STANDAR PENYELENGGARAAN AIR
(AIR MINUM DAN AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE DAN SANITASI) PADA LAPAS, LPKA, RUTAN DAN RS. PENGAYOMAN
DIREKTORAT PERAWATAN KESEHATAN DAN REHABILITASI
2018
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI 1/1/2018
4
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PAS-216.PK.01.06.08 TAHUN 2018
TENTANG
STANDAR PENYELENGGARAAN AIR (AIR MINUM DAN AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE DAN SANITASI)
DI LAPAS, LPKA, RUTAN, DAN RS.PENGAYOMAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan layanan kesehatan bagi Tahanan, Anak dan Narapidana yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
b. bahwa untuk menyeragamkan mekanisme pelaksanaan pengelolaan standar penyelenggaraan air, baik air minum dan air untuk keperluan higiene dan sanitasi di Lapas, LPKA, Rutan dan RS. Pengayoman dapat terwujud secara optimal;
c. Perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, tentang Standar Penyelenggaraan Air (Air Minum dan Air Untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi) di Lapas, LPKA, Rutan dan RS. Pengayoman.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3641);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3858);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3858);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia;
10. Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Tahun Anggaran 2018 Nomor SP DIPA-013.05.1.409263/2018 tanggal 05 Desember 2017.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN AIR (AIR MINUM DAN AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE SANITASI) DI LAPAS, LPKA, RUTAN DAN RS. PENGAYOMAN.
KESATU : Standar Penyelenggaraan Air (Air Minum dan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi) di Lapas, LPKA, Rutan dan RS.
Pengayoman dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan untuk melakukan perawatan kesehatan lingkungan sesuai standar yang telah ditetapkan;
KEDUA : Standar Penyelenggaraan Air (Air Minum dan Air Untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi) di Lapas, LPKA, Rutan dan RS.Pengayoman sebagaimana disebut dalam DIKTUM KESATU disusun dengan sistematika sebagai berikut :
A. Latar Belakang B. Dasar Hukum
C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan
E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G. Sistem, Mekanisme dan Prosedur H. Jangka Waktu Pelaksanaan I. Kebutuhan Biaya Pelaksaanaan J. Instrumen Penilaian
KETIGA : Standar Penyelenggaraan Air (Air Minum dan Air Untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi) di Lapas, LPKA dan RS.
Pengayoman sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila ada perubahan maka akan dilakukan perbaikan seperlunya.
Ditetapkan : Jakarta
pada tanggal : 27 Desember 2018
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
SRI PUGUH BUDI UTAMI NIP19620702 198703 2 001
Paraf Tanggal
Kasi Sankesling Kasubdit Kebdas
Kesling.
Dir.
Watkesrehab
i SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala, atas limpahan rahmat dan karuniaNya, telah dapat diselesaikan Penyusunan Standar Penyelenggaraan Air (Air Minum dan Air Untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi) di Lapas, LPKA, Rutan dan RS. Pengayoman. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat Indonesia salah satunya adalah air. Air fungsinya sebagai penggerak tubuh manusia juga sangat mutlak dibutuhkan terutama bagi tahanan, anak dan narapidana yang menjalani pidana di Lapas dan Rutan. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3) dikatakan ” bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat ” dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 7 ayat 1 dan 19 ayat 1 menyatakan bahwa Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak mendapat makanan dan minuman sesuai dengan syarat kesehatan.
Buku standar ini diharapkan akan mendapatkan wawasan dan pengetahuan bagi petugas Lapas, LPKA, Rutan dan RS. Pengayoman dalam mengelola penyelenggaraan air minum dan air bersih yang aman untuk dikonsumsi sesuai persyaratan baik fisik, kimia, mikrobiologi maupun radioaktif sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Atas terbitnya buku Standar Penyelenggaraan Air (Air Minum dan Air Untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi) di Lapas, LPKA, Rutan dan RS. Pengayoman diucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang membantu dan berperan aktif dalam proses penyusunan standar ini hingga selesai.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 27 Desember 2018
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Sri Puguh Budi Utami
NIP. 19620702 198703 2 001
ii KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas perkenanNya buku Standar Penyelenggaraan Air (Air Minum dan Air Untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi ) di Lapas, LPKA, Rutan dan RS.
Pengayoman telah selesai disusun.
Buku Standar Penyelengggaraan Air (Air Minum dan Air Untuk Keperluan Higiene dan Sanitasi) di Lapas, LPKA, Rutan dan RS. Pengayoman disusun untuk memenuhi hak dasar bagi narapidana, tahanan dan anak untuk mendapatkan perlengkapan pakaian, mandi, makanan serta minuman yang dapat penunjang kehidupan manusia. Air bagi narapidana, tahanan dan anak di Lapas dan Rutan sangat dibutuhkan sekali disamping juga digunakan dalam kegiatan pengolahan makanan, minuman dan juga digunakan untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK), mencuci pakaian, tempat ibadah, penyiraman taman dan kegiatan lainnya.
Uji kelayakan (Laboratorium) air juga sangat diperlukan dalam persyaratan standar mutu baku kesehatan lingkungan seperti : Syarat Fisik, Kimia, Biologi sehingga air layak untuk dikonsumsi.
Pada akhirnya selaku Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi memberikan apresiasi kepada semua pihak yang berperan serta, semoga buku Standar ini sangat bermanfaat bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan di Seluruh Indonesia.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 27 Desember 2018 Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi
A. Yuspahruddin
NIP. 19630528 198503 1 001
iii DAFTAR ISI
Kata Sambutan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
A. Latar Belakang 1
B. Dasar Hukum 2
C. Definisi Global dan Detail Standar 3
D. Maksud dan Tujuan 4
E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia 4
F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana 5
G. Sistem, Mekanisme dan Prosedur 5 G.1 Pengelolaan air minum, air higiene dan sanitasi 6
1. Penyediaan air minum, (SPAM) air higiene dan sanitasi 6 1.1 Penyediaan air melalui jaringan perpipaan 6
1.2 Penyediaan air bukan melalui jaringan perpipaan : 7
a. Sumur dangkal 7 b. Sumur pompa 7 c. Bak penampungan air hujan 8
d. Terminal air 8
e. Bangunan penangkap mata air 9
2. Kebutuhan penggunaan air di Lapas/Rutan/LPKA/RS.Pengayoman 9
3. Metode penyediaan air minum 10
3.1 Persyaratan higiene sanitasi DAM 10
a) Aspek tempat 10
b) Aspek peralatan 11
c) Aspek penjamah 12
3.2 Sertifikat laik higiene DAM 12
4. Persyaratan kualitas penyelenggaraan air 13
5. Pengawasan kualitas air 14
G.2 Mekanisme dan Prosedur Pengelolaan Air 14
1. Perencanaan kebutuhan air 14
2. Penyediaan kebutuhan air dan perawatan fasilitas 15
3. Pendistribusian air 16
4. Pengawasan pengelolaan air 16
5. Pelaporan 17
H. Jangka Waktu Pelaksanaan 17
I. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan 18
J. Instrumen Penilaian 19
1 STANDAR PENYELENGGARAAN AIR
(AIR MINUM DAN AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE DAN SANITASI) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN, LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK, RUMAH TAHANAN NEGARA DAN RUMAH SAKIT PENGAYOMAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 14 Ayat b dan d, menyatakan bahwa Narapidana berhak mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani kemudian mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. Perawatan jasmani dan mendapatkan makanan yang layak selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 7 Ayat 1 dan 19 Ayat 1 menyatakan bahwa Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak mendapatkan perlengkapan pakaian, tidur dan mandi serta mendapatkan makanan dan minuman sesuai dengan syarat kesehatan.
Pemenuhan hak mendapatkan perlengkapan pakaian dan mandi serta makanan dan minuman erat kaitannya dengan kebutuhan air yang akan digunakan sebagai penunjang pemenuhan dimaksud.
Misalnya, air digunakan untuk kegiatan pengolahan makanan, air minum, mandi cuci kakus (MCK), ibadah dan kegiatan lainnya.
Berdasarkan laporan data penanggulangan penyakit menular Tahun 2017 diperoleh data sebanyak 7.162 (tujuh ribu seratus enam puluh dua) orang Narapidana/Tahanan/Anak menderita penyakit diare yang salah satu faktor penyebabnya adalah air.
Kemudian menurut laporan sanitasi dan kesehatan lingkungan Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, Rumah Tahanan Negara dan Rumah Sakit Pengayoman, yaitu sumber air, volume air dan uji kelayakan air yang digunakan sejak Tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober Tahun 2018, diperoleh bahwa hampir 70 % Lapas/LPKA/Rutan belum dapat mengumpulkan data dimaksud
2 dikarenakan belum adanya standar yang yang dijadikan sebagai pedoman mengenai penyelenggaraan air (air minum, air untuk keperluan higiene dan sanitasi/air bersih).
Oleh karena itu, maka guna mempermudah tugas Lapas/LPKA/Rutan/RS Pengayoman dalam kegiatan penyelenggaran air sesuai dengan syarat kesehatan guna menekan angka kesakitan yang disebabkan oleh rendahnya kualitas air pada Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan, maka diperlukan penyusunan “Standar Penyelenggaraan Air (air minum dan air untuk keperluan higiene dan sanitasi) pada Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, Rumah Tahanan Negara dan Rumah Sakit Pengayoman”.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan, Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
3 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi depot Air Minum;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solur Per Aqua dan Pemandian Umum;
13. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 167/MPP/Kep/5/1997 tentang Persyaratan Teknis –Industri dan Perdagangan Air Minum Dalam Kemasan;
C. Definisi Global dan Detil Standar
1. Penyelenggaraan Air adalah sistem Perencanaan, penyediaan, perawatan, pendistribusian dan pengawasan Air pada Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan
2. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum;
3. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum;
4. Air untuk keperluan higiene sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan air minum;
5. Sistem penyediaan air minum (SPAM) merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum;
4 6. Depot air minum (DAM) adalah usaha yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada konsumen;
7. Air minum dalam kemasan (AMDK) adalah air yang telah diproses/diolah dan dikemas serta aman untuk diminum;
D. Maksud dan Tujuan
1. Maksud dari penyusunan regulasi ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan Tahanan, Anak dan Narapidana dengan meminimalisir angka kesakitan dan kematian di Lapas, LPKA, Rutan dan Rumah Sakit Pengayoman;
2. Tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai standar bagi Petugas Pemasyarakatan dalam melaksanakan penyelenggaraan air di Lapas, LPKA, Rutan dan Rumah Sakit Pengayoman.
E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Secara kuantitas dan kualitas maka kriteria sumber daya manusia yang bertugas dalam bidang ini adalah sebagai berikut;
N
o Kegiatan Jumlah Pelaksana
Objek Pelaksanaan/
PROSES
Kompetensi Pelaksana Pendidikan Pelatihan 1 Perencanaan
Kebutuhan Air
1 - Penghitungan Kebutuhan
- Penyusunan Rencana Kebutuhan
- Pelaporan
D3/S1 Pelatihan Pengelolaan Air Minum, Air Hygiene dan Sanitasi di
Lapas/Rutan 2 Penyediaan Air
dan Perawatan Fasilitas
- Melakukan pengecekan
ketersediaan Air dalam 1 tahun
- Pencatatan - Pelaporan 3 Pendistribusian
Air
1 - Pendataan
kebutuhan - Pendistribusian
Pelaporan
D3/S1
4 Pengawasan 1 - Penyiapan instrumen
Pengawasan D3/S1
5 F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Uraian kebutuhan sarana prasarana pengelolaan air adalah sebagai berikut;
G. Sistem, Mekanisme dan Prosedur
Pengaturan tentang kebutuhan air bagi mereka yang dirampas kemerdekaan bergeraknya dimuat dalam Instrumen Mandela Rules disebutkan dalam angka 18 Narapidana wajib menjaga kebersihan diri, Pengelolaan Air - Pelaksanaan
Pengawasan
- Analisa hasil Pengawasan
- Penyampaian rekomendasi
5 Pelaporan - Menyusun Laporan
pelaksanaan tugas - Penyampaian
laporan
No KEGIATAN SARANA
PRASARANA
JUMLAH KETERANGAN
1. Perencanaan Kebutuhan Air
ATK Paket -
2. Penyediaan Air dan Perawatan Fasilitas
1. Fasilitas perpipaan/
Fasilitas
Penampungan/
Fasilitas
Penangkapan Air
2. Fasilitas Perawatan
Paket
Paket
-
3. Pendistribusian Fasilitas
Pendistribusian
Paket 4. Pengawasan Pengelolaan
Air
Fasilitas Pengawasan Pengelolaan Air
Paket
5. Pelaporan ATK Paket
6 dan untuk itu mereka harus dilengkapi dengan air dan dengan toilet sesuai standar kesehatan dan kebersihan. Selain itu pada angka 22 disebutkan bahwa Air minum harus tersedia untuk setiap Narapidana setiap kali mereka membutuhkannya. Sedangkan di angka 43 pengurangan pemberian air minum sebagai alat penghukuman dan sanksi pelanggaran ketertiban dalam hunian Lemabaga Pemasyarakatan dilarang. Ketentuan tersebut menggambarkan betapa pentingnya Pengelolaan Air Minum pada UPT Pemasyarakatan.
G.1 Sistem Pengelolaan Air Minum, Air Higieni dan Sanitasi 1. Penyediaan Air Minum (SPAM), Air Higieni dan Sanitasi
Air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan untuk keperluan minum dan masak serta higiene sanitasi (mandi, cuci, peturasan serta ibadah). Pada unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan belum dipisahkan secara tegas pengelolaan khusus Air Minum, Higieni dan Sanitasi. Pada Umumnya dikenal dua Jenis Sistem Penyediaan Air di UPT Pemasyarakatan yakni Penyediaan Air yang dikelola melalui Jaringan Perpipaan dan Penyediaan Air Bukan melalui Jaringan Perpipaan.
1.1 Penyediaan Air melalui Jaringan Perpipaan
Dalam model ini, sumber air diperoleh dengan mekanisme tapping (penyadapan) dari PDAM, dimana pihak Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman memperoleh sambungan dari jaringan air PDAM ke dalam bangunan Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman
7 Gambar jaringan perpipaan PDAM
1.2. Penyediaan Air Bukan melalui Jaringan Perpipaan
Terkait Penyediaan Air model ini, sumber air berasal dari sumur dangkal, sumur pompa, bak penampungan air hujan, terminal air dan bangunan penangkap mata air untuk disalurkan ke bangunan Lapas/Rutan/LPKA/RS.
Pengayoman
a. Sumur dangkal
Sumur dangkal merupakan sarana untuk menyadap dan menampung air tanah yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum.
Gambar sumur dangkal
b. Sumur pompa
Sumur pompa merupakan sarana berupa sumur yang bertujuan untuk mendapatkan air baku untuk air
8 minum yang dibuat dengan mengebor tanah pada kedalaman tertentu.
Pengambilan air dengan menggunakan sumur pompa dilakukan dengan menghisap atau menekan air ke permukaan dengan menggunakan pompa.
Gambar sumur pompa tangan dan pompa listrik
Pembangunan sumur dangkal dan sumur pompa wajib memperhatikan ketentuan teknis tentang kedalaman muka air dan jarak aman dari sumber pencemaran.
c. Bak penampungan air hujan
Bertujuan untuk menampung air hujan sebagai air baku. Bak penampungan air hujan harus dilengkapi dengan saringan dan penutup sebagai pengaman dari kotoran.
Gambar bak penampungan air hujan
d. Terminal air
Merupakan sarana pelayanan air minum yang digunakan secara komunal berupa bak
9 penampungan air yang ditempatkan di atas permukaan tanah atau pondasi dan pengisian air dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki air.
Gambar terminal air/mobil tangki
e. Bangunan penangkap mata air
Merupakan sarana yang dibangun untuk mengumpulkan air pada sumber mata air da melindungi mata air terhadap pencemaran.
Bangunan ini dapat dilengkapi dengan bak penampung dan harus dilengkapi fasilitas keran umum bagi pengguna/masyarakat disekitar mata air.
Gambar bangunan penangkap mata air
2. Kebutuhan penggunaan air di Lapas/Rutan/LPKA/RS.
Pengayoman
Kebutuhan pokok minimal setiap orang akan air bersih (air minum dan air untuk keperluan higiene sanitasi) per hari adalah
10 sebanyak 60 liter atau 0,06 m3 dengan rincian jumlah total pemakaian air untuk memasak minimal sebanyak 20 liter per orang per/hari dengan kebutuhan air minum minimum sebanyak 2 liter per orang per/hari. Sedangkan sisanya digunakan untuk keperluan minimal higiene sanitasi.
3. Metode Penyediaan Air Minum
Macam air minum yang dapat dikonsumsi oleh penghuni di Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman adalah Air minum dari hasil pengolahan dengan metode memasak dan Air minum dari hasil pengolahan pada depot air minum (DAM).
3.1 Persyaratan higiene sanitasi DAM a) Aspek tempat
 Lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan dan penularan penyakit;
 Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya;
 Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan serta kemiringan cukup landai untuk memudahkan pembersihan dan tidak terjadi genangan air;
 Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan serta warna yang terang dan cerah;
 Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata dan berwarna terang serta mempunyai ketinggian yang memungkinkan adanya pertukaran udara yang cukup atau lebih tinggi dari ukuran tandon air;
11
 Memiliki pintu dari bahan yang kuat dan tahan lama, bewarna terang, mudah dibersihkan dan berfungsi dengan baik;
 Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan tersebar secara merata;
 Ventilasi harus dapat memberikan ruang pertukaran/peredaran udara dengan baik;
 Kelembaban udara dapat mendukung kenyamanan dalam pekerjaan/aktivitas;
 Memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, seperti jamban, saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan tertutup, tempat sampah yang tertutup serta tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun;
 Bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit seperti lalat, tikus dan kecoa.
b) Aspek peralatan
 Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot filter, mikrofilter, wadah/galon air baku atau air minum, kran pengisian air minum, kran pencucian/pembilasan wadah/galon, kran penghubung dan peralatan desinfeksi harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak menimbukan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat, tahan pencucian dan tahan desinfeksi ulang;
 Mikrofilter dan desinfektor tidak kadarluarasa;
 Tandon air baku harus tertutup dan terlindung;
 Wadah/galon untuk air baku atau air minum sebelum dilakukan pengisian harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu dengan air
12 produksi paling sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan setelah pengisian diberi tutup yang bersih;
 Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1 x 24 jam.
c) Aspek penjamah
 Sehat dan bebas dari penyakit menular serta tidak menjadi pembawa kuman patogen (carrier);
 Berperilaku higienis dan saniter setiap melayani konsumen, antara lain selalu mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir setiap melayani konsumen, menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi, dan tidak merokok setiap melayani konsumen;
 Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2 (dua) kali dalam setahun sebagai screening dari penyakit bawaan air;
 Operator/Penanggung jawab/pemilik harus memiliki surat keterangan telah mengikuti kursus higiene sanitasi Depot Air Minum sebagai syarat permohonan pengajuan sertifikat laik sehat DAM.
Surat kesehatan telah mengikuti kursus higiene sanitasi DAM bisa didapat dari penyelenggara atau instansi yang melaksanakan kursus higiene sanitasi depot air minum, seperti Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Kabupaten/Kota atau Asosiasi depot Air Minum.
3.2 Sertifikat Laik Higiene DAM
Dalam hal pada UPT Pemasyarakatan terdapat Depot Air minum maka diperlukan sertifikasi Laik Higiene Depot Air Minum. Sertifkasi tersebut dimohonkan oleh Pihak UPT
13 kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Proses pengajuan sertifikat antara lains sebagai berikut:
a) Pihak UPT mengajukan permohonan Sertifikasi Laik Higiene DAM kepada Dinas Kesehatan/ Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
b) Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi
c) Tim Dinas melakukan audit kelayakan Higiene DAM
d) Analisis dan Penilaian tentang laik dan tidaknya diberikan sertifikasi
e) Penerbitan surat rekomendasi Higiene oleh Dinas kesehatan
f) Penyerahan Sertifikasi oleh Dinas Kesehatan/ Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
4. Persyaratan kualitas penyelenggaraan air
Air Minum dan Memasak Air untuk
Keperluan Higiene-Sanitasi
Parameter Standar Parameter Standar
Biologi Biologi
e.coli 0 CFU/100ml e.coli 0 CFU/100ml
Total coliform 0 CFU/100ml Total coliform 50 CFU/100ml
Fisik Fisik
Kekeruhan 5 NTU Kekeruhan 25 NTU
TDS 500 mg/L TDS 1000 mg/L
Suhu Suhu udara
± 3oC
Suhu Suhu udara
± 3oC
Warna 15 TCU Warna 50 TCU
Rasa Tidak berasa Rasa Tidak berasa
Bau Tidak berbau Bau Tidak berbau
Kimia (mg/L) Kimia (mg/L)
pH 6,5 – 8,5* pH 6,5 – 8,5*
Besi 0,3 Besi 1
Mangan 0,4 Mangan 0,5
Fluorida 1,5 Fluorida 1,5
14
Kesadahan 500 Kesadahan 500
Nitrat 50 Nitrat 10
Nitrit 3 Nitrit 1
Sianida 0,07 Sianida 0,1
Arsen 0,01 Deterjen 0,05
Total kromium
0,05 Pestisida total 0,1
Kadmium 0,003
Selenium 0,01
Aluminium 0,2
Khlorida 250
Seng 3
Sulfat 250
Tembaga 2
Amonia 1,5
Sumber : Kementerian Kesehatan RI
5. Pengawasan kualitas air
Pengawasan kualitas air di UPT Pemasyarakatan secara eksternal dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pengawasan kualitas air minum secara Internal dilakukan oleh Kepala UPT Pemasyarakatan bekerjasama dengan pihak pengawas eksternal. Kegiatan pengawan kualitas air minum mencakup inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindaklanjut.
G.2. Mekanisme dan Prosedur Pengelolaan Air 1. Perencanaan Kebutuhan Air
a. Petugas memeriksa jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan dengan memprediksikan rata rata jumlah penambahan WBP dalam 1 tahun
b. Petugas menghitung jumlah kebutuhan penggunaan air bersih dan air minum dalam 1 tahun
15 c. Petugas menyusun dokumen perencanaan kebutuhan air
dalam 1 tahun
d. Petugas menyampaikan dokumen perencanaan kebutuhan kepada Kepala UPT
2. Penyediaan Kebutuhan Air dan Perawatan Fasilitas
a. Kepala Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman menyetujui dokumen Perencanaan Kebutuhan Air dalam 1 tahun
b. - Terhadap penyediaan air dengan jalur perpipaan yang
berasal dari PDAM maka Kepala
Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman memerintahkan untuk menyiapkan alokasi anggaran untuk pembiayaan penyediaan air dalam 1 tahun
- untuk penyediaan air dengan tanpa jalur perpipaan namun penyediaannya melalui mekanisme pembeliaan air maka Kepala Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman melakukan pengecekan ketersediaan dan mengalokasikan anggaran Pembelian dalam 1 tahun - untuk penyediaan dengan mekanisme penampungan,
penangkapan air atau melalui sumur yang dimiliki oleh Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman maka KaLapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman harus memastikan ketersediaan dan cadangannya untuk pemenuhan dalam 1 tahun
c. Petugas secara berkala melakukan perawatan terhadap fasilitas penyediaan dan fasilitas pendistribusian Air
d. Petugas yang bertanggungjawab dibidang penyediaan air wajib mencatat data ketersedian air dalam 1 tahun dan catatan tersebut disampaikan kepada bagian distribusi
16 3. Pendistribusian Air
a. Berdasarkan data perencanaan kebutuhan dan data ketersediaan air petugas yang bertanggungjawab dibidang pendistribusian air melakukan pendistribusian
b. Pendistribusian harus memastikan agar setiap narapidana/tahanan/Anak memperoleh Air untuk kebutuhan air minum, air higieni dan sanitasi sesuai standar kebutuhan yang ditentukan oleh Peraturan perundang-undangan
c. Secara berkala Petugas pendistribusian membuat catatan dan kendala pendistribusian
d. Hasil pencatatan pendistribusian dan kendala pendistribusian dilaporkan kepada Kepala Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman paling lambat setiap 1 bulan sekali.
4. Pengawasan Pengelolaan Air
a. Terhadap kegiatan perencanaan kebutuhan air, penyediaan kebutuhan air dan pendistribusian air dilakukan Pengawasan oleh Petugas yang bertanggungjawab untuk itu b. Petugas pengawas menyusun instrumen penilaian dan
melakukan pengawasan paling lambat 3 bulan sekali dan dilaporkan kepada Kepala Lapas/Rutan/LPKA/RS.
Pengayoman
c. untuk kebutuhan Pelaksanaan pengawasan petugas yang bertanggungjawab dalam bidang pengawasan dapat bekerjasama dengan Dinas/Instansi Pemerintah lain yang bertanggungjawab dalam mengukur kualitas air yang digunakan di Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman
d. hasil pengawasan disusun dianalisa dan disampaikan rekomendasi hasil pengawasan kepada Kepala Lapas/ Rutan /LPKA/RS. Pengayoman untuk ditindaklanjuti
17 5. Pelaporan
a. Petugas yang bertanggungjawab dalam penyusunan laporan menyusun laporan hasil kegiatan pada tahapan perencanaan, penyediaan, pendistribusian dan pengawasan b. Laporan yang disusun disampaikan kepada Kepala
Lapas/Rutan/LPKA/RS. Pengayoman untuk di periksa dan ditandatangani
c. Hasil laporan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah cq Divisi Pemasyarakatan dan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan cq Direktorat yang bertanggungjawab dibidang pemenuhan kebutuhan Air bagi Narapidana/
Tahanan/Anak
d. Divisi Pemasyarakatan dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan waib melakukan respon dan umpan balik (feed back) terhadap semua Laporan dimaksud
H. Jangka Waktu Pelaksanaan
NO KEGIATAN OUT PUT WAKTU
DALAM SETIAP TAHAPAN
KET
1. Perencanaan Kebutuhan Air
Dokumen Perencanaan Kebutuhan
Setiap Bulan
2. Penyediaan Air dan Perawatan Fasilitas
1. Ketersediaan Air bagi Narapidana/
Tahanan 2. Fasilitas
Pengelolaan Air yang berfungsi dengan baik
Setiap Bulan
3. Pendistribusian Air Terdistribusinya Air untuk Narapidana / Tahanan
Setiap Hari
4. Pengawasan Pengelolaan Air
Dokumen hasil Pengawasan
Setiap Bulan
18 Pengelolaan Air
5. Pelaporan Dokumen Pelaporan hasil kegiatan
Pengelolaan Air
sebulan sekali
I. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan NO KEGIATAN Jumlah Biaya
Satuan
Total Biaya Keterangan 1. Perencanaan
Kebutuhan Air
1 paket sesuai standar
- Rp. 500.000 Besarnya
Kebutuhan biaya ini disesuaikan dengan anggaran yang ada
dimasing masing UPT
Pemasyarakatan
2. Penyediaan Air dan Perawatan Fasilitas
1 paket - Rp.150.000.000
3. Pendistribusian Air
1 Paket - Rp. 10.000.000
4. Pengawasan Pengelolaan Air
1 paket
- Rp. 10.000.000
5. Pelaporan 1 paket - Rp. 500.000
J. Instrumen Penilaian I. INPUT
A SUMBER DAYA MANUSIA
1 Tersedia Petugas Perencanaan Kebutuhan Air, Penyediaan dan Perawatan Fasilitas
a. ya b. Tidak 2 Tersedia Petugas Pendistribusian a. Ya
b. Tidak 3 Tersedia Petugas Pengawasan dan Pelaporan a. Ya
b. Tidak
19 4 Seluruh Petugas sudah sesuai Kompetensi
Pendidikan
a. Ya b. Tidak 5 Seluruh Petugas sudah mengikuti Pelatihan a. Ya
b. Tidak B SARANA PRASARANA
1 Semua sarana prasarana Perencanaan Kebutuhan Air tersedia
a. Ya b. Tidak 2 Semua sarana prasarana Penyediaan Air
tersedia
a. Ya b. Tidak 3 Semua sarana prasarana perawatan fasilitas
Air tersedia
a. Ya b. Tidak 4 Semua sarana prasarana Pendistribusian Air
tersedia
a. Ya b. Tidak 5 Semua sarana prasarana Pengawasan
Pengelolaan Air tersedia
a. Ya b. Tidak 6 Semua sarana prasarana Pelaporan
pengelolaan Air tersedia
a. Ya b. Tidak C ANGGARAN
1 Anggaran Perencanaan tersedia a. Ya b. Tidak 2 Anggaran Penyediaan Air tersedia a. Ya
b. Tidak 3 Anggaran Perawatan fasilitas Air tersedia a. Ya
b. Tidak 4 Anggaran Pendistribusian Air tersedia a. Ya
b. Tidak 5 Anggaran Pengawasan Pengelolaan Air
tersedia
a. Ya b. Tidak 6 Anggaran Pelaporan Pengelolaan Air tersedia a. Ya
b. Tidak II. PROSES
1 Proses Perencanaan Kebutuhan Air a. Ya
20
dilaksanakan b. Tidak
2 Proses Penyediaan Air dilaksanakan a. Ya b. Tidak 3 Proses Perawatan Fasilitas dilaksanakan a. Ya
b. Tidak 4 Proses Pendistribusian Air dilaksanakan a. Ya
b. Tidak 5 Proses Pengawasan Pengelolaan Air
dilaksanakan
a. Ya b. Tidak 6 Proses Pelaporan Pengelolaan Air dilakukan a. Ya
b. Tidak III. OUT PUT
1 Tersedianya data kinerja Perencanaan Kebutuhan Air
a. Ya b. Tidak 2 Tersedianya data kinerja Penyelenggaraan
Penyediaan Air dan Perawatan Fasilitas a. Ya b. Tidak 3 Tersedianya data kinerja Pendistribusian a. Ya
b. Tidak 4 Tersedianya data kinerja Pengawasan
Pengelolaan Air
a. Ya b. Tidak 5 Tersedianya data kinerja Pelaporan a. Ya
b. Tidak