• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ...1

B. MAKSUD DAN TUJUAN ...3

C. DASAR HUKUM ...4 D. RUANG LINGKUP SPM ...5 E. KEBIJAKAN UMUM ...6 F. ARAH KEBIJAKAN ...7 BAB II PENDAHULUAN A. PELAYANAN DASAR SPM ...8

B. INDIKATOR DAN PENILAIAN SPM ...17

C. REALISASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM ...19

BABA III PENUTUP ...27

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, desentralisasi diselenggarakan dengan pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah untuk mengurus sendiri urusan Pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada daerah antara lain dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab, dengan pengertian bahwa penanganan urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah dalam rangka memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan pengawasan berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, monitoring dan evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap sejalan dengan tujuan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(5)

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka SPM tidak lagi dimaknai dalam kontekstual sebagai norma, standar, prosedur, dan kriteria. Batasan pengertian SPM secara tekstual memang tidak berubah, yaitu bahwa SPM merupakan ketentuan mengenai Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal, namun terdapat perubahan mendasar dalam pengaturan mengenai Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar, kriteria penetapan SPM, dan mekanisme penerapan SPM.

Dalam penerapannya, SPM harus menjamin akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari Pemerintahan Daerah sesuai dengan ukuran- ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik dalam perencanaan maupun penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-prinsip SPM yaitu sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung jawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.

SPM juga diposisikan untuk menjawab isu-isu krusial dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, khususnya dalam pelayanan dasar yang bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat. Upaya ini sangat sesuai dengan apa yang secara normatif dijamin dalam konstitusi sekaligus untuk menjaga kelangsungan kehidupan berbangsa yang serasi, harmonis dan utuh dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Untuk memberikan pelayanan publik secara maksimal kepada masyarakat, yang berorientasi terhadap terwujudnya pelayanan publik yang prima,

(6)

maka Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam menyelenggarakan pelayanan dasar dengan tujuan peningkatan pelayanan prima yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat umum sehingga terwujud suatu pelayanan prima menuju Good Governance. Penerapan SPM juga dianggap sebagai tindakan yang logis bagi Pemerintah Daerah karena:

1. Kemampuan masing-masing daerah sangat berbeda, sehingga sulit bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan semua kewenangan/fungsi yang ada. Keterbatasan dana, sumber daya aparatur, kelengkapan, dan faktor lainnya membuat Pemerintah Daerah harus mampu menentukan jenis-jenis pelayanan yang minimal harus disediakan bagi masyarakat.

2. Kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah menjadi lebih terukur SPM yang disertai tolok ukur pencapaian kinerja yang logis dan riil akan memudahkan bagi masyarakat untuk memantau kinerja aparatnya sebagai salah satu unsur terciptanya penyelenggaraan yang baik.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari SPM Bidang Kesehatan adalah sebagai panduan kepada Pemda dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggung jawaban penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. SPM Bidang Kesehatan juga dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada Pemda terkait penerapan SPM Bidang Kesehatan dan Kebijakan pelaksanaan urusan pemerintahan Bidang Kesehatan berdasarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta peraturan pelaksanaannya.

(7)

Konsep SPM berubah dari Kinerja Program Kementerian menjadi Kinerja Pemda yang memiliki konsekuensi reward dan punishment, sehingga Pemda diharapkan untuk memastikan tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat, tenaga dan uang/biaya) yang cukup agar proses penerapan SPM berjalan dengan kuat.

C. DASAR HUKUM

Dasar Hukum SPM Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal

c. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 100 tahun 2018 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal

d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minumal Bidang Kesehatan

(8)

D. RUANG LINGKUP SPM

Ruang lingkup Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan terdiri dari:

1. Rencana Pencapaian target SPM;

2. Pengintegrasian rencana pencapaian SPM dalam dokumen Perencanaan dan penganggaran;

3. Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM dan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Kesehatan;

4. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target tahunan SPM kepada masyarakat;

5. Menyusun kebijakan program dan kegiatan untuk mencapai target.

(9)

E. KEBIJAKAAN UMUM

Strategi pembangunan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan program-program. Kebijakan merupakan arah/ketentuan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah sebagai dasar untuk dijadikan pedoman, pegangan/petunjuk dalam melaksanakan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran. Kebijakan dan program pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mencapai sasaran meningkatnya aksesabilitas masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan kebijakan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik, dengan program penyempurnaan sistem manajemen pelayanan publik dan sebagai instrumen bagi masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap kinerja pemerintah Daerah dalam pelayanan publik salah satunya bidang Kesehatan.

SPM yang ditelah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan/Keputusan Menteri. Rencana pencapaian SPM dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).

(10)

Target tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah

E. ARAH KEBIJAKAAN

Strategi pembangunan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan program-program. Kebijakan merupakan arah/ketentuan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah sebagai dasar untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam melaksanakan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran. Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi kumpulan beberapa kegiatan yang sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat yang dikoordinasakan oleh instansi pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran

(11)

A. PELAYANAN DASAR SPM

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.di Kabupaten/Kota mencakup 12 (dua belas) jenis pelayanan dasar, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan ibu hamil; 2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin; 3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir; 4. Pelayanan kesehatan balita;

5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar; 6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif;

7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut; 8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;

9. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus;

10. Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat; 11. Pelayanan kesehatan orang dengan TB;

12. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV.

A.1 Pelayanan kesehatan ibu hamil

Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil kepada semua ibu hamil di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu kehamilan.Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada trimester pertama,

Standar Pelayanan Minimal 8 BAB II

PEMBAHASAN

PENERAPAN DAN PENCAPAIAN

(12)

satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR).

A.2 Pelayanan kesehatan ibu bersalin

Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin kepada semua ibu bersalin di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan atau persalinan dengan komplikasi. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes, Puskesmas, bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta.

A.3 Pelayanan kesehatan bayi baru lahir

Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan bayi baru lahir kepada semua bayi di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada Pelayanan Neonatal Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR).

(13)

A.4 Pelayanan kesehatan balita

Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan anak balita kepada semua balita di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anak berusia 0-59 bulan dan dilakukan oleh Bidan dan atau Perawat dan atau Dokter/DLP dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR) dan diberikan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta, dan UKBM. Pelayanan kesehatan, meliputi :

a. Penimbangan minimal 8 kali setahun, pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali setahun

b. Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun. c. Pemberian imunisasi dasar lengkap.

A.5 Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar

Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan penjaringan kesehatan kepada anak usia pendidikan dasar di wilayah kabupaten/kota tersebut pada waktu kelas 1 dan kelas 7. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar yaitu :

1) Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar adalah penjaringan kesehatan yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar, minimal satu kali pada kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan oleh Puskesmas.

2) Standar pelayanan penjaringan kesehatan adalah pelayanan yang meliputi : a) Penilaian status gizi (tinggi badan, berat badan, tanda klinis anemia); b) Penilaian tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi dan napas);

(14)

c) Penilaian kesehatan gigi dan mulut;

d) Penilaian ketajaman indera penglihatan dengan poster snellen; e) Penilaian ketajaman indera pendengaran dengan garpu tala;

3) Semua anak usia pendidikan dasar di wilayah kabupaten/kota adalah semua peserta didik kelas 1 dan kelas 7 di satuan pendidikan dasar yang berada di wilayah kabupaten/kota.

A.6 Pelayanan kesehatan pada usia produktif

Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 15–59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

1) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun sesuai standar adalah: a) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di

Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan pemerintah daerah.

b) Pelayanan skrining kesehatan usia15–59 tahun minimal dilakukan satu tahun sekali.

c) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi :

(1) Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut.

(2) Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer.

(15)

(3) Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula darah.

(4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku. (5) Pemeriksaan ketajaman penglihatan

(6) Pemeriksaan ketajaman pendengaran

(7) Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30–59 tahun.

2) Pengunjung yang ditemukan menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya

A.7 Pelayanan kesehatan pada usia lanjut

Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam kurun waktu satu tahun.Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun. Lingkup skrining adalah sebagai berikut :

(1) Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.

(2) Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah. (3) Deteksi kadar kolesterol dalam darah

(4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status

Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression Scale(GDS).

(16)

A.8 Pelayanan kesehatan penderita hipertensi

Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya. Sasaran adalah penduduk usia 15 tahun ke atas. Penderita hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar; dan upaya promosi kesehatan melalui modifikasi gaya hidup di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Penderita hipertensi dengan komplikasi (jantung, stroke dan penyakit ginjal kronis, diabetes melitus) perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) yang mempunyai kompetensi untuk penanganan komplikasi.

Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi: pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan diet seimbang, aktifitas fisik, dan pengelolaan farmakologis. Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg untuk usia di bawah 60 th dan <150/90 mmHg untuk penderita 60 tahun ke atas dan untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes melitus dan penyakit ginjal kronis. Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika tekanan darah penderita hipertensi tidak bisa dipertahankan sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya atau mengalami komplikasi, maka penderita perlu dirujuk ke FKTL yang berkompeten

(17)

A.9 Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus

Setiap penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penyandang diabetes melitus sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya.Sasaran indikator ini adalah penyandang DM di wilayah kerja kabupaten/kota.Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan preventif di FKTP.Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM dengan komplikasi perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk penanganan selanjutnya. Pelayanan kesehatan diberikan kepada penyandang DM di FKTP sesuai standar meliputi 4 (empat) pilar penatalaksanaan sebagai berikut:

a) Edukasi, b) Aktifitas fisik, c) Terapi nutrisi medis,

d) Intervensi farmakologis. Setiap penyandang DM yang mendapatkan pelayanan sesuai standar termasuk pemeriksaan HbA1C.Bagi penyandang DM yang belum menjadi peserta JKN diwajibkan menjadi peserta JKN. A.10 Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat (ODGJ)

Setiap ODGJ berat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah:

1) Pelayanan promotif preventif yang bertujuan meningkatkan kesehatan jiwa ODGJ berat (psikotik) dan mencegah terjadinya kekambuhan dan pemasungan.

(18)

2) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat diberikan oleh perawat dan dokter Puskesmas di wilayah kerjanya.

3) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi:

a) Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gejala gangguan jiwa, kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah tindakan pemasungan kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah tangga dan aktivitas bekerja sederhana, dan/atau

b) Tindakan kebersihan diri ODGJ berat

4) Dalam melakukan pelayanan promotif preventif diperlukan penyediaan materi KIE dan Buku Kerja sederhana.

A.11 Pelayanan kesehatan orang dengan TB

Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar.Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh orang dengan TB sebagai upaya pencegahan di wilayah kerjanya.Pelayanan Tuberkulosis Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada seluruh orang dengan TB yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya di FKTP (puskesmas dan jaringannya) dan di FKTL baik pemerintah maupun swasta. Pelayanan yang diberikan sesuai Pedoman Penanggulangan TB yang berlaku antara lain :

- Penegakan diagnosis TB dilakukan secara bakteriologis dan klinis serta dapat didukung dengan pemeriksaan penunjang lainnya.

(19)

- Dilakukan pemeriksaan pemantauan kemajuan pengobatan pada akhir pengobatan intensif, bulan ke 5 dan akhir pengobatan.

- Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan panduan OAT standar.

Gejala Utama TB adalah batuk selama 2 minggu atau lebih.Batuk dapat diikuti dengan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa aktifitas fisik dan badan meriang lebih dari satu bulan. Kegiatan Promotif dan preventif antara lain penemuan kasus secara dini, penemuan kasus secara aktif, pemberian KIE untuk pencegahan penularan dengan penerapan etika batuk, pengendalian faktor risiko dan pemberian obat pencegahan. Prinsip pelayanan TB adalah penemuan orang dengan TB sedini mungkin, ditatalaksana sesuai standar sekaligus pemantauan hingga sembuh atau “TOSS TB” (Temukan, Obati Sampai Sembuh).

A.12 Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV

Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar. Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai standar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil, pasien TB, pasien infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan, dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya

(20)

dan diberikan di FKTP (Puskesmas dan Jaringannya) dan FKTL baik pemerintah maupun swasta serta di lapas/rutan narkotika. Pelayanan Kesehatan meliputi: a) Upaya pencegahan pada orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV, b) Pemeriksaan HIV ditawarkan secara aktif oleh petugas kesehatan bagi orang yang berisiko dimulai dengan:

pemberian informasi terkait HIV-AIDS

pemeriksaan HIV menggunakan tes cepat HIV dengan menggunakan alat tes sesuai standar nasional yang telah ditetapkan

orang dengan hasil pemeriksaan HIV positif harus dirujuk ke fasilitas yang mampu menangani untuk mendapatkan pengobatan ARV dan konseling tentang HIV dan AIDS bagi orang dengan HIV (ODHA) dan pasangannya orang dengan infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender, pengguna

napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan dengan hasil pemeriksaan HIV negatif harus dilakukan pemeriksaan ulang minimal setelah tiga (3) bulan, enam (6) bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan yang pertama.

B. INDIKATOR DAN PENILAIAN SPM

Capaian kinerja pemerintah daerah kabupaten/Kota dalam memberikan standar pelayanan Minimal bidang kesehatan dengan target capaian kinerja pemerintahan dalam pelayanan adalah 100 persen (%)

(21)

1. Target SPM

Standar Pelayanan Minimal 18 NO Standar Pelayanan Minimal

Batas Waktu Pencapaian (Tahun) Satuan Kerja/ Lembaga Penanggung Jawab Indikator Nilai (%)

1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 100 2022 Dinkes Kab.Kutai Kartanegara 2 Pelayanan Kesehatan Ibu bersalin 100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara 3 Pelayanan Kesehatan Bayi

Baru Lahir

100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara 4 Pelayanan Kesehatan Balita 100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara 5 Pelayanan Kesehatan pada

Usia Pendidikan Dasar

100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara 6 Pelaynan Kesehatan pada

Usia Produktif

100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara 7 Pelayanan Kesehatan pada

Usia Lanjut

100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara 8 Pelayanan Kesehatan pada

Penderita Hypertensi

100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara 9 Pelayanan Kesehatan Penderita

Diabetes Militus

100 2022 Dinkes Kab.Kutai Kartanegara 10 Pelayanan Kesehatan Orang

dengan Gangguan Jiwa Berat

100 2022 Dinkes Kab.Kutai Kartanegara 11 Pelayanan Kesehatan Orang

terduga Tuberkulosis (TB)

100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara 12 Pelayanan Kesehatan Orang

dengan Resiko Terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh manusia (HIV)

100 2022 Dinkes

Kab.Kutai Kartanegara

(22)

C. REALISASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM

Pembangunan Kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UUD 1945 dan Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. SPM Bidang Kesehatan disusun dengan prinsip-prinsip yaitu :

1.) Diterapkan pada urusan wajib,

2.) Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten/Kota,

3.) Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa mengorbankan mutu dan mempunyai dampak luas pada masyarakat,

4.) Merupakan pelayanan yang langsung dirasakan masyarakat,

5.) Merupakan prioritas tinggi bagi Pemerintah Daerah karena melindungi hak-hak konstitusional perorangan dan masyarakat,

6.) Berorientasi pada output yang langsung diarasakan masyarakat, 7.) Dilaksanakan secara terus-menerus, terukur dan dapat dikerjakan.

Dengan melaksanakan SPM, maka basis untuk kesejahteraan masyarakat dapat terbangun setidaknya bila semua sasaran minimal dapat terwujud. Di setiap unit kerja di daerah (SKPD, DINAS atau Kantor) dalam menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya sudah diberikan koridor berupa TUPOKSI (tugas Pokok dan Fungsi) yang menggambarkan cakupan kegiatan yang harus dijalankan dengan pendanaan yang tertuang dalam APBD. Tidak semua program kegiatan menjadi kegiatan pelayanan yang termasuk dalam SPM.Hanya beberapa kegiatan pokok saja yang merupakan pelayanan dasar yang wajib diberikan sesuai fungsi dan tugas pokoknya dari cakupan kegiatan masing-masing Unit Kerja.

(23)

Berikut disampaikan capaian SPM kabupaten Kutai Kartanegara : 1. Pelayanan kesehatan ibu hamil Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%) 1 Kutai Kartanegara 12.187 11.598 95,17

Permasalahan /Hambatan :

a. Masih ada ibu yang tidak kontak ANC dari TW-1

b. Belum terlayani ANC ibu hamil dengan pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan c. Mobilisasi ibu hamil untuk kontak ANC di beberapa tempat dengan tidak terlacak

dipencatatan kohort

d. Tidak adanya kunjungan bimbingan teknis untuk pemamtauan dan pembinaan langsung

e. Kondisi pandemic sehingg dibeberapa zona merah tidak dianjurkan bagi ibu hamil untuk melakukan ANC rutin tanpa ada factor risiko

Solusi/RTL :

a. Menguatkan intensitas penyuluhan konseling serta kunjungan rumah

b. Ketersediaan peralatan dan logistik untuk reagen/stik pemeriksaan laboratorium c. Penguatan konsep kewilayahan dan motivasi kepada ibu hamil

d. Ketersediaan anggaran untuk melakukan bimbingan teknis

e. Melakukan bimbingan kelas ibu hamil dengan menggunakan media WhatsApp Grup 2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 11.633 12.065 103,71

Permasalahan /Hambatan :

a. Faktor budaya yang masih kuat hingga masih ada persalinan oleh tenaga non kesehatan

b. Kurang terpenuhinya fasilitas pelayanan kesehtaan khususnya di desa sehingga persalinan masih dilakukan dirumah

c. Penentuan sasaran ibu bersalin yang didasarkan pada perhitungan statistik tidak sesuai dengan kondisi riil ibu bersalin yang lebih besar sehingga cakupan lebih dari 100% Solusi/RTL :

a. Penguatan Desa Siaga

b. Perencanaan berbasis data dan kebutuhan serta skala prioritas

c. Diperlukan data sasaran pembanding (data dari kelurahan/desa/kecamatan/jika ada desa dengan sasaran yang tidak sesuai

(24)

3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 11.079 11.684 105,48

Permasalahan /Hambatan :

a. Masih 3,25% pesalinan ditolong oleh dukun sehingga bayi tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar

b. Terdapat 6,8% bayi BBLR yang tidak mendapatkan HB

c. Jumlah sasaran bayi dibawah jumlah riil bayi lahir hidup sehingga cakupan >100%. (Jumlah sasaran bayi 11.684 orang sedangkan data bayi lahir hidup riil sejumlah 12.862 orang.

Solusi/RTL :

a. Meningkatakan kemitraan bidan dan dukun bayi

b. Intensitas pelaksanaan kunjungan rumah ibu nifas dan bayi baru lahir, sehingga ibu yang melahirkan dengan dukun bersalin juga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. c. Peningkatan kualitas pembelajaran melalui kelas ibu, kualitas pelayanan pada ibu dan

konseling gizi untuk mencegah bayi BBLR.

d. Dalam penghitungan capaian Pelayanan Kesehatan pada Bayi Baru Lahir bisa disandingkan dengan menggunakan data pembanding riil jumlah bayi lahir hidup di akhir tahun

4. Pelayanan kesehatan Balita Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 58.691 28.294 48,21

Permasalahan /Hambatan :

a. Diberlakukannya regulasi dan surat edaran tentang adaptasi kebiasaan baru pada masa pandemi yang berakibat pada tidak berjalannya kegiatan di sebagian besar posyandu dan tidak dianjurkannya balita tanpa keluhan/sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan b. Balita dengan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) sebagian besar tidak dibawa oleh orang

tuanya untuk dilakukan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) sebagai salah satu pelayanan yang semestinya didaptkan oleh seorang balita

(25)

Solusi/RTL :

a. Melakukan kerjasama dan intensitas komunikasi dengan kader kesehatan sebagai perpanjangan tangan untuk melakukan pemantauan di lapangan

b. Meningkatkan upaya promotif dan edukatif dengan pembuatan leaflet dan media serta cara penyampaian informasi oleh masing-masing Puskesmas untuk di sebarluaskan ke wilayah kerjanya.

5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 29.826 29.198 97,89

Permasalahan /Hambatan :

a. Adanya kebijakan dan himbauan agar tidak melakukan pembelajaran dengan tatap muka sehingga kegiatan penjaringan dan pemeriksaan anak sekolah dilakukan dengan cara online dengan penggunaan aplikasi

b. Tidak semua siswa mempunyai smartphone android untuk bisa mengakses aplikasi yang disampaikan oleh pihak Puskesmas

Solusi/RTL :

a. Melakukan sosialisasi dan kerjasama dengan pihak sekolah untuk melakukan pemantauan pada siswa-siswinya, khususnya bagi anak yang terjaring memiliki masalah kesehatan

b. Melakukan kerjasama dengan pihak sekolah (guru UKS) untuk melakukan pemantauan pada siswa siswi yang tidak tercatat di aplikasi karena kendala jaringan dan ketiadaan smartphone

6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 47.946 26.948 56,20

(26)

Permasalahan /Hambatan :

a. Sistem pencatatan dan pelaporan (pengolahan data) sangat lemah (simpus sering rusak)

b. Logistik program PTM ( RDT Stik Gula darah dan BHP IVA test ) sering kurang c. Kurangnya tenaga sehingga banyak tugas rangkap dan sering terjadi rotasi petugas

sehingga program tidak maksimal.

d. Masih kurangnya kerjasama lintas Program Solusi/RTL :

a. Melakukan Analisis Beban Kerja terhadap Pegawai DiPuskesmas. b. Pengadaan logistik program PTM (RDT Stik Gula Darah,BHP IVA Test) c. Meningkatkan Kerjasama lintas Program

7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 47.946 26.948 56,20

Permasalahan /Hambatan :

a. Tidak dilaksanakannya kegiatan posyandu lansia di sebagian besar wilayah Puskesmas, terutama pada wilayah dengan zona merah

b. Keengganan lansia dan keluarganya untuk membawa lansia melakukan pemeriksaan pada posyandu lansia yang dibuka, yang dikarenakan kekhawatiran akan paparan COVID-19

c. Di beberapa Puskesmas memiliki keterbatasan tenaga kesehatan dikarenakan kegiatan dalam dan luar gedung terutama kegiatan pelayanan/penanganan kasus COVID-19, serta beberapa tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif

Solusi/RTL :

a. Dilaksanakannya kegiatan pelayanan dengan kunjungan rumah terutama pada lansia risti (usia >70 tahun dan lansia dengan penyakit kronis/berat)

b. Menjalin komunikasi efektif dengan kader posyandu lansia untuk pemantauan jika ada lansia yang mengalami masalah kesehatan

c. Mengefisiensikan tenaga petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Pembantu sebagai pemberi layanan terdekat untuk melakukan pemantauan pada lansia.

(27)

8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 226.148 50.213 22,20

Permasalahan /Hambatan :

a. Petugas pelaksana program belum pernah dilatih tentang program PTM

b. Sistem pencatatan dan pelaporan (pengolahan data) sangat lemah (simpus sering rusak) c. Logistik program PTM (Posbindu Kit, RDT dan Reagent) sering kurang

d. Kirangnya tenaga sehingga banyak tugas rangkap dan ering terjadi rotasi petugas sehingga program tidak maksimal

Solusi/RTL :

a. Pelatihan SDM pengelola program PTM puskesmas

b. Pengadaan logistik program PTM (posbindu KIT, RDT dan Reagent) 9. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Militus Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 14.560 12.000 82,42

Permasalahan /Hambatan :

a. Petugas pelaksana program belum pernah dilatih tentang program PTM b. Keterbatasan logistik untuk pemeriksaan/deketsi dini DM

c. Sistem pencatatan dan pelaporan (pengolahan data) sangat lemah (simpus sering rusak) d. Kurangnya tenaga sehingga banyak tugas rangkap dan sering terjadi rotasi petugas

sehingga program tidak maksimal Solusi/RTL :

a. Pelatihan SDM pengelola program PTM puskesmas

b. Pengadaan logistik program PTM (posbindu KIT, RDT dan Reagent) 10. Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 766 645 84,20

(28)

Permasalahan /Hambatan :

a. Petugas program keswa belum pernah mengikuti pelatihan program kesehatan Jiwa b. Puskesmas sebagian besar tidak mengganggarkan untuk kegiatan kesehatan jiwa c. Keterbatasan obat obatan untuk khusus gangguan jiwa

d. Rujukan ODGJ berat terkendala dengan biaya/jaminan kesehatan (BPJS) Solusi/RTL :

a. Pelatihan SDM bagi petugas kabupaten maupun puskesmas b. Pengadaan obat obatan untuk program kesehatan Jiwa

c. Bantuan advokasi dalam pengurusan BPJS bagi warga kurang mampu dan orang terlantar

11. Pelayanan kesehatan orang dengan TB Tahun 2017

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 5.372 2.753 51,25

Permasalahan /Hambatan : a. Adanya pandemic Covid-19

b. Tingginya rotasi petugas program TB di puskesmas sehingga masih banyak petugas TB yang belum dilatih tata laksana TB

c. Berkurangnya kunjungan pelayanan kesehatan karena adanya pandemic Covid-19 sehingga jika ke Puskesmas dengan batuk dikira Covid-19

d. Adanya pengurangan anggaran

e. Ketersediaan logistic khususnya oil emercy Solusi/RTL :

1. Meningkatan penyakit TB dimasa pandemic bahawa batuk TBC bukan termasuk covid-19

2. Usulan kembali petugas agar mengikuti pelatihan tata laksana TB

3. Rencana aggaran TB agar pelaksaan program TB terlaksana dengan baik

(29)

12 . Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)

1 Kutai Kartanegara 14.703 13.874 94.36

Permasalahan /Hambatan : a. Pandemi Covid-19

b. Tingginya stigma terkait penyakit HIV sehingga terdapat sasaran yang tidak mau skrining atau pemeriksaan HIV

c. Anggaran dikurangi sehingga program tidak dapat secara maksimal dilaksanakan Solusi/RTL :

a. Peningkatan sosialisasi terkait penyakit HIV b. Usulan anggaran agar tidak ada pengurangan

c. Solusi yg dilakukan selama pandemi covid-19 kami melakukan zoom metting untuk evaluasi program yg dilaksankan pada 3 bulan sekali

(30)

BAB III

PENUTUP

Demikian Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan ini dibuat sebagai bentuk Pertanggungjawaban Pelayanan Publik. Dalam melaksanakan SPM yang merupakan bagian dari pelayanan dasar dalam urusan wajib, selain sosialisasi konsep penetapan dan petunjuk teknis pelaksanaannya yang dilakukan, juga diperlukan pemetaan kondisi awal SPM di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, khususnya pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk menentukan penetapan target pencapaian sasaran SPM pada tahun berjalan dan tahun berikutnya hingga memenuhi standar capaian SPM secara nasional, penghitungan rencana pembiayaan untuk sasaran capaian tiap tahunnya, dan mengintegrasikan SPM tersebut ke dalam dokumen perencanaan. Langkah-langkah tersebut merupakan suatu prasyarat agar SPM dapat diterapkan secara utuh untuk kemudian dapat dianggarkan, dilaksanakan, dan dievaluasi pencapaiannya sebagai bahan kajian pelaksanaan pelayanan dasar pada tahun berikutnya.

Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan evaluasi dalam rangka mengoptimalkan urusan wajib daerah di Bidang Pelayanan Dasar Kesehatan.

Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini difokuskan pada struktur paragraf deduktif dalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia karena pengetahuan tentang struktur sebuah paragraf itu sangat

Pada NK sel yang distimulasi dengan K562, korelasi yang dignifikan juga ditemukan antara protein lisis (perforin, GrzA and GrzB) dan ekspresi

Dalam mata kuliah profesi kependidikan mahasiswa diajarkan untuk menguasai kode etik keguruan, dan bersikap sebagai seorang guru yang menguasai kompetensi dasar

NO NO.TILANG NAMA TERDAKWA / TERPIDANA ALAMAT TERDAKWA / TERPIDANA PASAL YANG DILANGGA BARANG BUKTI VERSTEK DENDA Rp, SUBSIDER BIAYA PERKARA

Hasil menunjukkan pola hubungan IHSG dengan faktor makroekonominya di BEI menggunakan pendugaan parameter copula dengan pendekatn tau kendall dengan hasil fitting log-likelihood

Implementasi Ajax ( Asynchronous Javascript and XML HTTP ) dalam proses evaluasi beban kinerja dosen yang akan dibangun diharapkan dapat membantu pihak PPMAI UKSW

1. H 0 : Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Kauman Tulungagung. H 1 : Ada pengaruh kecerdasan

Dalam Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa untuk semuamata pelajaran sains, salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran sainsadalah