• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia LTSP2006 Bagian II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia LTSP2006 Bagian II"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1

1

1

1

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Perubahan lingkungan eksternal yang semakin pesat dan terbuka saat ini, mensyaratkan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance di suatu institusi, tidak terkecuali di Bank Indonesia. Harus kita sadari bahwa stakeholder menuntut Bank Indonesia agar lebih transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan tugas, khususnya di bidang pengedaran uang. Melalui laporan tahunan pengedaran uang ini, Bank Indonesia ingin menunjukkan kepada publik mengenai komitmen dalam menerapkan prinsip-prinsip

Good Governance.

Dalam kaitannya dengan pengedaran uang, kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan pada upaya pencapaian misi-nya, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal yang berkualitas dalam arti layak edar, jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan tepat waktu serta menanggulangi meluasnya peredaran uang palsu di masyarakat.

Selama kurun waktu 2006, seiring dengan pesatnya perkembangan sistem pembayaran global dan meningkatnya tuntutan stakeholder akan layanan yang lebih baik di bidang pengedaran uang, berbagai perbaikan dan penyempurnaan infrastuktur telah dilakukan oleh Bank Indonesia, baik dari segi regulasi dan kebijakan, teknologi maupun kompetensi sumber daya manusianya.

Terlepas dari berbagai perbaikan dan penyempurnaan infrastruktur pengedaran uang yang telah ada akan terus dilakukan, masih terdapat beberapa isu yang berkaitan dengan pengedaran uang. Isu-isu tersebut antara lain perbaikan manajemen mutu layanan kas kepada perbankan, kasus pemalsuan uang, manajemen kas dalam sistem perbankan dan keterbatasan jangkauan peredaran uang di daerah terpencil dan perbatasan. Bank Indonesia telah mengambil berbagai langkah terobosan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang pengedaran uang.

Berkaitan dengan layanan kas kepada perbankan, Bank Indonesia telah mencanangkan strategi layanan kas prima, Bank Indonesia berupaya menerapkan Sistem Manajemen Mutu sesuai dengan standar internasional, dan akhirnya pada tanggal 26 Agustus 2006 layanan kas di Kantor Pusat Bank Indonesia memperoleh ISO 9001:2000.

(2)

2

2

2

2

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Dalam rangka mendorong perbankan dalam mengembangkan manajemen kas yang efektif, maka Bank Indonesia menerapkan kebijakan setoran bayaran. Uji coba setoran bayaran antara lain berupa keharusan untuk menyetorkan uang dalam kondisi tidak layak edar untuk seluruh pecahan, diberlakukan pada bulan Mei di Kantor Pusat (KP) dan pada bulan Desember di seluruh Kantor Bank Indonesia (KBI).

Berkaitan dengan keterbatasan jangkauan peredaran uang, Bank Indonesia mengimplementasikan kerjasama dengan PT. Pos Indonesia (Posindo) khususnya untuk melayani penukaran uang layak edar di wilayah terpencil dan perbatasan. Kerjasama ini didasari bahwa Posindo merupakan lembaga yang memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia, memiliki sumber daya yang memadai dan khazanah yang cukup.

Akhirnya kami berharap bahwa Laporan Tahunan Pengedaran Uang 2006 ini dapat menjadi sumber data dan informasi serta sarana edukasi yang strategis bagi stakeholder khususnya dalam memberikan gambaran menyeluruh mengenai pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang pengedaran uang. Laporan ini juga dapat dijadikan sebagai sumber dalam menganalisis perkembangan kegiatan perekonomian dan pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan pengedaran uang.

Semoga memberi bermanfaat.

Jakarta, 2007 Direktorat Pengedaran Uang

(3)

3

3

3

3

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... 3

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL ... 5

DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK ... 6

BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG ... 7

1.1 Pelaksanaan Kebijakan BI dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Uang Rupiah... 7

Pengadaan Uang dan Bahan Uang... 8

Distribusi Uang... 8

Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Masyarakat... 9

Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan... 9

Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat... 9

Strategi Clean Money Policy... 11

Penarikan dan Pencabutan Uang Rupiah... 12

1.2 Pelaksanaan Kebijakan untuk Mengoptimalkan Layanan Kas dan Pengelolaan Uang Rupiah ... 13

Peningkatan Waktu Layanan Kas... 13

Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional ISO 9001:2000... 14

Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Perbankan... 14

1.3 Pelaksanaan Kebijakan dalam Penanggulangan Peredaran Uang Palsu... 16

Mempersiapkan Pembentukan Unit Khusus Penanggulangan Uang Palsu... 17

Sosialisasi dan Publikasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah... 17

Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Uang Palsu... 18

1.4 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pengembangan Operasional Pengedaran Uang... 18

Peran BI dalam Penyusunan RUU Mata Uang... 18

Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Uang... 19

Pengembangan Sistem Administrasi dan Informasi Uang dan Bahan Uang (SA-UBU) ... 19

Penyempurnaan Sistem Aplikasi Bank Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) ... 19

Pengembangan Sistem Informasi Database Uang Palsu ... 20

Pengembangan Sistem Informasi Transaksi Uang Kartal ... 20

Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Bahan Uang... 20

(4)

4

4

4

4

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Kajian Sinkronisasi Database Nomor Seri Uang Rupiah ... 21

Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas ... 21

Kajian Strategi Implementasi Cash Centre... 21

Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah ... 22

Penelitian Bahan Uang Pecahan Kecil... 23

Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar (ULE) ... 24

Kegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia... 24

BAB II BAB II BAB II BAB II PENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANGPENINGKATAN KINERJA BI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIDANG PENGEDARAN UANG . 26 Survei Ketersediaan Uang Rupiah... 26

Survei Kepuasan Layanan Kas... 26

Survei terhadap Pengenalan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah... 27

BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT BAB III HUBUNGAN KERJASAMA BI DENGAN PIHAK TERKAIT ... 29

Kerjasama BI dengan Lembaga di Dalam Negeri... 29

Kerjasama BI dengan Lembaga di Luar Negeri... 30

BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN BIDANG PENGEDARAN UANG ---- 2007 2007 2007 2007 .... 33

Rencana Distribusi dan Pengadaan Uang Tahun 2007... 33

Pengembangan Sistem Database Uang Palsu Dalam Rangka Mendukung Pembentukan BI Counterfeit Analysis Center (BI-CAC)... 33

Pembentukan Titipan Kas Besar di KBI... 33

Perluasan Sosialisasi Iklan Layanan Masyarakat Mengenai Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah... 33

Kajian Dampak Uji Coba Setoran dan Bayaran Bank ... 34

Kajian tentang Pembentukan Model Cash Centre Indonesia ... 34

Kajian tentang efektifitas pelaksanaan Pilot Project Kerja sama Layanan Penukaran Uang dengan PT. Posindo ... 34

BOKS BOKS BOKS BOKS ---- BOK BOK BOK BOKSSSS 1. Pemenuhan Uang Rupiah Layak Edar di Wilayah Perbatasan dan Terpencil ... 25

(5)

5

5

5

5

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL

(6)

6

6

6

6

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Lembar) ... 8

Grafik 2 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Nominal) ... 8

Grafik 3 Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow di BI... 12

Grafik 4 Waktu layanan kas KPBI ... 14

Grafik 5 Perkembangan Jumlah Inflow di KP ... 16

Grafik 6 Perkembangan Jumlah Inflow di KKBI... 16

Grafik 7 Perkembangan Jumlah Outflow di KP ... 16

Grafik 8 Perkembangan Jumlah Outflow di KKBI... 16

Grafik 9 Indeks Hasi Survei : Ketersediaan Uang 2005-2006... 26

Grafik 10 Indeks Hasil Survei : Kemampuan Mengenali Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah... 28

Grafik 11 Perkembangan UYD Tahun 2005-2006 ... 37

Grafik 12 Perkembangan Rasio Uang Kartal terhadap Uang Giral ... 37

Grafik 13 Pangsa Uang Kertas yang Diedarkan Berdasarkan Nominal... 38

Grafik 14 Pangsa Uang Logam yang Diedarkan Berdasarkan Nominal... 38

Grafik 15 Pangsa pecahan UYD Berdasarkan Nominal ... 38

Grafik 16 Pangsa Pecahan UYD Berdasarkan Lembar/Keping... 38

Grafik 17 Perkembangan Outflow dan Inflow 2002 – 2006 ... 39

Grafik 18 Perkembangan Outflow dan Inflow Bulanan... 39

Grafik 19 Perkembangan Jumlah Outflow dan Inflow... 39

Grafik 20 Perkembangan Jumlah Outflow KP dan KBI... 40

Grafik 21 Perkembangan Jumlah Inflow KP dan KBI... 40

Grafik 22 Pangsa Inflow Berdasarkan Wilayah Kerja ... 40

Grafik 23 Pangsa outfllow Berdasarkan Wilayah Kerja ... 40

Grafik 24 Pangsa Setoran Bank Berdasarkan Pecahan ... 41

Grafik 25 Pangsa Bayaran Bank Berdasarkan Pecahan ... 41

Grafik 26 Pangsa Penukaran Masuk Berdasarkan Pecahan ... 41

Grafik 27 Pangsa Penukaran Keluar Berdasarkan Pecahan ... 42

Grafik 28 Perkembangan Persediaan Kas BI ... 42

Grafik 29 Komposisi Persediaan Kas BI Berdasarkan Nominal... 42

Grafik 30 Perkembangan Pemusnahan Uang Berdasarkan Lembar/Keping ... 43

Grafik 31 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasakan Wilayah... 43

Grafik 32 Komposisi Pemusnahan Uang Berdasarkan Nominal ... 43

(7)

7

7

7

7

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

BAB I

BAB I

BAB I

BAB I

PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG

BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UAN

BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UAN

BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UAN

BAB I PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG

G

G

G

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia No.3 tahun 2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam melaksanakan tugas tersebut di bidang pengedaran uang, BI memiliki kewenangan untuk mengeluarkan, mengedarkan, mencabut dan menarik, serta memusnahkan uang rupiah.

Dalam rangka melaksanakan kewenangan tunggal di bidang pembayaran tunai, BI telah menetapkan misi yang merupakan arah dari setiap kebijakan pengedaran uang, yaitu memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar. Misi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Setiap uang yang dikeluarkan dimaksudkan agar dapat mempermudah kelancaran transaksi pembayaran tunai, dapat diterima, dan dipercaya oleh masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, uang perlu memiliki beberapa karakteristik yaitu mudah digunakan dan nyaman (user friendly), tahan lama (durable), mudah dikenali (easily recognized) dan sulit dipalsukan (secure against counterfeiting).

2. BI mengupayakan tersedianya jumlah uang rupiah di masyarakat secara cukup, dengan memperhatikan kesesuaian jenis pecahannya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang komprehensif terutama dalam melakukan perencanaan pengadaan uang dan distribusinya. 3. Mengupayakan tersedianya kelembagaan

pendukung untuk mewujudkan terciptanya kelancaran arus uang kartal yang layak edar, baik secara regional maupun nasional.

Guna mencapai misi di bidang pengedaran uang tersebut, pada tahun 2006 BI telah merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijakan yang terfokus paa: 1. Pemenuhan kebutuhan uang rupiah di berbagai

wilayah di Indonesia.

2. Optimalisasi layanan kas dan pengelolaan uang rupiah BI.

3. Penanggulangan peredaran uang palsu. 4. Pengembangan operasional pengedaran uang.

1.1 1.1 1.1

1.1 Pelaksanaan KebiPelaksanaan KebiPelaksanaan KebiPelaksanaan Kebijakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya jakan BI dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Uang Rupiah Memenuhi Kebutuhan Uang Rupiah Memenuhi Kebutuhan Uang Rupiah Memenuhi Kebutuhan Uang Rupiah

Beberapa pelaksanaan kebijakan BI untuk menjamin pemenuhan kebutuhan uang rupiah di berbagai wilayah di Indonesia dalam jumlah yang cukup dan layak edar, antara lain:

1. Menyusun rencana pengadaan uang dan bahan uang serta melaksanakan pengadaan uang dan bahan uang.

2. Melaksanakan distribusi uang yang efektif untuk menjamin tersedianya uang yang cukup, lancar, dan tepat waktu di seluruh wilayah Kantor Bank Indonesia (KBI).

3. Memenuhi kebutuhan uang rupiah melalui perbankan dan kerjasama dengan pihak ketiga. 4. Melaksanakan clean money policy melalui

pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). 5. Melakukan penarikan dan pencabutan uang

rupiah.

(8)

8

8

8

8

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang Pengadaan Uang dan Bahan Uang

Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat selama tahun 2006, BI merencanakan pengadaan uang kertas sebesar 5,6 miliar lembar atau naik 5,7% dari pengadaan tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 5,3 miliar lembar. Sedangkan secara nominal, nilainya meningkat sebesar 16,7%. Adapun uang logam (UL) tidak dilakukan pengadaan karena persediaan UL yang ada di BI dinilai masih mencukupi untuk kebutuhan UL masyarakat. Realisasi pengadaan uang kertas tahun 2006 yang merupakan uang hasil cetak sempurna (HCS) tercapai sebesar 99,6% dari rencana pengadaan.

Berdasarkan komposisinya, pengadaan uang rupiah selama tahun 2006 didominasi oleh pecahan Rp1.000 dan Rp50.000 yang mencapai masing-masing sebesar 38,1% dan 20,9% dari total lembar pengadaan uang kertas rupiah. Sedangkan secara nominal, pangsa pecahan terbesar adalah pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar 47,3% dan 34,2% dari total nominal pengadaan uang kertas selama tahun 2006. Komposisi pengadaan uang pecahan tersebut didasarkan pada proyeksi rencana distribusi uang dengan memperhitungkan faktor-faktor seperti struktur perekonomian daerah dan nasional, volume transaksi masing-masing pecahan antara perbankan dengan BI serta mempertimbangkan tingkat kelusuhan uang dan persediaan kas BI.

Selain melakukan pengadaan uang, pada tahun 2006 Bank Indonesia juga melaksanakan pengadaan bahan uang kertas dengan memperhitungkan persediaan bahan uang minimum yang aman. Sedangkan untuk bahan uang logam, pada tahun 2006 Bank Indonesia tidak melakukan pengadaan, karena persediaan bahan uang yang ada masih mencukupi. Dalam rangka pengadaan bahan uang tersebut, BI sudah memperhatikan penerapan unsur

pengaman uang yang handal untuk mengantisipasi upaya pemalsuan uang.

7 . 5 % 7 . 0 %

2 0 . 9 % 18 . 0 %

9 . 0 % 10 .1%

12 . 6 % 9 . 4 %

11. 8 % 15. 2 %

3 8 . 1% 4 0 . 3 %

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2006 2005

Rp100.000 Rp50.000 Rp20.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp1.000

Grafik 1 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Lembar)

3 4 . 2 % 3 4 . 9 %

4 7.5% 4 4 .7%

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

2006 2005

Rp100.000 Rp50.000 Rp20.000 Rp10.000 Rp5.000 Rp1.000

Grafik 2 Komposisi Pengadaan Uang Kertas (Nominal)

Distribus Distribus Distribus

Distribusi Uang i Uang i Uang i Uang

(9)

9

9

9

9

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

mencapai 103,8% dari rencana, dan realisasi retur uang sebesar Rp13,8 triliun atau tercapai sebesar 89,4% dari rencana.

Jumlah distribusi uang rupiah di seluruh wilayah di Indonesia yang dicerminkan melalui selisih dari pengiriman dan retur uang selama tahun 2006 mencapai sebesar Rp116,1 triliun atau tercapai 105,9% dari rencana sebesar Rp109,7 triliun. Pencapaian realisasi tersebut lebih dari 100%, sejalan dengan meningkatnya rata-rata laju pertumbuhan uang kartal yang diedarkan (UYD) selama tahun 2006 sebesar 14,6% atau lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 13,2%. Berdasarkan pecahannya, sebagian besar besar realisasi distribusi uang adalah pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 yang mencapai masing-masing 45,2% dan 36,2%.

Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah di tahun 2007, BI mulai melakukan berbagai persiapan penyusunan rencana distribusi uang sejak triwulan II-2006. Berbagai langkah yang dilakukan masih sejalan dengan tahapan tahun sebelumnya, yaitu melakukan perhitungan proyeksi dengan menggunakan metode Error Corection Model (ECM), serta pembahasan dengan seluruh satuan kerja kas.

Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Pemenuhan Uang Rupiah kepada Perbankan dan Masyarakat

Masyarakat Masyarakat Masyarakat

Pemenuhan uang rupiah untuk perbankan dan masyarakat dilakukan secara langsung, maupun melalui kerjasama baik dengan perbankan dan pihak ketiga. Pemenuhan uang rupiah kepada perbankan meliputi pelaksanaan penarikan uang layak edar dan penyetoran dari bank terutama uang yang tidak layak edar. Selain itu, BI juga melaksanakan kegiatan kas titipan di 11 KBI untuk memenuhi kebutuhan uang kartal perbankan di wilayah tertentu. Adapun pemenuhan uang kartal kepada masyarakat meliputi penukaran melalui loket di seluruh satuan kerja kas BI dan kas keliling, serta melalui pihak ketiga yang

bekerjasama dengan perusahaan penukaran uang pecahan kecil (PPUPK) dan PT. Pos Indonesia (PT. Posindo).

Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan Pelaksanaan Pemenuhan Uang Kepada Perbankan

Guna memenuhi kebutuhan uang rupiah, perbankan melaksanakan penarikan uang kartal secara langsung dari BI di seluruh wilayah. Volume penarikan uang oleh perbankan mendominasi aliran uang keluar dari BI (outflow), yaitu mencapai sekitar 96,7% dari total

outflow. Sebagian besar penarikan uang perbankan dilakukan oleh kelompok bank pemerintah yang mencapai sebesar 41,5% dari total penarikan uang oleh perbankan, selanjutnya adalah kelompok Bank Pembangunan Daerah dan Bank Umum Swasta Nasional yang mencapai sebesar 32,2% dan 23,8%.

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah khususnya bagi perbankan di wilayah-wilayah tertentu yang sulit dijangkau oleh BI, dilaksanakan layanan kas titipan di perbankan. Jumlah kas titipan BI di perbankan pada tahun 2006 terdapat di 12 KBI yang meliputi KBI Jambi, Banjarmasin, Palu, Sibolga, Surabaya, Medan, Manado, Jayapura, Palangkaraya, Palembang, Kupang, dan Makassar. Volume pengaliran uang melalui kas titipan di perbankan sebesar 1,5% dari total outflow. Frekuensi pengiriman uang dari BI untuk dititipkan di bank tersebut setiap bulan bervariasi, dengan rata-rata 2 sampai 3 kali. Dari 12 KBI yang memiliki kas titipan, volume kas titipan terbesar tercatat di wilayah KBI Medan dan KBI Palembang masing-masing mencapai 46,7% dan 24,8% dari total volume layanan kas titipan.

Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat Pelaksanaan Penukaran Uang Kepada Masyarakat

(10)

10

10

10

10

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

dengan perusahaan penukaran pecahan uang kecil (PPUPK) yang melayani penukaran uang pecahan kecil dan dengan PT. Pos Indonesia (Posindo) untuk melayani kebutuhan uang layak edar di wilayah perbatasan dan terpencil. Layanan penukaran uang kepada masyarakat meliputi penukaran uang yang masih layak edar (ULE) dengan uang yang masih layak edar dalam pecahan yang sama atau pecahan lainnya, atau penukaran UTLE dengan uang layak edar dalam pecahan yang sama atau pecahan lainny. Volume layanan penukaran tersebut selama tahun 2006 mencapai sekitar 1,8% dari total outflow.

Layanan penukaran uang layak edar melalui PT. Posindo dimaksudkan untuk meningkatkan dan memperluas wilayah layanan BI untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah ke masyarakat, khususnya di daerah perbatasan dan terpencil. Pada pelaksanaan kerjasama tersebut, PT. Posindo berperan dalam penukaran uang ke masyarakat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan atau dimiliki. Adapun BI berperan memberikan pelatihan dan konsultasi kepada PT.Posindo khususnya terkait dengan teknik atau cara mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah dan penetapan besarnya penggantian atas uang rusak. Melalui kerjasama tersebut diharapkan masyarakat yang berada di wilayah terpencil dan perbatasan yang seringkali mengalami kesulitan dalam memperoleh uang yang layak edar untuk keperluan transaksi akan berkurang secara bertahap, karena masyarakat dapat secara langsung menukarkan uang tidak layak edar kepada PT. Posindo terdekat.

Pemilihan PT. Posindo dalam kegiatan penukaran uang tersebut, karena merupakan salah satu institusi yang layak dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan fungsi pengedaran uang karena didukung oleh jaringan kantor yang tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia, memiliki sumber daya manusia dan armada yang memadai, memiliki khazanah yang memadai, serta biaya investasi yang

dibutuhkan relatif tidak terlalu besar. Pada tahun 2006 telah direalisasikan kerjasama BI dengan PT.Posindo yang meliputi 9 wilayah propinsi.

Tabel 1 Wilayah Layanan Kas Melalui PT. Posindo

PT. POSINDO PT. POSINDO PT. POSINDO PT. POSINDO No.

No. No.

No. WilayahWilayahWilayahWilayah

KPRK

KPRKKPRK

KPRK KPCKPCKPCKPC

Singkawang

Singkawang, Bengkayang, Tujuhbelas, Sungaiduri, Samalantan, Ledo, Sanggauledo, Seluas, Sambas, Selakau,

Pemangkat, Jawai, Tebas, Sekura, dan Paloh.

1. Pontianak

Sanggau

Sanggau, Balai Karangan, Balai Sebut, Batang Tarang, Kedukul, Kembayan, Melinau, Pusat Damai, Sekadau, Sosok, Tayan, Sedayak, Beduai, dan Bonti

2. Kupang Atambua

Atapupu, Besikama, Betun, Boas, dan Weluli.

3. Samarinda Tarakan

Tanjung Selor, Long Bawang, Nunukan, Sungai Nyamuk, Malinau, Sebuku, dan Mansalong

Tenggarong

Kotabangun, Barong Tongkok, Melak, dan Long Iram.

4. Palu Palu

Tentena, Beteleme, Kolonedale, Bungku, dan Tomata.

5. Ambon Ambon

Leksula, Bula, Pasahari,Geser, Wahai, dan Mako.

Tual

Dobo, Elat, Larat, Saumlaki, Tepa, Serwaru, dan Wonreli.

6. Papua Jayapura

Arso, Waris, Wamena, Abepura, Sentani, Sarni, Genyem.

Merauke

Tanah Merah, Agats, Kurik, Kimaam,

(11)

11

11

11

11

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

PT. POSINDO PT. POSINDO PT. POSINDO PT. POSINDO No.

No. No.

No. WilayahWilayahWilayahWilayah

KPRK

KPRKKPRK

KPRK KPCKPCKPCKPC

7. Kendari Kendari

Lambuya, Rate-Rate, Mowewe, Anaiwoi, Kesipute, Tinanggea, Palangga, Punggaluku Palangkaraya

Tamiang layang, Ampah, Bunto, Muarateweh, Puruk Cahu

8. Palangkaraya Sampit

Samuda, Kuala Pumbuang, Pembuang Hulu

9. Ternate Ternate

Payahe, Weda, Sidangoli, Jailolo, Kao, Tobelo

KPRK : Kantor Pos Pemeriksa KPC : Kantor Pos Cabang

Selanjutnya, guna memenuhi kebutuhan uang khususnya pecahan kecil (Rp10.000 ke bawah) bagi masyarakat, BI tetap melaksanakan program kerjasama dengan pihak ketiga yaitu Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil (PPUPK) yang dilakukan sejak tahun 2001. Strategi kerjasama tersebut selama tahun 2006 meliputi:

1. Meningkatkan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan layanan penukaran Uang Pecahan Kecil (UPK) kepada masyarakat, antara lain dengan menyusun Pedoman Pengawasan PPUPK dalam melaksanakan fungsi tersebut. Pedoman tersebut telah disosialisasikan kepada 12 (dua belas) KBI penyelenggara PPUPK. 2. Peningkatan peran layanan PPUPK pada periode

peningkatan kebutuhan uang rupiah yaitu menjelang liburan hari raya keagamaan. Pada periode tersebut, BI menerapkan peningkatan modal penukaran bagi setiap PPUPK sekitar 50% atau 100%, dengan frekwensi penukaran sebanyak 2 kali seminggu. Konsentrasi layanan PPUPK terutama di stasiun kereta api, terminal bus, pasar, dan pelabuhan.

Sebagaimana tahun sebelumnya, BI melaksanakan survei terhadap kegiatan layanan penukaran uang

pecahan kecil. Berdasarkan survei tersebut, indeks kepuasan masyarakat atas ketersediaan uang pecahan kecil pada tahun 2006 mencapai 4,74 (skala 1-6), atau lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 4,99. Meskipun mengalami penurunan nilai indeks, namun kegiatan layanan penukaran uang pecahan kecil tersebut masih dinilai cukup membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan uang pecahan kecil.

Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy Strategi Clean Money Policy

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, BI melaksanakan kegiatan pemusnahan uang terhadap uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) dan mengganti dengan uang baru. Proses pemusnahan tersebut dilakukan melalui suatu prosedur dan pengawasan pelaksanaan pemusnahan uang yang ketat serta menetapkan tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.

Pemusnahan uang kertas oleh Bank Indonesia menggunakan mesin sortasi uang kertas (MSUK) dan mesin racik uang kertas (MRUK), sedangkan pemusnahan uang logam dilakukan melalui peleburan yang berada di bawah pengawasan penuh BI. Pada saat ini jumlah mesin sortasi yang dapat digunakan sekaligus untuk meracik uang memiliki kapasitas 4.073.000 lembar uang kertas per jam atau terdapat kenaikan kapasitas sebesar 7,1% dari tahun sebelumnya yang mencapai 3.803.000 lembar uang kertas. Adapun mesin racik yang dimiliki BI berkapasitas memusnahkan 6.314.462 lembar uang kertas per jam.

(12)

12

12

12

12

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

telah melalui proses sortasi dan perhitungan yang dilakukan minimal sebanyak 2 kali baik melalui mesin hitung manual maupun dengan menggunakan mesin khusus sortasi. Adapun penggunaan MSUK, dilakukan secara langsung yang digunakan untuk keperluan sortasi dan meracik uang kertas. Seluruh hasil pelaksanaan pemusnahan uang tersebut dituangkan dalam suatu Berita Acara Pemusnahan dan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Racikan. Selain melakukan prosedur dan pengawasan yang ketat pada pelaksanaan pemusnahan uang, BI juga menetapkan strategi kelayakan uang rupiah yang tidak layak edar (UTLE). Penetapan UTLE tersebut melalui setting mesin sortasi berupa penentuan soil level (tingkat kelusuhan) dan secara manual melalui standarisasi visual uang layak edar.

Jumlah uang yang dimusnahkan selama tahun 2006 sebanyak 4,8 miliar lembar uang kertas, dan 243,5 juta uang logam. Adapun rasio pemusnahan uang rupiah terhadap aliran uang yang masuk ke BI (inflow) secara triwulanan cenderung meningkat. Kisaran rasio pemusnahan tersebut antara 16,9% sampai dengan 37,0%. Rasio pemusnahan uang di KP meningkat secara signifikan pada triwulan-2 dan triwulan-3 yang mencapai masing-masing sebesar 57,9% dan 94,5%. Peningkatan rasio pemusnahan uang rupiah terhadap inflow tersebut terutama berkaitan dengan penerapan kebijakan kepada perbankan untuk menyetorkan uang ke BI dalam kondisi yang tidak layak edar pada bulan Mei 2006 atau pada pertengahan triwulan-2. Namun demikian, pada triwulan-4 terjadi penurunan rasio pemusnahan di KP terutama disebabkan kebijakan diskresi berupa kelonggaran penyetoran uang layak edar selama 5 hari kerja di bulan November 2006 untuk mengakomodasi kelebihan uang di perbankan paska hari raya lebaran. Penerapan kebijakan penyetoran UTLE di KBI pada bulan Desember 2006, berdampak pula terhadap peningkatan rasio pemusnahan uang terhadap inflow secara signifikan.

0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0%

Tw-1 2005

Tw-2 2005

Tw-3 2005

Tw-4 2005

Tw-1 2006

Tw-2 2006

Tw-3 2006

Tw-4 2006

KP KKBI Nasional

Grafik 3 Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow di BI

Budaya dan perilaku masyarakat terhadap cara memperlakukan uang di Indonesia selama ini cukup mempengaruhi kondisi uang rupiah yang beredar di masyarakat. Untuk itu, pada tahun 2006 secara intensif menyampaikan sosialisasi melalui berbagai penyuluhan dan iklan layanan masyarakat mengenai ”Cara Mempelakukan Uang dengan Baik dan Benar”. Tujuan dari penyampaian materi Cara Memperlakukan Uang tersebut adalah menghimbau dan mengajak masyarakat agar dapat berperanserta dalam memperlakukan uang dengan baik dan benar sehingga fisik uang tidak cepat lusuh dan rusak. Dengan kondisi fisik uang yang masih baik maka masyarakat akan lebih mudah mengenali ciri-ciri keasliannya.

Penarikan dan Pencabutan Uang Rupiah Penarikan dan Pencabutan Uang Rupiah Penarikan dan Pencabutan Uang Rupiah Penarikan dan Pencabutan Uang Rupiah

(13)

13

13

13

13

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

1.2 1.2 1.2

1.2 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Mengoptimalkan Layanan Kas dan Pengelolaan Uang Rupiah

Pengelolaan Uang Rupiah Pengelolaan Uang Rupiah Pengelolaan Uang Rupiah

Setiap satuan kerja kas di KP dan KBI melakukan layanan kas kepada perbankan, dan pihak lain seperti pemerintah dan masyarakat. BI senantiasa melaksanakan layanan kas dengan cepat, akurat, serta aman sesuai dengan fasilitas yang tersedia di KP dan masing-masing KBI. Upaya yang dilakukan dalam mengotimalkan layanan kas khususnya di KP adalah dengan mempercepat waktu layanan berdasarkan target maksimum tertentu, serta mencapai sertifikasi ISO di bidang layanan kas. Melalui strategi tersebut diharapkan dapat memperlancar aliran uang rupiah dari dan ke BI baik kepada/dari perbankan maupun pihak lain sehingga kebutuhan uang rupiah bagi masyarakat dapat terpenuhi dengan cepat.

Selain itu, dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan uang kartal di BI yang mengarah pada layanan kas dari perbankan dari retail menjadi wholesale, BI menerapkan kebijakan uji coba setoran bayaran kepada perbankan berupa keharusan penyetoran UTLE ke BI. Melalui kebijkan tersebut diharapkan dapat memacu perbankan untuk mengoptimalkan pengelolaan uang kartalnya serta memperlancar penyediaan kebutuhan uang bagi masyarakat.

Penilaian terhadap upaya optimalisasi layanan kas BI pada tahun 2006 menunjukkan kondisi yang memuaskan. Hal tersebut tercermin dari hasil survei layanan kas yang mencapai angka 5,10 (skala 1-6) di semester I yang meningkat menjadi 5,13 (skala 1-6) di semester II atau sedikit lebih tinggi dari angka indeks tahun sebelumnya yang mencapai angka 5,12.

Peningkatan Waktu Layanan Kas Peningkatan Waktu Layanan Kas Peningkatan Waktu Layanan Kas Peningkatan Waktu Layanan Kas

BI menetapkan target waktu layanan kas rata-rata sebagai salah satu indikator kinerja layanan kas BI

kepada stakeholders, yaitu 27 menit untuk layanan kas kepada perbankan, baik untuk layanan penarikan maupun pembayaran uang rupiah. Realisasi rata-rata waktu layanan kas KPBI kepada perbankan selama tahun 2006 masih lebih cepat dari target selama 27 menit tersebut.

Rata-rata waktu layanan pembayaran uang rupiah ke perbankan selama tahun 2006 adalah sebesar 19 menit 55 detik, sedangkan rata-rata waktu layanan penyetoran uang rupiah dari perbankan ke BI selama tahun 2006 sebesar 16 menit 22 detik. Pencapaian rata-rata layanan pembayaran dan penyetoran uang tersebut lebih baik dari rata-rata waktu layanan yang dicapai tahun sebelumnya, masing-masing 22 menit dan 26 menit 30 detik.

Secara triwulanan, target rata-rata waktu layanan kas berupa pembayaran kepada perbankan masing-masing dengan rata-rata waktu layanan pada triwulan I mencapai 21 menit 48 detik, triwulan II mencapai 16 menit 55 detik, triwulan III mencapai 18 menit 45 detik dan triwulan IV mencapai 22 menit. Adapun rata-rata waktu layanan penyetoran uang rupiah dari perbankan selama triwulan I sampai triwulan IV 2006, masing-masing sebesar 18 menit, 16 menit 04 detik, 14 menit 22 detik, dan 15 menit 35 detik.

(14)

14

14

14

14

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

0:00:00 0:05:46 0:11:31 0:17:17 0:23:02 0:28:48

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

Bayaran Setoran Target

Grafik 4 Waktu layanan kas KPBI

Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional Layanan Kas Sesuai dengan Standar Internasional ISO 9001:2000

ISO 9001:2000 ISO 9001:2000 ISO 9001:2000

BI telah mencanangkan strategi layanan kas prima sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan pengguna sejak tahun 2004. Untuk mewujudkannya, BI berupaya untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu yang sesuai dengan satuan kerja kas berdasarkan prinsip-prinsip dasar (persyaratan) standar ISO 9001:2000 serta perlunya peningkatan (improvement) terhadap layanan kas dan sistem manajemen mutu satuan kerja kas.

Rangkaian kegiatan untuk mencapai layanan kas sesuai dengan standar internasional tersebut diawali dengan penyusunan kajian mengenai penerapan standar ISO 9001:2000 yang telah dilaksanakan pada tahun 2005 serta pendampingan oleh konsultan yang kompeten. Berdasarkan kajian dan rekomendasi yang dilaksanakan di tahun 2005, menyatakan bahwa BI telah siap melaksanakan implementasi Sistem Manajemen Mutu sebagai langkah lanjutan untuk memperoleh sertifikat ISO 9001:2000. Proses selanjutnya adalah melaksanakan Audit Mutu Internal (AMI) terhadap pelaksanaan layanan kas kepada perbankan, yang akan menjadi dasar penunjukkan Badan Sertifikasi, yaitu PT. Lloyd Register Indonesia. Finalisasi audit yang dilakukan oleh Badan Sertifikasi pada bulan Juni 2006 mendapatkan hasil yang positif atau tidak ada temuan yang bersifat major.

Berdasarkan berbagai langkah dan strategi peningkatan layanan kas BI tersebut, pada tanggal 23 Agustus 2006 BI secara resmi memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dari United Kingdom Accreditation Service (UKAS) yang berkedudukan di London-Inggris. Dengan tercapainya sertifikasi ISO 9001:2000 bagi layanan kas di KPBI tersebut, bukan berarti strategi optimalisasi layanan kas BI telah selesai. Langkah selanjutnya yang dinilai lebih berat adalah menjaga dan mengupayakan pelaksanaan layanan kas yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Penerapan Uji Coba Setoran dan Bayaran Perbankan

Perbankan Perbankan Perbankan

Salah satu kebijakan BI kedepan adalah melayani kebutuhan uang dalam jumlah besar (wholesale), serta mendorong perbankan untuk mengembangkan manajemen kas yang lebih efektif. Untuk tujuan tersebut, sebagai langkah awal BI telah menerapkan uji coba setoran dan bayaran kepada perbankan sejak 2005 berupa penyetoran bank-bank ke BI hanya diperkenankan uang dalam kondisi tidak layak edar (UTLE) dan penarikan layak edar (ULE) dari BI hanya dapat dilakukan setelah jumlah dan pecahan tertentu ULE di perbankan sudah tidak tersedia. Dengan diberlakukannya uji coa tersebut, akan memberikan manfaat terhadap efisiensi pengelolaan uang di BI sehingga diharapkan pelayanan bagi perbankan menjadi lebih cepat sehingga selanjutnya dapat memperlancar layanan kas dari perbankan ke masyarakat. Selain itu, penerapan uji coba tersebut juga akan memacu perbankan untuk mengelola manajemen uang kartalnya secara lebih baik.

(15)

15

15

15

15

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

pecahan Rp10.000 ke bawah di wilayah KBI yang dilaksanakan sejak triwulan II-2006. Adapun uji coba tahap III dan IV diberlakukan berupa penyetoran UTLE dari bank ke BI untuk seluruh pecahan, masing-masing diberlakukan di KP pada triwulan II-2006 dan di seluruh wilayah KBI pada triwulan IV-2006. Untuk mendukung dan optimalisasi pelaksanaan uji coba setoran dan bayaran tersebut, berbagai kegiatan yang telah dilakukan BI sebagai berikut:

1. Melakukan sosialisasi kepada perbankan di berbagai wilayah di Indonesia mengenai pelaksanaan uji coba setoran dan bayaran

2. Menyusun pedoman uji coba setoran dan bayaran yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan kegiatan uji coba tersebut, antara lain yang mencakup asumsi-asumsi efektivitas dan efisiensi dari layanan kas BI dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan perbankan. Adapun ruang lingkup pedoman tersebut antara lain meliputi prinsip umum, pelaksanaan uji coba, monitoring pelaksanaan uji coba, dan sanksi.

3. Membentuk fokus grup yang beranggotakan perbankan dan BI sebagai fasilitator guna mengkomunikasikan materi pedoman dan kendala pelaksanaan uji coba dimaksud. Hasil dan peran yang diharapkan dari pembentukan fokus grup tersebut antara lain:

a. Memperoleh masukan dari bank-bank agar penerapan pengaturan kegiatan penyetoran dan pengambilan uang di BI dapat berjalan efektif.

b. Menjadi partner BI dalam melakukan sosialisasi, sehingga bank-bank dapat memperoleh pemahaman yang baik dan seragam terhadap penerapan kebijakan tersebut.

4. Memfasilitasi untuk dilakukannya transaksi uang kartal antar bank melalui penyusunan Bye Laws Transaksi Uang Kartal Antar Bank, perubahan

mekanisme pengambilan uang di BI, penyediaan media komunikasi dan informasi dalam bentuk mailing list, serta pembentukan help desk uji coba setoran dan bayaran bank.

5. Melaksanakan kegiatan evening & morning call guna memantau hambatan dan kendala yang ditemui pada pelaksanaan uji coba setoran dan bayaran secara periodik.

6. Meningkatkan aspek pengawasan seperti melakukan pemeriksaan berkala, serta pengawasan dan pembinaan kepada bank secara individual.

7. Pembukaan Transaction Reference Number (TRN) pada aplikasi BI-RTGS sebagai salah satu sarana pengawasan dan monitoring transaksi uang kartal antar bank.

8. Menetapkan standarisasi UTLE secara visual seluruh pecahan dari Rp1.000 sampai dengan Rp100.000 untuk masing-masing tingkat kelusuhan.

Selama pelaksanaan uji coba setoran dan bayaran perbankan tersebut, tercatat satu kali BI menempuh kebijakan diskresi untuk memperkenankan bank-bank melakukan penyetoran ULE. Kebijakan diskresi tersebut diberlakukan selama 5 (lima) hari kerja, dengan pertimbangan terjadi kelebihan uang rupiah di perbankan paska liburan hari raya keagamaan (lebaran).

(16)

16

16

16

16

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

bayaran untuk seluruh pecahan pada bulan Desember 2006.

Sebagaimana inflow, jumlah outflow selama periode setelah diberlakukannya uji coba setoran dan bayaran bank untuk seluruh pecahan di KP dan wilayah KKBI juga menunjukkan penurunan di bandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi BI, kondisi tersebut berdampak terhadap efisiensi pengelolaan uang rupiah, sedangkan bagi perbankan menunjukkan adanya upaya optimalisasi manajemen kas dan pengelolaan uang kartal.

-2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0

J A N FEB M A R A P R M EI J U N I J U L I A GT S EP T OK T N OV D ES

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 5 Perkembangan Jumlah Inflow di KP

-5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0

J AN FE B M A R AP R M E I JU NI JULI A GT SE P T OKT N OV D E S

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 6 Perkembangan Jumlah Inflow di KKBI

-4.0 8.0 12.0 16.0

J A N FEB M A R A P R M EI J U N I J U L I A GT S EP T OK T N OV D ES

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 7 Perkembangan Jumlah Outflow di KP

-10.0 20.0 30.0 40.0

JAN FE B M AR AP R M E I JUNI JULI AGT SE P T OKT NOV DE S

Triliun Rp

2005 2006

Grafik 8 Perkembangan Jumlah Outflow di KKBI

1.3 1.3 1.3

1.3 Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam Pelaksanaan Kebijakan dalam

Penanggulangan Peredaran Uang Palsu Penanggulangan Peredaran Uang Palsu Penanggulangan Peredaran Uang Palsu Penanggulangan Peredaran Uang Palsu

Rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkan pada tahun 2006 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun masih berada pada nilai yang cukup rendah. Rata-rata rasio uang palsu terhadap UYD per bulan pada tahun 2005 sebesar 0,0000009 atau terdapat 9 lembar temuan uang palsu pada setiap 10 juta lembar uang kertas yang diedarkan, sedangkan pada 2006 rata-rata rasio temuan uang palsu terhadap UYD per bulan menjadi 0,0000014 atau terdapat 14 lembar pada setiap 10 juta lembar uang kertas yang diedarkan.

(17)

17

17

17

17

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi dan publikasi, serta merintis pembentukan unit khusus penanggulangan uang palsu. Adapun secara represif dilakukan melalui kerjasama dengan pihak penegak hukum khususnya dalam menangani kasus kejahatan pemalsuan uang.

Mempersiap Mempersiap Mempersiap

Mempersiapkan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus kan Pembentukan Unit Khusus Penanggulangan Uang Palsu

Penanggulangan Uang Palsu Penanggulangan Uang Palsu Penanggulangan Uang Palsu

Dalam rangka memenuhi konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa dan guna mengantisipasi amanat Rancangan Undang-undang (RUU) Mata Uang serta memenuhi standar internasional di bidang penanggulangan uang palsu, BI telah merintis pembentukan unit khusus penanggulangan uang palsu (Bank Indonesia Counterfeit Analisys Center/BI CAC) sejak tahun 2005. Pembentukan BI CAC tersebut memiliki fungsi antara lain sebagai pusat database uang palsu, mengadministrasikan dan menyimpan contoh uang palsu, serta sebagai pusat kajian dan studi tentang uang palsu.

Pada tahun 2006 BI telah mengimplementasikan sistem informasi database uang palsu, antara lain mencakup informasi mengenai data kasus dan lokasi temuan uang palsu, jenis pemalsuan uang, serta sindikat/pelaku pemalsu uang. Untuk lebih mendukung pencapaian pembentukan BI CAC tidak hanya didukung oleh database dan informasi saja, namun diperlukan berbagai faktor lain yang mencakup sumber daya manusia, prosedur serta sistem analisis uang palsu.

Dalam rangka pengembangan BI CAC, pada tahun 2006 BI menjalin kerjasama dengan bank sentral Jerman (The Deutsche Bundesbank). Sebagaimana negara lainnya yang tergabung dalam Europe Union, Bundesbank memiliki pusat analisis uang palsu yang dikenal dengan nama The National Analysis Centre Deutsche Bundesbank (NAC-DB). Pemilihan Bundesbank dalam rangka kerjasama untuk

pembentukan BI CAC karena Bundesbank dinilai memiliki sumber daya manusia yang mampu dan berpengalaman dalam menangani penanggulangan uang palsu, serta memiliki sistem dan prosedur penanganan yang komprehensif, sistem informasi dan pelaporan, serta dukungan peralatan yang canggih dalam pendeteksian uang palsu.

Cakupan kerjasama BI dengan Bundesbank meliputi pemberian bantuan teknis dari aspek teknologi informasi, hukum, dan analisis uang. Sebagai langkah awal kerjasama BI dengan Bundesbank, telah dilakukan workshop mengenai ’how to eliminate counterfeit currency’, dengan peserta dari BI, Bareskrim POLRI, Pusat Laboratorium dan Forensik POLRI, Botasupal, dan Perusahaan Umum Pencetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri). Berdasarkan hasil workshop tersebut dapat diperoleh informasi mengenai :

1. Organisasi dan penyebaran pusat analisis uang

palsu di negara-negara Eropa.

2. Aspek hukum yang mendasari kasus-kasus

temuan uang palsu

3. Prosedur penatausahaan uang palsu

4. Sistem informasi database uang palsu

5. Peralatan untuk meneliti uang palsu

6. Peran dan tugas Bundesbank dalam kerjasama

dengan pihak terkait seperti European Central

Bank (ECB), Europol, European Commision, dan

National Police dalam menangani

penanggulangan uang palsu.

Sosialisasi dan Publikasi Ciri Sosialisasi dan Publikasi Ciri Sosialisasi dan Publikasi Ciri

Sosialisasi dan Publikasi Ciri----ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang ciri Keaslian Uang Rupiah

Rupiah Rupiah Rupiah

(18)

18

18

18

18

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Indonesia atau kantor Kepolisian terdekat. Materi yang disampaikan pada sosialisasi yang dilakukan pada tahun 2006, meliputi pengenalan terhadap ciri-ciri keaslian yang bersifat kasat mata maupun kasat raba. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah secara garis besar ditempuh melalui dua cara, yaitu:

1. Sosialisasi secara langsung melalui tatap muka dan penyuluhan kepada berbagai lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi selama tahun 2006 sebanyak 233 kali atau meningkat sebesar 32,4% dari dibandingkan tahun 2005 yang mencapai sebanyak 176 kali kegiatan. Demikian pula dengan jumlah peserta terjadi peningkatan sebesar 46,6% dari sekitar 42.000 peserta di tahun 2005 menjadi sekitar 61.585 orang peserta. Peserta sosialisasi berasal dari berbagai kalangan masyarakat, seperti perbankan, pedagang pasar tradisional, murid-murid sekolah, mahasiswa, serta aparat penegak hukum. Selain itu, upaya penyuluhan ciri-ciri keaslian uang rupiah dilakukan melalui kegiatan pameran di berbagai daerah, antara lain Pekan Raya Jakarta (PRJ), Manado Expo, dan Sriwijaya Expo.

2. Sosialisasi secara tidak langsung, melalui penayangan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di berbagai media elektronik dan media cetak, melalui istilah ”3D”. Selain itu, BI juga menyediakan sarana informasi yang lebih lengkap dan jelas pada menu sistem pembayaran pada situs bi.go.id, yang diresmikan pada 28 Desember 2006. Materi pada situs tersebut meliputi edukasi tentang data dan keaslian uang rupiah, serta data dan penyebaran uang palsu di Indonesia.

Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Meningkatkan Upaya Represif Penanggulangan Uang Palsu

Uang Palsu Uang Palsu Uang Palsu

Penanggulangan uang palsu secara represif dilakukan melalui peningkatan kerjasama dengan

pihak-pihak terkait dalam hal koordinasi penangkapan dan pemrosesan ke pengadilan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pemalsuan uang Rupiah. Pada tahun 2006, kerjasama dan koordinasi BI dengan pihak Mabes Polri diperluas cakupannya tidak hanya meliputi wilayah Jakarta, namun meliputi wilayah Kepolisian Daerah terutama untuk melengkapi database kasus uang palsu.

Selain itu, upaya penanggulangan uang palsu perlu juga ditempuh dengan menegakkan hukum melalui pengenaan sanksi hukum yang maksimal terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan uang. Terkait dengan hal ini, Bank Indonesia secara intensif memberikan sosialisasi kepada aparat penegak hukum guna meningkatkan pemahaman kejahatan uang palsu dan bahayanya bagi masyakarat.

1.4 1.4 1.4

1.4 Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk Pelaksanaan Kebijakan untuk

Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Pengembangan Operasional Pengedaran Uang

Uang Uang Uang

BI senantiasa melakukan pengembangan operasional pengedaran uang guna mencapai sistem pembayaran yang aman, efisien, dan handal. Fokus pengembangan operasional di bidang pengedaran uang yang dilaksanakan selama tahun 2006 meliputi peran serta BI secara aktif dalam penyusunan RUU Mata Uang, pengembangan peralatan/laboratorium dan sistem informasi di bidang pengedaran uang, serta peningkatan kajian dan penelitian.

Peran BI dalam Peran BI dalam Peran BI dalam

Peran BI dalam Penyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata UangPenyusunan RUU Mata Uang

(19)

19

19

19

19

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Pada tahun 2006, penyusunan RUU Mata Uang dimasukkan dalam program legislasi nasional (prolegnas) yang merupakan salah satu RUU yang diprioritaskan pembahasannya di DPR RI serta ditetapkan sebagai inisiatif DPR RI. Terhadap penyusunana RUU tersebut, BI berupaya untuk berperan aktif sesuai dengan kebutuhan dan memberikan beberapa masukan terutama terkait dengan perlakuan terhadap pemalsu uang Rupiah.

Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Mengembangkan dan Menyempurnakan Sistem Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Aplikasi dan Informasi di Bidang Pengedaran Uang

Uang Uang Uang

Pengembangan dan penyempurnaan berbagai sistem aplikasi pengedaran uang senantiasa mempertimbangkan faktor integrasi ke dalam enterprise data warehouse (EDW) system yang telah dimiliki yaitu EDW Sistem Informasi Pengedaran Uang. Beberapa pengembangan sistem aplikasi di bidang pengedaran uang yang dilaksanakan selama tahun 2006 meliputi pengembangan sistem administrasi dan informasi uang dan bahan uang (SA-UBU), rewrite dan pengembangan Bank Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas, pengembangan awal sistem informasi transaksi uang kartal.

Pengembangan Sistem Administrasi dan Inform Pengembangan Sistem Administrasi dan Inform Pengembangan Sistem Administrasi dan Inform Pengembangan Sistem Administrasi dan Informasi asi asi asi Uang dan Bahan Uang (SA

Uang dan Bahan Uang (SA Uang dan Bahan Uang (SA Uang dan Bahan Uang (SA----UBU)UBU)UBU) UBU)

Pengembangan SA-UBU yang telah dirintis sejak tahun 2005, dilakukan dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi yang bertujuan untuk dapat menyajikan informasi/data mengenai uang dan bahan uang yang akurat dan reliable. Selain itu mencakup otomasi laporan-laporan yang masih bersifat manual yang terkait dengan kegiatan pengadaan uang seperti perencanaan uang dan bahan uang, pengadaan uang dan bahan uang, pengelolaan bahan uang, penerimaan uang dan pengelolaan hasil uang salah cetak, serta monitoring pelaksanaan kegiatan pengadaan uang secara keseluruhan.

Prototipe SA-UBU disusun secara multi years yang dimaksudkan agar SA-UBU dapat disusun secara cermat dan komprehensif meliputi seluruh kegiatan pengadaan uang dan bahan uang yang saling berkaitan. Pada tahun 2006 telah dilaksanakan implementasi SA-UBU Tahap I, dan pada tahun 2007 juga akan dilakukan pengembangan SA-UBU sebagai sarana pemantauan penggunaan nomor seri uang. Sistem ini dikembangkan dalam bentuk Database Nomor Seri Uang (DNSU) yang bertujuan untuk melakukan administasi dan pemantauan realisasi penggunaan nomor seri uang rupiah. DNSU ini diharapkan dapat memudahkan tugas Bank Indonesia dalam mencocokkan rencana nomor seri yang akan digunakan (blocking) nomor seri, dengan realisasi nomor seri uang yang digunakan pada hasil cetak uang. Selain itu, DNSU diharapkan juga dapat menciptakan sinkronisasi antara administrasi pemantauan nomor seri uang di Bank Indonesia dan di Perusahaan Percetakan Uang.

Penyempurnaan Sis Penyempurnaan Sis Penyempurnaan Sis

Penyempurnaan Sistem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia tem Aplikasi Bank Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK)

Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK)

Penyempurnaan BISAK yang mulai dikembangkan pada tahun 2006 merupakan re-write terhadap sistem aplikasi yang telah ada sebelumnya yaitu sistem palikasi Otomasi Administrasi Perkasan (OAP). Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan aspek perkembangan teknologi dengan tujuan untuk sentralisasi sistem dan mempermudah proses integrasi dengan sistem aplikasi dan informasi lainnya. Penyempurnaan OAP menjadi BISAK meliputi penambahan menu data kegiatan kas yang sebelumnya tidak tersedia, penambahan menu koreksi untuk setiap kegiatan dan proses dual entry pada kegiatan pengiriman uang.

(20)

20

20

20

20

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

dengan 20 KBI pada triwulan-triwulan selanjutnya. Adapun langkah-langkah dalam rangka pengembangan BISAK yang telah dilakukan selama tahun 2006 meliputi penyusunan mapping setiap kegiatan kas di seluruh satuan kerja kas, desain flowchart kegiatan kas, penyusunan dan pembahasan materi term of reference (TOR) dan user requirement, pengembangan sistem aplikasi serta pengadaan sarana/teknologi pendukung.

Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan Sistem Informasi Database Uang Database Uang Database Uang Database Uang Palsu

Palsu Palsu Palsu

Terbentuknya peran BI sebagai pusat data pencegahan uang palsu (counterfeit analisys centre) merupakan salah satu sasaran jangka menengah panjang Bank Indonesia guna menanggulangi meluasnya peredaran uang palsu. Guna menunjang peran BI tersebut, diperlukan adanya system informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan komprehensif mengenai uang palsu di Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2006, BI telah mengimplementasikan sistem informasi database uang palsu.

Pada tahap awal, sistem informasi tersebut diimplementasikan secara terbatas untuk internal di Kantor Pusat BI meliputi data uang palsu, wilayah pemalsuan uang, info kasus pemalsuan uang, serta laporan kasus uang palsu dan kegiatan dalam rangka menanggulangi uang palsu. jenis pemalsuan, nama sindikat/pelaku pemalsu uang rupiah, serta wilayah/lokasi pemalsuan. Berbagai data dan informasi tersebut bersumber dari internal yaitu satuan kerja kas BI dan ekternal yaitu dari kepolisian dan laporan masyarakat/perbankan. Pengembangan sistem informasi database uang palsu masih akan dilakukan pada tahun 2007 antara lain dapat diakses oleh pihak internal di satuan kerja kas di KP dan KBI, serta kepolisian dan pihak lainnya yang terkait dalam Botasupal. Adapun penyempurnaan informasi meliputi penyebaran lokasi pemalsuan hingga wilayah Kabupaten/Kota serta penambahan laporan

yang lebih lengkap mencakup bahan uang dan teknik cetak yang digunakan dalam pemalsuan uang melalui integrasi dengan tim laboratorium uang dan bahan uang di BI.

Pe Pe Pe

Pengembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang ngembangan Sistem Informasi Transaksi Uang Kartal

Kartal Kartal Kartal

Pengembangan sistem informasi transaksi uang kartal dimaksudkan untuk dapat mengakomodasi kebutuhan BI dan perbankan mengenai posisi long dan short pecahan uang rupiah serta laporan yang terkait dengan rencana penarikan/penyetoran uang dari/ke BI. Pengembangan sistem informasi transaksi uang kartal semakin dibutuhkan terutama sejak diimplementasikannya ujicoba setoran dan bayaran kepada perbankan.

Pada saat ini, data dan informasi mengenai posisi long dan short uang rupiah di perbankan menggunakan sarana mailing list pada server eksternal. Namun demikian terdapat beberapa kendala antara lain masih adanya proses dan prosedur entry ulang manual yang dilakukan oleh Bank Indonesia, serta belum adanya quality of service dari data yang bersifat rahasia. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2006 dalam pengembangan system informasi tersebut meliputi mapping kebutuhan serta penyusunan alur bisnis dan user requirement yang akan menjadi dasar pengembangan sistem informasi tersebut.

Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Mengoptimalkan Kinerja Laboratorium Uang dan Bahan Uang

Bahan Uang Bahan Uang Bahan Uang

(21)

21

21

21

21

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

Kegiatan laboratorium uang dan bahan uang BI selama tahun 2006 meliputi:

1. Pengujian bahan uang kertas sebagai proses quality control bahan uang kertas untuk menunjang kelancaran proses pencetakan kertas uang.

2. Pengujian uang palsu untuk memastikan keaslian uang serta berguna sebagai evaluasi terhadap unsur pengaman yang dipalsukan. 3. Pengujian uang hasil cetak sempurna (HCS)

terhadap hasil cetak dari perusahaan pencetak uang untuk mengetahui kesesuaian antara hasil cetak dengan spesifikasi uang yang telah ditetapkan.

4. Pengujian uang rusak hasil temuan masyarakat atau bank-bank untuk menilai jumlah nominal penggantian.

5. Menunjang proses rencana penerbitan uang baru, meliputi:

a. Pengembangan uji kelusuhan (soil test), sebagai simulasi perlakuan uang di masyarakat untuk menentukan usia edar uang.

b. Pengujian tanda air pada uang (water mark). c. Pengujian contoh bahan uang kertas jenis

durable paper.

Melakukan Kajian dan Penelitian Melakukan Kajian dan Penelitian Melakukan Kajian dan Penelitian Melakukan Kajian dan Penelitian

Guna memberikan masukan dalam penyempurnaan dan pengembangan kebijakan, serta mendukung penyempurnaan pelaksanaan operasional dan ketentuan, serta efisiensi di bidang pengedaran uang, BI senantiasa melakukan berbagai kajian dan penelitian. Selama tahun 2006, terdapat beberapa kajian yang telah dilaksanakan sebagai berikut:

Kajian Sinkronisasi Kajian Sinkronisasi Kajian Sinkronisasi

Kajian Sinkronisasi DatabaseDatabaseDatabaseDatabase Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang Nomor Seri Uang Rupiah

Rupiah Rupiah Rupiah

Kajian sinkronisasi database nomor seri uang rupiah bertujuan untuk mengetahui tahapan/prosedur dan pemilihan sistem teknologi yang diharapkan dapat memenuhi fungsi administrasi dan pemantauan

nomor seri uang yang efektif dan efisien. Berdasarkan hasil kajian itu BI telah melakukan beberapa langkah penyempurnaan, terkait dengan rencana nomor seri uang yang akan digunakan (blocking nomor seri), serta pembahasan bersama dengan perusahaan pencetakan uang untuk pengembangan database nomor seri uang.

Terkait dengan berbagai langkah penyempurnaan yang telah dilakukan dalam rangka sinkronisasi nomor seri uang, serta mempertimbangkan posisi dan teknik cetak nomor seri pada uang, direkomendasikan perlunya pengembangan sistem aplikasi dalam proses administrasi dan pemantauan nomor seri uang dengan memanfaatkan teknologi terkini.

Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas Kajian Sistem Pemantauan Kinerja Peralatan Kas Kajian ini bertujuan untuk menyusun indikator kinerja mesin sortasi uang kertas (MSUK) dan mesin racik uang kertas (MRUK) serta mekanisme baku pengukurannya dengan mengacu best practises internasional. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kajian tersebut, antara lain:

a. Identifikasi pengembangan sistem aplikasi yang

tepat untuk mendukung pengukuran/pemantauan kinerja MSUK dan

MRUK secara cepat, handal dan akurat.

b. Memaksimalkan kinerja mesin dan meminimalkan pengolahan uang secara manual. c. Memberikan masukan terhadap analisis bersifat

jangka panjang dalam penerapan teknologi pada kegiatan pengelolaan uang di Bank Indonesia.

Kajian Strategi Implementasi Kajian Strategi Implementasi Kajian Strategi Implementasi

Kajian Strategi Implementasi Cash CentreCash CentreCash CentreCash Centre

(22)

22

22

22

22

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

peningkatan peran aktif perbankan untuk mengelola uang yang masih layak edar.

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam proses penyusunan kajian tersebut meliputi:

a. Melakukan sosialisasi mengenai konsep cash centre (CC) Indonesia kepada instansi/lembaga yang dinilai sebagai embrio pengelola CC. b. Pembahasan dengan perbankan di wilayah

Kantor Pusat BI mengenai penjajakan pelaksanaan kas titipan di bank.

c. Pembahasan konsep dan aspek teknis praktek-praktek CC di negara lain pada saat seminar tahunan asosiasi para pelaku bisnis dan institusi yang berkaitan dengan pengedaran uang.

d. Melaksanakan penjajakan teknis bersama salah satu bank sentral di Asia Tenggara yaitu Bank Negara Malaysia terkait dengan proses pembentukan cash centre di Malaysia, kelembagaan dan sistem pengawasan CC, prosedur dan teknik pencatatan, serta sistem informasi.

Berdasarkan hal-hal tersebut dan sesuai dengan hasil perbandingan dan pendalaman terhadap model penerapan CC di beberapa negara, telah disusun suatu kajian strategi implementasi CC dengan hasil kajian dan rekomendasi sebagai berikut:

a. Berdasarkan pengalaman dari beberapa negara yang telah menerapkan CC, proses implementasi CC dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni secara revolusi dan secara evolusi. Proses revolusi dilakukan melalui pendekatan langsung membentuk CC tanpa melakukan tahapan persiapan yang dapat mengakomodasikan penyesuaian-penyesuaian bagi pihak terkait. Sedangkan implementasi CC melalui proses evolusi dilakukan berdasarkan serangkaian persiapan dan tahapan guna mencapai efektifitas keberhasilan implementasinya. Dalam hal ini, diperlukan manajemen kas perbankan yang lebih efisien dan efektif terutama menyangkut

potensi idle fund akibat kesalahan mengelola likuiditas uang kartal (mismatch liquidity). b. Beberapa faktor pokok yang perlu diperhatikan

dalam rangka implementasi CC di Indonesia, terkait dengan persiapan dan kesiapan Bank Indonesia, serta lembaga/instansi yang saat ini dinilai telah menjadi embrio CC. Persiapan tersebut meliputi sumber daya manusia, investasi dan infrastruktur yang mencakup peralatan, gedung dan sistem informasi. Faktor lainnya yang perlu diperhatikan adalah perencanaan strategi implementasi yang efektif dan efisien, serta implikasi yang timbul terkait dengan pembentukan CC.

c. Implementasi atas strategi dan kebijakan di atas dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:

- Implementasi jangka pendek untuk menciptakan mekanisme penyempurnaan kegiatan pengelolan uang yang mengarah kepada fungsi CC, dengan periode waktu sampai dengan berakhirnya uji coba ketentuan setoran dan bayaran bank.

- Implementasi strategi lanjutan, yakni dilakukannya landscaping perbankan dan mapping terhadap jumlah embrio CC yang sudah berdiri agar layanan kepada bank dapat efektif dan efisien, pada suatu regional tertentu.

- BI memfasilitasi pengaturan secara formal kelembagaan CC di Indonesia.

Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah Survei Kebutuhan Pecahan Uang Rupiah

(23)

23

23

23

23

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

yang beredar di masyarakat lebih memungkinkan untuk menggunakan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diminati. Secara nominal, Bank Indonesia mampu memenuhi peningkatan kebutuhan uang kartal, namun disadari bahwa jenis pecahan dan bahan uang yang sesuai dengan kebutuhan dan minat masyarakat serta tanggapan mengenai desain dan kemudahan mengenali uang rupiah belum diketahui sepenuhnya.

Tujuan dilakukannya survei kebutuhan pecahan uang rupiah adalah untuk memperoleh informasi dari masyarakat baik secara keseluruhan (nasional) maupun parsial (wilayah), mengenai:

- Indikasi komposisi pecahan yang diperlukan masyarakat.

- Indikasi jenis bahan uang untuk pecahan kecil yang diminati masyarakat.

- Pendapat masyarakat mengenai uang kertas dan uang logam (lama dan baru) yang dikeluarkan Bank Indonesia ditinjau dari ukuran, jenis bahan (kertas, polymer, logam), desain, warna, security feature.

- Kemudahan masyarakat dalam mengenali security feature yang bersifat kasat mata.

- Pendapat masyarakat mengenai kondisi uang Rupiah yang beredar.

Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, daerah yang menjadi wilayah survei meliputi Jakarta, Medan, Batam, Solo, Malang, Denpasar, Samarinda, Makassar, dan Jayapura. Adapun responden survei adalah masyarakat, berbagai institusi/perusahaan, perbankan, serta satuan kerja kas di BI.

Survei dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2006, dan pada akhir tahun 2006 telah diselesaikan draft awal laporan hasil survei berdasarkan jenis responden, meliputi:

a. Secara umum kebutuhan uang untuk masyarakat dan institusi relatif sama yaitu pecahan Rp1.000 sampai dengan Rp20.000, sedangkan perbankan

lebih membutuhkan pecahan besar yaitu Rp 50.000 – Rp100.000.

b. Tingkat pemenuhan uang pecahan besar relatif lebih baik, sedangkan pecahan Rp1.000 dan Rp5.000 masih perlu diperbaiki. Hal ini antara lain disebabkan tingkat kebutuhan pecahan Rp1.000 dan Rp5.000 yang tinggi, penggunaannya yang tinggi di masyarakat serta memiliki peranan ganda untuk keperluan pembayaran dan pengembalian.

c. Mayoritas responden menyarankan pencabutan uang pecahan Rp50 dan Rp25. Selanjutnya untuk pengeluaran pecahan baru, masyarakat menyetujui pengeluaran pecahan Rp2.000 sementara untuk Rp200.000, relatif berimbang yang menyatakan setuju dan tidak setuju dikeluarkannya pecahan tersebut.

d. Secara umum, responden lebih menyukai desain uang emisi baru dibandingkan emisi lama dan menyarankan untuk pengeluaran uang ke depannya dengan karakteristik yang mirip dengan uang edisi baru. Secara umum, pecahan uang yang paling banyak diterima dalam kondisi lusuh dan rusak adalah pecahan Rp5.000, Rp1.000 dan Rp500. Responden mengusulkan pecahan 100.000 s.d 1.000 menggunakan bahan kertas, sementara 500 s.d 25 menggunakan logam.

e. Ciri-ciri keaslian uang rupiah yang mudah dikenali dan diingat menurut responden adalah tanda air, benang pengaman, angka nominal, dan gambar pahlawan. Sedangkan yang paling tidak dikenal terutama untuk responden masyrakat dan institusi adalah OVI, irisafe, dan mikroteks.

Penelitian Bahan Uang Pecahan Kecil Penelitian Bahan Uang Pecahan Kecil Penelitian Bahan Uang Pecahan Kecil Penelitian Bahan Uang Pecahan Kecil

(24)

24

24

24

24

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

bahan uang pecahan kecil. Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam penelitian tersebut meliputi:

a. Menyusun draft metode pengujian ketahanan uang terhadap kelusuhan serta draft spesifikasi kertas uang durable dan penyempurnaan spesifikasi uang yang beredar saat ini.

b. Pembahasan secara intensif antara Bank Indonesia dengan Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) serta Balai Besar Tekstil mengenai materi penyusunan draft. Selain itu juga dilakukan pembahasan dengan salah satu bank sentral di Asia mengenai metode pengujian ketahanan uang terhadap kelusuhan serta spesifikasi kertas uang durable dan penyempurnaan spesifikasi yang yang beredar saat ini.

c. Menyusun katalog hasil serangkaian percobaan laboratorium dalam rangka penyusunan metode pengujian ketahanan terhadap kelusuhan untuk pendokumentasian proses dan hasil percobaan.

Berdasarkan berbagai rangkaian kegiatan tersebut, telah dapat disusun hasil penelitian mengenai spesifikasi kertas uang durable dan telah diimplementasikan dalam pelaksanaan pengadaan bahan uang pecahan kecil.

Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar Kajian dan Penetapan Standar Uang Layak Edar (ULE)

(ULE) (ULE) (ULE)

Sehubungan dengan telah ditetapkannya uji coba setoran dan bayaran bank sejak bulan Oktober 2005, diperlukan adanya keseragaman kriteria ULE. Kajian terhadap standar ULE telah diselesaikan pada tahun 2005, dan berdasarkan hasil kajian tersebut direkomendasikan mengenai standar ULE berdasarkan defect level dan soil level.

Berdasarkan rekomendasi tersebut, pada tahun 2006 dilakukan kajian mengenai penetapan standar ULE melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Menyusun sampel uang untuk pecahan uang kertas Rp1.000 sampai dengan Rp100.000 untuk

masing-masing soil level (dari level 1 sampai dengan level 10).

2. Menyusun standar ULE untuk seluruh pecahan dan menyampaikannya kepada seluruh satuan kerja kas di Bank Indonesia. Sampel standar ULE tersebut akan digunakan sebagai panduan dalam melakukan pemilahan ULE maupun UTLE di BI.

Kegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia Kegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia Kegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia Kegiatan Museum Artha Suaka Bank Indonesia

Dalam rangka memperkenalkan dan memasyarakatkan koleksi benda-benda bersejarah khususnya di bidang pengedaran uang berupa mata uang, sarana pembuatan uang dan alat-alat pembayaran lain yang pernah beredar di Indonesia, Bank Indonesia telah mengadakan pameran uang yang merupakan koleksi Museum Artha Suaka di Banjarmasin pada tanggal 15 Juni hingga 19 Juni 2006. Tema dari pameran tersebut adalah Peranan Mata Uang sebagai Alat Pemersatu Bangsa. Berbagai koleksi mata uang yang dipamerkan meliputi uang logam dan uang kertas sejak zaman peradaban kerajaan-kerajaan kuno seperti kerajaan di Aceh, Majapahit, Jenggala, Madura, dan Banten serta peredaran uang zaman kolonialisme Belanda dan Jepang, zaman kemerdekaan hingga peredaran uang terkini.

(25)

25

25

25

25

LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006 LAPORAN TAHUNAN PENGEDARAN UANG 2006

BOKS BOKS B

Gambar

Tabel 1 Wilayah Layanan Kas Melalui PT. Posindo
Grafik 3 Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow di BI
Grafik 4 Waktu layanan kas KPBI
Grafik 6 Perkembangan Jumlah Inflow di KKBI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan

 Bank Indonesia Bengkulu menyiapkan stok uang sebanyak 1,5 triliun untuk kebutuhan masyarakat menjelang puasa dan lebaran. Untuk

triwulan laporan, perbankan Sulawesi Tengah pada tahun 2008 diperkirakan masih. tetap stabil dengan beberapa pencapaian antara lain pertumbuhan kredit di

Bank Indonesia akan terus mewaspadai peningkatan tekanan inflasi tersebut dan menyesuaikan respons kebijakan moneter yang diperlukan untuk memastikan agar inflasi tetap berada

Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan

Kinerja yang baik tersebut tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia dalam melakukan penguatan kebijakan sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah pada 2016.. Sejalan

Uang beredar dalam arti luas (broad money – M2), didefenisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral

Hal ini sejalan dengan kebijakan sistem pembayaran tunai selama triwulan II-2005 yang diarahkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam jumlah nominal yang