• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum. Perubahan yang signifikan adalah reorganisasi pada 1864. Penerimaan siswa meningkat dari 30 calon siswa menjadi 50 calon siswa.1 Penyandang gelar Dokter-Djawa juga akan memperoleh tunjangan f 30 setiap bulan dengan kenaikan f 5 setiap 5 tahun hingga maksimal f 50 tiap bulannya2. Masa studi juga ditambah menjadi 1 tahun sehingga tiap siswa wajib menempuh pendidikan selama 3 tahun.3

Padatahun 1875 dilakukan reorganisasi untuk kedua kalinya di Sekolah Dokter-Djawa. Sasaran reorganisasi ini lebih pada soal muatan kurikulum dan juga lama masa studi. Bahasa pengantarnya tidak lagi menggunakan Bahasa Melayu karena dalam beberapa kasus kurang tepat padanannya dengan terjemahan

1 De Waart. “Vijf-en-zeventig jaren medisch onderwijs te Weltevreden, 1851-1926” dalam Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltevreden 1851-1926.(Weltevreden: G. Kolff & Co. 1926). hlm. 3-5.

2 Ibid. hlm. 5.

(2)

bahasa Belanda4. Hal itu dirasa menjadi kendala dalam proses pembelajaran di Sekolah Dokter-Djawa. Dalam proses pembelajaran dan aktivitas keseharian siswa Sekolah Dokter-Djawa dituntut untuk menguasai dan menggunakan bahasa Belanda, baik secara aktif maupun pasif. Selain itu, rentang masa menuntut ilmu pun diperpanjang dari yang semula hanya 3 tahun saja, diubah menjadi 7 tahun.5 Itu pun dibagi menjadi dua bagian: divisi persiapan dan divisi kedokteran. Bagian awal yang merupakan bagian pertama yang harus dilalui siswa berlangsung selama 2 tahun, sedangkan 5 tahun berikutnya digunakan untuk divisi kedokteran.

Dalam reorganisasi 1875 ternyata masih ditemukan banyak kekurangan sehingga bukan merupakan reorganisasi yang terakhir. Reorganisasi besar-besaran diinisiasi oleh direktur sekolah ini sendiri yang merupakan salah satu direktur paling progresif dibandingkan direktur-direktur sebelumnya. Dia adalah H.F. Roll. Dari dia pulalah sekolah ini berkembang dan mendapat nama baru: School tot opleiding van inlandsche artsen (Sekolah untuk melatih Dokter Pribumi), yang biasa disingkat menjadi Stovia. Gelar lulusannya pun berbeda dari sebelumnya yang bergelar Dokter Djawa menjadi Inlandsche Artsen (Dokter Pribumi).

Kebutuhan akan tenaga medis semakin terasa setelah diberlakukannya Politik Pintu Terbuka yang ditandai dengan adanya Suiker Wet. Banyak perusahaan-perusahaan swasta memerlukan pelayanan kesehatan, terutama dari

4 Staatsblad van Nederlandsch Indie 1875 no. 264 Pasal 7.

(3)

Dokter-Djawa. Mereka mengharapkan pelayanan dari Dokter-Djawa karena lebih murah daripada dokter Eropa.6 Perwira kesehatan sangat tidak mungkin diharapkan pelayanannya karena tugas mereka dalam kemiliteran yang tidak mungkin dianulir.

Masa kepemimpinan H.F. Roll terbagi menjadi 2 periode. Seharusnya hanya 1 periode, tetapi karena kondisinya yang kurang sehat, beliau harus izin cuti ke negeri Belanda.7 Periode pertama dimulai pada 1896, sedangkan periode kedua berlangsung pada 1901-1908. Selama ditinggal H.F. Roll, Stovia diserahkan kepada De Jong. Pada periode kedua kepemimpinan H.F. Roll, ternyata ada usulan reorganisasi lagi. Roll sendiri sebenarnya pertama kali datang dari Belanda pada awal 1890-an. Akan tetapi pada waktu yang singkat tersebut, Roll menyadari bahwa sistem yang diterapkan masih kurang sempurna.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Skripsi ini meneliti tentang tekad Direktur Sekolah yang sangat berperan penting dalam reorganisasi sekolah yang dipimpinnya. Reorganisasi besar-besaran yang pernah terjadi sebelumnya adalah tahun 1864 dan 1875. Banyak kalangan menganggap bahwa Fakultas Kedokteran UI berasal dari Stovia. Penggunaan

6 Hesselink, Liesbeth. Healer on the Colonial Market. (Leiden: KITLV Press. 2011). hlm. 171-172. Dokter-Djawa (yang nantinya disebut Dokter Pribumi) hanya boleh melakukan kegiatan medis di wilayah Hindia Timur, sedangkan dokter Eropa boleh melakukan kegiatan medis di seluruh dunia.

(4)

“Stovia” pertama kali diterapkan pada reorganisasi 1902. Selain itu, reorganisasi ini juga mempunyai beberapa perbedaan dengan landasan hukum sebelumnya yang mengacu pada Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1875 No. 264.

Dari latar belakang itu, maka yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Pemikiran Direktur Sekolah untuk mereorganisasi sekolah. Untuk memperjelas arah penelitian, permasalahan itu kemudian dijadikan sebagai dasar dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi dilakukannya reorganisasi Stovia pada tahun 1902?

2. Apa hasil reorganisasi Stovia yang dilakukan pada tahun 1902?

3. Bagaimana tanggapan dan respon pihak-pihak terkait terhadap reorganisasi Stovia tahun 1902?

4. Siapa saja pihak yang pro-reorganisasi dan kontra-reorganisasi?

C. Ruang Lingkup

Aspek spasial dari skripsi ini adalah institusi pendidikan kesehatan Stoviadi Weltevreden. Walaupun sumber-sumber diciptakan di tempat yang berbeda, tetapi fokus penelitian tetap institusi Stovia yang berada di Weltevreden. Sedangkan aspek temporalnya berkisar antara 1901 hingga 1908. Periode awal dimulai pada 1901 karena ide reorganisasi 1902 lahir pada 1901. Aspek temporal dibatasi hingga 1908 karena pada tahun tersebut terjadi usulan reorganisasi sekolah yang merupakan tanggapan dari reorganisasi 1902. Aspek temporal tidak

(5)

menjelaskan hingga reorganisasi selanjutnya pada 1913 karena tokoh sentralnya sendiri, H.F. Roll, sudah tidak aktif lagi menjabat sebagai Direktur Sekolah.8

D. Tujuan

Skripsi ini bertujuan untuk:

 Menjadi salah satu referensi dalam pengajaran sejarah kedokteran di kampu-kampus Fakultas Kedokteran.

 Menjadi daya tarik bagi generasi penerus bangsa untuk tetap tidak berhenti menulis sejarah bangsa ini, terutama tentang pendidikan kesehatan maupun dokter itu sendiri.

 Menambah kajian tentang sejarah pendidikan kedokteran dalam Historiografi Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Karya yang menjadi tinjauan pustaka dalam skripsi ini adalah sebuah skripsi dengan judul Politik Pendidikan Kolonial di Hindia Belanda: Stovia sebagai Tolok Ukur Kemajuan Bangsa (1851-1910) karya Andry Nurcahyo.9Skripsi ini menjelaskan tentang perjalanan Stovia dari awal hingga berujung pada modernisasi pemikiran etis pada siswa-siswanya. Pemikiran etis ini

8 Pada 1911-1913, Roll telah menjadi pengajar Godelindeschool di Hilversum (sebelah tenggara Amsterdam). Algemeene Secretarie Grote Bundel Besluit 1891-1942 No. 2861.

(6)

ditunjukkan dengan berdirinya Boedi Oetomo oleh Dr. Soetomo dan kawan-kawan. Skripsi ini memang mirip dengan karya Andry Nurcahyo tersebut, yaitu mengenai Stovia sehingga isinya pun banyak membahas sejarah pendidikan kedokteran yang merupakan cabang dari sejarah sosial. Dari segi temporal, skripsi karya Andry Nurcahyo mempunyai rentang waktu yang lebih panjang. Akan tetapi, bukan berarti skripsi ini lebih kerdil daripada skripsi Andry Nurcahyo. Walaupun memiliki temporal yang pendek, tetapi memiliki informasi yang lebih mendalam tentang reorganisasi. Sebaliknya, skripsi karya Andry Nurcahyo justru terkesan minim.

Kemudian juga terdapat skripsi yang menjelaskan tentang kelanjutan Stovia sebagai Sekolah Tinggi Kedokteran. Skripsi tersebut berjudul “Perkembangan Sekolah Tinggi Kedokteran di Batavia Tahun 1927-1942” yang ditulis oleh MM Nuning RW.10 Skripsi karya Nuning juga memiliki penjelasan mengenai perkembangan Stovia yang menjadi cikal bakal Sekolah Tinggi Kedokteran. Akan tetapi, penjelasan Nuning tentang reorganisasi malah semakin minim dibandingkan dengan informasi di skripsi Andry.

9 Andry Nurcahyo. “Politik Pendidikan Kolonial di Hindia Belanda. STOVIA sebagai Tolak Ukur Kemajuan Bangsa (1851-1910)”. Skripsi S1. Jurusan Sejarah: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. 1986.

10 MM Nuning RW. “Perkembangan Sekolah Tinggi Kedokteran di Batavia Tahun 1927-1942”. Skripsi S1. Jurusan Sejarah: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. 1999.

(7)

Selain skripsi di atas, juga terdapat karya lain yang mempunyai korelasi dengan penulisan penelitian ini. Karya tersebut ditulis oleh Baha’uddin dalam jurnal Lembaran Sejarah volume 2, No. 2, 2000 tentang Ekonomi, Lingkungan, Kesehatan dan Sepak Bola; Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonial11. Salah satu artikel di dalamnya sangat bersinggungan dengan tema yang sedang dibahas ini, yaitu tentang Stovia. Artikel tersebut berjudul Pelayanan Kesehatan Masyarakat pada Masa Kolonial yang ditulis oleh Baha’uddin. Artikel tersebut banyak membicarakan pendidikan dokter dan banyak membahas tentang Stovia12. Tulisan ini hanya memiliki gambaran umum mengenai Stovia. Jurnal yang memuat tentang Stovia tersebut tidak jauh berbeda dengan karya Andry Nurcahyo. Dalam menjelaskan pendidikan kesehatan, artikel ini memerlukan 7 halaman. Penjelasan dimulai ketika berdirinya Dokter-Djawa School atas prakarsa Dr. W. Bosch. Akan tetapi, dalam menjelaskan reorganisasi 1902 sangat sedikit.13 Maka dari itu, ada perbedaan yang mencolok karena skripsi ini akan mendapat keterangan yang lebih mendalam tentang spesifikasi pada usulan reorganisasi Stovia 1902 daripada artikel Baha’uddin.

11 Baha’ Uddin. “Pelayanan Kesehatan Masyarakat pada Masa Kolonial” dalam Lembaran Sejarah Volume 2, No. 2, 2000.

12 Ibid. hlm. 111-117.

13 Hanya mengenai hasilnya saja, tidak ada penjelasan sebab mengenai sebab. Dalam skripsi ini, sebab-sebab dan model-model yang diajukan dalam reorganisasi dijelaskan dalam Bab 3.

(8)

F. Metode Penelitian

Penelitian tentang reorganisasi sekolah kedokteran tahun 1902 menggunakan metode sejarah. Metode ini meliputi: penentuan tema, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi; analisis dan sintesis, danpenulisan.14

Tahap kedua ialah Heuristik atau pengumpulan sumber. Sebab bila tidak adanya sumber, maka tidak akan ada hasil penelitian ini. Sumber yang banyak digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber tertulis. Penulis mempunyai beberapa tempat yang kira-kira mempunyai dokumen-dokumen tentang Stovia: Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas), Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Museum Kebangkitan Nasional. Penulis mendatangi keempat tempat tersebut. Dua tempat terakhir tidak mempunyai dokumen-dokumen yang penulis butuhkan. Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia benar-benar hanya menyimpan buku-buku tentang penyakit, pengobatan, dan lain-lain. Di Museum Kebangkitan Nasional juga tidak mendapatkan hasil. Tempat ini hanya menyajikan diorama-diorama sekaligus saksi bisu para siswa Stovia. Penulis menemukan dokumen yang dibutuhkan hanya di ANRI dan Perpusnas saja.

Tahap ketiga ialah verifikasi sumber. Sumber diuji tentang keterkaitan sumber dengan fakta pada masa itu. Bila sebuah sumber menyebutkan bahwa fakta yang ada bertentangan dengan masa itu, maka sumber tersebut tidak lolos uji

(9)

verifikasi. Pada tahap ini, Penulis memilih dan memilah sumber yang ditemukan. Cara yang diambil adalah mencari kata kunci dan tahun penulisan. Kata kunci yang dicari adalah School Tot Opleiding Van Inlandsch Artsen/Stovia, Dr H.F. Roll, School tot opleiding van Inlandsch Geneeskundigen, dan reorganisasi.

Tahap keempat ialah interpretasi sumber. Jika tidak dilakukan interpretasi, maka pembuat penelitian hanya menggabung-gabungkan sumber saja. Memang hal ini membuat sebuah karya sangat dipengaruhi oleh pembuatnya, yang berarti menurunkan kadar objektivitas, tetapi inilah yang akan menjadi buah pikiran atau kekhasan atau orisinalitas dari pembuat karya tersebut.

Tahap terakhir adalah tahap penulisan. Penulisan ditata secara kronologis, berawal dari alasan diadakannya reorganisasi hingga tanggapan terhadap reorganisasi.

G. Sumber Penelitian

Sumber tertulis yang ditemukan di Arsip Nasional adalah Staatsblad, Algemeene SecretarieGrote Bundel Besluit No. 1116, No. 2204, dan No. 2046. Foto tempat dilangsungkannya kegiatan belajar mengajar pun terdapat di Arsip Nasional. Di Perpusnas, penulis menemukan buku Bandera Wolanda, Het Rapport der commissie tot voorbereiding eener reorganisatie van den Burgerlijken Geneeskundigen Dienst, Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltevreden 1851-1926, dan Staatsblad. Penulis juga dibantu beberapa karya di

(10)

antaranya: Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia, Di Negeri Penjajah, dan Healers on the Colonial Market.

Penulis juga melacak sumber-sumber dari internet. Sumber yang ditemukan di internet diantaranya adalah www.ntvg.nl dan https://javapost.nl/2012/02/09/van-goed-karakter-en-goed-gedrag/.

Mengingat banyaknya sumber berbahasa Belanda, penulis juga menggunakan kamus dari Prof. Wojowarsito. Selain itu, penulis juga banyak menggunakan www.ilovetranslation.com dalam usaha menterjemahkan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan akan dibagi menjadi 5 bab. Kelima bab ini dibagi berdasarkan kronologi reorganisasi. Bab pertama adalah Pendahuluan. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, ruang lingkup dan permasalahan, tujuan, tinjauan pustaka, metode dan sumber, serta sistematika tulisan. Bab 2 menjelaskan tentang Sejarah Dokter-Djawa School dari keadaan yang membuat alasan didirikannya sekolah hingga perubahan besar 1875. Penjelasan pada bab ini hanya mencakup garis besarnya saja. Reorganisasi 1864 dan 1875 memiliki posisi yang cukup penting dalam bab ini. Bab ini penting untuk mengetahui sejarah sekolah kedokteran itu sendiri. Selain itu, reorganisasi 1875 dijadikan perbandingan untuk dikomparasikan terhadap situasi sekolah 1890an hingga 1901. Bab 3 menjelaskan tentang permasalahan yang menekankan pentingnya diadakan reorganisasi sekolah kedokteran. Dasar hukum lama (Staatsblad 1875 no. 265) dengan

(11)

kenyataan di lapangan sangat berbeda. Selain itu, ada situasi-situasi lain yang perlu diperbaiki untuk kemajuan sekolah. Bab 4 menjelaskan tentang hasil reorganisasi dan tanggapan yang muncul setelahnya. Bab ini merupakan isi penting dari skripsi ini. Bab hasil dari proses yang dijelaskan di bab 3. Bab 5 menjelaskan pertanyaan yang diajukan pada bab 1 mengenai permasalahan.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga elemen metode utama tersebut, dijabarkan oleh Rasulullah ke dalam beberapa cara yang lebih aplikatif, di ataranya adalah sebagai berikut: Pertama;

Petugas Advokasi Sosial (PAS) a/ seseorang yang sudah mengikuti pelatihan Advokasi Sosial dan diberi kewenangan melaksanakan tugas advokasi sosial dalam rangka membantu korban

Tidak terdapat hubungan antara frekuensi makan sehari, kebiasaan sarapan pagi, dan kesukaan jajan dengan status gizi (p >0.05), namun demikian frekuensi makan pada contoh

Keberadaan Majelis taklim sebagai lembaga non formal di tengah-tengah masyarakat memberi dampak yang cukup positif dalam meningkatkan kegiatan ibadah dan

1. Siswa menggunakan cerita pada awal pembelajaran. Siswa menemukan strategi dari permasalahan yang diberikan. Siswa menggunakan tangram dalam menyelesaikan LAS dengan benar.

ƒ Diagenesis ketiga terjadi dalam lingkungan fresh water phreatic, yang ditandai oleh pelarutan butiran, matriks dan semen yang membentuk porositas vuggy dan moldic; pelarutan

Foto morfologi permukaan dari spesimen baja dalam larutan NaCl yang telah dilapisi ekstrak daun teh selama 24 jam, setelah itu direndam pada medium korosif pada perendaman

masing kelompok, yaitu: siswa dengan nilai UTS tinggi, siswa dengan nilai UTS sedang, dan siswa dengan nilai UTS rendah. Masing-masing kelompok dipilih tiga siswa. Instrumen yang