• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR (BORASSUS FLABELLIFER) DARI PETANI PENGRAJIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR (BORASSUS FLABELLIFER) DARI PETANI PENGRAJIN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR (BORASSUS

FLABELLIFER) DARI PETANI PENGRAJIN

(Studi Kasus di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan)

OLEH:

NUR LINA G211 13 525

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

ii

(3)

iii PANITIA UJIAN SARJANA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

JUDUL : A Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Merah Lontar (Borassus flabellifer) Dari Petani Pengrajin (Studi Kasus di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan)

NAMA MAHASISWA : NUR LINA NOMOR POKOK : G211 13 525

SUSUNAN TIM PENGUJI

Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S.

Ketua Sidang

Dr. Ir. Nurbaya Busthanul, M.Si.

Anggota

Ir. Idris Summase, M.Si.

Anggota

Ir. Darwis Ali, M.S.

Anggota

Pipi Diansari, S.E., M.Si., PhD.

Anggota

Dr. Ir. Saadah, M.Si.

Anggota Tanggal Ujian : Februari 2018

(4)

iv RINGKASAN

Nur Lina (G21113525) Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Merah Lontar (Borassus flabellifer) Dari Petani Pengrajin (Studi Kasus di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan) dibawah bimbingan Didi Rukmana dan Nurbaya Busthanul

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengolahan gula lontar, kelayakan usaha dan pendapatan yang diperoleh pengrajin selama 1 bulan periode produksi. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive. Tempat penelitian yang dipilih adalah Desa Borongtala dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan salah satu sentra produksi gula merah lontar. Waktu penelitian antara bulan September-Oktober 2017. Metode penarikan sampel dilakukan secara Sampling Jenuh (sensus) dengan jumlah sampel 20 orang. Metode analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa secara teknis pengolahan gula merah lontar masih dilaksanakan secara sederhana (home industry). Usaha pengolahan gula merah lontar selama 1 (satu) bulan periode produksi secara ekonomi layak untuk diusahakan dengan nilai R/C Rasio 1,27. Pendapatan yang diperoleh oleh setiap petani pengrajin selama 1 (satu) bulan periode produksi adalah sebesar Rp 843,888.

Kata Kunci: Kelayakan Usaha, Gula Merah, Lontar.

(5)

v ABSTRACT

Nur Lina (G21113525) Business Feasibility Analysis of Palm Sugar Processing (Borassus flabellifer) From Craftsmen Farmers (Case Study in Borongtala Village, Tamalatea Subdistrict, Jeneponto Regency) under guidance of Didi Rukmana and Nurbaya Busthanul

Big chili peppers and cayenne chilis are type of vegetables that are The aims of this study was to find out the processing techniques of palm sugar, business feasibility and income obtained by craftsmen farmer during 1 month of production period. Research location determinate purposively. The selected research location is in Borongtala Village with the consideration that the research location is one of the production centers of palm sugar. The research time is between September- October 2017. The sampling method was Saturated Sampling (census) with 20 samples. The approach of this study was descriptively qualitative. From the research result, it is concluded that technically processing of palm sugar is still in simply way (home industry). The Business of Lontar palm sugar processing for 1 (one) month production period is economically feasible to be cultivated, with R/C Ratio 1.27. The income earned by each craftsmen farmer during 1 (one) month of production period is Rp 843,888.

Keywords: Business Feasibility, Red Sugar, Lontar.

(6)

vi RIWAYAT HIDUP PENULIS

NUR LINA, dilahirkan di Ramba, pada tanggal 15 November 1994. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Barani Daeng Bella. dan Ibu Maniar Daeng Ti’no’. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Selama ini penulis telah menyelesaikan studi pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 2000-2007 di SD Negeri 12 Ramba, pada tahun 2007- 2010 di SMP Negeri 1 Rumbia, dan pada tahun 2010-2013 di SMK Negeri 2 Jeneponto. Pada tahun 2013, penulis menjadi salah satu mahasiswi di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin melalui jalur Non-Subsidi.

Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini, penulis cukup aktif berorganisasi yaitu sebagai Anggota Badan Pengurus Harian Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (MISEKTA) periode 2015/2016 serta organisasi Ekstra Kampus yaitu sebagai anggota departemen infokom UKM Seni Tari Unhas periode 2016-2017. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diadakan oleh MISEKTA. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti seminar-seminar baik ditingkat nasional maupun internasional.

(7)

vii KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir pada Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula shalawat dan salam kepada Junjungan Kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberi tauladan bagi kita semua.

Penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Merah Lontar (Borassus flabellifer) Dari Petani Pengrajin (Studi Kasus di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Tiada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Menyadari keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, dengan penuh kerendahan hati penulis mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

(8)

viii para pembaca dan semua pihak yang terkait untuk penyempurnaan karya tulis ini, sekaligus sebagai sumbangan pemikiran kepada penulis.

Akhir kata, semoga percikan pemikiran yang tersaji dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga jasa baik dan amal bakti kita tercatatkan sebagai pahala di sisi-Nya.

Makassar, Februari 2018 Penulis

(9)

ix UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahi rabbil alamiin, segala puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, berkat rahmat dan kasih sayang-Nya. Rasa syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT, satu dari berbagai nikmat yang selalu diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya, yakni terselesaikannya tugas akhir penulis dalam meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam sunnahnya hingga akhir jaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis temui mulai dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaian akhir skripsi ini. Namun, berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan, arahan, kerjasama, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Rasanya begitu banyak bantuan yang telah penulis terima, sehingga penulis mendapatkan banyak kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

(10)

x 1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Barani Daeng Bella. dan Ibunda Maniar Daeng Ti’no’. dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau yang telah merawat, membesarkan, mendidik, mendoakan, memberikan motivasi dan dorongan, dengan penuh kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan keikhlasan, curahan rasa cinta dan sayangnya yang tiada berujung dan pengorbanan yang tak ternilai. Kepada adikku Nursalim.

yang selalu hadir dan menyemangati serta memberi dukungan untuk penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana. selaku pembimbing I dan sebagai Orang Tua pengganti di lingkungan akademik, serta Ibu Dr. Ir. Nurbaya Busthanul. selaku pembimbing II dan sebagai Orang Tua pengganti di lingkungan akademik, terima kasih atas setiap waktu yang diberikan untuk ilmu, motivasi, saran, teguran yang membangun dan pemahaman baru mengenai berbagai hal. Penulis secara pribadi memohon maaf atas segala kekurangan serta kekhilafan jikalau sempat membuat kecewa selama proses pembimbingan skripsi selama ini, semoga doa dan dukungan Bapak menjadi berkah untuk penulis kedepannya, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Idris Summase, M.si, Bapak Ir. Darwis Ali, M.S, dan Ibu Pipi Diansari, S.E., M.Si., PhD. selaku penguji yang telah memberikan kritik

(11)

xi dan saran yang membangun guna penyempurnaan penyusunan tugas akhir ini. Walaupun bukan pembimbing skripsi penulis, namun penulis sangat berterima kasih karena beliau masih rela untuk meluangkan waktunya dan selalu memperhatikan perkembangan skripsi, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Saadah, M.Si. selaku panitia ujian akhir dan Ibu Rasyidah Bakri, S.P., M.Sc. selaku panitia seminar proposal dan Ibu Ni Made Viantika S, S.P., M.Agb. selaku panitia seminar hasil, terima kasih untuk telah meluangkan waktunya dalam memimpin seminar terima kasih juga telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

5. Dekan beserta Wakil Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Dosen Pengajar serta seluruh staff dan pegawai di fakultas pertanian yang telah memberi bantuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

6. Bapak Dr. Ir. Muh Hatta Jamil, SP., M.Si. dan Ibu Dr. A. Nixia Tenriawaru, SP., M.Si. selaku Ketua Departemen dan Sekertaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberikan pengetahuan, mengayomi dan memberikan teladan selama penulis

(12)

xii menempuh pendidikan serta penulis mau memohon maaf yang sebesar- besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Pertanian, khususnya Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, yang membimbing penulis sejak pertama kali menginjakkan kaki di Universitas Hasanuddin sampai penulis merampungkan tugas akhir ini dan penulis mau memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dr. Ir. Heliawaty, M.Si. selaku Penasehat Akademik yang selalu memberi arahan, memberi masukan dan motivasi kepada penulis selama selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini

9. Seluruh staff dan pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Khususnya Pak Ahmad, Pak Bahar, Kak Ima dan Kak Hera terima kasih telah membantu penulis dalam proses administrasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Dwi Rezky Arwini terima kasih telah membatu penulis dari awal hingga akhir proses penyelesaian skripsi ini.

11. Muhammad Riswan terima kasih atas segala doa, semangat, saran, masukan, motivasi, dukungan dan waktunya menemani penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(13)

xiii 12. Teman-teman SDN. 12 Rumbia tahun 2007 khususnya Sartika dan Alwijaya., Teman-teman SMPN. 1 Rumbia tahun 2010, khususnya Hanifa Puspita Sari, S.E., Mila, S.pd., Salma., Heri Darmawan, S.E., dan Hasra, Teman-teman SMKN. 2 JENEPONTO khususnya Agri 1 dan Agri 2, Nur Ainun Alkifayah, S.P., Risna Rezky Indayanti., dan Ulfa Hartina,. atas waktu, saran, dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

13. Keluarga Besar Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (MISEKTA) Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin sebagai wadah komunikasi-ku, curahan bakat minat-ku atas segala pengalaman dan pelajaran yang telah diberikan selama menggeluti organisasi ini. Serta kakak-kakak MASKOT (2007), MIZONE (2009), OCEANZ (2010), ACT11ON 2011, SPEKTAR (2012) dan adik-adik SEMESTA (2014), KA15AR (2015) dan MASAGENA (2016) serta warga MISEKTA tanpa terkecuali yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Terima kasih telah menjadi saudara-saudara terbaik penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.

14. Keluarga besar “SELARAS 2013” khususnya Try Putra Harianzah dan Nur Fatonny selaku Ketua dan Ibu Angkatan 2013 yang telah banyak membantu sejak penulis menginjakkan kaki di Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian hingga penulis dapat menyelesaikna tugas akhir ini. Serta Hidayatullah, Alfian Heriyadi

(14)

xiv Pratama, Nur Jayadi Nasir, S.P., Muh. Aswar Basrah dan seluruh teman-teman SELARAS yang dalam proses penyusunan skripsi yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas waktu, saran, serta kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

15. Teman-teman Hamba Allah Sucirawati, Gledis Akari, Indah Wulandari, Risca Sri Utami, Rahayu Dian Utami, Luh Karianti, Putu Eka Laksmita Dewi, Nirmala Sabir, Astri Rimpin, Irma Nengsi, Siti Mahmudah,S.P., Muhri Aggraeni, Wayan Ratna, Ade Irmawati dan Saipullah D atas waktu, saran, kerjasama yang baik dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

16. Teman-teman KKN Reguler Universitas Hasanuddin Gelombang 93 Kecamatan Tamalate, Kabupaten Jeneponto khususnya Bapak/Ibu posko di Desa Borongtala, Ibu SekDes Irnawati Yusuf., Bapak Umar, Subaeda, Bendahara Mutriani Dewi, Tirza Febriani, Kordes Qurniatul Hasan, Sekretaris Yanny Febriani. Gilbert Kaba S.T., dan Muhammad Ikhsan, S.H. serta seluruh teman-teman di Kecamatan Tamalatea. Terima kasih kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin di KKN. Waktu yang dihabiskan bersama begitu cepat namun memberikan kenangan terindah selama penulis melaksanakan KKN.

17. Kepada semua pihak yang telah memberi bantuan yang tak mampu penulis sebutkan satu-persatu.

(15)

xv Demikianlah segala pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, semoga Allah SWT memberikan kita kebahagiaan, Aamiin.

Makassar, Februari 2018

Penulis

(16)

xvi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SUSUNAN TIM PENGUJI ... iii

RINGKASAN ... iv

ABSTRACT ... v

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tanaman Lontar ... 6

2.2. Teknik Pengolahan Gula Merah Lontar ... 9

2.2.1. Bahan yang diperlukan ... 9

2.2.2. Penyiapan Peralatan... 10

2.3. Proses Produksi Gula Merah Lontar ... 13

2.4. Petani ... 16

2.5. Biaya dan Pendapatan ... 17

2.5.1. Biaya Usahatani ... 17

2.5.2. Pendapatan Usahatni ... 19

2.6. Analisa Ekonomi ... 20

2.6.1. Pendapatan (Income) ... 20

(17)

xvii

2.6.2. Penerimaan (Revenue) ... 22

2.6.3. Kelayakan Usaha (R/C Ratio) ... 22

2.6.4. Pengeluaran ... 23

2.7. Penelitian Terdahulu ... 23

2.8. Kerangka Pemikiran ... 24

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.4. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ... 28

3.5. Metode Analisa Data ... 28

3.5.1. Analisa Ekonomi ... 28

3.5.2. Analisa Deskriptif Kualitatif ... 30

3.6. Konsep Operasional ... 31

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 34

4.1. Letak dan Keadaan Geografis Desa Borongtala ... 34

4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

4.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 36

4.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38

4.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kesehatan ... 39

4.6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pencari Kerja ... 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1. Identitas Responden Pengrajin Gula Merah Lontar ... 41

5.1.1. Umur ... 41

5.1.2. Tingkat Pendidikan ... 42

5.1.3. Jumlah Tanggungan ... 43

5.1.4. Jumlah Tanaman (Pohon) Lontar yang dimiliki ... 44

5.1.5. Jumlah Tanaman Lontar yang Berproduksi ... 45

5.1.6. Pengalaman Dalam Pengolahan Gula Merah Lontar .. 46

5.1.7. Umur Tanaman Lontar yang Disadap ... 46

5.1.8. Luas Lahan ... 47

(18)

xviii

5.2. Analisis Biaya Pengolahan Gula Merah Lontar ... 48

5.2.1. Biaya Tetap ... 49

5.2.2. Biaya Variabel ... 51

5.2.2.1. Biaya Bahan Baku Utama ... 51

5.2.2.2. Biaya Bahan Baku Pendukung ... 51

5.3. Total Biaya... 53

5.4. Penerimaan Usaha Pengolahan Gula Merah Lontar ... 54

5.5. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Gula Merah Lontar . 55 5.6. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Merah Lontar ... 56

5.6.1. Total Biaya (Total Cost) ... 56

5.6.2. Total Penerimaan (Total Return) ... 56

5.6.3. Return Cost Ratio (R/C Ratio) ... 57

5.7. Analisis Deskriptif Kualitatif... 58

5.7.1. Aspek Pengolahan/Produksi ... 58

5.7.2. Aspek Sosial ... 65

5.7.3. Aspek Pemasaran... 66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL DAFRAT GAMBAR LAMPIRAN

(19)

xix DAFTAR TABEL

No .

Nama Tabel Halaman

1.

2.

3

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Perbandingan gula pasir dan gula merah

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2016

Jumlah Penduduk Desa Borongtala Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun 2016

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2014

Jumlah Sarana Kesehatan pada tahun 2012

Distribusi Penduduk Menurut Pencari Kerja Pada Tahun 2009

Komposisi Umur Pengrajin Gula Merah Lontar di Desa Borongtala

Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Merah Lontar di Desa Borongtala

Tanggungan Pengrajin Gula Merah Lontar di Desa Borongtala

Jumlah Tanaman (Pohon) Yang Dimiliki Pengrajin Gula Merah Lontar di Desa Borongtala

Jumlah Tanaman (Pohon) Lontar Yang Berproduksi di Desa Borongtala

Pengalaman Pengrajin Dalam Pengolahan Gula Merah Lontar di Desa Borongtala

Umur Tanaman Lontar Yang Disadap Pengrajin Gula Merah Lontar di Desa Borongtala

Rata-rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten

3

37

38

39

40 41

42

44

45

46

46

47

48

48

(20)

xx 15.

16.

17.

18.

19.

Jeneponto, 2017

Biaya Penyusutan Alat Perlengkapan Usaha Pengolahan Gula merah lontar Selama Periode Produksi (1 bulan) di Desa Borongtala

Rata-rata Biaya Variabel Pada Usaha Pengolahan Gula merah lontar Selama Periode Produksi (1 bulan) Di Desa Borongtala

Rata-rata Biaya Total Pada Usaha Pengolahan Gula merah lontar Selama Periode Produksi (1 bulan) Di Desa Borongtala

Harga Gula Merah Lontar Perkilo di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto

Nilai R/C Ratio Petani Responden Di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017.

51

53

54

55

59

(21)

xxi DAFTAR GAMBAR

No .

Nama Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Gula Merah Lontar (Borassus Flabellifer) di Desa Borongtala di Kecamatan Tamalate, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan...

26

2

3

4

Skema Proses Pembuatan Gula merah lontar (Borassus Flabellifer) Di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan...

Bagan Persiapan Dan Pengadaan Bahan Baku Sampai Dengan Pemasaran Gula Merah Lontar Di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto...

Skema Saluran Distribusi Pemasaran Gula merah lontar di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto...

66

68

69

(22)

xxii DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks 1. Identitas Petani Responden di Desa Borongtala, Kecamatan

Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017 2. Nilai Penyusutan alat setiap Petani Responden per Bulan di Desa

Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017.

3. Pehitungan HOK Tenaga Kerja Petani Responden di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017.

4. Matriks Petani Responden di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017 5. Total Biaya Produksi Petani Responen di Desa Borongtala,

Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017

6. Pendapatan Petani Responden di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017 7. Nilai R/C Ratio Setiap Petani Responden di Desa Borongtala,

Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, 2017

8. Dokumentasi Penelitian

(23)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang sekarang lebih dikenal dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Selain memberikan lapangan pekerjaan baru, UKM mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997 di mana perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya (Wurdiyanti, 2013).

Kemampuan bertahan dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi negara dikarenakan oleh beberapa faktor unggul yang dimiliki UMKM.

Faktor-faktor tersebut adalah penggunaan bahan baku lokal atau dalam negeri, tenaga kerja dengan upah rendah, relatif cepat bergerak ke arah penyesuaian pemakaian bahan baku dan berorientasi pasar (Ahmad Hisyam As’ari, 2013). Hal ini berbeda dengan perusahaan besar yang harus membayar upah tenaga kerja yang banyak dalam jumlah besar.

Beberapa perusahaan yang menggantungkan bahan baku impor juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan kegiatan produksi karena harga bahan baku meningkat.

Di Indonesia, perkembangan UMKM belum mengalami peningkatan yang maksimal. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Sejak masa orde baru, baik pemerintah maupun ekonom kebanyakan berpihak pada pelaku ekonomi besar untuk menggerakkan perekonomian Indonesia (Wignyo, 2013). Kondisi ini membuat UMKM sulit mempertahankan usahanya karena kesulitan

(24)

2 memperoleh modal, tidak ada pembinaan dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan, kurangnya minat dari masyarakat, dan tidak tersedia pangsa pasar untuk produk UMKM.

Gula merah merupakan salah satu alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan gula di Indonesia (Priyono, 2006). Gula merah diproduksi dengan menggunakan bahan baku dari kelompok tanaman palem seperti pohon aren, lontar, nipah, dan kelapa. Namun gula merah juga dapat diproduksi dengan bahan baku tebu menggunakan teknik pengolahan yang sangat sederhana dan dapat diusahakan pada skala industri rumah tangga.

Pola hidup masyarakat yang semakin memperhatikan nutrisi makanan yang dikonsumsi, gula merah akan semakin diminati sebagai pengganti konsumsi gula putih. Gula merah memiliki manfaat nutrisi yang lebih baik jika ditinjau dari segi kesehatan. Perbandingan kandungan dan manfaat antara gula putih dan gula merah ditunjukkan pada Tabel 1. Keunggulan tersebut mampu menjadi pendukung dikembangkannya usaha gula merah (Narulita, 2008).

Tabel 1. Perbandingan gula pasir dan gula merah

Variabel Gula Pasir Gula Merah

Rasa Manis Ya Ya

Glukosa Ada Ada

Galaktomanan (berfungsi untuk kesehatan) Tidak ada Ada Energi spontan (energi bisa langsung

digunakan oleh tubuh)

Tidak Ya

Antioksidan Tidak Ya

Lebih bermanfaat untuk diabetes Tidak Ya

Mengandung senyawa nongizi yg bermanfaat untuk diabetes (penelitian terbaru yang belum dipublikasikan)

Tidak Ya

Mengandung senyawa yg bermanfaat untuk kesehatan seperti yg ada dalam kelapa muda (peneliti Depkes RI, non publikasi)

Tidak Ya

Sumber: www.javasugar.com/gula.htm (2007)

(25)

3 Usaha industri kecil pengolahan gula merah lontar yang dilaksanakan oleh petani pengrajin masih menggunakan peralatan yang sederhana dan usaha ini berkembang hingga sekarang, disamping itu penggunaan gula merah lontar sebagai bahan baku industri pangan sehari-hari banyak dipakai oleh petani pengrajin, baik di kota maupun di desa. Hal ini tentunya memberikan peluang untuk mengembangkan industri pengolahan gula merah lontar secara lebih meluas.

Pengolahan gula merah lontar yang dilakukan oleh petani pengrajindi Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jenepontodengan menggunakan bahan bakuyang berasal dari pemanfaatan tanaman lontar belum dibudidayakan secara intensif. Hal ini tentunya merupakan permasalahan, karena pada akhirnya akan menimbulkan kekurangan bahan baku adalah minimnya modal yang dimiliki, karena modal ini mempunyai peranan yang penting dalam menentukan maju mundurnya suatu usaha.

Kebanyakan industri kecil tidak mampu berkembang atau bersaing karena sering terbentur masalah modal, sehingga sering mengalami defisit dalam produksi.

Berdasarkan uraian di atas, maka diadakan penelitian tentang:

“Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Merah Lontar(Borassus flabellifer) Dari Petani Pengrajin” di Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan.

(26)

4 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana teknik pengolahan gula merah lontar yang dilakukan petani pengrajin?

2. Apakah usaha pengolahan gula merah lontar yang dilakukan petani pengrajin secara ekonomi layak untuk dijalankan dan dikembangkan?

3. Berapa besar pendapatan pengolahan gula merah lontar yang dilakukan oleh petani pengrajin selama 1 (satu) bulan periode produksi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui teknik pengolahan gula merah lontar.

2. Untuk mengetahui apakah usaha pengolahan gula merah lontar yang dilakukan oleh masyarakat secara ekonomi layak untuk diusahakan.

3. Untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh masyarakat pengrajin selama 1 (satu) bulan periode produksi.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengrajin usaha pengolahan gula merah lontar guna meningkatkan produksi.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah/dinas terkait dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya.

(27)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Lotar

Berdasarkan taksonominya, tanaman lontar termasuk marga Borassus dan dari suku palma. Jenis tanaman ini satu suku dengan tanaman salak, kelapa, aren, dan nipah. Secara lengkap, klasifikasi tanaman lontar sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Borassus

Spesies : Borassus flabellifer

Tanaman lontar ini banyak tersebar di daerah beriklim kering seperti dipulau Sumba, Rote di Nusa Tenggara Timur dan beberapa daerah pantai beriklim kering di Sulawesi Selatan. Tanaman lontar juga banyak ditemukan tumbuh secara alami di India, Thailand dan di Kepulauan Pasifik (Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan Tahun 2015).

Pohon lontar adalah tanaman sejenis palm yang tumbuh subur, terutama di daerahdaerah yang bermusim kemarau panjang di Indonesia (Fox, 1996 dan Heyne, 1988). Tanaman lontar memiliki daun lebar yang menyerupai kipas. Sebuah tangkai bisa tumbuh sepanjang 1,5 meter, dan sehelai daun dapat berkembang seluas hampir satu meter dengan kira-kira 60 lipatan dalam kipasnya (Fox, 1996). Tanaman lontar baru pada umur 20-

(28)

6 22 tahun mulai berbuah. Buah-buahnya tumbuh bertandan dari 20 hingga 24 butir dan besarnya sebesar kepala bayi. Buah yang sudah tua berwarna hitam kecoklat-coklatan. Setiap buah berisi tiga biji sebesar telur itik. Kulitnya lebih tebal daripada batok kelapa. Di dalamnya terdapat daging lembek dan berair (Heyne, 1988).

Nira lontar yang digunakan sebagai bahan baku dalam penelitian diperoleh dari tanaman lontar yang tumbuh di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Jeneponto terletak pada ketinggian 0- 1.400 meter dpl. Jenis tanah pada daerah ini terdiri dari 6 jenis yaitu alluvial, gromosal, mediteren, lotosal, andosil, dan regional. Ditinjau dari klasifikasi iklim, Kabupaten Jeneponto memiliki beberapa type iklim yaitu type iklim D3 dan Z4 (yaitu wilayah yang memiliki bulan kering secara berurutan berkisar 5-6 bulan sedangkan bulan basah 1-3 bulan) serta type iklim C2 (yaitu wilayah yang memiliki bulan basah 5-6 bulan dan bulan lembab 2-4 bulan dan dijumpai pada daerah ketinggian 700 - 1.727 m diatas permukaan laut yakni pada wilayah Kecamatan Kelara) (Manangkasi, 2005).

Pohon siwalan memilki beberapa bagian diantaranya adalah daun, batang, buah, pohon (kayu), akar serta malai (mancung) yang didalamnya terdapat bunga jantan (menghasilkan nira lontar/legen) dan bunga betina.

Semua bagian ari pohon siwalan dapat dimanfaakan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Daun siwalan (borassus flabellifer) digunakan sebagai media penulisan naskah lontar dan bahan kerajinan seperti kipas, tika, topi, aneka

(29)

7 keranjang, tenunan untuk pakaian dan sasando, alat musik tradisioanal timur.

2. Tangkai dan pelepah pohon siwalan (lontar atau tal) dapat menghasilkan sejenis serat yang baik. Pada masa silam, serta dari pelepah lontar cukup banyak digunakan di Sulawesi Selatan untuk menganyam tali atau membuat songkok, semacam tutup kepala setempat.

3. Kayu dari batang siwalan bagian luar bermutu baik, berat, keras dan berwarna kehitaman. Kayu ini kerap digunakan orang sebagai bahan bangunan atau untuk membuat perkakas dan barang kerajinan.

4. Buah siwalan sering dimanfaatkan untuk campuran es, pudding dan dibuat sirup.

5. Dari karangan bunganya (terutama tongkol bunga jantan) dapat disadap untuk menghasilkan nira siwalan (legen). Nira ini dapat diminum langsung sebagai legen (nira) juga dapat dimasak menjadi gula atau fermentasi menjadi tuak, semacam minuman beralkohol.

 Nira

Nira adalah cairan yang manis yang diperoleh dari air perasan batang atau getah tandan bunga tanaman seperti tebu, bit, sorgum, maple, siwalan, bunga dahlia dan tanaman dari keluarga palm seperti aren, kelapa, nipah, sagu, kurma dan sebagainya (Baharuddin dkk, 2007).

(30)

8 2.2. Teknik Pengolahan Gula Merah Lontar

2.2.1. Bahan Yang Diperlukan

Bahan baku adalah bahan mentah yang merupakan bahan dasar yang mutlak disediakan karena sangat diperlukan dalam suatu proses produksi yang selanjutnya akan memulai beberapa tahapan proses tertentu yang akan memberikan nilai an manfaat yang lebih sehingga proses pengadaan ini harus dikelola dengan baik untuk menjamin kontiunitas, kualitas, dan kuantitas produk (Iswan, 2013).

Bahan baku adalah berbagai unsur yang digunakan untuk menghasilkan satu produk. Bahan baku ini berhubungan erat dengan proses produksi dalam suatu perusahaan. Bahan baku merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu usaha. Kurangnya bahan baku akan menyebabkan terhambatnya proses produksi. jumlah persediaan bahan baku yang cukup sangat diperlukan dalam suatu perusahaan (Ahyari,2001).

Menurut Sulistiyani dkk (2011) (arhim, 2012) bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan pokok untuk produksi. persediaan bahan baku sangat memegang peranan penting dalam menjamin kesinambungan proses produksi suatu perusahaan. Bahan baku ini sebagai sumber pokok produksi dalam suatu perusahaan sangat menentukan kualitas dari produk yang akan dihasilkan dari perusahaan. Bahan baku merupakan titik awal dalam melaksanakan upaya pelaksanaan suatu produksi.

(31)

9 Dalam pembuatan gula merah lontar dikenal adanya dua jenis bahan, yaitu bahan baku (utama) dan bahan pendukung. Bahan baku merupakan bahan utama industri gula merah lontar karena tanpa bahan tersebut tidak akan dapat diproduksi gula merah lontar. Sedangkan bahan pendukung adalah bahan bantu atau penunjang bahan baku (utama).

A. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk membuat gula merah lontar adalah nira lontar. Nira ini diperoleh dari hasil penderesan pada tangkai bunga lontar yang belum mekar, atau nira lontar yang disadap dari tangkai bunga jantan yang dapat dijadikan sebagai pengganti air minum atau diolah menjadi tuak atau gula merah. Adapun bahan baku pada usaha pengolahan gula lontar rata-rata sebesar 646 liter per usaha per bulan.

B. Bahan Pendukung

Bahan pendukung yang digunakan untuk membuat gula merah lontar adalah sebagai berikut:

 Sene/Kapur

 Minyak

 Kayu bakar

2.2.2. Penyiapan Peralatan

Dalam pembuatan gula merah lontar diperlukan beberapa peralatan, seperti pisau, bumbung, wajan, tungku, dan lain-lain. Masing-masing alat tersebut mempunyai fungsi tersendiri. Adapun uraian alat-alat tersebut secara terperinci adalah sebagai berikut:

(32)

10 a. Alat-alat untuk penyediaan bahan baku

1. Bumbung

Bumbung ini terbuat dari bambu yang digunakan untuk menampung air nira dari tangkai yang sudah disadap tadi. Bumbung ini dipasang pada tangkai yang baru diiris dan mengeluarkan nira. Cara memasangnya dengan mengaitkan bumbung pada pangkal tangkai dan bagian yang terbuka ditutup menggunakan daun lontar agar kotoran/binatang-binatang kecil tidak masuk kedalam bumbung yang akan mengurangi kualitas nira.

2. Pisau

Pisau terbuat dari baja dan diusahakan agar sangat tajam yang berguna untuk menyadap tangkai bunga merah lontar dengan memotong bekas potongan (mengiris) dengan pisau yang tipis dengan tujuan nira yang baru akan keluar.

3. Tangga

Tangga yang digunakan terbuat daripelepah lontar yang dipotong kecil-kecil dan diikat langsung ke batang pohon lontar dengan menggunakan rotan atau tali. Alat ini mempermudah dalam pemanjatan pohon lontar.

4. Penjepit Nira

Penjepit Nira ini terbuat dari kayu yang digunakan untuk menjepit pangkal tangkai lontarsebelum didereskan sehingga mempermudah proses penyadapan air nira. Selain itu tangkai juga digoyang-goyangkan agar air nira yang ada didalam pohon bisa tersedot ke tangkai yang nanti akan dideres/diiris.

(33)

11 b. Alat-alat untuk proses produksi

1. Tungku

Tungku digunakan untuk memanaskan nira yang sudah ada diatas wajan sampai batas waktu yang telah ditentukan.

2. Wajan

Wajan yang baik digunakan harus terbuat dari baja agar gula merah lontar tidak melekat pada wajan dan panasnya secara perlahan-lahan dan tahan lama, yang berguna untuk menampung nira yang siap dipanaskan diatas tungku.

3. Tempurung kelapa

Tempurung kelapa digunakan sebagai alat untuk cetakan gula merah lontar yang telah jadi.

4. Seng

Seng dibuat berbentuk lingkaran dengan diameter yang sama dengan diameter wajan, berguna untuk mencegah meluapnya nira yang dimasak, dipasang diatas wajan.

5. Ember

Ember terbuat dari bahan plastik yang berguna untuk merendam cetakan agar gula yang dicetak tidak melekat pada cetakan.

6. Ban bekas

Ban bekasdibelah menjadi 2 bagian yang berguna sebagai alas/dasar untuk meletakkan wajan yang berisi adonan gula agar mempermudah saat memindahkan adonan gulayang sudah matang ke cetakan.

(34)

12 7. Penyaring

Penyaring yang digunakan berupa wadah dari bahan plastik yang mempunyai anyaman besar yang dikaitkan pada kayu, berguna untuk menyaring kotoran yang terdapat dalam nira. Misalnya, semut dan lebah pada saat menuangkan nira dari bumbung ke wajan.

8. Alat Ciduk

Alat ini terbuat dari potongan tempurung kelapa berguna untuk menciduk gula dan mengetes kekentalannya, serta sebagai alat penciduk adonan yang akan dimasukkan ke dalam cetakan.

9. Plastik

Plastik digunakan untuk melapisi cetakan agar tidak menempel pada cetakan dan mempermudah saat dilepaskan.

2.3. Proses Produksi Gula Merah Lontar

Proses produksi adalah proses transformasi atau perubahan bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan teknologi) (Reksohadiprodjo dan Gitusudarmo, 1993).

Langkah pertama adalah penyeleksian bahan. Bahan yang tidak memenuhi syarat akan menghasilkan gula merah lontar yang mutunya buruk.

Bahkan mungkin tidak akan menjadi gula, melainkan bahan manisan bila dicampur buah kelapa dan sebagainya.

Oleh karena itu tahap ini merupakan tahap yang paling diperhatikan oleh pengrajin gula merah lontar, karena jika tidak, hasil yang dicapai akan sangat mengecewakan. Untuk melaksanakan proses produksi gula merah lontar pertama-tama ambil bumbung lalu beri sene seujung sendok teh.

(35)

13 Pemberian sene ini dimaksudkan untuk mencegah nira menjadi asam, sebab nira yang asam akan berpengaruh pula pada kualitas gula yang akan dihasilkan. Nira yang asam dapat menyebabkan sukarnya pemasakan nira menjadi gula. Akan tetapi, jika pemberian sene ini terlalu banyak dapat pula berakibat kurang baik yakni warna dan rasa gula yang dihasilkan menjadi kurang menarik. Hal ini berarti pula mengakibatkan rendahnya kualitas gula.

Setelah persiapan itu selesai, bumbung dipasang pada tangkai bunga lontar yang telah diiris dengan pisau hingga mengeluarkan air nira. Proses ini bisa disebut proses penderesan. Dalam proses penderesan ini, nira harus diambil sebanyak dua kali dalam seharinya yakni pagi dan sore hari.

Bumbung yang dipasang pagi hari harus diambil sore hari, sebaliknya bumbung yang dipasang sore hari harus segera diambil pagi harinya. Waktu penderesan ini harus diperhatikan, sebab kalau terlalu lama nira yang dihasilkan akan terlalu asam, meskipun telah diberi campuran sene.

Sebagaimana telah disebutkan tadi, nira yang asam akan sukar dimasak menjadi gula atau mungkin nira tersebut tidak akan menghasilkan gula melainkan hanya akan menjadi cuka atau gulali.

Langkah kedua adalah penyiapan peralatan. Alat-alat yang sudah ditetapkan hendaknya dipersiapkan secara matang. Ini bertujuan agar pelaksanaan pembuatan gula merah lontar berjalan lancar, sering pengrajin melupakan hal ini sehingga proses pembuatan gula merah lontar menjadi tersendat-sendat atau mengalami hambatan.

(36)

14 Tahap ini tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan tahap penyeleksian bahan. Peralatan dan bahan yang akan digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Bumbung untuk menampung nira tidak boleh digunakan dua kali. Jadi satu kali digunakan harus dibersihkan dengan air panas, sebab sisa-sisa nira yang menempel pada bumbung akan mempengaruhi keasaman nira yang lain, kalau sampai bumbung digunakan dua kali tanpa dicuci terlebih dahulu maka hasilnya akan mengecewakan/rusak.

2. Wajan harus dibersihkan lebih dahulu dan diletakkan di atas tungku dengan persiapan kayu bakar dan bahan bakar lainnya.

3. Begitu pula alat-alat yang lain yang akan dipergunakan hendaknya dibersihkan lebih dahulu, terkecuali tungku dan kayu bakar. Pengertian dibersihkan dahulu tentu saja bagi alat-alat yang perlu dibersihkan (Sapari, 1995).

Langkah ketiga adalah pembuatan gula merah. Nira mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi oleh bakteri Soceharomyses sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung. Nira dituangkan sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, kemudian ditaruh diatas tungku perapian untuk segera dipanasi (direbus) (Sunanto, 1993).

2.4. Petani

Petani adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani juga merupakan setiap orang

(37)

15 yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannyadi bidang pertanian dalam arti luas meliputi usahatani pertanian, perikanan, peternakan, dan pemungutan hasil laut. Kedudukan sebagai petani mempuyai banyak fungsi terhadap yang ada pada dirinya. Peran petani yaitu sebagai pribadi yang mempunyai nama diri, lengkap dengan sosoknya sebagai karunia tuhan YME, mempunyai perasaan, cita-cita dan kehendak untuk dihargai dan diakui oleh seamanya, mempunyai kepercayaan, keyakinan dan kemampuan diri yang ada dalam dirinya.peran sebagai kepala keluarga merupakan tugas berat sehingga biaya anggota keluarga lain membantu dalam mencari nafkah tambahan dan membantu dalam proses usahatani (Hertanto, 2007).

Dengan usahataninya petani juga bertindak sebagai “manajer”.

Keterampilan bercocok tanam atau menggembalakan ternak pada umumnya merupakan hasil kerja dari kemampuan fisiknya yang meliputi alat, tangan, mata dan kesehatan. Keterampilan sebagai manajer mencakup juga kegiatan-kegiatan otak yang didorong oleh kemauan didalamnya tercakup masalah pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif- alternatif yang ada. Keputusan-keputusan yang diperlukan meliputi (Patong dalam Febriana, 2012):

a. Menentukan jenis tanaman yang akan ditanam pada sebidang tanah dan menentukan jenis ternak yang dapat diternakkan pda sebidang tanah dan menentukan waktu kapan tanaman mulai ditanam atau kapan ternak akan mulai dikembangkan.

(38)

16 b. Mengatur penggunaan waktu, sehingga waktu yang bersamaan untuk dua jenis kegiatan dapat dihindarkan dan memperhitungkan jumlah, macam tenaga kerja yang akan digunakan.

c. Memperhitungkan besarnya modal, dan sumber untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan.

2.5. Biaya dan Pendapatan 2.5.1. Biaya Usahatani

Menurut Daniel (2004) dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Sifat-sifat biaya usahatani dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis satu masa produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain: pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan kerbau, pemeliharaan pompa air, traktor dan lain sebagainya. Tenaga kerja keluarga dapat dikelompokkan pada biaya tetap bila tidak ada biaya imbangan dalam penggunaannya atau tidak adanya penawaran untuk itu terutama untuk usahatani maupun diluar usahatani (Hernanto, 1995).

Sedangkan menurut Rangkuti (2006) biaya tetap adalah biaya yang relatif konstan dan sedikit sekali dipengaruhi oleh banyaknya keluaran yang dihasilkan, biaya ini meliputi biaya investasi mesin, depresiasi, bunga, pajak dan asuransi.

(39)

17 2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Menurut Rangkuti (2006) biaya variabel adalah semua biaya yang sifatnya berubah-ubah, tergantung pada jumlah unit yang dihasilkan, misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Sedangkan menurut Hernanto (1995) biaya variabel adalah biaya yang penggunaannya habis dalam satu masa produksi yang tergolong dalam kelompok ini adalah biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen, biaya pengolahan tanah baik yang berupa kontrak maupun upah harian dan sewa tanah.

3. Biaya usahatani dari biaya tetap dapat berupa air dan pajak tanah.

Sedangkan untuk biaya variabel antara lain berupa biaya untuk pemakaian bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar keluarga.

4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi biaya tetap, biaya untuk tenaga keluarga. Sedangkan yang temasuk biaya variabel antara lain biaya panen dan pengolahan tanah dari keluarga dan jumlah pupuk kandang yang dipakai (Hernanto, 1995).

2.5.2. Pendapatan Usahatani

Pendapatan adalah keuntungan atau hasil bersih yang diperoleh petani dari hasil produksinya. Pendapatan usahatani secara ekonomis mempunyai dua pengertian yaitu pendapatan kotor (gross farm income) dan pendapatan bersih (net farm income). Pendapatan kotor usahatani yang baik dijual maupun tidak dijual. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran usahatani.

(40)

18 Pendapatan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995) yang dapat dituliskan sebagai berikut :

a. Pendapatan kotor

Pendapatan kotor (Gross Farm Income) merupakan pendapatan yang diterima petani dari hasil penjualan produk tanpa adanya pengurangan dengan biaya produksi. Persamaannya :

TR = ∑ Y. Py

Keterangan : TR = total peneriman (Rp)

∑Y = produksi yang diperoleh dalam usahatani (Kg) Py = harga produksi (Rp/kg)

b. Pendapatan bersih

Pendapatan bersih (Net Farm Income) adalah pendapatan yang diterima petani setelah adanya pengurangan dengan biaya produksi.

persamaannya yaitu : Keterangan :

π = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan TC = Total Pengeluaran

Pendapatan usahatani dapat mendorong petani untuk mengalokasikan dalam berbagai kegunaan, seperti biaya produksi, tabungan dan pengeluaran lainnya. Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi, 1987).

(41)

19 2.6. Analisa Ekonomi

2.6.1. Pendapatan (Income)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 1995). Sedangkan menurut Hernanto (1995), faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah:

1. Luas usaha, meliputi:

 Luas tanaman

 Luas pertanaman

 Luas pertanaman rata-rata 2. Tingkat produksi

 Produktivitas per hektar

 Indek pertanaman

3. Pilihan dan kombinasi cabang usaha 4. Intensitas pengusahaan pertanaman 5. Efisiensi tenaga kerja.

Pendapatan dalam arti umum yaitu hasil produksi yang diperoleh dalam bentuk materi dan dapat kembali digunakan untuk memenuhi akan sarana dan prasarana produksi. Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besar keuntungan perusahaan dalam periode tertentu.

Pendapatan kotor yang diperoleh oleh petani gula merah lontar adalah hasil dari penjualan produksi gula merah lontar tersebut yaitu mengalikan antara jumlah gula merah lontar yang terjual dengan harga jual gula merah lontar tersebut. Pendapatan bersih adalah hasil dari penjualan produk dikurangi dengan total biaya yang digunakan untuk menghasilkan gula merah lontar.

(42)

20 2.6.2. Penerimaan (Revenue)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian itu dapat dipanen secara serentak.

2. Hati-hati dalam menghitung penerimaan karena:

a. Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan.

b. Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda- beda.

3. Bila penelitian usahatani menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir (Soekartawi, 1995).

2.6.3. Kelayakan Usaha R/C Ratio

Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak maka dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan R/C ratio.

R/C ratio adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak rugi, jika nilai R/C > 1 usahatani yang dilakukan adalah layak sedangkan jika R/C < 1 maka usahatani yang dilakukan tidak layak (Soekartawi, 1995).

(43)

21 2.6.4. Pengeluaran

Menurut Soekartawi, dkk (1986) pengeluaran dibedakan menjadi dua macam :

a. Pengeluaran tetap ialah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi.

b. Pengeluaran tidak tetap ialah pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dengan jumlahnya berubah kira–kira sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak tersebut.

2.7 Penelitian Terdahulu

Masrah dalam Analisis Pendapatan Pengolahan Gula Aren Pada Industri Rumah Tangga di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser pada tahun (2009) dengan hasil produksi yang dicapai tiap bulan sebesar 383,80 bungkus dengan harga jual Rp 7.000,00 sehingga diperoleh pendapatan bersih setelah dikurangi dengan pengeluaran untuk produksi menghasilkan nilai sebesar Rp 793.123.52. sedangkan dari hasil perhitungan analisis kelayakan usaha pengolahan gula aren selama 1 bulan periode produksi di Desa Semuntai tersebut menunjukkan bawha nilai R/C rasio yang di peroleh pengrajin rata-rata sebesar 1,4. Usaha pengolahan gula merah aren lebih besar dari > 1 menunjukkan bahwa usaha layak untuk diusahakan. Kemudian berdasarkan analisis Break Event Point (BEP) diperoleh hasil bahwa usaha pengolahan gula aren di Desa Semuntai adalah untuk BEP produksi sebesar 37 bungkus dengan BEP penerimaan kotor (TR) sebesar Rp 254.287,75 dan BEP harga sebesar Rp 6.872,64.

(44)

22 Nurani (2008) meneliti tentang Analisis Usaha Pengolahan Gula Merah Aren Di Desa Sukamurni Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh pengrajin gula merah aren berdasarkan status kepemilikan pohon, menganalisis saluran pemasaran, pelaksanaan fungsi pemasaran gula merah aren yang terjadi di setiap lembaga pemasaran di Desa Sukamurni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula merah aren yang dikembangkan oleh pemilik sekaligus penyakap telah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio R/C baik atas biaya tunai maupun biaya total lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas biaya total yaitu 1,81 dan penyakap yaitu 1,89. Sementara itu, pemilik sekaligus penggarap memperoleh nilai rasio R/C atas biaya tunai yang sama besar yaitu 35,56.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Masrah (2009) dan Nurani (2008) adalah penelitian ini sama-sama menggunakan analisis R/C Rasio, yang membedakan adalah objek penelitiannya dimana Masrah dan Nurani meneliti tentang gula merah aren.

2.7 Kerangka Pikir

Tanaman lontar adalah tanaman liar yang tumbuh secara alami di daerah kering seperti Kabupaten Jeneponto. Tanaman lontar ini memiliki berbagai manfaat. Nira yang dihasilkan dari tanaman lontar diolah menjadi gula merah atau langsung diminum. Industri gula merah lontar adalah salah satu kegiatan usaha pembuatan gula merah yang memanfaatkan tanaman lontar sebagai bahan dasar yang banyak diusahakan di Jeneponto.

(45)

23 Salah satu bahan baku yang dapat diolah menjadi gula merah adalah nira dari tanaman lontar. Para petani di Jeneponto khususnya di Desa Borongtala memperoleh nira lontar dengan mudah karena tanaman lontar ini tumbuh secara liar di kebun mereka. Nira lontar ini diperoleh petani dengan cara penyadapan tandan/tongkol lontar.

Setelah bahan baku tersedia maka dilakukan proses produksi. alat yang digunakan dalam proses produksi masih menggunakan alat tradisional.

Proses produksi ini melalui beberapa tahap dimulai dari penyaringan nira, pemasakan, dan kemudian dilakukan pencetakan serta pendinginan sampai gula merah betul-betul mengeras/padat. selain Itu dalam membuat gula merah lontar dibutuhkan beberapa bahan pendukung seperti sene, kayu bakar, dan minyak kelapa.

(46)

24 Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Usaha Pembuatan Gula Merah Lontar

Kegiatan Pembuatan Gula MerahLontar

Penerimaan Biaya Produksi

Analisis Kinerja Usaha Pembuatan Gula Merah Lontar Pendapatan

Aspek Non Finansial Aspek Produksi

Aspek Sosial Aspek Pemasaran

Aspek Finansial R/C Ratio

Tidak Layak Layak

(47)

25 III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan periode produksi, yaitu mulai bulan September-Oktober 2017. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data diambil dengan menggunakan dua sumber, yaitu :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pengrajin gula merah lontar melalui wawancara dan kuisioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui kantor kelurahan, BPS, Dinas Perkebunan dan dapat melalui literatur (kepustakaan) yang ada hubungannya dengan penelitian ini (Umar, 2007).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan dalam pengambilan data adalah :

1. Metode interview, merupakan salah satu pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung pada obyek yang akan diteliti.

2. Metode observasi, merupakan salah satu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti.

3. Metode kuisioner dan pencatatan, metode ini merupakan pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada pengrajin gula merah lontar (Wirartha, 2006).

(48)

26 3.4. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara Sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Istilah lain sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Adapun responden sebanyak 20 orang petani pengrajin gula merah lontar.

3.5. Metode Analisa Data 3.5.1. Analisa Ekonomi

Alat analisa yang digunakan untuk melihat gambaran mengenai komponen biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh.

Adapun cara analisa ekonomi seperti : a. Analisa Pendapatan

Untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh pengrajin gula merah lontar dari usahatani yang dijalankan, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝜋 = TR - TC Dimana :

π = Pendapatan(Income)

TR = Total return atau total penerimaan (Rp)

TC = Total cost atau total biaya (Rp) (Soekartawi, 1995).

b. Analisa Kelayakan Usaha

Biaya total (Total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel, secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Rosyidi, 2001).

(49)

27 TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = Total Cost / Total Biaya (Rp)

TFC = Total Fixed Cost / Total Biaya Tetap (Rp) TVC = Total Variable Cost / Total Biaya Variabel (Rp)

Total penerimaan (Total Return) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Rosyidi, 2001).

TR = P . Q Dimana :

TR = Total Return / Total Penerimaan (Rp) P = Price / Harga (Rp/Kg)

Q = Quantity / Produksi (Kg)

Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak maka, dapat digunakan perhitungan dengan membandingkan total penerimaan dengan total biaya secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

R/C ratio =𝑇𝑅 𝑇𝐶 Dimana :

R/C ratio = Return cost ratio

TR = Total return atau total penerimaan (Rp) TC = Total cost atau total biaya (Rp)

(50)

28 Dengan ketentuan jika nilai R/C > 1 maka usahatani yang dilakukan adalah layak, sebaliknya jika nilai R/C < 1 maka usahatani yang dijalankan tidak layak (Soekartawi, 1995).

3.5.2. Analisa Deskriptif Kualitatif

Analisa ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum tentang hal yang berkaitan dengan obyek penelitian. Hal-hal tersebut antara lain pekerjaan masyarakat, usaha gula merah lontar, pengolahan gula merah lontar, dan sebagainya. Maka perlu dibuat daftar pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian (Wirartha, 2006).

1. Aspek Pengolahan/Produksi

Studi aspek pengolahan akan mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan.

Untuk bisnis industry manufaktur, misalnya, perlu dikaji mengenai kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi pabrik dan tata letak pabrik (Umar, 2005).

2. Aspek Sosial

Aspek sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Bisnis harus tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan. Pertimbangan mengenai aspek sosial dalam analisis bisnis penting untuk kelangsungan bisnis, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger, 1986).

(51)

29 3. Aspek Pemasaran

Menurut Umar (2005), pada dasarnya analisis aspek pasar bertujuan antara lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, partumbuhan permintaan, dan market-share dari produk bersangkutan. Bagaimana kondisi persaingan antarprodusen dan siklus hidup produk juga penting untuk dianalisis. Sedangkan pemasaran adalah kegiatan perusahaan yang bertujuan menjual barang/jasa yang diproduksi perusahaan ke pasar.

Analisis kelayakan dari aspek ini yang utama adalah dalam hal:

 Penentuan segmen, target dan posisi produk pada pasarnya.

 Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku serta kepuasan mereka atas produk

 Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan

dilaksanakan.

3.6. Konsep Operasional

1. Pengrajin gula merah lontar adalah orang yang melaksanakan atau menjalankan kegiatan dalam pengolahan gula merah lontar.

2. Pengolahan gula merah lontar adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan gula merah lontar mulai dari pengambilan nira di pohon, proses produksi hingga hasil berupa gula merah lontar.

3. Biaya adalah sejumlah nilai yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha pengolahan gula merah lontar dengan satuan rupiah.

4. Biaya tetap adalah biaya dikeluarkan untuk kegiatan usaha yang tidak mempengaruhi besar kecilnya volume produksi gula merah lontar, seperti

(52)

30 biaya yang dikeluarkan untuk pembelian lesung cetakan, wajan, parang,dll.

5. Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sehingga besar kecilnya biaya yang dikeluarkan mempengaruhi oleh volume produksi gula merah lontar, seperi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja yang diperhitungkan selama satu hari dengan satuan rupiah.

6. Biaya variabel rata-rata (AVC) adalah total biaya variabel dibagi total produksi dengan satuan Rp/bungkus.

7. Produksi adalah hasil fisik pada usaha pengolahan gula merah lontar selama periode produksi (1 bulan) dengan satuan bungkus, sedangkan harga adalah nilai yang berlaku pada tingkat produsen selama mengadakan penelitian dan dianggap tetap dengan satuan rupiah.

8. Produsen gula merah lontar adalah orang yang melakukan atau melaksanakan kegiatan pengolahan gula merah lontar.

9. Produksi total (Y) adalah jumlah produksi per usaha dengan satuan bungkus.

10. Harga produksi (P) adalah harga produksi per unit dengan satuan Rp/bungkus.

11. Penerimaan (Return) adalah hasil perkalian antara produksi dengan harga rata-rata pada tingkat pelaku industri atau nilai total yang diperoleh pelaku usaha dalam pengolahan gula merah lontar dengan satuan rupiah.

12. Pendapatan (Revenue) adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya per usaha dengan satuan rupiah.

(53)

31 13. Penjepit adalah alat yang digunakan untuk menjepit pangkal tangkai lontar sebelum dideres sehingga mempermudah dalam proses penderesan.

14. Total biaya atau total cost (TC) adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel.

15. Total biaya tetap atau total fixed cost (TFC) adalah penjumlahan dari semua biaya tetap.

16. Total biaya variabel atau total variable cost (TVC) adalah penjumlahan dari semua biaya variabel.

17. Total penerimaan atau total return (TR) adalah perkalian antara harga dengan jumlah produksi.

18. Sene atau kapur adalah bahan pengawet yang mampu membentuk kalsium hiddroksida yang bersifat desinfektan, menggumpalkan protein dan asam nukleat serta merusak dinding sel mikroba dan berfungsi sebagai larutan penyangga untuk mempertahankan derajat keasaman nira.

(54)

32 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 . Letak dan Keadaan Geografis Desa Borongtala

Desa Borongtala merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, dengan luas wilayah ± 6,04 Km². Desa Borongtala terdiri dari sembilan wilayah dusun yakni dusun Mattirobaji, Mattirobaji Utara, Baraya Utara, Baraya Selatan, Karampangpa’ja, Karampangpa’ja Timur, Karampangpa’ja Barat, Tobereka dan Tobereka Selatan. Wilayah antar dusunnya umunya berdekatan satu sama lain. Batas-batas wilayah Desa Borongtala sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Turatea Timur

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Biringkassi Kec. Binamu

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bontosunggu dan Laut Flores Jika dilihat dari letak geografisnya, Desa Borongtala termasuk bagian dari daerah pesisir Laut Flores sehingga desa ini sangat potensial dijadikan lahan budidaya rumput laut. Disamping itu, sebagian dari daerah ini merupakan daerah dataran yang juga berpotensial untuk dijadikan lahan budidaya tanaman pangan dan bertikultura. Adapun dusun yang berdekatan dengan Laut Flores adalah Dusun Tobereka, Karampangpa’ja Barat dan Karampangpa’ja Timur sehingga mata pencaharian penduduknya banyak yang bertani rumput laut. Sedangkan Dusun Mattiro Baji dan Baraya berada di daerah dataran sehingga penduduknya lebih banyak yang bercocok tanam dengan tanaman pangan dan holtikurtura ketimbang rumput laut.

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa-masa itu, petani pengrajin memproduksi gula merah tebu dengan jumlah yang lebih banyak untuk mencapai tingkat pendapatan tertentu dari penjualan gula merah

Hasil analisis data menunjukan bahwa jumlah produksi nira aren rata-rata masyarakat pengrajin adalah 45,4 liter yang diperoleh dari penyadapan rata-rata 4 pohon perhari dan jika

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Besarnya rata-rata biaya dan rata-rata penerimaan pada agroindustri gula kelapa per bulan di Desa

Gula merah kelapa merupakan sumber penghasilan utama warga Desa Medono Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Adanya nilai ekonomis dari usaha pengolahan gula merah

Untuk meningkatkan pendapatan produksi gula Merah di Kelurahan Kassa Kecamatan Batulappa Kabupateng Pinrang dapat dilakukan dengan memperbaiki kuantitas dan kualitas

Register pengrajin gula Jawa (gula merah) di Desa Karangkemiri, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas dibedakan menjadi enam: register alat, register berdasarkan tempat,

Data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengrajin gula kelapa di Desa purbosari menghasilkan produksi dan kualitas yang masih rendah, keterbatasan mengakses

ISSN 2548-9585 Online PxX : Total Variabel Cost Rp Total Penerimaan Total Revenue Total penerimaan adalah perkalian antara jumlah gula merah yang terjual dengan harga gula merah