) Peralatan dalam ruangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 huruf a terdiri atas:

a. peralatan elektrik; dan b. peralatan mekanik.

(2) Peralatan elektrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit meliputi:

a. interlocking; dan b. panel pelayanan.

(3) Peralatan mekanik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit meliputi:

a. interlocking; dan b. pesawat blok.

(37)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-14 Pasal 106

(1) Peralatan luar ruangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 huruf b terdiri atas:

a. peralatan elektrik; dan b. peralatan mekanik.

(2) Peralatan elektrik paling sedikit meliputi: a. peraga sinyal elektrik;

b. penggerak wesel elektrik; dan c. pendeteksi sarana perkeretaapian. (3) Peralatan mekanik paling sedikit meliputi:

a. peraga sinyal mekanik; dan b. penggerak wesel mekanik.

Pasal 107

(1) Tanda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 huruf b dapat berupa:

a. suara; b. cahaya; c. bendera; atau d. papan berwarna.

(2) Dalam hal sistem persinyalan belum elektrik, pemberian tanda dapat dilakukan oleh pengatur perjalanan kereta api.

Pasal 108

(1) Marka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 huruf c dapat berupa:

a. marka batas; b. marka sinyal;

(38)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-15 c. marka pengingat masinis;

d. marka kelandaian; e. marka lengkung; dan f. marka kilometer.

(2) Marka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca dengan bentuk dan ukuran tertentu.

Pasal 110

(1) Peralatan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 huruf b paling sedikit meliputi:

a. pesawat telepon; dan b. perekam suara.

(2) Peralatan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk menyampaikan informasi dan/atau berkomunikasi bagi kepentingan pengoperasian kereta api.

Pasal 112

(1) Instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 huruf c terdiri atas:

a. catu daya listrik; dan

b. peralatan transmisi tenaga listrik.

(2) Instalasi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk:

a. menggerakkan kereta api bertenaga listrik;

b. memfungsikan peralatan persinyalan kereta api yang c. bertenaga listrik;

(39)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-16 e. memfungsikan fasilitas penunjang lainnya.

3. Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2011

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api, bahwa pengoperasian kereta api harus memnuhi standar pelayanan minimal yang merupakan acuan bagi Penyelenggara Prasarana perkeretaapian yang mengoperasikan stasiun dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa stasiun dan penyelenggara sarana perkeretaapian yang dalam melaksanakan kegiatan angkutan orang dengan kereta api. Standar pelayanan minimal tersebut meliputi: a. standar pelayanan minimal di stasiun kereta api; dan

b. standar pelayanan minimal dalam perjalanan.

Standar pelayanan minimal di stasiun kereta api paling sedikit terdapat :

a. informasi yang jelas dan mudah dibaca mengenai: 1) nama dan nomor kereta api;

2) jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api; 3) tarif kereta api;

4) stasiun kereta api pemberangkatan, stasiun kereta api pemberhentian, dan stasiun kereta api tujuan;

5) kelas pelayanan; dan

6) peta jaringan jalur kereta api. b. loket;

c. ruang tunggu, tempat ibadah, toilet, dan tempat parkir; d. kemudahan naik/turun penumpang;

(40)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-17 f. fasilitas keselamatan dan keamanan.

Standar pelayanan minimal di stasiun kereta api, dibedakan berdasarkan klasifikasi stasiun. Standar pelayanan minimal di stasiun kereta api sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

(41)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-18

Tabel II-1 Standar Pelayanan Minimal di Stasiun

NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR NILAI / UKURAN / JUMLAH KETERANGAN

Stasiun Besar Stasiun Sedang Stasiun Kecil 1. Informasi yang jelas

dan mudah dibaca

a. visual : 1. Tulisan; 2. Gambar; 3. Peta/Denah. a. Tempat. b. Jumlah. a. Diletakkan di tempat yang strategis. b. Diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh jangkauan penglihatan pengguna jasa. c. Diletakkan di tempat-tempat yang dimaksud. d. Berdasarkan jumlah pintu masuk stasiun dan atau areal loket penjualan tiket. a. Diletakkan di tempat yang strategis. b. Diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh jangkauan penglihatan pengguna jasa. c. Diletakkan di tempat-tempat yang dimaksud. d. Berdasarkan jumlah pintu masuk stasiun dan atau areal loket penjualan tiket. a. Diletakkan di tempat yang strategis. b. Diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh jangkauan penglihatan pengguna jasa. c. Diletakkan di tempat-tempat yang dimaksud. d. Berdasarkan jumlah pintu masuk stasiun dan atau areal loket penjualan tiket.

Informasi tentang : 1. Nama dan nomor

KA 2. Jadwal Keberangkatan dan Kedatangan KA 3. Tarif KA 4. Stasiun Keberangkatan, Stasiun KA Pemberhentian dan Stasiun KA tujuan 5. Kelas Pelayanan dan Peta Jaringan Jalur KA b. Audio a. Tempat. b. Jumlah. a. Di tempat yang strategis agar mudah didengar oleh calon penumpang. b. Berdasarkan luas

atau jumlah ruang tunggu. a. Di tempat yang strategis agar mudah didengar oleh calon penumpang. b. Berdasarkan luas

atau jumlah ruang tunggu. a. Di tempat yang strategis agar mudah didengar oleh calon penumpang. b. Berdasarkan luas

atau jumlah ruang tunggu.

2. Loket Tempat penjualan karcis untuk memudahkan calon penumpang membeli a. Waktu pelayanan. b. Informasi. a. Maksimum 30 detik per penumpang. b. Tersedia a. Maksimum 30 detik per penumpang. b. Tersedia a. Maksimum 30 detik per penumpang. b. Tersedia 1 (satu) orang antrian maksimum dapat membeli untuk 4 orang calon

(42)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-19

NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR NILAI / UKURAN / JUMLAH KETERANGAN

Stasiun Besar Stasiun Sedang Stasiun Kecil karcis (operasional

loket disesuaikan dengan jumlah calon penumpang dan waktu pelayanan rata-rata per orang)

informasi ketersediaan tempat duduk untuk kelas eksekutif dan bisnis. informasi ketersediaan tempat duduk untuk kelas eksekutif dan bisnis. informasi ketersediaan tempat duduk untuk kelas eksekutif dan bisnis. penumpang

3. Ruang tunggu Ruangan/tempat yang disediakan untuk menunggu kedatangan KA (ruangan tertutup dan/atau ruangan terbuka/peron)

Luas Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m2

Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m2

Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m2

Tempat duduk juga dapat ditempatkan di peron stasiun sebagai ruang tunggu

4. Tempat ibadah Fasilitas untuk melakukan ibadah

Luas Minimum 4 (empat) orang laki-laki dan 4 orang perempuan Minimum 4 orang (laki-laki dan perempuan) Minimum 4 orang (laki-laki dan perempuan) 5. Toilet Tersedianya toilet Jumlah  Pria (6 normal dan

2 penyandang cacat)

 Wanita (6 normal dan 2 penyandang cacat)

 Pria (6 normal dan 1 penyandang cacat)

 Wanita (6 normal dan 1 penyandang cacat)

 Pria (6 normal dan 1 penyandang cacat)

 Wanita (6 normal dan 1 penyandang cacat)

6. Tempat parkir Tempat untuk parkir kendaraan baik roda 4 (empat) dan roda 2 (dua)

Luas dan sirkulasi a. Luas tempat parkir disesuaikan dengan lahan yang tersedia b. Sirkulasi

kendaraan masuk, keluar dan parkir lancar a. Luas tempat parkir disesuaikan dengan lahan yang tersedia b. Sirkulasi kendaraan masuk, keluar dan parkir lancar a. Luas tempat parkir disesuaikan dengan lahan yang tersedia b. Sirkulasi kendaraan masuk, keluar dan parkir lancar

(43)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-20

NO JENIS LAYANAN URAIAN INDIKATOR NILAI / UKURAN / JUMLAH KETERANGAN

Stasiun Besar Stasiun Sedang Stasiun Kecil 7. Fasilitas Kemudahan naik/turun penumpang Memberikan kemudahan penumpang untuk naik kereta atau turun dari kereta

Aksesibilitas Tinggi peron sama dengan tinggi lantai kereta

Tinggi peron sama dengan tinggi lantai kereta

Tinggi peron sama dengan tinggi lantai kereta

Untuk stasiun yang tidak dilengkapi dengan lantai peron atau tinggi peron lebih rendah dari lantai kereta harus disediakan bancik 8. Fasilitas penyandang cacat Fasilitas yang disediakan untuk penyandang cacat

Aksesibilitas Kemiringan ramp untuk akses penyandang cacat maksimum 20% Kemiringan ramp untuk akses penyandang cacat maksimum 20% Kemiringan ramp untuk akses penyandang cacat maksimum 20%

Lift dan escalator harus disediakan untuk stasiun yang jumlah lantainya lebih dari 1 lantai 9. Fasilitas kesehatan Fasilitas yang

disediakan untuk penanganan darurat Ketersediaan fasilitas dan peralatan Tersedianya fasilitas pertolongan pertama kesehatan penumpang Tersedianya fasilitas pertolongan pertama kesehatan penumpang Tersedianya fasilitas pertolongan pertama kesehatan penumpang 10. Fasilitas keselamatan dan keamanan Peralatan penyelamatan darurat dalam bahaya (kebakaran, bencana alam dan kecelakaan) dan pencegahan tindak kriminal Standar Teknis Stasiun Standar Operasi Stasiun Standar Operasi Stasiun Standar Operasi Stasiun

(44)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-21 B. Kebijakan Pengembangan Bidang Prasarana Transportasi

Perkeretaapian

Seiring dengan menigkatnya perkembangan ekonomi Indonesia, maka pergerakan manusia dan barangpun ikut mengalami peningkatan. Peningkatan pergerakan tersebut harus didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Transportasi perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memegang peranan penting dalam melayani pergerakan penumpang dan barang diharapkan dapat menjadi tulang punggung angkutan darat. Berbagai kelebihan angkutan kereta api dibandingkan dengan moda lain diantaranya adalah daya angkut yang besar baik dalam satuan jumlah penumpang maupun barang (ton), pemakaian energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan.

Namun kondisi perkeretaapian di Indonesia saat ini yang jaringannya sebagian besar masih merupakan peninggalan jaman pemerintahan Belanda sangat membutuhkan penanganan yang khusus dan intensif. Untuk mewujudkan transportasi kereta api yang handal dan layak operasi, maka diperlukan investasi yang relatif cukup besar untuk meningkatkan daya saing dan daya dukung prasarana dan sarana kereta api. Dalam jangka waktu tahun 2005 – 2009, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan berdasarkan program-program strategis untuk mencapai misi dan sasaran pembangunan transportasi perkeretaapian. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya pembangunan prasarana (jalan rel, jembatan, persinyalan, telekomunikasi dan listrik).

Berdasarkan kebijakan pemerintah dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan 2010 – 2014 Bidang Perkeretaapian, kondisi perkereteaapian yang diharapkan pada tahun 2014 khususnya pada

(45)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-22 prasarana perkeretaapian, yaitu terbentuknya jaringan prasarana secara lengkap dan memadai, memenuhi standar nasional dan telah diselenggarakan secara mantap dengan prosedur standar yang baku. Jaringan prasarana telah menyambungkan simpul-simpul utama di pulau-pulau utama seperti Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

Kegiatan pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api merupakan penjabaran dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Direktorat Teknik Prasarana (Dit. Tekpras). Adapun tugas dari Dit. Tekpras adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur, serta bimbingan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang teknik prasarana kereta api. Sub kegiatan pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api diantaranya :

1. Rehabilitasi jalur KA;

2. Peningkatan jalur KA termasuk menghidupkan kembali lintas mati; 3. Pembangunan jalur KA baru/shorcut/parsial double track/double

track/double double track;

4. Rehabilitasi/peningkatan jembatan KA;

5. Peningkatan/modernisasi persinyalan, telekomunikasi dan pelistrikan; 6. Pengadaan material rel dan wesel;

7. Pengadaan peralatan/fasilitas prasarana perkeretaapian; 8. Pembangunan/rehabilitasi bangunan operasional;

9. Peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang/flyover/underpass; 10. Supervisi pelaksanaan IMO;

11. Manajemen konstruksi;

12. Survey / studi kebijakan / pedoman / masterplan / DED / STD / AMDAL bidang prasarana KA;

(46)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-23 13. Konsolidasi dan pembinaan teknik prasarana KA.

C. Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Perkeretaapian

Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor PM. 28 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, bahwa prasarana perkeretaapian yang dioperasikan wajib memenuhi persyaratan:

1. Kelaikan teknis yang meliputi:

a) persyaratan sistem; dan

b) persyaratan komponen.

2. Kelaikan operasional, merupakan persyaratan kemampuan prasarana perkeretaapian sesuai dengan rencana operasi perkeretaapian. Kemampuan prasarana perkeretaapian harus memenuhi persyaratan:

a) beban gandar;

b) kecepatan;

c) frekuensi; dan

d) ruang bebas.

1. Persyaratan Sistem

Persyaratan sistem prasarana perkeretaapian meliputi: a. Sistem Jalan Rel

Sistem jalan rel meliputi:

1) Konstruksi Bagian Atas

Konstruksi bagian atas harus memenuhi persyaratan:

a) geometri, harus mampu dilewati sarana perkeretaapian sesuai dengan kecepatan rencana.

b) ruang bebas, harus sesuai dengan jenis sarana perkeretaapian yang akan dioperasikan.

(47)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-24 c) beban gandar, harus memenuhi persyaratan teknis sesuai

dengan kelas jalur.

d) frekuensi, harus memenuhi kapasitas jalur.

2) Konstruksi Bagian Bawah

Konstruksi bagian bawah harus memenuhi persyaratan: a) stabilitas konstruksi; dan

b) daya dukung.

b. Sistem Jembatan

Sistem jembatan harus memenuhi:

1) beban gandar;

2) lendutan;

3) stabilitas konstruksi; dan

4) ruang bebas.

c. Sistem Terowongan

Sistem terowongan harus memenuhi:

1) ruang bebas;

2) geometri;

3) beban gandar;

4) stabilitas konstruksi; dan

5) kedap air.

d. Sistem Stasiun

Sistem stasiun harus mampu:

1) menampung jumlah penumpang dan/atau barang sesuai dengan kelas stasiun; dan

(48)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-25 e. Sistem Peralatan Persinyalan

Sistem peralatan persinyalan terdiri atas:

1) Sistem Peralatan Persinyalan Dalam Ruangan

Sistem peralatan persinyalan dalam ruangan terdiri atas: a) Sistem peralatan persinyalan elektrik, paling sedikit harus

memenuhi syarat: (1) keselamatan;

(2) tingkat keandalan tinggi;

(3) menggunakan teknologi yang terbukti aman; (4) mudah perawatannya;

(5) dilengkapi dengan perekam data; dan

(6) dilengkapi dengan sistem proteksi terhadap petir. b) Sistem peralatan persinyalan mekanik, paling sedikit harus

memenuhi syarat:

(1) tingkat keandalan tinggi; dan (2) mudah perawatannya.

2) Sistem Peralatan Persinyalan Luar Ruangan

Sistem peralatan persinyalan luar ruangan terdiri atas:

a) Sistem peralatan persinyalan elektrik harus memenuhi syarat:

(1) tahan terhadap cuaca; (2) tingkat keandalan tinggi;

(3) menggunakan teknologi yang terbukti aman; (4) keselamatan;

(5) mudah perawatannya; dan

(49)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-26 b) Sistem peralatan persinyalan harus memenuhi syarat:

(1) tahan terhadap cuaca;

(2) tingkat keandalan tinggi; dan (3) mudah perawatannya.

f. Sistem Peralatan Telekomunikasi

Sistem peralatan telekomunikasi harus memenuhi syarat:

1) selektif sifat panggilannya;

2) terdengar jelas dan bersih informasi yang diterima;

3) memiliki tingkat keandalan tinggi;

4) dilengkapi dengan alat perekam suara;

5) mudah perawatannya; dan

6) dilengkapi dengan sistem proteksi terhadap petir.

g. Sistem Instalasi Listrik

Sistem instalasi listrik terdiri atas:

1) Sistem Catu Daya Listrik

Sistem catu daya listrik harus memenuhi syarat: a) dapat saling berhubungan;

b) memiliki tingkat keandalan tinggi;

c) menggunakan teknologi yang terbukti aman; d) menghasilkan tegangan yang stabil;

e) dilengkapi dengan proteksi terhadap petir; dan f) mudah perawatannya.

2) Sistem Peralatan Transmisi Tenaga Listrik

Sistem peralatan transmisi tenaga listrik paling sedikit harus memenuhi syarat:

(50)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-27 b) dilengkapi dengan proteksi terhadap petir; dan

c) mudah perawatannya.

2. Persyaratan Komponen

Persyaratan komponen prasarana perkeretaapian meliputi: a. Komponen Jalan Rel

Komponen jalan rel terdiri atas:

1) tanah dasar;

2) lapis dasar (sub grade);

3) subbalas; 4) balas; 5) bantalan; 6) penambat; 7) rel; dan 8) wesel. b. Komponen Jembatan

Komponen jembatan terdiri atas:

1) konstruksi jembatan bagian atas;

2) konstruksi jembatan bagian bawah; dan

3) konstruksi pelindung.

Jembatan dapat dilengkapi dengan fasilitas pendukung berupa:

1) jalan inspeksi;

2) tempat berlindung; dan/atau

3) tempat kabel.

c. Komponen Terowongan

(51)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-28 1) portal; 2) invert; 3) dinding; dan 4) fasilitas pendukung. d. Komponen Stasiun

Komponen stasiun terdiri atas:

1) Emplasemen stasiun, yang terdiri atas: a) jalan rel;

b) fasilitas pengoperasian kereta api; dan c) drainase.

2) Bangunan stasiun, harus memenuhi persyaratan teknis bangunan dan gedung sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang bangunan dan gedung.

e. Komponen Peralatan Persinyalan

Komponen peralatan persinyalan terdiri atas:

1) Komponen Peralatan Persinyalan Dalam Ruangan

Komponen peralatan persinyalan dalam ruangan terdiri atas: a) Komponen peralatan persinyalan elektrik, paling sedikit

harus memenuhi syarat: (1) keselamatan (fail safe); (2) tingkat keandalan tinggi; (3) tahan terhadap suhu;

(4) dilengkapi dengan indikasi berfungsi tidaknya komponen; dan

(52)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-29 b) Komponen peralatan persinyalan mekanik, harus

memenuhi syarat:

(1) tingkat keandalan tinggi; dan (2) mudah perawatannya.

2) Komponen Peralatan Persinyalan Luar Ruangan

Komponen peralatan persinyalan luar ruangan terdiri atas: a) Komponen peralatan persinyalan elektrik, harus memenuhi

syarat:

(1) tahan terhadap cuaca;

(2) tingkat keandalan tinggi; dan (3) mudah perawatannya.

b) Komponen peralatan persinyalan mekanik harus memenuhi syarat:

(1) tahan terhadap cuaca;

(2) tingkat keandalan tinggi; dan (3) mudah perawatannya.

f. Komponen Peralatan Telekomunikasi

Komponen peralatan telekomunikasi sebagaimana dimaksud paling sedikit harus memenuhi syarat:

1) tingkat keandalan tinggi; dan

2) mudah perawatannya.

g. Komponen Instalasi Listrik

Komponen instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit harus memenuhi syarat:

(53)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-30

2) mudah perawatannya.

D. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 29/PRT/M/2006, bahwa:

1. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

2. Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.

3. Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya.

4. Persyaratan teknis bangunan gedung adalah ketentuan mengenai persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi:

1. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri dari: a) Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan gedung; b) Arsitektur bangunan gedung;

c) Pengendalian dampak lingkungan;

(54)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-31 e) Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah,

air dan/atau prasarana/sarana umum.

2. Persyaratan keandalan bangunan gedung yang terdiri dari: a) Persyaratan keselamatan bangunan gedung;

b) Persyaratan kesehatan bangunan gedung; c) Persyaratan kenyamanan bangunan gedung; dan d) Persyaratan kemudahan bangunan gedung.

1. Fungsi Bangunan Gedung

a. Fungsi hunian merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggal yang berupa:

1) bangunan hunian tunggal; 2) bangunan hunian jamak;

3) bangunan hunian campuran; dan 4) bangunan hunian sementara.

b. Fungsi keagamaan merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan ibadah yang berupa: 1) bangunan masjid termasuk mushola;

2) bangunan gereja termasuk kapel; 3) bangunan pura;

4) bangunan vihara; dan 5) bangunan kelenteng.

c. Fungsi usaha merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usaha yang terdiri dari:

1) bangunan perkantoran: perkantoran pemerintah, perkantoran niaga, dan sejenisnya;

(55)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-32 2) bangunan perdagangan: pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan,

mal, dan sejenisnya;

3) bangunan perindustrian: industri kecil, industri sedang, industri besar/ berat;

4) bangunan perhotelan: hotel, motel, hostel, penginapan, dan sejenisnya;

5) bangunan wisata dan rekreasi: tempat rekreasi, bioskop, dan sejenisnya;

6) bangunan terminal: stasiun kereta, terminal bus, terminal udara, halte bus, pelabuhan laut; dan

7) bangunan tempat penyimpanan: gudang, gedung tempat parkir, dan sejenisnya.

d. Fungsi sosial dan budaya merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya yang terdiri dari:

1) bangunan pelayanan pendidikan: sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolah tinggi/universitas, sekolah luar biasa;

2) bangunan pelayanan kesehatan: puskesmas, poliklinik, rumah-bersalin, rumah sakit klas A, B, C, dan sejenisnya;

3) bangunan kebudayaan: museum, gedung kesenian, dan sejenisnya;

4) bangunan laboratorium: laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biologi, laboratorium kebakaran; dan 5) bangunan pelayanan umum: stadion/hall untuk kepentingan

olah raga, dan sejenisnya.

e. Fungsi khusus merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama yang mempunyai:

(56)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-33 1) tingkat kerahasiaan tinggi: bangunan kemiliteran, dan

sejenisnya;

2) tingkat resiko bahaya tinggi: bangunan reaktor, dan sejenisnya.

f. Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

2. Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung a. Persyaratan Keselamatan Bangunan Gedung

Persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap beban muatan, persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran, dan persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan.

1) Persyaratan struktur bangunan gedung, meliputi: a) struktur bangunan gedung;

b) pembebanan pada bangunan gedung; c) struktur atas bangunan gedung; d) struktur bawah bangunan gedung; dan e) keandalan bangunan gedung.

2) Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran, meliputi:

a) sistem proteksi pasif; b) sistem proteksi aktif;

c) persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran;

d) persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar/eksit, dan sistem peringatan bahaya;

(57)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-34 f) persyaratan instalasi bahan bakar gas.

3) Persyaratan kemampuan bangunan gedung terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan, meliputi:

a) persyaratan instalasi proteksi petir; dan b) persyaratan sistem kelistrikan.

b. Persyaratan Kesehatan Bangunan Gedung

Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung.

1) Persyaratan sistem penghawaan (persyaratan ventilasi), bahwa setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi mekanis seperti pada bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan pencemaran.

2) Persyaratan sistem pencahayaan, bahwa setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya. Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.

3) Persyaratan sanitasi, meliputi:

a) persyaratan plambing dalam bangunan gedung;

b) persyaratan instalasi gas medik (berlaku wajib untuk fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, rumah

(58)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-35 perawatan, fasilitas hiperbarik, klinik bersalin. dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;

c) persyaratan penyaluran air hujan; dan

d) persyaratan fasilitasi sanitasi dalam bangunan gedung (saluran pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah, dan/atau pengolahan sampah). 4) Persyaratan penggunaan bahan bangunan gedung, bahwa

bahan bangunan gedung yang digunakan harus aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung harus tidak mengandung bahan-bahan berbahaya/ beracun bagi kesehatan, aman bagi pengguna bangunan gedung.

c. Persyaratan Kenyamanan Bangunan Gedung Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi: 1) kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang; 2) kenyamanan termal dalam ruang;

3) kenyamanan pandangan (visual); dan

4) kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan.

d. Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung

Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan fasilitas prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung. 1) Persyaratan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan

(59)

PT. DELIMA LAKSANA TATA II-36 a) persyaratan kemudahan hubungan horisontal dalam

bangunan gedung;

b) persyaratan kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung;

c) persyaratan sarana evakuasi; dan

d) persyaratan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lansia. 2) Persyaratan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan bangunan gedung, guna memberikan kemudahan bagi pengguna bangunan gedung untuk beraktivitas di dalamnya, setiap bangunan gedung untuk kepentingan umum harus menyediakan kelengkapan prasarana dan sarana pemanfaatan bangunan gedung, meliputi: ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi. Penyediaan prasarana dan sarana disesuaikan dengan fungsi dan luas bangunan gedung, serta jumlah pengguna bangunan gedung.

E. Benchmarking Pembangunan Stasiun KA di Luar Negeri 1. LRT Philipina

Benchmark pembangunan stasiun KA di luar negeri, diambil dari

Penyusunan Konsep Rancangan, Ruang Lingkup dan Kriteria LRT menjadi dasar pelaksanaan dalam pekerjaan perancangan termasuk di dalamnya kajian mengenai pembangunan stasiun di Philipina yang disusun pada tanggal 24 Nopember 1995.

Gambar

Tabel II-1 Standar Pelayanan Minimal di Stasiun
Gambar II-1 Tanda Tombol Pemberhentian Kereta Api Darurat
Gambar II-2 Tombol Pembuang Asap Stasiun Bawah Tanah
Gambar II-4 Tempat Perlindungan di Bawah Peron Stasiun Kereta Api
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil perhitungan SWOT, subsektor persampahan Kota Medan berada di kuadran empat yaitu Internal Lemah dan Lingkungan tidak Mendukung, dengan hasil bahwa

Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Rajabasa Raya dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang disebar kepada 98 responden Hasil penelitian

Sanitasi kandang dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : (a) tahap pertama, pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya sebelumnya; (b) tahap

Varibel norma subjektif dan kontrol perilaku memperlihatkan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang diartikan bahwa pengaruh lingkungan sosial

Hasil perhitungan harga biaya produksi untuk masing-masing produk dengan menggunakan metode activity based costing yang didapat dengan menjumlahkan seluruh biaya bahan baku

Dari hasil uraian tersebut, maka dibuatlah suatu aplikasi peramalan produksi mie yang akan diimplementasikan ke Perusahaan Omega Mie Jaya dengan menggunakan

Hasil perhitungan rata-rata Indeks Keragaman Jenis (H’), Dominansi (C), dan Keseragaman (e) makrozoobenthos di perairan Pantai Kuala Tanjung pada masing-masing

Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan atau Nilai Tukar Nelayan (NTNP) mengalami perubahan negatif sebesar 0,99 persen pada November 2016 disebabkan perubahan