• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN : STUDI TENTANG PERILAKU PENGAMEN JALANAN DALAM BERINTERAKSI DI NGAGEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN : STUDI TENTANG PERILAKU PENGAMEN JALANAN DALAM BERINTERAKSI DI NGAGEL SURABAYA."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Jamilah, 2015, Pengamen Jalanan dan Kekerasan ( Studi Tentang Perilaku Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi di Daerah Ngagel, Surabaya ), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pengamen jalanan, kekasaran, interaksi.

Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan perilaku kekasaran pengamen jalanan yang berada di Ngagel, Surabaya, fokus kajian yang diambil dari perilaku kekerasan pengamen jalanan tersebut adalah tentang proses atau tahapan didalam berinteraksi hingga munculnya suatu kekasaran yang di lakukan pengamen jalanan di Ngagel, Surabaya serta pola kehidupan yang dimiliki oleh pengamen jalanan.

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan tehnik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Guna untuk melengkapi data yang dibutuhkan peneliti menggunakan subyek primer dan subyek skunder. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena sosial tentang Perilaku Kekasaran Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi tersebut adalah teori George Herbert Mead tentang Interaksionalisme Simbolik

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 15

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

6. Teknik Analisis Data ... 26

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28

H. Sistematika Pembahasan ... 29

BAB II :INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD ... 33

BAB III :PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN DI NGAGEL SURABAYA ... 42

(3)

1. Kondisi Bangunan ... 42

2. Kepadatan Bangunan ... 43

3. Kepadatan Penduduk ... 44

4. Penyediaan Prasarana... 46

B. Perilaku Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi di Ngagel, Surabaya 1. Perilaku Pengamen Jalanan ... 49

2. Interaksi Pengamen Jalanan ... 56

a. Interaksi Pengamen Jalanan - Masyarakat ... 56

b. Interaksi Antar Sesama Pengamen Jalanan ... 58

C. Latar Belakang Perilaku Kekasaran Pengamen Jalanan di Ngagel, Surabaya ... 65

BAB IV : PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Jadwal Penelitian

3. Surat Keterangan (Bukti melakukan penelitian)

4. Dokumentasi Penelitian dan Dokumen yang relevan

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan pengamen jalanan telah menjadi fenomena global,

khususnya di kota-kota besar. Pemandangan tidak menyenangkan di

trotoar jalan sudah menjadi sarapan sehari-hari. Potret kehidupan ini hanya

hal kecil dari kondisi kehidupan masyarakat yang mengais rezeki di

jalanan, di jalanan sana ternyata masih terhampar luas terpandang lusuh

dan kumuh kehidupan jalanan yang dijalani berbagai jenis manusia, mulai

anak-anak Punk yang dalam teori sosiologi dikatakan sebagai law less

croud yakni kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma dan

termasuk dalam golongan anti sosial karena hanya berinteraksi dengan

kelompoknya, pengamen, topeng monyet jalanan, begitupun juga halnya

pengemis dan anak jalanan1. Semua berprofesi berbeda dari mulai yang

kreatif memainkan gitar, menampilkan atraksi monyet, mengelap kaca

hingga yang hanya meminta-minta uang saja, oleh sebab itu mereka bisa

dikatakan berbeda profesi namun berpenghasilan dari sumber yang sama

yaitu jalan raya.

Kekasaran merupakan tindakan agresi dan pelanggaran

(penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan

atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang

1

(5)

2

lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap

sebagai kekasaran, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang

terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekasaran” juga

mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang

merusak. Perilaku kekasaran semakin hari semakin nampak, dan sungguh

sangat mengganggu ketentraman hidup kita. Jika hal ini dibiarkan, tidak

ada upaya sistematik untuk mencegahnya, tidak mustahil kita sebagai

bangsa akan menderita rugi oleh karena kekasaran tersebut.

Kita akan menuai akibat buruk dari maraknya perilaku kekasaran

di masyarakat baik dilihat dari kacamata nasional maupun internasional.

Secara umum, kekasaran dapat didefinisikan sebagai perbuatan seseorang

atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau hilangnya nyawa

seseorang atau dapat menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Sementara itu, secara sosiologis, kekerasan dapat terjadi di saat individu

atau kelompok yang melakukan interaksi social mengabaikan norma dan

nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat dalam mencapai tujuan

masing-masing. Dengan diabaikannya norma dan nilai sosial ini akan

terjadi tindakan- tindakan tidak rasional yang akan menimbulkan kerugian

di pihak lain, namun dapat menguntungkan diri sendiri.

Menurut Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) diartikan

sebagai penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau

benda.2 Sedangkan kekasaran social adalah kekasaran yang dilakukan

2

(6)

3

terhadap orang dan barang, oleh karena orang dan barang tersebut

termasuk dalam kategori social tertentu. Kekasaran langsung (direct

violent) adalah suatu bentuk kekasaran yang dilakukan secara langsung

terhadap pihak-pihak yang ingin dicederai atau dilukai. Bentuk kekasaran

ini cenderung ada pada tindakan-tindakan, seperti melukai orang lain

dengan sengaja, membunuh orang lain, menganiaya, dan memperkosa.

Sedangkan kekasaran tidak langsung (indirect violent) adalah suatu bentuk

kekasaran yang dilakukan seseorang terhadap orang lain melalui sarana.

Bentuk kekasaran ini cenderung ada pada tindakan-tindakan, seperti

mengekang, meniadakan atau mengurangi hak-hak seseorang,

mengintimidasi, memfitnah, dan perbuatan-perbuatan lainnya. Misalnya

seniman jalanan yang ingin mengais rizeki di jalan dengan mengamen

tertangkap oleh polisi dan diseret ke dari jalan. Entah yang salah polisi

atau pengamen jalanan tersebut. Ini merupakan tindak kekasaran ringan,

akan tetapi menyakiti orang. Sehubungan dengan tindak kekasaran yang

telah dilakukan oleh polisi terhadap pengamen jalanan atau seniman jalan

dengan seniman jalanan yang lain, pada dasarnya di dalam diri manusia

terdapat dua jenis agresi (upaya bertahan), yaitu sebagai berikut.

Desakan untuk melawan yang telah terprogram secara filogenetik

sewaktu kepentingan hayatinya terancam. Hal ini dimaksudkan untuk

mempertahankan hidup individu yang bersifat adaptif biologis dan hanya

muncul apabila ada niat jahat. Misalnya pengamen jalanan mengamen di

(7)

4

Agresi jahat melawan kekejaman, kekasaran, dan kedestruktifan ini

merupakan ciri manusia, di mana agresi tidak terprogram secara

filogenetik dan tidak bersifat adaptif biologis, tidak memiliki tujuan, serta

muncul begitu saja karena dorongan nafsu belaka. Misalnya saling

mengumpat sesama pengamen jalanan yang terjadi di daerah wonokromo.

Dari berbagai fenomena dari latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik membahas permasalahan yaitu yang berjudul „‟PENGAMEN

JALANAN DAN KEKASARAN Studi tentang perilaku pengamen jalanan

dalam berinteraksi di Ngagel Surabaya‟‟

B. Rumusan Masalah

Peneliti mengambil fokus penelitian dengan mengajukan rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi di Ngagel,

Wonokromo, Surabaya?

2. Apa saja yang melatarbelakangi kekasaran dalam kehidupan pengamen

jalanan di Ngagel, Wonokromo, Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan tujuan penelitian ini yang terkait dengan “PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN Studi tentang perilaku

pengamen jalanan dalam berinteraksi di Ngagel Surabaya” peneliti

mempunyai beberapa tujuan yang berhubungan dengan diadakannya

(8)

5

1. Peneliti ingin mengetahui perilaku pengamen jalanan dalam

berinteraksi di Ngagel Surabaya.

2. Peneliti ingin mengetahui latar belakang kekasaran dalam kehidupan

pengamen jalanan di Ngagel Surabaya

D. Manfaat penelitian

Sebagaimana umumnya karya ilmiyah yang memiliki nilai guna dalam

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sekurang-kurangnya:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini disamping sebagai salah satu upaya untuk memenuhi

tugas akhir dalam program strata 1 (S1) Program Studi Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, juga diharapkan mampu

menambah keilmuan penelitian dalam bidang ilmu social secara

mendalam.

2. Bagi program studi sosiologi

Sebagai konstribusi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang

sosiologi mengenai pengamen jalanan dan kekasaran yang terjadi di

Ngagel Surabaya.

3. Bagi Universitas

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya

dan sebagai perbendaharaan perpustakaan untuk keperluan ilmiyah

selanjutnya.

(9)

6

Dapat memberikan kontribusi kepada pengamen jalanan untuk belajar

menghargai dan saling menyayangi kepada sesama pengamen jalanan

yang lain.

5. Bagi peneliti lain

Dapat memberikan informasi atau gambaran bagi peneliti lainya

mengenai pengamen jalanan dan kekasaran yang ada di Ngagel

Surabaya.

E. Definisi Konsep Pengamen Jalanan

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pengamen atau sering disebut

pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers), sementara

musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan.

Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara

terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi

jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik

bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang

berkembang di dunia kesenian.3

Perkembangan pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama di

Eropa bahkan di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi

pengamen yang berada di Islington, London, pada saat itu musik di Eropa

berkembang sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang kemudian

3

(10)

7

dalam perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai

salah-satu landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat

manusia.

Kekasaran

Kekasaran atau (bahasa Inggris: Violence berasal dari (bahasa Latin:

violentus yang berasal dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau

berkuasa) adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat

Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik

ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan

penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat

dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan

dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat

diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan

penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula

dimasukan dalam rumusan kekasaran ini.4

Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku dapat diartikan sebagai

reaksi atau tanggapan individu yang terwujud dalam gerakan (sikap).

Perilaku adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Semuanya akan berperilaku berbeda dan perilakunya

ditentukan oleh masing-masing lingkungan yang berbeda pula (Miftah

Thoha, 2004 : 33).

4

(11)

8

Interaksi

Secara harfiah interaksi berarti tindakan (action) yang berbalasan

antarindividu atau antarkelompok. Tindakan saling mempengaruhi ini

seringkali dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol atau konsep-konsep.

F. Telaah Pustaka 1. Kajian Pustaka

Berdasarkan pada gambaran umum tema penelitian yang

berhubungan dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu “PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN Studi tentang Perilaku

Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi di Ngagel Surabaya” sebagaimana

gambaran umum didalam tema penelitian tersebut adalah yang

berhubungan dengan pengamen jalanan dan kekerasan. Suatu bentuk dari

setiap kekasaran sangat sering dijumpai. Kekasaran yang dikaji oleh

peneliti tentang perilaku kekasaran yang telah terjadi dan dirasakan oleh

masyarakat maupun sesama pengamen jalanan di Ngagel Surabaya.

Kekasaran itu sendiri akan terlihat ketika terjadi perbedaan dan cara

menanggapi sesuatu hal. Yang dimaksud kekerasan disini bukan hanya

kekerasan fikik saja, melainkan kekerasan secara ucapan atau

menggunakan symbol-simbol tertentu.

Kajian yang berhubungan dengan pengamen jalanan itu sendiri

(12)

9

mengambil kajian dalam setiap permasalahan yang berhubungan dengan

pengamen jalanan khusunya yang berada di Ngagel tersebut.

Kekasaran yang peneliti kaji tentang perilaku pengamen jalanan

dalam berinteraksi sehingga menciptakan suatu kekasaran. Untuk lebih

memahami akan terjadinya kondisi pengamen jalanan dan masyarakat

yang sudah mengalami kekasaran, peneliti juga perlu melihat akan kondisi

dan pola perilaku pengamen jalanan yang ada di Ngagel. Kekasaran yang

dapat dilihat dari pengamen jalanan di Ngagel tersebut di antaranya

perilaku, kebiasaan, dan kondisi lingkungan.

2. Penilitian Terdahulu

Sebagaimana pengamen jalanan yang dikaji oleh peneliti, peneliti

juga mengkaji akan pola interaksi yang terjadi diantara satu dengan yang

lainnya. Dapat dilihat didalam penelitian terdahulu yang mana bisa

dijadikan sebagai acuan untuk menunjukkan orisinalitas penelitian dan

dianggap cukup relevan.

1. Skripsi yang telah ditulis oleh Susia Firmawati dengan judul

Kenakalan Remaja (tinjauan sosiologis tentang faktor

penyalahgunaan Narkotika di kalangan remaja)” dengan lokasi

penelitian di Ngagel Rejo Surabaya.5 Pada tahun 2004 yang berasal

dari jurusan Sosiologi Fakultas Dakwah dengan mengunakan metode

penelitian kualitatif. Berdasarkan pada hasil skripsi yang telah di buat

oleh Susia Firmawati tersebut yang mana mengkaji tentang

5

Susia Firmawati,“Kenakalan Remaja (tinjauan sosiologis tentang faktor penyalahgunaan

(13)

10

penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja. Peneliti memdapatkan

faktor yang lebih dominan mempengaruhi penyalahgunaan narkotika

di kalangan remaja kelurahan Ngagel Rejo adalah faktor lingkungan.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti belum menjawab lebih jauh

mengapa lingkungan sosial kelurahan Ngagel Rejo yang tampaknya

kondusif untuk mengembangkan sikap-sikap positif seorang remaja

ternyata memberikan peluang bagi penyalahgunaan narkotika.

2. Skripsi yang telah ditulis oleh Lefie Yuifa I.U dengan judul

Solidaritas dan Konflik antara Pengamen Jalanan” dengan lokasi

penelitian di Desa Gelam Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.6 Pada

tahun 2012 yang berasal dari jurusan Sosiologi Fakultas Dakwah

dengan mengunakan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan pada

hasil skripsi yang telah di buat oleh Lefie Yuifa I.U tersebut yang

mana mengkaji tentang solidaritas dan konflik antara pengamen

jalanan. Penelitian ini lebih meneliti apa faktor yang melatarbekangi

seorang memilih menjadi pengamen dan konflik apa saja yang ada di

sekelompok pengamen. Dengan metode kualitatif dan data yang

disajikan berbentuk deskriptif, peneliti mengalisis hasilnya

menggunakan teori fungsional struktural, dan teori konflik.

3. Skripsi yang telah ditulis oleh Siti Nurqotimah dengan judul “Perilaku

Keagamaan Kelompok Pengamen Jalanan Bus Kota” dengan lokasi

6

(14)

11

penelitian di Terminal Tambak Osowilangun Surabaya.7 Pada tahun

2003 yang berasal dari jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)

Fakultas Dakwah dengan mengunakan metode penelitian kualitatif.

Berdasarkan pada hasil skripsi yang telah di buat oleh Siti Nurqotimah

tersebut yang mana mengkaji tentang perilaku keagamaan kelompok

pengamen jalanan bus kota. Peneliti mendapatkan hasil yaitu perilaku

keagamaan kelompok pengamen jalanan dalam hal sholat dan perilaku

menunjukkan sikap yang cukup baik, mengingat pandangan

masyarakat selama ini terhadap mereka dan faktor penyebab yaitu

pembawaan dari masing-masing pribadi yang dipengaruhi oleh latar

belakang, pendidikan, daerah asal, maupun kedewasaan serta faktor

lingkungan, diantaranya teman-teman atau orang lain.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang

digunakan didalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian

dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan didalam melakukan penelitian.

Menurut Dedy Mulyanna metode adalah proses, prinsip, dan prosedur

yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.

Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk

mengkaji topik penelitian.8

7

Siti Nurqotimah, “Perilaku Keagamaan Kelompok Pengamen Jalanan Bus Kota di Terminal

Tambak Osowilangun Surabaya” (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003)

8

(15)

12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Sehubungan dengan pendekatan yang telah digunakan peneliti

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metodologi Kualititatif

sering disebut dengan metode penelitian naturalistik yang mana

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.9 Menurut Bogdan

dan Taylor metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamatinya.10 Sebagaimana

didalam metode penelitian kualitatatif itu sendiri hasil analisis datanya

tidak menggunakan prosedur analisis statistik.

b. Jenis Penellitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif (descriftive research) itu sendiri

dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi

tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Penelitian

deskriptif itu sendiri diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan

untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau

kelompok tertentu secara akurat dan bertujuan uantuk mendeskripsikan

seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini.

Metode penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk menjelaskan

suatu fenomena atau permasalahan serta kejadian yang berada didalam

9

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2010), 13-14.

10

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif : dalam Presfektif Rancangan Penelitian

(16)

13

masyarakat dengan bertumpu kepada prosedur penulisan untuk

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari

orang atau pelaku sebagai obyek dalam sebuah penelitian. Dan tujuan

dari metode penelitian kualitatif deskriptif ini tidak lain untuk meneliti

status kelompok manusia, suatu obyek, kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun kelas peristiwa dalam masa sekarang.

Latar belakang kenapa peneliti telah memilih metode penelitian

kualitatif deskriptif karena peneliti melihat bahwa metode penelitian

kualitatif deskriptif ini sangatlah sesuai untuk dijadikan metode

penelitian serta sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh

peneliti dan sesuai dengan tema yang diambil oleh peneliti karena

metode penelitian kualitatif deskriptif itu sendiri dalam prosedur

penulisannya berbentuk kata-kata, gambar, dan datanya meliputi

transkip wawancara, catatan data lapangan, foto-foto, dokumentasi

pribadi serta deskripsi mengenai data situasi. Peneliti beranggapan

bahwa jenis penelitian deskriptif ini dapat digunakan untuk menjawab

permasalah yang diangkat oleh peneliti. Sebagaimana dalam hasilnya

nanti berbentuk deskripsi atau narasi tertulis yang mana sangat penting

didalam pendekatan kualitatif, baik dalam pencatatan data maupun

untuk penyebaran hasil penelitiannya.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

(17)

14

Sehubungan dengan lokasi penelitian yang telah dipilih oleh

peneliti maka peneliti memilih obyek penelitian pengamen jalanan di

Ngagel Surabaya. Peneliti mengambil lokasi di daerah tersebut karena

peneliti melihat bahwa di daerah tersebut sangat menarik untuk dikaji.

Yang membuat menarik adalah pengamen jalanan di Ngagel

merupakan umur remaja hingga masih anak-anak.

Dalam melakukan proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

ketika awal memasuki lokasi penelitian yang bertujuan untuk

melakukan riset di Ngagel Surabaya. Tahapan yang dilakukan oleh

peneliti pertama kali memasuki lokasi penelitian adalah mengadakan

observasi atau pengamatan terlebih dahulu untuk mengetahui situasi

dan kondisi yang berada di Ngagel Surabaya. Dan ketika peneliti akan

melakukan proses penelitian cara yang dilakukan oleh peneliti adalah

melakukan perijinan terlebih dahulu.

Setelah mendapatkan perijinan, peneliti akan memasuki lokasi

penelitian dengan cara berinteraksi dengan masyarakat Ngagel dan

sekitarnya, kemudian peneliti akan mendatangi pengamen-pengamen

yang ada di Ngagel dan lokasi yang dibuat beroperasi ngamen.

Dengan cara peneliti berkunjung ke masyarakat dan mengikuti

kegiatan pengamen, dapat mempermudah di dalam proses penelitian.

Sebagaimana penelitian kali ini juga berperan sebagai partisipan yang

mana untuk mempermudah interaksi dengan masyarakat dan

(18)

15

peneliti dalam memasuki lokasi penelitian dapat terarah, sebagaimana

peneliti dapat mengetahui kondisi lingkungan yang berada di Ngagel

tersebut. Berhubungan dengan diketahui atau tidaknya kehadiran

peneliti dilapangan dalam melakukan penelitian.

b. Waktu Penelitian

Peneliti telah menentukan waktu yang digunakan di dalam

melakukan proses penelitian. Waktu didalam proses penelitian tersebut

adalah ketika pertama kali peneliti melakukan observasi atau

pengamatan di lokasi penelitian, pra studi lapangan, studi lapangan

atau proses penelitian, dan pembuatan laporan penelitian. Sebagaimana

waktu penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1

Waktu Penelitian

No. Tahap penelitian Waktu penelitian

1. Pra studi lapangan 18 september – 25 september 2014

2. Studi lapangan 25 februari – 7 april 2015

3. Pembuatan laporan 1 maret – 15 april 2015

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Dalam penelitian seorang peneliti tentunya akan berhadapan

langsung dengan seorang informan yang akan dijadikan sebagai subyek

(19)

16

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau

tempat) penelitian (Moleong,2006: 132) Apalagi peneliti telah

menggunakan metode kualitatif yang mana bersifat wawancara secara

langsung dalam proses penggalian datanya. Berkaitan dengan judul peneliti yaitu “PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN studi tentang

perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi di Ngagel Surabaya”.

Dalam penelitian ini subyek yang diambil oleh peneliti dan

dijadikan sebagai key informan adalah Kepala Desa, masyarakat, dan

pengamen jalanan. Alasan peneliti untuk mengambil subyek informan

tersebut karena peneliti beranggapan bahwa para informan tersebut dapat

memberikan informasi yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan

oleh peneliti. Dengan menggunakan key informan tersebut informasi yang

diharapkan oleh peneliti dapat terkumpul sesuai dengan obyek penelitian

yang dilakukan peneliti di Ngagel.

(20)

17

Tehnik pengambilan sampel yang peneliti ambil adalah tehnik

Snowball Sampling yang mana dalam tehnik snowball sampling itu sendiri

pengambilan sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit,

lama-lama menjadi besar.11 Maksud dari tehnik snowball sampling itu sendiri,

yang mana ketika peneliti melakukan penelitian dengan subyek informan

sebagaimana data yang diberikan oleh informan satu kurang mendapatkan

hasil yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang bertujuan untuk

mendapatkan kelengkapan didalam penggalian data guna memperoleh data

secara lengkap dan akurat. Menurut sumber data dalam penelitian ini dapat

dibedakan menjadi dua yaitu, Data primer dan data skunder.12

a. Data Primer

Data primer adalah merupakan sumber data yang diperoleh secara

langsung di dapatkan dari informan dan memberikan datanya kepada

peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer

diantaranya adalah masyarakat dan pengamen jalanan sekitar Ngagel.

b. Data Skunder

Data skunder merupakan data yang didapatkan oleh peneliti secara

tidak langsung dari informan. Data ini adalah data-data yang dapat di

ambil dari opini, koran, artikel, gambar-gambar dan lain sebagainya

yang dapat mendukung data yang dibutuhkan oleh peneliti di lokasi

11

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Alfa Beta, 2010), 300.

12

(21)

18

penelitian dan diperoleh peneliti dari hasil dokumentasi

gambar-gambar, profil desa, beserta profil lembaga-lembaga.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian yang mana juga menggunakan beberapa tahapan

atau tingkatan yang sesuai dengan prosedur atau cara penelitian yang

benar. Tahapan dalam penelitian itu sendiri meliputi.

a. Tahap Pra Lapangan

Dalam tahapan pra lapangan ini yang mana tahap yang digunakan oleh

peneliti sebelum masuk ke lapangan obyek studi.13 Sebagaimana tahap

pra lapangan itu sendiri dapat dilihat sebagai berikut.

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Di dalam menyusun rancangan penelitian itu sendiri yang mana

peneliti berangkat dari permasalahan yang akan diangkat didalam

penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Sebagaimana memilih lapangan penelitian yang mana sesuai

dengan rumusan masalah yang sudah diangkat oleh peneliti, karena

dengan berpijak pada rumusan masalah tersebut peneliti dapat

memilih lokasi penelitian yang sesuai dan memberikan

kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

3) Mengurus Perijinan

13

(22)

19

Perijinan merupakan salah satu hal yang penting didalam

melakukan proses penelitian. Dengan adanya perijinan tersebut

dapat mempermudahkan peneliti didalam melakukan proses

penelitian. Dan peneliti juga telah melakukan prosedur yang benar

sebelum memasuki lokasi penelitian dengan ijin terlebih dahulu.

4) Penilain Lokasi Penelitian

Di dalam penilaian lokasi penelitian merupakan salah satu cara

yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat lokasi penelitian yang

berhubungan dengan situasi, kondisi, latar, beserta konteksnya.

Yang mana peneliti melihat terdapat kesesuain atau tidak dengan

permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

5) Memilih Informan

Sehubungan dengan informan yang akan digunakan didalam

pengumpulan data dalam penelitian, maka informan yang dipilih

oleh peneliti harus benar-benar mengetahui dan memahami akan

kondisi yang berada di lokasi penelitian. Di dalam pemilihan

informan tidak hanya satu sumber saja yang diambil melainkan

harus ada sumber lain guna mencapai kevaliditasan data.

6) Etika di dalam penelitian

Etika didalam penelitian merupakan cara yang dilakukan oleh

peneliti yang mana tetap berpegang pada nilai dan norma yang

berada di masyarakat pada umumnya. Sebelum melakukan

(23)

20

pura tidak mengetahui keadaan yang berada dilapangan, peneliti

harus menjadi pendengar yang baik, dan tidak bersikap menggurui

serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dengan etika

seperti ini dapat terjalin pola interaksi yang sangat baik antara

peneliti dengan informan sehingga tidak merasa canggung.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan merupakan suatu proses awal yang

berkelanjutan dalam sebuah penelitian. Pada tahap ini peneliti akan

melakukan penelitian baik kepada setiap informan maupun lokasi

penelitian yang bersangkutan. Sebagaimana tahap pekerjaan lapangan

ini peneliti telah masuk di dalam proses penelitian. Ketika peneliti

masuk di dalam proses penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti

adalah menjalin hubungan atau interaksi terlebih dahulu dengan

subyek atau informan, dengan begitu akan mempermudah peneliti

didalam penggalian data.

Kemudian setelah peneliti memahami latar penelitian,

dilanjutkan pada proses pegumpulan data. Dengan tahap memperoleh

data baik dengan cara primer ataupun sekunder. Tahap pekerjaan

lapangan ini dilakukan oleh peneliti dalam proses penggalian data dan

digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan

permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

(24)

21

Di dalam tahap analisis data itu sendiri peneliti akan

mengadakan suatu analisis data yang sudah diperoleh oleh peneliti

dilapangan. Yang mana data yang didapatkan oleh peneliti benar-benar

valid dan akurat serta dapat menjawab permasalahan yang sedang

dikaji oleh peneliti. Sebagaimana data yang diperoleh oleh peneliti

yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

diolah dan dikelompokkan sehingga dapat di deskripsikan untuk

dianalisis hasil perolehan data di lapangan. Dan tujuan dari analisis

data itu sendiri digunakan untuk mengetahui kevalitan data yang

diperoleh oleh peneliti dari setiap informan yang berada di Ngagel

Wonokromo Surabaya

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari

berbagai tahap-tahapan di dalam penelitian. Apabila segala bentuk

kebutuhan didalam proses penggalian data sudah terkumpul maka

dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pada permasalahan yang

diangkat oleh peneliti.

Setelah peneliti mendapatkan data atau temuan dari lokasi

penelitian dan dianalisis untuk mengetahui kebenarannya, maka

peneliti bisa menuliskan serta menyusunya dalam laporan penelitian.

(25)

22

temuan data yang berada dilapangan yang mana menjawab

permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data merupakan suatu upaya sistematik

untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian (Manusia, obyek,

gejala dan sebagainya) dan setting terjadinya. Pengumpulan data yang

tidak sistematis sering menimbulkan kekeliruan dan tidak dapat menjawab

masalah penelitian dengan saksama.14 Tahap pengumpulan data itu sendiri

merupakan salah satu bagian didalam proses pengumpulan dan penggalian

data. Dalam hal ini tehnik pengumpulan data bisa dilakukan dengan

observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.

a. Observasi

Observasi merupakan suatu tehnik yang telah dilakukan

oleh peneliti dalam pencarian data pada penulisan kualitatif.

Pengamatan yang akan dilakukan yaitu dengan melihat kondisi

yang berada di kawasan obyek penelitian.15 Menurut Notoatmojo

mendefisinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan

penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Rangsangan

14

Sandjaja dan albertus heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka,2006),47.

15

Agus salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku sumber untuk Penelitian Kualitatif

(26)

23

tadi setelah mengenai indra menimbulkan kesadaran untuk

melakukan pengamatan. 16Di dalam tahapan observasi ini tidak

hanya langsung melihat saja melainkan juga perlu keaktifan untuk

meresapi, mencermati, mengamati, memaknai dan akhirnya

mencatat. Catatan yang berisi akan hal-hal yang harus diobservasi

dinamakan panduan observasi. Alat yang digunakan dalam metode

observasi berupa pedoman observasi, catatan, check list, dan tape

recorder. Sebagaimana dengan bantuan alat tersebut dapat

membantu peneliti didalam mempermudah pengamatan.

Pada tahapan observasi peneliti terlibat langsung selama

penelitian yang telah dilakukan di Ngagel Wonokromo Surabaya.

Serta peneliti harus mampu memberikan gambaran awal yang

berhubungan dengan analisis masalah yang dikaji oleh peneliti.

Dan peneliti juga perlu mengadakan pengamatan yang mendalam

guna mendapatkan hasil data yang valid diantaranya peneliti bisa

mengadakan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat serta

orang yang diangap penting di wilayah tersebut guna untuk

memperoleh informasi yang jelas mengenai perubahan sosial yang

berada di Ngagel.

Observasi atau pengamatan yang perlu dilakukan oleh

peneliti diantaranya adalah mengamati keadaan sekitar yang berada

di Ngagel Wonokromo Surabaya. Misalnya peneliti mengadakan

16

(27)

24

pengamatan dalam bidang perekonomian, maka peneliti mengamati

tentang berbagai mata pencahariaan atau profesi yang dilakukan

oleh warga sekitar Ngagel (Berjualan makanan atau minuman,

cinderamata, penyewaan sepeda, cafe, warnet, warkop, toko baju,

jasa kos), dalam bidang budaya peneliti melakukan observasi

tentang budaya yang ada di sekitar Ngagel.

Dalam bidang pendidikan, peneliti mengamati tentang

kecakapan atau kemampuan masyarakat sekitar dalam memperoleh

pelajaran rumah belajar yang ada di Ngagel. Dalam bidang

pembangunan peneliti melakukan observasi yang berkaitan dengan

pembangunan apa saja yang berada di masyarakat Ngagel dalam

hal ini peneliti mengamati tentang fasilitas umum untuk menunjang

kegiatan yang ada di sekitar Ngagel.

b.Wawancara

Wawancara merupakan sebuah percakapan yang dilakukan

oleh dua orang atau lebih yang mana pertanyaannya telah diajukan

oleh peneliti kepada subyek atau sekelompok subyek penelitian

untuk dijawab serta pertukaran ide atau informasi melalui tanya

jawab. Dan tahap pengumpulan data dengan observasi perlu

dikuatkan dengan wawancara bertujuan untuk memperoleh

kevaliditasan didalam penelitian. Dalam wawancara itu sendiri

juga dapat diartikan sebagai salah satu tehnik dalam proses

(28)

25

dengan informan (face to face). Tehnik wawancara itu sendiri juga

memudahkan peneliti dalam proses penggalian data. Karena tehnik

wawancara ini, dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada

informan. Dengan adanya tehnik wawancara itu sendiri peneliti

bisa mencari serta mendapatkan data secara valid yang

berhubungan dengan perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi

di Ngagel. Sebagaimana sering terjadinya kekerasan.

Peneliti menggunakan jenis wawancara semi terstruktur.

Sebagaimana para ahli menamakan wawancara seperti ini dengan istilah “wawancara bebas terpimpin”. Dalam wawancara

semiterstruktur itu sendiri dilakukan dengan cara bebas tetapi tetap

terkait dengan pokok-pokok wawancara yang sesuai dengan

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Dan data yang akan

didapatkan oleh peneliti merupakan data yang bersifat verbal dan

non verbal. Tetapi wawancara semiterstruktur itu sendiri data yang

diutamakan adalah data yang diperoleh berdasarkan pada

percakapan dan tanya jawab.

Dalam hal ini antara peneliti dan informal mengadakan

tanya jawab dan pengembangan pertanyaan. Untuk memberikan

kenyamanan antara peneliti dengan informan alangkah baiknya

peneliti mengadakan wawancara yang sifatnya santai dan diselinggi

dengan canda agar informan juga merasa nyaman ketika

(29)

26

sedang di jelaskan oleh informan karena penjelasan yang diberikan

oleh informan sangat berguna dalam pelengkapan data penelitian.

Peneliti tidak diperbolehkan untuk bersifat menggurui dan yang

lebih baik peneliti sebagai pendengar informan.

c. Dokumentasi

Dalam upaya pengumpulan data dengan cara dokumentasi

peneliti menelusuri berbagai macam dokumen antara lain buku,

majalah, koran, profil ataupun sumber informasi lain. Untuk

melakukan penelusuran ini digunakan pedoman tentang apa yang

hendak ditelusuri baik itu subyek, gejala maupun tanda-tanda.

Tekhnik dokumentasi yaitu tehnik yang digunakan mencari data

menggenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, agenda dan sebagainya.17 Tahap dokumentasi

bisa dilakukan oleh peneliti dengan mengambil gambar-gambar

yang berhubungan dengan keperluan dalam penelitian.

Dengan adanya tehnik dokumentasi dapat menjadikan hasil

penelitian dari pengamatan dan wawancara lebih dapat dipercaya.

Karena di dalam tehnik dokumentasi telah menyertakan bukti-bukti

baik secara tertulis ataupun bentuk gambar sehingga dapat

memberikan kepercayaan yang akurat karena benar-benar

melakukan penelitian dan hasil data yang diperoleh benar-benar

17

(30)

27

valid. Dalam tehnik dokumentasi peneliti melakukan pengambilan

foto yang berada di Ngagel Wonokromo Surabaya yang meliputi

dokumentasi yang berhubungan dengan proses penelitian. Seperti

dokumentasi ketika wawancara, tempat-tempat mengamen, dan

infrastruktur desa. Sebagaimana dokumentasi yang resmi ataupun

yang tidak resmi.

6. Teknik Analisis Data

Didalam tehnik analisis data merupakan sutau proses untuk

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain.18Analisis data

merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 19

Dijelaskan oleh Pohan data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, dan

fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung dengan sistematis karena

berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata-kata), dan data kualitatif

lebih bersifat pada suatu proses. Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 244.

19

(31)

28

1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensistesiskan nya, mencari dan menemukan pola.

Tehnik analisis data yang digunakan oleh peneliti tehnik analisa

deskriptif. Yang mana tehnik analisa deskriptif digunakan dalam metode

penelitian kualitatif. Dan pola penyajiannya berupa bentuk kata-kata atau

narasi serta penggalian datanya menggunakan tehnik wawancara secara

langsung dan bukan dalam bentuk angka. Setelah semua data yang

diperlukan oleh peneliti sudah lengkap dan berhasil menjawab

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Selanjutnya data yang sudah

lengkap diolah dan disajikan dengan menggunakan analisa deskriptif

kualitatif dengan cara mendeskripsikan dan berbentuk narasi. Analisis data

yang dilakukan oleh peneliti bersumber dari proses pengumpulan data

melalui observasi, wawancara dan dukumentasi. Kemudian, peneliti bisa

memilah dan merelavansikan serta meringkas data mana yang akan

digunakan sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Tehnik pemeriksaan keabsahan data merupakan salah satu tujuan

untuk memeriksa data agar kevaliditasan didalam data tersebut

benar-benar valid dan menjadi akurat. Tehnik pemeriksaan keabsahan data dapat

melalui beberapa tahapan, diantaranya perpanjangan keikutsertaan,

(32)

29

a) Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan merupakan salah satu cara yang dilakukan

oleh peneliti untuk memperoleh data yang berada di lokasi penelitian

secara akurat, dalam hal ini yang dilakukan oleh peneliti adalah lebih

lama untuk tinggal dilokasi penelitian, agar mengetahui akan kebiasaan

dan pola kegiatan masyarakat setempat.

b) Ketekunan dalam Pengamatan

Ketekunan dalam pengamatan dapat dilakukan oleh peneliti dengan

lebih mengamati akan lokasi penelitian dan peneliti dapat menguraikan

secara lebih terperinci akan hasil proses temuan data yang dibutuhkan

oleh peneliti. Sebagaimana pada judul “ Pengamen Jalanan dan

Kekerasan” peneliti harus lebih teliti dan konsisten pada proses

penggalian data, dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada kajian

yang diangkat oleh peneliti.

c) Triangulasi

Pemeriksaan keabsahan data dengan tehnik triangulasi merupakan

tehnik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam

teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada.20 Dengan tehnik

pemeriksaan keabsahan data triangulasi peneliti dapat megumpulkan

20

(33)

30

data sekaligus menguji kredibilitas data dengan mengejek kreadibilitas

data dengan berbagai sumber data. Triangulasi dapat dilakukan dengan

cara membuktikan kembali keabsahan data yang sudah diperoleh oleh

peneliti di lapangan yang dilakukan dengan menggali informasi lagi

kepada informan yang bersangkutan. Agar data yang diperoleh

dilapangan benar-benar valid dan sesuai dengan tujuan peneliti.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan didalam pembahasan

yang berada dilaporan penelitian. Dengan adanya sistematika pembahasan

tersebut segala bentuk laporan didalam penelitian dapat tersusun dengan

terarah dan mempermudah didalam penulisan laporan penelitian.

1. BAB I

Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan penelitian

yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat gambaran

tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau sebab dan

akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut, menentukan rumusan

masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab didalam

penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan gambaran

secara umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan penelitian

terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian

penelitian yang diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh

(34)

31

meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu didalam

penelitian, tahap penelitian, tahap pengumpulan data, tahap analisis data

serta pemeriksaan keabsahan data.

2. BAB II

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan

didalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema

yang diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direlavansikan dengan

permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.

3. BAB III

Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis Data.

Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan tentang

data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data yang sudah

ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan

mendeskripsikan hasil penelitian. Kemudian setelah dianalisis

dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai. Penyajian data

tersebut meliputi data yang diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan

profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana mendukung

konteks penelitian.

(35)

32

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil

penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi

intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan

kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari

(36)

33

BAB II

INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD

Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah

interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

(action) yang berbalasan antar individu atau antar kelompok dalam suatu

masyarakat. Tindakan saling mempengaruhi ini seringkali dinyatakan dalam

bentuk simbol-simbol atau konsep-konsep. Interaksi yang terjadi pada suatu

tempat tentunya tidak telepas dari kemampuan berpikir,tindakan serta

keinginan untuk berinteraksi melalui symbol antar individu atau kelompok.

Sama halnya dengan interaksi pengamen jalanan di daerah Lumumba

Wonokromo.

Untuk mengkaji tentang “Perilaku pengamen jalanan dalam

berinteraksi” peneliti melihat bahwa interaksi tersebut dilatar belakangi oleh

salah satu faktor yaitu munculnya suatu tindakan, yang mana tindakan untuk

memberikan suatu respon melalui symbol-simbol terhadap individu lainnya.

Sebagaimana untuk menganalisis fenomena sosial yang berhubungan dengan

perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi, peneliti menggunakan teori

interaksionalisme simbolik. Dalam ranah pemahaman interaksionalisme

simbolik itu sendiri merupakan kemampuan berpikir yang dibentuk oleh

interaksi dan dalam interaksi itu sendiri mempelajari makna dan symbol untuk

(37)

34

Realitas social adalah rangkain peristiwa yang terjadi pada beberapa

individu dalam masyarakat individu pada dasarnya merupakan sifat dari

produk sosial, walaupun mereka banyak merefleksikan penilaian dalam

interaksi antar subjek yang merespon dirinya sebagai objek. Pikiran-pikiran

yang dituangkan dalam percakapan internal menggunakan symbol yang

berkembang dalam proses social.

Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan

memanipulasi symbol- symbol. Kemampuan itu diperlukan untuk komunikasi

antar pribadi dan pikiran subjektif. George Herbert mead menyatakan bahwa

pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi darwinis.1

Berpikir menurut Mead sama artinya setara dengan melakukan perjalanan

panjang yang berlangsung dalam masa antar generasi manusia yang bersifat

subhuman. Dalam perjalanan itu ia terus-menerus terlibat dalam usaha

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga sangat memungkinkan

terjadinya bentuk atau karakteristiknya.

Bagian penting dari pembahasan mead adalah hubungan timbale balik

antara diri sebgai objek dan diri sebagai subjek. Diri adalah suatu proses sosial

yang mempunyai kemampuan:

1. Memberikan jawaban atau tanggapan kepada diri sendiri seperti orang

lain memberi tanggapan atau jawaban

1

(38)

35

2. Memberikan jawaban atau tanggapan seperti norma umum

memberikan jawaban kepadanya (Generalized Others),

3. Mengambil bagian dalam percakapannya sendiri dengan orang lain,

4. Menyadari apa yang sedang dilakukannya sekarang dan kesadaran

untuk melakukan tindakan pada tahap selanjutnya.

Diri sebagai objek ditunjukkan oleh mead melalui konsep me,

sementara ketika sebagai subjek ditunjukkan dengan konsep “I”. analisi Mead

mengenai Konsep “I” membuka peluang besar bagi kebebasan dan

spontanitas. Ketika I mempengaruhi me maka timbullah modifikasi konsep

diri secara bertahap. Cirri utama pembeda antara manusia dan hewan adalah

bahasa atau symbol.

Unit analisis yang dipakai dalam pemikiran George Herbert Mead

adalah interaksi yang terjadi dalam individu. Di setiap individu menurut Mead

di dalamnya memiliki konsep diri dan kemampuan melakukan self

interaction. Yaitu interaksi di dalam diri yang berperan mengidentifikiasi diri

mereka sendiri, sekaligus untuk melakukan evaluasi dan analisis terhadap

hal-hal yang telah direncanakan ke depan, termasuk kepada orang lain Dengan

adanya self interactionperilaku individu dipahami tidak sekadar respon

terhadap lingkungan (masyarakat), melainkan juga hasil dari kebutuhan, sikap,

motif yang tidak disadari, dan juga nilai-nilai sosial. Melalui interaksi dengan

diri mereka sendiri, orang dapat mengantisipasi berbagai efek yang mungkin

(39)

36

Interaksi yang terjadi pada setiap individu inilah yang menjadi unit

analisis dari teori interasionisme simbolik. Namun karena interaksi itu

sendiri prosesnya kompleks atau tidak sederhana, melibatkan penggunaan

bahasa atau isyarat, juga berkait dengan proses sosial yang ada di

masyarakat, maka teori ini juga menganalisa realitas makro, yaitu

masyarakat. Tapi masyarakat atau orang lain selalu ada di dalam diri

individu. Walau Mead kurang memperhatikan kehidupan masyarakat

secara makro. Masyarakat hanya dipandang secara umum sebagai proses

sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Pranata Sosial (social

institutions) didefinisikan tak lebih dari sekadar sebagai

kebiasaan-kebiasaan (habits) kolektif. Tetapi bagi Mead yang terpenting bahwa di

setiap diri individu di dalamnya juga terdapat orang lain, dan terjadi

interaksi.

Jadi unit analisis untuk penelitian yang menggunakan teori

interaksionisme simbolik adalah individu aktor yang diteliti, yaitu meneliti

apa yang berlangsung dalam dunia subyektif sang aktor, merasakan

pengalaman aktor, dan menangkap dunia makna sang aktor.

Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan

memanipulasi symbol-simbol. Kemampuannya itu diperlukan untukn

komunikasi antarpribadi dan pikiran subjektif. Guna memandang proses

dan relativitas bentuk-bentuk yang ada, maka Mead selanjutnya

(40)

37

idealism dialektis Jerman, dan pragmatism Amerika, meskipun Mead “menolak” dikatakan hanya mensintesis ketiga perspektif itu.2

1) Sikap-isyarat (Gestur)

Gertur adalah gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai

rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara social) yang

tepat dari organisme kedua. Isyarat suara sangat penting perannya

dalam pengembangan isyarat yang signifikan. Namun, tak semua

isyarat suara signifikan, kekhususan manusia dibidang isyarat (bahasa)

ini pada hakikatnya yang bertanggung jawab pada asal-muasal

pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan manusia sekarang dengan

seluruh control terhadap alam dan lingkungan dimungkinkan berkat

pengtahuan.

2) Simbol-simbol Signifikan

Symbol Signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapat

diciptakan oleh manusia. Isyarat menjadi symbol signifikan bila

muncul dari individu yang membuat symbol-simbol itu sama dengan

dengan sejenis tanggapan (tetapi tidak perlu sama) yang diperoleh dari

orang yang menjadi sasaran isyarat. Jadi disini dapat disimpulkan

symbol-simbol signifikan ada 2, yaitu: symbol Bahasa dan Simbol

Isyarat Fisik: -Fungsi bahasa ataw symbol yang signifikan pada

umumnya adalah menggerakan tindakan yang sama dipikhak individu

yang berbicara dan juga pihak yang lainnya. Pengaruh lain dari bahasa

2

(41)

38

merangsang orang yang berbicara dan orang yang mendengarkannya.

–Simbol Isyarat Fisik, menciptakan peluang diantara individu yang

terlibat dalam tindakan social tertntu untuk mengacu pada objek ataw

objek-objek yang menjadi sasaaran tindakan itu,

3) Pikiran (mind)

Didefinisikan mead sebagai proses percakapan seseorang dengan

sendirinya, tidak ditemukan dalam diri individu; pikiran adalah

fenomena social. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses social

dan merupakan bagian integral dari proses social. Dan karakteristik

istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk

“memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja,

tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan, itulah yang dinamakan pikiran”.

4) Diri (self)

Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri

sebagai objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek

maupun objek, untuk mempunyai diri, individu harus mencapai keadaan “diluar dirinya sendiri” sehingga mampu mengevaluasi diri

sendiri, mampu menjadi objek bagi dirinya sendiri. Dalam bertindak

rasional ini mereka mencoba memeriksa diri sendiri secara inpersonal,

objektif dan tanpa emosi, Mead mengidentifikasi dua aspek atau fase diri, yang ia namakan “I” dan “Me”. Mead menyatakan, diri pada

(42)

39

yang dapat dibedakan, perlu diingat “I” dan “ME” adalah proses yang

terjadi didalam proses diri yang lebih luas. Bagian terpenting dari

pembahasan Mead adalah hubungan timbal balik antara diri sebagai

objek dan diri sebagai subjek. Diri sebagai objek ditujukan oleh Mead melalui konsep “Me”, sementara ketika sebagai subjek yang bertindak

ditunjukan dengan konsep “I”.

Analisis Mead mengenai “I” membuka peluang bagi kebebasan dan

spontanitas. Ketika “I” mempengaruhi “Me”, maka timbulah

modifikasi konsep diri secara bertahap . ciri pembeda manusia dan hewan adalah bahasa dan “symbol signifikan”. Symbol signifikan

haruslah merupakan suatu makna yang dimengerti bersama. Ia terdiri dari dua fase, “Me” dan “I”. dalam kontek ini “Me” adalah sosok saya

sendiri sebagai mana yang dilihat oleh orang lain, sedangkan “I”

adalah bagian yang memperhatiakan diri saya sendiri. Dua hal yang itu

menurut Mead menjadi sumber orisinallitas, kreativitas, dan

spontanitas. Percakapan internal memberikan saluran melalui semua percakapan eksternal. Andai diri itu hanya mengandung “Me”, hanya

akan menjadi agen masyarakat. Fungsi kita hanyalah memenuhi

perkiraan dan harapan orang lain. Menurut Mead, diri juga mengadung “I” yang merujuk pada aspek diri yang aktif dan mengikuti gerak hati.

Mead menyebutkan, bahwa seseorang itu dalam membentuk konsep

dirinya dengan jalan mengambil perspektif orang lain dan melihat

(43)

40

1. Fase Bermain

Dimana si individu “memainkan” peran social orang lain. Tahap

ini menymbang perkembangan kemampuan untuk meransang

perilaku individu itu sendiri menurut perspektif orang lain dalam

suatu peran yang berhubungan dengan itu.

2. Fase Pertandingan

Fase pertandingan yang terjadi stelah pengalaman social individu

berkembang. Tahap pertandingan ini dapat dapat dibedakan dari

tahap bermain dengan adanya suatu tingkat organisasi yang lebih

tinggi. Konsep diri individu terdiri dari kesadaran subjektif

individu terhadap perannya yang khusus dalam kegiatan bersama

itu, termasuk persepsi-persepsi tentang harapan dan respons dari

yang lain.

3. Fase Mengambil Peran

Fase mengambil peran (generalized other), yaitu ketika individu

mengontrol perilakunya sendiri menurut peran-peran umum

bersifat impersonal. Menurut Mead, generalized other itu bisa

mengatasi kelompok atau komunitas tertentu secara transeden atau

juga mengatasi bata-batas kemasyarakatan.

5) Masyarakat

Pada tingkatan paling umum, Mead menggunkan istilah masyarakat

(society) yang berarti proses social diri tanpa henti yang mendahului

(44)

41

pikiran dan diri, ditingkat lain, menurut Mead, Masyarakat

mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil oleh individu dalam bentuk “aku” (me).Konsep Mead tentang masyarakat

juga menekankan pada kekhususan model praksis manusia,di mana

tanganlah yang menjembatani interaksi manusia dengan dania

interaksi antara manusia dengan manusia lain,ia menekankan adanya

keterkaitan antara pengalaman praktis yang dijembatani oleh

tangan.Pembicaraan dan tanganj secara bersama-sama berperan dalam

pengembangan manusia social.Maksudnya,beberapa jenis aktivitas

(45)

42

BAB III

PENGAMEN JALANAN DAN KEKERASAN DI NGAGEL, SURABAYA

A. Potret dan Situasi Ngagel, Surabaya

Secara geografis Kelurahan Ngagel teletak di wilayah Surabaya Selatan.

Kelurahan Ngagel termasuk dalam Kecamatan Wonokromo yang memiliki luas

wilayah sebesar 86 Ha. Untuk batas administrasi Kelurahan Ngagel dapat

dipaparkan dalam Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Batas Wilayah Kelurahan Ngagel

Sumber : Data Monografi Kelurahan Ngagel

1. Kondisi Bangunan

Kondisi bangunan merupakan salah satu aspek penting dalam menentukan

apakah suatu kawasan termasuk dalam kategori permukiman kumuh atau tidak.

Kondisi bangunan dilihat dari sifat bangunan seperti

permanen/semi-permanen/tidak layak huni. Mayoritas wilayah permukiman kumuh yang ilegal

mempunyai kondisi bangunan yang tidak layak huni.

Letak Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Gubeng Gubeng

Sebelah Selatan Jagir Wonokromo

Sebelah Barat Keputran Tegalsari

(46)

43

Kondisi bangunan yang terdapat di Jalan Mustika Baru, Kelurahan Ngagel

mempunyai sifat hunian yang beragam. Sebagian wilayah bersifat permanen,

sedangkan yang lain masih bersifat semi-permanen dan bahkan tidak layak huni.

Rumah tidak layak huni berbahankan bambu dan tripleks yang keberadaannya

meresahkan. Sementara itu rumah semi-permanen berdinding tembok namun

beratapkan seng. Namun, rumah-rumah permanen pun belum mempunyai

sertifikat tanah dan bangunan. Warga hanya berpegang pada surat hijau. Hal ini

dikarenakan rumah warga setempat berdiri di tanah yang dianggap ilegal, akibat

tanah tersebut merupakan tanah milik PT. Kereta Api Indonesia.

2. Kepadatan Bangunan

Aspek lain yang menentukan kategori suatu wilayah termasuk permukiman

kumuh adalah kepadatan bangunan. Jika diperhitungkan dari jumlah penduduk

dan jarak yang sempit serta tidak adanya pekarangan atau halaman rumah di

Kelurahan Ngagel, maka dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan

permukiman kumuh.

Bangunan rumah antara satu warga dengan warga lainnya hampir tidak

mempunyai jarak. Tidak jarang kami menemukan tembok rumah sebagai pemisah

antara satu rumah dengan rumah lainnya. Selain itu akses jalan sangat sempit,

hanya dapat dilewati oleh dua kendaraan bermotor. Salah satu yang meresahkan

adalah kedekatan jarak antar bangunan rumah dengan rel kereta api yang melintas

tepat di belakang rumah warga, bahkan jaraknya tidak lebih dari 5 meter, sehingga

(47)

44

jarak kepadatan bangunan di daerah ini mencapai 98 rumah/Ha. Jarak kepadatan

bangunan ini terhitung tinggi, sehingga aspek aksesibilitas dan mobilitas dianggap

rendah.

3. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk dapat menjadi salah satu aspek yang memengaruhi

kekumuhan suatu daerah. Jika kepadatan bangunan dan luas wilayah

dibandingkan maka kita dapat menyimpulkan wilayah tersebut kumuh atau tidak.

Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo tepatnya pada RT 1 hingga 3 serta RT

9 dan 10 sebagai sampel, dihuni oleh 367 Kepala Keluarga (KK) atau 1835 jiwa.

Seperti yang kita tahu melalui survei lapangan, lingkungan kumuh di Kelurahan

Ngagel sebagian besar penduduknya bertambah karena adanya urbanisasi.

Terhitung 50% penduduknya merupakan penduduk urbanisasi dan sisanya

merupakan penduduk asli. Karena kepadatan penduduk, jumlah kepala keluarga

melebihi jumlah rumah yang tersedia. Bahkan menurut wawancara dengan Ketua

RT, satu rumah dapat ditempati 5 Kepala Keluarga (KK) sekaligus. Untuk lebih

jelasnya, berikut jumlah penduduk Kelurahan Ngagel yang dipaparkan dalam

Tabel 3.2 dan Tabel 3.3:

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Ngagel Tahun 2009-2013

No Tahun

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

(48)

45

2 2010 11.329

3 2011 11.503

4 2012 11.532

5 2013 11.614

Sumber : Data sekunder dari BPS dan Kecamatan Wonokromo dalam angka

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Ngagel berdasarkan Usia tahun 2013

No Usia Jumlah (orang)

Berdasarkan Kelompok Pendidikan

1 0-3 tahun 1.903

2 4-6 tahun 1.580

3 7-12 tahun 1.935

4 13-15 tahun 620

5 16-18 tahun 787

6 ≥19 tahun 4.789

Jumlah 11.614

Berdasarkan Kelompok Tenaga Kerja

7 10-14 tahun 41

8 15-19 tahun 1.542

9 20-26 tahun 1.593

(49)

46

11 41-56 tahun 1.399

12 ≥57 tahun 195

Jumlah 6.431

Jumlah Total 18.045

Sumber : Laporan data monografi Kelurahan Ngagel tahun 2013

Tabel 3.4 Profesi Masyarakat di Ngagel Lumumba

No. Profesi Jumlah

1 Pengamen 45

2 Pemulung 9

3 Topeng monyet 6

4 Tukang Becak 11

5 Wirausaha 23

Sumber: Laporan data RT Lumumba Ngagel

4. Penyediaan Prasarana

Peran dan fungsi prasarana dalam pengembangan wilayah sangat dominan

dalam mewujudkan pola dan struktur ruang wilayah sesuai dengan tata ruangnya.

Berikut beberapa prasarana yang tersedia di Kelurahan Ngagel, Kecamatan

Wonokromo :

a. Jaringan Air Bersih

Penyediaan air bersih perkotaan sebagai bagian prasarana dan sarana

perkotaan harus diselaraskan dengan strategi pengembangan perkotaan

masa mendatang. Di hampir setiap aktivitas masyarakat pasti memerlukan

air bersih, seperti dalam kegiatan mencuci, memasak, dan lain sebagainya.

(50)

47

sudah menggunakan air PDAM sendiri. Namun, di Kelurahan Ngagel,

Kecamatan Wonokromo, jaringan air bersih yang telah tersedia masih

kurang baik. Sebagian masyarakat di wilayah ini memang telah

menggunakan air PDAM. Namun, air yang keluar berwarna kuning, kotor

dan muncul bau kaporit. Sehingga, masih ada masyarakat yang

menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

b.Jaringan Listrik

Meskipun pemukiman pada Kelurahan Ngagel merupakan pemukiman

kumuh, jaringan listrik di daerah ini telah tersebar dengan baik. Disetiap 7

meter di sepanjang jalan, terpancang tiang listrik yang masih dalam

kondisi baik. Kabel-kabel listriknya pun tertata rapi, tidak berantakan

ataupun tumpang tindih. Meski berada tepat disisi jalan yang sempit,

tiang-tiang listrik tidak mengganggu pengguna jalan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo memiliki

jaringan listrik yang baik.

5. Prasarana Sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih

dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan

bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan

meningkatkan kesehatan manusia. Jadi, jaringan sanitasi adalah jaringan air kotor

Gambar

 Tabel 1.1
Tabel 3.1 Batas Wilayah Kelurahan Ngagel
Tabel 3.2 dan Tabel 3.3:
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Ngagel berdasarkan Usia tahun 2013
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi yang sudah dijabarkan di atas peneliti bermaksud melakukan penelitian lebih jauh dengan mengambil judul tentang respon wisatawan terhadap

[r]

Ezyload Nusantara Surabaya dalam 8 bulan terakhir mulai bulan Mei – Desember 2010 menunjukkan telah terjadi kecenderungan penurunan jumlah pelanggan (counter) yang melakukan

(b) pada masing-masing model pembelajaran, manakah prestasi belajar dan aspek afektif matematika siswa yang lebih baik, kecerdasan logis matematika, visual,

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan menguji coba sebuah RPP dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada materi

[r]

Dengan kata lain pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Sistem Informasi Akuntansi terhadap Penyajian

Karya Kita Bandung, diperoleh informasi bahwa motivasi kerja karyawan pada saat ini cenderung menurun hal ini disebabkan oleh kurangnya penghargaan diri dan pengakuan akan