4. ANALISA
4.1. Pendahuluan
Pada bab IV ini akan dibahas perbandingan metode konstruksi beton bertulang antara metode konvensional dengan metode pracetak. Bangunan konstruksi yang akan diteliti adalah bangunan rumah susun (rusun) Wonorejo 3 lantai. Bangunan rusun ini akan dikerjakan dengan metode precast / pracetak oleh PT. Lisa Concrete Indonesia. Dibawah ini adalah denah struktur dari proyek bangunan rukan yang akan dibahas.
Gambar 4.1. Denah pembalokan 1, 2, dan 3 lantai bangunan rusun Wonorejo
C
C
Gambar 4.2. Potongan C-C bangunan rusun Wonorejo Keterangan :
= Struktur Precast / Pracetak
Dari denah dan potongan diatas maka struktur yang memakai bahan pracetak dan yang akan dibahas adalah:
1. Kolom 2. Balok 3. Pelat 4. Balok ring
Perbandingan yang akan dilakukan adalah perbandingan biaya dan waktu pelaksanaan. Dimensi dari struktur yang dibahas dibuat sama antara metode precast dengan metode konvensional, kecuali pada penulangan pelat karena pada
precast memakai tulangan BRC sedangkan pada konvensional akan dihitung memakai tulangan manual.
4.2. Data – Data Struktur 4.2.1. Kolom
Ø Dimensi kolom = 35 x 35 cm2 Ø Tulangan utama = 16D16
Ø Tulangan sengkang = tumpuan : Ø10-10
= lapangan : Ø10-20 Ø Selimut beton = 2.5 cm
Gambar 4.3. Kolom struktur 4.2.2. Balok
1. Balok B1
Ø Dimensi balok = 45 x 25 cm2 Ø Tulangan utama = tumpuan : 6D16
= lapangan : 9D16 Ø Tulangan sengkang = Ø10-20 Ø Selimut beton = 2.5 cm
Gambar 4.4. Balok B1 2. Balok B2
Ø Dimensi balok = 45 x 30 cm2 Ø Tulangan utama = 8D16
Ø Tulangan sengkang = tumpuan : Ø10-10
= lapangan : Ø10-20 Ø Selimut beton = 2.5 cm
Gambar 4.5. Balok B2
3. Balok B3
Ø Dimensi balok = 50 x 30 cm2 Ø Tulangan utama = 8D16
Ø Tulangan sengkang = tumpuan : Ø10-10
= lapangan : Ø10-20 Ø Selimut beton = 2.5 cm
Gambar 4.6. Balok B3
4. Balok B4
Ø Dimensi balok = 45 x 30 cm2 Ø Tulangan utama = 6D16 Ø Tulangan sengkang = Ø10-15 Ø Selimut beton = 2.5 cm
Gambar 4.7. Balok B4
5. Balok B5
Ø Dimensi balok = 35 x 25 cm2 Ø Tulangan utama = 4D16 Ø Tulangan sengkang = Ø10-15 Ø Selimut beton = 2.5 cm
Gambar 4.8. Balok B5
6. Balok B6
Ø Dimensi balok = 45 x 30 cm2 Ø Tulangan utama = 8D16 Ø Tulangan sengkang = Ø10-15 Ø Selimut beton = 2.5 cm
Gambar 4.9. Balok B6
7. Balok B7
Ø Dimensi balok = 35 x 25 cm2 Ø Tulangan utama = 6D16 Ø Tulangan sengkang = Ø10-15 Ø Selimut beton = 2.5 cm
Gambar 4.10. Balok B7
4.2.3. Pelat 1. Metode precast
Ø Tebal pelat = 12 cm
Ø Tulangan = wiremesh BRC type M7 2. Konvensional
Ø Tebal pelat = 12 cm Ø Perhitungan penulangan
Gambar 4.11. Denah Pelat lantai rusun Wonorejo
Ø Analisa Pelat
1. Tebal pelat = 120 mm 2. Mutu beton fc’ 25 Mpa 3. fy = 240 Mpa
4. Design tulangan utama ø10 mm 5. Design tulangan pembagi ø6 mm
6. ρMinimum = 0.0025 … ( CUR I tabel 7 hal 51 ) 7. ρMaximum = 0.0404 … ( CUR I tabel 8 hal 52 )
8. Selimut beton ( P ) = 20 mm … ( CUR I tabel 3 hal 44 ) 9. dx = tinggi pelat – selimut pelat – ½ tul
= 120 – 20 – ½ 10 = 95 mm
10. dy = tinggi pelat – selimut – 1 tul – ½ tul
= 120 – 20 – ⅔10 = 85 mm
Ø Pembebanan
Beban mati : … ( PPIUG table 2.1 hal 11 – 12 ) 1. Berat pelat sendiri = 0.12 x 2400 = 288 2
m kg
2. Berat speci semen ( 3cm ) = 21 = 21 2 m kg
3. Berat penutup lantai ( 2 cm ) = 24 = 24 2
m kg
4. Berat plafon = 11 2
m kg
5. Berat penggantung = 7 2
m kg
---+
= 346 2
m kg
Beban hidup :
Beban hidup untuk perkantoran = 250 2 m
kg ( PPIUG tabel 3.1 hal 17 ) qu = ( 1.2 x 346 ) + ( 1.6 x 250 ) … ( SKSNI Ps. 3.2.2 )
= 815,2 2 m
kg = 8,15 2 m KN
Ø Penulangan Pelat Tipe A
Gambar 4.12. Pelat tipe A
lx = 3 m ly = 6 m β = lx
ly = 2 ( β < 2 → Pelat dua arah ) Momen yang terjadi : … ( CUR IV 4.2b hal 26 )
Ø Mlx = 0.001 x 8,152 x 6 x 58 = 17,02 KNm 2
Ø Mly = 0.001 x 8,152 x 6 x 15 = 4,4 KNm 2 Ø Mtx = -0.001 x 8,152 x 6 x 82 = 24,065 KNm 2 Ø Mty = -0.001 x 8,152 x 6 x 53 = 15,554 KNm 2
Tabel 4.1. Tabel perhitungan tulangan pelat tipe A
Mu ( KNm ) Mubd2 ρ ρTerpasang As (mm ) 2 Tulangan 17,02 1885,8 0.00823 0.00823 781,85 Ø10 – 100
4,4 609 0.0026 0.0026 221 Ø10 – 250
24,065 2666,48 0.0116 0.0116 1102 Ø10 – 75
15,554 2152.8 0.0091 0.00749 773.5 Ø10 – 100 Tulangan pembagi = 20 % x Amax
= 20 % x 1102 = 220.4 mm2 ( ø6 - 125) Chek jarak tulangan lentur utama
Jarak Tulangan < 3h atau 500mm
250 < 360 atau 500 mm ( Ok )
Contoh Perhitungan
Mlx = 17.02 KNm . dx2
b
Mu = 2
095 . 0 1
02 . 17
x = 1885.8 2
m KN
ρ = 0.00823 … ( CUR IV 5.1h hal 51 )
max
min ρ ρ
ρ ≤ ≤ ⇒ dipakai ρ = 0.00823
As = ρ x b x dx = 0.00823 x 1000 x 95 = 781.85 mm Dipakai tul ø10-100 … ( CUR IV 2.2a bawah hal 15 )
Mly = 4.4 KNm .dy2
b
Mu = 2
085 . 0 1
4 . 4
x = 609 2
m KN
ρ = 0.0026 … ( CUR IV 5.1h hal 51 )
max
min ρ ρ
ρ ≤ ≤ ⇒ dipakai ρ = 0.0026
As = ρ x b x dx = 0.0026 x 1000 x 85 = 221 mm Dipakai tul ø10-250 … ( CUR IV 2.2a bawah hal 15 )
Ø Penulangan Pelat Tipe A’
Gambar 4.13. Pelat tipe A’
lx = 3 m ly = 5.4 m β = lx
ly = 2 ( β < 2 → Pelat dua arah ) Momen yang terjadi : … ( CUR IV 4.2b hal 26 )
Ø Mlx = 0.001 x 8,152 x 5.42x 58 = 13.79 KNm Ø Mly = 0.001 x 8,152 x 5.42x 15 = 3.57 KNm Ø Mtx = -0.001 x 8,152 x 5.42x 82 = 19.49 KNm Ø Mty = -0.001 x 8,152 x 5.42x 53 = 12.6 KNm
Tabel 4.2. Tabel perhitungan penulangan pelat tipe A’
Mu ( KNm ) bd2
Mu ρ ρTerpasang As (mm ) 2 Tulangan
13.79 1528 0.0066 0.0066 627 Ø10 – 125
3.57 494 0.0020 0.0025 212.5 Ø10 – 250
19.49 2160 0.0092 0.0092 874 Ø10 – 75
12.6 1744 0.0075 0.0075 637.5 Ø10 – 100
Tulangan pembagi = 20 % x Amax
= 20 % x 637.5 = 127.5 mm2 ( ø6 - 200) Chek jarak tulangan lentur utama
Jarak Tulangan < 3h atau 500mm
250 < 360 atau 500 mm ( Ok )
Ø Penulangan Pelat Tipe B
Gambar 4.14. Pelat tipe B lx = 3 m
ly = 5.4 m β = lx
ly = 1.93 ≈ 2 ( β < 2 → Pelat dua arah ) Momen yang terjadi : … ( CUR IV 4.2b hal 26 )
Ø Mlx = 0.001 x 8,152 x 5.42x 58 = 13.79 KNm Ø Mly = 0.001 x 8,152 x 5.42x 17 = 4.04 KNm Ø Mtx = -0.001 x 8,152 x 5.42x 83 = 19.73 KNm Ø Mty = -0.001 x 8,152 x 5.42x 53 = 12.6 KNm Ø Mtiy= ½ Mly = ½ X 4.04 = 2.02 KNm
Tabel 4.3. Tabel perhitungan penulangan pelat tipe B Mu ( KNm ) bd2
Mu ρ ρTerpasang As
(mm ) 2 Tulangan
13.79 1528 0.0066 0.0066 627 Ø10 – 125
4.04 559 0.0025 0.0025 212.5 Ø10 – 250
19.73 2186 0.0092 0.0121 1149,5 Ø10 – 50
12.6 1744 0.0075 0.0075 637.5 Ø10 – 100
2.02 280 0,0015 0,0025 212.5 Ø10 – 250
Tulangan pembagi = 20 % x Amax
= 20 % x 1149,2 = 229,84 ( ø6 - 100)
Chek jarak tulangan lentur utama
Jarak Tulangan < 3h atau 500mm
250 < 360 atau 500 mm ( Ok ) Ø Penulangan Pelat Tipe C
Gambar 4.15. Pelat tipe C
lx = 2.4 m ly = 3.8 m β = lx
ly = 1,58 ( β < 2 → Pelat dua arah ) Momen yang terjadi : … ( CUR IV 4.2b hal 26 )
Ø Mlx = 0.001 x 8,152 x 3.82x 52 = 6,78 KNm Ø Mly = 0.001 x 8,152 x 3.82x 23 = 3 KNm Ø Mtx = -0.001 x 8,152 x 3.82x 97 = 12,65 KNm Ø Mty = -0.001 x 8,152 x 3.82x 77 = 10,04 KNm Ø Mtix= ½ Mlx = ½ X 6,78 = 3,39 KNm
Ø Mtiy= ½ Mly = ½ X 3 = 1,5KNm
Tabel 4.4. Tabel perhitungan penulangan pelat tipe C
Mu ( KNm ) Mubd2 ρ ρTerpasang As
(mm ) 2 Tulangan 6,78 751,25 0.00823 0.0032 304 Ø10 – 250
3 415,22 0.00175 0,0018 153 Ø10 – 250
12,65 1401,6 0,0065 0.0065 617,5 Ø10 – 125 10,04 1389,6 0,0059 0,0059 501,5 Ø10 – 150
3,39 375,62 0,0016 0,0018 171 Ø10 – 250
1,5 207,6 0,0008 0,0018 153 Ø10 – 250
Tulangan pembagi = 20 % x Amax
= 20 % x 617,5 = 123,5 ( ø6 - 225) Chek jarak tulangan lentur utama
Jarak Tulangan < 3h atau 500mm
150 < 360 atau 500 mm ( Ok )
Ø Penulangan Tipe Pelat D
Gambar 4.16. Pelat tipe D lx = 1.5 m
ly =6 m β = lx
ly = 4 ( > 2 → Pelat 1 arah ) Tulangan
• Mu = 1/2 x 8,152 x 1.52 = 9.171 KNm
. dx2
b
Mu = 2
095 . 0 1
171 . 9
x = 1017 2
m KN
ρ = 0.0044 … ( CUR IV 5.1c hal 46 )
Max Design
Min ρ ρ
ρ ≤ ≤ ⇒ dipakai ρ = 0.004 As = ρ x b x dx = 0.004 x 1000 x 95 = 380 mm Dipakai tul ø10-200 … ( CUR IV 2.2a bawah hal 15 ) Tulangan arah y
Diberi tulangan pembagi : 20% x Apokok = 20% x 380 =76 mm Dipakai tul ø6-250 … ( CUR IV 2.2a bawah hal 15 )
Denah Pelat Atap
Gambar 4.17. Denah pelat atap Ø Pembebanan
Beban mati : … ( PPIUG table 2.1 hal 11 – 12 ) 1. Berat pelat sendiri = 0.12 x 2400 = 288 2
m kg
2. Berat speci semen ( 3cm ) = 21 = 21 2 m kg
3. Berat tower tank (T=3m) = 1000 = 3000 2
m kg
---+
= 3309 2
m kg Ø Penulangan Pelat Atap
Gambar 4.18. Pelat atap tipe E
lx = 3 m ly = 3 m β = lx
ly = 1 ( β < 2 → Pelat dua arah ) Momen yang terjadi : … ( CUR IV 4.2b hal 26 )
Ø Mlx = 0.001 x 33.09 x 32x 58 = 17.27 KNm Ø Mly = 0.001 x 33.09 x 32x 15 = 4.46 KNm Ø Mtx = -0.001 x 33.09x 3 x 82 = 24.42 KNm 2 Ø Mty = -0.001 x 33.09 x 32x 53 = 15.78 KNm Tabel 4.5. Tabel penulangan pelat atap tipe E
Mu ( KNm ) bd2
Mu ρ ρTerpasang As (mm ) 2 Tulangan
17.27 1913.57 0.0084 0.0084 798 Ø10 – 75
4.46 494.18 0.0020 0.0025 212.5 Ø10 – 250
24.42 2705.81 0.0121 0.0121 1149 Ø10 – 50
15.78 1748.47 0.0075 0.0075 637.5 Ø10 – 100 Tulangan pembagi = 20 % x Amax
= 20 % x 2705.81 = 541.162 mm2 ( ø6 - 50) Chek jarak tulangan lentur utama
Jarak Tulangan < 3h atau 500mm
250 < 360 atau 500 mm ( Ok )
4.3. Perhitungan Estimasi Biaya Metode Konvensional
Perhitungan estimasi biaya secara konvensional didapat dengan rumusan : “ Total harga = Volume x Harga Satuan”
4.3.1. Harga Satuan
Perhitungan harga satuan untuk metode konvensional menggunakan acuan SNI (Standar Nasional Indonesia). Harga satuan yang akan dihitung meliputi harga satuan beton (1portland cement : 2 pasir : 3 kerikil), bekisting balok, bekisting pelat, bekisting kolom, penulangan besi ulir, dan penulangan besi polos.
Tabel 4.6. Tabel perhitungan harga satuan beton
1m3 Membuat Beton 1PC:2Ps:3Kr
BAHAN
Kebutuhan Satuan Harga
Semen Portland (Gresik 50kg) 336 kg x Rp690 = Rp231.840
Pasir Beton 0,54 m3 x Rp37.500 = Rp20.250
Koral Pecah 1/2 0,81 m3 x Rp110.000 = Rp89.100 +
= Rp341.190
UPAH KERJA
Kebutuhan Satuan Harga
Pekerja 2 oh x Rp15.000 = Rp30.000
Tukang batu 0,35 oh x Rp20.000 = Rp7.000
Kepala Tukang 0,035 oh x Rp25.000 = Rp875
Mandor 1 oh x Rp30.000 = Rp30.000 +
Rp67.875
Tabel 4.7. Tabel perhitungan harga satuan bekisting kolom
1m2 pasang bekisting kolom
BAHAN
Kebutuhan Satuan Harga
Kayu terentang (MC klas papan) 0,04 m3 x Rp1.950.000 = Rp78.000
Paku biasa 2'-5' 0,4 kg x Rp6.000 = Rp2.400
Minyak bekisting 0,2 lt x Rp2.500 = Rp500
Balok kayu borneo 0,015 m3 x Rp1.950.000 = Rp29.250
Plywood 9mm 0,35 lbr x Rp95.000 = Rp33.250
Dolken kayu galam Q8-10 2 btg x Rp8.000 = Rp16.000 +
= Rp159.400
UPAH KERJA
Kebutuhan Satuan Harga
Pekerja 0,3 oh x Rp15.000 = Rp4.500
Tukang kayu 0,33 oh x Rp20.000 = Rp6.600
Kepala Tukang 0,033 oh x Rp25.000 = Rp825
Mandor 0,006 oh x Rp30.000 = Rp180 +
Rp12.105
Tabel 4.8. Tabel perhitungan harga satuan bekisting balok
1m2 pasang bekisting balok
BAHAN
Kebutuhan Satuan Harga
Kayu terentang 0,04 m3 x Rp1.950.000 = Rp78.000
Paku biasa 2'-5' 0,4 kg x Rp6.000 = Rp2.400
Minyak bekisting 0,2 lt x Rp2.500 = Rp500
Balok kayu borneo 0,018 m3 x Rp1.950.000 = Rp35.100
Plywood 9mm 0,35 lbr x Rp95.000 = Rp33.250
Dolken kayu galam Q8-10 2 btg x Rp8.000 = Rp16.000 +
= Rp165.250
UPAH KERJA
Kebutuhan Satuan Harga
Pekerja 0,32 oh x Rp15.000 = Rp4.800
Tukang kayu 0,33 oh x Rp20.000 = Rp6.600
Kepala Tukang 0,033 oh x Rp25.000 = Rp825
Mandor 0,006 oh x Rp30.000 = Rp180 +
Rp12.405
Tabel 4.9. Tabel perhitungan harga satuan bekisting pelat
1m2 pasang bekisting plat
BAHAN
Kebutuhan Satuan Harga
Kayu terentang 0,04 m3 x Rp1.950.000 = Rp78.000
Paku biasa 2'-5' 0,4 kg x Rp37.500 = Rp15.000
Minyak bekisting 0,2 lt x Rp2.500 = Rp500
Balok kayu borneo 0,015 m3 x Rp1.950.000 = Rp29.250
Plywood 9mm 0,35 lbr x Rp95.000 = Rp33.250
Dolken kayu galam Q8-10 6 btg x Rp8.000 = Rp48.000 +
= Rp204.000
UPAH KERJA
Kebutuhan Satuan Harga
Pekerja 0,32 oh x Rp15.000 = Rp4.800
Tukang kayu 0,33 oh x Rp20.000 = Rp6.600
Kepala Tukang 0,033 oh x Rp25.000 = Rp825
Mandor 0,006 oh x Rp30.000 = Rp180 +
Rp12.405
Tabel 4.10. Tabel perhitungan Harga Satuan Penulangan besi ulir
1kg pembesian dengan besi ulir
BAHAN
Kebutuhan Satuan Harga
Besi beton 1,05 kg x Rp4.900 = Rp5.145
Kawat beton (bendrat) 0,015 kg x Rp7.500 = Rp113 +
Rp5.258
UPAH KERJA
Kebutuhan Satuan Harga
Pekerja 0,007 oh x Rp15.000 = Rp105
Tukang kayu 0,007 oh x Rp20.000 = Rp140
Kepala Tukang 0,0007 oh x Rp25.000 = Rp18
Mandor 0,0003 oh x Rp30.000 = Rp9 +
Rp272
Tabel 4.11. Tabel perhitungan Harga Satuan Penulangan besi polos
1kg pembesian dengan besi polos
BAHAN
Kebutuhan Satuan Harga
Besi beton 1,05 kg x Rp4.700 = Rp4.935
Kawat beton
(bendrat) 0,015 kg x Rp7.500 = Rp113 +
Rp5.048
UPAH KERJA
Kebutuhan Satuan Harga
Pekerja 0,007 oh x Rp15.000 = Rp105
Tukang kayu 0,007 oh x Rp20.000 = Rp140
Kepala Tukang 0,0007 oh x Rp25.000 = Rp18
Mandor 0,0003 oh x Rp30.000 = Rp9 +
Rp272
Harga satuan kemudian dibuat dalam per 1 M3 beton tiap-tiap struktur, sehingga memudahkan perhitungan estimasi biaya. Harga satuan yang dibuat meliputi :
Tabel 4.12. Tabel harga satuan kolom (35 x 35)
1 M3 Kolom 35 x 35
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 208,5925 Kg Pembesian Ulir D16 @ Rp 5.258 = Rp 1.096.675 67,821 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.048 = Rp 342.326 11,424 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 79.700 = Rp 910.493
Jumlah = Rp 2.690.685
Tabel 4.13. Tabel harga satuan balok B1 (45 x 45)
1 M3 Balok B1 45 x 25
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 107,5605 Kg Pembesian Ulir D16 @ Rp 5.258 = Rp 565.499 36,94925 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.048 = Rp 186.501 10,22222 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 82.625 = Rp 844.611
Jumlah = Rp 1.937.802
Tabel 4.14. Tabel harga satuan balok B2 (45 x 30)
1 M3 Balok B2 45 x 30
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 95,26292 Kg Pembesian Ulir D16 @ Rp 5.258 = Rp 500.845 50,3315 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.048 = Rp 254.048 8,888889 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 82.625 = Rp 734.444
Jumlah = Rp 1.830.528
Tabel 4.15. Tabel harga satuan balok B3 (50 x 30)
1 M3 Balok B3 50 x 30
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 85,58074 Kg Pembesian Ulir D16 @ Rp 5.258 = Rp 449.941 48,30556 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.048 = Rp 243.822 8,666667 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 82.625 = Rp 716.083
Jumlah = Rp 1.751.036
Tabel 4.16. harga satuan balok B4 (45 x 30)
1 M3 Balok B4 45 x 30
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @
Rp
341.190 = Rp 341.190 71,31728 Kg Pembesian Ulir D16 @ Rp 5.258 = Rp 374.951 43,69959 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.048 = Rp 220.574 8,888889 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 82.625 = Rp 734.444
Jumlah = Rp 1.671.159
Tabel 4.17. Tabel harga satuan balok B5 (35 x 25)
1 M3 Balok B5 35 x 25
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 74,55746 Kg Pembesian Ulir D16 @ Rp 5.258 = Rp 391.986 54,26667 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.048 = Rp 273.911 10,85714 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 82.625 = Rp 897.071
Jumlah = Rp 1.904.158
Tabel 4.18. Tabel harga satuan balok B6 (45 x 30)
1 M3 Balok B6 45 x 30
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 95,08971 Kg Pembesian Ulir D16 @ Rp 5.258 = Rp 499.934 43,69959 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.048 = Rp 220.574 8,888889 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 82.625 = Rp 734.444
Jumlah = Rp 1.796.142
Tabel 4.19. harga satuan balok B7 (35 x 25)
1 M3 Balok B7 35 x 25
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 111,8362 Kg Pembesian Ulir D16 @ Rp 5.258 = Rp 587.979 54,26667 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.048 = Rp 273.911 10,85714 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 82.625 = Rp 897.071
Jumlah = Rp 2.100.151
Tabel 4.20. Tabel harga satuan pelat tipe A
1 M3 Pelat Type A
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 81,36574 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.258 = Rp 427.780 12,27377 Kg Pembesian Polos Ø6 @ Rp 5.048 = Rp 61.952 8,333333 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 102.000 = Rp 850.000
Jumlah = Rp 1.680.922
Tabel 4.21. Tabel harga satuan pelat tipe A’
1 M3 Pelat Type A'
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 78,0096 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.258 = Rp 410.135 8,335305 Kg Pembesian Polos Ø6 @ Rp 5.048 = Rp 42.072 8,333333 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 102.000 = Rp 850.000
Jumlah = Rp 1.643.398
Tabel 4.22. Tabel harga satuan pelat tipe B
1 M3 Pelat Type B
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 96,28121 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.258 = Rp 506.198 15,68999 Kg Pembesian Polos Ø6 @ Rp 5.048 = Rp 79.195 8,333333 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 102.000 = Rp 850.000
Jumlah = Rp 1.776.584
Tabel 4.23. Tabel harga satuan pelat tipe C
1 M3 Pelat Type C
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190 51,64809 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.258 = Rp 271.540 8,209877 Kg Pembesian Polos Ø6 @ Rp 5.048 = Rp 41.439 8,333333 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 102.000 = Rp 850.000
Jumlah = Rp 1.504.169
Tabel 4.24.Tabel harga satuan pelat tipe D
1 M3 Pelat Type D
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190
28,32099 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.258 = Rp 148.898
8,764043 Kg Pembesian Polos Ø6 @ Rp 5.048 = Rp 44.237
9 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 102.000 = Rp 918.000
Jumlah = Rp 1.452.324
Tabel 4.25.Tabel harga satuan pelat tipe E
1 M3 Pelat Type E
1 M3 Beton 1 Pc : 2 Ps : 3Kr @ Rp 341.190 = Rp 341.190
109,6296 Kg Pembesian Polos Ø10 @ Rp 5.258 = Rp 576.378
39,44846 Kg Pembesian Polos Ø6 @ Rp 5.048 = Rp 199.116
8,333333 M2 Bekisting Struktur + Scafolding @ Rp 102.000 = Rp 850.000
Jumlah = Rp 1.966.684
4.3.2. Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan rencana anggaran biaya dapat dilihat dibawah ini
4.4. Penjadwalan Metode Konvensional
Penjadwalan konstruksi dibuat dengan rumusan sebagai berikut
efektif ja hari Lama x ja Pe Jumlah
s oduktifita x
jaan pe
Volume jaan
Pe Durasi
ker 1
ker
Pr
ker = ker hari
4.4.1. Produktifitas
Produktifitas diambil dari buku “Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan”
Produktifitas bekisting
Tabel 4.27. Tabel produktifitas bekisting kolom
Bekisting Kolom
Referensi Dipakai
Menyetel 4-8 jam/10m2 6 jam/10m2
Memasang 2-4 jam/10m2 3 jam/10m2
Membuka & membersihkan 2-4 jam/10m2 3 jam/10m2
Total 12 jam/10m2
1,2 jam/m2
Tabel 4.28. Tabel produktifitas bekisting balok
Bekisting Balok
Referensi Dipakai
Menyetel 6-10 jam/10m2 8 jam/10m2
Memasang 3-4 jam/10m2 3 jam/10m2
Membuka & membersihkan 2-5 jam/10m2 4 jam/10m2
` 15 jam/10m2
1,5 jam/m2
Tabel 4.29. Tabel produktifitas bekisting lantai
Bekisting Lantai
Referensi Dipakai
Menyetel 3-8 jam/10m2 4 jam/10m2
Memasang 2-4 jam/10m2 3 jam/10m2
Membuka & membersihkan 2-4 jam/10m2 3 jam/10m2
10 jam/10m2
1 jam/m2
Tabel 4.30. Tabel produktifitas penulangan diameter 10
Tulangan diameter 10
Referensi Dipakai
Pembengkokan 2-4 Jam/100 batang 2 Jam/100 batang
Membuat kait 3-6 Jam/100 batang 3 Jam/100 batang
Memasang tul 5-7 Jam/100 batang 6 Jam/100 batang
Total 11 Jam/100 batang
0,11 Jam/batang = 0,18 Jam/Kg
Tabel 4.31. Tabel produktifitas penulangan diameter 16
Tulangan diameter 16
Referensi Dipakai
Pembengkokan 2.5-5 Jam/100 batang 4 Jam/100 batang
Membuat kait 4-8 Jam/100 batang 6 Jam/100 batang
Memasang tul 6-8.5 Jam/100 batang 7 Jam/100 batang
Total 17 Jam/100 batang
0,17 Jam/batang = 0,11 Jam/Kg
Tabel 4.32. Tabel produktifitas pengecoran
Referensi Dipakai
Mencampur beton dengan mesin 1,31-2,62 Jam/m3 2 Jam/m3 Memasang beton struktural 1,31-5,24 Jam/m3 4 Jam/m3
6 Jam/m3
4.4.2. Lama hari kerja
Lama hari kerja efektif diambil 7 hari 4.4.3. Kebutuhan Jumlah Pekerja
Estimasi kebutuhan jumlah untuk tiap-tiap pekerjaan diambil sebagai berikut
Ø Kolom = 14 orang Ø Balok = 16 orang Ø Pelat = 23 orang 4.4.4. Hasil penjadwalan
Hasil dari penjadwalan adalah jadwal pekerjaan dalam bentuk barchart dan kurva S, dapat dilihat dibawah ini.
4.5. Konstruksi Beton Pracetak
Proyek rumah susun Wonorejo dikerjakan dengan metode precast, maka dari itu dibawah ini akan diberikan pembahasan tentang cara pelaksanaan, biaya, dan waktu.
4.5.1 Sistem Pelaksanaan
Dibawah ini akan dijelaskan tahap-tahap pelaksanaan dari tiap-tiap struktur secara precast, denah dan potongan daerah penyambungan dapat dilihat dibawah ini.
Gambar 4.19. Denah pembalokkan untuk pelaksanaan precast Keterangan:
Gambar 4.20. Potongan C-C untuk pelaksanaan precast
Ø Pelaksanaan kolom dasar
Pelaksanaan kolom dasar melalui beberapa tahap yaitu:
1. Erection / pengangkatan kolom
Kolom diangkat dengan menggunakan mobile crane, kemudian dibedirikan pada posisi dimana kolom akan dipasang.
2. Kolom ditegakkan
Kolom ditegakan dengan bantuan mobile, agar pada waktu ditegakkan kolom tidak miring maka memakai alat bantu:
Ø Benang unting-unting
Benang unting-unting ditaruh pada sudut-sudut kolom, jarak benang terhadap sudut kolom harus sama pada bagian atas maupun bagian bawah kolom.
Ø Theodolit
Alat theodolit ditembakkan pada sudut kolom sehingga dapat dipastikan bahwa kolom tidak miring.
Kemudian setelah dipastikan kolom tidak miring maka dipasang trigger sebagai pengaku, trigger dipasang pada keempat sisi kolom dan ukuran yang dipakai adalah 2 dim atau 5 cm. Pemasangan trigger dapat dilihat pada foto dibawah ini:
Gambar 4.21. Pemasangan triger pada kolom preacst
3. Sambungan
Sambungan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
A. Sambungan dry joint (las tulangan)
Sambungan dry joint adalah sambungan antar tulangan dengan menggunakan las. Stek tulangan kolom dan stek tulangan pondasi dilas kemudian dirakit oleh tulangan sengkang.
Sambungan las dilakukan sepanjang ±30cm, agar tulangan tidak mengalami penurunan kualitas pada saat pengelasan maka digunakan Teknik pengelasan sebagai berikut yaitu dengan cara mengelas tulangan sepanjang ±5 cm terlebih dahulu, kemudian berpindah pada tulangan berikutnya, teknik ini digunakan sampai las sambungan tulangan mencapai yang ditentukan.
Dibawah ini adalah gambar detail sambungan tulangan kolom dengan pondasi poer.
Gambar 4.22. Detail sambungan kolom dasar dengan pondasi
Gambar 4.23. Keterangan detail sambungan kolom dasar dengan pondasi
Dibawah ini foto proyek pada pelaksanaan pemasangan sambungan kolom dasar.
Gambar 4.24. Las tulangan sambungan kolom dasar
B. Sambungan wet joint (grouting)
Sambungan wet joint adalah dengan memberikan campuran semen pada sambungan, sebagai penutup akhir sambungan.
Gambar 4.25. Grouting sambungan kolom dasar
Gambar 4.26. Hasil grouting sambungan kolom dasar
v Pelaksanaan balok
Pelaksanaan balok melalui beberapa tahap yaitu:
1. Erection / pengangkatan balok
Balok diangkat dengan menggunakan mobile crane. Foto proyek dapat dilihat dibawah ini.
Gambar 4.27. Pengangkatan balok precast
2. Balok diletakan pada kolom
Sesudah itu balok diletakan pada kolom untuk memudahkan melakukan sambungan. Foto proyek dapat dilihat dibawah ini.
Gambar 4.28. Peletakkan balok precast sebelum dilakukan sambungan
3. Sambungan
Sambungan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
A. Sambungan dry joint (las tulangan)
Sambungan dry joint adalah sambungan antar tulangan dengan menggunakan las. Stek tulangan kolom dan stek tulangan balok dilas kemudian dirakit oleh tulangan sengkang.
Dibawah ini adalah gambar detail sambungan tulangan kolom dengan balok.
Gambar 4.29. Detail sambungan balok precast dengan kolom precast
Gambar 4.30. Keterangan detail sambungan balok dengan kolom
Dibawah ini foto proyek pada pelaksanaan pemasangan sambungan balok dengan kolom.
Gambar 4.31. Las tulangan balok dengan kolom
B. Sambungan wet joint (grouting)
Sambungan wet joint adalah dengan memberikan campuran semen pada tulangan stek.
Gambar 4.32. Hasil sambungan kolom dengan balok
v Pelaksanaan Pelat lantai
Pelaksanaan pelat melalui beberapa tahap yaitu:
1. Erection / pengangkatan pelat
Pelat diangkat dengan menggunakan mobile crane, kemudian diletakan pada balok.
2. Sambungan
Sambungan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
A. Sambungan dry joint (las tulangan)
Sambungan dry joint adalah sambungan antar tulangan dengan menggunakan las. Tulangan balok ditaruh diatas precast balok dan diberi las pada tulangan shear konektor, kemudian tulangan stek pelat dilas-kan pada tulangan balok tersebut. Jarak tulangan shear konektor sama dengan jarak tulangan sengkang balok.
Dibawah ini adalah gambar detail sambungan tulangan pelat dengan balok.
Gambar 4.33. Detail sambungan pelat precast dengan balok preacst
Gambar 4.34. Keterangan detail sambungan pelat dengan balok
Gambar 4.35. Potongan 5-5 dari detail sambungan pelat dengan balok
B. Sambungan wet joint (grouting)
Sambungan wet joint adalah dengan memberikan campuran semen pada tulangan stek.
Dibawah ini foto proyek pada pelaksanaan erection serta pemasangan sambungan pelat dengan balok.
Gambar 4.36. Pengangkatan pelat precast
Gambar 4.37. sambungan tulangan pelat dengan balok
v Pelaksanaan kolom Lantai
Pelaksanaan kolom lantai melalui beberapa tahap yaitu:
1. Erection / pengangkatan kolom
Kolom diangkat dengan menggunakan mobile crane, kemudian dibedirikan pada posisi dimana kolom akan dipasang.
2. Kolom ditegakkan
Kolom ditegakan dengan bantuan mobile, agar pada waktu ditegakkan kolom tidak miring maka memakai alat bantu:
Ø Benang unting-unting
Benang unting-unting ditaruh pada sudut-sudut kolom, jarak benang terhadap sudut kolom harus sama pada bagian atas maupun bagian bawah kolom.
Ø Theodolit
Alat theodolit ditembakkan pada sudut kolom sehingga dapat dipastikan bahwa kolom tidak miring.
Kemudian setelah dipastikan kolom tidak miring maka dipasang trigger sebagai pengaku, trigger dipasang pada keempat sisi kolom dan ukuran yang dipakai adalah 2 dim atau 5 cm.
3. Sambungan
Sambungan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
A. Sambungan dry joint (las tulangan)
Sambungan dry joint adalah sambungan antar tulangan dengan menggunakan las. Stek tulangan kolom dan stek tulangan pondasi dilas kemudian dirakit oleh tulangan sengkang.
Sambungan las dilakukan sepanjang ±30cm, agar tulangan tidak mengalami penurunan kualitas pada saat pengelasan maka digunakan Teknik pengelasan sebagai berikut yaitu dengan cara mengelas tulangan sepanjang ±5 cm terlebih dahulu, kemudian berpindah pada tulangan berikutnya, teknik ini digunakan sampai las sambungan tulangan mencapai yang ditentukan.
Dibawah ini adalah gambar detail sambungan tulangan kolom dengan kolom.
Gambar 4.38. Potongan detail sambungan kolom dengan kolom
Gambar 4.39. Keterangan detail sambungan
4.5.2. Modified – Modified Sambungan Precast
Pada pelaksanaan precast banyak metode-metode lainnya yang dapat dilaksanakan, dibawah ini contoh modified – modified sambungan precast:
Gambar 4.40. Potongan C-C untuk detail modified
v Sambungan Kolom Dasar A. Type CB 1
Gambar 4.41. Sambungan kolom dasar menggunakan pelat koneksi KOLOM
MUR GANDA
PELAT KONEKSI
POER BAUT ANGKUR
Gambar 4.42. Detail tulangan sambungan kolom dasar tipe BC 1
Detail pelaksanaan sambungan ini adalah:
Modified ini lebih baik dipakai jika kolom struktur berdimensi kecil 1. Pelat koneksi
Menggunakan pelat koneksi sebagai penyambung antara kolom dengan poer, pada type sambungan CB1 ini menggunakan pelat koneksi yang lebih besar dimensinya daripada kolom.
2. Baut angkur
Baut angkur dipakai pada ke-empat sisi dari kolom. Mur yang digunakan adalah mur baut ganda, dipasang pada atas dan bawah dari sisi pelat koneksi.
3. Las tulangan
Stek Tulangan kolom disambung ke pelat koneksi dengan cara dilas, las tulangan dilakukan pada dasar bawah pelat koneksi.
4. Grouting
LAS TUL TUL
KOLOM
BAUT ANGKUR
Terakhir dilakukan grouting yaitu diberikan campuran semen untuk menutupi las tulangan pada dasar bawah pelat koneksi, gap atau rongga pada dasar pelat selebar ± 2 – 2.5 in.
B. Type CB 2
Gambar 4.43. Detail sambungan memakai pelat koneksi tipe CB2
Detail pelaksanaan sambungan ini adalah:
Jenis modified ini lebih baik dipakai jika baut angkur mau tidak kelihatan secara jelas.
1. Pelat koneksi
Menggunakan pelat koneksi sebagai penyambung antara kolom dengan poer, pada type sambungan CB2 ini menggunakan pelat koneksi yang sama besar dimensinya dengan kolom.
2. Baut angkur
Baut angkur dipakai pada ke-empat sisi dari kolom, pada kolom telah disediakan rongga untuk memasang baut angkur tersebut. Mur yang digunakan adalah mur baut ganda, dipasang pada atas dan bawah dari sisi pelat koneksi.
3. Las tulangan
KOLOM
POER
BAUT ANGKUR
Stek Tulangan kolom disambung ke pelat koneksi dengan cara dilas, las tulangan dilakukan pada dasar bawah pelat koneksi.
4. Grouting
Terakhir dilakukan grouting yaitu diberikan campuran semen untuk menutupi las tulangan pada dasar bawah pelat koneksi, gap atau rongga pada dasar pelat selebar ± 2 – 2.5 in.
C. Type CB 3
Gambar 4.44. Detail sambungan memakai pelat koneksi tipe CB3
Gambar 4.45. Detail sambungan tulangan memakai pelat koneksi tipe CB3 KOLOM
BAUT ANGKUR
POER PROFIL L
TUL KOLOM
LAS TUL
BAUT ANGKUR
PROFIL L
Detail pelaksanaan sambungan ini adalah:
Modified ini dipakai jika dimensi kolom cukup besar dan beban kolom terlalu besar sehingga baut angkur diberi pengaku berupa profil L.
1. Pelat koneksi
Menggunakan pelat koneksi sebagai penyambung antara kolom dengan poer, pada type sambungan CB3 ini menggunakan pelat koneksi yang sama besar dimensinya dengan kolom.
2. Baut angkur
Baut angkur dipasang pada pojok-pojok pelat koneksi, baut sejumlah 4 buah. Mur yang digunakan adalah mur ganda yaitu pada atas dan bawah pelat koneksi dasar.
3. Profil L
Profil L digunakan sebagai rongga untuk memasang baut angkur, profil L disambungkan dengan pelat koneksi dengan cara dilas.
4. Las tulangan
Tulangan kolom dilas-kan pada profil L sehingga kolom tersambung dengan pelat koneksi.
5. Grouting
Terakhir dilakukan grouting yaitu diberikan campuran semen untuk menutupi las tulangan pada dasar bawah pelat koneksi, gap atau rongga pada dasar pelat selebar ± 2 – 2.5 in.
v Sambungan Balok Dengan Kolom A. Type BC 1
Gambar 4.46. Detail sambungan kolom dengan balok memakai konsol pendek
Gambar 4.47. Detail sambungan tulangan balok dengan kolom tipe BC1 BALOK KOLOM
PROFIL L
LAS TUL TUL KONSOL
PROFIL L KOLOM
LAS PROFIL L
Detail pelaksanaan sambungan BC1 adalah:
1. Konsol precast
Kolom struktur dicetak dari pabrik dengan diberi konsol.
2. Profil L
Profil L dipasang pada konsol dan balok, profil L dipasang dengan cara dilas pada tulangan struktur.
3. Menyambung balok dengan kolom
Balok diletakan pada konsol kolom, kemudian profil L pada balok dan konsol dilas sehingga balok menjadi satu dengan kolom.
B. Type BC 2
Gambar 4.48. Detail sambungan tulangan balok dengan kolom tipe BC2 Detail pelaksanaan sambungan BC2 adalah:
Detail pelaksanaan BC2 sama dengan BC1 hanya saja bentuk dari balok berbentuk konsol L (lihat pada gambar).
BALOK PROFIL L
LAS PROFIL L
KOLOM
C. Type BC3
Gambar 4.49. Detail sambungan balok dengan kolom tipe BC2
Gambar 4.50. Detail sambungan tulangan balok dengan kolom tipe BC2 KOLOM
PROFIL L
BALOK TUL BALOK
PROFIL WF LAS TUL-L
LAS WF-L
TUL KOLOM
PROFIL WF BAUT
LAS BAUT - TUL KOLOM
Detail pelaksanaan sambungan BC3 adalah:
Modified ini dipakai jika konsol yang dipakai harus menggunakan bahan baja.
1. Konsol profil WF
Struktur kolom dicetak dengan diberi konsol profil WF. Profil WF ditaruh pada kolom dengan cara diberi baut, baut dilas pada tulangan kolom kemudian dicetak precast.
2. Profil L
Pada balok diberi profil L dengan cara disambung dengan tulangan balok memakai las.
3. Menyambung balok dengan kolom
Balok diletakan pada konsol WF yang telah tercetak pada kolom, kemudian profil L pada balok dilas dengan konsol WF pada kolom sehingga kolom dan balok menjadi satu kesatuan.
v Sambungan Pelat – Balok A. Type SB1
Gambar 4.51. Detail sambungan balok dengan pelat lantai memakai pelat koneksi
Detail pelaksanaan sambungan SB1 adalah:
Modified ini dapat dipakai pada pelat biasa.
1. Pelat koneksi balok dan pelat
PELAT PELAT KONEKSI
PELAT KONEKSI BALOK
BALOK
Pada atas sepanjang balok diberi pelat koneksi untuk disambungkan dengan pelat koneksi yang ada pada pelat struktur.
2. Balok
Balok dicetak dengan bentuk T terbalik sehingga pelat struktur dapat ditumpangkan pada balok.
3. Las antar pelat koneksi
Pelat koneksi balok dan pelat struktur dilas sehingga struktur pelat dengan balok menjadi satu kesatuan.
B. Type SB2
Gambar 4.52. Detail sambungan balok dengan pelat lantai tipe SB2
Detail pelaksanaan sambungan SB2 adalah:
Modified ini dilakukan jika pelat lantai memakai jenis hollow core.
1. Pelat koneksi balok dan pelat
Pada beberapa titik balok da struktur pelat diberi pelat koneksi.
2. Balok
Balok dicetak dengan bentuk T terbalik sehingga pelat struktur dapat ditumpangkan pada balok.
3. Tulangan stud
Pelat berbentuk hollow core yaitu dicetak dengan lubang-lubang pada sepanjang balok. Tulangan stud dimasukan pada lubang kemudian dilas-kan pada pelat koneksi.
PELAT HOLLOW CORE BALOK
PELAT KONEKSI BALOK
PELAT KONEKSI PELAT
TUL STUD
3. Las antar pelat koneksi
Pelat koneksi balok dan pelat struktur dilas sehingga struktur pelat dengan balok menjadi satu kesatuan.
C. Tipe Hebel
Hebel merupakan beton ringan pracetak yang diproduksi oleh PT.
Reksa Prabawa. Beton hebel merupakan beton ringan karena memiliki spesifikasi sebagai berikut:
ü Berat jenis kering (kg/m3) = 660 ü Berat jenis mormal (kg/m3) = 780 ü Kuat tekan (N/mm2) = 6.20 ü Konduktifitas termis (W/mk) = 0.2 ü Panjang maximum (mm) = 6000
ü Lebar (mm) = 600
ü Tebal (mm) = 125, 150, 175, 200, & 250
Hebel precast ada beberapa macam salah satunya adalah precast pelat lantai dengan nama ACC Panel R-44, mempunyai kisaran harga Rp. 1.710.000/m3. Pelaksanaan hebel precast pelat ada 2 macam yaitu sambungan kebalok baja profil WF dan kedua sambungan kebalok precast, detail pelaksanaan sambungan dengan balok precast sebagai berikut:
1. Pada balok precast diberi tulangan angkur sejarak dengan tulangan pelat.
2. Pelat hebel diletakan pada balok precast minimum selebar 50 mm.
3. Tulangan stek dari pelat hebel disambung ketulangan angkur pada balok precast dengan cara dilas, tulangan stek ini dinamakan besi pengikat.
4. Celah antara pelat-pelat diberi mortar grouting, tetapi sebelumnya dirakit tulangan yang dilas pada tulangan besi diatas balok, sehingga mortar grouting terikat jadi satu dengan pelat hebel.
5. Finisihing akhir diberi screed setebal ± 2cm.
Gambar 4.53. Detail sambungan pelat hebel dengan balok precast
Untuk pelat hebel sambungan kebalok profil baja WF, pelaksanaannya sama hanya saja angkur pada balok diganti dengan besi yang dilas pada sisi atas balok.
v Sambungan kolom – kolom A. Type CC1
Gambar 4.54. Detail sambungan kolom dengan kolom tipe CC1 Detail pelaksanaan sambungan ini adalah:
1. Pelat koneksi
Menggunakan pelat koneksi sebagai penyambung antara kolom atas dengan kolom bawah, pada type sambungan CC1 ini menggunakan pelat koneksi yang sama besar dimensinya dengan kolom.
2. Baut angkur
Baut angkur dipakai pada ke-empat sisi dari kolom, pada kolom telah disediakan rongga untuk memasang baut angkur tersebut. Mur yang digunakan adalah mur baut ganda, dipasang pada atas dan bawah dari sisi pelat koneksi.
3. Las tulangan
Stek Tulangan kolom disambung ke pelat koneksi dengan cara dilas, las tulangan dilakukan pada dasar bawah pelat koneksi.
4. Grouting
Terakhir dilakukan grouting yaitu diberikan campuran semen untuk menutupi las tulangan pada dasar bawah pelat koneksi, gap atau rongga pada dasar pelat selebar ± 2 – 2.5 in.
KOLOM ATAS
BAUT ANGKUR
KOLOM BAWAH GROUTING
B. Type CC2
Gambar 4.55. Detail sambungan kolom dengan kolom tipe CC2
Detail pelaksanaan sambungan ini adalah:
1. Profil L
Menggunakan profil L sebagai penyambung antara kolom atas dengan kolom bawah,.
2. Baut angkur
Baut angkur dipakai pada ke-empat sisi dari kolom, pada kolom telah disediakan rongga untuk memasang baut angkur tersebut. Mur yang digunakan adalah mur baut ganda, dipasang pada atas dan bawah dari sisi pelat koneksi.
3. Las tulangan
Stek tulangan kolom atas dilas-kan pada samping dari profil L, sehingga profil L menjadi satu kesatuan dengan kolom atas
4. Grouting
Terakhir dilakukan grouting yaitu diberikan campuran semen untuk menutupi las tulangan pada dasar bawah pelat koneksi, gap atau rongga pada dasar pelat selebar ± 2 – 2.5 in.
KOLOM ATAS
BAUT ANGKUR
KOLOM BAWAH PROFIL L
GROUTING
4.5.3. Rencana Anggaran Biaya Metode Precast
Rencana anggaran biaya metode precast didapat langsung dari pihak kontraktor yang melaksakannya yaitu PT. Lisa Concrete Indonesia, hasilnya seperti dibawah ini.
Tabel 4.34. Tabel rencana anggaran biaya metode precast.
No Spesifikasi Harga Prosentase
1 Material Rp 2.437.500.000 80%
2 Trasportasi Rp 125.000.000 4%
3 Instalasi Rp 500.000.000 16%
Harga Total Rp3.062.500.000 100%
Perbandingan Prosentase Harga Material, Transportasi & Instalasi
Beton Precast
80%
4%
16%
Material Trasportasi Instalasi
Gambar 4.56. Grafik perbandingan harga material, transportasi, dan instalasi Grafik diatas adalah grafik prosentase perbandingan biaya dari metode precast, dapat dilihat bahwa material mempunyai harga tertinggi, maka dapat disimpulkan pembuatan beton precast di pabrik mempunyai harga yang sangat mahal.
4.5.4. Penjadwalan Metode precast
Penyusunan jadwal metode precast juga didapat dari pihak kontraktor langsung, dapat kita lihat dibawah ini.
4.6. Perbandingan Metode Precast Dengan Metode Konvensional
Setelah didapatkan rencana anggaran biaya dan penjadwalan dari kedua metode, maka dapat dibandingkan.
Dari hasil estimasi kedua metode didapat Total biaya konstruksi
v Pracetak = Rp. 3.062.500.000 v Konvensional = Rp. 1.241.788.330
Perbedaan = 100%
000 . 500 . 062 . 3 .
330 . 788 . 241 . 1 . 000 . 500 . 062 . 3
. X
Rp
Rp
Rp −
= 59.45 % Rincian perbandingan biaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.35. Tabel perbandingan anggaran biaya metode precast dan konvensional
Precast konvensional
No Spesifikasi Harga Selisih Prosentase
1 Material Rp2.437.500.000 2 Transportasi Rp 125.000.000
Rp1.111.386.890 Rp1.451.113.110 79,70%
3 Instalasi Rp 500.000.000 Rp 130.401.440 Rp 369.598.560 20,30%
Total Rp3.062.500.000 Rp1.241.788.330 Rp1.820.711.670 59,45%
Rp- Rp500 Rp1.000 Rp1.500 Rp2.000 Rp2.500 Rp3.000 Millions
Material &
Transport
Instalasi/Upah
Precast Konvensional
Gambar 4.57. Grafik perbandingan harga material dan instalasi kedua metode.
Dari data rincian dan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa perbedaan biaya yang paling besar terletak pada harga material yaitu 79.70%, ini disebabkan pembuatan dipabrik yang mempunyai harga tinggi. Perbedaan untuk upah mencapai 20.30%, ini disebabkan karena pada pada metode precast memakai tenaga manusia dan alat-alat berat untuk mengangkat struktur beton precast.
Durasi proyek
v Pracetak = 65 hari v Konvensional = 112 hari
Perbedaan = 100%
112 65
112 X
hari hari hari −
= 41.96 %
4.6.1. Perbandingan Harga Satuan Menurut Luas Bangunan
Luas bangunan = 449.77 m2 x 2 bh = 899.54 m2 x 3 tingkat = 2698.62 m2 Harga satuan pracetak = Rp. 3.062.500.000 / 2698.62 m2 = Rp. 1.134.839/ m2 Harga satuan konvensional = Rp. 1.241.788.330/ 2698.62 m2 = Rp. 460.156/ m2
4.6.2. Perbandingan Harga Satuan Menurut Volume Pengecoran Total volume cor = 612.9172 m3
Harga satuan pracetak = Rp. 3.062.500.000/ 612.92 m3 = Rp. 4.996.574/ m3 Harga satuan konvensional = Rp. 1.241.788.330/ 612.92 m3 = Rp. 2.026.020/ m3
4.6.3. Perbandingan Progress Pelaksanaan Dan Progress Aliran Uang Perbandingan antara metode precast dengan metode konvensional secara progress pelaksanaan dan progress aliran uang dapat dilihat dibawah ini.
4.6.4. Analisa Metode Precast Dan Metode Konvensional
Dari hasil tabel perbandingan diatas maka dapat dibuat analisa mengapa metode precast mempunyai biaya yang lebih besar dan durasi proyek yang lebih cepat dibandingkan dengan metode konvensional.
v Analisa precast
1. Pada saat pekerjaan kolom dasar mencapai 20%, balok pada lantai 1 sudah mulai dikerjakan dan dipasang.
2. Pada saat kolom lantai 2 mencapai progress 36%, balok lantai 3 sudah mulai dikerjakan dan dipasang.
3. Pada saat balok lantai 3 mencapai 76,48%, kolom lantai 3 mulai dikerjakan dan dipasang.
4. Pada saat pekerjaan balok lantai 1 mencapai 62,5%, pekerjaan plat mulai dipasang.
5. Tiap pekerjaan dapat dilakukan overlap 6. Progress rata-rata tiap minggu 11,875%
7. Progress rata-rata pemasangan kolom dalam 1 hari adalah 5.5 buah kolom.
8. Progress rata-rata pemasangan balok dalam 1 hari adalah 10.7 buah balok.
9. Progress rata-rata pemasangan pelat dalam 1 hari adalah 6.3 buah pelat.
v Analisa konvensional
1. Pekerjaan balok lantai 1 baru dapat dipasang setelah pekerjaan kolom lantai dasar selesai 100%
2. Pekerjaan pengecoran pada balok dan plat lantai dilakukan bersama-sama, maka dari itu pekerjaan pengecoran balok menunggu sampai pekerjan penulangan dan begesting pelat selesai 100%.
3. Pekerjaan kolom lantai 2 baru dapat dikerjakan setelah pekerjaan balok dan pelat lantai 1 selesai 100%.
4. Tiap pekerjaan saling menunggu satu sama lain.
5. Progress rata-rata tiap minggu 6,533%
Dari analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode precast lebih cepat 41.96% disebabkan pekerjaannya dapat dioverlap dari pekerjaan kolom