[1]
1. Pasien pria usia 58 tahun mengeluhkan sering mengalami nyeri pada punggung sejak beberapa bulan yang lalu, sering demam, mudah lelah, serta kesemutan pada kaki. Pasien merupakan petani dan sering menggunakan pestisida untuk pertaniannya. Saat diperiksa pasien tampak pucat, tensi 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, Respirasi 19x/menit, suhu 36,6
oC. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 8,7 g/dl, leukosit 8000/ ʯl, trombosit 200.000/
ʯl, LED meningkat, kalsium, asam urat dan kreatinin serum tinggi, Urea darah 17 mmol/L.
Biopsi jaringan didapatkan plasmasitoma. Pemeriksaan radiologis didapatkan lesi litik serta adanya fraktur kompresi pada vertebrae L3-L4. Apakah Diagnosis dari pasien tersebut ? A. Osteoporosis
B. Osteosarkoma C. Limfoma hodgkin D. Multiple mieloma E. Leukimia
Pembahasan : Keyword :
• Keluhan: nyeri pada punggung sejak beberapa bulan yang lalu, sering demam, mudah lelah, serta kesemutan pada kaki.
• Riwayat sering menggunakan pestisida untuk pertaniannya.
• Pemeriksaan Fisik : tampak pucat
• Pemeriksaan penunjang: Hb 8,7 g/dl, LED meningkat, kalsium, asam urat dan kreatinin serum tinggi, Urea darah 17 mmol/L. Biopsi jaringan didapatkan plasmasitoma. Pemeriksaan radiologis didapatkan lesi litik serta adanya fraktur kompresi pada vertebrae L3-L4.
Multiple myeloma Etiologi : multi faktorial
Gejala klinis : Anemia, nyeri tulang, nefropati, fraktur patologik, perdarahan,infeksi berulang dan atau neuropati perifer.
Pemeriksaan penunjang : Anemia normokromik normositik. Neutropenia dan trombositopenia pada penyakit lanjut. LED tinggi,peninggian kalsium serum, urea darah dan kreatinin meninggi, albumin darah rendah pada penyakit lanjut, penurunan CD4 dan peningkatan CD8. Terdapat lesi litik tulang. Plasmasitoma pada biopsi jaringan.
2. Seorang pria datang ke dokter dengan keluhan lemas. Saat diperiksa tampak adanya ikterus, splenomegali. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 7,4 g/dl, hapusan darah tepi menunjukkan gambaran eritrosit mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, sel target, eliptosis, basophillic stippling. Apakah Diagnosis dari pasien ini ?
A. AIHA
[2]
B. Thalasemia C. Defisiensi G6PD D. Malaria
E. Anemia penyakit kronis
Pembahasan : Keyword :
Keluhan: lemas.
Pemeriksaan Fisik : tampak adanya ikterus, splenomegali.
Pemeriksaan penunjang: Hb 7,4 g/dl, hapusan darah tepi menunjukkan gambaran eritrosit mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, sel target, eliptosis, basophillic stippling
Thalasemia Penyebab :
Penurunan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu atau lebih rantai globin yang menyebabkan defisiensi produksi parsial atau komplit rantai globin, akibatnya terjadi thalasemia yang jenisnya sesuai ranta globin yang terganggu.
Gejala klinis
Klinis tergantung dari rantai globin mana yang terganggu. Gejala umumnya berupa anemia, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: hemoglobin dan hematokrit menurun, MCV sangat rendah, MCHC sedikit menurun,serum iron dan ferittin normal.
Hapusan darah tepi: eritrosit mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, sel target, eliptosis, basophillic stippling . hitung retikulosit meningkat.
Hb elektroforesis merupakan gold standar pemeriksaan thalasemia.
Pengobatan muatan besi berlebih karena penderita thalasemia sangat sering melakukan transfusi maka diperlukan terapi kelasi.
Ada beberapa obat yang direkomendasikan untuk terapi kelasi, yaitu:
Deferasirox DFO Deferiprone
3. Pasien pria usia 63 tahun mengeluhkan sering mengalami nyeri pada tulang, mudah lelah, serta kesemutan pada kaki. Pasien mengaku pernah mengalami patah tulang karena
[3]
terpeleset di kamar mandi 1 tahun lalu. Saat diperiksa pasien tampak pucat, tensi 100/60mmHg, nadi 80x/menit, Respirasi 19x/menit, suhu 36,1 ºC. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 8,1 g/dl, leukosit 7000/ ʯl, trombosit 250.000/ʯl, kalsium, asam urat dan kreatinin serum tinggi, Urea darah 18 mmol/L. Pemeriksaan radiologis didapatkan lesi litik tulang. Apakah Diagnosis dari pasien tersebut ?
A. Leukimia akut B. Osteosarkoma C. Limfoma hodgkin D. Multiple mieloma E. Osteoporosis
Pembahasan : Keyword :
Keluhan: sering mengalami nyeri pada tulang, mudah lelah, serta kesemutan pada kaki.
Pasien mengaku pernah mengalami patah tulang karena terpeleset di kamar mandi 1 tahun lalu.
Pemeriksaan Fisik : pasien tampak pucat.
Pemeriksaan penunjang : Hb 8,1 g/dl, leukosit 7000/ ʯl, trombosit 250.000/ ʯl, kalsium, asam urat dan kreatinin serum tinggi, Urea darah 18 mmol/L. Pemeriksaan radiologis didapatkan lesi litik tulang.
Multiple 3yeloma Etiologi : multi faktorial
Gejala klinis :
Anemia, nyeri tulang, nefropati, fraktur patologik, perdarahan, infeksi berulang dan atau neuropati perifer.
Pemeriksaan penunjang :
Anemia normokromik normositik. Neutropenia dan trombositopenia pada penyakit lanjut.
LED tinggi, peninggian kalsium serum, urea darah dan kreatinin meninggi, albumin darah rendah pada penyakit lanjut, penurunan CD4 dan peningkatan CD8. Terdapat lesi litik tulang. Plasmasitoma pada biopsi jaringan.
4. Pria usia 18 tahun mengeluh sering memar pada persendian saat terlalu banyak bekerja.
Keluhan sering berulang sejak pasien masih kecil tetapi mengaku belum mengetahui penyebab keluhan tersebut. Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan trombosit
[4]
280.000/ʯl, aPTT memanjang, aktivitas faktor IX rendah. Apakah Diagnosis dari pasien ini ?
A. Hemofilia klasik B. Chrismas disease C. Von wilebrand disease D. DIC
E. ITP
Pembahasan : Keyword :
Keluhan: sering memar pada persendian saat terlalu banyak bekerja. Keluhan sering berulang sejak kecil.
Pemeriksaan penunjang: didapatkan trombosit 280.000/ʯl, aPTT memanjang,aktivitas faktor IX rendah.
Hemofilia Definisi :
Merupakan penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sexlinked pada kromosom X. Penyakit ini hanya bermanifestasi klinis pada pria. Wanita hanya sebagai carrier.
Klasifikasi :
a klasik) karena defisiensi atau disfungsi faktor VIII.
Gejala dan tanda klinis :
Perdarahan spontan atau karena trauma ringan berupa hemartrosis, hematom subkutan/intramuskular, pedarahan mukosa mulut, perdarahan intrakranial, epitaksis, hematuria, perdarahan berkepanjangan setelah operasi kecil seperti sirkumsisi.
Pemeriksaan laboratorium :
Gangguan uji hemostasis berupa pemanjang masa pembekuan (CT) dan masa tromboplastin partial teraktivasi (aPTT), abnormalitas uji tromboplastin generation. Masa perdarahan (BT) dan masa protombin (PT) serta jumlah trombosit normal. Diagnosis definitif ditegakkan jika berkurangnya aktivitas FVIII/FIX.
Tatalaksana 1. Supportive
2. Terapi pengganti AHF
[5]
a. Konsentrat faktor VIII/IX
b. Kriopresipitat AHF. Kurang spesifik, mengandung F VIII, FVW, dan fibrinogen.
3. Obat : desmopressin (merangsang produksi F VIII), antifibrinoliti (menstabilkan bekuan).
4. Terapi gen.
5. Seorang wanita 59 mengeluh badan lemas dan lesu. Pasien mengaku sejak 2 bulan yang lalu setiap hari kencing hanya sedikit, yaitu sekitar setengah gelas per hari. Keluhan tersebut sdah dibawa ke dokter dan dianjurkan cuci darah. Saat diperiksa pasien tampak pucat, konjungtiva anemis, hepatosplenomegali (-). Dari hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan Hb 8,3 g/dl, leukosit 6000/ʯl, trombosit 260.000/ʯl. Apa Terapi yang paling tepat untuk pasien tersebut ?
A. Transfusi PRC B. Pemberian zat besi C. Pemberian eritropoetin D. Pemberian kortikosteroid E. Pemberian asam folat
Pembahasan : Keyword:
Keluhan : badan lemas dan lesu.
Sejak 2 bulan yang lalu setiap hari kencing hanya sedikit, yaitu sekitar setengah gelas per hari. Keluhan tersebut sdah dibawa ke dokter dan dianjurkan cuci darah.
Pemeriksaan Fisik : pasien tampak pucat, konjungtiva anemis, hepatosplenomegali (-).
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah lengkap didapatkan Hb 8,3 g/dl, leukosit 6000/ʯl, trombosit 260.000/ʯl.
Anemia akibat penyakit kronis Etiologi :
Infeksi kronis, Inflamasi kronis, keganasan Gejala klinis: Umumnya anemia derajat ringan sedang sehingga sering asimptomatik. Pada pemeriksaan fisik hanya dijumpai konjungtiva pucat.
Laboratorium:
Didapatkan hasil berupa anemia normokromik normositer atau hipokromik mikrositer,
Tatalaksana
Mengobati penyakit dasar.
[6]
Transfusi PRC jika terjadi gangguan hemodinamik.
Eritropoetin bermanfaat jika anemia disebabkan oleh kanker, gagal ginjal, multiple mieloma, rheumatoid arthritis dan HIV.
6. Seorang wanita 50 tahun mengeluh badan lemah dan mata kuning. Tidak didapatkan demam maupun mual muntah. Dari hasil pemeriksaan didapatkan konjungtiva anemis
positif. Apakah Dignosis dari pasien tersebut ? A. Thalasemia
B. AIHA
C. Defisiensi G6PD D. Malaria
E. Hepatitis A
Pembahasan : Keyword :
Keluhan : badan lemah dan mata kuning. Tidak didapatkan demam maupun mual muntah.
Pemeriksaan Fisik : konjungtiva anemis disertai skera ikterik.
AIHA Definisi :
Merupakan suatu kelainan dimana terdapat autoantibodi terhadap sel-sel eritrosit sehingga eritrosit mudah lisis dan umur eritrosit memendek.
Gejala dan tanda : Lemas, mudah capek, sesak napas.
Tanda klinis berupa konjungtiva pucat, sklera ikterik, splenomegali, urine berwarna merah gelap.
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium : Anemia normositik, peningkatan bilirubin indirek, retikulositosis, peningkatan LDH, peningkatan serum haptoglobulin.
Deteksi autoantibodi pada eritrosit
Hapusan darah tepi: tampak fragmentasi dari eritrosit (sferosit,skistosit, helmet cell, dan retikulosit).
7. Pasien pria usia 56 tahun dibawa anaknya karena terlihat sangat pucat. Pasien sering merasa tidak bertenaga, pusing, gusi sering berdarah. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak pucat,
[7]
tensi 100/60 mmHg, Respirasi 18x/menit, suhu 36,2 oC, nadi 83x/menit, hepatosplenomegali (-). Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7,9 g/dl, leukosit 3000/ʯl, trombosit 30.000/ ʯl. Hasil pemeriksaan hapusan darah tepi menunjukkan sel darah normokromik normositer. Apa Terapi konservatif untuk pasien ini ?
A. Transfusi PRC
B. Pemberian zat besi oral C. Transplantasi sumsum tulang D. Pemberian whole blood ºº E. Pemberian immunosupresif
Pembahasan : Keyword :
Keluhan : terlihat sangat pucat. Pasien sering merasa tidak bertenaga, pusing, gusi sering berdarah.
Pemeriksaan Fisik : tampak pucat, , tensi 100/60 mmHg, Respirasi 18x/menit, suhu 36,2 ºC, nadi 83x/menit, hepatosplenomegali (-).
Pemeriksaan penunjang: Hb 7,9 g/dl, leukosit 3000/ ʯl , trombosit 30.000/ ʯl. Hasil pemeriksaan hapusan darah tepi menunjukkan sel darah normokromik normositer.
Anemia Aplastik Definisi :
Merupakan kegagalan hemopoiesis yang ditandai oleh pansitopenia
Gejala klinis
Muncul akibat dari pansitopenia yaitu:
Anemia: pucat, fatig, dispnea, pusing dan jantung berdebar-debar.
Trombositopenia: manifestasi perdarahan seperti memar maupun perdarahan mukosa.
Neutropenia: rentan terhadap infeksi sehingga muncul gejala seperti demam.
Pemeriksaan fisik :
pucat, manifestasi perdarahan, demam
Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap: pansitopenia
Hapusan darah tepi : normokromik normositer Faal hemostasis : waktu perdarahan memanjang Gold standar : biopsi sumsum tulang
[8]
Tatalaksana
Terapi definitif : transplantasi sumsum tulang Terapi konservatif : immunosupresi
8. Seorang wanita usia 58 tahun datang ke dokter dengan keluhan tangan dan kaki sering terasa panas. Selain itu, pasien juga sering merasa sering pusing dan badan terasa gatal gatal. Dari pemeriksaan penunjang didaptakan Hb 18 g/dl, eritrosit 9 juta/ml, leukosit 23.000/ʯl, trombosit 800.000/ʯl. Apa Diagnosis dari pasien tersebut ?
A. Eritrositosis relatif B. Pseudoertrositosis C. Polisitemia sekunder D. Polisitemia vera E. Polisitemia spurious
Pembahasan : Keyword :
Keluhan : tangan dan kaki sering terasa panas. Selain itu, pasien juga sering merasa sering pusing dan badan terasa gatal gatal.
Pemeriksaan penunjang : Hb 18 g/dl, eritrosit 9 juta/ml, leukosit 23.000/ʯl, trombosit 800.000/ʯl.
Polisitemia vera Etiologi :
Tidak diketahui. Menurut salah satu penelitian sitogenetik menunjukkan adanya kariotipe abnormal di sel induk hemopoesis.
Gejala klinis :
Biasanya sakit kepala, telinga berdenging, mudah lelah, gangguan daya ingat, susah bernapas, darah tinggi, gangguan penglihatan, rasa panas pada tangan dan kaki, pruritus, perdarahan dari hidung, lambung atau sakit tulang, hepatomegali, splenomegali.
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : peningkatan jumlah sel eritrosit, granulosit meningkat, trombosit meningkat (450-800 ribu/ml bahkan bisa >1 juta/ ml).
Pemeriksaan sumsum tulang : sitologi menunjukkan peningkatan selularitas normoblastik berupa hiperplasi trilinier dari ertirosit, megakariosit dan mielosit.
Histoptologi menunjukkan morfologi megakariosit abnormal dan sedikit fibrosis (tanda patognomonik PV).
[9]
Tatalaksana
o Flebotomi untuk mempertahankan hematokrit <42%(wanita) dan <47% (pria).
Dilakukan pada awal permulaan penyakit.
o Kemoterapi sitostatika seperti hidroksiurea o Kemoterapi biologi
o Aspirin untuk mencegah thrombus
9. Seorang model wanita datang ke dokter dengan keluhan mudah lelah sejak beberapa bulan lalu. Ia juga mengeluhkan sering mengantuk saat bekerja. Pasien mengaku sedang menjalani diet ketat sejak 1 tahun yang lalu untuk menjaga penampilannya. Saat diperiksa Hb 8,2 g/dl dengan uji schilling positif. Apakah Diagnosis dari pasien ini ?
A. Anemia defisiensi zat besi B. Anemia defisiensi asam folat C. Anemia defisiensi vitamin B12 D. Thalasemia
E. Anemia aplastic
Pembahasan : Keyword :
Keluhan: mudah lelah sejak beberapa bulan lalu. Ia juga mengeluhkan sering mengantuk saat bekerja.
Pasien mengaku sedang menjalani diet ketat sejak 1 tahun yang lalu.
Pemeriksaan penunjang: Hb 8,2 g/ dl dengan uji schilling positif.
Anemia defisiensi vitamin B12
Etiologi : metabolisme vitamin B12 yang tidak efektif.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Kurangnya pasoakn vitamin B12 dari makanan
2. Gangguan transport vitamin B12 atau gangguan pengikatan vitamin B12 oleh resptornya (defisiensi enzim)
Defisiensi faktor intrinsi (gastrektomi) Reseksi dan bypass ileum
Persaingan biologi absorpsi vitamin B12 pada infeksi Diphyllobothrium latum (cacing pita ikan), pada divertikulosis, anastomosis usus
Pankreatitis kronis
Gejala Klinis
[10]
Gejala umum anemia : lemas, lesu, mudah lelah, pucat, takikardi, dispneu, takipneu, konsentrasi menurun, pingsan, telinga berdenging. Gejala akibat defisiensi vitamin B12:
neuropati perifer, gangguan kognitif, gangguan memori, gangguan tidur, depresi
Laboratorium :
Darah lengkap (Hb rendah, MCV >100 fl), hapusan darah tepi (anemia makrositer).
Diagnosis anemia megaloblastik hipovitaminosis vitamin B12 dilakukan dengan uji schilling atau mengukur kadar vitamin B12 serum sebelum dan setelah pemberian vitamin B12.
Penatalaksanaan
Terapi disesuaikan dengan etiologi, keparahan serta gejala anemia. Pada anemia dengan gejala yang sangat parah atau Hb yang sangat rendah dapat dilakukan transfusi PRC. Karena defisiensi vitamin B12 maka pasien diberi injeksi intramuscular vitamin B12 (100-1000 mcg perbulan), berlangsung terus-menerus, dapat diberikan.
10. Seorang pria usia 60 tahun datang karena adanya benjolan pada leher yang tidak nyeri sejak 1 bulan lalu. Selain itu, akhir-akhir ini pasien sering mengalami demam dan penurunan berat badan yang drastis. Dari pemeriksaan fisik pasien tampak kurus dan pucat.
Konjungtiva anemis, dan terdapat limfadenopati pada leher. Pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran berikut :
Apa Diagnosis dari pasien tersebut ? A. Limfadenitis akut
B. Limfadenitis TB C. Limfoma non hodgkin D. Limfoma hodgkin E. Leukimia mielositik akut
Pembahasan : Keyword :
Keluhan : benjolan pada leher yang tidak nyeri sejak 1 bulan lalu. Selain itu, akhir-akhir ini pasien sering mengalami demam dan penurunan berat badan yang drastis.
[11]
Pemeriksaan Fisik : pasien tampak kurus dan pucat. Konjungtiva anemis, dan terdapat limfadenopati pada leher .
Pemeriksaan penunjang : tampak reed-sternberg cell (owl eyes).
Faktor resiko :
Infeksi virus onkogenik (seperti virus Epstein-Barr, HIV, sitomegalovirus, HHV-6), kondisi defisiensi imun.
Gejala klinis :
Limfadenopati dengan konsistensi rubbery dan tidak nyeri, demam tipe Pel-Ebstein, neuropati, penurunan berat badan, hepatosplenomegali, tanda obstruksi seperti edema ekstremitas, sindroma vena kava
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : anemia, eosinofilia, LED meningkat, limfosit abnormal atau limfositosis.
Biopsi sumsum tulang : untuk staging. Histopatologi ditemukan Reed-Sternberg cell (owl eyes).
Radiologis : foto thorax melihat limfadenopati hilar dan mediastinal, efusi pleura atau lesi parenkim paru
11. Seorang wanita datang ke Instalasi Gawat Darurat dalam keadaan tidak sadar. Pada saat dilakukan pemeriksaan, GCS 1 2 1, Tekanan darah : 90/70 mmHg, Nadi : 100x/menit, Suhu : 37,5 oC, Respirasi : 30x/menit, pernapasan kusmaull dan bau napas keton.
Pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan hasil 400 mg/dl. Terapi kausatif apa yang tepat diberikan ?
A. Resusitasi cairan B. Insulin
C. Kalium
D. Resusitasi Jantung Paru E. Fosfat
Pembahasan : Keyword :
Tidak sadar
darah : 90/70 mmHg, Nadi : 100x/menit, Suhu : 37,5 ºC, Respirasi : 30x/menit.
Laboratorium : GDS 400 mg/dl
[12]
Ketoasidosis Diabetik
Diagnosis : Trias KAD (hiperglikemi, ketonemia dan atau ketonuria, serta asidosis metabolic dengan beragam derajat). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tandatanda dehidrasi, nafas kussmaul jika asidosis berat, takikardi, hipotensi atau syok, flushing, penurunan berat badan. Dari RPD didapatkan riwayat DM.
Kunci diagnosis KAD adalah adanya peningkatan total badan keton di sirkulasi.
Penatalaksanaan
Resusitasi Cairan : sebagai langkah awal penanganan KAD setelah resusitasi kardiorespirasi
Insulin : farmakoterapi kausatif utama KAD
Kalium : untuk mengatasi hyperkalemia yang terjadi melalui mekanisme asidemia, defisiensi insulin, dan hipertonisitas.
Bikarbonat : Jika pH darah kurang dari 6,9.
Fosfat : Untuk hipofosfatemia Transisi insulin ke subkutan
12. Seorang wanita usia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan kencingnya semakin sedikit. Saat ini pasien sudah tidak kencing lebih dari 12 jam. Saat dilakukan pemerikaan fisik didapatkan anemis (-),edema tungkai (+). Tekanan darah : 120/70 mmHg, Nadi : 90x/menit, Suhu : 37,5 oC, Respirasi : 30x/menit. Apa Diagnosis yang tepat ?
A. Acute Kidney Injury B. Acute Kidney Risk C. Chronic Kidney Disease D. Acute Tubular Necrosis E. Acute Kidney Failure
Pembahasan : Keyword :
Kencing berkurang Anuria >12 jam
Pemeriksaan Fisik : anemis (-),edema tungkai (+), (+). Tekanan darah : 120/70 mmHg, Nadi : 90x/menit, Suhu : 37,5 ºC, Respirasi : 30x/menit
Gagal Ginjal Akut
Gejala klinis untuk membedakan GGA dan GGK misalnya adanya anemia dan ukuran ginjal kecil menunjukkan GGK
Untuk mendiagnosis GGA, perlu pemeriksaan berulang fungsi ginjal yaitu kadar ureum, kretinin atau laju filtrasi glomerulus.
[13]
Pada GGA harus dicari penyebab dari terjadinya GGA apakah dari pre renal, intra renal, atau post renal
13. Seorang perempuan 40 tahun di bawa ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada lutut kirinya.
Pasien tersebut baru pertama mengalami sakit seperti ini. Saat diperiksa didapatkan Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Respirasi : 20x/menit, Suhu : 36 ºC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan krepitasi (+) pada lutut kiri. Pasien memiliki riwayat penyakit lambung. Maka terapi apa yang tepat diberikan ?
A. Celecoxib B. Meloxicam
C. Natrium Diclofenac D. Paracetamol
E. Piroxicam
Pembahasan : Keyword:
Nyeri lutut kiri Krepitasi (+)
Belum pernah seperti ini, riwayat penyakit lambung (-)
Pemeriksaan Fisik : Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, Respirasi : 20x/menit, Suhu : 36 ºC
Osteoarthritis
Keluhan : nyeri sendi, hambatan gerak sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, perubahan gaya berjalan.
[14]
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda patognomonis berupa : hambatan gerak, krepitasi, pembengkakan sendi yang seringkali asimetris, tanda-tanda peradangan sendi, deformitas sendi yang permanen, perubahan gaya berjalan.
Pemeriksaan penunjang : radiografi
Terapi
Perubahan gaya hidup Paracetamol
NSAID : jika ada riwayat gastritis maka diberikan cox-2 inhibitor, jika tidak ada maka diberikan na diclofenac ataupun meloxicam
14. Seorang perempuan, usia 30 tahun datang ke dengan keluhan berdebar-debar dan gemetar.
Pasien juga mengalami keluhan penurunan berat badan. Keluhan terjadi sejak 1 bulan yang lalu. Kemudian dokter menyuruh pasien untuk operasi. Setelah operasi, pasien mengalamikeluhan kaku pada badannya. Saat diperiksa apa kemungkinan hasil laboratorium yang didapatkan saat ini ?
A. Hiperfosfatemia, hiperkalsemia, hipermagnesemia B. Hipokalsemia, hipofosfatemia, hipermagnesemia C. Hiperfosfatemia, hipokalsemia, hipomagnesemia D. Hipermagnesemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia E. Hipokalsemia, hipofosfatemia, hypomagnesemia
Pembahasan : Keyword :
Badan kaku
Post op dengan riwayat sebelumnya keluhan berdebar-debar, gemetar, penurunan berat badan
Hipoparatiroid Hormon
Keluhan : Kaku pada semua otot tubuh
Biasa terjadi pada pasien setelah post operasi struma karena kelenjar PTH terangkat saat itu.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan : Hipokalsemia, hipomagnesemia, hiperfosfatemia
Hipoparatiroid Hormon Terapi :
Hormon PTH Suplemen Calsium
[15]
Ca gluconas
15. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan panas sejak tadi pagi. Pasien akan berangkat ke luar negeri besok. Saat diperiksa didapatkan Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 88x/menit, Suhu : 38 0C, Respirasi :18x/menit. Untuk mengetahui apakah disebabkan oleh virus dengue, pemeriksaan apakah yang dapat dilakukan ?
A. IgM B. IgG C. HI
D. Darah Lengkap E. NS1
Pembahasan : Keyword :
Panas H-1
Pemeriksaan Fisik : Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 88x/menit, Suhu : 38,0 ºC, Respirasi :18x/menit
Demam Berdarah Dengue Keluhan :
Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan (bintik- bintik merah dikulit, mimisan, gusi berdarah, muntah berdarah, Buang Air Besar berdarah).
Gejala nyeri kepala, myalgia, atralgia, nyeri retroorbital. Gejala gastrointestinal (mual, muntah, nyeri perut biasanya nyeri ulu hati). Kadang juga disertai dengan gejala lokal seperti nyeri menelan, batuk, pilek.
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit : dapat normal atau menurun Trombosit : trombositopenia hari ke 3-8
Hematokrit : umumnya mulai meningkat pada hari ke 3 demam
IgM (hari ke 3-5), IgG (hari ke 14 pada infeksi primer dan hari ke 2 pada infeksi sekunder)
Uji HI dilakukan hari pertama serta saat pulang perawatan untuk kepentingan surveilans
NS1 (hari 1-8)
16. Seorang laki-laki usia 30 tahun datang ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan batuk berdahak dengan warna kecoklatan sejak 5 hari yang lalu. Keluhan batuk berbau busuk dan sangat banyak pada pagi hari disertai demam dan lemah. Riwayat batuk lama dan
[16]
penggunaan obat disangkal. Pada pemeriksaan fisik Tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 82x/m Respirasi 20 x/m, suhu 38 0C, sainosis dan clubbing finger (+), paru ronkhi +/- wheezing -/-. Foto thorax tampak perselubungan seperti sarang tawon pada parakardial kanan. Apa diagnosis yang paling tepat?
A. Bronkitis kronis B. TB paru
C. Pneumonia D. Abses paru E. Bronkiektasis
Pembahasan : Keywords
Pasien batuk berdahak berbau busuk dan banyak pagi hari Pemeriksaan fisik clubbing finger (+) sianosis(+)
Pemeriksaan paru ronkhi + −
Pemeriksaan radiologi : honey comb appearance (perselubungan seperti sarang tawon)
BRONKIEKTASIS Definisi :
kerusakan pada bronkus yang menyebabkan penyumbatan saluran udara oleh mucus
Gejala klinis
Batuk berdahak 3 lapis dan banyak pada pagi hari
Sesak nafas
Demam jika ada infeksi Tanda klinis Ronkhi basah
Clubbing finger
[17]
Pemeriksaan penunjang Kultur dahak
Radiologi = honey comb appearance/ tram-track line appearance
Bronkoskopi
17. Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke Unit Gawat Darurat dengan batuk > 2minggu, keringat malam hari dan Berat Badan menurun. Pasien belum pernah minum OAT sebelumnya. Pemeriksaan fisik Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 82x/m, Respirasi 20 x/m, suhu 37.8 0C. sputum BTA SP (+/+). Apa regimen terapi yang paling tepat pada kasus ini?
A. 2RHZE+ 4RHZ
B. 2RHZE(S)+1RHZE+5R3H3E3 C. RHZE+4R3H3
D. 2RHZ+4RH E. 2RHZE+4R3Z3
Pembahasan : Keywords
Pasien batuk >2minggu, Berat Badan menurun, keringat malam hari Belum pernah OAT (kasus baru)
Sputum BTA SP (+/+)
Sumber :
1. PERMENKES. 2016. Pedoman Penanggulangan TB.
Jakarta
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2017. Pedoman Penatalaksanaan TB. Jakarta. Indonesia
[18]
TERAPI TB PARU Regimen terapi TB
Kategori 1 (Kasus baru) 2RHZE + 4R3H3
Kategori 2 (gagal terapi, relaps, default) 2RHZE(S)+RHZE+5R3H3E3
MDR
Levoflosaksin, kanamisin dll sesuai uji sensitivitas Tinggi Badan anak (NO ETHAMBUTOL) 2RHZ+4RH
18. Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 2 jam yang lalu. Nyeri dada kiri menjalar sampai rahang kiri yang terasa seperti tertindih beban berat disertai keringat dingin. Pemeriksaan EKG tampak ST depresi pada lead II, II, avf. Pemeriksaan enzim jantung Apa yang dapat digunakan untuk membantu diagnosa?
A. Troponin I B. Mioglobin C. CKMB D. AST
E. Troponin Temperature
Pembahasan : Keywords
Pasien nyeri dada kiri menjalar rahang kiri, yang teraasa seperti tertindih beban berat disertai keringat dingin sejak 2 jam yang lalu (Tipikal chest pain)
Hasil EKG ST depresi lead II, II, avf
[19]
Klasifikasi ACS STEMI
Tipikal chest pain + St elevasi NSTEMI
Typikal chest pain + enzim jantung (+), EKG : ST depresi/T inversi atau normal
UAP
Typikal chest pain + enzim jantung (-), EKG : ST depresi/T inversi atau normal
19. Seorang laki-laki usia 55 tahun datang ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan nyeri dada kiri yang tidak bisa ditunjuk sejak 1 jam yang lalu. Nyeri disertai keringat dingin, mual dan menjalar sampai bahu kiri. Pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan EKG ST elevasi pada lead V1-V4. Apa terapi definitf pada pasien ini?
A. Oksigen B. Aspirin C. Elektif PCI
D. Tissue plasminogen activator E. Nitrogliserin
[20]
Pembahasan : Keywords
Pasien usia 55 tahun keluhan nyeri dada kiri yang tidak bisa di tunjuk menjalar ke bahu kiri disertai keringat dingin dan mual
Hasil EKG : ST elevasi lead v1-v4
STEMI Gejala
Typical chest pain ( nyeri dada kiri >30 menit, bersifat dull, menjalar ke bahu/pundak atau rahang kiri, tidak hilang dengan istirahat
Pemeriksaan Penunjang EKG ( gambaran ST Elevasi)
Cardiac Enzyme (pasti meningkat) = Gold standart Troponin I
Diagnosa dapat ditegakan dengan Nyeri dada khas dan hanya dengan ST elevasi pada EKG
20. Seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke poli untuk kontrol hipertensi. Pasien menderita hipertensi sejak 30 tahun yang lalu. Riwayat kencing manis(-), riwayat sakit ginjal (-). Saat pemeriksaan fisik Tekanan darah 160/100 mmHg. Berapa target tekanan darah menurut JNC VIII untuk pasien ini?
A. <150/90 mmHg
[21]
B. <140/90 mmHg C. <150/100 mmHg D. <140/100 mmHg E. <130/90 mmHg
Pembahasan Keywords
Pasien usia 60 tahun dengan hipertensi Riwayat kecing manis (-), sakit ginjal (-) Tekanan darah sekarang 160/100 mmHg
HIPERTENSI
Kriteria diagnosa hipertensi menurut JNC VII
Tabel Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII)
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120 130 mmHg 80 89 mmHg
Hipertensi Stage -1 140 159 mmHg 80 99 mmHg
Hipertensi Stage - 2
Target tekanan darah hipertensi menurut JNC VIII
<140/90 mmHg Pasien usia <60 tahun atau segala usia dengan DM/CKD
<150/90 mmHg Pasien usia >60 tahun tanpa DM/CKD
Terapi
Tanpa CKD/DM : utamakan thiazid, ACE/ARB Dengan CKD/DM : utamakan ACE/ARB
[22]
Sumber: JNC VIII Guidelines. 2013. Management of Hypertension in Adults. Journal of American Academy of FamilyPhysician. United States
21. Seorang perempuan usia 60 tahun datang ke klinik dengan keluhan batuk berdarah sejak 3 bulan lalu. Pasien juga mengeluh Berat Badan semakin menurun dan nafsu makan berkurang. Riwayat operasi pengangkatan payudara 10 tahun lalu. Sputum BTA (-).
Pemeriksaan radiologi tampak gambaran nodul berbentuk coin lession pada basis paru. Apa diagnosis yang paling tepat?
A. TB paru primer B. Metastase paru C. Pneumonia D. TB millier E. Bronkiektasis
Pembahasan : Keywords
Pasien perempuan usia 60 tahun keluhan batuk berdarah sejak 3 bulan disertai Berat Badan dan nafsu makan menurun
Riwayat operasi pengangkatan payudara 10 tahun lalu
[23]
Sputum BTA (-/-)
Radiologi tampak nodul berbentuk coin lession di basis paru
METASTASE PADA PARU Definisi
Kanker di tempat lain yang menyebar ke paru
Penyebaran:
Secara hematogen Secara limfatik
Gejala klinis Batuk darah Batuk lama
Berat Badan menurun Nafsu makan menurun Kadang asimtomatik
22. Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan sesak sejak 1 hari lalu. Sesak disertai mengi, batuk dan pilek. Riwayat atopik (+). Pemeriksaan fisik Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 82x/m, Respirasi 30x/m, suhu 37 oC. Pasien hanya bisa mengeluarkan kata-kata. Apa obat untuk mengontrol penyakit pasien ini?
A. Salbutamol inhalasi B. Ipratropium bromide C. Flutikasone proprionat
[24]
D. Fenoterol E. Prokaterol Pembahasan : Keywords
Pasien keluhan sesak nafas disertai mengi, batuk dan pilek Riwayat atopik +
Respirasi 30x/m
Pasien hanya bisa mengeluarkan kata-kata 0serangan berat)
ASMA BRONKIALE Gejala klinis
Riwayat sesak kronik, episodik dan reversibel Gejala memburuk pada malam hari
Riwayat atopik penderita/keluarga Pemeriksaan fisik Wheezing +/+
Pemeriksaan penunjang
Spirometri (FEV1 postbronkodilator >15% atau 200 cc atau FEV1/FVC Post bronkodilator >70%)
Tatalaksana
Reliever (saat di UGD/ dalam serangan) SABA( salbutamol, terbutalin, procatrol)
Antikolinergik (ipratropium bromida)
Theofilin short acting
Kontroler ( untuk mengontrol/ tidak dalam serangan)
Kortikosteroid inhaler (budesonide, flutikason proprionat)
Kortikosteroid sistemik (prednison) LABA ( salmeterol, procaterol)
Sumber:
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2017. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta.
Indonesia
2. Global Initiative for Chronic Lung Disease. 2017. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention. A Guide For Health Care Profesionals. Philadelphia.
[25]
23. Seorang laki-laki usia 30 tahun datang kontrol ke klinik dokter. Dari anamnesa tidak ada keluhan. Dari pemeriksaan fisik Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 80x/m, Respirasi 20x/m, suhu 37 ºC. pemeriksaan yang lain dalam batas nromal. Apa diagnosis yang tepat menurut JNC VII ?
A. Hipertensi stage I B. Hipertensi stage II C. Prehipertensi D. Hipertensi urgency E. Hipertensi emergency
Pembahasan : Keywords
Pasien kontrol tanpa keluhan
Saat diperiksa Tekanan darah 150/100 mmHg Pemeriksaan fisik yang lain dalam batas normal
Tabel Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII)
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120 130 mmHg 80 89 mmHg
Hipertensi Stage -1 140 159 mmHg 80 99 mmHg
Hipertensi Stage 2
[26]
24. Seorang anak usia 3 bulan dibawa ibunya untuk imunisasi. Riwayat persalinan ibu dibantu oleh dukun dan sampai saat ini bayi belum pernah mendapat imunisasi. Apa tindakan yang anda lakukan?
A. Periksa mantoux test B. Periksa radiologi
C. Langsung imunisasi BCG D. Bilas lambung
E. Periksa darah lengkap
Pembahasan : Keyword :
Anak 3 bulan dibawa ibunya untuk imunisasi.
Riwayat persalinan ibu dibantu oleh dukun, sampai saat ini bayi belum pernah mendapat imunisasi
Vaksin BCG
Dapat diberikan usia 0-3 bulan
Paling OPTIMAL : < 3 bulan (s/d 2 bulan 29 hari) Bila usia > 2 bulan 29 hari : Tuberculin test
Bila uji tuberkulin tidak ada → observasi local accelerated reaction Dosis pemberian : 0,05 ml intracutan (0,1 ml utk anak > 1 tahun)
25. Dokter melakukan penyuluhan mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Seorang peserta menanyakan tentang kejadian paling berbahaya saat imunisasi. Manakah Pernyataan yang benar di bawah ini ?
A. Muntah-muntah terjadi 5 menit setelah imunisasi BCG B. Demam terjadi 4 hari setelah imunisasi campak
C. Bengkak di tempat suntikan terjadi 1 hari setelah imunisasi DPT D. Muntah dan tidak nafsu makan setelah 4 hari imunisasi BCG E. Anafilaktik sesaat setelah imunisasi influenza
Pembahasan : Keyword :
Dokter melakukan penyuluhan mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Peserta menanyakan tentang kejadian paling berbahaya saat imunisasi
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga disebabkan oleh imunisasi
[27]
Klasifikasi KIPI Keterangan
Induksi vaksin (Vaccine Induced)
Terjadinya KIPI disebabkan oleh karena faktor intrinsik vaksin terhadap individual resipien. Misalnya, seorang anak menderita poliomyelitis setelah mendapat vaksin polio oral
Provokasi vaksin (Vaccine Potentiated)
Gejala klinis yang timbul dapat terjadi kapan saja, saat ini terjadi oleh karena provokasi vaksin. Contoh : Kejang demam pasca imunisasi yang terjadi pada amak yang mempunyai prediposisi kejang
Kesalahan (Pelaksanaan) program
(programmatic errors)
Gejala KIPI timbul sebagai akibat kesalahan pada Teknik pembuatan dan pengadaan vaksin atau Teknik cara pemberian. Contoh : terjadi indurasi pada bekas suntikan disebabkan vaksin yang seharusnya diberikan secara intramuscular diberikan secara subkutan
Koinsidensi (coincidental)
KIPI terjadi bersamaan dengan gejala penyakit lain yang sedang diderita. Contoh : bayi yang menderita penyakit jantung bawaan mendadak sianosis setelah di imunisasi
Reaksi Lokal Reaksi SSP Reaksi Lain-Lain
Abses pada tempat suntikan Kelumpuhan akut Reaksi alergi
Limfadenitis Ensefalopati Reaksi anafilaktik
Reaksi local lain : selulitis, BCG-itis Meningitis Syok anafilaktik Ensefalitis Arthralgia
Kejang Demam
Sindrom syok toksik
Jenis Vaksin Gejala Klinis KIPI Saat Timbul KIPI
Toksoid (DPT, DT, TT) a. Syok anafilaksis b. Neuritis brakial
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam 2 - 28 Hari Tidak tercatat
Pertusis whole-cell (DPT, DTP-HB)
a. Syok anafilaksis b. Ensefalopati
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam 72 jam Tidak tercatat
Campak, gondongan, rubella (MMR atau salah satu komponen)
a. Syok anafilaksis b. Ensefalopati
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam 5 15 hari Tidak tercatat
Rubela a. Artritis 7 42 hari
Tidak tercatat
[28]
b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
campak a. Trombositopenia
b. Klinis campak pada resipien imunokompromais
7 30 hari 6 bulan Tidak tercatat Polio hidup (OPV) a. Polio paralisis
b. Polio paralisis pada resipien imunokompromais
c. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
30 hari 6 bulan Tidak tercatat
Vaksin berisi polio yang diinaktifasi (IPV)
a. Syok anafilaksis
b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam
Tidak tercatat
Hepatitis B a. Syok anafilaksis
b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam
Tidak tercatat
Haemophilus influenzae tipe b (unconjugated, PRP)
a. Klinis infeksi Hib
b. Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
7 hari
Sumber : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Sari Pediatri Vol. 2 No. 1, 2000
26. Bayi dirujuk bidan, bayi lahir spontan dengan usia kehamilan 33 minggu. Segera setelah kelahiran, bayi tampak sesak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Respirasi 65x/menit, HR 140x/menit. Auskultasi paru normal dan tidak didapatkan suara napas tambahan. Dokter memutuskan untuk melakukan pemeriksaan foto thorax. Apa gambaran radiologi yang diharapkan pada kasus tersebut ?
A. Infiltrat kasar atau bercak ireguler pada sebagian lapang paru
B. Edema interstisial, efusi pleura dan terdapat cairan di fisura interlobar C. Reticogranular ground glass appearance dengan air bronchogram D. Hiperlusen avascular pada seluruh lapang paru
E. Honeycomb appearance pada sebagian lapang paru
Pembahasan : Keyword:
Bayi dirujuk bidan, lahir spontan Usia kehamilan 33 minggu. Segera setelah kelahiran, bayi tampak sesak.
Pemeriksaan Fisik : Respirasi 65x/menit, HR140x/menit. Auskultasi paru normal dan tidak didapatkan suara napas tambahan.
[29]
Hyalin Membrane Disease (HMD)
Gangguan distres pernafasan yang sering ditemui pada bayi prematur Diagnosis :
Riwayat kelahiran kurang bulan, ibu Diabetes Mellitus, saudara menderita kelainan yang sama, persalinan gawat janin
Sindroma klinis : takipnea, grunting, retraksi dinding dada, sianosis Tanda-tanda prematuritas
Pemeriksaan penunjang :
Thorax : ground glass appearance / reticulogranular pattern, air bronchogram.
Ada 4 stadium :
Stadium I : pola retikulogranuler
Stadium II : stadium 1 + air bronchogram
Stadium III : stadium 2 + batas jantung paru kabur Stadium IV : stadium 3 + white lung
Pemeriksaan penunjang :
Darah lengkap dan kultur darah
Rasio lesitin/sfingomielin pada cairan paru (L/S ratio) < 2:1
Tatalaksana :
Jaga jalan nafas tetap bersih dan terbuka Terapi oksigen
Antibiotik → bila ada tanda infeksi
[30]
Sumber : Pedoman Pelayanan Medik IDAI, 2011
27. Bayi berumur 6 minggu dibawa ibunya karena kuning sejak 1 minggu yang lalu. Ibu juga mengatakan bahwa Buang Air Besar anak seperti dempul dan Buang Air Kecil seperti teh.
Mata dan kulit nampak ikterik. Terdapat riwayat kuning saat berusia 3 hari dan hilang saat usia 10 hari. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan bilirubin total 12 mg/dl, bilirubin direk 10 mg/dl, bilirubin indirek 2 mg/dl. Apa Diagnosis yang tepat ?
A. Atresia esofagus B. Atresia bilier C. Hepatitis B
D. Hepatitis neonatal idiopatik E. Breastmilk jaundice
Pembahasan : Keyword:
Bayi berumur 6 minggu keluhan kuning sejak 1 minggu yang lalu, Buang Air Besar seperti dempul dan Buang Air Kecil seperti teh.
Terdapat riwayat kuning saat berusia 3 hari dan hilang saat usia 10 hari.
Pemeriksaan Fisik : Mata dan kulit nampak ikterik.
Laboratorium : bilirubin total 12 mg/dl, bilirubin direk 10 mg/dl, bilirubin indirek 2 mg/dl
Atresia Bilier Etiologi :
Infeksi, malformasi kongenital, autoimun
Diagnosis :
Riwayat ibu : hepatitis, TORCH, obat hepatotoksik Ikterus
Tinja pucat seperti dempul
[31]
Urin seperti teh
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : bilirubin direk > 20% dari bilirubin total bila bilirubin total > 5 mg/dl USG : triangular cord sign
Gold standard : kolangiografi
Terapi :
operasi prosedur Kasai (sblm usia 8 minggu)
28. Ibu membawa bayi laki-laki usia 3 bulan datang ke Rumah Sakit dengan keluhan kuning sejak 2 hari. Bayi agak demam dan sudah agak malas menetek Air Susu Ibu. Bayi lahir cukup bulan namun kecil masa kehamilan dengan Berat Bayi Lahir 2000 gram. Selama hamil ibu tidak pernah cek TORCH. Pada pemeriksaan ditemukan korioretinitis, mikrosefali, gangguan pendengaran, hepatosplenomegali, dan bercak-bercak keunguan pada beberapa bagian tubuh, tangan dan kaki. Apa Kemungkinan penyebab infeksi pada bayi ?
A. CMV B. Toxoplasma C. Rubella D. Herpes E. HIV
Pembahasan : Keyword :
Bayi laki-laki usia 3 bulan keluhan kuning sejak 2 hari disertai agak demam dan sudah agak malas menetek Air Susu Ibu.
Bayi lahir cukup bulan namun kecil masa kehamilan dengan Berat Bayi Lahir 2000 gram. Selama hamil ibu tidak pernah cek TORCH.
Pemeriksaan Fisik : korioretinitis (+), mikrosefali (+), gangguan pendengaran (+), hepatosplenomegali (+), dan bercak2 keunguan pada beberapa bagian tubuh, tangan dan kaki (+).
Infeksi TORCH saat Kehamilan
Penyebab Klinis
CMV TRIAS : mikrosefali, SNHL, Chorioretinitis
Rubella TRIAS : kelainan mata (katarak, glaucoma), kelainan telinga (SNHL), Kelainan jantung (PDA)
[32]
Toxoplasma TRIAS : Hidrosefalus, choriretinitis, kalsifikasi intrakranial
Herpes simplex Vesikel mukokutan, konjungtivitis/keratokonjungtivitis, peningkatan enzim transaminase
29. Seorang anak perempuan 8 tahun datang bersama ibunya ke puskesmas dengan keluhan badan terasa lemas sejak 1 bulan terakhir. Anak juga dikeluhkan sering mengantuk saat di sekolah. Tanda vital Tekanan darah 110/70mmHg, Nadi 92x/menit, Respirasi 22x/menit, Suhu aksila 36.5 0C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8.0, Leukosit 5.800, Trombosit 300.000. Pada apusan darah tepi terlihat eritrosit mikrositik. Hasil pemeriksaan lanjutan apakah yang diharapkan ?
A. Serum iron ↓ ferritin ↓ TIBC ↓ B. Serum iron ↑ ferritin ↓ TIBC ↑ C. Serum iron ↓ ferritin ↑ TIBC ↓ D. Serum iron ↓ ferritin ↓ TIBC ↑ E. Serum iron ↑ ferritin ↑ TIBC ↑
Pembahasan : Keyword :
Keluhan badan terasa lemas sejak 1 bulan terakhir dan sering mengantuk saat di sekolah.
Pemeriksaan laboratorium : Hb 8.0, Leukosit 5.800, Trombosit 300.000, hapusan darah tepi terlihat eritrosit mikrositik
Anemia Defisiensi Besi Etiologi :
Intake zat besi <<, infeksi parasit (Ancylostoma & Schistosoma)
Gejala :
Pucat TANPA manifestasi perdarahan 5L (Lemah, Lesu, Letih, Lelah, Lalai) Pica
Pemeriksaan Fisik
Anemis (Hb < 7 g/dl), koilonikia, glositis, stomatitis angularis, takikardia Gangguan pertumbuhan
Pemeriksaan Penunjang
DL : Hb ↓, MCV MCH MCHC ↓
Hapusan darah tepi : hipokromik mikrositer, anisositosis, sel pencil / cigar cell Gold standard : Serum iron ↓, ferritin ↓, TIBC ↑
[33]
30. Seorang anak laki-laki 1 tahun, Berat Badan 8,2 kg. Dibawa ke poli anak dengan keluhan pucat sejak 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ikterik dan lien schuffner III. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 7,2 g% leukosit 7800/mm3, trombosit 198.000 /mm3, MCV 70 fl, MCH 24, MCHC 18 g/dl, SI dan TIBC normal, HbF 75%, HbA 15%, tes Coomb negatif. Apakah Diagnosis yang tepat untuk penderita ini ?
A. Anemia defisiensi besi B. Anemia megaloblastic C. Anemia aplastic D. Thalassemia
E. Autoimmune Hemolytic Anemia
Pembahasan : Keyword :
Anak laki 1 tahun, Berat Badan 8,2 kg keluhan pucat sejak 1 minggu yang lalu.
Pemeriksaan Fisik : ikterik dan lien schuffner III
Laboratorium : Hb 7,2 g% leukosit 7800/mm , trombosit 198.000 /mm , MCV 70 fl, MCH 24, MCHC 18 g/dl, SI dan TIBC normal, HbF 75%, HbA 15%, tes Coomb negative
[34]
Thallasemia Etiologi :
Defek genetik pembentukan rantai globin
Gejala :
Riwayat transfusi darah berulang
Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
Pemeriksaan fisik : Anemia
Icterus Facies cooley
Hepatosplenomegali
Gangguan pertumbuhan (gizi kurang/buruk, perawakan pendek, pubertas terlambat)
Pemeriksaan penunjang :
Hapusan darah tepi : hipokrom mikrositer, anisositosis, poikilositosis, sel target (+) Analisis Hb / Hb elektroforesa : HbA2 dan atau HbF ↑, HbA ↓ / (-)
Nilai normal hemoglobin : HbA : 95-98%
HbA2 : 1,5-3,5%
HbF : <2%
Klasifikasi :
Thallasemia alfa : HbA, HbA2, HbF ↓
Thallasemia beta : HbA ↓, HbA2 dan atau HbF ↑ Thallasemia minor : 1 rantai hilang, organomegali (-) Thallasemia mayor : 2 rantai hilang, organomegali (+)
Tatalaksana :
Transfusi darah → Medikamentosa :
Asam folat Vitamin E Vitamin C
Kelasi besi (deferoxamine/DFO) → setelah 3-5 liter atau 10-20x transfusi
[35]
31. Seorang anak laki-laki 18 bulan, Berat Badan 9,2 kg. Dibawa ke poli anak dengan keluhan pucat sejak 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ikterik dan lien schuffner III. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 7,7 g% leukosit 8900/mm3, trombosit 165.000 /mm3, MCV 70 fl, MCH 24, MCHC 18 g/dl, SI dan TIBC normal, HbF 75%, HbA 15%, tes Coomb negatif. Apa Penyebab terjadinya kasus pada pasien ini ?
A. Defek maturasi sel darah merah B. Kerusakan sel hematopoietik
C. Defek genetik pembentukan rantai globin D. Autoantibodi terhadap hemoglobin
E. Defisiensi faktor VIII dan IX
Pembahasan : Keyword :
Anak laki 18 bulan, Berat Badan 9,2 kg keluhan pucat sejak 1 minggu yang lalu.
Pemeriksaan Fisik : ikterik dan lien schuffner III
Laboratorium : Hb 7,7 g% leukosit 8900/mm3 , trombosit 165.000 /mm3 , MCV 70 fl, MCH 24, MCHC 18 g/dl, SI dan TIBC normal, HbF 75%, HbA 15%, tes Coomb negative
Thallasemia Etiologi :
Defek genetik pembentukan rantai globin
Gejala :
Riwayat transfusi darah berulang
Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
Pemeriksaan fisik : Anemia
Icterus Facies cooley
Hepatosplenomegali
Gangguan pertumbuhan (gizi kurang/buruk, perawakan pendek, pubertas terlambat)
Pemeriksaan penunjang :
Hapusan darah tepi : hipokrom mikrositer, anisositosis, poikilositosis, sel target (+) Analisis Hb / Hb elektroforesa : HbA2 dan atau HbF ↑, HbA↓/ (-)
[36]
Nilai normal hemoglobin : HbA : 95-98%
HbA2 : 1,5-3,5%
HbF : <2%
Klasifikasi :
Thallasemia alfa : HbA, HbA2, HbF ↓
Thallasemia beta : HbA ↓, HbA2 dan atau HbF ↑ Thallasemia minor : 1 rantai hilang, organomegali (-) Thallasemia mayor : 2 rantai hilang, organomegali (+)
Tatalaksana :
Transfusi darah Medikamentosa
Asam folat Vitamin E Vitamin C
Kelasi besi (deferoxamine/DFO) → setelah 3-5 liter atau 10-20x transfuse
32. Seorang anak 10 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat dengan demam 3 hari, nyeri kepala dan nyeri perut. Pemeriksaan fisik Tekanan darah 70/50 mmHg, Nadi 110x/m, Respirasi 30x/m, Tax 37,8 OC. Pada pemeriksaan laboratorium diperoleh Hb 14, Hct 47%, Leukosit 6.000 sel/mm3, Trombosit 90.000 sel/mm3. Apakah tatalaksana yang tepat?
A. Infus RL 10 cc/kg dalam 10 menit B. Infus RL 3 cc/kg dalam 10 menit C. Infus RL 10 cc/kg dalam 24 jam D. Infus HES 10 cc/kg dalam 10 menit E. Infus RL 7 cc/kg dalam 24 jam
Pembahasan : Keyword :
• Anak 10 tahun demam 3 hari, nyeri kepala dan nyeri perut.
• Pemeriksaan Fisik : Tekanan darah 70/50 mmHg, Nadi 110x/m, Respirasi 30x/m, Tax 37,8 OC.
• Laboratorium : Hb 14, Hct 47%, Leukosit 6.000 sel/mm3 , Trombosit 90.000 sel/mm3
Infeksi Virus Dengue Etiologi :
[37]
virus Flavivirus serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 → vektor : nyamuk Aedes aegypti
Diagnosis :
• DEMAM : mendadak tinggi (39-40C), kontinu selama 2-7 hari
• Tanda-tanda perdarahan : uji Torniquet (+), ptekiae, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, dan hemathemesis/melena
• Hepatomegali
• Tanda-tanda syok : lemas, pucat, akral dingin, takikardi, CRT
> 2 detik, selisih Tekanan darah sistolik dan diastolik < 20 mmHg
Pemeriksaan penunjang :
• 3)
• DHF :
• NS 1 : hari 1-3
• IgM anti Dengue : hari ke 5 dst
Klasifikasi Derajat Infeksi Dengue
Grade Tanda dan Gejala Pemeriksaan Laboratorium
DF
Demam dengan min. 2 kriteria yaitu
• Nyeri kepala
• Nyeri orbita
• Myalgia
• Arthralgia / nyeri tulang
• Rash
• Manifestasi perdarahan
• TIDAK ADA BUKTI kebocoran plasma
• Leukopenia (< 5000/m3)
• Trombositopeni (<150.000/m3)
• Peningkatan hematokrit 5-10%
TIDAK ADA BUKTI kebocoran plasma
DHF I
Demam dengan manifestasi perdarahan (uji Tourniquet positif) dan bukti kebocoran plasma positif
• Trombositopeni (<100.000/m3)
•
DHF II Sama seperti grade I + Perdarahan spontan
• Trombositopeni (<100.000/m3)
• DHF III Sama seperti grade I-II + Tanda
kegagalan sirkulasi nadi (nadi
• Trombositopeni (<100.000/m3)
•
[38]
mmHg, tampak lemas) DHF IV
Sama seperti grade III + bukti nyata adanya syok (nadi dan tensi TIDAK teraba)
• Trombositopeni (<100.000/m3)
•
DHF III dan IV disebut juga Dengue Shock Syndrome (DSS)
Tatalaksana :
DF : Rehidrasi oral, antipiretik, terapi cairan bila intake kurang (mual muntah) DHF : Terapi cairan kristaloid isotonik (NaCl 0.9%, Ringer Lactat, Ringer Asetat)
• DHF grade I-II : cairan maintenance 1 hari + defisit 5%
Ideal body weight (kg)
Maintenance (ml)
M+5%
deficit (ml)
Ideal body weight (kgs)
Maintenance (ml)
M+5%
deficit (ml)
5 500 750 35 1.800 3.550
10 1.000 1.500 40 1.900 3.900
15 1.250 2.000 45 2.000 4.250
20 1.500 2.500 50 2.100 4.600
25 1.600 2.850 55 2.200 4.950
30 1.700 3.200 60 2.300 5.300
Kebutuhan cairan berdasarkan Berat Badan Ideal (Guideline WHO, 2011)
Komplikasi :
• Akibat syok : ensefalopati Dengue, edema cerebri, kelainan ginjal
• Akibat overload cairan : edema paru
[39]
33. Seorang anak perempuan umur 5 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat karena penurunan kesadaran. Sebelumnya pasien demam dan batuk sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran apatis, Nadi 120x/m, Respirasi 36x/m, suhu 38.5 OC.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS: 350. Pemeriksaan urin didapatkan glukosa +3, keton +2. Pemeriksaan analisa gas darah pH 7.2, bikarbonat 10. Apa Penanganan awal yang paling tepat pada pasien ini ?
A. Berikan cairan NaCl 3% sebanyak 10-20 cc/kgBB/1 jam B. Berikan cairan Asering sebanyak 10-20 cc/kgBB/1 jam C. Berikan cairan D10 sebanyak 10-20 cc/kgBB/1 jam D. Berikan cairan KA-EN 3B sebanyak 10-20 cc/kgBB/1 jam E. Berikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 10-20 cc/kgBB/1 jam
Pembahasan : Keyword :
• Seorang anak perempuan umur 5 tahun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat karena penurunan kesadaran.
• Pemeriksaan Fisik : kesadaran apatis, nadi 120x/m, Respirasi 36x/m, suhu 38.5 OC.
•
• Analisa gas darah : pH 7.2, bikarbonat 10.
Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Salah satu kegawatdaruratan pada Diabetes Mellitus tipe 1
Diagnosis KAD :
1. Hiperglikemi (kadar gula darah > 11 mmol) 2. pH darah vena < 7,3 atau bikarbonat < 15 mmol 3. Ketonemia dan ketonuria
Gejala :
• Riwayat diabetes mellitus (+)
• Dehidrasi, hiperpnea, nafas bau keton
Pemeriksaan fisik :
• Gejala asidosis : dehidrasi sedang sampai berat tanpa syok
• Pernafasan dalam dan cepat (Kussmaul)
• Nafas bau aseton
• Produksi urine tinggi
[40]
Pemeriksaan penunjang :
• Kadar gula darah
• Ketonemia
• Analisis gas darah
• Urinalisis : ketonuria (+)
Terapi :
• Terapi cairan (isotonik) : NaCl 0.9% 20 ml/kgBB/1 jam
• Insulin : rapid insulin 0.05-0.1 U/kgBB/jam
• Koreksi gangguan elektrolit
34. Pasien perempuan usia 9 tahun dibawa oleh ibunya datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak sehari yang lalu. Riwayat nyeri perut bagian bawah 2 minggu yang lalu. Saat ini pasien juga mengeluh nyeri pada kedua pinggang. Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri ketok costovertebra, lain-lain dalam batas normal. Laboratorium urinalisis dijumpai leukosit 20/lpb, nitrit (+). Tatalaksana apa yang paling tepat pada kasus ini ?
A. Rawat inap, antibiotik PO Amoxicilline B. Rawat jalan, antibiotik PO Ceftriaxone C. Rawat inap, antibiotik IV Amoxicilline D. Rawat jalan, antibiotik PO Amoxicilline E. Rawat inap, antibiotik IV Ceftriaxone
Pembahasan : Keyword :
• Pasien perempuan usia 9 tahun dengan keluhan demam sejak sehari yang lalu mengeluh nyeri pada kedua pinggang.
• Riwayat nyeri perut bagian bawah 2 minggu yang lalu
• (+).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Etiologi tersering : Escherichia coli
Gejala : tidak khas (asimptomatis s/d gejala sepsis berat)
Neonatus s/d 2 bulan : demam, apatis, muntah, mencret, anoreksia, sianosis (gejala sepsis) Bayi : demam, anoreksia, BB sukar naik
Anak :
• Pyelonefritis (ISK Atas) : demam, nyeri pinggang, Buang Air Kecil bau menyengat
• Sistitis (ISK Bawah) : gejala obstruksi (disuri, frekuensi, tidak tampias), mengompol, Buang Air Kecil bau menyengat
[41]
Pemeriksaan fisik :
Demam, nyeri ketok costovertebra (+), nyeri tekan simfisis (+), pada laki-laki bisa dijumpai fimosis, hipospadia, epispadias
Pemeriksaan penunjang :
Tatalaksana :
• Antibiotik IV
Neonatus : Ampicillin, Gentamisin Anak : Ceftriaxone
• Antibiotik PO Amoxicilline Ampicilline Cotrimoxazole
35. Anak laki - laki usia 7 tahun datang bersama orang tuanya ke Puskesmas dengan keluhan kencing seperti air cucian daging. Sebelumnya sekitar dua minggu yang lalu pasien mengalami batuk pilek dan demam namun sudah sembuh. Pemeriksaan didapatkan Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 80x/m, Respirasi 20x/m, Tax 36,9 ºC lain-lain dalam batas normal. Pemeriksaan awal apakah yang sebaiknya dilakukan ?
A. Urine lengkap B. Kadar ASTO C. Kultur urine
D. BUN dan kreatinin E. Darah lengkap
Pembahasan : Keywords :
• Anak laki - laki usia 7 tahun dengan keluhan kencing seperti air cucian daging.
• Dua minggu sebelumnya pasien mengalami batuk pilek dan demam namun sudah sembuh.
• Pemeriksaan didapatkan Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 80x/m, Respirasi 20x/m, Tax 36,9 ºC lain-lain dalam batas normal.
[42]
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS)
Sindroma nefritik (hematuria, edema, hipertensi, azotemia) SETELAH adanya infeksi oleh bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus grup A pada saluran nafas dan kulit.
Gejala :
• Riwayat ISPA (faringitis) dan kulit (pioderma) 1-2 minggu sebelumnya
• Bengkak di kedua kelopak mata dan tungkai
• Kencing darah (gross hematuria) atau seperti air cucian daging, jumlah berkurang (oliguria)
Pemeriksaan Fisik :
• Hipertensi
• Edema di kedua kelopak mata dan tungkai
Pemeriksaan Penunjang :
• Urinalisis : eritrosit (+++), proteinuria (+) (eritrosit > protein), ditemukan silinder eritrosit
• DL : BUN dan SK ↑
• Kadar ASTO ↑↑, kadar C3 ↓↓
Tatalaksana :
• Medikamentosa :
Antibiotik Penicillin : Amoxicillin 50mg/kgBB/hari 3 dosis selama 10 hari atau bila alergi : Eritromisin 30 mg/kgBB/hari 3 dosis selama 10 hari.
Diuretik → bila ada retensi cairan (edema) dan hipertensi Antihipertensi → golongan ACE - inhibitor (renal protector)
• Suportif : Tirah baring
36. Anak laki - laki usia 11 tahun datang bersama orang tuanya dengan keluhan kencing seperti air cucian daging. Sebelumnya sekitar dua minggu yang lalu pasien mengalami sakit tenggorokan dan demam namun sudah sembuh. Pemeriksaan didapatkan Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, Respirasi 26x/m, Tax 36,7 0C lain-lain dalam batas normal.
Dari hasil pemeriksaan urine didapatkan protein +2, eritrosit +5. Pasien memiliki riwayat alergi penisilin. Apakah penatalaksanaan yang tepat untuk pasien ini?
A. Eritromisin 20 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis B. Eritromisin 30 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis C. Eritromisin 30 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis D. Eritromisin 40 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis E. Eritromisin 40 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis
[43]
Pembahasan : Keywords:
• Anak laki - laki usia 11 tahun dengan keluhan kencing seperti air cucian daging.
• Dua minggu yang lalu pasien mengalami sakit tenggorokan dan demam namun sudah sembuh.
• Pemeriksaan Fisik : Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 90x/m, Respirasi 26x/m, Tax 36,7 ºC lain-lain dalam batas normal.
• Urinalisis : protein +2, eritrosit +5.
• Riwayat alergi penisilin
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS)
Sindroma nefritik (hematuria, edema, hipertensi, azotemia) SETELAH adanya infeksi oleh bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus grup A pada saluran nafas dan kulit.
Gejala :
• Riwayat ISPA (faringitis) dan kulit (pioderma) 1-2 minggu sebelumnya
• Bengkak di kedua kelopak mata dan tungkai
• Kencing darah (gross hematuria) atau seperti air cucian daging, jumlah berkurang (oliguria)
Pemeriksaan Fisik :
• Hipertensi
• Edema di kedua kelopak mata dan tungkai
Pemeriksaan Penunjang :
• Urinalisis : eritrosit (+++), proteinuria (+) (eritrosit > protein), ditemukan silinder eritrosit
• DL : BUN dan SK ↑ Kadar ASTO ↑↑, kadar C3 ↓↓
Tatalaksana : Medikamentosa :
• Antibiotik Penicillin : Amoxicillin 50mg/kgBB/hari 3 dosis selama 10 hari atau bila alergi : Eritromisin 30 mg/kgBB/hari 3 dosis
• Diuretik → bila ada retensi cairan (edema) dan hipertensi
• Antihipertensi → golongan ACE-inhibitor (renal protector) Suportif : Tirah baring
[44]
37. Anak laki-laki usia 7 tahun, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan bengkak di seluruh tubuh dan perutnya membuncit. Dari pemeriksaan dokter asites dan edema anasarka positif.
Hasil urinalisis ditemukan oval fat bodies (+). Apa Terapi awal yang tepat pada pasien ini
?
A. Pemberian diuretik B. Pemberian imunosupressan C. Pemberian statin
D. Pemberian albumin E. Pemberian antibiotic
Pembahasan : Keywords :
• Anak laki-laki usia 7 tahun dengan keluhan bengkak di seluruh tubuh dan perutnya membuncit
• Pemeriksaan Fisik : dokter asites dan edema anasarka (+).
• Urinalisis : oval fat bodies (+)
Sindroma Nefrotik
Kumpulan gejala : edema, hipoalbuminemia, proteinuria masif, hiperkolestrolemia, hipertensi, hematuria, penurunan fungsi ginjal (Azotemia)
Pemeriksaan fisik :
• Edema anasarka
• Ascites
• Hipertensi
Pemeriksaan penunjang :
•
• DL : hipoalbuminemia (< 2,5g/dl), hiperkolestrolemia (> 200 mg/dl), LED ↑
Penatalaksanaan :
• Medikamentosa : Prednison dosis awal 60 mg/m2/hari dalam 3 dosis selama 4 minggu dilanjutkan 2/3 dosis awal sebanyak single dose selang sehari selama 4-8 minggu
• Suportif :
-2 mg/kgBB/hari
-2 g/hari) protein normal (1,5-2 g/kgBB/hari)
[45]
38. Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan diare. Keluhan disertai sakit perut dan kembung, penurunan nafsu makan dan gatal-gatal di kulit. Dari pemeriksaan fisik dijumpai anak tampak pucat, konjungtiva palpebra pucat. Dari hasil pemeriksaan tinja dan didapatkan gambaran seperti berikut. Apakah terapi yang tepat ?
A. Albendazol B. Mebendazol C. Tiabendazol D. Pirantel pamoat E. Leverozin
Pembahasan : Keyword :
• Anak laki-laki 5 tahun dengan keluhan diare disertai sakit perut dan kembung, penurunan nafsu makan dan gatalgatal di kulit.
• Pemeriksaan Fisik : anak tampak pucat, konjungtiva anemis (+).
• Pemeriksaan tinja
Nama Bentuk Telur Cara Infeksi Patogenesis
& Gejala
Pemeriksaan
Penunjang Terapi Necator
americanus Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Lonjong berdinding tipis (morula bersegmen)
Intrakutan
Migrasi larva filariform → anemia, bronchitis, ground itch
Pemeriksaan mikroskopis tinja : telur, larva
Albendazole 400 mg SD Mebendazole 500 mg SD Preparat besi Ancylostoma
braziliensis
Migrasi larva filariform →
Tiabendazole Chloretil spray
[46]
Ancylosoma caninum
creeping eruption
Strongyloides stercoralis (cacing benang)
Mirip cacing tambang
Migration larva
flariform → dermatitis, diare darah lender
Tiabenazole
39. Anak perempuan umur 6 tahun dibawa ibunya ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan batuk darah disertai sesak nafas. Ibu pasien juga mengeluhkan pernah keluar bentukan seperti cacing saat pasien batuk. Stadium parasit apakah yang dapat menjadi penyebab kondisi pasien tersebut ?
A. Sistiserkosis B. Mikrofilaria C. Larva D. Serkaria E. Cacing dewasa
Pembahasan : Keywords :
• Anak perempuan umur 6 tahun dengan keluhan batuk darah disertai sesak nafas.
• Ibu pasien juga mengeluhkan pernah keluar bentukan seperti cacing saat pasien batuk
Infeksi cacing Nematoda
Nama Bentuk Telur Cara Infeksi Patogenesis Pemeriksaan
Penunjang Terapi
Ascaris lumbricoides
Lonjong, dinding albuminoid
Fecal oral
Migrasi larva cacing -->
Pemeriksaan tinja
[47]
(Cacing Gelang)
gangguan GIT, gangguan paru (Loeffler syndrome)
1. Albendazole 400 mg SD 2. Mebendazole
500 mg SD 3. Pirantel
pamoat 10 mg / kg SD Enterobius
vermicularis (cacing
kremi)
Asimetris (planokonveks), dinding tembus sinar
• Fecal oral
• Inhalasi
Migrasi cacing di perianal -->
pruritus ani
Anal swab
Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Punya 2 kutub seperti tong / tempayan
Fecal - oral
Migrasi cacing di usus -->
infeksi berat bias anemia berat, prolapse recti
Pemeriksaan tinja Protoskopi
40. Seorang ibu membawa anaknya umur 5 tahun ke Puskesmas dengan keluhan gatal pada duburnya, gatal semakin dirasakan terutama pada malam hari. Dari pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Status lokalis ditemukan ekskoriasi pada anus serta ditemukan parasit kecil berwarna putih. Pemeriksaan apa yang dapat menunjang diagnosa?
A. Direct test B. Anal swab C. Fecal smear
D. Fecal occult blood test E. Fecal culture
Pembahasan : Keywords :
• Anak 5 tahun ke Puskesmas dengan keluhan gatal pada duburnya, gatal semakin dirasakan terutama pada malam hari.
• Status lokalis : ekskoriasi pada anus (+), parasit kecil berwarna putih (+).