• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN IMPLEMENTASI

PROYEK PERUBAHAN

PENYUSUNAN STANDAR OPERASI DAN PROSEDUR (SOP)

OPTIMALISASI KEGIATAN FILANTROPI SEBAGAI ALTERNATIF

PEMBIAYAAN KONSERVASI

OLEH :

Bambang Sasongko Jati, S.Hut., M.E., M.PP NIP. 19801205 200604 1 004

Kepala Seksi Kolaborasi Kawasan Konservasi Sub Direktorat Pemanfaatan Kawasan Strategis Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam

Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XXIX PUSAT DIKLAT SDM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

(2)

ii

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

PENYUSUNAN STANDAR OPERASI DAN PROSEDUR (SOP)

OPTIMALISASI KEGIATAN FILANTROPI SEBAGAI ALTERNATIF

PEMBIAYAAN KONSERVASI

OLEH :

BAMBANG SASONGKO JATI, S.HUT., M.E., M.PP

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XXIX

PUSAT DIKLAT SDM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2018

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

(LABORATORIUM KEPEMIMPINAN)

PENYUSUNAN STANDAR OPERASI DAN PROSEDUR (SOP)

OPTIMALISASI KEGIATAN FILANTROPI SEBAGAI ALTERNATIF

PEMBIAYAAN KONSERVASI

DISUSUN OLEH :

BAMBANG SASONGKO JATI, S.HUT., M.E., M.PP NIP. 19801205 200604 1 004

KEPALA SEKSI KOLABORASI KAWASAN KONSERVASI SUB DIREKTORAT PEMANFAATAN KAWASAN STRATEGIS DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM

DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

Bogor, 09 Oktober 2018 Bogor, 09 Oktober 2018

Coach, Penguji,

Dr. Ir. Novianto Bambang W., M.Si

NIP. 19561118 198203 1 006 Ir. Rahmi Astuti Rohaini NIP. 19640415 199203 2 003

Mentor,

Drs. Toto Indraswanto, M.Sc NIP. 19650825 199503 1 001

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

1. Peserta Diklat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Bambang Sasongko Jati, S.Hut.,M.E.,M.PP Jabatan : Kepala Seksi Kolaborasi Kawasan Konservasi

Instansi : Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam

Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Adalah peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan XXIX Tahun 2018 di Pusat Diklat SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2. Pejabat Pembina Kepegawaian/Pejabat yang ditunjuk Nama : Ir. Listya Kusumawardhani, M.Sc

Jabatan : Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Instansi : Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam

Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem 3. Proyek perubahan peserta diklat kepemimpinan IV merupakan produk pembelajaran

individual yang menjadi salah satu indikator pencapaian hasil diklat. Proyek perubahan ini akan diimplementasikan di instansi kami dalam Milestone jahgka menengah yaitu pada tahun 2019 dan jangka panjang pada tahun 2020 dan sesudahnya

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan segala konsekuensinya. Bogor, Oktober 2018

Peserta Diklat, Direktur PIKA,

B.S. Jati, S.Hut.,M.E.,M.PP

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat

dan karunia-Nya, maka Laporan Implementasi Proyek Perubahan dalam rangka Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan XXIX Tahun 2018 di Pusat Diklat SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan judul “Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi” ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Output dari implementasi Proyek Perubahan ini adalah berupa sebuah Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang mengatur mekanisme kerja sama menggunakan skema filantropi dengan pihak yang ingin berkontribusi pada upaya konservasi yang selama ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE).

Penyusunan SOP Alternatif Pembiayaan Konservasi Melalui Optimalisasi

Kegiatan Filantropi merupakan penyusunan sebuah mekanisme kegiatan kerja sama yang masih termasuk ke dalam jenis kerja sama Penguatan Fungsi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati. SOP ini berpedoman pada tiga peraturan menteri yaitu Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Kerja Sama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) sebagaimana diubah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.44/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2017 serta Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.05/2017 tentang Administrasi Pengelolaan Hibah. Diharapkan, penyusunan SOP ini dapat menjadi langkah awal yang dapat menggerakkan penerapan skema filantropi di masa yang akan datang mengingat filantropi merupakan paradigma yang sudah lama berkembang di dunia internasional dan mulai tumbuh di masyarakat Indonesia akan tetapi sampai dengan saat ini masih belum begitu optimal didayagunakan khususnya di bidang konservasi.

Pelaksanaan implementasi proyek perubahan ini berlandaskan pada Rancangan Proyek Perubahan (RPP) yang sebelumnya telah diajukan dan mendapatkan persetujuan dari penguji. Implementasi dilaksanakan dengan merealisasikan setiap tahapan milestone yang ada sehingga diperoleh output dalam setiap tahapan yang terukur dan jelas. Terdapat beberapa perubahan dalam pengaturan waktu dan bentuk pelaksanaan milestone mengingat Penyusun juga harus menyesuaikan dengan waktu pelaksanaan kegiatan organisasi serta kebijakan pimpinan, akan tetapi secara umum berbagai kendala yang timbul telah dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA), Ibu Ir. Listya Kusumawardhani, M.Sc, Almarhumah Ibu Ir. Emy Endah Suwarni, M.Sc selaku Mentor, Bapak Drs. Toto Indraswanto, M.Sc selaku Mentor Pengganti, Bapak Dr. Ir. Novianto Bambang W., M.Si selaku Coach dan Ibu Ir. Rahmi Astuti Rohaini selaku Penguji yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan moril yang luar

(6)

vi

biasa, sehingga implementasi proyek perubahan ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Widyaiswara pengajar Diklat PIM IV Angkatan XXIX dibawah Penanggung Jawab Program Bapak Dr. Ir. Amir Wardhana dan Bapak Amrizal Tanjung, M.Si, M.AS atas ilmu yang telah disampaikan serta kepada seluruh Panitia Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan XXIX di bawah Penanggung Jawab Ibu Puji Iswari, S.Hut., M.Si. dan Ibu Gina Ginanjar Anandadin, S.H.

Ucapan terima kasih juga disampaikan untuk seluruh rekan-rekan peserta Diklat PIM IV Angkatan XXIX tahun 2018 atas bantuan dan kebersamaan dalam mengikuti setiap kegiatan dan telah mewujudkan sebuah tim yang sangat kompak. Apresiasi yang tinggi juga disampaikan untuk seluruh wakil organisasi khususnya mitra yang telah mendukung proyek perubahan ini, karena dari dukungan-dukungan tersebutlah Penyusun semakin termotivasi untuk mewujudkan output yang bermanfaat bagi upaya konservasi ini. Disamping berbagai hal tersebut, hal terpenting adalah bahwa output proyek perubahan ini bukanlah merupakan hasil kerja Penyusun pribadi melainkan hasil dari segenap anggota tim efektif, Ibu Yuyun Nurohmah BSc.F, Ibu Ir. Ida Fitriani, Ibu Drh. Faustina Ida Harjanti, M.Sc, Mas Tonny Wuryanto, S.Hut., M. Lutfi Nursafari, A.md, Suci Intani, Vina S. Sa’adah dan Robby Anggara staf di Sub Direktorat Pemanfaatan Kawasan Strategis, juga kepada Kang Heri Suheri, S.Hut., M.Sc di Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Aldila Paramita S.Hut., M.Sc rekan di Direktorat Konservasi Kawasan yang tidak kenal lelah dalam membantu terselesaikannya dokumen ini.

Pada akhirnya, Penyusun mempersembahkan seluruh hasil yang telah dicapai untuk Dety Deyanti dan Kei Oliverio Rasendria Jati, karena tanpa kasih sayang dan dukungan keluarga, tentunya Penyusun tidak akan dapat menyelesaikan segala tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Semoga hasil implementasi proyek perubahan ini akan terus dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi khususnya di Seksi Kolaborasi Kawasan Konservasi, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.

Bogor, 09 Oktober 2018

Penyusun,

(7)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viiii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1. Kondisi Umum ... Error! Bookmark not defined. 2. Rasional Pemilihan/Penetapan Area Perubahan ... Error! Bookmark not defined. 3. Keterkaitan Area Perubahan dengan Isu Strategis Organisasi ... Error! Bookmark not defined. B. Tujuan Proyek Perubahan ... 8

C. Ruang Lingkup Proyek Perubahan ... 8

D. Standar/Kriteria Keberhasilan ... 9

BAB II DESKRIPSI DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN (LABORATORIUM KEPEMIMPINAN) ... 10

A. Pelaksanaan Tahap Kegiatan Jangka Pendek (Milestone Jangka Pendek) 10Error! Bookmark not defined. B. Analisis Stakeholder Internal dan Eksternal ... 23

C. Kendala ... 29

D. Strategi dalam Mengatasi Kendala ... 29

E. Capaian Hasil Proyek Perubahan ... 30

F. Instrumen Monitoring yang Digunakan ... 31

BAB III PENUTUP... 32

A. Kesimpulan ... 32

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sebagian anggota tim Kelompok Kerja Proyek Perubahan

2 ... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 2. SK Tim Kerja Proyek Perubahan ... Error! Bookmark not defined.2 Gambar 3. Komunikasi Verbal yang dilakukan untuk menjelaskan konsep Proyek Perubahan ... Error! Bookmark not defined.3 Gambar 4. Kuesioner online menggali masukan Konsep Filantropi

4 . Error! Bookmark

not defined.

Gambar 5. Media Komunikasi dan Penyebaran Kuesioner online menggunakan

Aplikasi Whatsapp dan Facebook ... Error! Bookmark not defined.4 Gambar 6. FGD Tahap Kesatu di Hotel Grand Cakra

5 ... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 7. Foto Bersama Peserta FGD tahap Kesatu

5 ... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 8. Bersama dengan mitra BBTN BTS ... Error! Bookmark not defined.6 Gambar 9. Rapat Penyusunan Draft SOP ... Error! Bookmark not defined.6 Gambar 10. Suasana Diskusi dalam Rapat Penyusunan draft SOP

7 . Error! Bookmark

not defined.

Gambar 11. Suasana Diskusi dalam Rapat Perbaikan Draft SOP

8 .... Error! Bookmark

not defined.

Gambar 12. Penyampaian Konsepsi SOP Filantropi... 19 Gambar 13. Suasana FGD Tahap kedua yang dilaksanakan bersama dengan kegiatan Sosialisasi Peraturan Bidang KSDAE... 19 Gambar 14. Suasana Rapat Perbaikan SOP ... Error! Bookmark not defined.0 Gambar 15. Pembukaan acara Sosialisasi Kerja Sama dan FGD Tahap Ketiga oleh Plh. Direktur PIKA ... Error! Bookmark not defined.0 Gambar 16. Peserta FGD Tahap kedua ... Error! Bookmark not defined.1 Gambar 17. Bpk. Tony Wuryanto, anggota tim efektif

1 ... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 18. Suasana FGD Tahap keempat yang dilaksanakan bersama dengan kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis di Balai Taman Nasional Bunaken ... Error! Bookmark not defined.2

(9)

ix

Gambar 19. Bersama dengan Kepala Balai TN Bunaken bertemu dengan calon filantropis dan gambaran bentuk bangunan yang ingin dihibahkan

2 Error!

Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Pelaksanaan Kegiatan Dalam RPP dan Laboratorium

Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined.0 Tabel 2. Stakeholder internal dalam penyusunan SOP Optimalisasi Kegiatan

Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi ……….24 Tabel 3. Stakeholder Eksternal yang telah memberikan dukungan

5 Error! Bookmark

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembentukan Tim Kerja Proyek Perubahan

(Output: Terbentuknya tim kerja proyek perubahan yang dibuktikan dengan SK Tim Kerja)

Lampiran 2 Penggalangan dukungan pendapat dalam rangka penggalian informasi lingkup KLHK dan stakeholders terkait melalui jajak eksternal KLHK melalui kuesioner online tentang substansi yang perlu diatur dalam SOP untuk mengakomodir peluang filantropi untuk alternatif pendanaan konservasi

(Output: Terdapatkannya masukan substansi dari stakeholder yang dibuktikan dengan adanya kuesioner online dan bukti dukungan stakeholder yang berisi saran dan masukan)

Lampiran 3 Focus Group DiscussionEksternal Tahap 1 (FGD) dengan Stakeholder Internal dan

(Output: Mencari masukan saran dan dukungan untuk draft SOP dari berbagai pihak yang dibuktikan dengan notulensi pertemuan)

Lampiran 4 Penyusunan draft SOP.

(Output: Tersusunnya draft awal SOP yang dibuktikan dengan tersusunnya draft 0 Standar Operasional Prosedur Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Lampiran 5 Perbaikan draft SOP.

(Output: Terakomodirnya masukan berbagai stakeholders serta perbaikan terhadap draft awal dengan dibuktikandengan tersusunnya draft 1 Standar Operasional Prosedur Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Lampiran 6 FGD dengan stakeholders internal dan eksternal Tahap 2 (milestone tambahan).

(Output: Tersosialisasikannya draft SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak yang dibuktikan dengan notulensi pertemuan)

Lampiran 7 Perbaikan draft SOP hasil masukan saran FGD Tahap 2.

(Output: Terakomodirnya masukan berbagai stakeholders hasil FGD Tahap 2, dibuktikandengan tersusunnya draft 2 Standar Operasional Prosedur Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Lampiran 8 FGD dengan Stakeholder Internal dan Eksternal Tahap 3.

(11)

xi

perbaikan berbagai Pihak)

Lampiran 9 FGD dengan stakeholder Internal dan Eksternal Tahap 4 (Milestone tambahan).

(Output: Tersosialisasikannya draft SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak)

Lampiran 10 Milestone 10. Finalisasi draft SOP

(Output: Tersusunnya draft SOP Final dengan bukti Draft Final SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi Sebagai alternatif Pembiayaan Konservasi)

Lampiran 11 Pelaporan Hasil Draft Final ke Dirjen KSDAE

(Output: Terlaporkannya draft final SOP kepada Dirjen KSDAE untuk mendapatkan pengesahan dengan bukti Nota Dinas Direktur PIKA kepada Dirjen KSDAE)

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1. Kondisi Umum

Pengelolaan Kawasan Konservasi (KK) baik yang berupa Kawasan Suaka Alam (KSA) maupun Kawasan Pelestarian Alam (KPA) serta upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) di Indonesia semakin hari semakin menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah dihadapi. Pada saat ini, di Indonesia terdapat tidak kurang dari 552 KK yang berupa KSA seperti Cagar Alam (CA) dan Suaka Marga Satwa (SM) serta KPA seperti Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (Tahura) dan Taman Wisata Alam (TWA). Pengelolaan KK yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ini, semakin hari semakin mendapatkan tekanan yang semakin berat.

Pengelolaan KK dan KKH merupakan amanah yang saat ini diemban oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE). Pengelolaan KK dan KKH tersebut didasarkan pada prinsip 3P (Perlindungan, Pengawetan dan Pemanfaatan) demi menjaga kelestarian dan juga untuk dapat memberikan manfaat kawasan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan luasnya kawasan hutan khususnya yang berstatus KK hingga mencapai 27 juta hektar tentunya membutuhkan pembiayaan yang sangat besar.

Sampai dengan Tahun 2018, berdasarkan data anggaran Ditjen KSDAE pada Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019, dapat diketahui bahwa pemerintah melalui APBN baru dapat membiayai pengelolaan KK dan KKH sebesar Rp.59.000/Ha. Kemampuan pengalokasian anggaran tersebut selama ini masih dipandang belum mencukupi untuk menunjang pengelolaan KK dan KKH yang menghadapi masalah semakin kompleks. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat pada saat ini, sesuai dengan proyeksi penganggaran yang didapatkan oleh Ditjen KSDAE berdasarkan pagu indikatif Tahun 2019, akan terjadi penurunan besaran anggaran dari Tahun 2018 ke Tahun 2019 sebesar 16,11%. Hal ini tentu saja akan membawa dampak yang besar pada meningkatnya kesulitan untuk merealisasikan kegiatan dalam pengelolaan KK dan KKH.

Pembiayaan konservasi yang selama ini masih belum dapat dipenuhi dari dana murni pemerintah merupakan salah satu tantangan tersendiri yang menjadikan berbagai skema pembiayaan harus ditempuh. Namun demikian,

(13)

2

berbagai skema yang selama ini telah digunakan, dipandang masih belum dapat berjalan efektif sehingga perlu dicarikan terobosan-terobosan baru. Salah satu terobosan yang dipandang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan skema filantropi dalam upaya konservasi. Skema ini merupakan skema yang baru berkembang di Indonesia, sehingga belum terdapat aturan yang jelas untuk mewadahi penerapannya di bidang konservasi. Oleh karena hal tersebut, maka dibutuhkan sebuah mekanisme yang jelas dan efektif untuk dapat merealisasikan skema filantropi sehingga diharapkan terobosan baru ini akan dapat membantu mengatasi permasalahan anggaran yang saat ini dihadapi.

Dalam rangka menghadapi permasalahan pembiayaan, salah satu cara yang selama ini telah digunakan untuk memenuhi kekurangan dan dalam rangka untuk mewadahi kontribusi dan kepentingan berbagai pihak adalah dengan menggunakan skema kerja sama. Kerja sama selama ini telah dilakukan dengan berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri. Mitra kerja sama dapat berupa lembaga internasional, perusahaan, universitas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan sebagainya. Kerja sama merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan dan pengembangan KK dan KKH. Kerja sama ini dibangun atas kepentingan bersama para pihak untuk optimalisasi dan efektifitas pengelolaan KK.

Sampai dengan Bulan September Tahun 2018, telah tercatat sebanyak 515 buah Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang dilakukan antara Ditjen KSDAE dengan berbagai macam mitra dimana terdapat 6 (enam) organisasi internasional yang diratifikasi keikutsertaannya antara lain seperti IUCN, CITES, CBD, Cartagena Protocol, Nagoya Protocol dan Montreal Protocol serta 10 kerja sama dengan Organisasi Masyarakat yang didirikan oleh Warga Negara Asing (Ormas Asing) seperti kerja sama dengan Conservation International (CI), Wildlife Conservation Society (WCS), Paneco dan lainnya. Dari 515 PKS yang ada tersebut, 486 diantaranya adalah PKS penguatan fungsi dan konservasi keanekaragaman hayati dan sisanya sebanyak 76 buah merupakan kerja sama pembangunan strategis yang tidak dapat dielakkan.

Jumlah kerja sama yang sangat banyak tersebut menunjukkan adanya animo yang besar dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan baik dengan KK secara langsung maupun tidak langsung untuk dapat berkontribusi dalam bidang konservasi. Kondisi perekonomian yang terus berkembang, ditopang dengan peningkatkan kesadaran akan konservasi dalam pengelolaan hutan dan lingkungan, melahirkan juga paradigma baru dengan kemunculan aktifitas filantropi atau kedermawanan sosial melalui donasi di berbagai bidang termasuk dalam kegiatan konservasi alam dan keanekaragaman hayatinya

(14)

3

Beberapa peraturan perundangan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan kerja sama, selama ini telah menjadi pondasi yang cukup kuat dalam menaungi kepentingan para pihak yang bekerja sama dengan Ditjen KSDAE. Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala dimana dalam kenyataannya mekanisme yang dianggap sulit dalam proses penyusunan PKS menyebabkan permasalaahan tersendiri seperti hilangnya peluang pembiayaan akibat birokrasi yang berjalan terlalu panjang dan lama. Saat ini, proses administrasi PKS dapat memakan waktu yang sangat lama (berkisar 3-8 bulan) sampai dengan dapat terealisasi di lapangan, dalam beberapa kasus penyusunan PKS dengan Ormas Asing yang lebih dikenal dengan terminologi Memorandum Saling Pengertian (MSP) dapat memakan waktu lebih dari 2 (Dua) tahun. Lebih lanjut, Kendala lain yang selama ini dialami adalah karena belum terdapatnya Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang jelas untuk mewadahi kegiatan donasi/filantropi baik yang dilakukan oleh perusahaan, masyarakat maupun perorangan

Dalam rangka menyikapi hal tersebut dan dengan melihat kondisi pada saat ini dengan kemunculan paradigma baru berupa aktifitas filantropi atau kedermawanan sosial melalui donasi di berbagai bidang termasuk dalam kegiatan konservasi alam dan keanekaragaman hayatinya, seharusnya menjadi pemicu pencarian alternatif pendanaan dari skema non-APBN. Namun demikian, belum adanya mekanisme yang jelas yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kerja sama menggunakan skema filantropi menyebabkan banyak sekali peluang kontribusi dari berbagai pihak menjadi hilang sehingga hal ini harus segera dapat diatasi.

Oleh karena berbagai hal tersebut di atas, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk dapat mengakomodir kegiatan filantropi melalui mekanisme yang lebih sederhana dan cepat. Hal ini untuk memudahkan masyarakat yang ingin memberikan kontribusinya terhadp upaya konservasi, mengingat satu rupiah yang dibelanjakan dalam upaya konservasi dapat berarti menyelamatkan satu nyawa tumbuhan dan satwa liar yang kita miliki. Diharapkan dengan terbentuknya terobosan baru yang dapat memberikan pelayanan administrasi yang cepat dan singkat ini akan memacu semangat calon mitra untuk dapat memberikan dukungannya.

Penyusunan SOP Alternatif Pendanaan Konservasi melalui Optimalisasi Kegiatan Filantropi dalam Kerja Sama Penguatan Fungsi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati, merupakan sebuah terobosan baru dalam pengelolaan administrasi kerja sama. Terobosan ini dilakukan dengan membuat sebuah alur prosedur dengan berpedoman pada peraturan menteri terkait kerja sama khususnya di bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem yang sudah ada dan juga Peraturan Kementerian Keuangan yang terkait dengan hibah dan hasil-hasil kerja sama.

(15)

4

Alur prosedur dibuat dengan melakukan sinkronisasi prosedur yang terdapat pada beberapa peraturan yang telah ada sehingga akan dapat menghasilkan satu buah SOP baku yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan akibat adanya kebingungan bagi pelaksana administrasi kerja sama dalam menggunakan payung hukum yang perlu digunakan, panjangnya alur birokrasi yang harus ditempuh dan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian administrasi kerja sama bagi pihak lain yang ingin berkontribusi dalam upaya konservasi khususnya dari skema filantropi/donasi.

Inovasi ini ditujukan untuk dapat menyajikan sebuah pedoman kegiatan kerja sama yang berlaku baik bagi pengelola administrasi kerja sama di lingkup Ditjen KSDAE secara umum maupun sebagai gambaran bagi masyarakat luas. Hal tersebut juga untuk memberikan kemudahan kepada calon mitra yang ingin berkontribusi secara langsung terhadap konservasi dengan mekanisme yang lebih sederhana dan cepat.

2. Rasional Pemilihan/Penetapan Area Perubahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri LHK No. P.18/MenLHK-II/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan khususnya pada Pasal 305 dan Pasal 307, disebutkan bahwa Sub Direktorat Pemanfaatan Kawasan Strategis (Subdit PKS) memiliki fungsi untuk penyiapan bahan penyusunan Norma, Standar, Penilaian dan Kriteria (NSPK) di bidang kolaborasi pengelolaan dan pembangunan strategis. Kewenangan area pekerjaan Subdit PKS berada di Kawasan Konservasi (KK) baik berupa meliputi Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa maupun Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya.

Berkaitan dengan hal tersebut dan dalam rangka agar Subdit PKS dapat melaksanakan fungsinya tersebut, Seksi Kolaborasi Kawasan Konservasi (Seksi K3) sebagai unit Eselon IV pada Subdit PKS mengemban tugas dalam pengumpulan dan pengelolaan bahan dalam rangka penyiapan bahan perumusan serta pelaksanaan kebijakan, termasuk untuk melakukan bimbingan teknis dan evaluasidi bidang kolaborasi pengelolaan. Oleh karena hal tersebut, maka penetapan areal perubahan dengan output berupa penyusunan SOP ini dipandang sangat sesuai dengan tugas fungsi yang diemban. Seksi K3 dalam penyusunan ini bertugas untuk menyiapkan draft SOP yang merupakan salah satu bentuk NSPK sampai dengan siap untuk dikirimkan oleh Direktur PIKA sebagai kepala satuan kerja kepada Direktur Jenderal KSDAE yang selanjutnya akan difinalisasi kembali di Bagian Hukum dan Kerja Sama Teknik (Bag. HKST) sebelum disahkan oleh Dirjen KSDAE.

Selain sebagai penyusun draft NSPK, penetapan area perubahan dengan mengangkat optimalisasi kegiatan filantropi sebagai alternatif pembiayaan konservasi ini sejalan dengan adanya kesenjangan/gap yang

(16)

5

terjadi dalam perjanjian kerja sama khususnya dalam kerja sama penguatan fungsi dan konservasi keanekaragaman hayati yang selama ini menjadi tugas utama Seksi K3. Belum terakomodirnya beberapa aspek dalam peraturan kerja sama tersebut menjadikan penyusunan SOP ini dipandang sangat penting dan akan sangat membantu baik oleh stakeholder internal KLHK khususnya UPT maupun oleh stakeholder eksternal yaitu calon filantropis yang memiliki sumber daya yang akan dikontribusikan dalam upaya konservasi di Ditjen KSDAE.

Apabila pelaksanaan SOP ini dapat terealisasi dan dijalankan dengan baik, maka manfaat yang diperoleh dari proyek perubahan ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) maupun bagi masyarakat secara luas khususnya dalam peningkatan efektifitas pengelolaan KK dan KKH. Manfaat yang akan diperoleh di lingkup KLHK dapat dirasakan di beberapa level organisasi mulai dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Ditjen KSDAE sampai dengan di tingkat pusat.

Bagi UPT lingkup Ditjen KSDAE, manfaat adanya SOP yang mengatur tentang alternatif pendanaan konservasi melalui optimalisasi kegiatan filantropi dalam kerja sama penguatan fungsi dan KKH, akan dapat meningkatkan kinerja UPT. Peningkatan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan kerja sama ini merupakan hasil dari kemudahan dan sederhanannya proses administrasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian kegiatan. Manfaat lain adalah mempercepat terselenggaranya realisasi baik hibah barang maupun jasa yang bermanfaat bagi pengelolaan KK dan KKH, meningkatkan efisiensi biaya yang digunakan dalam proses kerja sama serta dapat mempermudah pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan.

Manfaat lain juga akan dirasakan bagi Ditjen KSDAE yang saat ini secara umum masih menghadapi kendala pembiayaan untuk konservasi. Tersusunnya SOP ini akan memberikan manfaat dengan terbantunya pembiayaan konservasi dari skema hibah yang dihasilkan melalui kegiatan kerja sama filantropi, meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam hal layanan Kerja sama serta akan membantu percepatan tercapainya target Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Kerja sama KSA dan KPA. Lebih lanjut bagi KLHK, SOP yang dapat terlaksana akan meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam hal layanan Kerja sama serta mempercepat tercapainya target isu strategis sektor lingkungan hidup dan kehutanan dalam hal kemitraan dan keterlibatan multistakeholder dalam rantai usaha sumberdaya hutan.

Selain beberapa manfaat yang dapat diterima di lingkup KLHK, manfaat juga akan didapatkan oleh masyarakat dimana SOP akan memberikan kejelasan informasi mengenai mekanisme yang harus dilakukan bagi masyarakat yang memiliki keinginan untuk turut berkontribusi dalam kegiatan konservasi melalui kegiatan donasi maupun kerja sama, mempermudah dan

(17)

6

mempercepat proses administrasi kerja sama sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan baik, dapat meningkatkan animo masyarakat untuk turut serta berkontribusi dalam kegiatan konservasi setelah mengetahui bahwa kegiatan filantropi dapat dilakukan dengan mekanisme yang sederhana serta meningkatkan transparansi dalam proses kerja sama sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat.

3. Keterkaitan Area Perubahan dengan Isu Strategis Organisasi

Penyusunan SOP optimalisasi kegiatan filantropi dalam rangka alternatif pembiayaan konservasi merupakan fokus area perubahan yang sangat erat kaitannya dalam kerja sama di Ditjen KSDAE khususnya di lingkup kerja sama penguatan fungsi dan konservasi keanekaragaman hayati. Hal ini memiliki keterkaitan erat dengan adanya hubungan saling ketergantungan dengan isu utama dan strategis dalam pengelolaan KSA dan KPA serta upaya-upaya konservasi yang dilakukan oleh Ditjen KSDAE. Selama hampir setengah abad terbentuknya lembaga yang menangani kehutanan di Indonesia ini, dana kegiatan konservasi masih mengalami keterbatasan dan begitu pula jumlah pegawai yang masih dibawah batas kebutuhan minimal.

Pada tahun 2019, dengan adanya kebijakan pemerintah yang mengarahkan anggaran di KLHK untuk kegiatan penanaman menjadikan anggaran Ditjen KSDAE mengalami penurunan kurang lebih sebesar 16.11%. Pengurangan anggaran tersebut akan membawa dampak yang sangat besar mengingat kebutuhan minimal yang diperlukan untuk pelaksanaan upaya konservasi di seluruh UPT yang ada sebelumnya belum dapat terpenuhi. Hal tersebut menjadikan pencarian peluang pendanaan konservasi melalui berbagai mekanisme menjadi sangat dibutuhkan.

Dalam rangka menyikapi berbagai keterbatasan yang dihadapi tersebut, Ditjen KSDAE telah dan terus berupaya keras dalam menggandeng berbagai pihak untuk dapat bergabung dalam upaya konservasi. Berbagai pihak ini berasal dari mulai dari lembaga internasional, badan usaha, kementerian terkait, pemerintah daerah sampai dengan masyarakat umum dan sekitar kawasan bahkan perorangan. Seluruh kontribusi dari berbagai pihak tersebut pada saat ini dipayungi oleh peraturan terkait kerja sama di KSA dan KPA.

Pada dasarnya, peraturan penyelenggaraan kerja sama di KSA dan KPA yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85 Tahun 2014 sebagaimana diubah pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.44 Tahun 2017 telah cukup kuat memayungi kerja sama dengan berbagai pihak yang ada di Ditjen KSDAE. Namun demikian, masih terdapat celah kelemahan yang menjadikan masih belum optimalnya kegiatan kerja sama yang dilakukan. Tidak adanya SOP yang mengatur mengenai mekanisme kerja sama dalam peraturan tersebut menyebabkan terjadinya

(18)

7

kesulitan dalam proses. Selain hal tersebut, birokrasi yang panjang dan hilangnya peluang kerja sama dengan mitra-mitra dan bahkan calon-calon filantropis juga terjadi karena prosedur yang lama dan tidak efisien.

(19)

8 B. Tujuan Proyek Perubahan

Sesuai dengan mekanisme pentahapan dalam penyusunan proyek perubahan, maka tujuan dalam penyusunan SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi memiliki 3 (tiga) tahapan tujuan yaitu:

1. Tujuan Jangka Pendek 2 (dua) bulan yaitu sejak Rancangan Proyek Perubahan (RPP) ditetapkan pada Bulan Agustus sampai dengan Bulan Oktober 2018. Tujuan jangka pendek dari proyek perubahan ini adalah: Tersusunnya draft SOP yang mengatur mekanisme pencarian alternatif pendanaan konservasi melalui optimalisasi kegiatan filantropi dalam skema kerja sama Penguatan Fungsi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati. 2. Tujuan Jangka Menengah (1 Tahun/Bulan Oktober 2018 s.d Bulan Oktober

2019) yaitu:

a) Tersahkannya SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi;

b) Tersosialisasikannya SOP di lingkup Ditjen KSDAE dan pihak-pihak yang berkepentingan;

c) Terlaksanannya uji coba SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi di beberapa UPT Ditjen KSDAE. 3. Tujuan jangka panjang (> 1 Tahun/Setelah Bulan Oktober 2019):

Terlaksananya impementasi SOP dalam bentuk kegiatan yang dilaksanakan di lingkup Ditjen KSDAE yang memberikan hasil kontribusi dalam pengelolaan KK dan KKH serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Terdapat arahan lebih lanjut dari Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA) bahwa SOP ini dapat ditingkatkan menjadi peraturan direktur jenderal (perdirjen) agar memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat di masa depan.

C. Ruang Lingkup Proyek Perubahan

Ruang lingkup proyek perubahan yang akan dilaksanakan sampai dengan bulan Oktober 2018 meliputi:

1. Terbentuknya Tim Kerja Proyek Perubahan;

2. Terjalinnya komunikasi dan terbangunnya dukungan dari berbagai pihak dalam upaya konservasi melalui peran serta dalam pembiayaan konservasi;

3. Tersusunnya SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi;

4. Adanya peningkatan kesadaran masyarakat melalui peran serta dalam upaya konservasi;

(20)

9

5. Terwujudnya sebuah mekanisme baru melalui kegiatan filantropi yang dapat mengisi kesenjangan pembiayaan konservasi sebagai hasil dari kontribusi dari multipihak.

D. Standar/Kriteria Keberhasilan

Keberhasilan proyek perubahan ini dapat dicapai dengan mengikuti beberapa standar/kriteria sebagai berikut:

1. Ditetapkannya Tim Pokja Proyek Perubahan, yang dibuktikan dengan terbitnya SK Tim Kerja Proyek Perubahan oleh Direktur PIKA;

2. Terbangunnya komitmen bersama antar stakeholders untuk mendukung tercapainya proyek perubahan yang dibuktikan dengan adanya surat pernyataan dukungan;

3. Tersusunnya draft final SOP Alternatif Pendanaan Konservasi melalui Optimalisasi Kegiatan Filantropi dalam Kerja Sama Penguatan Fungsi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati yang dibutuhkan dengan adanya draft final SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi;

4. Terlaporkannya draft final SOP kepada Dirjen KSDAE yang dibuktikan dengan adanya Nota Dinas Direktur PIKA kepada Dirjen KSDAE yang berisi laporan terkait proses dengan lampiran SOP.

(21)

10

BAB II

DESKRIPSI DAN ANALISIS PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

(LABORATORIUM KEPEMIMPINAN)

A. Pelaksanaan Tahap Kegiatan Jangka Pendek (Milestone Jangka

Pendek)

Pelaksanaan tahapan kegiatan jangka pendek telah berlangsung selama kurun waktu Breaktrough II yaitu pada tanggal 6 Agustus 2018 s.d 3 Oktober 2018. Pada saat implementasi tahapan laboratorium kepemimpinan ini, dilaksanakan rencana yang sebelumnya telah ditetapkan dalam RPP. Namun demikian, terdapat beberapa perubahan yang terjadi dengan menyesuaikan kondisi yang ditujukan untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Terdapat penambahan dua buah milestone yang sebelumnya tidak direncanakan didalam RPP yaitu pada milestone ke Delapan dan ke Sembilan. Kedua penambahan milestone tersebut terjadi sebagai hasil koordinasi yang baik dengan Sekretariat Direktorat Jenderal KSDAE dan Balai TN Bunaken dimana terdapat kegiatan yang diselenggarakan kedua satuan kerja tersebut yang memungkinkan Penyusun untuk dapat turut serta mensosialisasikan konsep filantropi dan penyusunan SOP yang sedang dilakukan.

Tabel 1. Perbedaan Pelaksanaan Kegiatan Dalam RPP dan Laboratorium Kepemimpinan

Rancangan Proyek Perubahan Implementasi Proyek Perubahan Milestone 1. Membentuk tim kerja proyek

perubahan

(Terbentuknya tim kerja proyek perubahan)

Pembentukan Tim Kerja Proyek Perubahan

(Output: Terbentuknya tim kerja proyek perubahan yang dibuktikan dengan SK Tim Kerja)

Milestone 2. Menggalang dukungan

stakeholders terkait melalui jajak pendapat dalam rangka

penggalian informasi lingkup KLHK dan eksternal KLHK melalui kuesioner online tentang

substansiyang perlu diatur dalam SOP untuk mengakomodir peluang filantropi untuk

alternatif pendanaan konservasi (Terdapatkannya masukan substansi dari stakeholders)

Penggalangan dukungan stakeholders terkait melalui jajak pendapat dalam rangka penggalian informasi lingkup KLHK dan eksternal KLHK melalui kuesioner online tentang substansi yang perlu diatur dalam SOP untuk mengakomodir peluang filantropi untuk alternatif pendanaan konservasi

(Output: Terdapatkannya masukan substansi dari stakeholder yang dibuktikan dengan adanya kuesioner online dan bukti dukungan stakeholder yang berisi saran dan masukan)

Milestone 3. Focus Group Discussion (FGD) dengan stakeholders internal dan eksternal Tahap 1

(Mencari masukan saran dan dukungan untuk draft SOP dari berbagai pihak)

Focus Group Discussion (FGD) dengan

Stakeholder Internal dan Eksternal Tahap 1

(Output: Mencari masukan saran dan dukungan untuk draft SOP dari berbagai pihak yang dibuktikan dengan notulensi pertemuan)

(22)

11

Rancangan Proyek Perubahan Implementasi Proyek Perubahan Milestone 4. Rapat Penyusunan draft SOP.

(Tersusunnya draft awal SOP) Penyusunan draft SOP. (Output: Tersusunnya draft awal SOP yang dibuktikan dengan tersusunnya draft 0 Standar Operasional Prosedur Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Milestone 5. Rapat Perbaikan draft SOP. (Terakomodirnya masukan berbagai stakeholdersserta perbaikan terhadap draft awal)

Perbaikan draft SOP.

(Output: Terakomodirnya masukan berbagai stakeholders serta perbaikan terhadap draft awal dengan dibuktikandengan tersusunnya draft 1 Standar Operasional Prosedur Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Milestone 6. FGD dengan stakeholders

internal dan eksternal Tahap 2. (Tersosialisasikannya draft awal SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak)

FGD dengan stakeholders internal dan eksternal Tahap 2 (milestone

tambahan).

(Output: Tersosialisasikannya draft SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak yang dibuktikan dengan notulensi pertemuan)

Milestone 7. Rapat perbaikan draft SOP hasil FGD Tahap 2.

(Terakomodirnya masukan berbagai stakeholders hasil FGD Tahap 2)

Perbaikan draft SOP hasil masukan saran FGD Tahap 2.

(Output: Terakomodirnya masukan berbagai stakeholders hasil FGD Tahap 2, dibuktikandengan tersusunnya draft 2 Standar Operasional Prosedur Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Milestone 8. Rapat finalisasi draft SOP

(Tersususunnya draft SOP Final) FGD dengan Eksternal Tahap 3. Stakeholder Internal dan

(Output: Tersosialisasikannya draft SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak)

Milestone 9. Pelaporan Hasil Draft Final ke Dirjen KSDAE

(Terlaporkannya draft final SOP kepada Dirjen KSDAE untuk mendapatkan pengesahan)

FGD dengan stakeholder Internal dan Eksternal Tahap 4 (Milestone

tambahan).

(Output: Tersosialisasikannya draft SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak)

Milestone 10. Finalisasi draft SOP

(Output: Tersusunnya draft SOP Final dengan bukti Draft Final SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi Sebagai alternatif Pembiayaan Konservasi)

Milestone 11. Laporan Hasil Draft Final ke Dirjen KSDAE

(Output: Terlaporkannya draft final SOP kepada Dirjen KSDAE untuk mendapatkan pengesahan dengan bukti Nota Dinas Direktur PIKA kepada Dirjen KSDAE)

(23)

12

1. Milestone 1. Pembentukan Tim Kerja Proyek Perubahan

(Output: Terbentuknya tim kerja proyek perubahan yang dibuktikan dengan SK Tim Kerja) Pelaksanaan pembentukan tim kerja proyek perubahan dimulai dengan koordinasi internal di lingkup Seksi K3 untuk merencanakan nama-nama anggota tim,

tugas serta mekanisme kerja yang akan dilakukan untuk melaksanakan

seluruh milestone yang telah ditetapkan dalam dokumen RPP. Proses

pembentukan dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan seluruh berkas-berkas administrasi untuk rapat pembentukan yaitu antara lain undangan rapat, daftar hadir, bahan presentasi, konsep surat keputusan tim kerja.

Pembentukan tim kerja telah diputuskan dalam rapat pada tanggal 6 Agustus 2018 berdasarkan undangan Direktur PIKA No. UN.160/PIKA/PKS/KSA.0/8/2018

tanggal 03 Agustus 2018 yang pelaksanaan dihadiri oleh 12 (dua belas) orang dimana hasilnya telah dirangkum dalam notulensi yang kemudian dilaporkan kepada Direktur PIKA oleh Kepala Subdit PKS melalui Nota Dinas Nomor ND.20/PIKA/PKS-I/08/2018 tanggal 06 Agustus 2018. Selanjutnya draft SK Tim Kerja telah disahkan oleh Direktur PIKA pada tanggal 07 Agustus 2018 dengan

Surat Keputusan Nomor: SK.12/PIKA/PKS/KSA.0/8/2018 tentang Penyusunan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi, sehingga output dari Milestone 1 ini sudah dapat dikatakan telah tercapai.

Gambar 2. SK Tim Kerja Proyek Perubahan Gambar 1. Sebagian anggota tim Kelompok Kerja Proyek Perubahan

(24)

13

Gambar 3. Komunikasi Verbal yang dilakukan untuk menjelaskan konsep Proyek Perubahan

2. Milestone 2. Menggalang dukungan stakeholder terkait melalui

jajak pendapat dalam rangka penggalian informasi lingkup KLHK dan eksternal KLHK melalui kuesioner online tentang substansi yang perlu diatur dalam SOP untuk mengakomodir peluang filantropi untuk alternatif pendanaan konservasi

(Output: Terdapatkannya masukan substansi dari stakeholder yang dibuktikan dengan adanya kuesioner online dan bukti dukungan stakeholder yang berisi saran dan masukan)

Pelaksanaan kegiatan ini pada mulanya direncanakan hanya dengan membuat sebuah kuesioner online. Hal ini ditujukan untuk menggali masukan terhadap konsep optimalisasi kegiatan filantropi yang dibakukan ke dalam sebuah dokumen SOP. Informasi mengenai SOP yang ditujukan untuk mengatur mekanisme kerja sama dengan skema filantropi mulai dari pengajuan permohonan atau penawaran, tata cara komunikasi dan koordinasi sampai dengan perjanjian hibah dan Berita Acara Serah Terima Hibah (BAST) telah disampaikan kepada responden. Akan tetapi seiring dengan dinamika yang berkembang pada saat penyusunan SOP dimana kuesioner online dipandang tidak cukup efektif mengundang responden, karena hanya mampu mendapatkan 12 responden sehingga tahapan milestone ini diubah ke dalam beberapa metode pelaksanaan dimana komunikasi dan koordinasi lisan juga dipandang diperlukan terlebih dahulu dalam mentransfer pemahaman yang utuh terhadap konsep sehingga diharapkan tidak terjadi salah persepsi terhadap konsep.

Selain menggunakan komunikasi verbal, kendala keterbatasan jarak dan waktu menyebabkan perlunya meningkatkan efisiensi dengan melakukan komunikasi via online/internet dengan berbagai media komunikasi baik itu telepon maupun dengan menggunakan aplikasi seperti Whatsapp dan facebook. Komunikasi via online ini terbukti lebih efisien dalam menggali

(25)

14

Gambar 4. Kuesioner online menggali masukan Konsep Filantropi

Gambar 5. Media Komunikasi dan Penyebaran Kuesioner online menggunakan Aplikasi Whatsapp dan Facebook

masukan dari stakeholder dimana mereka dapat mempelajari terlebih dahulu konsep yang dikirimkan dan kemudian mereka membalasnya dengan mengirimkan bukti dukungan yang berisi saran dan masukan yang sangat konstruktif. Sedikitnya terdapat 135 lembar saran dari 100 entitas lembaga/organisasi dalam bukti dukungan yang diperoleh melalui metode komunikasi ini.

Metode ketiga yang digunakan adalah dengan menyusun kuesioner online menggunakan aplikasi google form yang berisi mengenai konsep dan beberapa keterangan

bagi stakeholder

sehingga dapat turut serta memberikan pertimbangan dan masukan. Seluruh kegiatan dalam tahapan ini dilaksanakan secara paralel

sepanjang pelaksanaan Breaktrough II yang dimulai pada tanggal 7 Agustus 2018 dan berakhir di tanggal 30 September 2018 sebelum tahap Milestone Kesembilan dilaksanakan. Selain bertujuan untuk “test the water” atau mengukur seberapa jauh penerimaan stakeholder terhadap konsep ini, kegiatan ini juga untuk menggalang dukungan terhadap konsep yang dimunculkan. Hasil dari milestone ini berupa saran-saran yang tertuang dalam bukti dukungan.

Dari berbagai media yang digunakan, pada akhirnya seluruh hasil saran dan pendapat yang diperoleh dianalisis dan dirangkum dalam sebuah hasil analisis saran dan pendapat stakeholder yang kemudian digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan draft SOP.

(26)

15

Gambar 6. FGD Tahap Kesatu di Hotel Grand Cakra

Gambar 7. Foto Bersama Peserta FGD tahap Kesatu

3. Milestone 3. Focus Group Discussion (FGD) dengan Stakeholder

Internal dan Eksternal Tahap ke-1

(Output: Mencari masukan saran dan dukungan untuk draft SOP dari berbagai pihak yang dibuktikan dengan notulensi pertemuan)

Pelaksanaan FGD dalam rangka untuk mendapatkan saran dan dukungan sekaligus juga mensosialiasikan

rencana penyusunan SOP dilaksanakan pada tanggal 7-8 Agustus 2018 bertempat di Hotel Grand Cakra, Jl. Boulevard No. 2 Araya Kota Malang, Jawa

Timur. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan undangan Direktur PIKA No, UN.154/PIKA/PKS/KSA.0/07/2018 tanggal 31 Juli 2018 dimana oleh karena keterbatasan anggaran, maka pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan menyisipkan agenda pada kegiatan Sosialisasi Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Kerja Sama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) sebagaimana diubah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.44/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2017.

Kegiatan ini dihadiri oleh 38 peserta baik dari internal UPT Ditjen KSDAE yaitu BBTN Bromo Tengger Semeru, BBTN Gunung Gede Pangrango, BBKSDA Jawa Timur, BBKSDA Jawa Barat, BBTN Lore Lindu, BTN Gunung Halimun Salak, BTN Karimun Jawa, BTN Gunung Merbabu, , BTN Gunung Merapi, BTN Baluran, BTN Alas Purwo, BTN Bali Barat, BKSDA Yogyakarta,

(27)

16

Gambar 9. Rapat Penyusunan Draft SOP Gambar 8. Bersama dengan mitra BBTN BTS

BKSDA Jawa Tengah dan BKSDA Bali serta dari pihak mitra khususnya dari mitra BBTN Bromo Tengger Semeru Dinas PU dan PR Kabupaten Lumajang, Sumitomo Forestry, PT. Kutai Timber Indonesia, Bappeda Kabupaten Lumajang, BMKG Malang, PT. Asuransi Amanah Giri Artha, DPMD Kabupaten Lumajang, PT. Star Energy Geothermal, PT. PLN, Hubdam V/ Brawijaya serta Lanudal Juanda. sehingga sangat strategis dalam menggali berbagai masukan, pendapat dan saran untuk penyusunan SOP. Pelaksanaan FGD ini, telah berhasil menggali informasi awal dan saran dari para stakeholder yang tentunya sangat dibutuhkan dalam penyusunan SOP sehingga dapat dikatakan bahwa Milestone Ketiga ini telah dilalui dengan lancar dan tercapai.

4. Milestone 4. Penyusunan draft SOP.

(Output: Tersusunnya draft awal SOP yang dibuktikan dengan tersusunnya draft 0 Standar Operasional Prosedur Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Rapat penyusunan draft SOP telah dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2018 bertempat di Ruang Rapat Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (Dit. PJLHK) dimana semula direncanakan dilaksanakan di Ruang Rapat Komodo Ditjen KSDAE Jl. Juanda 15 Bogor. Rapat dihadiri oleh 10 pegawai lingkup Sub Direktorat Pemanfaatan Kawasan Strategis. Rapat dimulai dengan membangun kesepahaman terhadap konsep filantropi sebagai sebuah cara dalam mencari dan mendapatkan alternatif pembiayaan konservasi. Pada tahap awal ini terlihat bahwa belum sepenuhnya anggota tim dan peserta dapat memahami bagaimana mekanisme filantropi ini dapat diterapkan secara sah dan terlegitimasi mengingat skema ini dipandang baru di Indonesia.

Dalam kesempatan ini, penyusun juga mempresentasikan terkait dengan adanya gap/kesenjangan dalam Peraturan Menteri Kehutanan

(28)

17

Gambar 12. Suasana Diskusi dalam Rapat Perbaikan Draft SOP Gambar 11. Suasana Diskusi dalam Rapat Penyusunan Draft SOP

P.85/Menhut-II/2014 Juncto Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.44/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2017 tentang Tata Cara Kerja Sama Penyelenggaraan

Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)

dimana gap/

kesenjangan tersebutlah yang menjadi salah satu faktor pengungkit (burning platform)

diangkatnya skema filantropi sebagai sebuah alternatif solusi. Rapat kemudian diisi dengan

paparan tentang filantropi dan konsep SOP yang akhirnya dapat memberikan gambaran umum terkait mekanisme yang akan diterapkan.

Dengan didapatkannya kesepahaman terkait mekanisme yang akan digunakan, maka rapat dilanjutkan dengan menyusun draft awal SOP. Dengan tersusunnya Draft 0 (Nol) SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi maka dapat dikatakan bahwa output Milestone Keempat ini telah tercapai.

5. Milestone 5. Perbaikan draft SOP.

(Output: Terakomodirnya masukan berbagai stakeholder serta perbaikan terhadap draft awal dengan dibuktikan dengan tersusunnya Draft 1 SOP Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Draft awal sebagai hasil pembahasan pada Milestone Keempat yang telah tersusun pada tanggal 28 Agustus 2018 merupakan draft awal yang masih jauh dari sempurna. Selanjutnya dengan adanya berbagai masukan yang ada, Draft Nol tersebut diperbaiki. Rapat perbaikan Draft Nol SOP dilaksanakan

pada tanggal 31 Agustus 2018 bertempat di Ruang Rapat Komodo, Ditjen KSDAE Jl. Juanda No. 15 Bogor.

(29)

18

Gambar 13. Penyampaian Konsepsi SOP Filantropi

Rapat dihadiri oleh 12 peserta lingkup Direktorat PIKA dan dari Bagian Hukum dan Kerja Sama Teknik (HKST), Setditjen KSDAE. Rapat ini menghasilkan perbaikan draft yang selanjutnya disebut sebagai Draft 1 SOP. Dengan adanya perbaikan draft SOP tersebut, hasil perbaikan kemudian dijadikan sebagai bahan sosialisasi dan konsultasi publik melalui FGD tahap kedua. Dengan demikian maka Milestone Kelima dapat disimpulkan telah dapat diselesaikan dengan baik dan tercapai.

6. Milestone 6. FGD dengan stakeholder internal dan eksternal Tahap

ke-2 (milestone tambahan).

(Output: Tersosialisasikannya draft SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak yang dibuktikan dengan notulensi pertemuan)

Pelaksanaan FGD tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 14 s.d 15 September 2018 bertempat di Hotel Prime Park, Jl. P.H.H Mustofa No. 47/57 Bandung Jawa Barat. Pelaksanaan FGD ini

merupakan milestone tambahan

yang sebelumnya tidak direncanakan mengingat keterbatasan anggaran yang ada di

Dit. PIKA dan kebijakan pimpinan yang tidak memperbolehkan pembiayaan kegiatan dari pihak luar. Kegiatan ini disisipkan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan Bagian HKST, Sekretariat Direktorat Jenderal KSDAE tentang Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, sebagai hasil komunikasi yang baik dengan stakeholder di Bagian HKST.

Kegiatan ini dihadiri oleh 59 peserta dari 21 (Dua Puluh Satu) UPT Ditjen KSDAE yaitu dari BBTN Bromo Tengger Semeru, BBTN Gunung Gede Pangrango, BBKSDA Jawa Barat, BBKSDA Sumatera Utara, BTN Karimun Jawa, BTN Kepulauan Seribu, BTN Gunung Rinjani, BTN Bunaken, BTN Baluran, BTN Way Kambas, BTN Gunung Halimun Salak, BTN Gunung Ciremai, BTN Ujung Kulon, BTN Alas Purwo, BTN Kepulauan Togean, BKSDA Kalimantan Selatan, BKSDA Jateng, BKSDA DKI Jakarta, BKSDA Jogjakarta, BKSDA Bengkulu dan BKSDA Nusa Tenggara Barat. Pelaksanaan FGD ini, telah berhasil menggali informasi awal dan saran dari para stakeholder yang tentunya sangat dibutuhkan dalam penyusunan SOP sehingga dapat

(30)

19

Gambar 14. Suasana FGD Tahap kedua yang dilaksanakan bersama dengan kegiatan Sosialisasi Peraturan Bidang KSDAE

Gambar 15. Suasana Rapat Perbaikan SOP

dikatakan bahwa Milestone Keenam ini telah dilalui dengan lancar dan dapat mendukung pencapaian tujuan.

7. Milestone 7. Rapat perbaikan draft SOP hasil masukan saran FGD

Tahap ke-2.

(Output: Terakomodirnya masukan berbagai stakeholders hasil FGD Tahap 2, dibuktikan dengan tersusunnya Draft 2 SOP Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi)

Perbaikan draft SOP hasil FGD Tahap kedua tetap dilaksanakan seperti pada perencanaan semula dalam RPP yaitu pada Milestone Ketujuh. Rapat perbaikan telah terlaksana pada tanggal

24 September 2018

bertempat di Ruang Rapat Komodo Ditjen KSDAE, Jl. Ir. H. Juanda No. 15 Bogor yang dihadiri oleh 14 peserta lingkup Direktorat PIKA dengan memasukkan saran masukan yang relevan dari hasil FGD tahap kedua di Bandung.

Perbaikan utama pada Draft 1 SOP tersebut yang selanjutnya disebut dengan Draft 2 SOP adalah dengan memasukkan beberapa hal antara lain perlunya persetujuan dirjen pada pengajuan kegiatan filantropi yang ditujukan kepada UPT. Hasil perbaikan tersebut selanjutnya dijadikan sebagai bahan sosialisasi dan konsultasi publik tahap ketiga dimana dengan

(31)

20

Gambar 16. Pembukaan acara Sosialisasi Kerja Sama dan FGD Tahap Ketiga oleh Plh. Direktur PIKA

adanya hasil perbaikan terhadap draft 1 SOP ini maka Milestone Kelima dapat disimpulkan telah dapat terselesaikan dengan baik.

8. Milestone 8. FGD dengan Stakeholder Internal dan Eksternal

Tahap ke-3.

(Output: Tersosialisasikannya draft SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak)

Pelaksanaan FGD tahap ketiga ini sebelumnya

direncanakan sebagai FGD tahap kedua, akan tetapi mengingat hasil koordinasi yang baik dengan stakeholder di Sekretariat Direktorat Jenderal KSDAE telah menghasilkan FGD Tahap kedua, maka FGD yang

dilakukan kali ini tetap dilaksanakan sesuai dengan rencana dan diubah menjadi FGD Tahap Ketiga yang semakin mengerucutkan draft SOP yang telah ada. FGD Tahap ketiga telah berhasil dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 September 2018 bertempat di Hotel Horison Kota Lama, Jl. MT. Haryono

(32)

21

Gambar 18. Bpk. Tony Wuryanto, anggota tim efektif

Gambar 19. Suasana FGD Tahap keempat yang dilaksanakan bersama dengan kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis di Balai Taman Nasional Bunaken

No.32-38 Purwodinatan, Semarang Jawa Tengah sesuai dengan Undangan Direktur PIKA Nomor: UN.189/PIKA/PKS/KSA.0/09/2018 tanggal 17 September 2018 perihal Undangan Acara Sosialisasi Kerja Sama Penyelenggaraan KSA dan KPA.

Seperti kegiatan FGD tahap satu dan tahap dua, kegiatan FGD tahap ketiga ini disisipkan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan yang ada di Direktorat PIKA yaitu

pada Sosialisasi

Peraturan Perundang undangan Bidang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistem. Kegiatan ini dihadiri oleh 30 peserta dari 15 (lima belas) UPT Ditjen KSDAE yaitu dari BBKSDA Papua, BBKSDA Papua Barat, BBTN Teluk Cenderawasih, BBTN Lore Lindu, BTN Wasur, BTN Manusela, BTN Aketajawe Lolobata, BTN Kelimutu, BTN Wakatobi, BTN Togean, BTN Boganinani Wartabone, BTN Lorentz, BKSDA Maluku, BKSDA Jawa Tengah dan BKSDA Sulawesi Tenggara serta mitra dari PT. Pertamina RU-VII Kasim dan PT. Palapa Timur Telematika.

9. Milestone 9. FGD dengan stakeholder Internal dan Eksternal Tahap

ke-4 (Milestone tambahan).

(Output: Tersosialisasikannya draft SOP dan mendapatkan masukan perbaikan berbagai Pihak)

FGD tahap keempat ini terselenggara bersamaan dengan kegiatan Sosialisasi dan Bimtek Penelaahan Naskah Perjanjian Kerja Sama Penguatan Fungsi/Kemitraan Konservasi, sesuai Undangan dari Kepala Balai TN

(33)

22

Gambar 20. Bersama dengan Kepala Balai TN Bunaken bertemu dengan calon filantropis dan gambaran bentuk bangunan yang ingin dihibahkan

Bunaken No. S.426/BTNB/TU/TEK/9/2018 tanggal 18 September 2018. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 27 s.d 28 September 2018 bertempat di Kantor Balai Taman Nasional Bunaken, Jl.Raya Molas – Batusaiki, Manado, Sulawesi Utara. Seperti Milestone Keenam, pelaksanaan FGD ini merupakan Milestone tambahan yang sebelumnya tidak direncanakan. Penyusun yang ditugaskan menjadi narasumber dalam kegiatan ini mengambil kesempatan untuk mensosialisasikan kegiatan penyusunan SOP.

Kegiatan ini dihadiri oleh 20 peserta dari Balai Taman Nasional Bunaken dan 18 orang yang berasal dari mitra TN Bunaken antara lain dari Kodam XIII/Merdeka Sulawesi Utara, Polda Sulawesi Utara, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Manengkel Solidaritas, BPN Kanwil Sulawesi Utara, DKP Kabupaten Minahasa Selatan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Manado, Bappeda Sulawesi Utara, Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD) provinsi Sulawesi Utara dan Lantamal TNI AL Sulawesi Utara.

Selain hal tersebut di atas, dalam kesempatan kunjungan ke TN Bunaken ini, Kepala Balai TN Bunaken menyampaikan adanya keinginan dari sebuah perusahaan perjalanan yang ingin membangun dan menghibahkan pondok wisata/guest house kepada TN Bunaken. Itikad baik dari pihak perusahaan tersebut sejalan dengan skema filantropi yang sedang dikembangkan sehingga dari informasi tersebut, penyusun gunakan untuk sekaligus melakukan penjajagan kemungkinan dapat dilakukannya skema filantropi ini untuk dapat diterapkan di TN Bunaken sebagai lokasi ujicoba.

10. Milestone 10. Rapat finalisasi draft SOP

(Output: Tersusunnya draft SOP Final dengan bukti Draft Final SOP Optimalisasi Kegiatan Filantropi Sebagai alternatif Pembiayaan Konservasi)

Proses penyusunan SOP dari awal telah melibatkan berbagai pihak yang terkait. Setiap proses pembahasan telah menghasilkan saran dalam rangka penyempurnaan substansi yang dianggap dibutuhkan oleh masing-masing pihak, termasuk adanya saran dan penambahan tahap pada Milestone Keenam. Perbaikan draft SOP yang telah dilakukan secara

(34)

23

bertahap di beberapa milestone sebelumnya masih membutuhkan penyempurnaan baik dari segi substansi maupun dari sisi legal drafting. Hal tersebut memerlukan pencermatan yang menyeluruh sehingga diharapkan tidak diketemukan kelemahan-kelemahan yang mungkin timbul apabila SOP ini diterapkan di kemudian hari. Oleh karena hal tersebut maka telah dilakukan kegiatan finalisasi SOP khususnya dengan memasukkan saran yang ada pada FGD tahap ketiga.

Kegiatan finalisasi SOP telah dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2018 bertempat di Ruang Rapat Komodo Ditjen KSDAE, Jl. Juanda 15 Bogor yang dihadiri oleh internal tim kerja proyek perubahan dengan hasil Draft SOP Final yang siap untuk dilaporkan kepada Direktur Jenderal KSDAE. Selanjutnya draft ini akan menjadi lampiran Nota Dinas Direktur PIKA kepada Dirjen KSDAE.

11. Milestone 11. Pelaporan Hasil Draft Final ke Dirjen KSDAE

(Output: Terlaporkannya Draft Final SOP kepada Dirjen KSDAE untuk mendapatkan pengesahan dengan bukti Nota Dinas Direktur PIKA kepada Dirjen KSDAE)

Dengan telah tersusunnya Draft Final SOP, maka melalui Nota Dinas Direktur PIKA kepada Direktur Jenderal KSDAE No. ND. 876/PIKA/PKS/KSA.0/10/2018 tanggal 2 Oktober 2018 perihal Laporan Proyek perubahan dalam rangka Diklatpim IV Angkatan XXIX Tahun 2018 an. Bambang Sasongko Jati, S.Hut., M.E., M.PP dan Penyampaian Draft SOP Optimallisasi Kegiatan Filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi, maka keseluruhan proses penyusunan beserta hasil Draft Final SOP telah dilaporkan ke Dirjen KSDAE untuk selanjutnya dimohonkan untuk mendapatkan pengesahan. Dengan demikian output kunci dari keseluruhan tahapan jangka pendek melalui Milestone Kesepuluh ini dianggap telah tercapai dan tahapan jangka pendekpun telah selesai.

B. Analisis Stakeholder Internal dan Eksternal

1. Analisis Stakeholder Internal

Stakeholder internal terdiri atas seluruh anggota lingkup Sub Direktorat Pemanfaatan Kawasan Strategis (Subdit PKS), Direktorat PIKA, yang terdiri atas pegawai di Seksi Kolaborasi Kawasan Konservasi (Seksi K3) dan Seksi Pembangunan Strategis. Pertimbangan utama dalam memasukkan seluruh pegawai di lingkup Subdit PKS sebagai stakeholder internal karena meskipun terdapat dua unit Eselon IV di dalamnya, akan tetap tugas dan fungsi di Seksi Pembangunan Strategis masih dalam satu rumpun dan oleh karena adanya saling keterkaitan hubungan kerja yang erat yaitu masih sama dalam mengerjakan kegiatan kerja sama yang berpedoman pada

(35)

24

Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Kerja Sama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) sebagaimana diubah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.44/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2017.

Selain di lingkup Subdit PKS, stakeholder internal juga terdiri atas Direktur PIKA dan Direktur Jenderal KSDAE. Hal tersebut ditetapkan dengan pemahaman bahwa kedua pejabat tersebut merupakan pejabat yang memberikan bimbingan dan arahan terhadap penyusunan SOP serta tanpa kehadirannya penyusunan SOP optimalisasi kegiatan filantropi ini tidak dapat terlaksana. Direktur PIKA memiliki peranan dalam memberikan bimbingan dan arahan secara langsung melalui Kepala Subdit PKS yang juga merupakan mentor dan merupakan pejabat yang bertandatangan dalam beberapa berkas utama yaitu Surat Keputusan Penetapan Tim Kerja Proyek Perubahan dan Nota Dinas Pengantar Draft Final SOP kepada Dirjen KSDAE. Selain itu, pejabat lain yang sangat penting dan merupakan central dari berlakunya SOP dimasa datang adalah Dirjen KSDAE yang akan menandatangani dan mengesahkan SOP. Seluruh stakeholder internal tersebut berperan sangat penting baik dalam mendukung pelaksanaan Rencana Proyek Perubahan (RPP) yang telah ditetapkan maupun dalam pengesahan SOP.

Tabel 2. Stakeholder internal dalam penyusunan SOP Optimalisasi Kegiatan filantropi sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi

STAKEHOLDER INTERNAL 1 Direktur Jenderal KSDAE;

2 Direktur Pemolaan Informasi dan Konservasi Alam (PIKA); 3 Kepala Subdit Pemanfaatan Kawasan Strategis (PKS); 4 Kepala Seksi Pembangunan Strategis;

5 Staf Seksi Kolaborasi Kawasan Konservasi (Seksi K3); 6 Staf Seksi Pembangunan Strategis.

2. Analisis Stakeholder Eksternal

Dalam pelaksanaan Breaktrough II, penyusunan SOP Optimalisasi Penyusunan SOP sebagai Alternatif Pembiayaan Konservasi ini sangat ditentukan oleh saran, masukan dan dukungan dari mitra-mitra dan pihak-pihak diluar Ditjen KSDAE. Peran stakeholder eksternal sangat penting dalam mendukung pelaksanaan proyek perubahan khususnya dalam jangka pendek ini.

Berdasarkan RPP, telah teridentifikasi sebanyak 35 stakeholder dimana 12 Stakeholder bersifat Promotor, 5 (lima) stakeholder yang bersifat Laten, 5 (lima) stakeholder yang bersifat Apatethic dan 13 stakeholder yang

bersifat Defender. Sesuai dengan asalnya, sebanyak 11 (sebelas)

(36)

25

luar KLHK. Seiring dengan pelaksanaan kegiatan pada Breaktrough II ini, terdapat perubahan posisi stakeholder dimana stakeholder yang sebelumnya bersifat Laten, Apathethic dan Defender berubah menjadi pendukung proyek perubahan (Promotor). Meski demikian, masih terdapat 1 (satu) stakeholder yang masih berada dalam posisi Defender yaitu Orangutan Foundation United Kingdom (OF-UK) karena adanya pergantian kepengurusan dan sedang berproses perpanjangan Memorandum Saling Pengertian (MSP). Sedangkan untuk sebagian besar pihak yang memberikan dukungan, perubahan pola pikir ini terjadi sebagai hasil diskusi dan pemberian penjelasan tentang konsep kepada stakeholder tersebut.

Sebagian besar stakeholder melihat bahwa skema yang ditawarkan dalam SOP akan sangat membantu pembiayaan konservasi di masa depan, hal ini mengingat semakin beratnya tantangan dalam upaya konservasi seperti penanganan konflik satwa yang semakin sering terjadi. Berbagai berita di media mulai dari penembakan Orangutan di berbagai tempat sampai dengan pembantaian Harimau di Sumatera dan gencarnya pemberitaan tentang Harimau “Bonita” menjadi salah satu contoh bahwa upaya konservasi akan semakin membutuhkan biaya yang tinggi. Akan tetapi, di lain pihak kemampuan pembiayaan dari APBN sangat terbatas. Stakeholder telah meyakini bahwa konsep proyek perubahan ini akan memberikan manfaat yang besar sehingga mereka bersedia memberikan dukungan dan saran.

Sebagai bukti dari keberhasilan dalam milestone kedua, setidaknya tidak hanya 34 stakeholder yang memberikan dukungan, tetapi terdapat total 135 stakeholder dari 99 entitas/organisasi yang memberikan dukungan. Stakeholder ini berasal dari perusahaan yang memiliki rencana CSR, kalangan akademisi, LSM lokal, LSM internasional, lembaga donor dan kementerian lain yang keseluruhannya terkait dan menerima manfaat langsung dengan adanya SOP ini.

Tabel 3. Stakeholder Eksternal yang telah memberikan dukungan

No. Lembaga Jumlah Entitas/Organisasi Pemberi Bukti Dukungan Keterangan 1 1 Sekretariat Direktorat Jenderal KSDAE

(Setditjen KSDAE); Sekditjen KSDAE Satker Pusat Ditjen KSDAE

2 Kabag HKT Satker Pusat Ditjen KSDAE

3 Kasubag KT Satker Pusat Ditjen KSDAE

4 Analis Data KT Satker Pusat Ditjen KSDAE

5 Kasubag PP Satker Pusat Ditjen KSDAE

6 Kasubag Pertimbangan

dan Advokasi Hukum Satker Pusat Ditjen KSDAE

7 Kasubag Organisasi dan

Tata Laksana Satker Pusat Ditjen KSDAE 8 2 Direktorat Kawasan Konservasi (Dit. KK); Kasi Perencanaan

Pengelolaan KSA TB Satker Pusat Ditjen KSDAE

9 Kasi Perencanaan

(37)

26

No. Lembaga Jumlah Entitas/Organisasi Pemberi Bukti Dukungan Keterangan 10 3 Direktorat Konservasi Keanekaragaman

Hayati (Dit. KKH); Kasi Tumbuhan Satker Pusat Ditjen KSDAE

11 Kasi Pengawetan Eksitu Satker Pusat Ditjen KSDAE

12 Kasubdit Pengawetan Jenis Satker Pusat Ditjen KSDAE

13 4 Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem

Esensial (Dit. BPEE); Kasubdit Pemmolaan dan Perpetaan KEE Satker Pusat Ditjen KSDAE

14 Kepala Seksi Konservasi

Lahan Basah dan Mangrove

Satker Pusat Ditjen KSDAE

15 5 Direktorat Pemanfaatan Jasa

Lingkungan Hutan Konservasi (Dit. PJLHK);

Kasubdit promosi dan

pemasaram Satker Pusat Ditjen KSDAE

16 kepala seksi pemasaran

17 6 BTN Aketajawe Lolobata Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

18 Ka SPTN I UPT Ditjen KSDAE

19 KSBTU UPT Ditjen KSDAE

20 7 BBTN Gunung Gede Pangrango Kasubag Umum UPT Ditjen KSDAE

21 Kepala Seksi P3 UPT Ditjen KSDAE

22 8 BBTN Bromo Tengger Semeru Kasubag Program dan

Kerja Sama UPT Ditjen KSDAE

23 Ka SPTN 4 UPT Ditjen KSDAE

24 Analis Data UPT Ditjen KSDAE

25 9 BTN Gunung Merapi KSBTU UPT Ditjen KSDAE

26 Analis Data UPT Ditjen KSDAE

27 10 BTN Alas Purwo Analis Data UPT Ditjen KSDAE

28 Kepala SPTN Wilayah II

Muncar UPT Ditjen KSDAE

29 11 BKSDA BALI PEH Muda UPT Ditjen KSDAE

30 12 BTN Bali Barat Ka Subag TU UPT Ditjen KSDAE

31 PEH Muda UPT Ditjen KSDAE

32 13 BBKSDA Jawa Timur Kasubag Program dan

Kerja Sama UPT Ditjen KSDAE

33 14 BKSDA Jawa Tengah Penyuluh Kehutanan Muda UPT Ditjen KSDAE

34 15 BKSDA Jogjakarta Analis Data UPT Ditjen KSDAE

35 16 BTN Karimun Jawa Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

36 PEH UPT Ditjen KSDAE

37 PEH UPT Ditjen KSDAE

38 17 BTN Baluran KSBTU UPT Ditjen KSDAE

39 18 BKSDA Sumatera Barat Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

40 KSBTU UPT Ditjen KSDAE

41 19 BBKSDA Riau KSBTU UPT Ditjen KSDAE

42 20 BKSDA Sumsel Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

43 21 BKSDA Nusa Tenggara Timur KBTU UPT Ditjen KSDAE

44 Kabid Wilayah I UPT Ditjen KSDAE

45 22 BTN Bunaken Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

46 KSBTU UPT Ditjen KSDAE

47 23 BBTN Lore Lindu Kasubag Program dan

Kerjasama UPT Ditjen KSDAE

48 24 BTN Meru Betiri KSBTU UPT Ditjen KSDAE

49 25 BKSDA Jawa Tengah Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

50 26 BBTN Betung Kerihun Danau Sentarum Kabid Teknis UPT Ditjen KSDAE

51 27 BTN Sebangau Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

52 28 BTN Kayan Mentarang Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

53 29 BKSDA Kalimantan Timur Kepala Balai UPT Ditjen KSDAE

54 30 BBTN Teluk Cendrawasih Kepala Sub Bagian

Program dan Kerja Sama UPT Ditjen KSDAE

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Pelaksanaan Kegiatan Dalam RPP dan Laboratorium Kepemimpinan
Gambar 2. SK Tim Kerja Proyek PerubahanGambar 1. Sebagian anggota tim Kelompok Kerja Proyek Perubahan
Gambar 3. Komunikasi Verbal yang dilakukan untuk menjelaskan konsep Proyek Perubahan
Gambar 5.   Media Komunikasi dan Penyebaran Kuesioner online menggunakan Aplikasi Whatsapp  dan Facebook
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persyaratan Administratif meliputi Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) Dinas Pertanahan dan

Standar Operasional Prosedur (Sop) Asuhan Kebidanan Yang Diberikan Berdasarkan Kasus Teori Pembahasan Sop Dengan Kenyataan 9 Lepaskan sarung tangan ke dalam..

Standar Operasional Prosedur (SOP) di bagian Hukum sebanyak 21 (dua puluh satu), yang meliputi Prosedur Pengelolaan Surat masuk Kepaniteraan Hukum, Prosedur

Standar Operasional Prosedur (SOP) distribusi tenaga kesehatan di Puskesmas adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar dalam

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a), perlu mengatur dan menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dilingkungan Dinas Pariwisata

Standar Operasional Prosedur (SOP) ini dibuat untuk mengatur tata cara perencanaan, pengusulan, penyusunan, penandatanganan, pelaporan hasil evaluasi dan penatausahaan

Standar Operasional Prosedur Peraturan Hukum dan SOP tentang Siskeudes adalah salah satu perangkat penting untuk dapat juga menerapkan Siskeudes yang dapat dijadikan sebagai dasar

SOP (Standar Operasional Prosedur ) Penerimaan Bahan