• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG

KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/Tanggal Pu k u I Tern pat Ketua Rapat Sekretaris Ac a r a Had i r I 991I1991 III 5 <_lima) Rapat Kerja Terbuka Rabu, 19 Pebruari 1992 09.00 WIB.

Ruang Rapat Komisi IV (KK. IV) Gedung DPR-RI Jalan Jenderal Gatot Soebroto Jakarta.

Ir. Abdurachman Rangkuti Taqwim, S.H.

Pembahasan Tingkat III Rancangan Undang-undang tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

I. Anggota Komisi IV DPR-RI: - 30 dari 44 orang Anggota

2. Pemerintah:

- Menteri Pertanian

- Jajaran Departemen Pertanian.

PIMPINAN KOMISI IV:

I. Ir. A. R. RangkutL 2. H.A. Poerwosasmito, 3. Sutahan M., 4. H. Imam Churmen, 5. Ir. H. Andjar Siswojo.

(2)

ANGGOT A KOMISI IV:

l. Drs. H. Loekman, 2. H. Jamaris Joenoes, 3. Drs. H. Ismail Suko, 4. Hardoyo, 5. Warno Hardjo, S.E., 6. H. Mohammad Soelardi Hadisaputro, 7. Ny. Dra. Sukati Marwoto, 8. Drs. Soedarmadji, 9. Drs. Syarif Said Alkadrie, 10. Drs. H. Sofyan Chairul, 11. H. Mohammad Ali Sri lnderadjaja, 12. Obos Syahbandi Purwana, 13. H. Ibrahim Salam, 14. Ir. Umbu Mehang Kunda, 15. Ir. S.M. Tampubolon, 16. Ny. Petronella Maria lnnacio, 17. PHM. Siahaan, 18. Siswadi, 19. R.P. Soebagio, 20. F. Sukorahardjo, 21. Dra. Siti Sundari, 22. D.P. Soenardi, S.H., 26. Drs. H. Mardinsyah, 27. Drs. H. Muhammad Dja'far Siddiq, 28. H.R. Djaja Winatakusumah, 29. H. Abdul Chalil.

PEMERINT AH:

1. Ir. Wardoyo (Mentan), 2. Nursyirwan Zein, 3. Hamzah Parakusumah, 4. Thamrin Bastari, 5. Mohammad Musa, 6. TMG. Tambunan, 7. M. Winugroho, 8. A.R. Setioko, 9. Setia Mangunsang, 10. Sutjipto, W.S., 11.

Mardoyo, l 2. Suherman, 13. Abdul Salam, 14. Achmad Hidayat, l S.

Supratono, 16. Adi Sarono, 17. Haryadi, 18. Syamsul Bahri, 19. Jafri, 20. Alfataer.

KETUA RAPAT (IR. ABDURACHMAN RANGKUTI):

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan izin Bapak dan lbu, skorsing kemarin kami cabut dan kita lanjutkan rapat kerja ini dan dinyatakan terbuka untuk umum.

. Kemarin kita telah mencoba P'asal 10 RUU, namun yang kita pending J sampai hari ini untuk kita endapkan terutama Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7. , Menurut hemat kami Pasal 4, Pasal 5, P'asal 6, Pasal 7 RUU mempunyai kaitan yang sangat erat satu sama lain sehingga barangkali kalau bisa diselesaikan formulasi atau perumusan yang benar baik secara bahasa maupun dari segi hukum, maka yang lainnya akan mudah kita rumuskan. Mengingat masalah-nya sangat mendasar, maka Pimpinan tadi telah mengadakan Rapat Pimpinan kilat dan mengambil satu kesimpulan lebih baik Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 itu tidak langsung kita debatkan di dalam P'aripuma komisi tetapi dalam forum lobi, maka kami tawarkan untuk kita skors sampai selesai Pasal 4, Pasal 5, P'asal 6, Pasal 7 ini untuk tidak ada debat yang berputar dan kami harapkan Pimpinan Komisi dan Bapak Menteri serta staf yang di-perlukan dan juru bicara masing-masing Fraksi l orang. Dengan izin Bapak dan Ibu maka rapat kami skors lebih kurang 20 menit.

Baiklah kita mulai kembali dengan mencabut skorsing.

Setelah mengadakan lobi, musyawarah untuk mufakat, maka dapat kami laporkan kepada Sidang keputusan yang diambil dalam lobi yang akan kami tawarkan sekaligus kepada Sidang.

(3)

Setelah mempelajari, kesimpulan yang telah dicapai bahwa Pa~al 4. Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 itu merupakan nonna pidana untuk Pasal 27 RUU. Dengan kesepakatan yang demikian itu, maka digunakan kata "wajib" untuk norma pidana sebagaimana dalam puluhan RUU belakangan ini menjadi pegangan, dulu memang pernah mungkin I 0 tahun yang lalu dan sebagainya itu pernah digunakan kata ''harus", maka setelah perkembangan bahasa Indonesia, maka wajiblah untuk norma pidana di mana norma pidana ini mengandung delik hukum, di mana Pasal 4 itu mengandung 3 delik hukum media pembawa, kemudian dimasukkan ke wilayah Negara Republik Indo-nesia, kemudian wajib dilengkapi melalui dilaporkan. Dengan m~lihat ke-sepakatan-kesepakatan itu, demikian pula dengan beberapa istilah yang telah berkembang misalnya saja oleh FABRI "dilengkapi" diganti dengan "disertai", maka tadi dibuka kamus tebal, kalau disertai sepertinya embel-embel, kalau dilengkapi melekat di dalam sehingga lebih kuat dilengkapi, maka dikem balikan ke naskah asli.

Kemudian di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, yang membawa hama penyakit untuk hanya ikan hidup menurut pengetahuan yang ada sampai sekarang. Namun kami di dalam per-musyawaratan berpikiran sesuai dengan usulan FPP bahwa suatu saat ikan juga bisa menjadi media sebagaimana juga ditegaskan oleh Pak Hamzah. Di forum internasional hal ini sudah berkembang walaupun belum ada ke-ten tuan. Maka di dalam Pasal 4 itu ''hidupnya" dihilangkan dengan catatan untuk ikan ini ada penjelasan dalam penjelasan pasal demi pasal menyatakan mengenai ikan hidup yang akan dirumuskan nanti oleh Panitia Kerja. Dengan penjelasan-penjelasan itu, maka kami tiba kepada kesimpulan perumusan Pasal 4 · walaupun masih ada 1 yang pending dan nan ti akan kami kemukakan.

Pasal 4

Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib ; a. Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit bagi hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, ikan, tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan;

b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;

c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina.

Jtulah bunyi naskah Pasal 4 yang pada dasarnya disampaikan substansi-nya hasubstansi-nya penggunaan kata "a tau" pada baris kedua sebelum kata "organisine pengganggu" diserahkan kepada Pemerintah. untuk mendapatkan kepastian/ kebenaran apakah digunakan kata "a tau" a tau pakai kata "dan" saja karena ini menyangkut masalah norma pidana dan bukan masalah bahasa saja,

(4)

masa-lah bahasa juga tetapi kita sudah sepakat norma pidana kita lebih baik berburu kepada yang ahli hukum.

Demikianlah kesepakatan kami dan kami tawarkan kepada sidang apakah dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU) Pasal S

Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina yang diantarpulaukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib: a. Dilengkapi sertifikat kesehatan dari pulau asal bagi hewan, bahan asal

hewan, hasil bahan asal hewan, ikan, tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan;

b. Melalui ternpat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetap-kan;

c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina.

Rumusan substansi Pasal 5 pada dasarnya disepakati dengan catatan

penggunaan kata "a tau" sama perlakuannya dengan Pasal 4. Kemudian "diantarpulaukan" akan disesuaikan dengan Pasal 3 butir b yang perumusan-nya diserahkan kepada Panitia Kerja RUU, dapatkan diterima?

(RAPAT SETUJU)

I

Pasal 6 dengan penjelasan serupa Pasal 4 Ayat ( l) ada perubahan sedikit saja.

Pasal 6

(1) Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia wajib:

a. Dilengkapi sertifikat kesehatan bagi hewan, bahan asa1 hewan,

hasil bahan asal hewan;

b. Melalui ternpa_t-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;

c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat· tempat pengeluaran untuk keperluan tinda.kan karantina.

Ini secara utuh disepakati dan tak perlu di-Panja-kan dan

lanpun•

menjadi naskah RUU, apakah dapat disetujui?

(5)

Pasal 6

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (l) berlaku juga bagi media pembawa hama dan penyakit ikan dan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana yang syaratkan oleh negara tujuan. Itulah kesimpulan dari Jobi Pimpinan, Juru Bicara dan Pemerintah, apakah dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU) Pasal 7

Dalam hal-hal tertentu sehubungan dengan sifat hama dan penyakit hewan atau hama dan penyakit ikan, atau organisme pengganggu tumbuhan, Pe-merintah dapat menetapkan kewajiban tambahan di samping kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.

Dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU)

·Maka dengan sangat lancar kita manfaatkan lembaga lobi.

Kemarin Pasal 8 masih pending di mana kita harapkan Pemerintah dapat memformulasikan dengan baik, maka kami persilakan Pemerintah untuk menyampaikan formulasi barunya untuk Pasal 8 Ayat (2).

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih.

Atas kesempatan Pemerintah untuk mengendapkan dan mengajukan rumusan yang telah kami coba untuk kita lakukan. Pada Pasal 8 Ayat (2) sehingga menjadi sebagai berikut:

Pasal 8

(2) Setiap media pembawa hama dan penyakit ikan karantina atau orga-nisme pengganggu tumbuhan karantina yang dimasukkan ke dalam dan a tau "diantarpulaukan" di dalarn wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina.

Penjelasan Pasal 8 Ayat (2)

Terhadap setiap media pembawa hama dan penyakit ikan dan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, a tau "diantarpulaukan" di dalflm wilayah Negara Republik Indonesia, dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap dokumen barang (cargo manifest, konosemen, dan lain-Jain) untuk

(6)

mengetahui negara atau "pulau" asal. Dengan diketahuinya negara atau "'pulau" asal. sesuai dengan daftar hama dan pen ya kit ikan karantina, a tau daftar organisme pengganggu tumbuhan ·karantina, dan daftar media pembawa hama dan penyakit ikan karantina. atau daftar media pembawa organisme pengganggu t.umbuhan karantina, maka dapat ditentukan perlu tidaknya dilakukan tindakan karantina terhadap media pembawa tersebut.

Demikian dan terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Bapak Menteri yang telah menghimbau kita untuk dapat membantu dalam merumuskan Pasal 8 Ayat (2). Yang punya gawe itu kema-rin FABRI.

Silakan.

FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.); Terima kasih.

Sebelumnya rekan kami ingin menanyakan lebih dahulu. FABRI (F. SUKORAHARDJO):

Kami mohon penjelasan Pak Menteri.

Jadi setelah membaca Pasal 8 Ayat (2) ini, apakah penjelasan ini juga tidak berlaku bagi Pasal 8 Ayat ( l) karena ini suatu ha! yang sama barang-kali sehingga berlaku kedua-duanya.

Terima kasih. K.ETUA RAPAT:

Silakan dijawab dahulu Pak.

PEMERINTAH (MENTER! PERTANIAN/IR WARDOYO): Terima kasih.

Betul kami kira bisa berlaku kedua-duanya. DTUA RAPAT:

Kalau memang demikian penjelasannya kalau begitu Penjelasan Pasal 8 dan bukan Penjelasan Pasal 8 Ayat (2).

Silakan F AB RI.

FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.): Terima kasih.

(7)

- - -

-Kami sangat berterima kasih atas rumusan yang telah dibuat oleh Pe-merintah tetapi ada sedikit, ini sesuai dengan apa yang kami kemukakan di dalam Pasal 4 kata "atau" jadi setiap media pembawa hama dan penyakit dan karantina atau ini kami condong pada kata "dan" sesuai dengan pen-jelasan yang dibuat oleh Pemerintah sendiri terhadap setiap media pembawa hama dan penyakit ikan dan media pembawa.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baiklah, kami kira sebagai konsekuensi keputusan kita itu tadi Pasal 4 mengenai penggunaan kata "atau" ini dan kata "dan" ini kita mintakan ke-tegasan dari Pemerintah maksudnya dari lembaga hukum di Pemerintahan. Jadi dengan catatan itu apakah ada lagi.

FKP (DRS. SOEDARMADJI):

Pada dasamya FK.P menerima substansi yang dirumuskan Pemerintah dan untuk ini menyampaikan ucapan terima kasih. Hal yang perlu kami komentari adalah adanya tanda kutip pada diantarpulaukan, ini kan tidak ber-arti di dalam Undang-undang nan ti tanda kutip itu ada.

Kedua, tentunya dengan sebagaimana disarnpaikan FABRI tadi pada kalimat yang pertama "dan atau" sebagairnana dikomentari oleh Pak Ketua itu tentunya bisa saja nanti dikonsultasikan tetapi kami berpendapat bahwa kalimat ini agak berbeda dengan Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 karena itu norma hukum dan sekaligus nonna pidana sebagaimana dikatakan, sedang-kan Pasal 8 ini lain sehingga kalau kita ketemu "atau" lalu alergi dengan serta-merta karena itu adalah bahasa hukum.

Demikian Pak Ketua. J adi menurut hemat kami bagaimana bailmya yang dikatakan oleh Pak Ketua kepada Pemerintah.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Mengenai tanda kutip diantarpulaukan memang ini akan diserasikan penulisannya dengan kesimpulan pada Pasal 3 butir b yang diserahkan kepada Panitia Kerja nanti tergantung pada fonnulasi Pasal 3 b.

Kemudian mengenai penggunaan "dan atau" ini karena ini tindak pidana barangkali kita bisa kalau tidak ada kaitan dengan norma pidana kalau benar demikian menurut Pasal 8 ini di tempat lain di pidana.

Silakan.

FKP (DRS. H. SOFY AN CHAIR UL):

Di dalam Pasal 8 tertulis dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap dokumen barang (cargo dan sebagainya), yang menjadi pertanyaan kata "dan 811

(8)

lain-lain". ini mengandung bermacam arti mungkin saja misalnya kebetulan di kapal atau apa ada yang aneh, kalau bisa dihilangkan bisa diganti dengan apa yang bisa diperiksa, tertentu saja a tau bisa juga dalam kurung ini dihapus semuanya. Jadi hanya terhadap dokumen barang. Dokumen barang itu kan macam-macam, kalau mau dimasukkan ditulis l, 2, 3 sampai Z.

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Teri ma kasih.

Bagus hati-hati benar untuk menyusun Undang-undang ini; tapi ada jalan keluamya menurut hemat kami untuk membantu, terhadap dokumen barang (seperti cargo manifes konsumen dan konosemen) lain-lainnya itu hilang. ltu hanya pemikiran saja, tapi memang benar dalam naskah Undang-undang kata "lain-lainnya" itu bisa berkonotasi macam-macam.

Selanjutnya kami persilakan kepada FPP. FPP (DRS. H. MARDINSYAH): Terima kasih Saudara Pimpinan.

Setelah kami membaca dan mendengarkan penjelasan dari Pemerintah mengenai Pasal 8 ini, dan kemudian dari rekan F ABRI dan FKP, tadi dijelas-kan bahwa Pasal 8 tidak ada ayatnya, jadi satu saja.

Kemudian mengenai kata "a tau" ini; sebenamya kita lebih tepat me-makai "dan ". Jadi setiap media pembawa hama dan penyakit ikan karantina dan organisme pengganggu tum buhan karantina dan seterusnya. Jadi kami kira cukup dengan "dan" saja di sini dan tidak perlu di-Panja-kan.

Kemudian, memang tanda kutip ini tentu tidak ada di dalam penulisan Undang-undang kita. Dan juga sependapat dengan saran dari FKP mengenai dokumen; '1ain-lainnya" dihilangkan.

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami persilakan kepada FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Terima kasih.

Dari kami supaya ada ketegasan sekarang mengenai masalah "dan atau ini, supaya ditetapkan juga tidak dibawa kepada Panitia Kerja, oleh karena Pasal 8 itu lain dengan Pasal 4. Dan juga mengenai masalah penjelasan Pasal 8; tadi telah dikemukakan mengenai masalah dokumen ini, dan Bapak Ketua

(9)

memberikan saran "seperti". dan dari kami Jebih baik ditutup t1uk ~..tJa. tidak ada "seperti" dan sebagainya. Oleh karena masalah dokumen rnungkin ada yang rnacam-macamnya itu, lebih baik dianukan saja.

Sekian terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Sebagai penjelasan ini, Pasal 8 ini ada tanda kutip diantarpulaukan, konsekuensi daripada Pasal 3 b yang kita Panitia Kerjakan untuk dirumuskan. Maka dia mau tidak mau itu di-Panja-kan. Baiklah kami persilakan kepada Pemerintah untuk menanggapi beberapa saran untuk Pasal 8 yang tadi telah berkembang termasuk penjelasannya.

PEMERINTAH (MENTER! PERTANIAN/IR. WARDOY0)1 Terima kasih.

Kami kira mengenai antar pulau sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh Bapak Ketua. Sedangkan mengenai pemeriksaan terhadap dokumen, ini memang mungkin kalau barang-barang tentengan ini dokumennya berupa ' rnanifes maupun ... tidak ada, tetapi perlu ada surat keterangan. Oleh karena ' itulah maka, kita cantumkan di situ "dan lain-lain" tadi, jadi maksudnya itu. Tetapi kami kira kalau dibatasi pada dokumen barang, itu kami kira "dan lain-lain" sudah termasuk di dalamnya, kami kira demikian.

Mengenai Pasal 8 Ayat (2), mengenai kata-kata "atau", dipertanyakan apakah digantikan "dan" atau tetap "atau" begitu. Karena di sini yang kita maksudkan media pembawa hama dan penyakit ikan karantina, ini yang akan dimasukkan ke dalam atau diantarpulaukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, dikenakan tindakan karantina. Jadi tindakan karantina itu bisa dikenakan, baik kepada media pembawa hama dan penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu tumbuhan karantina, baik masing-masing. Kalau di antara dua-duanya, itu juga dua-duanya juga harus kena

I begitu. Oleh karena itu di sini kita rumuskan "atau". I

KETUA RAPAT: Terima kasih.

[ Baiklah kata "a tau" dan "dan" ini jadi susah kita. Tapi kami kira

,

1

· memang hanya tinggal itu, kami 1ebih baik kita tanyakan saja kepada ahli bahasa.

FKP (DRS. SOEDARMADJI): INTERUPSI Terima kasih.

Pada kalimat Ayat (2) Pasal 8 ini, menurut hemat kami apa yang telah disampaikan oleh pihak Pemerintah, ini juga tetap dan benar. Jadi sekali 813

(10)

lagi bukan ada kaitannya dengan pasal-pasal yang telah kita bahas. Jadi, setiap media pembawa hama dan penyakit ikan karantina atau organisme ... jadi yang dikenakan itu bisa a atau b, ini kalimatnya, atau bisa kedua-duanya.

ltu yan ~ pertama.

Kemudian yang kedua, dengan tidak bermaksud untuk mengembangkan permasalahan, tadi kalau tidak salah telah disepakati penjelasan Pasal 8 ini berlaku untuk Ayat (1) dan Ayat (2). Temyata Pasal 8 itu ada Ayat (3 )-nya; Ayat (3) itu kalau dikenakan, itu tidak kena. Jadi mungkin di situ tertulis penjelasan Pasal 8 Ayat ( l) dan Ayat (2).

Demikian, terima kasih.

Sedikit ada tambahan dari rekan kami. FKP (IR. UMBU MEHANG KUNDA): Terima kasih.

Jadi kalau itu dijadikan penjelasan Pasal 8 Ayat (1) dan Ayat (2), maka kalimatnya ini harus ditambah, karena rumusan yang ada di situ baru me- , nyangkut ikan dan tumbuhan, sedangkan hewan belum. Oleh karena itu

se-belum kalimat pertama, itu harus ditambahkan dulu terhadap setiap media pembawa hama dan penyakit hewan dan seterusnya, kalau mau diperlakukan menjadi penjelasan Ayat ( l ).

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami kira koreksi dari FKP mengenai Ayat (l) dan Ayat (2), karena Pet'nerintah tadi sudah menjelaskan termasuk itu, maka konsekuensi daripada itu media pembawa penyakit hama, penyakit hewanpun harus masuk karena itu yang di Ayat {1) ditambahkan, media pembawa hama penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, dan seterusnya. lni hanya sekedar membantu.

FKP (DRS. SOEDARMADJI): INTERUPSI l"erima kasih.

Itu kata "karantina" kok jadi hilang? Mestinya ada itu Pak. Jadi hama dan penyakit hewan karantina dan seterusilya.

KETUA RAPAT:

Jadi memang maksudnya yang karantina saja, atau semua? Karena yang diminta oleh F ABRI semua, yang karantina maupun yang tidak harus diperiksa awal. Tapi baiklah kita minta penjelasan dari pihak Pemerintah.

(11)

PEMERINTAH (MENTER.I PERTANIAN/IR. WARDOYO)t Terima kasih Saudara Ketua.

Mungkin kami mohon waktu sebentar untuk merumuskannya, k:ira-tira

10 menit.

KETUA RAPAT:

Khusus untuk Anggota Komisi IV, kita memang merencanakan untuk berta'ziah atas wafatnya Bapak Adjat, hari Jumat pukul 14.00 beran8kat menuju Bandung lan~ung ke Sumedang. Namun tadinya kita ingin ·manfaat-kan sebagai Jobi formal sebagaimana pernah kita laku·manfaat-kan, tetapi ada 2 Fra.ksi . yang tidak dapat berangkat, sehingga tadi sudah kami laporkan kepada Bapak . Sekretaris Jenderal bahwa lobi formal ini tidak dapat kita lakukan. Namun I demikian kalau 2 Fraksi saja, FPP ada yang bisa berangkat? Tidak bisa. : Jadi meµurut kami kita tunda saja menunggu sampai 4 Fraksi bisa

~ .

I berangkat.

Baiklah sidang yang kami hormati, skorsing kami cabut kembali. , Kami persilakan kepada pihak Pemerintah untuk memberikan pen-: jelasan Pasal 8 Ayat (2) termasuk penjelasannya.

PEMERINTAH {MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih.

Pertama-tama kami rnengucapkan terima kasih atas diberikan waktu untuk bisa meneliti lebih mendalam. Jadi setelah kita lihat, maka Pasal 8 Ayaf {l) ini adalah mengatur tindakan karantina bagi media pembawa hama dan penyakit hewan. Dan penyakit hewan ini otomatis memang harus kena tindakan karantina. Sedangkan penjelasan sebagaimana tadi kami sampai-kan, kami kira mengeilai media pembawa penyakit ikan dan media pembawa organisme pengganggu, oleh karena itu dengan mohon rnaaf pemyataan itu kami cabut, penjelasan yang tadi menyatakan bahwa penjelasan itu adalah untuk Ayat (1) dan Ayat (2), akan tetapi hanya untuk Ayat (2)-nya saja. Karena sekali lagi hanya untuk media pembawa hama clan penyakit hewan, karantina itu kami kira semua kena tindakan karantina. ·

i Sedangkan yang rnungk:in tidak terkena tindakan karantina dengan I berdasarkan kepada asal maupun keadaan daripada negara asal atau negara I

. asal, ini kami kira hanya untuk media pernbawa hama dan pe_nya~~ ikan rnaupun turnbuhan. Jadi pemeriksaan pendahu_luan yang rnungkin ditindak-lanjuti dengan tindakan karantina, itu hanya berlaku untuk media pembawa hama dan penyakit ikan maupun media pembawa turnbuhan. Jadi dengan demikian, kami sekali lagi mohon rnaaf bahwa tadi rnemberikan keterangan ·yang kurang tepat, dengan demikian kami ralat.

(12)

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Bahwa penjelasan Pasal 8 yang tadinya kita kembangkan menjadi 2 ayat, ternyata kurang tepat.

Kami persilakan kepada FABRI khusus menanggapi kembalinya pen-jelasan Pasal 8 Ayat (2).

FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.): Terima kasih.

Dengan keterangan Pemerintah tadi, apakah yang dimaksudkan pen-jelasan PasaJ 8 Ayat (2) itu seperti rumusan yang ada ini atau ditambah karantina? Jadi kalau penjelasannya seperti yang dirumuskan artinya bukan terhadap setiap media pembawa hama dan penyakit ikan karantina, tetapi seperti ini, kami sependapat. Sebab kalau ditambah dengan karantina, justru Pasal 8 Ayat (2) dari secara akontrario yang bukan karantina tidak diadakan ' pemeriksaan pendahuluan. Oleh sebab itu kami setuju perumusan yang dari Pemerintah.

K.emudian masalah rumusan Pasal 8 Ayat (2); tadi Pemerintah ber-ketetapan di sana memakai kata-kata "atau", sedangkan kami menghendaki kata "dan". Dalam hal ini jangan hendaknya kita membedakan, apakah ini

1

norma

hukurn atau bukan'? Senjata hukum itu adalah bahasa, manakala ,

bahasanya itu salah, ya salah. Jadi apakah itu norma hukum atau bukan, yang penting bahasa itu adalah baik dan benar. Jadi oleh karena itu kami tetap berpendapat pada Ayat (2) ini, "setiap". Dengan kata "setiap" itu apapun juga bentuknya media pembawa hama dan penyakit ikan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantina, nah di situlah kata "dan". Dan ini sebenarnya sudah sesuai dengan penjelasan yang dirumuskan oleh Pemerintah sendiri; terhadap setiap media pembawa hama dan penyakit ikan dan . . . . Demikian, ini menjadi masalah "dan" "atau" itu bukan karni alergi. Jadi ini soal bahasa yang baik dan benar.

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terirna kasih.

Baiklah kami kira soal b~hasa kalau kita perdebatkan seleranya macam-macam nanti. Jadi walaupun ada patokan-patokan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi kita sering berdebat soal bahasa. Kami kira nanti kita sepakat untuk mengundang seorang ahli bahasa nanti di Panitia Kerja. Jadi setelah kita dengar dikembalikan ke Ayat (2), ini tentunya perlu ditanggapi lagi.

(13)

FKP (DRS. SOEDARMADJI): Teriri:ta kasih.

· Jadi dengan tidak bermaksud memperpanjang permasalahan pada forum ini, kami sependapat dengan apa yang telah disampaikan oleh Saudara Ketua, . bahwa ininanti ki~a tanyakan kepada ahli bahasa.

Kemudian penjelasan yang disampaikan adalah penjelasan Pasal 8 Ayat (2), dus kita terima dalam keadaan telanjang seperti itu artinya, apa adanya. seperti dirumuskan oleh pihak Pemerintah.

Derriikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Tenma kasih.

Kami silakan kepada FPP.

FPP .(DRS. H. MARDINSY AH): Terima kasih.

Kami setuju dengan usulan daripada Bapak Ketua .. Sekian terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kam:i persilakan kepada FPDI.

FPl)i (H.R. DJADJA_ WINATAKUSUMAH): Terima kasih.

Kami setuju dengan usulan Bapak Ketua. Dernikian, terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Baiklah, kami kira kita sudah menjurus ke arah keputusan. Kami akan · bacakan ada penyempurnaan tadi yang disepakati, tapi yang belum sepakat kita gunakan apa adanya dulu, dan nanti redaksinya kita serahkan kepada Panitia Kerja. Baik kami bacakan Pasal 8 Ayat (2). Setiap media pembawa hama dan penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu tumbuhan karantina yang dimasukkan ke dalam dan afau diantarpulaukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina. Penjelasan Pasal 9 Ayat (2) tidak kami bacakan seluruhnya, mengenai cargo, manifes dan lain-lain itu, dihapus. Jadi terhadap dokumen barang untuk

(14)

mengetahui dan selanjutnya. Perumusan dengan catatan untuk kata "atau" dan kata "dan" itu sama diperlakukan dengan Pasal 4, maka kita dapat me-nerima formulasi ini.

Apakah dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU) Baiklah kita teruskan kepada Pasal 10 Ayat (2). FKP (DRS. SOEDARMADJI): INTERUPSI Terima kasih.

Jadi penjeJasan Pasal 9 butir h yang sudah dibuat oleh Pemerintah, kita tuntaskan sekaligus sehingga Pasal 9 dapat kita selesaikan secara ke-seluruhan.

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih,

Baiklah kami kira kemarin kita juga mengharapkan kepada Pemerintah untuk menyusun suatu naskah penjelasan Pasal 9 butir h. Untuk itu kami persilak.an.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih.

Mengenai penjelasan Pasal 9 butir h, adalah sebagai berikut: yang di-maksud dengan pembebasan dalam pasal ini adalah pembebasan:

a. Media pembawa hama dan penyakit hewan karantina untuk dimasukkan ke dalam atau dimasukkan atau dikeluarkan dalam rangka atau pulau di dalam clan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia; b. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu turnbuhan karantina untuk dimasukkan ke dalam dan di-masukkan atau dikeluarkan dalam rangka antar pulau di dalam wilayah Negara Republik Indonesia;

c. Media pembawa hama dan penyakit ikan atau organisme pengganggu tumbuhan untuk dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia. Pembebasan media pembawa sebagaimana dimaksud di atas dilakukan setelah media pembawa yang bersangkutan memenuhi seluruh persyaratan yang ditentukan dan bebas atau dapat dibebaskan dari hama dan penyakit hewan karantina atau hama dan penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu tumbuhan karantina.

(15)

Atas dasar hal tersebut di atas. maka untuk pembebasan media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan yang

di-masukkan dalam rangka antar pulau selalu disertai dengan pemberian

serti-fikat pelepasan. ·

Sedangkan untuk pembebasan media pembawa yang dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia dan yang dikeluarkan dalam rangka an tar pulau, disertai dengan pernberian sertifikat. keseh~tan.

Kami kira demikian penjelasan dari kami. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih. Silakan· kepada FKP. FKP (DRS. SOEDARMADJI): Terima kasih.

Jadi terima kasih atas pekerjaan rumah yang dikerjakan dengan baik sekali, sehingga dengan demikian pada dasarnya padat menerima. Hanya ada catatan kecil, dus antar tanda kutip pada antar pulau, kami kira dihapus-kan.

Lalu kemudian pada huruf a, di belakang kata "Negara Republik In-donesia", kami kira itu adalah titik koma ( ; ). Demikian juga pada huruf b, pada antar pulau dihilangkan tanda kutipnya ( " ), dan di belakangnya juga titik koma ( ; ), dan c itu betul. ·

Demikian juga pada bagian bawah, itulah tanda kutip pada antar pulau dihilangkan. Dengan demikian maka FKP menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pihak Pemerintah.

Demikian terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Baiklah prinsipnya sudah disetujui, hanya tinggal masalah penulisannya saja. Namun demikian masih ada konsekuensi daripada Pasal 3 huruf b, maka kami ingin menawarkan penjelasan Pasal 9 butir h, dengan perbaikan redaksi setelah Pasal 3 huruf b dirumuskan Panitia Kerja, ini dapat kita terima untuk diserahkan kepada Panitia Kerja untuk merumuskan formu~ · lasinya.

Dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU)

Apakah Pasal I 0 Ayat (2) sudah ada formulasinya? Karena· kemarin kita serahkan kepada Pemerintah supaya dapat merumuskannya.

(16)

PEMERINTAH (MENTERI PERT ANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih.

Jadi kami kira yang menjadi masalah kemarin adalah mengenai penyakit karantina. Jadi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bahwa bahan asal hewan ataupun hasil bahan asal hewan itu dapat merupakan media pembawa penyakit hewan yang merupakan penya.kit zoonosa. Sedang penyakit zoonosa ini di samping bisa merupakan penya.kit hewan karantina, juga dapat merupakan penyakit karantina bagi manusia. Dengan demikian baik dokter hewan karantina maupun dokter kesehatan pelabuhan yang bertanggung jawab dalam hal pencegahan penyebaran pe-nyakit karantina untuk manusia, mempunyai kepentingan yang sama terhadap media pembawa penyakit hewan yang diduga mengandung penyakit hewan karantina ataupun penya.kit karantina manusia.

Atas hal tersebut di atas apabila di dalam memeriksa bahan asal hewan maupun hasil bahan asal hewan, ditemukan penya.kit yang diduga merupakan penyakit karantina untuk manusia, maka dokter hewan karantina di pelabuh-an ypelabuh-ang berspelabuh-angkutpelabuh-an mengadakpelabuh-an koordinasi dengpelabuh-an dokter kesehatpelabuh-an pelabuhan setempat.

Kami kira demikian sebagai penjelasan, mengapa dicantumkan koor-dinasi dengan instansi yang bertanggung jawab di bidang penyakit karantina.

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami persilakan kepada FPP. FPP (DRS. ff. MARDINSYAH): Terima kasih.

Kemarin kami mengungkapkan bahwa apakah juga ada penyakit atau hama dari ikan atau tumbuhan yang dapat membahayakan daripada manusia? Kalau ini ada, alangkah baiknya kita cantumkan dalam hal ini. Sebab ini · untuk jangka panjang, bukan untuk saat ini saja.

Demikian. terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Memang apa ada, hama dan penyakit tumbuhan atau ikan itu yang ber-bahaya bagi kesehatan manusia?

(17)

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih.

Jadi memang sampai sekarang tidak ada penyakit ikan yang bisa menular kepada manusia. Namun ada kemungkinan zat yang terdapat pada ilcan atau-pun bahan ikan yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Misalnya · kalau itu mengandung Afatocsin. Sebetulnya Afatocsin ini disebabkan oleh suatu cendawan yarig bisa ada pada hasil ikan yang kalau itu kena manusia dalam dosis melebihi, memang bisa menjadi sakit. Karena kemarin ada ke-mungkinan bahan atau hasil ikan itu mempengaruhi, sehingga kami kira atas dasar itu untuk mengantisipasi kemungkinan yang akan datang, kami kira bisa untuk kita masukkan penyakit hama maupun penyakit ilcan yang juga : perlu dikoordinasikan.

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Apakah dapat diformulasikan secara lengkap di sini, apakah kita skors dulu sebentar.

FKP (IR. UMBU MEHANG KUNDA): INTERUPSI · Terima kasih.

Maksudnya di dalam memformulasikan penjelasan Pasal I 0 Ayat (2) itu. Jadi barangkali yang perlu dijelaskan sebelum penyakit karantina yang membahayakan manusia, barangkali diacu lebih dahulu menyangkut penyakit karantina itu. Supaya dalam penjelasan itu orang sudah jelas, jangan meng-ungkap Undang-undang Nomor 1 Tahun 1962, baru jelas. Jadi kita samakan dengan yang kemarin seperti yang diungkapkan oleh FPP, bahwa sebetulnya yang dirnaksud penyakit karantina itu adalah penyakit manusia karantina, kan begitu. Cuma karena belum lazirn, jadi kita mengacu kepada Undan~ undang Nomor I Tiihun 1962. Oleh karena itu sebelum penjelasan seperti terdapat dalam naskah RUU ini, mungkin yang dimaksudkan dengan penya.kit karantina itu adalah penyakit manusia yang dikarantina, atau bagaimana? Sehingga setelah itu baru dilanjutkan dengan penjelasan sesuai naskah. Ini hanya rumusan formulasi saja Pak, supaya yang membaca Undang-undang ini nan ti jelas.

Kami kira demikian, terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Baiklah kami kira apa yang telah disampaikan oleh FKP tadi, ada ke-ielasan penyakit karantina ini, di sini memang disebut penya.kit karantina

(18)

yang membahayakan terhadap manusia. Apakah kita skors untuk beberapa menit?

FKP (DRS. SOEDARMADJI): INTERUPSI Terima kasih.

Satu kasus mungkin yang perlu kita waspadai juga, yang mungkin tidak termasuk di dalam penyakit karantina. Contohnya saja, ikan di laut karena kemajuan daripada industri, dia terkena polusi, dan ikan itu mati kemudian dimakan oleh manusia. Karena dimakan oleh manusia, ya berarti manusianya juga kena penyakit dan berpengaruh mungkin secara genetika, apa kepada keturunannya, atau apa itu. Tapi yang pasti ada penyakit yang ditularkan oleh ikan yang tidak hanya semata-mata dikualifikasikan di dalam penyakit karantina. Dus ini mungkin menjadi bahan tambahan di dalam Pemerintah akan merumuskan itu. Dus kalau ada kasus, mungkin kasusnya seperti itu.

Demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

FADRI (D.P. SOENARDI, S.H.): INTERUPSI

Kemarin kami juga mengajukan suatu permintaan sehubungan dengan apa yang ditanyakan oleh FPP, kenapa masalah ikan tidak dimasukkan, dan hanya disebutkan hewan atau asal hewan yang mengandung penyakit karan-tina, kami minta kalau perlu dijelaskan oleh Kepala Bagian Karantina dari Departemen Pertanian, penyakit apa saja yang dari hewan atau mungkin

dari ikan yang bisa menular kepada manusia. Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Sebelum kita skors ada pertanyaan datang lagi. Ka.mi persilakan kepada Pernerintah.

PFMERINT AH (MENTE.RI PERT ANIAN/IR. W ARDOYO): Terima kasih.

Kami kira kami minta bantuan kepada Saudara Hamzah, apakah contoh-contoh penyakit ikan yang bisa menular kepada manusia atau penyakit hewan yang bisa menular kepada manusia.

(19)

PEMERINTAH (DEPARTEMEN PERTANIAN/IR. HAMZAH PARAKUSUMAH):

Bapak Menteri y.ang terhonnat.

Dan Bapak-bapak Anggota Dewan yang kami honnati.

Memang kebetulan kami sudah merumuskan untuk menjawab dari F ABRI yaitu pertama jenis-jenis penyakit yang terdapat pada ikan atau sudah mati maupun hidup yang dapat ditularkan ke ikan maupun udang hidup. Pertama parasit mixosparibia ini didapat basil penelitian daripada pakar IPB, parasit ini sudah menjadi masalah dunia dan juga termasuk di Indonesia. parasit ini juga .sudah termasuk dalam daftar OAE dan sampai sekarang belum dapat diberantas dengan melalui pengobatan konvensional. Parasit ini membentuk spora dan spora ini dapat tahan lama apabila spora ini, berada pada tempat yang kondisinya lembab, dan mampu bertahan sampai 12 tahun, spora ini sangat berbahaya terutama terhadap benih ikan, dan ikan yang besar pun dapat diserang.

Spora ini hampir semua terdapat pada organ-organ ikan termasuk daging ikan, spora ini dapat terdeteksi setelah 15 s/d 40 hari, setelah penyerangan. Kematian ikan terhadap parasit ini dapat mencapai 90%.

Yang kedua ialah kosidia ini termasuk parasit juga. KETUA RAPAT:

Yang ditanyakan tadi yang membahayakan terhadap manusia juga, apakah membahayakan terhadap manusia?

PEMERINTAH (DEPARTEMEN PERTANIAN/IR. HAMZAH PARAKUSUMAH):

Kalau dari segi soonasis ialah contohnya adalah cacing, anisakis, yang terdapat pada daging ikan, ini parasit yang bisa membahayakan manusia, yan~ mengakibatkan keseirnbangan daripada syaraf.

Yang kedua, adalah cacing dari golongan setoda terdapat pada ikan Salmon.

Sedangkan kita sudah mengimpor ikan salmon, kedua jenis cacing ini dapat tertular pada manusia apabiJa cara rnemasaknya kurang sempurna, sehingga penyakit itu sering berjangkit di Jepang, karena di Jepang senang dengan ikan mentah.

Penyakit soonosis pada hewan, barangkali kami bacakan dan Bapak Direktur Jenderal peternakan akan lebih tahu. Tapi kami sebutkan saja. Pertama, TBC, Aniak, Rabies, Leptosperosies dan ada beberapa lagi. Terima kasih.

(20)

KETUA RAPAT:

Terima kasih atas penjelasan dan kami kira cukup jelas.

Baiklah kalau begitu kita skors saja untuk memformulasikan lebih baik, antisipasi kita itu. Kepada Pemerintah barangkaii dapat menyusunnya dan dibantu den~ slide nanti.

(RAPAT DISKORS) KETUA RAPAT:

Skorsing kami cabut kembali, kita mulai lagi rapat kerja.

Sesuai kesepakatan kita, silakan kepada Pemerintah untuk menyajikan formulasi yang dapat lebih menyempumakan Pasal 10 Ayat (2).

Silakan.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Bapak Ketua, dan Bapak/lbu yang kami hormati.

Jadi dengan beberapa penjelasan tadi, dapat dirumuskan Pasal I 0 Ayat (2) sebagai berikut "Pemeriksaan terhadap hewan bahan asal hewan, basil bahan asal hewan, clan ikan dapat dilakukan koordinasi dengan instansi lain yang bertanggung jawab di bidang penyakit · karantina dan ikan yang membahayakan kesehatan manusia ":

Sebagai penjelasan, kami kira seperti tadi yang kami kemukakan, ''hewan bahan asal hewan atau basil bahan asal hewan dan ikan dapat merupakan media pembawa penyakit hewan dan ikan yang merupakan penyakit soonosa. Penyakit soonosa ini, di samping bisa merupakan penyakit hewan karan-tina atau dapat merupakanjuga penyakit karankaran-tina manusia.

Deng.an demikian baik dokter karantina maupun Dokter kesehatan pelabuhan yang bertanggung jawab dalam hal pencegahan penyebaran pe-nyakit karantina mempunyai kepentingan yang sama terhadap media pem-bawa penyakit hewan yang diduga mengandung penyakit hewan karantina maupun karantina manusia.

Atas dasar hal tersebut di atas apabila di dalam memeriksa bahan asal hewan maupun karantina manusia, Dokter hewan karantina di pelabuhan yang bersangkutan mengadakan koordinasi dengan Dokter kesehatan pe-labuhan setempat.

Sedangkan yang dimaksud dengan instansi yang bertanggung jawab

di bidang penyakit karantina adalah Dokter yang bertugas di kantor Kesehat-an PelabuhKesehat-an. DKesehat-an yKesehat-ang dimaksud dengKesehat-an penyakit karKesehat-antina adalah pe-nyakit sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor I Tahun 1962

(21)

dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1962 yaitu Pes, Kolera, Demam. Kuning, dasar, Typus beserta wabah dan demam bolak-balik.

Kami kira demikian sebagai penjelasan. KETUA RAPAT:

Terima kasih Bapak Menteri.

TeJah diinformasikan di layar un tuk Pasal I 0 Ayat. (2) sudah lebih sempuma, walau tumbuhan belum ada.

Kami persilakan.

FPP (DRS. H. MARDINSYAH): Terima kasih.

Pak Menteri yang telah memberikan jalan ke luar untuk memasukkan ikan. Namun ada kekurangannya, apakah tidak diberikan tambahannya "Bahan asal ikan", umpamanya seperti tepung ikan yang sudah dijadikan kulit. Kemudian tulang ikan. Jadi "bahan asal ikan" ''hasil bahan asal ikan" apakah begitu atau bagaimana?

Jadi terangkum semua daripada jasad ikan itu. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, kami persilakan FKP. FKP (DRS. SOEDARMADJI): Saudara Pimpinan.

Sebelum kami memberikan komentar, kami mohon dari Pemerintah dapat menanggapi apa yang disampaikan rekan FPP terlebih dahulu.

T erima kasih. KETUA RAPAT: Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO):

Bapak Pimpinan kita membicarakan mengenai "ikan hidup" di situ kita tulis "ikan", di mana di dalam penjelasan nanti akan dijelaskan bahwa sampai sekarang itu masih ikan hidup, tapi mungkin pada waktu yang akan datang tennasuk bahan.

aeh karena itu kapal ikan ini, dalam penjelasan akan dimasukan seper-ti i tu.

(22)

. KETUA RAPAT:

Silakan FKP.

FKP (DRS. SOEDARMADJI):

Terima kasih saudara Ketua dan Bapak Menteri yang saya horrnati, dan terima kHih atas penjelasan yang disampaikan FKP terhadap penjelasan Bapak Menteri menetima rumusan yang ada daripada Pasal IO Ayat (2) .

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih silakan FABRI. FADRI (D.P. SOENARDI, S.H.):

Apa tidak Jebih baik kembali kepada FPP dulu mengenai penjelasCll Bapak Menteri.

KETUA RAPAT:

FPP (DRS. H. MARDINSYAH): Terima kasih.

Bapak Pimpinan dan Bapak Menteri, kita kembali kepada perumusan tadi ikan dipasal selanjutnya. Kemudian tentu dalam penjelasan tentang ikan yang tadi dirumuskan oleh Pak Menteri, kami dapat menerima rumusan se-perti ini Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPA T: Teri.ma kasih. Sil akan F AB RI.

FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.):

Bapak Menteri dan sidang yang kami muliakan.

Setelah mempelajari rumusan yang telah disampikan oleh Pemerintah dCll penjelasan-penjela.an berikutnya, maupun penjelasan dari bidang karan-tina. Secara kebetulan ini sesuai dengan DIM yang diajukan oleh FABRI hanya ditambah"dan ikan"tadi. Dengan demikian hanya kecuali penulisan "koordinasi''apakah dengan satu"O''atau dua"o", kami tidak menjadi Kami kapat menerimanya.

(23)

KETUA RAPA T: Terima kasih.

Kemarin kita putus dengan memakai kata "koordinasi"sesuai didalam kamus.

Baik kita lihat penulisan yang ada di slide, itu ada lrurang koma satu, bahan hewan.

~ngan penambahan (,) koma yang disebutkan tadi, saya kira Pasal 10 Ayat (2)substansi dan penulisannya dapat kitasetujui.

(RAPAT SETUJU)

Kemudian penjelasannya saya kira srbstansinya dapat disetujui

diserah-kcn kepada PANJA, nan ti untuk mengeditnya. dapat disetujui? (RAPAT SETUJU).

Ki ta maju ke Pasal 11 yang puny a gavve disinf 4 Fraksi, lei ta mulai dari , belakang dahuJu dari FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH):

Saudara Ketua dan Pak Menteri. Dari kami Pasal 11 ini, ada kalimat tambahan setelah "pengarnatan" itu ditambah "instansi berwenang", tapi biarpun jawaban Pemerintah disana tulisannya sudah ada, dan kurang se-' pendapat. Tapi kami ingin penegasan walaupun ini dalam rangka kekaran~ · tinaan, memang ini instansi karantina, tetapi disana Pemeri.ntah istilahnya I kurangsependapat.

, Jacli kalau pengertiannya kurang sependapat atau adakalanya tidak, kami

1

minta adanya ketegasan. Sekian dan terima kasih. KETUA RAPAT: Sil akan FKP.

FK.P (NY. DRA SOEKATIMARWOTO):

Terima kasih Bapak Ketua, Bapak Men teri yang kami hormati, dan rekan-rekan sekalian yang say a hormati.

Dalam DIM FKP sesuai pasal-pasal sebelunmya, Pasal 11 kita mengi-nginkan untuk dirubah, menjacli Pasal 12. Kemudian ada penambahan kata "terhadap"setelah kata" lebih lanjut", dan kalimat"sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 10", diganti dengan kalimat"sebagamana dimaksud dalam Pasal 11", sehingga hasil penyempumaan adalah sebaga beJikut, Pasal 12"Un tuk mendeteksi lebih lanjut temadap hama dan penyaki the wan karan-tina, atau hama dan penyakit ikan karankaran-tina, atau organisme pengganggu tumbuhan karaltina tertentu yang karena sifatnya memerlukan waktu lama dan atau sarana dan koodisi khusus, maka terhadap me-dia pembawa yang

(24)

telah diperi.ksa sebagamana <imaksud dalam Pasal 11 dapat dila-·kukan pengasingan untuk diadakan pengamatan". Demikian Bapak Ketua.

Te rim

a

kasih. KETIJ RAPA Ti

Terima-kasih. Silakan FABRI. FADRI (D.P. SOENARDI, S.H.):

Bapak Menteri dan sidang yang kami muliakan.

FABRI dalam DIM mengusulkan pertama rumusan dan tulisan di~m­ pumakan dengan pakairkoma-koma tadi termasuk "ikan".

Kernudian yang kedua menghapuskan kata "atau" sebelurn kata "ikan karan-tina", dan juga rnenghapuskan kata "maka, di belakang". "Kata-kata "maka", "sehingga", "tetapi" itu di dalam rumusan Undang-undangtidak wajib dipakai. Dengan demikian rumusan F.ARRI adalah ''Untuk mendeteksi lebih laJtjut terhadap hama dan penyakit hewan· karantina, hama dan penyakit ikari karantina, atau organisme pengganggu turnbuhan karantina tertentu yang karena sifatnya memerlukan waktu lama, sarana atau kondisi khusus, terhadap media pembawa yang telah diperiksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal IO dapat dilakukan pengasingan untuk diadakan pengamatan".

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, Silakan FPP.

FPP (DRS. H. MARDINSYAH):

FPP menambahkan '"hama dan penyakit" di depan kata ''ikan".

Saya bacakan rumusannya"Untuk mendeteksi iebih lanjt hama dan penyakit hcwan karantina atau h~a dan penya.kit ikan karantina atau organisme tumbuhan karantina tertentu yang karena sifatnya memerlukan waktu lama dan atau sarana dan kmdisi khusus maka terhadap media pembawa hama yang telah diperiksa sesuai clengan ketentuan dalam P~al 10 dapat dilakukan pengasingan un tuk diadakan pengama tan".

Sekian Pak. KETUA RAPA T:

Teri.ma kasih ada beberapa penyempurnam-i naskah yang diajukan oleh Pemerintah terhadap Pasal 11. Pertama mengenai terlladap kata"maka" dihapus, kemudian ada tambahan kata'"hama dan penyakit"sebelum"ikan". Sedangkan FABRI hmya menggunakan satu kata"atau"dan FPDI perlu menambah"pengamatan oleh instansi berwenang Peneg~an".

Kami perailakan Bapak Menteri barangkali dapat menegaskan kembali apa yang dikemukakan didalam tanggapan terhadap DIM Fraksi-fraksi.

(25)

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIA~/lll. WARDOYO): ~

Bapak Pimpinan dan anggota yang kami hohnati.

Terhadap usu! FKP dan FABRI, untuk menambahkan kata ''terhadap" setelah kata''lbih lanjut"dan perubahan kalimat "sesuai dengan ketentuan Pasa1 I 0 "meajadi lebih "sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ". Pada Pasal 11

Pemerintah sependapat karena tidak merubah substansinya.

Demikian juga mengenai penghapusan kata"atau''sebelum kata "ikan karantina" atas usu1 FABRI dapat diterima oleh Pemerintah.

Akan tetapi untuk penghapusan kata"maka", dibelakang kata "khusus", Pemerintah kurang sependapat karena kata "maka"berfungsi sebagai kata "penghubung", sedang tentang usul penambahan kata "oleh instansi ber-wen<11g"setelah kata "pengamatan"sebagaimana diajukan oleh FPDI.

Pernerintah kurang sependapat atau bisa dikatakan tidak dapat menerima, karena yang melaksanakan tindak<11 karan tina adalah pe tugas karan tina sesuai dengan rumusan Pasal 9. Saya kira demikian,

Teri.ma ka;ih. KETUA TAPAT:

Baiklah, masih ada 2 yang masih pending, satu soal PDI, satu "maka" yang disampaikan oleh F ABRI. Maka kami silakan dahulu FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH):

Apa yang dikemukakan oleh Pemeri.ntah kami bisa memahami, petu-gas itu memang petupetu-gas karantina, memang kami ingin menepetu-gaskan aparat yang melakukan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih FPDI, Silakan F ABRL FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.): Terlma ka.ih.

Seperti tadi kami utarakan, kata-kata "maka", "sehingga", "tetapi", itu tidak lazirn didalam rumusan Pasal-pasal Perundang-lllldangan, tetapi kalau tel'Serah kepada permufakatan ini tidak rnenjadi prinsip.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Kemudian "~au" ada dua FPP, FKP,

ini

bagaimana apa bisa dicabut satu "ataunya"diujungnya saja atau dua-duanya tetap rertahan silakan.

(26)

FKP (NY. ORA. SOE KA Tl MARWOTO) : FPP menghendaki tetap kata "atau" Terima k$ih.

KE11JA RAPAT:

FPP. lni kata"atau"saja ada dua sama dengan nac;kah, tapi FABRI mengusulkan satu saja diujung. ini tentu ada penulisan cukup baik satu saja. Pemerintah setuju dengan F ABRI.

FPP (DRS. ff. MARDINSYAH);

Bagi kami tidak ada masalah Pak. Dan yang kami tambahkan hanya ''hama dan penyakit ikan". Sementara tetap sesuai konsep Pak.

KETUA RAPAT:

Sementara tetap. Jadi ada dua kata "atau" FABRI dan FKP, sedangkan FPDI tidak ada masalah soal "maka" sudah dapat dimengerti oleh FABRI, ting~I satu "atau" ini kita serahkan kepada Panitia Kerja.

FPP (DRS. H. MARDINSY AH):

Tadi tambahan ''hama dan penyakit" apakah diterima? (Pemerintah mengatakan diterima) KETUA RAPAT:

Jadi rumusan dengan perbaikan-perbaikan yang kami sebutkan tadi dengan satu catatan saja kata "atau" ini kita serahkan ke Panitia Kerja, untuk nanti meminta bantuan ahli bahasa. apa cukup satu atau perlu dua.

Dapat · disetujui?

(RAPAT SETUJU)

Pasal I 2 Ayat (I) ini juga ada empat Fraksi mengajukan usul, tadi ~liran FPDI, sekarang kembalikan ke FKP.

Silakan.

FKP (NY. DRA. SOEKA 11 MARWOTO) : Terima kasih Bapak Ketua.

Bapak Menteri dan rekan-rekan Komisi yang kami hormati.

DIM FKP diusulkan pada Pasal 12 penyempurnaan untuk diganti men-jadi Pasal 13, sedangkan usu I penyempurnaan lainnya adalah, penam bahan kata ''hama dan penyakit" sebelum kata "ikan karantina" kemudian

(27)

pe-nambahan kata "dan" setelah kata "p.erlakuan", kemudian kalimat "atau mensucihamakan media pembawa tersebut diganti dengan kalimat "media pembawa tersebut dari hama dan penyakit", sehingga usu! penyempurnaan-nya adalah Pasal 13 Ayat (l) "Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, atau hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina diberikan perlakuan dan atau pengobatan untuk membebaskan media pembawa terse but dari hama dan penyakit."

Demikian Bapak Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, silakan F ABRI. FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.); Terima kasih Saudara Ketua.

Usul kami tulisan disempurnakan dalam artian menghilangkan kata "atau" yang di depan diganti dengan " , " Kemudian rumusannya adalah "Terhadap media hama dan penyakit hewan karantina dan kemudian tambah-an "penyakit iktambah-an kartambah-antina", atau jasad penggtambah-anggu tumbuhtambah-an kartambah-antina diberikan perlakuan atau pengobatan untuk membebaskan atau mensuci-hamakan media pembawa tersebut".

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih. Silakan FPP.

FPP (H. ABDULLAH CHOLIL): Terima kasih.

Jadi pada FPP hanya tambahan 'bama dan penyakit", sehingga lengkap-nya ''Terhadap media pembawa hama dan pelengkap-nyakit hewan karantina atau hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina diberikan perlakuan atau pengobatan untuk membebaskan atau mensucihamakan media pembawa tersebut".

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Silakan FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Sama dengan pasal yang sebelumnya Pak.

(28)

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami persilakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih.

Tentang penambahan kata "dan" setelah kata "perlakuan" sebagairnana yang diajukan oleh FKP dalam

Pasal

12 Ayat (I), Pemerintah kurang

se--pendapat, karena kata "perlakuan" dan kata "pengobatan" pada dasamya mempunyai arti yang sama, hanya saja untuk karantina tumbuhan dan karan-tina ikan telah biasa digunakan kata "perlakuan", sedang untuk "karankaran-tina hewan" lebih umum digunakan istilah "pengobatan" akan tetapi untuk penggantian kata "atau mensucihamakan media pembawa tersebut" dengan kata "media pembawa tersebut dari hama dan penyakit" Pemerintah dapat menerimanya, dengan tambahan kata "a tau organisme pengganggu" setelah kata "penyakit". Mengenai usul pehambahan kata "dengan pengawasan instansi yang berwenang" dalam Pasal l 2 Ayat {I), sebagaimana yang diusul-kan oleh FPDI, Pemerintah kurang sependapat, karena tindadiusul-kan karantina dilaksanakan oleh petugas karantina, sedangkan saran FPP kami kira dapat kami terima.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami kira hanya satu yang pending, sedangkan mengenai kata "atau" sepakat ditanyakan ahli bahasa tapi di sini ada kata "dan" ini masalah lagi untuk FKP. Sedangkan dari FPDI tadi sudah konsisten dengan Pasal 11 dan sudah menarik kembali, sudah jelas bahwa yang masih itu adalah "petugas karantina'', karena satu. ·

Kami persilakan FKP.

FKP (NY. ORA. SOE.KATI MARWOTO):

Kami kira menyangkut esensi "dan atau" dalam kaitannya dengan kata "perlakuan" dengan kata "pengobatan ". f\ami kira kata "perlakuan" dan kata "pengobatan '', bisa sama tapi bisa tidak sama. Jadi sesuatu media bisa hanya mendapat satu perlakuan katakanlah kita melaksanakan water great-ment. itu kami kira belum masuk di dalam pengertian "pengobatan", dan bisa sesuatu barang atau sesuatu media mendapat perlakuan dan sekaligus pengobatan, di sinilah esensi daripada kata "dan atau" itu, kita ingin pertahan-kan Pak Ketua, untuk memberi peluang kepada sesuatu media, apakah dia hanya perlakuan bisa atau pengobatan bisa, tapi bisa juga kedua-duanya, karena pada hakekatnya kata "perlakuan" dan "pengobatan" itu ada

(29)

per-bedaannya, bisa sama tapi bisa tidak sama. Kami kira demikian oleh karena itu FKP barangkali menghimbau kita sekalian untuk barangkali kita men-dalami agak le bih dalam khusus menyangkut kata "perlakuan" dan kata "pengobatan ".

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Setelah mendengar penjelasan dari FKP, dan sekarang kita dengarkan dari F ABRI untuk catatan atau ini.

FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.): Terima kasih.

Kata "atau" kelihatannya disetujui oleh Pemerintah dihapuskannya pertama tadi diganti dengan koma, kemudian pena~bahan kata "dan" seperti yang diusulkan FKP juga sependapat dengan Pemerintah, karena di dalam Pasal 9 tindakan karantina itu antara lain: d. perlakuan/pengobatan garis miring itu kami artikan atau.

Terakhir sebenarnya FABRI ini mendukung Pemerintah tetapi rupanya Pemerintah lari sebab FABRI tetap konsisten dengan mensucihamakan media pembawa tersebut. Mensucihamakan media itu berarti dari penyakit.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, silakan FPP. FPP (DRS. H. MARDINSY AH): Terima kasih.

Kami tetap dengan pendirian semula bahwa konsep itu seperti apa yang ada hanya penambahan '"hama dan penyakit" saja ikan itu. Jadi tanpa menambah "dan ", tanpa merubah itu tadi. Jadi konsep Pemerintah yang sudah baik ini kami pikir sudah bisa lakukan ini.

KETUA RAPAT:

Terima kasih FPP, silakan FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Terima kasih.

Dari kami tidak ada masalah dan jawaban sesuai dengan yang disampai-kan. Menanggapi FKP, "dan atau" ini sesuai dengan kesepakatan kita Panitia Kerjakan saja sesuai dengan petunjuk bahasa mana yang benar atau mana

(30)

KETUA RAPAT:

Terima kasih dan kita kembalikan kepada Pemerintah.

Mengenai "dan atau" ini apa ·yang dimaksudnya hanya salah satu per-lakuan atau dapat dua-duanya.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih.

Kami kira kalau kita menggunakan istilah bahasa lain. ltu biasanya kita gunakan treatment dan ini sudah kita tanyakan kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di mana diberikan treatment perlakuan dan pengobat-an, perawatpengobat-an, penyembuhan. Dalam kaitan dengan mematikan atau meng-hilangkan hama ataupun pada tanaman dapat dipakai perlakuan atau peng-obatan sebagai pengganti treatment. Atas dasar itulah, maka tadi kita men-cantumkan "atau" tadi.

Kami kira demikian. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Barangkali ada pemikiran baru dari FKP mengenai ini, kalau diizinkan Pimpinan ingin membantu kalau itu penjelasan mengenai treatment dalam bahasa Indonesia perlakuan dijelaskan saja di penjelasan nanti apa itu tidak usah buat obat ke luar sehingga dan atau selesai urusannya, ini usul kami. Jadi hanya sampai tumbuhan karantina diberikan perlakuan untuk . . . dan perlakuannya dijelaskan di penjelasan pasal saja.

Sedangkan mensucikan itu apa masih bertahan, biasanya FPP suci men-sucikan ini.

Silakan.

FPP (DRS. H. MARDINSY AH):

Jadi kami kembali mengenai yang ditambahkan FKP kami berpedoman pada Pasal 9: perlakuan/pengobatan. Jadi dapat dikatakan ini adalah suatu atau dalam kalimat. Yang mensucihamakan ini suatu hal yang sangat penting. Jadi tidak dihilangkan tetapi dicantumkan seperti konsep semula.

Demikian dan terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, silakan FKP.

FKP (NY. DRA. SOE KA TI MARWOTO) :

Jadi memang kalau kita mengacu kepada Pasal 9 boleh-boleh saja Pak

tapi kalau kita mengacu dalam arti memperoleh pemahaman yang tepat di 834

(31)

sini soalnya.

Me~ang

di Pasal 9 butiran-butiran tindakan karantina, kami kira itu beda maknanya dengan rumusan yang dimasukkan dalam rumusan diktum Ayat ( l) ini perlakuan dan atau pengobatan. Perlakuan itu

memang

betul tetapi hendaknya perlakuan itu belum menggunakan sarana atau zat kimia· lain dalam rangka menyehatkan barang itu, kami kira kita kembali ke istilah kita ilmu pertanian karena ini memang teknis. Bisa saja ahli bahasa

mengatakan kalau kita maksudnya treatment di situ belurn ada zat kinlia · di situ mungkin baru pemanasan dengan air panas sudah selesai dia baru tetapi pada suatu ketika pada tingkat serangan harna tertentu dia harus kita semprot. Di situlah baru masuk pengertian kami pengobatan dan ini kami kira benar dan oleh karena itu tanpa memperpanjang hal ini nanti kita bahas lebih lanjut di Panitia Kerja, ini kan soal dan atau. Kalau seumpamanya kita ha.nls kembali dengan ahli bahasa yang kita beri suntikan ilmu pertanian sedikit barangkali nanti kita bisa sependapat di Panitia Kerja.

Kami kira demikian Pak Ketua.

FKP (DRS. SOEDARMADJI):

Tambahan lagi, kami kira dari FKP menggunakan istilah. Jadi mensuci-hamakan terminologi mensucikan, air suci dan sebagainya tadi lalu diganti derigan membebaskan media tersebut dari hama dan penyakit. Jadi mem-bebaskan hama dari penyakit itu mensterilkan itu, mensucikan itu".

Terima kasih.

Jadi kalau Panitia Kerjakan ya Panitia Kerja.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Jadi kami lupa menghapuskan perlakuan dan kita sudah ketok palu perlakuan/pengobatan. Kalau dikembalikan ke situ FKP tidak ada masalah. Namun belum dijelaskan di dalam penjelasannya nanti tentang maksud per-lakuan ini.

Apa dapat disetujui begitu?

FKP (DRS. H. SOFY AN CHAIR UL):

Di kamus perlakuan adalali perbuatan yang dikenakan terhadap

se-suatu atau orang.

KETUA RAPAT:

Bermacam-macam. kalau bisa begitu. pengobatan juga bisa. Tapi ada kata treatment, itu bisa pengobatan. Kita memang hanya terjemahkan

(32)

tin-dakan perlakuan dalam teknis pertanian, sering-sering kita betin-dakan. Kalau perlakuan belum pakai bahan kimia. ini istilah pertanian, jadi susahnya di situ, tidak bisa ketemu sama kamus nanti.

FKP (DRS. SOEDARMADJI): INTERUPSI

Maka itu Bapak Ketua. dus sambil merenung-renung mana yang paling tepat. kami kira kesemuanya di-Panja-kan saja.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Silakan kepada FABRI.

FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.): Terima kasih.

Jadi karni tetap setuju dengan penjelasan Pemerintah mengenai "dan" tadi, dan setuju dengan Bapak Ketua kalau perlu dijelaskan dalam penjelasan. Kemudian yang beluin ada penjelasan dari Pemerintah. kenapa dari mensucihamakan, Pemerintah tidak kepada membebaskan media pembawa dari hama dan penyakit, mohon penjelasan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Kami silakan kepada .· . . . Kami kira apa kita Panitia Kerjakan saja, k.arena agak sulit, mengenai redaksinya.

FKP (DRS. SOEDARMADJI): INTERUPSI

Dengan catatan, kalau toh di-Panja-kan maka dengan tidak bennaksud untuk mengungkit yang sudah menjadi keputusan. maka Pasal 9 huruf d .perlakuan/pengobatan. Jadi tanda garis miring itu nanti tidak ada, dan diganti dengan dan atau. Pasal 9 huruf d; perlakuan atau pengobatan, itu perlu men-dapat penjelasan juga. Oleh karena di sini tertulis cukup jelas.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Baiklah kami kira mengenai penulisan sudah kita serahkan kepada Panitia Kerja nanti tennasuk PasaJ 9 itu. Maka esensi Pasal 12 ini dapat kita

(33)

terima, sedangkan formulasi redaksinya diserahkan kepada Panitia Kerja setelah mendapatkan istilah "dan atau" ini. .

Apakah ini dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU)

Baik untuk Pasal 9 huruf d nanti penulisannya kepada Panitia Kerja, dan memerlukan penjelasan. Dan diharapkan kepada Pemerintah dapat me-rumuskannya.

Apakah ini dapat disetujui?

(RAP AT SETUJU)

Kemudian kepada Ayat (2). Di sini ada 2 yang punya usul. Kami persilakan kepada F AB RI.

FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.): Terima kasih.

Jadi DIM F ABRI mengatakan, media pembawa bersangkutan, diganti dengan media pembawa tersebut. Jadi rumusannya adalah sebagai berikut; Perlakuan atau pengobatan sebagaimana dimaksud dalarn Ayat (l) diberikan apabila setelah dilakukan pemeriksaan atau pengasingan untuk diadakan pengamatan ternyata media pembawa tersebut:

a. Tertular atau diduga ttlrtular hama dan penyakit hewan karantina atau hama dan penyakit ikan karantina; atau

b. Tidak bebas atau diduga tidak bebas dari organisrne pengganggu tum-buhan karan tina.

Sekian terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami persilakan kepada FKP.

FKP (NY. DRA. SOEKATI MARWOTO): Terima kasih.

Dalam DIM kami dalam Pasal 13 Ayat (2), adanya penambahan kata "dan" sebelum kata "a tau", clan sekaligus kami mengoreksi penambahan kata hama dan penyakit, sebelum kata "ikan". Sehingga basil penyempuma-annya adalah sebagai berikut:

(34)

Ayat (2): Perlakuan dan atau pengobatan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diberikan apabila setelah dilakukan pemeriksaan dan atau pengasingan untuk diadakan pengamatan temyata media pembawa yang bersangkutan: a. Tertular atau diduga tidak tertular hama dan penyakit hewan karantina,

atau hama dan penyakit ikan karantina; atau

b. Tidak bebas atau diduga tidak bebas dari organisme pengganggu tumbuh-an kartumbuh-antina.

Demikian terima kasih. KETUA RAPAT: Terirna kasih.

lni k.ami kira masih sejalan dengan Pasal 12 Ayat (1 ). Walaupun demikian kepada FPP untuk menanggapi usul dari FKP.

PPP (H. ABDULLAH CHOLIL): Terima kasih.

Kami mendukung usul penyempumaan dari FKP. · Terima kasih.

DTUA RAPAT: Terima kasih.

Kemudian kami persilakan · kepada FPDI untuk menanggapi usul dari FKP.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Terima kasih.

Usulan dari FK.P dan FABRI oleh Pemerintah sudah disetujui kami pun dapat menerimanya.

Seldan terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami persilakan kepada pihak Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTER! PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih Saudara Ketua.

Menanggapi dari FKP mengenai penambahan "dan" setelah k.ata .. pe-meriksaan" sebagaimana yang diusulkan, Pemerintah dapat menerimanya. • Demikian juga tentang kata "media pembawa yang bersangkutan ". dengan

(35)

kata "media pembawa tersebut", sebagaimana yang diusulkan oleh FABRI, juga kami dapat menyetujui. Demikian juga penambahan

"hania

dan

penyakit

ikan" sebelum kata "ikan ", kami kira kami juga dapat menyetujuinya.

Terima kasih. KETUA RAPAT! Terima kasih.

Jadi nampaknya tidak ada masalah ini, atas penggunaan kata "dan atau" ini, kami juga dapat memahaminya.

Baiklah esensi dari Pasal 12 Ayat (2) dapat diterima dengan penyem-purnaan-penyempurnaan yang akan dilakukan oleh Panitia Kerja, mengguna-kan DIM ini.

Apakah ini dapat disetujui?

(RAPA T SETUJU} Saudara-saudara sekalian.

Mungkin sudah waktunya kita skors untuk selama 1 jam dan nanti kita kembali pada pukul 13.00 kita kembali ke sini.

Dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU) Baik Saudara-saudara sekalian.

Skorsing.kami cabut kembali dan rapat kita mulai lagi.

Kemudian kita masuk Pasa1 13, kelihatannya masih banyak ada beberapa pasal lagi; tetapi nampaknya yang di belakang sudah ringan. Waiau demikian kita targetkan besok sore sudah dapat kita selesaikan. Tetapi sekiranya belum tuntas, kita masih punya 2 hari Fraksi, yaitu Jumat dan Sabtu. Mak.a kalau besok sore kita dapat selesaikan, maka hari Jumat, itu kita berharap untuk Pleno Komisi.

Apakah ini dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU)

Kemudian ada usul dari rekan-rekan, karena banyak Panitia Kerja, maka Pimpinan berembuk bagaimana ini supaya bisa selesai, karena ini mengusulk~ adanya suatu Tim, walaupun belum formal resmi Panitia Kerja, kita tugaskan untuk bersama-sama Pemerintah untuk mencoba merumuskan dari naskah RUU tentang Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan, tidak di luar kota, akan

Referensi

Dokumen terkait

RI.. bisa saja tidak konsisten tidak bisa optimal oleh karena itu penerapannya melalui kewenangan Gubernur dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota karena kita

RI.. menjelaskan kembali mekanisme persidangan kita sehingga kita pada hari ini sudah masuk pada pembahasan DIM. Pertama, bahwa saya tidak usah bacakan satu per

Usul PDI iti\ sebenarnya tidc:l.k terlalu mengubah ma.teri atau esensi ha - nya penyemuurna.an satu kata,aaya juga tidak seoara. penuh mengklaim bahwa,g sul itu

Ini saya juga jadi bingung, kita kan permasalah di Panja ini, kemasalah kelembagaan, kita juga sudah berdebat kenapa perlu ada &#34;lembaga&#34;, sampai

Yang dimaksud dengan “asas keperluan” adalah penyelenggaraan Karantina hanya dilakukan apabila memang dipandang perlu untuk mencegah masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Hewan

Saya kira ini memang masih ada kaitan · dengan apa yang dibicaral&lt;an sebelumnya, kalau saya menangkap disini bahwa di daerah yang belum kompetisi itu bisa tidak ada

Meskipun telah melakukan imunisasi tidak berarti balita tersebut bebas dari stunting karena terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan stunting seperti pola asuh orang

Korosi ini juga dapat disebut sebagai pemisahan unsur logam akibat perbedaan dari potensial logam (logam yang sama namun memiliki jumblah elektron yang berbeda), yang mana