• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh experiential marketing dan brand image terhadap minat berkunjung kembali studi kasus pada Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh experiential marketing dan brand image terhadap minat berkunjung kembali studi kasus pada Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

xvii ABSTRAK

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING DAN BRAND IMAGE TERHADAP MINAT BERKUNJUNG KEMBALI

Studi Kasus Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Agnes Andrieani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) brand image Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, 2) diantara lima dimensi experiential marketing, manakah dimensi yang mempengaruhi kepuasan wisatawan nusantara mandiri , 3) apakah brand image mempengaruhi kepuasan wisatawan nusantara mandiri, 4) diantara lima dimensi experiential marketing, manakah dimensi yang mempengaruhi minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri, 5) apakah brand image memepengaruhi minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri, 6) apakah kepuasan mempengaruhi minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri pada daya tarik wisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Teknik Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner tentang kelima dimensi experiential marketing, brand image, kepuasan dan minat berkunjung kembali kepada 100 responden. Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan nusantara mandiri yang sedang berkunjung di daya tarik wisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Analisis data menggunakan Path Analysis. Hasil penelitian menunjukkan 1) brand image Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam benak wisatawan nusantara mandiri adalah sebagai tempat tinggal Raja (Sultan), pariwisata bersejarah, pariwisata berbasis budaya, pusat budaya Jawa, warisan budaya dan sejarah yang adiluhung, destinasi wisata yang unik, pusat perkembangan agama Islam, pusat kota Yogyakarta, dan kebudayaan dan tradisi Yogyakarta yang masih terjaga , 2) diantara lima dimensi experiential marketing, dimensi yang berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan nusantara mandiri adalah dimensi sikap (act) dan dimensi berhubungan atau keterkaitan (relate), 3) brand image tidak berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan nusantara, 4) diantara lima dimensi experiential marketing, dimensi yang berpengaruh terhadap minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri adalah dimensi perasaan (feel) dan dimensi berhubungan atau keterkaitan (relate), 5) brand image berpengaruh terhadap minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri, 6) kepuasan tidak berpengaruh terhadap minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri pada daya tarik wisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

(2)

xviii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EXPERIENTIAL MARKETING AND BRAND IMAGE TO REVISIT INTENTION

Case Studies at Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Agnes Andrieani traveller, 3) whether brand image influence the satisfaction of local sole traveller, 4) the dimensions that influence the revisit intention of local sole traveller, 5) whether brand image influence the revisit intention of local sole traveller, 6) whether satisfaction influence the revisit intention of local sole traveller on tourism attraction of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sampling techniques used was purposive sampling. Data is collected by distributing the questionnaire about five dimensions of experiential marketing, brand image, satisfaction and revisit intention to 100 respondents. Respondents in this research is local sole traveller who were visiting the tourism attraction of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Analysis of data used was Path Analysis. The research results showed that: 1) the images of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat according to local sole traveller were the palace of the king (sultan), historical tourism, culture-based tourism, the center of Javanese culture, cultural heritage and valuable history, unique tourism destination, islamic development center, the center of Yogyakarta City, and Yogyakarta’s culture and good tradition, 2) among five dimensions of experiential marketing, dimensions that influenced the satisfaction of local sole traveller were act and relate dimension, 3) brand image did not influence the satisfaction of local sole traveller, 4) among five dimensions of experiential marketing, dimensions that influenced the revisit intention of local sole traveller were feel and relate dimension, 5) brand image influenced the revisit intention of local sole traveller, 6) satisfaction did not influence the revisit intention of local sole traveller on tourism attraction of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

(3)

i

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING DAN BRAND IMAGE TERHADAP MINAT BERKUNJUNG KEMBALI

Studi Kasus pada Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh: Agnes Andrieani NIM : 122214038

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVRTSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Motto dan Persembahan

You do not realize now what Iam doing,

But later you will understand.

Jesus

You can be broken,

You can get upset,

But you must always remember, that God never leaves you alone.

Agnes Andrieani

Jangan pernah menyesali kelahiranmu, kelahiranmu adalah berkat yang

tak terhingga bagi ibumu

Agnes Andrieani

SKRIPSI ini kupersembahkan untuk:

Bapa, Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu

menyertaiku.

Kedua orang tuaku, Ibuku tersayang Yustina Suklimah

dan Bapak Petrus Mulyono, serta adikku tersayang

Roberto Fajarisang Timur yang selalu mendampingiku

saat susah dan senang.

(7)
(8)
(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul, “Pengaruh Experiential Marketing Dan Brand Image Terhadap Minat Berkunjung Kembali Studi Kasus Karaton

Ngayogyakarta Hadiningrat”. Penulisan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi

Manajemen, Jurusan Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan,

motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

memberikan arahan, kritik, saran yang sangat bermanfaat bagi penulis

sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Lucia Kurniawati, S.Pd., M.S.M selaku Dosen Pembimbing II, yang

dengan sabar dan rela meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk

memberikan arahan, kritik, saran yang sangat bermanfaat bagi penulis

sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Segenap Pengeola Daya Tarik Wisata Karaton Ngayogyakarta

Hadiningrat, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

dan telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam

mendapatkan informasi tentang perusahaan.

6. Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta dan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Yogyakarta, yang sudah memberikan ijin penelitian,

memeberikan arahan, kritik, saran yang bermanfaat bagi penulis sehingga

(10)

viii

7. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

8. Pak Hendra dan Pak Nicko, terimakasih bimbingannya, terimakasih

waktunya, anda luar biasa.

9. Kedua orang tuaku, Ibu Yustina Suklimah dan Bapak Petrus Mulyono

yang selalu memberikan dukungan melalui doa, nasihat, perhatian, cinta

yang tak terhingga sehingga memberikan semangat yang luar biasa kepada

penulis untuk menjalani semuanya dengan baik. Semoga Tuhan Yesus

Kristus senantiasa memberkati.

10.Adikku tersayang, Roberto Fajarisang Timur, terimakasih telah menjadi

adik yang selalu menghibur dan terimakasih selalu menjaga Ibu.

11.Johannes Manalu, yang telah menemani hari-hari penulis, berbagi suka

dan duka, selalu menyemangati, dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih atas cinta, kesabaran, perhatian

dan segalanya.

12.Abraham, Yosia, Erick, Christ, Tio, Dian dan Isye, terimakasih telah selalu

meluangkan waktu untuk bersama, menjadi teman, sahabat, keluarga,

selama menempuh kuliah di Universitas Sanata Dharma.

13.Keluarga besar HMJM 2013/2014 dan HMJM 2014/2015, khususnya yang

masih bersama hingga saat ini, Sadana, Rio, Angki, Nik, Pero, Bunda,

Siro, Diyan, Ayah, Vivin, Isye, Lala. Terima kasih karena telah menjadi

keluarga kedua yang telah memberikan pengalaman dan pelajaran yang

sangat berharga selama penulis mengikuti organisasi. Senang bisa menjadi

bagian dari kalian. Durasi rapat yang terlalu lama sangat menyebalkan.

14.Rima, Velin, Pace, Om Den terimakasih selalu menemani dukaku :P

15.Teman-teman angkatan 2012, terima kasih atas kebersamaan dan dinamika

pertemanan selama 4 tahun perkuliahan ini.

16.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat

(11)
(12)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

HALAMAN ABSTRAK ... xvii

HALAMAN ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori... 9

1. Pasar ... 9

(13)

xi

3. Manajemen Pemasaran ... 10

4. Perilaku Konsumen ... 11

5. Pariwisata ... 13

6. Jenis-jenis Pariwisata ... 13

7. Jumlah Orang yang Melakukan Perjalanan ... 15

8. Wisatawan ... 16

9. Experiential Marketing ... 17

10. Merek (Brand) ... 21

11. Brand Image ... 23

12. Kepuasan Konsumen ... 27

13. Minat Beli ... 33

14. Keputusan Pembelian ... 35

15. Minat Beli Ulang ... 38

B. Penelitian Sebelumnya ... 39

C. Kerangka Konseptual ... 43

D. Rumusan Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Pendahuluan ... 50

B. Penelitian Tahap Pertama ... 50

1. Tujuan Penelitian ... 50

2. Jenis Penelitian ... 50

3. Narasumber ... 51

4. Teknik Analisis Data ... 51

C. Penelitian Tahap Kedua ... 51

1. Tujuan Penelitian ... 51

(14)

xii

2. Metode Uji Reliabilitas Instrumen ... 59

M. Teknik Analisis Data... 59

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 65

A. Sejarah... 65

B. Kompleks Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ... 68

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 73

(15)

xiii

B. Penelitian Tahap II ... 76

1. Karakteristik Responden ... 76

2. Pengujian Instrumen ... 78

3. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) ... 85

4. Pengujian Model Struktural (Inner Model) ... 89

5. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ... 102

6. Pembahasan ... 103

BAB VI PENUTUP ... 109

A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 110

C. Keterbatasan ... 112

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Data Pengunjung Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tahun

2014-2015 ... 5

3.1 Indikator Variabel Penelitian ... 53

5.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 76

5.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia ... 76

5.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ... 77

5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Asal ... 77

5.5 Rata-rata KunjunganWisatawan Nusantara di Destinasi Wisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ... 78

5.6 Hasil Outer Loading ... 82

5.7 Average Variance Extrance (AVE) ... 83

5.8 Composite Reliability ... 84

5.9 Cronbach’s Alpha ... 84

5.10 Outer Loading ... 86

5.11 AVE dan Communality ... 87

5.12 AVE dan Akar AVE ... 87

5.13 Korelasi Antara Variabel Laten ... 88

5.14 Composite Reliability ... 89

5.15 Nilai R-square ... 91

5.16 Koefisien Jalur pada Pengujian Model Struktural ... 92

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Ekuitas Merek Berbasis Konsumen ... 24

2.2 Nilai Asosiasi Merek ... 25

2.3 Model Lima Tahap Proses Membeli ... 37

2.4 Kerangka Konseptual ... 43

5.1 Tampilan Uji Validitas ... 79

5.2 Tampilan Output Uji Validitas Setelah Penghapusan ... 81

5.3 Korelasi Antar Konstruk ... 90

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Print Out Hasil Olah Data Kuisioner Penelitian ... 116

Lampiran 2 Kuisioner Penelitian ... 127

Lampiran 3 Surat izin Penelitian dari Dinas Perizinan

Pemerintah Kota Yogyakarta ... 135

Lampiran 4 Surat izin Penelitian dari Karaton Ngayogyakarta

(19)

xvii ABSTRAK

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING DAN BRAND IMAGE TERHADAP MINAT BERKUNJUNG KEMBALI

Studi Kasus Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Agnes Andrieani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) brand image Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, 2) diantara lima dimensi experiential marketing, manakah dimensi yang mempengaruhi kepuasan wisatawan nusantara mandiri , 3) apakah brand image mempengaruhi kepuasan wisatawan nusantara mandiri, 4) diantara lima dimensi experiential marketing, manakah dimensi yang mempengaruhi minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri, 5) apakah brand image memepengaruhi minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri, 6) apakah kepuasan mempengaruhi minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri pada daya tarik wisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Teknik Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner tentang kelima dimensi experiential marketing, brand image, kepuasan dan minat berkunjung kembali kepada 100 responden. Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan nusantara mandiri yang sedang berkunjung di daya tarik wisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Analisis data menggunakan Path Analysis. Hasil penelitian menunjukkan 1) brand image Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam benak wisatawan nusantara mandiri adalah sebagai tempat tinggal Raja (Sultan), pariwisata bersejarah, pariwisata berbasis budaya, pusat budaya Jawa, warisan budaya dan sejarah yang adiluhung, destinasi wisata yang unik, pusat perkembangan agama Islam, pusat kota Yogyakarta, dan kebudayaan dan tradisi Yogyakarta yang masih terjaga , 2) diantara lima dimensi experiential marketing, dimensi yang berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan nusantara mandiri adalah dimensi sikap (act) dan dimensi berhubungan atau keterkaitan (relate), 3) brand image tidak berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan nusantara, 4) diantara lima dimensi experiential marketing, dimensi yang berpengaruh terhadap minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri adalah dimensi perasaan (feel) dan dimensi berhubungan atau keterkaitan (relate), 5) brand image berpengaruh terhadap minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri, 6) kepuasan tidak berpengaruh terhadap minat berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri pada daya tarik wisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

(20)

xviii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EXPERIENTIAL MARKETING AND BRAND IMAGE TO REVISIT INTENTION

Case Studies at Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Agnes Andrieani traveller, 3) whether brand image influence the satisfaction of local sole traveller, 4) the dimensions that influence the revisit intention of local sole traveller, 5) whether brand image influence the revisit intention of local sole traveller, 6) whether satisfaction influence the revisit intention of local sole traveller on tourism attraction of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sampling techniques used was purposive sampling. Data is collected by distributing the questionnaire about five dimensions of experiential marketing, brand image, satisfaction and revisit intention to 100 respondents. Respondents in this research is local sole traveller who were visiting the tourism attraction of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Analysis of data used was Path Analysis. The research results showed that: 1) the images of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat according to local sole traveller were the palace of the king (sultan), historical tourism, culture-based tourism, the center of Javanese culture, cultural heritage and valuable history, unique tourism destination, islamic development center, the center of Yogyakarta City, and Yogyakarta’s culture and good tradition, 2) among five dimensions of experiential marketing, dimensions that influenced the satisfaction of local sole traveller were act and relate dimension, 3) brand image did not influence the satisfaction of local sole traveller, 4) among five dimensions of experiential marketing, dimensions that influenced the revisit intention of local sole traveller were feel and relate dimension, 5) brand image influenced the revisit intention of local sole traveller, 6) satisfaction did not influence the revisit intention of local sole traveller on tourism attraction of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang penting di Negara Indonesia.

Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam bidang

pariwisata di Indonesia. Tempat-tempat wisata di Indonesia didukung dengan

warisan budaya yang kaya mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis

Indonesia yang dinamis. Pariwisata bukanlah hal baru bagi kita semua,

pariwisata dibagi menjadi 6 jenis yaitu Pariwisata untuk menikmati perjalanan

(Pleasure Tourism), Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism), Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism), Pariwisata untuk olahraga

(Sports Tourism), Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

dan Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism) (Spillane 1987:

29-31).

Searah dengan perkembangan jaman, terdapat sebuah konsep pemasaran

baru yang dikembangkan oleh Bernd H. Schmitt (dalam Jatmiko dan Adharini,

2012:192) yaitu sebuah konsep pemasaran yang yang disebut konsep

experiential marketing. Konsep experiential marketing ini, berusaha untuk menghadirkan pengalaman yang positif, mengesankan dan unik kepada

kosumen. Dengan adanya konsep pemasaran experiential marketing ini,

pelanggan diharapkan mampu untuk membedakan produk dan jasa yang satu

dengan yang lain karena konsep experiential marketing dapat digunakan untuk

(22)

pengalaman secara langsung melalui lima tipe pengalaman atau lima dimensi

experiential marketing. Tipe pengalaman atau dimensi experiential marketing yang dimaksud antara lain adalah sense, feel, think, act, dan relate. Dengan

konsep experienitial marketing ini, diharapkan konsumen akan merasakan

pengalaman konsumsi produk atau jasa yang selalu tertanam dalam benak

mereka.

Potensi sebuah destinasi wisata sebagai pilihan tujuan wisata dapat

dilakukan dengan perlakuan khusus pada proses pemasaran jasa, dan dapat

dilakukan dengan pembentukan brand image tempat wisata tersebut dibenak

wisatawan. Merek menjadi sangat penting bagi strategi pemasaran untuk

meningkatkan daya saing, menghasilkan nilai tambah dan mendorong

penjualan. Dewasa ini, merek digunakan untuk mengkomunikasikan nilai dan

karakter perusahaan atau produk melalui asosiasi.

Merek dan brand image merupakan dua hal yang tidak dapat berpisah,

Keller, 1993 (dalam Ferrinadewi 2008: 165) brand image adalah persepsi

tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya

pada merek tersebut. Sebuah brand image suatu produk atau jasa di benak

konsumen dapat positif maupun negatif. Brand image yang positif akan

memberi manfaat bagi produsen untuk lebih dikenal oleh konsumen. Namun

brand image suatu produk atau jasa bisa saja negatif, apabila brand image suatu produk atau jasa negatif maka konsumen akan cenderung

(23)

Ketika wisatawan berkunjung di tempat wisata, seorang wisatawan akan

merasakan kepuasan atau kekecewaan setelah menyelesaikan kunjungan

wisatanya. Tidak hanya berhenti pada kepuasan wisatawan saja, namun setelah

seorang wisatawan berkunjung di sebuah tempat wisata, wisatawan tersebut

dapat mengevaluasi tempat wisata yang dikunjunginya. Setelah proses evaluasi

tersebut, wisatawan dapat berkunjung kembali atau bahkan wisatawan tidak

akan mau berkunjung kembali ke daya tarik wisata tersebut. Oleh sebab itu,

konsep pemasaran yang bertujuan untuk membentuk wisatawan yang loyal

perlu dilakukan.

Konsep experiential marketing adalah sebuah konsep pemasaran yang

bertujuan untuk membentuk wisatawan yang loyal dengan menyentuh emosi

dan memberikan suatu feeling yang positif terhadap produk daan jasa yang

dikomsumsi. Membentuk wisatawan yang loyal juga dapat dengan

pembentukan brand image pada sebuah daya tarik wisata. Berbagai asosiasi

yang diingat oleh wisatawan dapat dirangkai sehingga membentuk citra merek

(brand image). Setelah melakukan kunjungan wisata, wisatawan akan

mengingat kesan yang ditangkap dari kunjungan wisatanya. Jika wisatawan

merasakan manfaatnya, dan merasa bahwa daya tarik wisata lain tidak akan

bisa memuaskan keinginannya, ingatan wisatawan akan daya tarik wisata

tersebut akan semakin besar.

Setiap pariwisata yang ada pasti akan mempunyai karakteristiknya

sendiri-sendiri. Pulau Jawa menjadi pilihan yang sesuai bagi peneliti untuk

(24)

terbentuk dari aktivitas vulkanik. Deretan gunung-gunung berapi membentuk

jajaran yang terbentang dari timur hingga barat pulau ini, dengan dataran

endapan aluvial sungai di bagian utara. Banyak sejarah Indonesia berlangsung

di pulau ini. Dahulu, Jawa adalah pusat beberapa kerajaan Hindu-Budha,

kesultanan Islam, pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, serta pusat

pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Pulau Jawa berdampak besar terhadap kehidupan sosial, politik, dan

ekonomi Indonesia. Di Pulau Jawa juga terdapat kerajaan, yaitu kerajaan

Mataram. Namun, dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti (13 Februari

1755) antara Pangeran Mangkubumi dan VOC di bawah Gubernur-Jendral

Jacob Mossel, maka Kerajaan Mataram dibagi dua. Pangeran Mangkubumi

diangkat sebagai Sultan dengan gelar Sultan Hamengkubuwana I dan berkuasa

atas setengah daerah Kerajaan Mataram. Sementara itu Sunan Pakubuwana III

tetap berkuasa atas setengah daerah lainnya dengan nama baru Kasunanan

Surakarta dan daerah pesisir tetap dikuasai VOC.

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat secara umum, istana para Sultan

Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung

Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton,

Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti

Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Karaton Ngayoyakarta

Hadiningrat memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara

maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Karaton Ngayogyakarta

(25)

adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu

pula mitologi menyelubungi Karaton Ngayoyakarta Hadiningrat. Dan untuk

itulah pada tahun 1995 Komplek Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Karaton

Ngayogyakarta Hadiningrat tidak hanya menjadi tempat tinggal raja, namun

juga menjadi penjaga nyala kebudayaan Jawa. Di Karaton, kita dapat belajar

dan melihat secara langsung bagaimana budaya tetap dilestarikan di tengah laju

perkembangan dunia.

Tabel 1.1

Data pengunjung Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Bulan

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil penelitian yang

(26)

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana brand image Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam benak

wisatawan nusantara mandiri?

2. Diantara lima dimensi experiential marketing dimensi manakah yang

berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan nusantara mandiri?

3. Apakah brand image berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan nusantara

mandiri?

4. Diantara lima dimensi experiential marketing dimensi manakah yang

berpengaruh terhadap minat berkunjung kembali wisatawan nusantara

mandiri ke Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat?

5. Apakah brand image berpengaruh terhadap minat berkunjung kembali

wisatawan nusantara mandiri untuk ke Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat?

6. Apakah kepuasan wisatawan nusantara mandiri berpengaruh terhadap minat

berkunjung kembali wisatawan nusantara mandiri untuk ke Karaton

Ngayogyakarta Hadiningrat?

C.Batasan Masalah

Batasan masalah ini, penulis menyadari bahwa terdapat berbagai macam

faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan wisatawan serta faktor yang

mempengaruhi wisatawan untuk tertarik mengunjungi kembali sebuah

destinasi wisata. Akan tetapi, agar permasalahan tidak meluas, penulis hanya

membatasi dengan memilih dimensi experiential marketing serta brand image

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat terhadap minat wisatawan berkunjung

(27)

yaitu wisatawan nusantara mandiri Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang

sedang berkunjung di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan pembahasan ini yaitu :

1. Untuk mengetahui Brand image Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

2. Untuk mengetahui diantara lima dimensi experiential marketing, dimensi

manakah yang mempengaruhi kepuasan wisatawan nusantara mandiri

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

3. Untuk mengetahui apakah Brand image mempengaruhi Kepuasan

wisatawan nusantara mandiri Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

4. Untuk mengetahui diantara lima dimensi experiential marketing dimensi

manakah yang mempengaruhi minat wisatawan nusantara mandiri Karaton

Ngayogyakarta Hadiningrat untuk berkunjung kembali ke Karaton

Ngayogyakarta Hadingrat.

5. Untuk mengetahui apakah brand image Karaton Ngayogyakarta

Hadiningrat mempengaruhi minat wisatawan nusantara mandiri untuk

mengunjungi kembali ke Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

6. Untuk mengetahui apakah kepuasan wisatawan nusantara mandiri

mempengaruhi minat wisatawan nusantara mandiri untuk berkunjung

(28)

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini tidak sekedar untuk menguji hipotesis yang ada, namun

diharapkan juga dapat berguna untuk semua pihak yang membutuhkan.

1. Bagi komponen- komponen utama dalam bidang pariwisata

a. Hasil penelitian dapat diinformasikan kepada pihak-pihak terkait seperti

para pengambil keputusan pariwisata, pemasar pariwisata dan pelaku

pariwisata serta masyarakat umum sebagai dasar dan data yang

digunakan dalam pertimbangan pengambilan keputusan.

b. Hasil penelitian ini dapat membantu mempromosikan potensi wisata

yang dimiliki Kota Yogyakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Sebagai masukan untuk pemerintah dalam mengembangkan sektor

pariwisata dan penelitian ini dapat digunakan pertimbangan untuk

pengembangan lebih lanjut sektor pariwisata.

3. Bagi Universitas

Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan wacana ilmiah bagi

lingkungan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai acuan, referensi

dan pertimbangan dalam penulisan karya ilmiah.

4. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat menerapkan teori – teori yang didapat selama masa

perkuliahan secara nyata untuk menyelesaikan masalah – masalah dan untuk

menambah wawasan khususnya dibidang pariwisata khususnya Karaton

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAN

A.Landasan Teori

1. Pasar

Kotler (2000:9) menjelaskan pasar atau market adalah “a Collection of buyers and sellers who transact over a particular product or product class”. Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

transaksi sebuah produk atau kelompok produk tertentu (pasar perumahan

atau bahan makanan).

2. Pemasaran

Pemasaran adalah “segala kegiatan yang menawarkan suatu produk

untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen” (Laksana,2008:4).

Pemasaran atau Marketing, Kotler (2000:9) adalah “is a societal process by

which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging products and services of value with others”. Pemasaran yaitu suatu proses sosial yang didalamnya individu

dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan

produk yang bernilai dengan pihak lain.

Kotler (2000:3) menguraikan ruang lingkup pemasaran (The scope of

(30)

a. Goods : Barang-barang fisik.

b. Services : Jasa / pelayanan yang bersifat non fisik, yang menyertai atau tidak menyertai produk barang fisik.

c. Experiences : Pengalaman kegiatan seseorang yang dapat dinikmati oleh orang lain.

d. Event : Kegiatan atau peristiwa yang dibutuhkan oleh orang banyak. e. Persons : Keahlian atau ketenaran seseorang.

f. Places : Tempat atau kota yang memiliki keunggulan, keunikan (sejarah) atau keindahan.

g. Properties : Hak kepemilikan bias berupa benda nyata (real estate) atau finansial (saham dan obligasi).

h. Organizations : Lembaga atau wadah yang dapat memberikan citra atau nilai jual dari suatu produk.

i. Information : Informasi yang dapat diproduksi dan dipasarkan (sekolah, surat kabar).

3. Manajemen Pemasaran

Kotler dan Armstrong (2002:14), terjemahan Wilhelmus W.

Bakowatun menyebutkan bahwa “Manajemen pemasaran adalah analisis,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang

untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang

menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai

(31)

Kotler (2000:9) menjelaskan manajemen pemasaran “is the process of

planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, services to create exchanges that satisfy individual and organizational goal”. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan

dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran

gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi

sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Manajemen pemasaran adalah pertukaran produk yang dilakukan

melalui aktifitas dari bauran pemasaran, yaitu product, price, promotion and

place (Laksana,2008:5).

4. Perilaku Konsumen

Sangadji dan Sopiah (2013:9) menyebutkan bahwa perilaku konsumen

adalah tindakan yang dilakukan konsumen guna mencapai dan memenuhi

kebutuhannya guna baik untuk menggunakan, mengkonsumsi, maupun

menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang medahului

dan yang menyusul. Dari pengertian perilaku konsumen tersebut, dapat

disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah :

a. Disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok, atau

organisasi dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk

menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman (ide) untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dan dampak dari

(32)

b. Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan memenuhi

kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengkonsumsian, maupun

penghabisan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan yang menyusul.

c. Tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai dengan

merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian berusaha

mendapatkan produk yang diinginkan, mengkonsumsi produk tersebut,

dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian, yaitu perasaan

puas atau tidak puas.

Kemudian berdasarkan pengertian di atas dapat dijabarkan tahap-tahap

perilaku konsumen yang meliputi :

a. Tahap untuk merasakan adanya kebutuhan dan keinginan.

b. Usaha untuk mendapatkan produk, mencari informasi tentang produk,

harga, dan saluran distribusi.

c. Pengonsumsian, penggunaan, dan pengevaluasian produk setelah

digunakan.

d. Tindakan pasca pembelian yang berupa perasaan puas atau tidak puas.

Dalam perjalananya disiplin ilmu perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh

atau mendapatkan sumbangan dari disiplin ilmu yang lain seperti ilmu

perilaku organisasi, pemasaran, psikologi, sosiologi, antropologi, dan

ekonomi.

Tujuan mempelajari dan menganalisis perilaku konsumen adalah

(33)

a. Untuk mengimplementasikan konsep pemasaran sebagai rencana untuk

mempengaruhi calon konsumen;

b. Untuk memahami pengaruh yang kompleks ketika konsumen

mengkonsumsi produk yang dibeli;

c. Untuk meningkatkan kepercayaan diri manajer (pemasaran) untuk

memprediksi respons konsumen setelah strategi pemasaran ditetapkan

dan dilaksanakan;

d. Untuk menghindari kriteria unjuk-diri (self-reference criterion). Setiap

konsumen memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda tentang

produk yang dibelinya. Ada yang tingkat pemahamannya tinggi, ada juga

yang rendah.

5. Pariwisata

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 mengartikan pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah.

Ricardson dan Fliker (2004:7) Tourism comprises the activities of person,

travelling to and staying in place outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purpose.

6. Jenis - jenis Pariwisata

Spillane (1987:29-31) membagi jenis-jenis pariwisata

berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis

(34)

a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan

tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi

kehendak ingin tahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat

sesuatu yang baru menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat

setempat, mendapatkan ketenangan.

b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)

Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk

beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan

menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada

tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan

kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat

peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.

c. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan

untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari

adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda,

mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat

kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan

lain-lain.

d. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)

(35)

1) Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia,

dan lain-lain yang menarik perhatian bagi penonton atau

penggemarnya.

2) Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti

pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan

lain-lain.

e. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk

profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih

tujuan maupun waktu perjalanan.

f. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika

diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang

hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu di negara yang

mengadakan konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan

mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata

konvensi.

7. Jumlah Orang Yang Melakukan Perjalanan

(36)

b. Family group tour (wisata keluarga) yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai

hubungan kekerabatan.

c. Group tour (wisata rombongan) yaitu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dan dipimpin oleh seseorang.

8. Wisatawan

Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa

wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan

secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang

lain.U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 (dalam

Irawan, 2010:12), menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap

orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa

untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji.

Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori :

a. Wisatawan: pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya

tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang–senang,

berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis,

keluarga, utusan dan pertemuan.

b. Excurtionist: pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam.

(37)

negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal

setidaknya selama 24 jam dan selama– lamanya 6 bulan dalam tahun yang

sama”.

Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18):

a. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada

budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual.

b. Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme

(mencari keuntungan) secara berkelompok.

c. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada

kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai

sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.

d. Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan

konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.

9. Experiental Marketing a. Experiental Marketing

Experiential Marketing berasal dari 2 kata yaitu Experiential dan Marketing. Experiential sendiri berasal dari kata experience yang berarti sebuah pengalaman. Sedangkan Marketing adalah sebagai proses dimana

perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan

yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari

pelanggan sebagai imbalannya (Kotler & Armstrong, 2008:6).

Schmitt, (dalam Jatmiko & Adharini, 2012:130), experience adalah

(38)

stimulasi atau rangsangan tertentu (misalnya yang diberikan oleh pihak

pemasar sebelum dan sesudah pembelian barang atau jasa) pada setiap

individu secara personal.

Experiental marketing adalah sebuah konsep pemasaran yang bertujuan untuk membentuk pelanggan-pelanggan yang loyal dengan

menyentuh emosi mereka dan memberikan suatu feeling yang positif

terhadap produk dan jasa yang mereka konsumsi (Kartajaya, 2004:163)

Andreani ( 2007 : 2 ) Experiental Marketing adalah lebih dari

sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan untuk

memperoleh pengalaman atas keuntungan yang didapat dari produk atau

jasa itu sendiri tetapi juga membangkitkan emosi dan perasaan yang

berdampak terhadap pemasaran.

b. Dimensi Experiental Marketing

Shcmitt, (dalam Jatmiko & Adharini, 2012:130), menyatakan bahwa

sasaran dari experiental marketing adalah untuk memberi pegalaman

kepada semua konsumen melalui lima tipe pengalaman yaitu Sense, Feel,

Think, Act, dan Relate sebagai berikut : 1) Sense

Merupakan tipe pengalaman yang bertujuan menciptakan sensory

experience melalui lima panca indera manusia, meliputi penglihatan, suara, sentuhan, perasaan, dan penciuman yang memberikan kesan

keindahan, kesenangan, kepuasan, melalui adanya stimuli

(39)

2) Feel

Merupakan tipe pengalaman yang mampu menyentuh perasaan

tedalam (innerfeelings) dan emosi pelanggan dengan tujuan

membangkitkan pengalaman afektif sehingga ada rasa gembira dan

bangga.

3) Think

Merupakan tipe pengalaman yang bertujuan menuntut pemikiran

kreatif konsumen tentang sebuah perusahaan dan merek.

4) Act

Merupakan tipe pengalaman yang didesain untuk menciptakan

pengalaman konsumen yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku,

gaya hidup, dan interaksi dengan orang lain.

5) Relate

Merupakan kombinasi sense, feel, think, dan act yang bertujuan untuk

mengkaitkan individu dengan sesuatu yang berada diluar dirinya

dengan masyarakat atau budaya.

c. Tujuan dari Pemasaran Experiential Marketing

Penelitian yang berkesinambungan telah mengungkap delapan tujuan

utama pemasaran eksperiensial yang disebutkan di bawah ini. Tujuan ini

perlu diberikan suatu kepentingan yang berbeda demi kumpulan

informasi yang riil, tidak bias, dan konkret sembari melakukan penelitian

pemasaran eksperiensial :

(40)

2) Menghasilkan Interaksi

3) Memverifikasi Audiens Sasaran

4) Meningkatkan Kesadaran

5) Meningkatkan Relevansi

6) Meningkatkan Loyalitas

7) Meningkatkan Ujicoba

d. Karekteristik Experiential Marketing

Schmitt (1999:12) Tahap awal dari sebuah experiential marketing

berfokus pada tiga kunci pokok, diantaranya :

1) Fokus Pada Pengalaman Pelanggan

Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati, pikiran yang

dapat menempatkan pembelian produk atau jasa di antara konteks

yang lebih besar dalam kehidupan

2) Pola Konsumsi

Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan untuk

menciptakan sinergi yang lebih besar. Produk dan jasa tidak lagi

dievaluasi secara terpisah, tetapi dapat dievaluasi sebagai bagian dari

keseluruhan pola penggunaan yang sesuai dengan kehidupan

konsumen. Hal yang terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur

melalui kepuasan dan loyalitas.

3) Keputusan Rasional dan Emosioal

Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi,

(41)

pembelian suatu barang atau jasa tidak hanya dilihat dari sisi

rasionalnya tetapi juga dari sisi emosionalnya. Konsumen tidak hanya

ingin menjadi pembuat kepuasan yang rasional tetapi juga konsumen

ingin dihibur, dirangsang, serta dipengaruhi secara emosional dan

ditantang secara kreatif.

10. Merek (Brand)

Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau disain, atau

gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari

seseorang, penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan

memebedakan barang atau jasa dari produk pesaing (Laksana,2008:77).

Laksana (2008:78) menguraikan lima manfaat merek bagi si penjual yaitu :

a. Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah pesanan-pesanan dan

menekan permasalahan.

b. Nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindungi penjual

dari pemalsuan ciri-ciri produk, karena bila demikian, maka setiap

pesaing akan meniru produk yang telah berhasil di pasaran.

c. Merek memberi penjual peluang kesetiaan konsumen pada produk.

d. Merek dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar ke dalam

segmen-segmen.

e. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik. Dengan

membawa nama perusahaan, merek ini sekaligus mengiklankan kualitas

(42)

Tjiptono (2011:59) merek sebagai kepribadian. Dalam tahap ini

konsumen menghadapi begitu banyak merek yang semuanya menyampaikan

janji fungsional. Kemajuan teknologi membuat setiap perusahaan sukar

mengandalkan keunggulan fungsional dalam jangka panjang, karena setiap

keunggulan bisa ditiru atau disamai oleh para pesaingnya. Konsekuensinya,

setiap merek yang bersaing dalam kategori produk yang sama cenderung

menjadi serupa atau mirip dalam hal fungsionalitas. Dalam rangka

menciptakan diferensiasi, pemasar mulai berfokus pada upaya menyertakan

nilai emosional pada mereknya dan mengkomunikasikannya lewat metafora

kepribadian merek (brand personality). Kepribadian merek yang dipilih

adalah yang mampu menyelaraskan nilai emosional merek dan gaya hidup

konsumen sasaran.

Berdasarkan teori konstruksionisme sosial, merek memiliki makna

simbolis. Misalnya, kepemilikan barang dan merek seringkali digunakan

individu dalam mengekspresikan dirinya dan masa lalunya, nilai personal,

keyakinan religious, identitas etnis, kompetensi diri, kekuatan dan status

sosial, dan diferensiasi dirinya dengan orang lain. Semua individu

berpartisipasi dalam proses mentransfer, mereproduksi dan mentransformasi

makna social obyek-obyek tertentu. Sebagai konsumen, individu dalam

sebuah kelompok social menginterprestasikan informasi pemasaran (seperti

iklan) dan menggunakan merek untuk menyampaikan signal spesifik kepada

(43)

Individu lain menginterprestasikan signal-signal ini untuk membentuk

citra dan sikap terhadap pemakai merek. Jika pemakai merek tidak

mendapatkan reaksi sesuai harapannya, maka ia akan mempertimbangkan

ulang pemakaian merek bersangkutan. Proses decoding makna dan nilai

merek serta pemakaian merek secara tepat ini merupakan keterlibatan aktif

konsumen dalam citra merek. Produk dan merek digunakan dalam setiap

budaya untuk mengekspresikan prinsip-prinsip kultural dan membentuk

kategori kultural. Individu dapat diklasifikasikan berdasarkan merek.

Sangadji dan Sopiah (2013:323) menyebutkan bahwa merek

merupakan suatu nama atau simbol yang mengidentifikasi suatu produk dan

membedakannya dengan produk-produk lain sehingga mudah dikenali oleh

konsumen ketika hendak membeli sebuah produk. Keberadaan merek

sangatlah penting bagi sebuah produk atau jasa, bahkan tidak mengherankan

jika merek sering kali dijadikan kriteria untuk mengevaluasi suatu produk.

11. Brand Image

Tjiptono (2011:112) menyebutkan bahwa brand image atau brand

description merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Sejumlah teknik kuantitatif dan kualitatif telah

dikembangkan untuk membantu mengungkap persepsi dan asosiasi

konsumen terhadap sebuah merek tertentu, diantaranya multi-dimensional

(44)

Citra merek (brand image) menurut Sangadji dan Sopiah (2013:327)

mengatakan bahwa citra merek dapat positif atau negatif, tergantung

padapersepsi seseorang terhadap merek. Jika digambarkan, pengetahuan

kosumen atas merek akan tampak seperti berikut.

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa komponen citra

merek adalah asosiasi merek, dan dukungan, kekuatan, dan keunikan

asosiasi merek.

Gambar 2.1

Kerangka Ekuitas Merek Berbasis Konsumen

(45)

a. Asosiasi merek (brand assosiation)

Asosiasi merek adalah sekumpulan entitas yang bisa dihubungkan

dengan suatu merek.” Lebih lanjut, Aaker dalam Rangkuti (2004)

mendefinisikan asosiasi merek sebagai hal yang berkaitan dengan ingatan

mengenai sebuah merek. “Asosiasi itu tidak hanya ada, namun juga

mempunyai tingkat kekuatan (Aaker, 1997).”Asosiasi merupakan atribut

yang ada dalam merek dan akan lebih besar apabila pelanggan

mempunyai banyak pengalaman berhubungan dengan merek tersebut.

Berbagai asosiasi yang diingat oleh konsumen dapat dirangkai sehingga

membentuk citra merek (brand image). Keuntungan asosiasi merek

tampak pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Nilai Asosiasi Merek

Sumber : Rangkuti, 2004 ( dalam Sangadji dan Sopiah, 2013:329) Membantu Proses/Penyusunan

Informasi

Diferensiasi/Posisi

Alasan untuk Membeli

Menciptakan Sikap/Perasaan Positif

(46)

b. Dukungan asosiasi merek

Dukungan asosiasi merek merupakan respons konsumen terhadap atribut,

manfaat, serta keyakinan dari suatu merek produk berdasarkan penilaian

mereka atas produk. Atribut di sini tidak berkaitan dengan fungsi produk,

tetapi berkaitan dengan citra merek. Dukungan asosiasi merek tersebut

ditunjukan dengan persepsi konsumen terhadap produk yang

menganggap bahwa produk yang dikonsumsi itu baik dan bermanfaat

bagi konsumen.

c. Kekuatan asosiasi merek

Setelah mengkonsumsi sebuah produk, konsumen akan mengingat kesan

yang ditangkap dari produk tersebut. Jika konsumen telah merasakan

manfaatnya, ingatan konsumen terhadap produk tersebut akan lebih besar

lagi daripada ketika konsumen belum menggunakannya. Itulah yang

membuat ingatan konsumen semakin kuat terhadap asosiasi sebuah

merek. Kekuatan asosiasi merek ditunjukkan dengan reputasi baik yang

dimiliki produk tersebut di mata konsumen, produk tersebut dirasa

memiliki manfaat ekspresi diri dan menambah rasa percaya diri

konsumen.

d. Keunikan asosiasi merek

Jika sebuah produk mempunyai ciri khas yang membedakannya dari

produk lain, produk tersebut akan diingat oleh konsumen. Ingatan

(47)

manfaat dari sebuah produk dan merasa bahwa merek lain tidak akan bisa

memuaskan keinginannya tersebut.

Indikator Citra Merek (Brand Image) yaitu :

a. Kesan Profesional

Dimana produk atau jasa memiliki kesan professional atau memiliki

kesan keahlian pada bidang apa yang dijualnya.

b. Kesan Modern

Produk atau jasa memiliki kesan modern atau memiliki teknologi yang

selalu mengikuti perkembangan zaman.

c. Melayani Semua Segmen

Produk atau jasa mampu melayani semua segmen yang ada, tidak hanya

melayani segmen khusus saja.

d. Perhatian Pada Konsumen

Dimana produk atau jasa yang dibuat produsen memberikan perhatian

atau peduli pada keinginan dan kebutuhan konsumen.

12. Kepuasan Konsumen

Sangadji dan Sopiah (2013:181) mengatakan bahwa setelah

mengkonsumsi produk, konsumen kan merasakan kepuasan atau

kekecewaan. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli ulang

produk. Sebaliknya, jika kecewa, konsumen tidak akan membeli produk

yang sama lagi dikemudian hari. Kepuasan konsumen merupakan evaluasi

(48)

melampaui harapan konsumen. Kekecewaan timbul apabila kinerja yang

aktual tidak memenuhi harapan konsumen.

Sangadji dan Sopiah (2013:182) kepuasan diartikan sebagai adanya

kesamaan adanya kesamaan antara kinerja produk dan pelayanan yang

diterima dengan kinerja produk dan pelayanan yang diharapkan konsumen.

Dalam era kompetisi bisnis yang ketat seperti sekarang, kepuasan konsumen

merupakan hal yang utama. Konsumen diibaratkan sebagai raja yang harus

dilayani, meskipun hal ini bukan berarti menyerahkan segala-galanya

kepada konsumen. Usaha memuaskan kebutuhan konsumen harus dilakukan

secara menguntungkan atau dengan situasi sama menang (win-win

situation), yaitu keadaan dimana kedua belah pihak merasa puas dan tidak ada yang dirugikan.

Kotler, Philip (2002:14) kepuasan mencerminkan penilaian seseorang

tentang kinerja produk anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan

ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi,

pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa. Jika kinerja produk sesuai

dengan ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi

ekspektasi, pelanggan tersebut senang. Kotler (2002:42) menerangkan

bahwa konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi

produk. Hal ini disebabkan konsumen secara alamiah akan melakukan

evaluasi atau penilaian kognitif berkaitan dengan kinerja produk atau jasa

sesuai kemampuan barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen.

(49)

ketidakpuasan terhadap pengkonsusian suatu produk maupun jasa. Agar

perusahaan dapat memenangkan persaingannya, perusahaan harus mampu

memberikan kepuasan pada konsumennya. Kepuasan konsumen adalah

perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan

antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan

harapan-harapannya.

Kepuasan konsumen sangat tergantung pada persepsi dan harapan

konsumen. Sebuah perusahaan perlu mengetahui beberapa faktor yang

mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen. Faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen yaitu:

a. Kebutuhan dan keinginan

Berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan oleh konsumen saat konsumen

sedang mencoba melakukan transaksi dengan perusahaan. Jika pada saat

itu kebutuhan dan keinginan terhadap produk yang ditawarkan oleh

perusahan sangat besar, maka harapan-harapan konsumen yang berkaitan

dengan kualitas produk dan layanan yang baik dari perusahaan.

b. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dan layanan, baik

dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya.

c. Pengalaman teman-teman

Pengalaman teman-teman tentang kualitas produk dan pelayanan

(50)

Faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen berhubungan dengan

tingkah laku konsumen baik faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan

faktor psikologi (Kotler & Amstrong, 2009:61).

a. Faktor kebudayaan

Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam

terhadap perilaku konsumen. Faktor budaya terdiri dari beberapa

komponen. Baik komponen budaya, sub-budaya dan kelas sosial. Budaya

merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar dalam

mempengaruhi keinginan dan kepuasan orang.sub-budaya terdiri atas

nasionalitas, agama, kelompok, ras dan daerah geografi. Sedangkan kelas

sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen yang mempunyai

susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah laku.

Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur

sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan dan variable lainnya.

b. Faktor sosial

Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status.

Orang yang berpengaruh terhadap kelompok dan lingkungannya biasanya

orang yang mempunyai karakteristik, penampilan, pengetahuan dan

kepribadian. Orang ini biasanya menjadi panutan karena pengaruhnya

mat kuat.

c. Faktor pribadi

Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima

(51)

kedewasannya. Faktor pribadi konsumen dipengaruhi oleh usia dan tahap

siklus hidup, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya

hidup dan kepribadian. Usia mempunyai dimensi kronologis dan

intelektual berkembang melalui pendidikan dan pelatihan. Usia

merupakan tanda perkembangan kedewasaan seseorang untuk

memutuskan sendiri atas suatu tindakan yang diambilnya. Usia juga

dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit, misalnya penyakit

kardio vaskuler dengan peningkatan usia.

Pendidikan merupakan proses pengajaran baik formal maupun

informal yang dialami seseorang. Hasilnya akan mempengauhi sikap dan

perilaku seseorang dalam mendewasakan diri. Selain itu, pendidikan juga

berkaian dengan harapan. Seseorang yang pendidikannya tinggi akan

mengharapkan pelayanan yang lebih baik dan lebih tinggi.

d. Faktor psikologi

Faktor psikologi yang berperan dengan keputusan yaitu motivasi,

pesepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai

hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan biologis seperti lapar

dan haus, ada kebutuhan psikologis seperti adanya pengakuan dan

penghargaan. Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan

seseorang mencari keputusan.

Secara keseluruhan, dimensi-dimensi kepuasan konsumen, yaitu:

(52)

Penentu utama kepuasan konsumen yaitu kualitas atau kinerja. Kualitas

sangat mendasar bagi seluuh kegiatan ekonomi karena dapat

menggambarkan dua komponen pengalaman konsumsi.

b. Nilai yang dirasakan

Nilai yang dirasakan adalah tingkat oleh konsumen terhadap harga yang

dibayar. Membandingkan nilai yang dirasakan setelah konsumen

melakukan transaksi dengan penawaran yang diberikan oleh perusahaan

berupa produk atau jasa. Dengan ini konsumen dapat menggunakan

pertimbangan nilai untuk membandingkan produk atau jasa yang tinggi

dan yang rendah.

c. Harapan pelanggan

Harapan pelanggan merupakan tahap awal sebelum konsumen merasakan

nilai dan kualitas yang diberikan perushaan. Konsumen memiliki harapan

sejauh mana penawaran perusahaan dalam produk dan jasa. Konsumen

mendapat informasi-informasi dari berbagai sumber, selanjutnya

memperkirakan perusahaan memiliki kemampuan untuk terus

membeikan kreatifitas di masa depan.

Tingkat kepuasan konsumen terhadap barang atau jasa akan

menentukan loyalitas konsumen terhadap perusahaan. Apabila konsumen

menilai barang atau jasa yang dikonsumsi atau yang dimanfaatkannya telah

memenuhi kebutuhannya serta sesuai dengan harapannya maka kepuasan

(53)

barang atau jasa yang dimanfaatkannya tidak mampu memenuhi harapanya,

maka tingkat kepuasan konsumen dapat dikatakan sngat rendah.

Pada titik inilah layanan purna jual menjalankan perannya.

Berkurangnya kemampuan kerja suatu produk dapat mempengaruhi tingkat

kepuasan konsumen. Layanan purna jual berupa perawatan, jasa

komunikasi, penggantian suku cadang, bahkan penggantian dengan barang

baru akan menentukan loyalitas konsumen terhadap perusahaan apabila

layanan tersebut dilakukan dengan baik. Layanan purna jual yang baik dan

berkualitas dapat memperpanjang usia kerja produk sekaligus mempererat

relasi perusahaan dengan konsumen.

13. Minat Beli

Kerin, et al (2009:89) mengatakan minat beli merupakan

kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil

tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat

kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Minat beli adalah perilaku

konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menujukkan

keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian (Kotler & Keller

2009:137).

Swasta dan Irawan (2005:349) mengemukakan faktor-faktor yang

memepengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan emosi, bila

seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa, maka

hal itu akan memperkuat minat membeli, kegagalan biasanya

(54)

menyadari kebutuhan dan keinginannya. Pengenalan masalah (problem

recognition) terjadi ketika konsumen melihat adanya perbedaan yang signifikan antara apa yang dia miliki dengan apa yang dia butuhkan.

Berdasarkan pengenalannya akan masalah selanjutnya konsumen mencari

atau mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang produk yang dia

inginkan.

Terdapat dua sumber informasi yang digunakan ketika menilai suatu

kebutuhan fisik, yaitu persepsi individual dari tampilan fisik dan sumber

informasi luar seperti persepsi konsumen lain. Selanjutnya,

informasi-informasi yang telah diperoleh digabungkan dengan informasi-informasi yang telah

dimiliki sebelumnya. Semua input berupa informasi tersebut membawa

konsumen pada tahap dimana dia mengevaluasi setiap pilihan dan

mendapatkan keputusan terbaik yang memuaskan dari perspektif dia sendiri.

Tahapan terakhir ada tahap di mana konsumen memutuskan untuk membeli

atau tidak membeli produk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen, yaitu :

a. Sikap atau pendirian orang lain

Kekuatan pendirian orang lain akan mengurangi alternatif konsumen,

dalam minat beli tergantung pengaruh yang diberikan orang lain

membawa sikap positif atau sikap negatif. Semakin negatif pengaruh

yang diberikan, maka konsumen tidak mempunyai motivasi untuk

membeli.

(55)

Banyak faktor yang mempengaruhi minat konsumen dalam membeli,

baik faktor internal seperti lingkungan social, tingkatan pendapatan

maupun faktor eksternal seperti harga, manfaat produk yang diharapkan

akan mengubah minat beli konsumen jika faktor internal maupun

eksternal tidak dapat diantisipasi dengan baik.

c. Kepribadian

Kepribadian adalah ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan

mencerminkan bagaiman seseorang mempunyai respon terhadap

lingkungannya. Kepribadian bersifat konsisten dan tahan lama serta

berubah pada keadaan tertentu.

d. Motivasi

Motivasi adalah tenaga penggerak dalam diri individu yang mendorong

seseorang untuk bertindak yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan.

14. Keputusan Pembelian

a. Struktur Keputusan Pembelian

Penjual perlu menyusun struktur keputusan membeli secara keseluruhan

untuk membantu konsumen dalam mengambil keputusan tentang

pembeliannya. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur

sebanyak tujuh, yaitu :

1) Keputusan tentang jenis produk. Konsumen dapat mengambil

keputusan untuk membeli sebuah produk. Dalam hal ini perusahaan

(56)

membeli suatu produk serta alternatif lain yang mereka

pertimbangkan.

2) Keputusan tentang bentuk produk. Keputusan ini mengangkut ukuran,

mutu, corak dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus

melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen

tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimumkan daya tarik

mereknya.

3) Keputusan tentang merek. Konsumen harus mengambil keputusan

tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki

perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus

mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.

4) Keputusan tentang penjualnya. Konsumen harus mengambil

keputusan di mana produk tersebut akan dibeli. Dalam hal ini

produsen, pedagang besar, dan pengecer baru mengetahui bagaimana

konsumen memilih penjual tertentu.

5) Keputusan tentang jumlah produk. Konsumen dapat mengambil

keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada

suatu saat. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya

produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.

6) Keputusan tentang waktu pembelian. Konsumen dapat mengambil

keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini

(57)

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen

dalam penentuan waktu pembelian.

7) Keputusan tentang cara pembayaran. Konsumen harus mengambil

keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang akan

dibeli. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang

penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus

mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.

b. Tahap-tahap dalam Proses Pembelian

Dalam melakukan pembelian dari sebelum membeli sampai setelah

melakukan pembelian, proses pembelian konsumen melewati tahap-tahap

membeli, yang dikonseptualisasikan dalam model lima tahap proses

membeli. Model tersebut dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 2.3

Model Lima Tahap Proses Membeli

Sumber: Radiosunu,1990 (dalam Sunyoto, 2012: 280)

Model ini mempunyai implikasi bahwa para konsumen melalui lima

tahap dalam membeli sesuatu. Tahap-tahap tersebut tidak harus dilewati

secara urut. Dalam pemecahan masalah pembelian yang bersifat ekstensif

calon pembeli dapat bertolak dari keputusan mengenai penjual, karena ia

ingin mendapat keterangan dari penjual yang dipercaya mengenai

Gambar

Tabel  Judul
Gambar Judul
Tabel 1.1 Data pengunjung Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Gambar 2.2 Nilai Asosiasi Merek
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Isim Pertama ( ) “ Birhatihin”Wazannya ialah ( ) “tif-alihin”. Huruf Ba berbaris di bawah, Ra bertanda mati, Ha berbaris atas, Ta berbaris

/ 6isiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b-d kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 2C'

4.1 Hasil Pengujian Menggunakan Metode Sturgess Pada Waktu Pelayanan Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan perhitungan interval kelas dengan menggunakan

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, sistem informasi penilaian kinerja di PT Merpati Wahana Taksi mampu melakukan proses penilaian secara otomatis

Merujuk pada teori pemaknaan yang diutarakan Stuart Hall (1991), cara komunikan dalam mengdekode pesan dari komunikator terkait berita positif tentang Indonesia

Pusat Meteorologi Publik, untuk kejadian cuaca ekstrim yang tidak terkait dengan aktifitas penerbangan dan aktifitas kemaritiman sebagaimana dimaksud pada huruf

Sistem operasional DAMIU adalah proses pengolahan air baku (yang tidak dapat diminum) menjadi air minum isi ulang (yang dapat diminum) dengan kualitas air yang memenuhi

Pada langkah ini dilakukan identifikasi apa saja knowledge yang sudah ada dalam perusahaan dan menentukan fokus aktivitas KM di divisi Software Service PT XYZ. Identifikasi