• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG PE NAT AAN RU ANG (RAKER TANGGAL 14 FEBRUARI 2007)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG PE NAT AAN RU ANG (RAKER TANGGAL 14 FEBRUARI 2007)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG

PE NAT AAN RU ANG

(RAKER TANGGAL 14 FEBRUARI 2007)

T ahun Sidang Masa Persidangan Rapatke

Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/tanggal Waktu Deng an Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara

Hadir

PIMPINAN PANSUS

2006-2007

111

Rapat Kerja Terbuka

Rabu, 14 Februari 2007 Pukul 09.00 WIB

Menteri Pekerjaan Umum RI.

Ruang Rapat Komisi V DPR RI

Ir. H. A. Rahman Syagaff/Ketua Pansus RUU tentang Penataan Ruang Ora. Hani Yuliasih/Kaset Pansus RUU tentang Penataan Ruang Pembahasan RUU tentang Penataan Ruang

.... dari 51 orang Anggota Pansus 1. Ir. H. A. Rahman Syagaff/F-PPP 2. Ors. H. M. Syarfi Hutauruk/F-PG

3. Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A./F-PDIP 4. Abdullah Azwar Anas/F-KB

5. M. Nasir Djamil, S.Ag./F-PKS

1. FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA (F·PG) 6. FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA 1. H. M. Malkan Amin ... ,,. (F·KB)

2. Ors. Kahar Muzakir ··

·r

Ors. H. M. Arsa Suthisna, M.M.

3. Dr. H. Bomer Pasaribu, S.H., S.E., M.S. 2. H. Ali Mubarak, Amd., Par.

2. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (F·PDIP)

t

Willem M. Tutuarima, S.H.

2. Ir. H. Heri Akhmadi

3.FRAKSIPARTAIPERSATUAN PEMBANGUNAN (F·PPP) 1. H. Rusnain Yahya

4. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT (F-PD) 1. Maruahal Silalahi

7. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (F·PKS)

1. Ir. Abdul Hakim, M.M.

8.. FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI (F·BPD)

1. Ors. H. Moh. Darus Agap 9. FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI (F·PBR)

1. -

ARSIP

DPR

RI

(2)

5. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL (F-PAN) 1. Ir. Afni Achmad

10.FRAKSIPARTAIDAMAISEJAHTERA (F-PDS)

1. Pastor Saut M. Hasibuan

KETUA RAPAT (Ir. H. RAHMAN SYAGAFF/F-PPP):

Bapak/lbu Anggota Pansus Penata~n Ruang yang kami hormati, Kami mohon untuk menempati tempat yang telah disediakan.

Dari Partai Golkar hadir ya? PDl-P hadir. PPP. Partai Demokrat? Demokrat ini selalu bersamaan bersandingan dengan Golkm. Saya sudah atur Sekretariat kemarin suruh minta dipisah, ternyata gak bisa juga. Dari PAN, PAN belum hadir ya? PKS? PKS, PKB, BPD, PDS, jadi yang PBR, PBR gak hadir ya? lni sayap sebelah kiri masih kosong ini.

Ya, Saudara sekalian ini dua yang tidak. hadir, eh ... tiga,, PAN kemudian BPD, eh ... sorry, dari siang beliau datang. (BPD: Pak itu bukan BPD Pak, tapi Dewan Kehormatannya, itu yang perlu diperhatikan, tolong Pak jangan bercanda Pak. lni serius masalah Badan Kehormatan).

Kecuali atas seizin Beliau melalui Kanda Malkan.

Baik, saudara sekalian kita setuju acara kita lanjutkan, kita cabut skorsing dan dengan ini Rapat Konsultasi dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Hukum dan HAM serta Menteri Dalam Negeri, Menteri PAN bisa kita mulai, dan kami mohon waktu ini kita masih ada waktu sampai pukul 11.00 WIB sebetulnya jika cukup. Setuju?

F-PD (MARUAHAL SILALAHI):

lnterupsi Ketua (Ketua: Ya) lni yang diundang resmi berapa Menteri Pak Ketua? (Ketua Rapat: saya sudah sebut tadi) Oh iya, yang kelihatan hanya Menteri Pekerjaan Umum yang hadir.

KETUA RAPAT:

Ya saya sampaikan ini. Jadi undangan kepada Menteri dan beliau nanti sampaikan juga kenapa tidak hadir, begitu rekan-rekan sekalian.

Assalamu'alaikum wr. wb. Afhamdulillahirabbil 'afamin.

Saudara-saudara sekalian, bahwa malam ini kita bisa melanjutkan Rapat Tim Panitia Kerja RUU Penataan Ruang yang tertunda sejak, yang kita skorsing sejak hari Sabtu malam yang lalu dan saat ini kita sudah sesungguhnya khusus membahas soal apa yang telah kita sepakati untuk di-pending yaitu soal kelembagaan, sebagaimana yang menjadi kesepakatan kita bersama.

Saudara sekalian, tatkala pembahasan soal kelembagaan yang kita sepakati untuk kita pending dan salah satu upaya untuk rnenyelesaikan persoalan ini kita perlu melakukan Rapat Kerja atau baru kemudian kita konsultasi dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara kemudian Menteri Hukum dan HAM dan Menteri Dalam Negeri serta Menteri Pekerjaan Umum.

Kini hadir Menteri Pekerjaan Umum dan yang disampaikan kepada kami tadi Menteri Dalam Negeri barusan dipanggil Presiden, saya tidak tahu apakah bisa menyusul nanti. Kemudian Menteri PAN, menurut infomasi Beliau sakit dan Menteri Hukum·dan HAM saya mohon maaf tadi berhalangan

juga ya Pak. ·· · ·

Saudara sekalian, diwakili dari Menteri Hukurn dan HAM ini Pak Dirjen Perundang- undangan, kernudian dari Menteri PAN diwakili Sekretaris Menteri, dan Menteri Dalarn Negeri diwakili oleh Dirjen Pangda, yang salah satu dl bawahnya mengurusi rnasalah-masalah penataan ruang, serta hadir Pak Menteri Pekerjaan Umurn, sesungguhnya ini sebagai tuan rurnah juga Menteri PU kita ini.

Saudarci sekalian, tetapi kita penting mengundang Pak Menteri juga karena memang disamping beliau sebagai Menteri Pekerjaan Umurn juga sebagai Ketua Harian Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional yang beliau rasakan betul bagaimana sHluk-beluk soal BKTRN ini yang di bawah Bad an Koordinasi Tata Ruang Daerah selama ini sering ban yak dikelola dikoordinasikan juga oleh Kementerian Dalam Negeri.

Saudara sekalian perlu karni sampaikan pada Pak Menteri dan Pak Dirjen serta Sesmen bahwa memang kelembagaan yang akan kita bahas ini terrnasuk masalah-masalah yang krusial disarnping rnernang kita ketahui tatkala pernbahasan RUU tidak hanya di dalam penataan ruang saja tetapi undang-undang lain tatkala rnernbahas soal kelembagaan ini selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sama sebetulnya, sehingga kawan-kawan sesungguhnya ada yang

2

ARSIP

DPR

RI

(3)

merasa bosan juga setiap RUU harus di kemudian dia arahkan untuk sebuah badan atau lembaga atau dewan dan sejenisnya.

Saudara sekalian, berkaitan dengan itu bahwa di penataan ruang ini sudah dibentuk sudah ada sebelum RUU ini kita diberikan kepada DPR tentang Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, maka kita ingin mendapat penjelasan terutama sebetulnya dari yang berkaitan dengan masalah kelembagaan maka kita hadirkan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara soal kelembagaan, terutama soal misalnya pertama soal perbedaan kepentingan yang rnana yang kita pilih tentu memiliki arti yang berbeda soal apakah badan ataukah misalnya dewan atau lembaga atau nama lainnya yang kira-kira dianggap mendekati kebenaran terhadap penataan ruang ini.

Kedua, soal kewenangan dari kelembagaan ini yang selarna ini, saudara-saudara sekalian kita anggap bahwa badan koordinasi yang ada selama ini dinilai sebagian oleh masyarakat berjalan tidak efektif. Kemudian, berkaitan dengan soal kelembagaan ini yang berkaitan dengan masalah hukum karena berkaitan dengan kewenangan yang ada bahwa pengkajian kita terhadap Undang- Undang 32 Tahun 2004 yang rnenyangkut urusan wajib Pemerintah Kabupaten dan Provinsi masing-masing mereka memiliki kewenangan untuk merencanakan, melaksanakan, sekaligus mengendalikan mengawasi juga, dan inilah pangkal persoalan juga bagi aspirasi dari Pemerintah Provinsi para Gubernur yang tidak berdaya sarna sekali ketika terjadinya pelanggaran tata ruang yang terjadi. Ya, contoh terakhir misalnya ketika bahkan sampai Menteri pun tidak memiliki daya upaya untuk mengendalikan kewenangan yang telah diperoleh oleh masing-masing Bupati dan Walikota.

Saudara sekalian, tentu kalau misalnya ketika kewenangan ini kita berikan kepada Provinsi untuk bisa membatalkan, meluruskan atau hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang 32 ini adalah konsekuensi hukum tentunya, dan ini terkait dengan itu, saudara sekalian dari Kementerian Dalam Negeri yang juga informasi dari Komisi II apakah memang ada upaya untuk melakukan evaluasi atau revisi terhadap Undang-undang 32 Tahun 2004 dan kemudian apa yang kita pikirkan ini agak sinergi undang- undang tersebut.

Saudara-saudara sekalian kami persilahkan nanti saya kira bisa dari Menteri, Sekretaris Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dulu? Atau Menteri PU dulu?

F-PG (H. M. MALKAN AMIN):

lnterupsi Pak Ketua! (Ketua: Ya) Sebelum beliau diberi kesempatan barangkali perlu juga ditanyakan kepada teman-teman apakah teman-teman yang terhormat ini punya tanggapan sedikit mengenai kehadiran Pak Menteri PU 'clan kehadiran beberapa Eselon I dari departemen yang bersangkutan yang mewakili Menteri sedangkan keputusan yang diambil pada panja ini jelas-jelas ini dinyatakan bahwa harus dihadirkan Menteri yang terkait. Jadi saya pikir karena ini masalah kelembagaan mohon maaf Pak Menteri dan Bapak para Eselon I yang terhormat ini sangat peka sekali karena ini pembuatan undang-undang tidak bisa seenaknya kita merubah-rubah kalau sudah itu maka saya mohon Pimpinan Pansus karena ini yang mimpin Pak Ketua jadi saya bicara Pansus kalau pimpinan ketuanya panja itu adalah bukan Ketua Pansus yang dipimpin langsung oleh Ketua Pansus kita perlu berhati-hati .. karena di sinilah sebenarnya letak permasalahan mengenai penerapan undang-undang selama ini yang' tidak bisa konsisten di masyarakat oleh karena masalah kewenangan, siapa yang diberi kewenangan dan bagaimana melaksanakan kewenangan itu. Nah sekarang pertimbangan saya kepada kawan-kawan, seandainya Bapak Menteri PU mengemukakan satu pendapat dan diminta pendapat dari Kementerian PAN, Kementerian Hukum dan HAM, Menteri Dalam Negeri, saya tahu betul bahwa beliau itu mewakili Pak Menteri bukan kepala Pak Menteri yang karena yang kita rnau tangkap ini apa kira-kira yang ada dibenaknya Pak Menteri yang mer:nbawahi cleparternen yang ada, kalau beliau pasti dia bisa menjelaskan, mungkin bisa lebih baik. Tetapi pertanggungan jawab penjelasan beliau itu yang kita harapkan bisa menjadi pegangan kita untuk pembahasan masalah yang mengatur kewenangan di sesudahnya itu. Jadi kalau kedatangan beliau itu hanya sekedar kita beri kesempatan untuk memberikan informasi kepada kita untuk kita catat tid13k apa-apa, tetapi kalau konsulatsi ini sifatnya menjadi pegangan kita untuk kita bisa saya kira secara ini kurang tanpa mengurangi rasa hormat kita, kita tahu beliau-beliau yang datang ini kapasitasnya orang-orang yang dapat kita pertanggung jawabkan. lni kalau menurut pemahaman kami. Oleh karena kehadiran kita ini tidak terikat satu sama lainnya tentu teman-ternan bisa berbeda pendapat dengan saya supaya kita bisa mempertanggung jawabkan ini kepada masyarakat nanti hasil atau produk kita ya saya mohonkan

ARSIP

DPR

RI

(4)

- - - -

supaya bisa dipertimbangkan kembali atau kita rubah bentuk ini menjadi konsultasi biasa yang akan memperkaya kita di dalam rangka mengambil kesimpulan-kesimpulan.

T erima kasih Pak Ketua.

F-PD (MARUAHAL SILALAHI):

Ketua! (Ketua: Ya silahkan Bung!). Saya rasa pertama kalipun Saya interupsi sama maknanya hanya ketua seolah-olah tidak memperhatikan apa yang saya katakan pokoknya lanjut saja dulu. Jadi kita bukan tidak kalau soal kapasitas kita yakin, saya tahu betul karena bekas Pegawai Negeri saya, Eselon I itu adalah jabatan tertinggi daripada seorang Pegawai Negeri.

Waduh sangat sedikit Pegawai Negeri yang bisa mencapai i~u kalau tidak betul-betul berkapasitas.

Nah kita tidak pertanggung jawaban yah kan. Pertanggungjawaban, kita mau membicarakan soal badan apa yang dikatakan oleh Pak Golkar tadi, ini badan. Kira-kira ada dibenak daripada para Menteri yang lainnya bagaimana ini? Kalau Menteri Pekerjaan Umum kemarin waktu Raker ya saya serahkan kepada Panja. Sudah begitu kalau Pak Menteri PU. Kalau Bapak-bapak yang lain bagaimana kalau kita minta wah nanti akan kami laporkan soal pertanggung jawaban bqgaimana kepada Menteri, wah repot lagi kita, karena begitu ketua.

T erima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya, terima kasih.

F-PDIP (WILLEM M. TUTUARIMA, S.H..):

Saya kira apa yang dikatakan teman-teman itu sangat benar ini karena ini nanti menyangkut legitimasi juga. Saya kira apalagi Menteri PAN tidak hadir itu sangat penting sekali Pak. Jadi ini tapi paling bisa kita jadi obrolan yang tidak mengikat diskusi lah. Tapi kalau kita mau kembalikan kepada rencana kita semula saya kira ini gak memenuhi syarat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya saudara sekalian, jadi begini, pertama memang kami juga mengundang Menteri Pekerjaan Umum ini juga karena beliau sebagai Ketua BKTRN juga gitu loh dan kita membicarakan kelembagaan ini yang kebetulan badan koordinasi itu masih muncul didalam usulan alternatif. Kemudian say a memahami apa yang dikatakan dan saya berterima kasih diingatkan bahwa rapat konsultasi ini dengan menteri dan yang hadir adalah Menteri Pekerjaan Umum, tentu ini ·jug a pertimbangan kita saudara-saudara sekalian dan terhadap kementerian yang tidak hadir dan kebetulan diwakilkan inilah persoalannya. Kalau kita lanjutkan terhadap rapat konsulasi ini tentu hanya dengan Menteri Pekerjaan Umum, demikian.

Kernudian kalaupun ini menjadi rapat apa narnanya konsultasi biasa diskusi karena memang intinya saudara-saudara sekalian apa yang beliau-beliau sampaikan sekalipun Pak Menteri yang ingin baik dari Men-PAN maupun Mendagri juga dari Menteri Hukum sesungguhnya ini menjadi keinginan kita untuk memberikan masukan-masukan kepada kita yang tentu masukan- masukan itu pun tidak mengikat untuk menjadi sebuah keputusan final, karena tetap keputusan ada pada anggota pansus tata ruang ini. Saudara sekalian saya tentu minta persetujuan teman- teman sekalian terhadap usulan ini. Yang penting saudara sekalian kami menghargai upaya rekan- rekan yang barusan disampaikan kemudian kita juga tentu menghargai apa yang akan disampaikan oleh baik dari dirjen maupun dari sekretaris rnenteri karena rnemang tentu beliau juga secara teknis dan secara konsepsional banyak juga menguasai soal-soal yang kita sarnpaikan.

Oleh karena itu ini kita kalaupun mernang harus dirubah acara ini kita akan rubah rnenjadi rapat diskusi biasa jika Pak Menteri terutarna tidak keberatan karni rninta persetujuan juga dengan Pak Menteri karena tentu beliau adalah sebagai bagaimanapun sebagai Menteri Pekerjaan Umum yang ini kita harapkan bisa menjadikan rapat konsultasL lni semata-mata Pak Menteri supaya juga,

F-KB (H. ALI MUBARAK, Amd., Par.):

lnterupsi Pimpinan!

KETUA RAPAT:

Ya!

4

ARSIP

DPR

RI

(5)

F-KB (H. ALI MUBARAK, Amd., Par.):

Saya melihat rapat kita sebelumnya sudah dijelaskan di situ bahwa harus dihadiri menteri dan ini adalah menyusun undang-undang, bukan untuk main-main ini dan ini akan mempunyai kekuatan hukum yang selamanya. Kalau diwakilkan oleh mereka, mereka tidak akan bisa mengeluarkan suatu keputusan, mohon maaf bapak-bapak, sekalipun bapak-bapak dari eselon satu'. Jadi kita lari kepada satu sekarang masalahnya ya diskusi aja dulu gimana demi kebaikan menyusun undang-undang ini supaya lebih sempurna begitu.

Terima kasih Pimpinan. ·.

KETUA RAPAT:

Ntar dulu Pak. S.aya tadi mengusulkan kita diskusi tetapi kalau saya minta ijin sepakat dengan Pak Menteri yang hadir kita tidak bisa mengabaikan beliau karena sesungguhnya kalaupun kita irapat konsultasi misalnya dengan menteri pekerjaan umum maka kita ingin kelegaan misalnya

Pa~ Menteri Pekerjaan Umum untuk bersama-sama.

F·PG (H. M. MALKAN AMIN):

lnterupsi Ketua!

KETUA RAPAT:

Ya!

F-PG (H. M. MALKAN AMIN):

Ya jadi begini dengan Menteri PU itu tidak ada lagi perasaan ini sudah utuh kita dengan beliau. Tapi jangan kita lempar ini sesuatu kepada Pak Menteri PU seolah-olah dia setuju atau tidak setuju tentang kehadiran beliau itukan perseorangan, ini adalah hak dan kewenangan kita.

Kita menghormati kedatangan beliau dan kita katakan bahwa beliau-beliau eselon satu ini adalah orang-orang yang capabfe, dikirim kemari, kita terima dengan hormat cuma bentuk pertemuannya yang dirubah. Gak usah diminta pertanggung jawaban Pak Menteri nanti kita tersinggung lagi Menteri Pan, tersinggung lagi Menteri Dalam Negeri kalau Pak Menteri mengatakan ya saya setuju supaya. Jadi kita saja yang memutuskan lalu dihadiri oleh beliau dan kita tetap minta pendapat beliau karena beliau itu kan orang yang capable di bidangnya masing-masing, yang kita tidak ingin ini .adalah jangan kita terjebak pada sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan ketentuan. ltu saja. Sederhana sekali.

· Jadi kami ingin membantu Pak Ketua supaya lebih cepat prosesnya dan ini teman-teman sebelumnya sudah bisikin saya bagaimana kita selamatkan Ketua supaya jangan terjebak lagi pat.ta hal-hal seperti ini.

. KETUA RAPAT:

Baik saudara sekalian ini justru apa namanya kita ingin menyelamatkan forum ini, semata- mata ini urusan substansi. Saudara sekalian kita sepakat ini kita jadikan diskusi ya, oke ya?

~ , ... , .. •: .. ,,. ·' ' . .

(RAPAT: SETUJO)' KETUA RAPAT:

Kami persilahkan barangkali dari Menteri Pekerjaan Umum untuk memulai diskusi ini.

PEMERINTAH (DJOKO KIRMANTO/MENTERI PU):

Terima kasih.

Bapak Pimpinan dan seluruh anggota pansus atau panja ini Pak?

Panja yang saya horrnati, bahwa fokus dari diskusi kita malarn ini, konsultasi rencananya mpu konsultasi tapi hari ini mau diskusi kita malarn hari ini ada dua hal yang saya ketahui, pertama adalah masalah kelembagaan yang kedua adalah masalah sanksi. Pada saat kita mau membicarakan masalah kelembagaan itu pasti ada latar belakangnya kenapa masalah kelembagaan menjadi penting. Kalau menurut saya supaya kita ini mempunyai satu level yang sama pemahamannya mungkin latar belakang kenapa kelembagaan ini menjadi muncul ke permukaan terus menjadi perdebatan yang luar biasa itu apa concern kita kok sampai kita perlu membahas kelembagaan itu sampai sedemikian dalam sebenarnya kekhawatiran apa yang

ARSIP

DPR

RI

(6)

muncul di benak kita semua sehingga akhirnya perlu dijawab deingan satu kelembagaannya itu.

Apakah mungkin ini dari bapak-bapak bisa menggambarkan ini du!u? Jadi dengan kelembagaan ini masalah apa yang ingin kita jawab. Apakah dalam rangka pengendalian atau apa Pak, karni ingin mohon penjelasan dulu, saya tadi sudah banyak dijelaskan tapi supaya kita berempat ini mempunyai pemahaman yang selevel gitu kira-kira. Kalau kami mohon itu dulu gimana Pak?

KETUA RAPAT:

Baik, silahkan saudara sekalian!

Jadi pembahasan kita berawal dari daftar inventarisasi masalah yang disampaikan oleh fraksi Pak. Jadi tentu teman-teman masing-masing fraks1i kalau rnemang mau menjelaskan berbagai usulan ataupun latar belakang soal kelernbagaan ini karni persilahkan. Ya silahkan Pak Kahar!

F·PG (Ors. KAHAR MUZAKIR):

Barangkali rnasalah kelembagaan ini 'begini Pak. Kernarin dalarn situasi kita berdiskusi dengan Panja ada yang menganggap perlu adanya kelernbagaan karena kalau tidak dipegang oleh suatu lernbaga yang khusus dari barangkali naskah akadernik yang bapak punya sendiri dan dari fakta yang ada dilapangan itu kelihatannya itu menjadi rnasalah. Acla perbedaan antara seseorang yang mendapat perintah rnelalui tupoksi biasanya kan begitu pak, tugas pokok dan fungsi, dan seseorang yang rnendapat perintah langsung dari undang-undang.

Nah dalam pernikiran kita orang yang mendapat perintah langsung dari undang-undang kedudukannya kan lebih pokok dan dia akan cukup powerful/ untuk mengambil tindakan-tindakan sesuai dengan perintah undang-undang secara langsung kepada orang tersebut, katakanlah dia suatu kepala badan. Ada pendapat yang mengatakan kalau begitu kita setiap bikin undang-undang itu menarnbah institusi, setelah itu sebagian kawan mengatakan tidak juga toh sekarang institusi sudah ada mungkin berubah nama ganti nama dan dengan dibentuk badan mungkin pegawainya tidak sebanyak yang ada sekarang. Kalau dia hanya secara khusus untuk melaksanakan fungsi pemerintah khusus dibidang penataan ruang saja. lnilah kemarin perkembangan yang diskusi itu contohnya ada yang sudah dan oleh karena itu kita ingin rnendapatkan pernikiran dari khususnya pemerintah rnenurut kawan-kawan yang berkecirnpung dalarn bidang institusi ini yaitu Menteri PAN, bagairnana mainset yang terbentuk rnasalah badan ini karena ada yang masih alergi bahwa badan itu seolah-olah menambah biaya, menambah personel dan menarnbah peralatan kantor dan sebagainya.

Ada yang mengatakan badan ini kan dibentuk daripada badan yang sudah ada. Bahwa jabatan sekarang namanya Dirjen Tata Ruang akan menjadi bad an saja. Kira-kira begitu lah contohnya kemarin ada yang rnengatakan BMG, ditempat karni ada yang namanya badan pelaksanaan Hulumigas, minyak dan gas. ltulah kira-kira yang terjadi perdebatan itu. Daripada itu berkelanjutan kita ingin masukan bagaimana dari Menteri PAN.

T erima kasih Pak.

F·PD (MARUAHAL SILALAHI): ... · .. , ... ' Boleh saya tambahkan Ketua?

KETUA RAPAT:

Ya silahkan Pak Maruahal! Saya minta Pak Heri Akhmadi menjelaskan juga, dari PDl-P!

F-PD (MARUAHAL SILALAHI):

Banyak memang berbeda pendapat kita Pak Menteri tentang kelembagaan ini antara lain ini dibawah siapa? Apa selevel rnenteri langsung dibawah oleh Presiden ada yang mengatakan ini memang boleh saja lembaga tetapi bukan yang eselonering, artinya tidak pernerintahan jadi tidak ada eselonnya hanya sebagai badan koordijnasi saja. Jadi banyaklah perbedaan-perbedaan pendapat diantara kami anggota panja ini sehingga memang timbul kesepakatan bagaimana kalau kita mendengar dari terutama Menteri PAN, Menteri Hukum dan HAM dan Menteri Dalam Negeri, bahkan barangkali nantinya saya sendiri belum mengusulkan sebenarnya dan akan saya usulkan bagaimana soal kelembagaan ini khusus pula kita harus menanyakan ini kepada Gubernur, kan begitu maksud kita. Tapi ya sekarang inilah dulu. ltulah perbedaan-perbedaan pendapat yang ada

6

ARSIP

DPR

RI

(7)

timbul diantara kami Pak Menteri makanya sampai begitu, keadaannya harus lurus saja percakapan kita tentang kelembagaan ini.

T erima kasih Pak Menteri.

KETUA RAPAT:

Pak Heri Akhmadi dulu baru Pak Darus Agap nanti!

F-PDIP (Ir. H. HERi AKHMADI):

Terima kasih Pak Ketua. Pada waktu Panja yang lalu Pak Menteri Pemerintah telah menjelaskan dengan sangat baik dengan skema yang sangat jelas tentang fungsi apa saja yang harus dilakukan oleh badan yang bertanggung jawab mengenai tata ruang itu. Jadi perkembangan diskusi itu kemudian kita sampai membahas bahwa sahnya kita sudah melihat kalau bentuknya badan koordinasi itu pasti tidak akan efektif, jalan terang kayaknya yang ada itu sudah tertutup tirnbul beberapa perdebatan tentang bentuk apa yang cocok ke depan.

Kemudian pada waktu itu kami mengusulkan supaya diundang Menpan supaya nantinya kedepan memang penataan organisasi atau kelernbagaan pernerintahan memang sesuai dengan arah yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh Menpan, karenanya karni benar-benar mengharapkan, ini bukan persoalan teknis sernata tetapi rnemang ini merupakan masalah keputusan politik yang akan menjadi arah dari bentuk kelembagaan yang rnernang ditata secara menyeluruh tadi.

Jadi itulah karena itu kami tadi mengusulkan bapak memang bisa saja malam ini kita gunakan untuk konsultasi atau brainstorming atau diskusi namun ketika kita memasuki tahapan mau mengambil keputusan dan undang-undang ini harus mengambil keputusan memang maka kita harus bicara dengan menteri sebagai wakil dari presiden didalam ruang ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya Pak Darus Agap dulu Pak, nanti Pak Arsa dengan Pak Abdul Hakim terakhir kalau masih ada!

F-BPD (Ors. H. MOH. DARUS AGAP):

Pak Menteri dan bapak-bapak eselon satu, memang apa yang dikemukakan ternan-teman terdahulu bahwa timbul diskusi di panja penataan ruang ini rnelihat bahwa sebetulnya kan sudah ada badan koordinasi tata ruang nasional yang anggotanya menjadi menteri tetapi berdasarkan pandangan kami bahwa itu tidak efektif itu adalah merupakan suatu badan politis yang pelaksanaannya sehari-hari justru yang sibuk mengaturi tata ruang ini adalah Dirjen Tata Ruang di Departemen Pekerjaan Umum. lni suatu kenyataannya. Kami iingat bahwa tugas dan pelaksana daripada tata ruang ini yang akan datang walaupun yang sekarang ini sebetulnya dia tidak mengurusi masalah intern pekerjaan umum saja, dia juga akan mengurusi pekerjaan-pekerjaan yang intern antar departemen, mungkin ada yang di Departernen ESDM, mungkin dibawah Departemen Perhubungan, mungkin juga dibawah Departemen Dalam Negeri.

Oleh karena itu rnaka menurut pandangan kami 'niaka rasanya kurang akan efektif kalau dia berada dibawah Departernen Pekerjaan Urnurn sekarang ini, yaitu Dirjen Tata Ruang di Departemen Pekerjaan Umurn. lni untuk rnernudahkan tugas dan juga rnelihat ruang lingkup daripada tugas yang akan datang itu. Kita maklurni bahwa masalah bencana alarn bisa di negara ini, ini juga harus ditangani dengan serius yang tidak terlepas daripada karena kesalahan kita rnenerapkan pelaksanaan daripada undang-undang tata ruang yang lalu. Nah kalau itu ditangani1 oleh seorang Dirjen maka rnenurut kita jadi kurang powerful/. Oleh karena itu kita minta supaya ada suatu badan yang justru rnisalnya badan yang dibawah Presiden seperti rnisalnya karni contohkan itu di Komisi V Pak Menteri kan sebagai partner kita itu ada dulu BMG, Badan Meteorologi dan. Geofisika itu rnerupakan sub daripada Departemen Pekerjaan Umurn, sekarang ini berdiri sendiri, oh Perhubungan rnaaf. Sekarang ini dengan dijadikan suatu badan rnaka kemajuan itu besar sekali dan tugasnya itu kelihatan lebih capable dari yang lalu-lalu.

Jadi inilah pikiran-pikiran kita Pak Menteri dan bapak eselon satu. T api sebetulnya saya sebetulnya kalau ini kita diskusikan mohon maaf dengan bapak-bapak yang walaupun punya wewenang yang bapak-bapak yang eselon satu ini satu takut nanti pendapat beliau ini berpengaruh kepada Menteri mungkin cerita masalah ini pengaruh kepada menteri yang akan kita

ARSIP

DPR

RI

(8)

ajak . diskusi masalah ini. Jadi sebetulnya meman!!) yang paling cantik itu kalau Menteri Perhubungan dengan tanpa apa namanya itu mengenyampingkan bapak-bapak dari eselon, mengurangi rasa hormat dan capabilitas bapak-bapak eselon satu ini. Kita menginginkan bagaimana sih kalau ini kita lahirkan pendapat Menteri PAN itu bagaimana? Pendapat Menteri Hukum itu bagaimana? Sebab beliau-beliau itu yang punya kewenangan gitu. Saya kira itulah Pak Ketua sekedar ungkapan kita.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pak Pendeta? Masih ada dua yang antri lagi Pak Pendeta. Nomor Sabar, Pak Arsa.

F·KB (Ors. H. M. ARSA SUTHISNA, M.M.):

Terima kasih.

Pak Menteri jadi yang pertanyaan Pak Menteri kira-kira bagaimana apa yang dipersoalkan.

Jadi begini saat minggu kemarin kita itu membahas DIM gitu. Pada saat bab kelembagaan itu kita menemui kesulitan untuk menjabarkan ·mendiskusikan kelembagaan itu karena ap,a? Pertama lernbaga yang selama ini ada itu sifatnya kan ad hoc dan ternyata dilapangan itu dia tidak bisa bekerja secara efektif. ltu melibatkan semua menteri, dengan kesibukannya itu sulit.

· Kedua kalau kita dibentuk lembaga baru itu tentu kan harus ada apakah dengan ada lembaga baru itu bisa menyelesaikan masalah apa tidak itu karena lembaga-lembaga yang terbentuk sekarang banyak begitu juga itu ad:a kesan juga tidak jalan. Terus ketiga kita ada kerpungkinan kalau lembaga tidak perlu apakah tidak, cukup saja diberikan kewenangan kepada menteri teknis tambahan untuk mengkoordinasikan tata ruang.

Nah ini kemarin ini menjadi polemik sehingga kita menemui jalan buntu artinya kita lobi diantara utusan fraksi diputuskanlah ini ditunda sambil kita bahas ulang setelah kita mendapat penjelasan dari menteri yang membidangi kelembagaan ini seperti Menpan karena mernbentuk lembaga formal itu kan Menpan harus setuju karena itu kan nanti diangkat eselonisasi, masalah biaya, pegawai, macam-macam.

· Terus kedua Menteri Dalam Negeri, kenapa? Karena itukan nanti kalau dipusat gak ada di daerah ada termasuk kumham, bagaimana dari segi hukum dan sebagainya. Sebenarnya malam ini kita kalau ada menteri itu pak bisa diputuskan kita mungkin langsung besok membahas kelernbagaan. Tapi karena ini sifatnya diskusi mungkin ini juga ditunda lagi gitu padahal kita ingin supaya segera ini pembahasan undang-undang kan bisa cepat. Nah oleh karena itu itulah yang menyebabkan kami sebenarnya ya syukur-syukur eselon satu bisa memutuskan sekarang lebih bagus dan dia bisa mempertanggungjawabkan, ya saya bisa putuskan. Tapi biasanya kan setahu saya secara hirarkis mungkin harus dilaporkan dulu kepada menteri. ltulah kira-kira.

KETUA RAPAT:

Ya baik Pak Arsa, bisa dipahami. Pak Abdul Hakim? Silahkan!

F·PKS (Ir. ABDUL HAKIM, M.M.): . .. . . . ... , ...

Terima kasih.

Assalamu'alaikum wr. wb.

Pak Menteri dan para pejabat yang lainnya, rekan-rekan anggota pansus. Saya kira supaya, rekan~rekan anggota panja, supaya kita punya dasar pemahaman yang sama saya kira naskah akademis yang disampaikan oleh Pemerintah sebagai pengantar daripada rancangan undang-undang ini sudah secara dalam mempelajari aspek kelembagaan ini. Saya mencoba untuk mendalami dan memahami naskah akademis kenapa bahwa bentuk kelembagaan ini peru ditinjau kembali paling tidak ada tiga hal.

Yang pertama terkait dengan persoalan regulasi dimana antara satu bentuk perundang- undangan sektoral dengan undang-undang sektoral yang lainnya ada bentuk kewenangan- kewenangan yang diberikan kepada departemen tertentu kepada lembaga tertentu yang sama- sama memiliki kekuatan hukum yang sama. Misal contoh pada undang-undang nomor 11 tahun 1997 tentang Pertambangan, tentang kaitan dengan pengawasan kemudian kaitan dengan penetapan kawasan dan sesuainya itu adalah otoritasnya ada pada Menteri Pertambangan.

Kemudian undang-undang nomor 41 tahun 1994 tentang Kehutanan juga menetapkan hal yang sama, wilayah-wilayah yang terkait dengan persoalan hutan juga dilakukan kewenangan oleh

8

ARSIP

DPR

RI

(9)

menteri yang mengurusi bidang kehutanan. Kita ada 4 Perundang-undangan yang memberikan kewenangan kepada masing-masing sektoral yang memiliki kekuatan hukum yang sama. lni problem regulasi yang pertama.

Yang kedua adalah problem penterjemahan masa lalu terhadap undang-undang penataan ruang. Menurut kajian akademis yang saya baca adalah salah didalam mengimplementasikan yang sesungguhnya undanag-undang yang lama sekalipun telah meletakkan dasar kewenangan dan kelembagaan penataan ruang yang sedemikian rupa, diharapkan mampu menyelesaikan persoalan penataan ruang.

Hanya ada riga alternatif pada undang-undang yang lama sekalipun yaitu telah diterjemahkan dalam bentuk badan koordinasi menurut kajian akademis ini. Yang pertama alternatifnya Pemerintah membentuk sebuah departernen tentang penataan ruang. Alternatif yang kedua Pernerintah membentuk lembaga yang mengurus tentag penataan ruang. Yang ketiga adalah menyerahkan kewenangan penataan ruang kepada satu departemen tertentu, ini yang sudah dilakukan Pemerintah. Justru yang dilakukan oleh Pemerintah adalah membentuk BKTRN yang menurut kajian akademis itu tidak sesuai dengan undang-undang yang lalu.

Atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai bentuk komplikasi-komplikasi yang sebagiannya sudah dijelaskan oleh teman-teman. lnilah tiga hal utama hasil kajian akademis yang rnengantarkan adanya revisi-revisi tentang Undang-Undang Penataan Ruang ini. Barangkali inilah kerangka yang barangkali yang bisa memagari kita untuk mendiskusikan persoalan-persoalan kelembagaan dan aspek-aspek antara satu regulasi dengan regulasi yang lainnya. Saya kira saya hanya barangkali mentransfer apa yang sempat saya baca saja di sini.

Terima kasih. Wassalamu'a/aikum wr.wb.

KETUA RAPAT:

Terakhir, Pak Pendeta. Silahkan!

F·PDS (PASTOR SAUT M. HASIBUAN):

Terima kasih.

Pimpinan yang saya hormati dan Rekan-rekan anggota Panja,

Bapak Menteri PU dan Bapak yang mewakili Menteri Dalam Negeri, yang mewakili Menteri Hukum dan HAM, kemudian ada Menteri PAN, lengkap sudah.

Bapak-bapak yang terhormat saya memberikan pendapat dari fraksi kami. Rancangan Undang-Undang ini harus diartikan dapat diselesaikan secara tepat dan benar, harus dilakukan secara tepat dan benar. Oleh karena itu, jangan ditunda-tunda, karena kalau ditunda banyak kerugian yang akan terjadi.

Kemudian bahwa pembahasan RUU ini dapat terus dilaksanakan tanpa harus berhenti membicarakan kelembagaan, artinya kelembagaan dapat terus dikaji tetapi pasal demi pasal yang ada di dalam RUU ini terus berjalan karena waktu kita dan dana yang sudah dikeluarkan sudah banyak, dari hotel ke hotel. Kalau kita tidak menghasilkan sesuatu dari pasal demi pasal ini maka kita kurang bertanggung jawab. Oleh karena itu, patut kita harus bertanggung jawab. Dan yang kedua bahwa kita mengetahui apabila Presiden itiemberikan kewenangan kepada kementerian tertentu untuk melaksanakan amanat undang-undang ini maka menteri tersebut dapat melaksanakan tanpa membentuk kementerian yang baru, tetapi terletak pada kekuatan undang- undang ini apa tugas dan tanggung jawab daripada lernbaga yang akan melaksanakan ini. Saya akan rnemberikan contoh, bahwa Komisi II baru selesai melaksanakan RUU Adrninistrasi Kependudukan. Tahun sernula administrasi kependudukan ini hanya sekedar mengerjakan pencacahan penduduk saja, tetapi undang-undang rnemberikan tugas yang begitu berat dan besar kepada Kementerian Dalarn Negeri dirnana di dalarnnya ada Direktur Jenderal Administrasi Kependudukan, ini ada saksinya rnasih ada rnenteri-menteri yang ada di sini. Dibandingkan dengan tugas adrninistrasi kependudukan bahwa tugas ini hampir sama saja, karena undang- undang ini yang penting adalah memberikan amanat wewenang apa yang harus dikerjakan oleh penataan ruang ini. Maka rnenurut pendapat kami apabila undang-undang ini diselesaikan tidak ada salahnya bahwa Direktur Jenderal yang ada sekarang dapat melaksanakan undang-undang ini. Hanya bahwa ada undang-undang yang ini tegas-tegas apa saja tugas daripada penataan ruang, jadi Menteri PU dapat melaksanakan ini dan Dirjennya dapat rnelaksanakan ini. Sebab siapapun yang rnelaksanakan ini tergantung pada pemberlan wewenang daripada Presiden.

Presiden mengamanatkan laksanakan undang-undang ini hai Menteri lalu Menteri mengatakan

ARSIP

DPR

RI

(10)

laksanakan undang-undang ini hai kamu Dirjen. Kementerian PU telah berpengalaman dalam hal ini. lni kementerian bukan kementerian kecil-kecilan ini. Saya kira kementerian ini termasuk kementerian yang paling besar, cukup besar dan mempunyai kanwil-kanwil di daerah bahkan ada dinas-dinas yang sudah menjadi bagian dari Pemerintahan Daerah. Maka secara operasional sebetulnya amanat undang-undang ini dapat ditanggung jawabi oleh Menteri PU dengan seluruh aparaturnya di daerah yang paling siap untuk melaksanakan undang-undang ini adalah seperti itu.

Kemudian perihal ada naskah akademis. Memang naskah akademis juga sudah menyangkut itu.

Boleh dikatakan bahwa ada kementerian yang dapat melaksanakan ini. Bukan kementerian yang baru yang dimaksud di situ. Ada kementerian yang ada yang sanggup melaksanakan. Sebab apabila kita membentuk kementerian baru seperti diskusi kami di Komisi II apabila kita membentuk kementerian baru atau badan baru untuk melaksanakan administrasi kependudukan betapa repotnya, betapa lamanya dan kapan harus dibuat itu, susahlah itu, maka tidak akan terjadi lagi apabila kita harus membentuk lembaga baru untuk melaksanakan ini maka terjadilah tunda menunda apalagi birokrasi kita sangat besar. Usul kami RUU ini tetap dilaksanakan, dilaksanakan pembahasan sampai tuntas, saya mengusulkan biarkan Direktur Jenderal yang ada di bawah Kementerian PU untuk melaksanakan amanat undang-undang ini. Saya tidak begitu kenal Menteri ini, Dirjen pun baru saya kenal, tidak ada hubungan saya, hanya berpikir secara logis saja.

T erima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

T erima kasih Saudaraku.

Pak Menteri saya kira memang ini penjelasari dengan sekalian yang sesungguhnya perlu oke, yang perlu menjelaskan Pemerintah kenapa perlu ada lembaga atau badan koordinasi karena memang Pemerintah sendiri yang mengusulkan dibentuknya baclan koordinasi di Pasal 9 ayat (2), tetapi tidak apa-apa. Dari PPP, Pak Rusnain silahkan!

F-PPP (H. RUSNAIN Y AHY A):

Terima kasih Pimpinan.

Assalamu'alaikwn wr. wb.

Pak Menteri PU yang kami hormati, yang mewakili Menteri PAN, yang mewakili Menteri Hukum dan HAM, dan yang mewakili Menteri Dalam Negeri.

Rekan-rekan sekalian kami hanya melengk~pi saja jadi kami tidak membahas lagi soal pertemuan malam ini kita sudah sepakat bahwa ini adalah diskusi jadi sudah berubah dari apa yang sudah kita putuskan.

Kemudian, dua hal yang penting yang ingin dibicarakan malam ini adalah sesuai dengan kesepakatan juga bahwa yang pertama soal kelembagaan dan yang kedua soal sanksi. Kita sudah banyak bicara soal kelembagaan dan kami pun juga bersepakat bahwa kelembagaan yang ada ini sudah dikatakan oleh Pak Abdul Hakim tapi tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, Sadan Koodinasi Tata Ruang Nasional. Oleh karena itu berarti kita akan berdiskusi apakah kita masih perlu membentuk badan itu atau tidak? Jadi kalau kita melihat perjalanan selama ini saya kita mengikuti Rancangan Undang-Undang ini rnemang kelihatannya masih diperlukan sebuah badan itu, kita melihatnya begitu. Oleh karena itulah keing.inan kita malam hari ini bagaimana kita bisa menyepekati apakah perlu atau tidak jadi karena melihat badan yang ada sudah tidak sesuai dengan perundang-undangan yang lalu. Saya kira itu yang ingin kami sampaikan.

Terima kasih. Assalamu'alaikum wr. wb.

F-PD (MARUAHAL SILALAHI):

lnterupsi Ketua. (Ketua: Ya silahkan) Agar kita jangan lari karena biasa saya walaupun Sarjana Hukum terbiasa saya dari dulu itu jawab yang ditanya. Menteri tadi menanya kepada kita ada apa sih rupanya tentang kelernbagaan itu kok sampai harus empat Menteri harus sekaligus diundang. ltu saya rasa. ltulah yang kita jawab masing-masing. lni sudah melebar Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya, kami persilahkan Pak Menteri!.

IO

ARSIP

DPR

RI

(11)

PEMERINT AH (DJOKO KIRMANTO/MENTERI PU):

Saya sedang mencari konsep yang ada kelembagaannya Pak, yang saya pegang ini gak ada, maaf ini. Dan itu harus muncul yang disebabkan interaktif antara Pemerintah dan Pansus, maka saya harus menganggap bahwa kelembagaan itu ada. Begitu kan Pak? Pasal 9 Bapak sekalian saya baca di sini yang menyangkut kelembagaan. Presiden menunjuk seorang Menteri yang bertugas menyelenggarakan Penataan Ruang Wilayah Nasional. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pad~ semua tingkatan wilayah dan fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam penyelenggaraan Penataan Ruang Antar Propinsi dan atau antara Propinsi dengan Kabupaten Kota. Saya kira ini tidak relevan ini Pak. Kemudian dari Pasal 9 yang baru itu ditulis begini, "Dalam rangka mengkoordinasikan pelaksanaan pemanfaatan ruang dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang dengan keanggotaan yang mewakili seluruh pemangku kepentingan". Tapi disini adalah badan koordinasi yang pada saat inipun sudah ada yaitu BKTRN. Saya kira kemudian muncul bahwa karena BKTRN itu dianggap tidak efektif maka akan dicari bentuk badan yang lain agar peran itu tidak hanya pada koordinasi tapi sampai pada pengendalian begitu ya? Karena badan koordinasi itu kemarin hanya mengkoordinasikan karena kalau kita bicara masalah penataan itu menyangkut beberapa stock holder maka kalau ada konflik atau perbedaan kepentingan rnaka badan koordinasi inilah yang akan mernberikan solusi narnun mengingat bahwa kondisi penataan ruang di lapangan itu amburadul kan gitu maka kita semua rnenginginkan agar apapun namanya badan ini harus mempunyai power sehingga dapat rnengendalikan sarnpai kepada tingkat II begitu kira-kira.

Oleh sebab itu muncul badannya itu harus seperti apa. Nah sekarang saya kira level pemaharnan kami dengan teman-teman dari kantor kementerian yang lain yaitu dari Departernen Hukum dan HAM, dari Departemen Dalam Negeri dan dari Kementerian PAN sudah sama maka saya akan minta kalau di ijinkan saya akan minta komentar dari teman-ternan dari departemen yang lain.

Begitu Bapak Ketua.

KETUA RAPAT:

Ya silahkan Pak, tapi begini saya minta maaf tadi terkait soal Pasal 9 yang asli Pak ya.

Memang di dalam draft RUU itu tidak disebut kalimat badan disitu. lni memang karena Pemerintah terlalu akomodatif juga kemarin ini dan luar biasa temu karena hampir teman-teman sekalian ini banyak yang mengusulkan badan juga dan itu usulan alternatif memang, alternatif dibentuknya badan yang muncul dari aspirasi tidaknya teman-teman dari berbagai pihak juga Pak Menteri, saya kira silahkan Pak Menteri kalau memang perlu penjelasan dari rekan-rekan yang lain!

PEMERINT AH (DJOKO KIRMANTOIMENTERI PU):

Kalau nama saya tidak begitu, apakah badan apakah dewan apakah apa tapi ada sesuatu yang tugasnya tidak hanya mengkoordinir tetapi juga mempunyai power yang lebih kuat sehingga bisa menyelamatkan kondisi yang pada saat ini dinilai amburadul mengenai penataan ruang kita secara keseluruhan itu. Silahkan dari PAN ada ini atau mereka diminta berkomentar atau beliau- beliau sekarang sudah tahu apakah dia diberi kesempatan dia nanti melapor kepada menterinya masing-masing untuk kemudian nanti Menteri yang akao ~i~ara atau gimana?

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya jadi ini kan kita sepakat diskusi Pak Menteri tadi dan kita persilahkan juga memang dari masing-masing yang kita undang yang diwakili tadi. Pak Malkan ada komentar?

F-PG (H. M. MALKAN AMIN):

Ya bukan komentar tetapi saya ingin memberi beberapa tanggapan alas penjelasan singkat Pak Menteri dan yang saya tangkap dari teman-teman tadi begini. Sebenarnya ada dua lembaga yang ada dibenak saya, saya ndak tahu teman-teman tapi mungkin ada yang berpikir seperti itu. Pertama ada lembaga yang ditunjuk oleh Presiden nanti atau yang diatur oleh undang- undang ini yang melaksanakan teknis penataan ruang. ltu satu.

Yang kedua, ada badan lain yang sifatnya mengkoordinasi oleh karena adanya himpitan kewenangan kepada sektor lain atau lembaga lain, katakanlah sekarang. Kita mengambil contoh atau mengandai-andai kalau kita menetapkan atau ditetapkan Departemen PU karena lembaga itu punya perangkat di daerah dia diberi kepercayaan melaksanakan itu maka pelaksanaannya itu

ARSIP

DPR

RI

(12)

bisa saja tidak konsisten tidak bisa optimal oleh karena itu penerapannya melalui kewenangan Gubernur dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota karena kita mengetahui bahwa atasan yang selama ini ada dibenak Gubernur dan Pernerintah Kabupaten Kot.a adalah Menteri Dalam Negeri.

Karena itu penerapan yang optimal dari kebijakan Menteri PU yang diberikan kewenangan seandainya tidak bisa optimal. ltu satu. Katakanlah mungkin di Departemen Kehutanan ada kebijakan menyangkut mengenai itu tidak bisa pun di Departemen Kehutanan dilaksanakan secara konsisten kebijakan Menteri PU itu yang diberi kewenangan oleh undang-undang maupun oleh Pemerintah. Nah dibentuklah suatu badan apapun namanya buat saya tidak ada masalah yang barangkali bisa menjadikan full power agar pelaksanaan ketentuan undang-undang dimana disitu ada, penerapan, ada pengendalian, ada pengawasan, dan jug a sanksi yang belum melibatkan petugas-petugas hukum, sanksi administratif atau apa supaya bisa berfungsi atau bisa terlaksana secara optimal ada badan lain yang sebenarnya badan itu sek:arang sudah ada yang kira-kira adalah BKTRN itu Pak. Apakah teman-teman yang terhormat ini yang kebetulan menjadi anggota Pansus dan menjadi anggota Panja itu, itu terbayang seperti ini dan menginginkan seperti apa.

ltulah sebabnya Pak Ketua kita mengharapkan kehadiran malam ini Bapak-bapak Menteri itu hadir untuk bisa rnengisi apa yang ada di bacl< mind kita masing-masing bahwa kondisinya seperti ini tetapi saya setuju dan ini perrnintaan teman-teman tidak apa-apa kita memberikan kesempatan karena saya tahu yang hadir ini dari Eselon I yang cukup punya kemampuan untuk memberikan barangkali itu bisa kita anggap sebagai ini. Dan tetap saya mengatakan bahwa karena ini rnasalah yang bukan crusial sebenarnya rnasalah yang sangat penting sekali rnasalah kelernbagaan ini saya minta saya minta kesabaran teman-teman untuk kita putus terlalu cepat artinya ada waktu dan ini menjadi hak kita semua untuk membicarakan bukan menjadi hak satu pihak saja tidak, kita bisa. Dan di sinilah kebersamaan kita agar betul-betul undang-undang ini kita lahirkan siapa lembaga yang ditunjuk, siapa yang rnengkoordinasikan itu, dan bagairnana menerapkan secara optimal itu bisa lahir secara baik-baik undang-undang ini. Saya kira ini Pak Ketua yang ingin saya kemukakan mudah-mudahan Bapak-bapak dari Eselon I mulai terbuka dan punya keberanian dan ini juga kita tidak harus berusaha berjanji kepada beliau ini kita akan perhadapkan dengan Menterinya satu saat sudah dihadirl<an ini Bapak ndak perlu takut karena kita tidak mengatakan dulu kan Pak Dirjen Hukum sudah ada Pak Menteri lalu, ndak saya minta ternan-teman juga kita, saya jarnin Pak teman-teman yang hadir disini ndak akan seperti itu jadi kita ingin ada buah-buah pikiran untuk kita bisa renungkan nanti kalau sudah mau tidur-tidur oh mungkin ini ada untuk mengilhami kita di dalam rangka memberikan nuansa di sini.

T erima kasih Pak Ketua.

F-PD {MARUAHAL SILALAHI):

Demi kemaslahatan Pak, demi .kemaslahatan rakyat, begitu.

KETUA RAPAT:

Ya kita persilahkan Sesmen PAN ya? Silahkan Pak!

PEMERINTAH (SEKRETARIS MENTER! PAN):

Bismilfahirrahmanirrahim. Assafamu'afaikum

wr:

vitb.

Bapak Pimpinan Pansus yang terhormat beserta seluruh Anggota dewan yang hadir dan Bapak Menteri PU yang kami hormati dan Rekan-rekan Eselon I dari Kehakiman dan maaf Kumham dan Departemen Dalam Negeri.

Pertama tentu saya memamitkan Pak Menteri mohon maaf memang kesehatannya tidak memungkinkan untuk hadir jadi bukan disengaja. Dari pagi sudah direncanakan untuk hadir kemudian saya secara mendadak agak sore baru diberitahu bahwa Pak Menteri berhalangan dan kami mewakili.

Bapak Pimpinan dan para Anggota yang terhormat jadi bicara tentang tata ruang kita bicara lintas sektor, lintas kementerian, lintas lembaga, bahkan lintas wilayah. Penanganannya juga multi pendekatan tetapi juga ada institusi katakanlah yang bisa melakukan koordinasi terhadap yang lintas-lintas tadi. Sebenarnya penyelenggara perintah ini sudah dibagi habis dalam fungsi-fungsi. Tapi saya setuju ada salah satu alternatif yang disampaikan bahwa kenapa tidak dikuatkan saja fungsinya Menteri PU sehingga dari fungsi tadi mernbuat strong enough dari sisi perundang-undangan, jadi di undang-undangnya di kuatin aja Menteri PU tetapi dengan catatan karena itu sudah fungsional diberikan mandat oleh Presiden maka Menteri yang lain juga ikut

12

ARSIP

DPR

RI

(13)

Menteri PU. T api tadi jug a ada pendapat antara lain oleh Bapak yang sebelah sana saya lupa tadi ada . beberapa undang-undang yang juga mengatur tata ruang penggunaan ruang, baik oleh Men:teri Kehutanan, Menteri ESDM dan sebagainya yang juga menggunakan ruang sehingga terja~ilah bahwa beberapa undang-undang ini mesti ada yang ngatur yang bisa lintas tadi. Kami perh:1 sampaikan bahwa secara institusional · 'sebetulnya kalau kita bicara bad an itu ada dua kemungkinan ada badan yang di bawah menteri setingkat Eselon I bertanggung jawab kepada menteri yang bersangkutan, ada badan yang1J~ersifat Lembaga Pemerintahan Non-Departemen, atau LPND itu biasanya dia mandiri tetapi di bawah koordinasi Menteri yang terkait, tetap di bawah Menteri yang terkait. Kalau bicara substansi 'maka koordinasi yang dia inginkan nampaknya koordinasi yang lumayan gede, karena antar institusi bahkan antar Menteri. Oleh karena itu kalau kita' coba mengambil alternatif LPND, Lembaga Pemerintah Non-Departemen, tampaknya tidak terlalu kuat karena dia Eselon I dan bukan Menteri. Sehingga kalau dia mengkoordinasikan Menteri tentu sulit. Kalau di bawah Menteri rnendingan Menterinya saja dikasih perkuatan selesai urusannya. Jadi Menteri dikuatin secara undang-undang tapi sudah disampaikan bahwa kalau undang-undang yang ngomong kan semua mesti ikut Menteri mana pun, apakah itu yang harus kita ambil. Jadi sebetulnya alternatif-alternatif)tadi itu bisa kita pilih tetapi ada alternatif lain yang tadl dirasakan oleh juga disampaikan oleh Bapak Menteri PU bahwa dengan adanya badan koordinasi pun ternyata efektifitasnya juga rendah, tidak optimal. Kita memang mencoba-mencoba mebgotak-atik supaya ini bisa lintas Menteri kalau perlu yang mimpin ya Menko apa Wakil

Pr~siden apa Presiden gitu tetapi dewan sifatnya. Jadi setelah ada persoalan-persoalan nasional yar:ig tidak bisa dipecahkan secara sektoral sehingga perlu pemecahan lintas Menteri, lintas

depart~men dan sebagainya. Dan itu menjadi barangkali alternatifnya tadi saya ingat ada salah satu Bapak yang mengatakan bahwa ada penyelengaraan teknis yang secara teknis khususnya ada di Menteri PU. Menteri PU diberi kewenangan penuh oleh Bapak Presideh termasuk di dalamnya tata ruang, kenapa tidak kita kuatin saja. Jadi kalau kita kembali ke situ sebetulnya pasal di praft awal itu relatif kuat sebenarnya, ini sudah perkuatan luar biasa tinggal silahkan redaksional

di~uati lagi gitu. Kalau kita bicara tentang penyelenggaraan teknis, tadi sudah disampaikan penyelenggaraan teknis siapa, Menteri PU. Jadi pasalnya menjadi Pasal 9 kami mencoba ngotak- ngatik kalimatnya menjadi ayat (1), penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh seorang Menteri yang bertugas melaksanakan urusan pemerintahan dibidang penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, jadi Menteri PU konkrtinya. Ayat (2)-nya tapi ini konsep

b~hwa adanya dewan tadi, dewan yang di alas Menteri agar supaya bisa mengkoordinasikan lintas Menteri tetapi kasuistis tentu sesuai dengan pengendalian saja, pengendalian tata ruang. Tetapi penyelenggara tata ruangnya tetap Menteri Pekerjaan Umum. Ayat (2)-nya, dalam rangka mengkoordinasikan pelaksanaan pemanfaatan, sehingga terrnasuk pengendalian di dalamnya, dibentuk Dewan Penataan Ruang Nasional. Tugas dan Fungsi Serta Susunan Keanggotaan Dewan Penataan Ruang Nasional sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Nah disitu bisa kita lihat nanti organisasihya secara lebih eksplisit tentang tugas pokok, fungsi termasuk bagaimana link-nya antara Kepala Negara terhadap dewan ini didalam mengkoordinasikan pengendaliannya karena penyelenggaraannya tugas-tugas teknis penyelenggaraan tata ruang sudah diserahkan -kepada Menteri Pekerjaan Umum. Jadi itu yang kita coba olah kemarin kami coba konsultasi dengan Bapak b'irjen dari Departemen Pekerjaan Umum.

Tinggal alternatifnya kita akan milih yang mana. Satu perkuatan institusi dengan undang-undang, yang kedua mungkin ada sebuah dewan yang lintas Menteri tetapi dipimpin oleh diatas Menteri, mungkin Menko, mungkin Wakil Presiden, mungkin Presiden, tetapi sifatnya tidak teknis karena pekerjaan teknis ini perlu ketekunan kalau menata ruang itu tetapi lebih banyak kegiatan yang pengendalian pemanfaatan tata ruang nasional. ltu yang coba kami sampaikan Bapak Pimpinan.

Assalamu'alaikum wr. wb.

KETUA RAPAT:

Ya, terima kasih.

Pak Menteri? Dari Bangda dulu! Ya, silahkan!

PEMERINTAH (DEPDAGRI):

Bismil/ahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum wr. wb.

Selamat malam dan salam sejahtera buat kita semua.

Bapak Pimpinan Pansus yang terhormat.

ARSIP

DPR

RI

(14)

Bapak-bapak dan lbu Anggota DPR yang terhomat, Pak Menteri dan Rekan-rekan yang lain.

Mendagri berhalangan hadir Pak karena pada saat ini rnasih bersarna Bapak Presiden untuk sesuatu urusan yang sangat penting dan dengan tidak berrnaksud rnengurangi makna perternuan rnalam ini beliau menugaskan kepada saya untuk hadir.

Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi barangkali kita perlu mencoba untuk mencermati Undang-Undang 32 Tahun 2004. Pasal 14 ayat (1) huruf (b) disebutkan bahwa, urusan wajib yang diserahkan kepada daerah diantaranya adalah perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang. Kalau seluruh kewenangan pengaturan kewenangan ini sudah wajib diserahkan kepada daerah maka sebenarnya urusan tata ruang ini secara berjenjang ke atas itu dirnulai dari Kabupaten. Yang akumulatif itulah yang menjadi tata ruang nasional. Jadi heavy-nya di sini sebenarnya terletak pada tata ruang yang ada di Kabupaten karena ini adalah urusan wajib yang diselenggarakan oleh Kabupaten. Dalam kaitan dengan hubungan pembentukan institusi yang akan menangani secara nasional maka tentu saja harus menjadi perhatian kita juga adalah institusi apa nantinya yang akan melaksanakan di Daerah. Apakah dengan demikian itu secara berjenjang, kalau di nasional katakanlah kita sebut badan dalam tanda petik itu juga di Provinsi itu juga yang ada di Kabupaten. Artinya adalah bahwa dengan demikian di dalam undang-undang ini harus dimuat kalau itu ditentukan bahwa ini badan maka di Kabupaten pun itu badan sifatnya. Oleh karena itulah, rnaka barangkali bentuk institusi yang akan kita lakukan yang kita meterankan di Tingkat Nasional Provinsi maupun Kabupaten itu mestinya mengacu kepada ketentuan tersebut. Di dalarn rnernbentuk kelembagaan ada beberapa hal yang rnernang rnenjadi perhatian kita. Yang pertama adalah diantaranya seberapa besar bobot dari fungsi yang akan cliperankan itu. Kita tahu persis bahwa tata ruang seperti yang dikemukakan Sesrnen PAN tadi itu mempunyai makna- makna lintas baik lintas ke samping, horinzontal maka juga mempunyai fungsi lintas-lintas vertikal.

Karena itu lah diharapkan bahwa institusi yang akan seperti itu adalah institusi yang mempunyai garis yang bisa ke horizontal dan juga bisa ke vertikal. Pengalaman kita dalam penyelenggaraan tatc;i ruang memang benar bahwa terjadi permasalahan-permasalahan yang berkait dengan ketidak singkronan antara tata ruang yang ada di suatu daerah dengan daerah yang lain. Kita ambil contoh terakhir adalah permasalahan tata ruang di tiga Propinsi ini,. Banten, OKI dan Jawa Barat. Karena tidak adanya sinkronisasi sehingga terjadi semacam ego Propinsi masing-masing, menata tata ruangnya menurut kehendaknya tetapi tidak dalam satu sistem tata ruang yang disebut dengan Jabodetabekjur. ltu akibatnya rnungkin disana sudah dilakukan penataan ruang yang benar tetapi karena dia connecting dengan Provinsi ·yang lain. Kemudian ternyata itu membawa tetap membawa dampak. Karena itulah memang sifat organisasi yang akan kita kembangkan ini adalah organisasi yang mempunyai power untuk yang bersifat baik lintas vertikal maupun juga lintas horizontal. Dengan tetap rnemperhatikan ketentuan-ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

T erirna kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Ya, terirna kasih. Silahkan Pak Dirjen Hukum d~n. H,AM!

PEMERINTAH (DIRJEN HUKUM DAN HAM):

Terima kasih. Assalamu'alaikum wr. wb.

Pengalarnan yang elok saya kira saya sampaikan bahwa DPR pernah punya pengalaman yang menurut saya cukup membanggakan yaitu kemampuan untuk menghadirkan Menteri dalam beberapa kali konsultasi yaitu ketika menyelesaikan RUU tentang Pemerintahan Aceh clan pada SCJat itu masih ingat Pimpinan itu ada ya'~g jadi Panja langsung bisa mengambil keputusan. Jadi kalau ada harnbatan-harnbatan untuk pehgambilan keputusan yang sifatnya policy rnemang elok kalau itu bisa rnenghadirkan menteri yan~ bersangkutan. Kedua dilihat dari perspektif hukum saya kira perlu didekati dari fungsi dulu sebelttn membentuk suatu lembaga. Berkali-kali tadi dijelaskan seberapa besar fungsi yang akan dijalankan oleh lembaga yang akan kita bentuk. Kalau peta terhadap fungsi-fungsi itu sudah kita peroleh sebetulnya lembaga yang ada sekarang itu apa, apa yang kurang dengan melihat berbagai aspek yang sudah ada pengaturannya, misalnya disebutkan mengenai undang-undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, itu tidak hanya bicara tentang di tingkat pusat tapi juga di tingk(\t daernh.

14

ARSIP

DPR

RI

(15)

Apalagi dikatakan di dalarn undang-undang 32 bahwa mengenai tata ruang merupakan semester wajib sehingga di pusat itu sifatnya hanya pembuatan pengaturan standart ukuran dan sebagainya. Mengenai pengaturannya sendiri saya kira, sangat tergantung pada undang-undang ini jangan lagi diserahkan kepada misalnya kepada Presiden. Misalnya dikatakan disini rumusannya bahwa penyelenggaraan penataan ruang dilakukan di menteri yang bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan negara. Jadi undang-·undang ini sudah mengatakan bahwa urusan mengenai penataan ruang dilakukan oleh menteri yang menjalankan urusan pemerintahan di bidang tata ruang yang saat in;i dijalankan oleh PU. PU bukan hanya lembaga yang besar tapi juga lembaga yang sangat tua, lahirnla bersama-sama dengan republik.

Kementerian yang saya kira dengan pengalaman yang panjang itu saya kira kemampuan untuk men,angani masalah-masalah ini menjadi penting.

Mengenai pembentukan dewan umumnya dewan tidak teknis dia hanya dibidang policy saja, biasanya pemberian pertimbangan-perl.imbangan dan kadang-kadang justru orang meragukan tentang dewan. Jadi lebih baik pengaturannya adalah seperti yang kalaupun mau ditingkat diubah mengenai badan koordinasi dan koordinasi itu selalu ada menimbulkan masalah.

ltu dalam hal-hal yang sifatnya sangat s~ktoral tadi, baik yang sifatnya vertikal maupun yang ke samping.

Kedua, mengenai saya tidak tahu apakah boleh masuk 9itu mengenai sanksi. Ada orang berpendapat tanpa ada sanksi sepertinya undang-undang ada sesuatu yang kurang. Dan orang mengatakan bahwa sanksi itu selalu identik dengan ketentuan pidana. Dalam beberapa hal benar tap! sebetulnya tidak benar seluruhnya. Seringkali sanksi administratif itu lebih memberi efek yang lebih cepat karena dia tidak melalui proses pengadilan pada tingkat tertentu, dan lebih langsung dirasakan. Kalau pidana kompleks dan disamping persyaratan yang memang harus dipenuhi ya, misalnya kejelasan tentang siapa yang akan kita jatuhi sanksi, tentang perbuatan apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang harus diberikan sanksi, inipun ada masalah, apakah ini perbuatan jahat atau perbuatan hanya melanggar peraturan dan sebagainya. Yang terakhir adalah mengenai seberapa besar sanksi itu akan dilaksanakan. Dan semua itu proses-proses yang harus ditempuh melalui proses panjang melalui pengadilan itu dan dibanyak tempat maaf saudara Belanda misalnya mengenai tata ruang itu tidak ada sanksi pidana itu ada disektoral itu, karena undang- undang tata ruang ini sesungguhnya kategorinya adalC!h undang-undang yang sifatnya rnemberi arahan, memberi pedoman bagaimana menata dengan baik suatu ruang yang ada disuatu daerah dan nasional dan itu selesai ketika semuanya berjalan baik. Oleh karen itu kalau memang nanti panja akan mernutuskan akan rnengatur dengan sanksi tolong tiga hal itu dipertirnbangkan siapa yang akan kita jatuhi pidana, perbuatan apa yang dianggap melanggar dan seberapa besar sanksi yang akan dijatuhkan dan tentu saja kita mengingati juga apa yang disampaikan teman-teman tadi apakah ada yang sudah mengatur mengenai hal-hal.

Jadi itu yang bisa kami sampaikan sebelumnya saya ingin menyampaikan permintaan rnaaf juga dari bapak Menteri Hukum dan HAM, semula sampai pukul tujuh tadi mengatakan masih akan hadir lnsya Allah kemudian beliau menghadap bapak Wakil Presiden. Begitu pak menteri.

Terima kasih bapak-bapak/ibu sekalian.

" ·-.. , ... ,,. '•

KETUA RAPAT:

Ya sama-sama Pak. Ya silahkan Pak IVlenteri mau tambahan!

PEMERINTAH (DJOKO KIRMANTO/MENTERI PU):

Dernikian bapak pirnpinan saya kira saya tidak akan rnenambah jacli sudah ada alternatif tadi, alternatif dari kantor Men.PAN ada tiga, kalau saya tidak salah tanggap tadi badan dibawah Menteri atau Dirjen kemudian ada badan diluar menteri namun bertanggung jawab kepada presiden, pembinaannya oleh menteri teknis yang kedua, yang ketiga adalah badan atau dewan yang posisinya diatas menteri rnungkin diketuai oleh presiden, wakil presiden atau menko, anggotanya menteri-menteri itu adalah alternatif yang ketiga. Kemudian dari pak dirjen bangda saya kira hampir sama dengan alternatif ketiga cuma dia memberikan warning kepada kita bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 mengenai pemerintahan di daerah itu penataan ruang adalah merupakan kewenangan wajib sehingga oleh sebab itu pemerintahan diatasnya itu kewajibannya atau kewenangannya hanya memberikan petunjuk yaitu pengaturan, pembinaan dan, pemberian standart dan sebagainya itu.

ARSIP

DPR

RI

(16)

Saya kira itu Pak Pimpinan dan tadi banyak dari Pak Dirjen Hukum tapi justru yang menarik yang paling belakang yaitu mengenai sanksi. T erima kasih saya kira ini masukan- masukan dan mudah-mudahan menjadi bahan untuk suatu nanti segera kita putuskan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya saudara sekalian Pak Menteri terima kasih dan mengenai sanksi nanti itu kita belum sampai segitu sebetulnya, kita sekarang fokus kepada lembaga. Kalaupun ada tambahan masukan soal sanksi dari pak dirjen saya kira itu memang kita harapkan karena memang itu salah satu hal yang mungkin yang akan kita bahas dan cukup menguras tenaga dan waktu soal sanksi.

Saudara sekalian jika teman-teman kalau ada tanggapan. Pak Malkan dulu ya habis ini bang Afni!

F-PG (H. M. MALKAN AMIN):

Ya terima kasih pak ketua saya kira dengan kesempatan yang kita berikan kepada para eselon I dari kementerian yang kita undang, maka mulai sedikit ada terkuak hal-hal yang barangkali bisa kita diskusikan lebih baik lagi.

Pertama yang bisa kita tangkap didalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pemerintahan, bahwa disitu dinyatakan ada berdasarkan undang-undang ada kewajiban yang dimandatkan kepada kabupaten/ kota. Kewajiban ini itu bisa digunakan secara full artinya ada dua kemungkinan bisa full digunakan secara positif dan bisa juga full digunakan secara negatif. Kalau dia positif pak Arif pak dirjen tidak ada persoalan memang itu yang ingin dicapai target di undang- undang. Undang-undang itu dibuat bukan untuk dilanggar tapi undang-undang itu dibuat untuk ditaati, kan begitu logikanya. Tapi kalau sebaliknya seorang Bupati kepala daerah memberikan ijin katakanlah satu kawasan yang sudah ditetapkan menjadi kawasan lindung oleh karena orang itu mungkin pengusaha besar di wilayah itu, kontribusinya kalau ada ulang tahun daerah dia turun tangan apa, sudah tidak enak permohonannya itu ditolak diberikan, lalu lembaga mana yang bisa memberikan sanksi yang seperti Pak Dirjen Hukum tadi katakan itu kalau bukan sanksi pidana mungkin sanksi administratif disitulah teman-teman harus berpikir memang diperlukan ada satu lembaga yang sifatnya memang untuk melakukan kebijakan tetapi bisa memberikan sesuatu kepada pihak diluar daripada kewenangan lembaga yang ditunjuk secara teknis.

Katakanlah kalau saya bisa tangkap Pak Sekmen tadi mengatakan kalau perlu diberi perkuatan kepada lembaga saya setuju, ini saya tanpa mau bermaksud mempengaruhi teman- teman. Setuju · ada lembaga yang teknis karena lembaga ini sudah dari awal mengetahui sebenarnya apa itu tata ruang bagaimana ·. ini bagaimana ini ada direktorat jenderalnya perangkatnya sarnpai ke daerah-daerah. Tetapi lembaga ini tidak bisa melakukan fungsinya secara optimal walaupun dia tahu disana ada pelanggaran undang-undang ada perlakuan kesewenang- wenangan pejabat yang ditunjuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tadi. Karena itu saya selalu berpikir memang harus ada dua lernbaga, lembaga teknis dan lembaga kebijakan. Lembaga kebijakan ini bisa full power nanti akan menyerahkan kepada lembaga-lembaga lain jika ada penyelenggara penataan ruang itu yang melakukan la~g~a,h-langkah atau tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum yang ada.

lni pak ketua sudah saya coba menangkap apa yang dikatakan oleh para eselon 1 kita.

Saya kira saya sampai disini saja karena saya ingin teman-teman juga mulai keluar dia punya bisanya, kalau ular itu mulai. Mengapa saya harapkan teman-teman keluar ini dan juga dari tamu- tamu yang terhormat oleh karena ini masalah yang sangat peka Pak, begitu sekali kita ketok bahwa ini berdasarkan undang-undang kewenangan yang diberikan, gak bisa dalam waktu 2 tahun 3 tahun kita rubah. Artinya ini bisa saja tidak ada lagi yang sakral Undang-Undang Dasar 45 saja bisa kita rubah diamandemen tetapi sebaiknya satu undang-undang itu berlaku untuk masa-masa tertentu nanti betul-betul karena perkembangan masyarakat, perturnbuhan ekonomi, perkembangan negara barulah undang-undang itu dirubah berdasarkan tuntutan perkembangan itu bukan karena selera dari pihak yang berkuasa.

Terima kasih. Wassafamu'afaikum wr. wb.

KETUA RAPAT:

Wa'alaikum sa/am. Silahkan Pak Afni!

16

ARSIP

DPR

RI

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun telah melakukan imunisasi tidak berarti balita tersebut bebas dari stunting karena terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan stunting seperti pola asuh orang

Korosi ini juga dapat disebut sebagai pemisahan unsur logam akibat perbedaan dari potensial logam (logam yang sama namun memiliki jumblah elektron yang berbeda), yang mana

Saya kira ini memang masih ada kaitan · dengan apa yang dibicaral&lt;an sebelumnya, kalau saya menangkap disini bahwa di daerah yang belum kompetisi itu bisa tidak ada

Sebentar Pak, kemarin itu memang ada masalah yang Pak Djoko bilang, karena ada masalah soal swasta, bukan soal diatur soal yang statis ini bukan, tapi dalam

RI.. menjelaskan kembali mekanisme persidangan kita sehingga kita pada hari ini sudah masuk pada pembahasan DIM. Pertama, bahwa saya tidak usah bacakan satu per

Usul PDI iti\ sebenarnya tidc:l.k terlalu mengubah ma.teri atau esensi ha - nya penyemuurna.an satu kata,aaya juga tidak seoara. penuh mengklaim bahwa,g sul itu

Data Flow Diagram 1 (DFD Level 1) Maintenance Batas Waktu Pengisian Pada DFD level 1 mengelola data batas waktu pengisian untuk penilaian kinerja guru terdapat beberapa

Rencanal Tata Ruang Wilayah Daerah ~Tingkat II \yang ber~pa RencanaiUrnum Tata Ruang Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II adaiah kebijaksanaan pemerintah yang