• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA PERANCIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA PERANCIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA PERANCIS

2.1 Pembelajaran Bahasa

2.1.1 Definisi Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, maupun berbuat melalui sebuah interaksi antara individu dan lingkungan di mana individu tersebut tinggal. Witherington (1952) dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran karya Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran menyebutkan bahwa „Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan, atau pemahaman (2006 : 92)‟. Sedangkan definisi belajar yang ditemukan dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa karya Iskandarwassid dan Suhendar (2008) menyebutkan bahwa “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan di mana ia hidup”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa hal yang berhubungan dengan pengertian belajar adalah sebagai berikut :

1. Belajar merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan akan terus berlanjut hingga akhir hayat.

(2)

2. Belajar merupakan sebuah interaksi dengan lingkungan sekitar yang membawa perubahan terhadap setiap individu.

3. Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku yang menyangkut kepribadian individu ke arah yang positif dan bersifat cenderung permanen.

4. Terdapatnya aspek-aspek yang mendukung peranan kepribadian setiap individu dalam proses belajar, yaitu motivasi, emosional, sikap, pola pikir, cara bertindak, dan sebagainya.

5. Dapat terjadi tanpa guru, tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran.

Mengajar adalah proses menyampaikan informasi yang bertujuan untuk mendidik dengan dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup. Sanusi (1998) dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa karya Iskandarwassid dan Suhendar (2008) menyebutkan bahwa :

mengajar diartikan sebagai proses mendidik atau membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara lain membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positif sambil memberdayakan serta mengembangkan potensi-potensi kepribadian peserta didik.

2.1.2 Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan manusia, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasikan diri, alat untuk integrasi dan adaptasi sosial, dan

(3)

sebagai alat kontrol sosial. Menurut sumber internet yang beralamatkan http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia mengatakan bahwa

“Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri”.

Bahasa memiliki banyak fungsi, yaitu bahasa berfungsi sebagai ekspresi, informasi, eksplorasi, persuasi, dan penghibur. Dari fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat betapa pentingya keberadaan sebuah bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa sendiri dibedakan menjadi 2 macam, yaitu bahasa ibu atau bahasa asli dan bahasa asing. Bahasa ibu merupakan bahasa yang didapatkan sejak seseorang dilahirkan dan pada saat mulai tumbuh berkembang. Sedangkan bahasa asing merupakan bahasa yang dipelajari serta dikuasai oleh seseorang selain bahasa ibu. Pemerolehan bahasa asing atau bahasa kedua ini biasanya didapatkan dengan secara tidak sengaja atau karena suatu kebutuhan. Dalam proses pembelajaran bahasa itu sendiri terdapat unsur yang saling menunjang, yaitu keterampilan dan komponen.

2.1.3 Keterampilan Berbahasa

Dalam pembelajaran bahasa terdapat 4 aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menulis, membaca, mendengarkan dan berbicara. Pembelajaran bahasa asing terutama bahasa Perancis pun memiliki aspek keterampilan berbahasa. Dalam bahasa Perancis, menulis

(4)

dikenal dengan istilah production écrite, membaca dikenal dengan istilah

compréhension écrite, mendengarkan dikenal dengan istilah

compréhension orale, dan berbicara dikenal dengan production orale.

Aspek keterampilan membaca merupakan keterampilan untuk memahami informasi yang diungkapkan oleh penulis melalui tulisan. Aspek keterampilan menulis merupakan keterampilan mengekspresikan gagasan pikiran ke dalam sebuah tulisan. Keterampilan ini tergolong ke dalam keterampilan aktif, karena siswa atau penulis dituntut aktif dalam menyampaikan informasi atau gagasan pikiran yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Aspek keterampilan mendengar (menyimak) merupakan

keterampilan untuk memahami informasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ucapan atau bunyi. Aspek keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mengekspresikan pikiran atau ide memalui ucapan atau bunyi.

2.1.4 Komponen Berbahasa

Pada dasarnya komponen bahasa terdiri dari tiga komponen, yaitu tatabahasa atau disebut Grammaire dalam bahasa Perancis, kosakata atau disebut Vocabulaire dalam bahasa Perancis, dan pelafalan atau disebut

Pronounciation dalam bahasa Perancis.

Tatabahasa (Gramaire) merupakan suatu pola dan aturan yang harus diikuti dalam pembelajaran sebuah bahasa. Seseorang akan

(5)

dikatakan mahir dalam berbahasa jika orang tersebut memahami dan mengikuti tatabahasa yang berlaku pada bahasa tersebut.

Kosakata (Vocabulaire) merupakan himpunan kata yang dimiliki atau diketahui oleh seseorang. Dalam tatabahasa, kelas kata dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti, kata bilangan, dan kata tugas.

Pelafalan (Pronounciation) merupakan cara pengucapan kata dalam suatu bahasa. Dalam pelafalan ini pengguna bahasa mempelajari mengenai intonasi dan penekanan ucapan pada suku kata bahasa tertentu.

2.2 Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa 2.2.1 Pendekatan Pembelajaran Bahasa

Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau kajian yang terjadi di dalam proses pembelajaran. Iskandarwassid dan Sunendar menyebutkan bahwa “Pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya merupakan asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan” (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008 : 40). Pendekatan pembelajaran terdiri dari berbagai jenis, berikut jenis-jenis pendekatan pembelajaran.

1. Pendekatan Formal

Dalam pembelajaran bahasa pendekatan formal merupakan pendekatan tradisional. Pembelajaran yang dilakukan oleh pendekatan ini mengandalkan pengalaman pengajar atau tokoh pendidik dilingkungan

(6)

sekitar, karena pendekatan ini cenderung mengikuti cara-cara yang telah biasa dilakukan pada sebelum-sebelumnya. Maka dari itu, pendekatan ini tidak memiliki latar belakang yang teoretis. Menurut Semi (1993) dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa, pembelajaran pada umumnya dimulai dengan rumusan teoretis yang kemudian diaplikasikan dengan contoh-contoh pemakaiannya dan dengan jalan menjabarkannya. Pendekatan ini

cenderung menyampaikan informasi mengenai bahasa tanpa

memperhatikan kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, pendekatana ini pun dikenal sebagai pendekatan informatif.

Pendekatan formal biasanya diterapkan ke dalam dua metode, yaitu metode terjemahan dan metode membaca.

2. Pendekatan Fungsional

Pendekatan fungsional cenderung menyarankan mempelajari bahasa dengan terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan komunikasi. Tujuan dari pendekatan ini adalah membiarkan para pembelajar bahasa merasakan fungsi dari bahasa dan memahami tatabahasa itu sendiri. Pendekatan ini memunculkan metode pembelajar bahasa seperti metode langsung, metode audiolingual, metode linguistik, metode intensif dan metode pembatasan.

3. Pendekatan Integral

Pendekatan integral menyebutkan bahwa pengajaran bahasa merupakan sesuatu yang bersifat multidimensional, di mana banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran. Pembelajaran harus

(7)

bersifat fleksibel dan menggunakan metode yang terbuka, misalnya : metode eksperimen dan metode kerja lapangan.

4. Pendekatan Sosiolinguistik

Pendekatan Sosiolinguistik mempelajari hubungan masyarakat dengan bahasa. Pendekatan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa merupakan sebuah identas kelompok dan sebagai alat komunikasi. Bahasa memiliki sitem yang bervariasi, yang mana setiap ragam tersebut memiliki peranan, fungsi dan kawasan pemakaian yang tertentu.

5. Pendekatan Psikologi

Pendekatan psikologi ini merupakan pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan mengamati kepribadian, kebiasaan belajar dari siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran. Dengan mengamati tingkah laku siswa, pengajar dapat memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh siswa tersebut agar penyampaian informasi dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

6. Pendekatan Psikolinguistik

Pendekatan psikolinguistik inimerupakan pendekatan yang

mempelajari latar belakang kemampuan siswa dalam berbahasa. Pendekatan ini menganggap bahwa keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh faktor eksternal.

(8)

Pendekatan ini menyebutkan bahwa segala tingkah laku ataupun kegiatan siswa dalam pembelajaran merupakan respon terhadap adanya stimulus yang diserapnya.

8. Pendekatan Pengelolaan Kelas

Pendekatan pengelolaan kelas ini terdiri dari berbagai macam pendekatan, yaitu pendekatan otoriter, pendekatan permisif, pendekatan pengubahan perilaku, dan pendekatan iklim sosio-emosional. Setiap pendekatan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan

suasana kelas yang kondusif dengan cara menciptakan dan

mempertahankan ketertiban kelas, memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan sesuatu, serta menjaga hubungan yang baik antara pengajar dan siswa.

9. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif ini merupakan pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan pembelajaran yang dilandasi oleh teori komunikasi dan fungsi bahasa yang bertujuan mengembangkan kemampuan komunikatif dan meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa siswa.

2.2.2 Metode Pembelajaran Bahasa

Menurut KBBI (1995) dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Iskandarwassid dan

(9)

Sunendar, 2008:56). Metode pembelajaran terdiri dari berbagai macam, yaitu :

1. Metode Terjemahan

Metode terjemahan tatabahasa biasa dikenal dengan metode tradisional. Metode ini berkembang sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Prinsip dari metode ini adalah siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan bahasa ibu ke bahasa sasaran, begitu juga sebaliknya. Ciri-ciri dari metode ini adalah :

1) Kaidah tatabahasa dan kosakata dipelajari dengan seksama. 2) Tatabahasa diajarkan secara deduktif.

3) Cara penerjemahan diterangkan secara terperinci.

4) Hanya fokus pada 2 keterampilan berbahasa, yaitu membaca dan menulis.

5) Tujuan pembelajarannya adalah untuk mengalihkan bahasa ibu ke dalam bahasa sasaran, begitu juga sebaliknya.

6) Bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan. 7) Pemahaman kaidah dan bahan bacaan diuji melalui

terjemahan. 2. Metode Langsung

Metode langsung ini lebih menekankan pada bahasa lisan dan memperhatikan ucapan. Metode ini sudah mulai mengurangi metode terjemahan. Ciri-ciri dari metode ini adalah :

(10)

2) Menggunakan kosakata sehari-hari dan kalimat wacana yang sederhana.

3) Keterampilan berkomunikasi secara tanya-jawab dilakukan secara intensif.

4) Aspek berbicara dan menyimak mendapatkan perhatian yang baik.

5) Ketepatan ucapan dan tatabahasa sangat diperhatikan dan diutamakan.

3. Metode Audiolingual

Metode audio-lingual ini berfokus pada lafal kata dan pelatihan pola kalimat yang dilakukan secara berulang-ulang secara intensif. Ciri-ciri dari metode ini adalah :

1) Pemisahan keterampilan bahasa-menyimak, berbicara,

membaca, menulis, dan pengulangan audiolingual secara grafik.

2) Penggunaan “dialog” sebagai sarana utama penyajian bahasa. 3) Penekanan pada teknik praktik tertentu.

4) Pemantapan teori linguistik dan teori psikologis sebagai dasar bagi metode pengajaran bahasa.

5) Penggunaan laboratorium bahasa. 4. Metode Pembelajaran Bahasa Masyarakat

Metode pembelajaran bahasa masyarakat merupakan metode yang memberikan penekanan ranah afektif ke dalam pembelajaran kognitif.

(11)

Dalam hal ini, siswa mendapatkan perhatian dan bimbingan bimbingan agar siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Metode Responsi Fisik Total

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini, pengajar diwajibkan untuk dapat berperan sebagai pengarah dari setiap tingkah laku siswa. Siswa harus menyimak pengajar dengan baik agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

6. Metode Cara Diam (Silent Way)

Metode cara diam atau yang lebih sering dikenal dengan silent way adalah salah satu metode pembelajaran bahasa yang merupakan bagian dari pendekatan pedagogi. Metode ini menerangkan bahwa aspek kognitif cenderung lebih dominan daripada aspek affektif dalam membantu keberhasilan mempelajari bahasa, frase, dan kalimat. Pada metode ini pengajar dituntut untuk lebih diam dan membiarkan siswa menjadi lebih aktif, mandiri dan lebih peka terhadap suasana pembelajaran. Stevick dalam buku Pengajaran Pemerolehan Bahasa menyebutkan ciri-ciri utama dari metode ini adalah :

1) Mengajar haruslah merupakan bawahan (atau subordinasi) belajar.

2) Belajar bukanlah secara primer yang merupakan tiruan atau latihan.

3) Dalam belaajr, pikiran memperlengakapi dirinya dengan karyanya sendiri, mencoba (trial and error), eksperimentasi

(12)

yang disengaja, menunda keputusan, dan memperbaiki kesimpulan.

4) Dalam pelaksanaannya, pikiran menarik atau mengambil segala sesuatu yang sudah pernah diperolehnya, terutama pengalaman dalam belajar bahasa ibu atau bahasa asli.

5) Jika aktivitas guru merupakan bawahan atau subordinasi bagi pembelajar, maka guru harus berhenti mencoba mencampuri dan mengalihkan kegitan tersebut.

7. Metode Sugestopedia

Metode sugestopedia ini dapat membantu siswa dalam

berkonsentrasi dalam memahami tatabahasa dan kosakata yang dipelajari. Suasana belajar mengajar yang menyenangkan, menyejukkan, dan nyaman dapat memberikan sugesti kepada para siswa, misalnya dengan mendekorasi ruang kelas dengan semenarik mungkin, tempat duduk yang nyaman, ruangan yang bersih, dan sebagainya.

2.3 Teknik dan Media Pembelajaran Bahasa 2.3.1 Teknik Pembelajaran Bahasa

Secara umum pengertian teknik adalah suatu cara, sistem, langkah untuk mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu. Sedangkan teknik pembelajaran adalah suatu cara sistematis yang digunakan dalam proses

belajar mengajar yang bertujuan membantu pengajar dalam

(13)

diberikan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan sebuah pernyataan yang

terdapat dalam situs internet yang berlamatkan

http://sditalihsan.sch.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=57 yang menyebutkan bahwa “teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung”. Dalam penggunaan teknik pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam teknik dalam satu metode yang sama. Teknik itu sendiri terdiri dari berbagai macam bentuk, berikut adalah macam-macam bentuk teknik pembelajaran.

1. Teknik Diskusi

Teknik diskusi ini melibatkan banyak orang, minimal dilakukan 2 orang karena teknik ini membutuhkan kerjasama dan komunikasi. Teknik ini menciptakan suasana yang aktif diantara para siswa. Jika teknik ini diterapkan di dalam kelas, pengajar harus bekerja ekstra mengatur jalannya teknik diskusi ini.

2. Teknik Sumbang Saran atau Percambahan (Brainstroming)

Teknik sumbang saran ini menghidupkan komunikasi antara pengajar dan siswa. Pengajar harus aktif melontarkan permasalahan dari materi yang diberikannnya, yang mana masalah tersebut harus dijawab atau ditanggapi oleh siswa sehingga masalah tersebut berkembang dan menjadi masalah baru.

(14)

Teknik inquiry ini menuntun siswa untuk mandiri karena teknik ini membiarkan siswa mencari jawaban sendiri, sumber belajar sendiri, dan belajar bersama dengan teman-temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

4. Teknik Simulasi

Teknik simulasi ini membuat para siswa aktif dalam berperan sesuai yang dikehendaki oleh siswa tersebut. Biasanya bentuk teknik pembelajaran ini berupa sosiodrama, psikodrama, permainan simulasi, dan bermain peran.

5. Teknik Ceramah

Teknik ceramah ini merupakan teknik tradisional. Teknik ini secara tidak langsung mengandung unsur paksaan, karena siswa harus memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat apa yang diterangkan oleh pengajar tanpa berkomentar. Teknik ini dapat dipadupadankan dengan teknik tanya jawab atau dialog sehingga teknik ini menjadi hidup.

6. Teknik Permainan

Teknik permainan merupakan teknik yang paling menyenangkan sehingga dapat menghidupkan suasana kelas. Teknik ini dapat memberikan kesan yang tersendiri sehingga dapat memotivasi para siswa. Dalam pembelajaran bahasa teknik permainan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu permainan kosakata, permainan tatabahasa, permainan mengeja dan sebagainya.

(15)

Dalam penggunaan teknik ini, siswa mengerjakan tugas atau menyelesaikan masalah dengan cara bersama-sama. Pengajar membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, biasanya terdiri dari 3 – 10 siswa tergantung dari tugas yang akan diberikan.

8. Teknik Kerja Lapangan

Teknik pembelajaran kerja lapangan ini membawa siswa ke luar sekolah untuk mengadakan observasi dengan terjun langsung ke lapangan. Selain itu, siswa juga berpartisipasi ke dalam dunia kerja sehingga siswa dapat menghayati dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

9. Teknik Eksperimen

Teknik pembelajaran membuat aktif para siswa dengan cara melakukan percobaan mengenai suatu hal, kemudian siswa mengamati proses yang tejadi dan membuat laporannya.

2.3.2 Media Pembelajaran

Secara umum media adalah sebuah perantara atau pengantar pesan. Media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan pada proses belajar mengajar yang dapat membantu merangsang daya pikir, perhatian, motivasi, dan emosi siswa dalam belajar. Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis, yaitu media grafis, media tiga dimensi, dan media proyeksi.

(16)

Menurut Webster dalam buku media pengajaran menyebutkan bahwa “Graphics merupakan seni atau ilmu menggambar, terutama penggambaran mekanik (sudjana dan Rivai,2010:27)”. Di lihat dari definisinya media grafis merupakan sebuah media pengajaran yang berupa sketsa, grafik, poster, bagan, kartun, diagram, dan komik.

Media grafis berupa bagan terdiri dari berbagai macam, yaitu bagan pohon, bagan alir, bagan arus, dan bagan tabel. Sedangkan media grafis berupa grafik terdiri dari grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, grafik wilayah, dan grafik gambar.

Media grafis berupa sketsa, kartun, poster, dan komik memiliki persamaan, yaitu sama-sama menggunakan gambar di dalamnya.

2. Media Tiga Dimensi

Menurut Sudjana dan Rivai model media tiga dimensi dibagi menjadi enam kategori, yaitu model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock-up dan diorama. Model padat dapat berupa boneka, patung, alat tulis, anatomi tubuh, globe, dan sebagainya.

Model penampang bersifat menampakkan susunan dari sebuah objek, seperti anatomi tubuh yang dapat dilihat susunan bagiannya ataupun penggambaran lapisan bumi yang biasa digunakan pada pelajaran ilmu bumi atau geografi. Model susun ini hampir mirip dengan model penampang hanya saja kita dapat melepaskan

(17)

bagian-bagian yang tersusun pada objek tersebut, seperti anatomi tubuh, mesin, pompa, dan sebagainya.

Model kerja merupakan sebuah tiruan sistem kerja dari suatu objek, seperti sistem perputaran tata surya, neraca, katrol, alat ukur yang biasa digunakan dalam bidang ilmu pasti, microscope, dan sebagainya. Mock-up merupakan penyederhanaan dari suatu objek yang berfungsi sebagai simulasi, seperti jaringan listrik, sistem telepon, sistem peredaran darah, dan sebagainya. Diorama adalah sebuah objek tiga dimensi yang bertujuan menggambarkan keindahan suatu objek, seperti lukisan tiga dimensi, maket, dan sebagainya.

3. Media Proyeksi

Media proyeksi terdiri dari slide, film stripe, film, penggunaan OHP dan sebagainya.

4. Media Audio

Pengertian media audio untuk pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai adalah “sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar-mengajar (Sudjana dan Rivai, 2010:129)”. Alat yang biasanya digunakan dalam media audio adalah radio, DVD, CD, kaset, piringan hitam, dan lain sebagainya.

(18)

Dilihat dari definisi dan alat yang digunakan, media audio ini berfungsi untuk melatih keterampilan mendengar atau menyimak. Kecakapan-kacakapan yang bisa dicapai siswa dengan menggunakan media audio ini, di antaranya :

1) Kecakapan dalam memusatkan perhatian siswa.

2) Kecakapan dalam mengikuti suatu pengarahan yang didengarkan oleh siswa.

3) Kecakapan dalam menganalisis suatu permasalah yang didengarkan oleh siswa.

4) Kecakapan siswa dalam memisahkan kata-kata atau informasi yang relevan dengan yang tidak relevan. 5) Kecakapan dalam mengingat dan mengungkapkan

kembali mengenai informasi yang didengarkan oleh siswa.

6) Kecakapan dalam memperoleh arti dari suatu konteks.

2.4 Permainan Mystery Bag 2.4.1 Definisi Permainan

Berdasarkan situs online yang beralamatkan

http://id.wikipedia.org/wiki/Permainan menjelaskan bahwa permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Adapun definisi lainnya

(19)

http://www.artikata.com/arti-371318-permainan.html menyatakan bahwa permainan adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain, barang ata sesuatu yang dipermainkan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa permainan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan membuat orang menjadi rileks. Tujuan penggunaan permainan dalam proses pembelajaran adalah meringankan daya pikir siswa dalam mencerna materi atau bahan ajar yang disampaikan. Tak hanya itu tujuan penggunaan permainan dalam proses belajara mengajar adalah memotivasi siswa untuk mempelajari pelajaran tersebut.

2.4.2 Cara Penggunaan Permainan Mystery Bag

Permainan Mystery Bag merupakan sebuah permainan yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran bahasa. Permainan ini tergolong ke dalam teknik permainan kosakata. Permainan ini peneliti temukan pada buku yang berjudul be smart and fun with english games karya Ayu Rini,

youtube dan skripsi karya Rianny seorang mahasiswa bahasa Jepang.

Permainan mystery bag adalah sebuah permainan individu yang diperuntukkan untuk tingkat dasar. Permainan ini membutuhkan sebuah tas dan benda-benda yang akan dimasukkan kedalam tas tersebut.

Cara menggunakan permainan ini adalah semua pemain mengelilingi pemimpin permainan tersebut. Kemudian pemimpin permainan tersebut duduk di tengah lingkaran dengan membawa sebuah tas yang berisi aneka benda di dalamnya. Sebelumnya, Para pemain tidak mengetahui

(20)

benda-benda apa saja yang disembunyikan di dalam tas tersebut. Namun, perlu dicatat, pemimpin sebaiknya memasukkan benda-benda yang sudah dikenal oleh semua pemain. Kemudian para pemain secara bergilir maju ke depan mendekati pemimpin permainan. Pemain 1 memasukkan tangannya ke dalam tas dan mengambil sebuah benda, tapi benda itu tetap dipegang dalam kantong. Lalu pemain meraba benda tersebut dengan tangannya. Setelah merasa yakin akan jawabannya maka pemain 1 akan menyebutkan nama benda tersebut. Jika jawaban dari pemain 1 benar maka pemain masih diperbolehkan main namun jika salah pemain 1 akan dikeluarkan dari permainan.

2.4.3 Kekurangan dan Kelebihan Permainan Mystery Bag

Kelebihan dari permainan ini adalah sederhana, mudah dilakukan dan menggunakan alat peraga yang sederhana. Tak hanya itu permainan ini pun memotivasi siswa dalam belajar dan dengan adanya permainan ini suasana pembelajaran menjdai tidak monoton. Namun kekurangan dari permainan ini adalah tidak dapat menggunakan semua benda sebagai objek permainan, karena tas yang dipergunakan adalah tas kecil atau berukuran sedang sehingga benda besar seperti papan tulis tidak dapat dimasukkkan ke dalam tas tersebut.

(21)

2.5 Hasil Temuan Penelitian Terdahulu

Teknik permainan mystery bag ini sebelumnya sudah pernah diteliti oleh mahasiswi jurusan bahasa Jepang yang bernama Puspitasari (2010) yang berjudul “Efektivitas Teknik Permainan Mistery Bag dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang”. Peneliti tersebut melakukan eksperimen murni dengan menggunakan kelas kontrol dan kelas ekperimen dari kelompok yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa permainan mystery bag mempermudah siswa dalam mempelajari kosakata bahasa Jepang.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Supervisi Akademik

Inferensi Pornografi Terhadap Tuturan dalam Film Indonesia Bergenre Horor Melalui Perspektif Pragmatik.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Inferensi Pornografi Terhadap Tuturan dalam Film Indonesia Bergenre Horor Melalui Perspektif Pragmatik.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen Sensation Seeking Scale V (SSS- V) yang dikembangkan oleh Zuckerman dan diadaptasi oleh Muldiyana (2010), serta

PENGARUH PENERAPAN MODEL PARTICIPANT CENTERED LEARNING TERHADAP PRES TAS I BELAJAR AKUNTANS I S IS WA.. (S tudi Quasi Eksperimen Di Kelas XI IPS S MAN

Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan. ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V

PENINGKATAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR PASSING DAN DRIBBLING MELALUI PELATIHAN BALL MASTERY.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Ubah bobot (dari 1-10) untuk setiap niche terhadap setiap kriteria pada baris yang berwarna abu-abu 1.. Minat : seberapa berminat dan antusias anda terhadap