• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN CASSAPRO PADA TERNAK SAPI PERAH LAKTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN CASSAPRO PADA TERNAK SAPI PERAH LAKTASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN CASSAPRO PADA TERNAK SAPI PERAH LAKTASI

Peningkatan produktivitas temak sapi perah dapat dilakukan melalui pemanfaatan bioteknologi bahan pakan konvensional yang produksinya melimpah dan memiliki nilai ekonomis rendah, seperti onggok (limbah tepung tapioka) yang dapat dirubah menjadi bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi melalui pengkayaan bahan pakan dengan bioproses menggunakan kapang Aspergillus niger yang selanjutnya dikenal dengan nama Casapro. Pengkajian ini dilakukan di Kelompok Ternak Sapi Perah Mekar Jaya, Karang pawitan-Garut. Sejumlah 30 ekor ternak sapi perah laktasi digunakan sebagai mated penelitian, dan dibagi secara acak dalam dua kelompok, ysitu 15 ekor ternak sapi perah diberikan 1 kg casapro dalam campuran konsenhatnya + hijauan (ad libitum), sedangkan 15 ekor temak sapi perah laktasi tidak diberi casapro dalam konsentratnya (kontrol) + hijauan (ad libitum). produk fermentasi casapro menggunakan substmt onggok yang dicampur dengan mineral dan inokulum Aspergillus niger yang difermentasikan pada suhu ruang selama 3-5 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fermentasi onggok mampu meningkatkan kandungan nutrisi casapro. Pemberian 1 kg casapro dalam konsentrat sapi laktasi meningkatkan produksi sapi laktasi 3,02 liter/ekor/hari dibandingkan dengan kontrol (tanpa casapro), sedangkan perbedaan keuntungan yang didapat sekitar Rp 2.903,/ekor/hari .

Kats kunci: Onggok, fermentasi, sapi laktasi

Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000

AGus GUNAwAN',K.SUPRIYATI2, BUDIMAN1,dan H.HAMID2 'Balai Pengkajian TeknologiPertaniam Lembang 2Balai Penelitian Terak P.O. Box 221. Bogor 16002

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Pakan merupakan faktor penting bagi ternak sapi perah, sebab sebagian besar biaya operasional usaha ternak digunakan untuk biaya pakan, sehingga untung ruginya suatu usaha ternak ditentukan juga oleh kebijakan penggunaan pakan. Banyak masalah yang menyangkut bahan makanan ternak antara lain dalam penyusunannya sebagai komponen ransum, pengadaannya dan harganya di pasaran. Sapi perah yang sedang menjalani masa produksi (susu) misalnya, membutuhkan protein lebih banyak clan imbangan protein (imbangan antara jumlah protein dapat dicerna dengan jumlah seluruh zat-zat makanan yang dapat dicerna lainnya) yang lebih sempit.

Untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan tersebut di atas, sukar untuk menyusun ransum dengan menggunakan bahan bahan sesuai dengan kandungan seperti di atas. Selain itu, bila ternak hanya diberikan rumput saja sukar untuk memaksimumkan produktivitas ternak sapi perah, karena kandungan protein rumput umumnya rendah.

Peningkatan produktivitas ternak ruminansia dapat dilakukan melalui pemanfaatan bioteknologi bahan pakan konvensional yang produksinya melimpah dan memiliki nilai ekonomis rendah, seperti onggok (limbah tepung tapioka) yang dapat dirubah menjadi bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi melalui pengkayaan bahan pakan dengan bioproses menggunakan kapang Aspergillus niger yang selanjutnya dikenal dengan nama casapro (KOMPIANG, 1994). Metode ini mampu meningkatkan nilai nutrisi limbah onggok, terutama proteinnya menjadi14%.

Teknologi pembuatan casapro seperti di atas telah tersedia dan sudah bisa diterapkan di tingkat peternak. Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian tentang pemanfaatan casapro sebagai komponen

(2)

Seminar Nasional Peternakan dan Peteriner 1000

bahan pakan ternak sapi perah, sehingga mampu meningkatkan produksi susu maupun pengamatan peternak sapi perah.

MATERI DAN METODE

Pengkajian ini dilakukan di Kelompok Ternak Sapi Perah Mekar Jaya, Karang pawitan-Garut . Daerah ini memiliki peringkat kedua pada urutan populasi sapi perah terbesar di Jawa Barat, setelah Bandung clan juga potensi limbah onggoknya yang berlimpah. Sejumlah 30 ekor ternak sapi pe ah laktasi digunakan sebagai materi penelitian, clan dibagi secara acak dalam dua kelompok, yaitu 15 ekor ternak sapi perah diperikan 1 kg casapro dalam campuran konsentratnya + hijauan (adlibitum), sedangkan 15 ekor ternak sapi perah laktasi tidak diberi casapro dalam konsentratnya (kontrol) + hijauan (ad libitum). Pertimbangan pemberian 1 kg casapro bertujuan agar mampu meningkatkan produksi yang ada. Dalam pertemuan pendahuluan (partisipatif), pemberian konsentrat dirasa belum mampu memenuhi standar kebutuhan optimum sapi perah laktasi.

Sementara produk fermentasi yang digunakan dalam penelitian ini disiapkan menurut prosedur yang dilaporkan KOMPLkNG et al. (1993) dengan menggunakan substrat onggok yang dicampur dengan mineral clan inokulum Aspergillus niger yang difermentasikan pada suhu ruang selama 3-5 hari. Limbah onggok diperoleh dalam keadaan kering yang diperoleh dari daerah Kecamatan Malangbong-Garut. Teknologi fermentasi dilakukan secara fermentasi padat, dimana pada fermentasi ini produk kapang tidak perlu dipisahkan dari substrat.

Untuk mengetahui respon ternak terhadap pemberian casapro, maka dilakukan pengukuran produksi susu harian, kualitas susu yang diukur setiap 15 hari sekali, konsumsi hijauan dan konsentrat selama kurang lebih 4 bulan pengamatan. Selanjutnya data produksi susu yang didapat dianalisa dan dilakukan uji T test (STEEL clan TORRIE, 1980). Dari data tersebut dikaji pula secara ekonomik untuk mengetahui nilai ekonomis dari casapro.

Kandungan nutrisi casapro

252

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan nutrisi casapro sangat penting artinya dalam menilai kualitas protein yang dihasilkan setelah sustrat (onggok) mengelami fermentasi dengan menggunakan Apergillus niger, karena merubah bahan mentah menjadi suatu produk baru (Casapro) membutuhkan biaya dalam pembuatannya. Apabila tambahan biaya yang diperlukan dalam proses fermentasi mampu mengimbangi dengan naiknya produk baru casapro yang dihasilkan, maka dapat dikatakan teknologi ini cukup efisien. Bahkan PELCZAR dan CHAN (1988) mengemukakan bahwa apabila suatu mikroorganisme dapat mengubah suatu bahan mentah yang murah menjadi suatu produk yang lebih berharga dan bermanfaat, maka ada kemungkinan untuk melakukan kegiatan ini dalam skala industri.

Seperti pada Tabel 1, setelah mengalami fermentasi kadar protein onggok yang semula 2,19% berubah clan meningkat menjadi 14,12%. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan jumlah massa sel kapang. Penambahan N organik/mineral pada media onggok akan meningkatkan aktivitas kapang Aspergillus niger dalam bentuk sel. LECHNIGER (1991) melaporkan bahwa Urea clan ZA sebagai sumber nitrogen akan dimanfaatkan kapang untuk smtesa protein setelah terlebih dahulu diubah menjadi amonium dan karbondioksida oleh enzim urease yang dihasilkan, yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino.

(3)

Seminar Nasional Peternakan dan Veleriner 2000

Tabel 1. Ksndungan gizi onggok sebelum dan sesudah difennentasi denganAspergillus niger(% berat kering)

Secara keseluruhan, selain pritein kandungan energi, lemak, Ca, dsn P jugs meningkat dengan adanya proses fermentasi. Peningkatan energi metabolis onggok yang difermentasi kemungkinan merupakan akibat dari pemecahan serat kasar menjadi karbohidrat yang lebih sederhana, seperti ditunjukkan dengan adanya penurunan serat kasar dari 10,29 menjadi 9,95%. Selain itu, kandungan fosfor ikut meningkat dengan adanya proses fermentasi. Peningkatan ini dijelaskan olehSINURATet

al. (1996) terjadi karena selama proses fermentasi terbentuk enzim fitase yang memecah ikatan komplek fosfor dengan asam fitat (inositol). HOPPE (1992) menyatakan bahwa Aspergillus niger

sudah banyak digunakan secara luas untuk menghasilkan enzim fitase. Produksi susu

Bila diperhatikan nilai produksi susu secara menyeluruh, maka ada kecenderungan perbaikan produksi susu secara nyata pada sapi laktasi yang diberi casapro i kg dalam ransumnya (Tabel 2). Perolehan angka produksi susu harian yang cukup menarik ini cukup beralasan, sebab selain akibat peningkatan kandungan protein pada Lmak perlakuan, juga diduga adanya peningkatan nilai kecernaan protein kemungkinan berasal dari bertambahnya jumlah kapang dalam produk casapro yang mempunyai nilai kecernaan lebih tinggi dari protein onggok, sebagaimana dilaporkan WHrFE

dan BALLOUN (1977) yang menggunakan substrat bungkil kelapa. Hal ini juga sejalan dengan hasil

penelitian casapro sebelumnya (KOMPIANG et al., 1993), dimana diperkirakan selama fermentasi

disamping peningkatan protein juga terbentuk berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan. Dilaporkan pula bahwa A. niger juga menghasilkan enzim amilase, selurose, protease, dan phitase

(OFUYAdanNwAJIAUBA, 1990;SANIet al., 1992;REFNITA 1990 dan WANGet al., 1980).

Kelebihan lain yang diperoleh dari pengkajian ini, selain kenaikan kandungan protein (Casapro), juga dijumpai adanya kecenderungan sapi laktasi bulan ketujuh, akhir masa produksi dan awal masa kering, sapi tetap berproduksi cukup tinggi, yaitu bisa mencapai sekitar 10 liter/ekor/hari. Keadaan ini sempat menimbulkan kekhawatiran dikalangan peternak (perlakuan) dan Dinss Peternakan setempat, sebab apabila ternaknya akan dikeringkan (kandang), maka akan berakibat ternak akan menderita penyakit mastitis, peradangan kelenjar susu. Padahal pada periode seperti itu, produksi susu umumnya sedikit sekali atau bahkan ada yang sudah tidak berproduksi lagi. Permasalahan ini pun, kemudian bisa diatasi setelah diberikan saran dengan mengurangi pemberian casapro maupun konsentrat secara bertahap.

Dari hasil pengkajian ini dapat diketahui bahwa pakan konsentrat sapi perah laktasi di wilayah pengkajian belum optimal atau memenuhi standar kebutuhan sapi laktasi. Hal ini terbukti bahwa

No Ksndungan gizi Sebelum fermentasi (Onggok) Setelah fermentasi (Casapro)

1 Ksdar air 14,00 13,97 2 Protein Kasar 2,19 14,12 3 Serst Kasar 10,29 9,95 4 Energi (kaUgram) 3474 3618 5 Lemsk 0,70 0,83 6 Abu 0,97 1,67 7 Ca 0,20 0,35 8 P 0,04 0,05

(4)

Seminar Nasional Pelernakan clan Veleriner2000

Keadaan ini diduga adanya kesulitan mencari bahan pakan berkualitas dengan harga yang relatif murah clan tersedia setiap saat. Untuk itu, nampaknya pengenalan teknologi bioproses seperti ini akan mampu memberikan peluang yang besar dalam usaha meningkatkan produktivitas sapi perah setempat.

Tabel 2. Produksi susu sapi Iaktasi yang diberi casapro dan tidak diberi casapro (kontrol) selama 3 bulan pengarnatan

254

Analisa usaha sap! perah laktasi

Perhitungan ekonomi penggunaan casapro sangat diperlukan dalam menentukan clan mengevaluasi keberhasilan penerapan teknologi casapro pada sapi laktasi, sebab perhitungan ini akan digunakan indikator dalam menetapkan kelayakan suatu teknologi. Hal ini dapat diurtikan bahwa kenaikan produksi belum tentu identik dengan mampu meningkatnya pendapatan. Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa penggunaan 1 kg casapro dalam konsentrat sapi laktasi mampu meningkatkan produksi susu sekitar 3,02 liter/ekor/hari. Keberhasilan ini tentunya harus pula diikuti dengan tingkat pendapatan, agar teknologi yang diaplikasikan memberikan dampak positip.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa keuntungan yang diperoleh peternak sapi perah dalam mengaplikasikan 1 kg casapro dalam ransumnya sekitar Rp 2.903,-/ekor/hari. Dengan kata lain bahwa dengan penambahan biaya 1 kg casapro harga Rp 540, maka diperoleh keuntungan sebesar Rp. 2903. Keberhasilan angka keuntungan ini ternyata memberikan dampak tersendiri bagi peternak

No i

Bulan September

Produksi

Perlakuan susu (liter/ekor/had)Kontrol

1. 14,09 11,69 If. 13,44 12,38 III. 13,45 10,36 IV. 12,47 9.74 Rata-rata 13,36 11,04 2 Oktober I. 12,98 9,18 II. 13,35 9,46 Ill. 13,50 9,43 IV. 13,15 8,% Rata-rata 13,25 9,26 3 Nopernber 1. 13,10 10,93 II. 12,64 10,51 III. 12,23 9,32 IV. 13,30 9,35 Rata-rata 12,82 10,03 Rata-rata 13,14 10,12 Selisih 3,02

(5)

tnaupun kelompok dalam menerima teknologi ini. Keberhasilan ini juga dapat diketahui dengan adanya minat kelompok selain akan mengusahakan sendiri, dalam tahap permulaan, juga akan membuat produk casapro dan memasok KUD Cikajang dan Bayongbong yang selama ini dticenal sebagai koperasi terbesar di Kabupaten Garut dalam usahanya di bidang sapi perah.

Tabel 3. Perhitungan ekonomis penggunaan Casaproo pada satu ekor sapi perah laktasi No Uraian

1 Produksi Susu 2 Bahan Pakan:

Jerami padi

Konsentrat Puri (KUD) Ampas tahu Casapro Keuntungan 11 .812,8 8909,8 Perbedaan Keuntungan A dan B (Rp/ekor/hari) 2.903 Kesimpulan

1 . Proses fermentasi limbah onggok dengan A. niger ternyata mampu meningkat nilai gizi casapro, baik protein, energi, Ca clan P.

2. Penggunaan 1 kg casapro pada konsentrat sapi laktasi meningkatkan produksi susu sekitar 3,02 liter/ekor/hari clan pendapatan petemak Rp 2.903,-/ekor/hari

Saran

Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000

KESIMPULAN DAN SARAN

1 . Pengkajian sebaiknya dilakukan pada materi percobaan yang lebih luas atau kawasan, (sesuai dengan wilayah kerja KUD) sehingga hasil yang didapat pun akan lebih nampak manfaatnya. 2. Perlu dicari pula bahan pakan alternatif lain yang dapat digunakan clan diaplikasikan dengan

teknologi yang sama seperti Casapro.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk Amar M. Sobari, Drs. Mamad, dan Bpk Afip atas bantuan teknis, ketjasama clan fasilitas yang diberikan selama penelitian dilaksanakan.

Jumlah Perlakuan Harga (Rp) Nilai(Rp) Jumlah Kontrol Harga (Rp) Nilai(Rp) 13,251 1100 14.575 10,12 11.132 33kg 15 495 33kg 15 495 1 550 550 1 kg 550 550 19,62 60 1177,2 19,62kg 60 1177,2 1 kg 540 540 0 kg 0 0

(6)

Seminar Nasional Peternakan dan Vetertner2000

DAFTAR PUSTAKA

GLENN, R.D. and P.L. RoGERS. 1988. A solid substrate fermentation process for animal feed product studies onfungal strain improvement. Aust. J. Biotechnol. HOPPE, P.P. 1992. Review of the biological effects and the ecological importance of phitase in pigs. In: Use of

Natuphos in Pigs andPoultry. BASF. Ledwigshafen.

KoheiANG, I.P., J. DHARmA, T. PURWADARIA, A. SINURAT dan K.

Supmn

1993. Laporan Hasil Penelitian Protein Enrichment: Studi Cassava Enrichment Melalui Proses Biologi untuk Temak Monogastrik. Balai Penelitian Temak dan Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nasional . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

LECHNINGER, A.W. 1991 . Dasar-Dasar Biokimia . Volume 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

OFUYA, C.O and C.J. NwAnUBA. 1990. Fermentation of cassava peels for the production of cellulolitic enzymes. J. App. Bact Bact.

PELcm, M.J. dan E.C.S. CHAN. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Mc. Graw Hill Book Company (terjemahan). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta p. 924.

REFNrrA. 1990. Pengaruh Penggunaan Dedak Padi yang Difermentasikan dengan A. niger dalam Ransum dengan Serat Kasar Tinggi terhadap Penampilan Produksi dan Ketersedisan Mineral P, Ca dan Mg Ayam Pedaging. Thesis S2. Fakultas Pascasarjana. IPB Bogor.

SANI, A., F.A. AwE and J.A. AKINJANru. 1992. Amylase Synthesis in Aspergilluslafus and Aspergillus niger Grown on Cassava Peels. J. Ind. Mic.

SwuRAT, A.P., P. SETiADI, T. PuRwADARIA, A.R. SETioKo, dan J. DHARmA. 19%. Nilai bungkil kelapa yang difermentasi dan pemanfaatannya dalam ransum itikjantan. J. Ilmu Ternak Vet. 1(3):161-168.

WHnE, W.B. and S.L. BALLow 1977. The Value of methanol-derived Singgel Cell protein for broilers. Poult. Sci.

WANG, H.L., E.W. SWAIN, and C.W. HESSELINE. 1980. Phytase of molds used in oriental food fermentation. J. FoodSci.

Gambar

Tabel 1. Ksndungan gizi onggok sebelum dan sesudah difennentasi dengan Aspergillus niger (% berat kering)
Tabel 2. Produksi susu sapi Iaktasi yang diberi casapro dan tidak diberi casapro (kontrol) selama 3 bulan pengarnatan
Tabel 3. Perhitungan ekonomis penggunaan Casaproo pada satu ekor sapi perah laktasi No Uraian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian analisis usaha ternak sapi perah di Kecamatan Selo bertujuan untuk 1) Mengetahui bagaimana karakteristik peternak sapi perah di Desa Samiran dan Desa

OPTIMALISASI PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK

dalam pakan sapi perah laktasi juga diharapkan meningkatkan kualitas. fisikokimia

Inovasi perbaikan formula pakan konsentrat dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan dan efisiensi usaha ternak sapi perah sehingga berdampak pada peningkatan

Beberapa keuntungan usaha ternak sapi perah adalah peternakan sapi perah termasuk usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein

Analisis usaha tani pada induk sapi perah sedang laktasi dengan perlakuan perbaikan pakan yaitu pemberian hijauan rumput Gajah disubtitusi dengan jerami jagung fermentasi

Demikian halnya dalam pemanfaatan limbah sayur sebagai pakan yang merupakan salah satu program penyuluhan di Kabupaten Enrekang bagi peternak sapi perah, dapat

Sapi perah yang menghasilkan produksi susu tinggi rentan terhadap penurunan kondisi tubuh terutama pada penurunan bobot badan karena tidak seimbangnya antara konsumsi pakan dengan