• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan VIP

Rumah Sakit Stella Maris Makassar

Analysis on Cost of Quality on Profitability of VIP Care Unit of Stella Maris Hospital, Makassar

H. Alimin Maidin, Indrianty Sudirman, dan Yos Immanuel

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk menghitung dan menganalisis biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal) serta tingkat profitabilitas, sehingga dapat diketahui variabel biaya yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terkait pengalokasian dan pengendalian biaya kualitas sehingga dapat meningkatkan profitabilitas rumah sakit. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian retrospektif dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu berupa kejadian biaya kualitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris tahun 2008-2010, dengan jumlah sampel sebanyak 36 bulan (n=36). Unit analisis dalam penelitian ini adalah struktur keuangan yang meliputi biaya aktual, biaya tersembunyi, dan profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya kualitas memiliki hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas secara simultan. Secara parsial, biaya pencegahan dan penilaian memiliki hubungan yang signifikan untuk meningkatkan profitabilitas, sedangkan biaya kegagalan eksternal memiliki hubungan yang signifikan untuk menurunkan profitabilitas. Biaya kegagalan internal tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris.

Kata kunci : Biaya Kualitas, Profitabilitas

ABSTRACT

The research aimed to calculate and analyse the quality budgets (prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, and external failure cost) and profitability level, so that it could be found out the expenditure variables which had a significant relationship with the profitability of VIP care unit of Stella Maris Hospital. The result of the research was expected to be able to give an input related to the allocating and controlling of the cost of quality so that it could increase the hospital profitability. This was an analytic descriptive research with a retrospective design and used a quantitative approach. Population of the research was cost of quality occurrences of VIP Care Unit of Stella Maris Hospital years 2008-2010 with the number of samples as many as 36 months (n=36). The analysis unit of the research was financial structure which included an actual cost, hidden cost, and profitability. The result of the research reveals that simultaneously, the cost of quality have the significant relationship with the profitability. Partially, the prevention and appraisal costs have the significant relationship to increase profitability, whereas, the external

(2)

failure cost has the significant relationship to decrease profitability. The internal failure cost does not have the significant relationship with the profitability of the VIP care unit of Stella Maris Hospital.

Keywords: Cost of quality, profitability

1. PENDAHULUAN

Semakin ketatnya persaingan dalam industri manufaktur maupun jasa, menuntut perusahaan untuk memberikan perhatian lebih terhadap kualitas produk dan jasa yang dihasilkan, sehingga mampu bertahan dalam lingkungan persaingan. Peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas proses dan produk/jasa sebagaimana merupakan salah satu tujuan strategis utama dalam konsep Balanced Scorecard. 1 Meningkatnya kualitas produk/jasa akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan selanjutnya akan meningkatkan pangsa pasar. Peningkatan pangsa pasar akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan. Dengan demikian, perusahaan perlu menerapkan upaya peningkatan kualitas secara berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pengendalian atas biaya yang ditimbulkannya melalui pengukuran biaya kualitas.

Biaya kualitas (cost of quality) merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas suatu produk atau jasa. Biaya kualitas terdiri atas biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.2 Dengan semakin baiknya kualitas yang dihasilkan, secara tidak langsung dapat meningkatkan pangsa pasar dan pendapatan. Peningkatan pendapatan sebagai nilai penjualan dan efisiensi biaya yang perlu dikeluarkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.3 Secara khusus, Rumah Sakit Stella Maris Makassar

mengembangkan unit perawatan VIP sebagai salah satu profit center dengan memfokuskan pelayanan pada segmen ekonomi menengah ke atas. Adapun tujuan pengembangan unit perawatan VIP tersebut adalah untuk meningkatkan profitabilitas rumah sakit dalam mengakomodasi seluruh kebutuhan operasional dan subsidi terhadap pelayanan pasien yang kurang mampu, sebagaimana misi yang diemban oleh rumah sakit.

Dalam menyelenggarakan pelayanannya, berbagai program peningkatan kualitas telah dilakukan untuk menunjang profitabilitas melalui peningkatan pangsa pasar dan efisiensi biaya operasional. Akan tetapi, pada tahun 2008-2010, biaya operasional unit perawatan VIP mengalami peningkatan sebesar 15,7% setiap tahunnya. Sebaliknya, tingkat pemanfaatan tempat tidur mengalami penurunan sebesar 3,59% setiap tahunnya, sehingga berdampak pada profitabilitas di unit perawatan VIP sebagai salah satu profit centre di Rumah Sakit Stella Maris, Makassar. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Analisis Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar”. Penelitian ini ditujukan untuk menghitung dan menganalisis biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal) serta tingkat profitabilitas, sehingga dapat diketahui variabel biaya yang memiliki hubungan yang signifikan

(3)

terhadap profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris sehingga dapat memberikan masukan terkait pengalokasian dan pengendalian biaya kualitas

2. BAHAN DAN MODEL PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada bulan April - Mei 2011

2.2. Desain dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian retrospektif dan

menggunakan pendekatan

kuantitatif. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) kelompok, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri atas biaya pencegahan (X1), biaya penilaian (X2), biaya kegagalan internal (X3), dan biaya kegagalan eksternal (X4), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah profitabilitas (Y).

2.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari beberapa dokumen yang terkait dengan topik penelitian, yaitu data biaya operasional, laporan tahunan, dan penerapan tarif rumah sakit. Selain itu, metode wawancara juga digunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi hidden cost yang digunakan untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari proses dokumentasi. Wawancara dilakukan

terhadap kepala unit perawatan terkait dan Kabid. Rawat Inap.

2.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah struktur keuangan unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris, yang terdiri atas biaya aktual, biaya tersembunyi, dan estimasi profitabilitas. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sensus terkait biaya operasional dan profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar setiap bulannya dalam periode tahun 2008-2010, dengan jumlah sampel sebanyak 36 bulan ( n = 36 ).

2.5. Kerangka Teori

Konsep Balanced Scorecard dalam perspektif pelanggan menerangkan bahwa kualitas pelayanan akan meningkatkan kepuasan pelanggan yang akan mendukung proses akuisisi dan retensi pelanggan, sehingga meningkatkan pangsa pasar yang akan berpengaruh pada profitabilitas.1 Dari perspektif biaya, konsep biaya kualitas memandang bahwa kualitas pelayanan menuntut adanya pengalokasian biaya kontrol (pencegahan dan penilaian) dan biaya kegagalan (internal dan eksternal) secara efisien, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas.4

(4)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.6. Kerangka Konsep

Analisis biaya kualitas terhadap profitabilitas unit perawatan VIP dilakukan dengan mengukur profitabilitas unit perawatan VIP dan komponen biaya kualitas, yang terdiri atas biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Biaya Pencegahan

Biaya pencegahan merupakan biaya yang timbul akibat adanya upaya untuk mencegah rendahnya kualitas jasa yang diberikan. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan.4 Dalam penelitian ini, biaya pencegahan mencakup biaya perencanaan kualitas & ASKEP, biaya pelatihan SDM, dan biaya pemeliharaan fasilitas unit perawatan.

Berdasarkan pada tabel 3.1, biaya pencegahan mengalami penurunan pada tahun 2008-2009 sebesar 4,94% yaitu dari Rp.131.684.437,- menjadi Rp.125.178.068,-. Akan tetapi pada tahun 2009-2010, biaya pencegahan mengalami peningkatan sebesar 17,81%, yaitu dari Rp. 125.178.068,- menjadi Rp. 147.474.915,-. Sebagaimana diuraikan pada tabel 3 dan 4, penurunan biaya pencegahan juga diikuti oleh penurunan biaya kegagalan (internal dan eksternal) dalam tahun 2008-2009 sebesar 0,27% dan meningkat pada tahun 2010 sebesar 34,79%. Hal ini mengindikasikan bahwa selama tahun 2008-2010, RS. Stella Maris telah berupaya dalam membenahi kualitas pelayanan di Unit

perawatan VIP melalui

pengalokasian biaya yang tercakup sebagai komponen biaya pencegahan.

Dalam hubungannya terhadap profitabilitas, biaya ini memiliki tingkat signifikan sebesar 0,001, dimana menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Koefisien korelasi parsial dari biaya pencegahan dengan nilai sebesar 0,521 memiliki arah positif. Nilai ini berarti bahwa meningkatnya biaya pencegahan akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas secara signifikan. Dalam hal ini, Rumah Sakit Stella Maris perlu lebih meningkatkan lagi alokasi biaya pencegahannya untuk

memaksimalkan tingkat

profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris sebagaimana dinyatakan dalam hasil korelasi regresi.

(5)

Biaya penilaian merupakan biaya yang timbul akibat adanya upaya evaluasi / audit secara berkesinambungan terhadap standar jasa untuk memenuhi harapan pelanggan.4 Hal ini ditujukan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Dalam penelitian ini, biaya penilaian mencakup beberapa komponen biaya, yaitu biaya survei internal,

biaya evaluasi Asuhan

Keperawatan, dan biaya kalibrasi fasilitas medis unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris.

Berdasarkan pada tabel 3.1, biaya penilaian mengalami peningkatan pada tahun 2008-2009 sebesar 0,15% yaitu dari Rp. 92.862.123,- menjadi Rp.92.998.306,-. Demikian pula pada tahun 2009-2010, biaya penilaian mengalami peningkatan sebesar 36,54%, yaitu dari Rp. 92.998.306,- menjadi Rp. 126.981.740,-. Peningkatan biaya ini mengindikasikan bahwa unit perawatan VIP telah menjalankan suatu sistem evaluasi terkait pelayanan yang diberikan. Selain itu, alokasi biaya penilaian di unit perawatan VIP dinilai belum maksimal, khususnya pada tahun 2009-2010, dimana biaya kegagalan mengalami peningkatan sebesar 34,79% (internal dan eksternal) setelah pada tahun 2008-2009 sempat mengalami penurunan sebesar 0,27%

Dalam hubungannya terhadap profitabilitas, biaya ini memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000, dimana menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas. Selain itu, koefisien korelasi parsial dari biaya penilaian dengan nilai sebesar 0,716 memiliki

arah yang positif. Nilai ini berarti bahwa meningkatnya biaya penilaian akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas secara signifikan. Oleh karena itu, Rumah Sakit Stella Maris perlu lebih meningkatkan lagi alokasi biaya penilaiannya untuk memaksimalkan tingkat profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris sebagaimana dinyatakan dalam hasil korelasi regresi penelitian ini.

3.3. Biaya Kegagalan Internal

Biaya Kegagalan Internal merupakan biaya yang timbul akibat ketidaksesuaian proses internal untuk menghasilkan jasa sesuai dengan standar yang ditetapkan dan kebutuhan pelanggan.4 Dalam penelitian ini, biaya kegagalan internal mencakup beberapa komponen biaya, yaitu biaya perbaikan dan biaya akibat pengunduran diri SDM di unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris selama tahun 2008-2010. Selain itu, berdasarkan tabel 3.1 diatas dapat diketahui bahwa biaya kegagalan internal mengalami penurunan pada tahun 2008-2009 sebesar 20,37% yaitu dari Rp.33.135.477,- menjadi Rp.26.384.300,-. Demikian pula pada tahun 2009-2010, biaya kegagalan internal mengalami penurunan sebesar 18,13%, yaitu dari Rp. 26.384.300,- menjadi Rp. 21.600.500,-. Penurunan jenis biaya ini dapat disebabkan oleh semakin membaiknya kualitas pelayanan internal unit perawatan VIP RS.

Stella Maris sehingga

meminimalkan biaya kegagalan internal, yang mencakup biaya perbaikan dan pengunduran diri SDM. Selain itu, penurunan ini juga

(6)

dapat disebabkan oleh rendahnya pengalokasian dana untuk membenahi perbaikan proses internal di unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris.

Apabila ditinjau dari trend peningkatan biaya kegagalan eksternal selama tahun 2008-2010, dimana pada tahun 2008-2009 mengalami peningkatan sebesar 10,52% dan kemudian meningkat sebesar 35,35% pada tahun 2010, semakin rendahnya jenis biaya ini disebabkan oleh rendahnya pengalokasian dana untuk membenahi perbaikan proses internal di unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris. Hal ini merupakan suatu masukan bagi pihak Rumah Sakit agar lebih memperhatikan perbaikan proses internal di unit perawatan VIP agar kualitas pelayanan dapat ditingkatkan dan biaya kegagalan eksternal dapat diminimalkan. Dalam hubungannya terhadap profitabilitas, biaya ini memiliki tingkat signifikan sebesar 0,715, dimana menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas. Adapun koefisien korelasi parsial dari jenis biaya ini adalah 0,063 dan memiliki arah yang positif. Nilai ini berarti bahwa meningkatnya biaya kegagalan internal akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas, namun tidak signifikan. Oleh karena itu, Rumah Sakit Stella Maris perlu meningkatkan alokasi biaya untuk perbaikan proses internal untuk

memaksimalkan tingkat

profitabilitas sebagaimana dinyatakan dalam hasil korelasi regresi penelitian ini, namun

pemanfaatannya harus terus dievaluasi dan dikontrol.

3.4. Biaya Kegagalan Eksternal

Biaya Kegagalan Eksternal merupakan biaya yang timbul sebagai akibat ketidaksesuaian produk/jasa dengan kebutuhan pelanggan sehingga berdampak pada hilangnya pangsa pasar.5 Dalam penelitian ini, biaya kegagalan eksternal merupakan estimasi biaya atas hilangnya potensi pasar dari Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris. Kehilangan potensi pasar tersebut diukur berdasarkan standar BOR Ideal yang ditetapkan oleh Depkes, yaitu sebesar 80% dan standar BOR Maksimum sebesar 100%, yang digunakan dalam analisis statistik. Data biaya kehilangan pangsa pasar diperoleh dengan mengurangkan potensi pendapatan maksimum unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar terhadap pendapatan riil unit perawatan VIP selama tahun 2008-2010.

Berdasarkan standar BOR Ideal (80%), jumlah biaya kegagalan eksternal unit perawatan VIP RS. Stella Maris terus mengalami peningkatan, dimana mencapai Rp.942.667.000,- pada tahun 2008, Rp.1.169.850.000,- pada tahun 2009

dan meningkat menjadi

Rp.1.620.080.000,- pada tahun 2010. Dalam hal ini, unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris kehilangan potensi pendapatan dari pendapatan maksimum sebesar 18,41% pada tahun 2008, 22,73% pada tahun 2009, dan 23,75% pada tahun 2010.

(7)

Demikian pula halnya, apabila perhitungan jumlah biaya kegagalan eksternal didasarkan pada standar BOR Maksimum (100%). Jumlah biaya kegagalan eksternal unit perawatan VIP RS. Stella Maris akan menjadi semakin tinggi dimana mencapai Rp.2.222.935.000,- pada tahun 2008, Rp.2.456.685.000,- pada tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp.3.325.245.000,- pada tahun 2010. Hal ini berarti bahwa selama tahun 2008-2010, unit perawatan VIP RS. Stella Maris mengalami kehilangan potensi pendapatan dari pendapatan maksimum sebesar 34,73% pada tahun 2008 ; 38,18% pada tahun 2009, dan 39,00% pada tahun 2010. Dalam hubungannya terhadap profitabilitas, biaya ini memiliki tingkat signifikan sebesar 0,003, dimana menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas. Adapun koefisien korelasi parsial dari jenis biaya ini adalah -0,475 dan memiliki arah yang negatif terhadap profitabilitas. Nilai ini berarti bahwa meningkatnya biaya kegagalan eksternal akan diikuti dengan menurunnya profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris secara signifikan. Dengan demikian, pihak Rumah Sakit perlu membenahi kualitas pelayanannya khususnya di unit perawatan VIP melalui penerapan manajemen mutu terpadu dan meningkatkan alokasi biaya untuk pengendalian kualitas, baik itu biaya pencegahan maupun biaya penilaian, sehingga dapat menekan biaya kegagalan eksternal dan memaksimalkan tingkat profitabilitas.

3.5. Biaya Kualitas

Biaya kualitas merupakan biaya yang berkaitan dengan upaya pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan produk yang berkualitas rendah (buruk) atau tidak memenuhi kebutuhan pelanggan dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi dan penjualan. Biaya kualitas mencakup 4 (empat) kelompok biaya, diantaranya : biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.5

Hasil penelitian secara statistik berdasarkan uji F menunjukkan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal memiliki hubungan terhadap profitabilitas secara simultan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R Square sebesar 0,914 atau dengan kata lain profitabilitas Rumah Sakit Stella Maris sebesar 91,4% ditentukan oleh biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal, sedangkan sisanya sebesar 8,6% ditentukan oleh faktor lain diluar biaya kualitas yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3.6. Profitabilitas

Dalam penelitian ini, profitabilitas diperoleh melalui beberapa tahap, dimana secara umum terbagi atas 4 tahap, yaitu :

a. Menghitung besar biaya distribusi dari pusat biaya penunjang di Rumah Sakit yang dibebankan terhadap Unit Rawat Inap sebagai pusat biaya produksi dengan menggunakan metode Double-Distribution.

b. Menghitung besar biaya aktivitas di Unit Perawatan VIP dengan

(8)

menggunakan metode Activity Based Costing (ABC).

c. Menggabungkan biaya hasil distribusi pada poin (1) dengan biaya aktivitas pada poin (2) intuk menentukan Unit Cost dari kelas perawatan VIP (Super VIP - VIP C).

d. Menghitung profitabilitas dengan selisih estimasi pendapatan berdasarkan tarif Rumah Sakit dan estimasi pendapatan berdasarkan perhitungan Unit Cost (Double Distribution dan Activity Based Costing).

Profitabilitas unit perawatan VIP pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 8,65% dan selanjutnya mengalami peningkatan sebesar 16,32% pada tahun 2009-2010. Keadaan ini menunjukkan bahwa pelayanan di unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris bersifat produktif dan menghasilkan keuntungan.

Dari keseluruhan komponen biaya kualitas, terdapat beberapa jenis biaya yang dapat mempengaruhi profitabilitas unit perawatan VIP secara signifikan. Adapun jenis biaya tersebut adalah biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan dan penilaian memiliki koefisien korelasi yang positif untuk meningkatkan profitabilitas, sedangkan biaya kegagalan eksternal memiliki koefisien korelasi negatif, yang dapat menurunkan profitabilitas unit perawatan VIP secara signifikan. Oleh karena itu, pihak Rumah Sakit perlu untuk meminimalkan biaya kegagalan eksternal melalui upaya-upaya pengendalian kualitas secara

terpadu dan pengalokasian biaya pengendalian (biaya pencegahan dan biaya penilaian) secara optimal. Meskipun tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas, pengalokasian biaya kegagalan internal dinilai tetap diperlukan secara optimal karena masih memiliki koefisien korelasi positif yang dapat meningkatkan profitabilitas.

4. KESIMPULAN

a. Biaya pencegahan (X1), biaya penilaian (X2) memiliki hubungan yang signifikan (Sig < 0,05) untuk meningkatkan profitabilitas, sedangkan biaya kegagalan eksternal (X4) memiliki hubungan yang signifikan (Sig < 0,05) untuk menurunkan profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar. b. Biaya kegagalan internal (X3) tidak

memiliki hubungan yang signifikan (Sig > 0,05) terhadap profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Meskipun demikian, biaya kegagalan internal memiliki koefisien korelasi untuk meningkatkan profitabilitas sebesar + 0,063.

c. Biaya kualitas, yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal, memiliki pengaruh secara simultan terhadap profitabilitas unit perawatan VIP rumah Sakit Stella Maris, dimana memiliki nilai R Square sebesar 91,4% sedangkan sisanya sebesar 8,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan di dalam penelitian ini.

(9)

a. Biaya pencegahan dan penilaian memiliki nilai korelasi positif terhadap profitabilitas, yang berarti bahwa peningkatan biaya pencegahan dan penilaian dapat meningkatkan profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris. Dengan demikian, pihak rumah sakit perlu meningkatkan alokasi biaya pencegahan dan penilaian untuk mendukung program peningkatan kualitas pelayanan di unit keperawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris melalui perencanaan anggaran pengawasan operasional yang baik.

b. Rumah Sakit Stella Maris perlu menekan biaya kegagalan internal dan eksternal dengan mengalokasikan biaya kontrol (biaya pencegahan dan penilaian) yang dapat dipergunakan untuk pengendalian kualitas secara berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan profitabilitas unit perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris.

6. KETERBATASAN PENELITIAN

a. Keterbatasan data

Dalam hal ini, peneliti memiliki keterbatasan untuk memperoleh data pendapatan unit perawatan VIP berdasarkan laporan keuangan Rumah Sakit Stella Maris. Dengan demikian, peneliti menggunakan pendekatan estimasi terhadap pendapatan melalui proses perhitungan sebagaimana terlampir pada penelitian ini. Sebaiknya, penelitian berikutnya dapat menggunakan data pendapatan riil berdasarkan laporan keuangan sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat.

b. Standar Pemanfaatan Tempat Tidur

Standar pemanfaatan tempat tidur untuk perhitungan biaya kegagalan eksternal tidak menggunakan standar BOR (Bed Occupancy Rate) Ideal, yaitu sebesar 80% (Depkes, 2005) karena pada beberapa bulan tertentu terdapat pemanfaatan tempat tidur yang berada diatas 80%, sehingga akan menghasilkan beberapa nilai ekstrim dalam analisis statistik yang dapat mempengaruhi hasil analisis hubungan variabel. Oleh karena itu, standar pemanfaatan tempat tidur yang digunakan adalah standar maksimum dengan BOR sebesar 100%. Dalam pelayanan rawat inap, standar sebesar ini dapat berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan yang dapat diberikan. Apabila memungkinkan, penelitian berikutnya dapat menggunakan standar BOR sebesar 80% sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan, Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Norton, Kaplan. 2008. The Balanced Scorecard : Translating Strategy Into Action. United Kingdom : Harvard Business Press

2. Campanella, Jack, ed. 1990. Principles of Quality Costs : Principles, Implementation, and Use. 2nd ed. Milwaukee : ASQC Quality Press.

3. Hansen dan Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen Jilid 2. Jakarta : Erlangga 4. Hansen dan Mowen. 2006. Cost

Management : Accounting & Control. United States : Thomson Southwestern. 5. Blocher dkk. 2000. Manajemen Biaya Jilid

II Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat. 6. Hansen dan Mowen. 2001. Manajemen

(10)

7. Gaspersz, Vincent. 2001. Total Quality Management. Jakarta : PT Gramedia.

8. Schiffauerova and Thomson. 2006. A review of research on cost of quality models and best practices, International Journal of Quality and Reliability Management, 2006, Vol. 23, No. 4, pp. 1-23

Gambar

Gambar 2.1     Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

The results of the study indicate that supplementation with a combination of anti- oxidants does not significantly influence serum concentrations of total and HDL-choles- terol as

Hasil terbaik dari pemilahan fraksi bahan dari corong 1 adalah pada perlakuan kecepatan putar pisau rotari 500 rpm dan kcepatan aliran udara 2,8 m/detik, yaitu diperoleh

Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap

Halim Shoes Manufaktur sebaiknya menggunakan metode-metode pengendalian persediaan bahan baku yang tepat agar jumlah bahan baku yang diperlukan untuk kesinambungan proses

Packet marking digunakan untuk menemukan jalur serangan dari paket yang diterima.. PPM dikonfigurasi manual pada masing- masing router , sehingga paket yang

Oleh sebab itu, penulis bermaksud membuat suatu karya dalam bentuk dokumenter yang akan memberikan informasi mengenai tari sintren, mulai dari sejarah hingga

Harapan kami, semoga buku proceeding ini dapat menjadi bagian dari rujukan untuk pengembangan ilmu psikologi maupun arsitektur secara umum, maupun pengembangan

Sampel tersebut lalu didiamkan selama 24 jam yang bertujuan agar bakteri yang terkandung dalam media agar dapat tumbuh serta terdapat endapan pada media BHI Brott..