KAJIAN PLACE ATTACHMENT PADA KAWASAN MASJID RAYA BAITURRAHMAN KOTA BANDA ACEH
TESIS
OLEH
ULIA SAFITRI 187020009 / AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH ULIA SAFITRI
187020009 / AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAITURRAHMAN KOTA BANDA ACEH
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2020
(Ulia Safitri)
Telah Di Uji Pada : 28 September 2020
Panitia Penguji Tesis
Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM Anggota Komisi Penguji : 1. Amy Marisa, ST, M.Sc, Ph.D
2. Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc, PhD, IPM 3. Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD, IPM 4. Dr. Imam Faisal Pane, ST, MT, IPM
ABSTRAK
Pariwisata merupakan salah satu devisa yang cukup besar bagi indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan pertahunnya. Pariwisata dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di mana pariwisata tersebut berkembang. Pesatnya perkembangan pada sektor pariwisata menyebabkan destinasi pariwisata dihadapkan dengan persaingan yang cukup ketat. Oleh karena itu, untuk mendukung keberhasilan suatu kawawan pariwisata dibutuhkan keterkaitan pada suatu tempat. Keterikatan pada suatu tempat memiliki berdampak positif bagi pengembangan suatu kota, hal ini berpengaruh pada kualitas dan kenyamanan masyarakat yang berada pada kota tersebut. Kenyamanan pada suatu tempat pada dasarnya ditentukan oleh bagaimana karakteristik, keunikan, dan makna yang ada pada sebuah tempat, sehingga membuat masyarakat memiliki keterikatan yang akan meningkatkan pengunjung pada kawasan wisata tersebut. Maka dari itu, untuk mendukung keberhasilan pariwisata dibutuhkan place attachment dari pengunjung terhadap kawasan wisata religi.
Place Attachment merupakan bagian dari interaksi sosial antara manusia dan tempat yang melibatkan emosi. Setiap emosi berperan dalam membentuk ikatan antara individu dan tempat. Keterikatan Tempat dibentuk oleh ikatan emosional, perilaku, dan makna tempat. Salah satu kawasan yang memiliki place attachment adalah kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan place attachement yang dimiliki pengunjung terhadap Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, observasi lapangan, dan wawancara dengan narasumber terkait. Kajian ini menghasilkan place attachment yang sangat tinggi pada aspek makna tempat dan place attachment yang rendah pada aspek perilaku, hal ini menjelaskan bahwa kajian place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman dapat diamati melalui aspek ikatan emosional, perilaku dan makna tempat.
Kata kunci : Place attachment, wisata religi, Masjid Raya Baiturrahman
ABSTRACT
Tourism is a significant foreign exchange for Indonesia, evidenced by an increase in the number of tourists per year. Tourism can improve the economy and welfare of the communities in which tourism develops. The rapid development in the tourism sector has caused tourism destinations to be faced with fairly tight competition. Therefore, to support the success of a tourism partner, a linkage is needed. Place attachment has a positive impact on the development of a city, affects the quality and comfort of the people who live in that city. Comfort in a place is determined by how the characteristics, uniqueness, and meaning of the place, thus making the community have an attachment that will increase visitors to the tourist area. Therefore, to support the success of tourism, a place attachment is needed from visitors to religious tourism areas.
Place Attachment is a part of the social interaction between humans and places that involve emotions. Emotion plays a role in forming a bond between the individual and the place. Place attachment is formed by emotional bonds, behavior, and the meaning of place. One area that has a place attachment is the Baiturrahman Grand Mosque in Banda Aceh. This study aims to produce place attachments owned by visitors to the Baiturrahman Grand Mosque in Banda Aceh. The research method used in this research is qualitative and quantitative methods carried out by distributing questionnaires, field observations, and interviews with related sources.
This study resulted in a very high place attachment on the aspect of the meaning of place and a low place attachment on the aspect of behavior, this explains that the study of place attachment in the Baiturrahman Great Mosque area can be observed through the aspects of emotional bonds, behavior and the meaning of place.
Keywords: Place attachment, religious tourism, Baiturrahman Grand Mosque
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tanpa mengalami suatu hambatan.
Adapun tesis ini berjudul “Kajian place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam Program Studi Magister Teknik Arsitektur jurusan Manajemen Pembangunan Kota pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dengan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ketua dan sekretaris Program studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara serta sekretaris Program studi Magister Teknik Arsitektur. Terimakasih kepada Pembimbing I, ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM dan Pembimbing II, ibu Amy Marisa, ST, M.Sc, PhD, atas segala bimbingan dan masukan masukan dalam penyusunan laporan tesis ini dan kepada dosen dosen penguji yang telah banyak memberikan arahan serta ikut membantu dalam penyusunan hasil laporan penelitian hingga selesai pada waktu yang telah ditetapkan.
Serta ucapan terimakasih Bapak/ibu Dosen civitas akademika yang ada di kawasan Program Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang memberikan pembekalan ilmu arsitektur, khususnya pada bidang Manajemen Pembangunan Kota.
Penghormatan setinggi tingginya kepada orang tua saya bapak Imran M. isa dan Ibunda Nur Masyithah, S.pd dan ketiga adik saya Putri Nazila, Zuhra Khumaira dan Naila Ufaira yang memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis bantuan material maupun non material dan kasih sayang. Serta saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman di jurusan Manajemen Pembangunan Kota Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara khususnya kepada sahabat saya kakak Friza Kinanti Rambe S.Sn, Suci Ananda Puteri Tarigan ST, Selly Veronica ST.MT dan Syahidullah Habibie Lubis ST, atas segala do’a dan bantuan yang telah kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa penelitian masih adanya kekurangan dalam laporan penelitian ini. Akhir kata, penulis mengharapkan kiranya laporan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya khususnya bagi penulis sendiri dan menjadi kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam menyempurnakan laporan penelitian ini.
Medan, September 2020
Ulia Safitri Nim 187020009
RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama : Ulia Safitri
Tempat/Tanggal Lahir : Krueng Mane, 13 Maret 1993 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Pante Gurah, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara.
Riwayat Pendidikan
1999-2004 : SDN 1 MUARA BATU, ACEH UTARA
2004-2007 : MTSN MODEL GANDAPURA, BIREUN
2007-2011 : SMAN 2 BIREUN
2011-2016 : Jurusan Arsitektur Falkultas Teknk Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Pengalaman Pekerjaan
2017 : PT. Citra Rancang Global, Banda Aceh
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Batasan Masalah ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Kerangka Berpikir ... 5
1.7 Sistematika Pembahasan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Place attachment ... 9
2.1.1 Ikatan Emosional ... 13
2.1.2 Perilaku ... 15
2.1.3 Makna Tempat ... 17
2.2. Wisata Religi ... 19
2.2.1 Budaya ... 21
2.2.2 Agama ... 22
2.3 Place Attachment pada Pengembangan Wisata Religi ... 24
2.3.1 Ikatan Emosional pada Wisata Religi ... 24
2.3.2 Perilaku pada Wisata Religi ... 26
2.3.3 Makna Tempat pada Wisata Religi. ... 27
2.4 Rangkuman Tinjauan Pustaka ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Variabel dan Indikator Penelitian ... 32
3.3 Populasi dan Sampel ... 36
3.4 Metode Pengumpulan Data... 38
3.4.1 Pengumpulan Data Primer ... 38
3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder ... 49
3.5 Metode Analisa Data ... 50
3.6 Uji Validitas Instrumen Penelitian... 52
3.7 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 52
BAB IV KAWASAN PENELITIAN ... 54
4.1 Kawasan Kota Banda Aceh ... 54
4.2 Kawasan Masjid Raya Baiturrahman ... 56
4.2.1 Sejarah Masjid Raya Baiturrahman ... 57
4.2.2 Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh setelah Pengembangan 59 4.2.3 Masjid Raya Baiturrahman sebagai Wisata Religi ... 62
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66
5.1 Kajian Ikatan Emosional Masyarakat dan Wisatawan Terhadap Kawasan Masjid Raya Baiturrahman ... 66
5.2 Kajian Perilaku Masyarakat dan Wisatawan terhadap Kawasan Masjid Raya Baiturrahman ... 77
5.3 Kajian Makna Tempat pada Masyarakat dan Wisatawan Terhadap Kawasan Masjid Raya Baiturrahman ... 91
5.4 Potensi Kawasan Masjid Raya Baiturrahman sebagai Wisata Religi .. 112
5.5 Kajian Place Attachment Terhadap Pengembangan Wisata Religi di
Kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ... 113
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 118
6.1 Kesimpulan ... 118
6.2 Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 127
LAMPIRAN ... 134
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Kerangka berpikir... 6
3.1 Kusioner Online masyarakat lokal ... 45
3.2 Kusioner Online wisatawan ... 45
4.1 Kawasan Kajian ... 55
4.2 Kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ... 56
4.3 Tranformasi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ... 58
4.4 Kondisi kawasan Masjid Raya Baiturrahman ... 60
4.5 Masjid Raya Baiturrahman 2016-2020 ... 61
4.6 Karekteristik Masjid Raya Baiturrahman... 63
4.7 Objek wisata religi ... 64
5.1 Tradisi budaya Maulid Nabi... 80
5.2 Aturan dalam berbusana muslim ... 81
5.3 Aturan menjaga lingkungan masjid ... 82
5.4 Kegiatan keagamaan Tabliq akbar ... 86
5.5 Kegiatan keagamaan pada Masjid Raya Baiturrahman ... 86
5.6 Aturan menjaga lingkungan ... 87
5.7 Layout plan Masjid Raya Baiturrahman ... 87
5.8 Peta Perilaku reaksi masyarakat dan wisatawan ... 88
5.9 Perpusatakan Masjid Raya Baiturrahman ... 95
5.10 Kegiatan sebelum dan sesudah pengembangan ... 96
5.11 Menara masjid raya baiturrahman ... 97
5.12 Kegiatan berbuka puasa pada bulan suci ramadhan ... 98
5.13 Peta pengalaman makna tempat ... 100
5.14 Ornamen budaya lokal Masjid Raya Baiturrahman ... 103
5.15 Karakteristik bangunan Masjid Raya Baiturrahman ... 104
5.16 Ukiran ayat suci alquran pada dinding masjid ... 105
5.17 Ukiran khas aceh pada kolom Masjid Raya Baiturrahman ... 106
5.18 Kegiatan interaksi sosial pada pengajian ... 109
5.19 Interaksi sosial pada kegiatan berbuka puasa bersama ... 110
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Place Attachment ... 12
2.2 Elemen-elemen yang membentuk ikatan emosional. ... 15
2.3 Elemen-elemen yang membentuk perilaku. ... 17
2.4 Elemen-elemen yang membentuk perilaku. ... 18
2.5 Elemen-elemen yang membentuk wisata religi. ... 20
2.6 Elemen-elemen yang membentuk budaya. ... 22
2.7 Elemen-elemen yang membentuk agama... 23
2.8 Ikatan emosional pada wisata religi ... 25
2.9 Perilaku pada wisata religi. ... 27
2.10 Makna tempat pada wisata religi... 29
3.1 Variabel kajian place attachment ... 33
3.2 Data narasumber... 37
3.3 Metoda pengumpulan data primer ... 38
3.4 Data Observasi lapangan ... 42
3.5 Metoda wawancara... 43
3.6 Penyebaran kuesioner online... 46
3.7 Skala penilaian place attachment ... 51
3.8 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian pada wisatawan ... 53
3.9 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian pada masyarakat lokal ... 53
5. 1 Nilai rata-rata elemen perasaan pada masyarakat dan wisatawan ... 67
5. 2 Nilai rata-rata elemen kepuasan pada masyarakat dan wisatawan... 70
5. 3 Nilai rata-rata elemen koneksi pada masyarakat dan wisatawan ... 73
5. 4 Nilai rata rata aspek ikatan emosional pada masyarakat lokal dan wisatawan ... 76
5. 5 Nilai rata-rata elemen kedekatann pada masyarakat dan wisatawan ... 78
5.6 Nilai rata-rata elemen reaksi pada masyarakat dan wisatawan ... 84
5.7 Nilai Mean aspek perilaku pada masyarakat lokal dan wisatawan ... 90
5.8 Nilai rata-rata elemen pengalaman pada masyarakat dan wisatawan ... 92
5.9 Nilai rata-rata elemen karakteristik fisik ... 101
5.10 Nilai rata rata elemen interaksi sosial pada masyarakat dan wisatawan ... 107
5.11 Faktor pada aspek makna tempat pada masyarakat lokal dan wisatawan ... 111 5.12 Nilai rata-rata total aspek place attachment pada Masjid Raya Baiturrahman . 113
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan suatu tempat sangat berperan penting dalam keberhasilan perancangan suatu kota. Oleh karena itu keberhasilan suatu tempat pada dasarnya adanya ketertarikan dan keunikan sehingga masyarakat memiliki ikatan batin yang kuat pada suatu kawasan (Montgomery, 1998). Keterikatan individu terhadap tempat pada suatu kawasan memiliki daya tarik tersendiri, akibatnya dengan adanya keterikatan dalam diri pengunjung baik masyarakat lokal maupun wisatawan akan menjadikan suatau kawasan sebagai tujuan wisata. Pariwisata merupakan salah satu devisa yang cukup besar bagi indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan pertahunnya (Hidayat, 2017). Pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan yang sangat pesat dan mampu memajukan suatu kota dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya. Adanya industri pariwisata mampu meningkatkan daerah tersebut dari keterbelakangan dan menjadikannya sebagai sumber ekonomi dan pendapatan utama. Pariwisata memiliki beberapa macam jenis yang salah satunya pariwisata yang potensial yang merupakan wisata religi, yaitu salah satu jenis pariwisata tertua dan fenomena dalam sejarah agama di seluruh dunia, yang dapat dibedakan menjadi berbagai bentuk (Rinschede, 1992). Wisata religi merupakan destinasi wisata yang memiliki daya tarik dari kegiatan keagamaan.Wisata religi pada setiap kawasan berbeda beda, daya tarik pada
kawasan wisata religi mengikuti kepercayaan budaya maupun tradisi masyarakatnya.
Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki karakteristik Islami yang sangat kental. Provinsi Aceh merupakan gerbang wisata di pintu bagian barat Indonesia, Dengan aneka destinasi wisata, sejarah, dan budaya. Banda Aceh merupakan ibukota provinsi Aceh, salah satu tempat tujuan utama wisatawan berkunjung, dikarenakan terdapat beberapa tempat tujuan wisata salah satunya yaitu Masjid Baiturrahman Banda Aceh yang kini menjadi kota objek wisata yang lebih dikenal dengan wisata religi (Dharma et al, 2017). Hal ini menjadikan Kota Banda Aceh memiliki potensi yang dapat meningkatkan perekonomian melalui sektor pariwisata religi yang berada pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh sebagai landmark Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan Masjid kesultanan Aceh (Yulianingsih, 2010). Masjid Baiturrahman merupakan Masjid kebanggaan masyarakat Aceh yang menjadi simbol religius, nasionalisme serta keberanian rakyat Aceh memperjuangkan kemerdekaan (Yeni, 2018). Seiring perkembangan waktu Masjid Raya Baiturrahman memiliki banyak perubahan akibat pembakaran oleh penjajahan kolonial Belanda dan bencana alam tsunami aceh pada tahun 2004 , Masjid ini termasuk bangunan yang selamat meskipun terjadi kerusakan di beberapa bagian, kemudian Masjid Raya Baiturrahman terus mengalami perbaikan dan renovasi dan pengembangan. Adanya pengembangan pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman ini ramai dikunjungi oleh berbagai pihak, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan internasional, sehingga hal ini manfaatkan oleh beberapa pihak
kawasan objek wisata dengan harapan dapat memenuhi ekonominya. Hal ini menjadikan Masjid Raya Baiturrahman memiliki potensi pariwisata dengan nilai sejarah tinggi yang menjadikan masjid ini sebagai kawasan wisata yang sering dikunjungi. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Banda Aceh terus meningkat setiap tahunnya, yang memiliki beragam destinasi wisata. Wisatawan yang mengunjungi kota Banda Aceh akan mengunjungi salah satu objek wisata yang yang terkenal dan berada di pusat kota yaitu Masjid Raya Baiturrahman, masjid ini merupakan kawasan wisata religi yang banyak diminati wisatawan lokal mapun wisatawan asing. Para wisatawan biasanya menghabiskan waktu dengan cara mempelajari sejarah Masjid Raya Baiturrahman, menikmati keindahan arsitektur Masjid Raya Baiturrahman serta mengabadikan foto saat berada di Masjid Raya Baiturrahman (Tanjung, 2019).
Masjid Raya Baiturrahman memiliki tingkatan kunjungan wisatawan yang sangat tinggi dari berbagai daerah, baik wisatawan domestik mapun wisatawan internasional. Tingkat kunjungan wisatawan pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman sangat dipengaruhi oleh identitas suatu kawasan. Masjid Raya Baiturrahman berada pada kawasan pusat kota yang menjadi ikon Kota Banda Aceh.
Oleh sebab itu Masjid Raya Baiturrahman sebagai objek wisata religi yang berhasil dikembangkan, dengan adanya karakteristik, keunikan dan nilai sejarah pada kawasannya, yang mampu menjadikan pengunjung memiliki place attachment terhadap Masjid Raya Baiturrahman. Place attachment merupakan ikatan yang ada pada diri individu terhadap suatu tempat yang dikunjunginya yang tidak dapat
dipisahkan. Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu kawasan wisata religi yang potensial dan memiliki nilai place attacment pada masyarakat dan wisatawan saat mengunjungi kawasan tersebut. Namun pengembangan pariwisata religi belum ada pengembangan dengan nilai nilai atau aspek yang mendukung place attachment pada kota Banda Aceh untuk dikembangkan. Berdasarkan paparan isu-isu dan potensi yang didapat pada kawasan Masjdi Raya Baiturrahman dan kajian “Place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman” hal tersebut menjadi alasan mengapa penelitian ini penting dilakukan. Penelitian ini untuk menemukan pengembangan wisata religi dengan nilai-nilai place attachment Masjid Raya Baiturrahman.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian yaitu :
Bagaimana place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan permasalahan penelitian yang akan dijawab, maka tujuan penelitian yaitu :
Menganalisa place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh?
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki aspek-aspek penting yang menjadikan pertimbangan untuk dikaji, yaitu place attachment. Adapun permasalahan dibatasi secara non fisik dan fokus pada place attachment yang dimiliki oleh masyarakat pada Masjid Raya Baiturrahaman.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara akademis, sebagai referensi bagi penulisan-penulisan serupa di masa yang akan datang serta menjadi pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya berkaitan dengan place attachment pada kawasan wisata.
2. Secara praktis, sebagai bahan dan rekomendasi untuk pemerintah Kota Banda Aceh untuk meningkatakan ekonomi dan pengembangan pariwisata khususnya pada Masjid Raya Baiturrahman.
1.6 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, secara diagramatis peneliti menggunakan kerangka berpikir untuk melakukan penelitan, maka dalam hal ini penulis menguraikan dalam beberapa proses tahapan penelitian yang dijelaskan pada keranga berpikir, yaitu dimulai dari proses persiapan, yang mengkaji studi pendahuluan, tahapan pengumpulan data, dan tahapan analisa untuk mendapatkan hasil penelitain dan
pemaparan kesimpulan serta saran. Untuk detail proses dapat dilihat pada (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Kerangka berpikir
LATAR BELAKANG
Masjid Raya Baiturrahman sebagai objek wisata religi yang berhasil dikembangkan, dengan adanya karakteristik, keunikan dan nilai sejarah pada kawasannya, yang mampu menjadikan pengunjung memiliki place attachment terhadap Masjid Raya Baiturrahman.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan wisata religi yang potensial dan memiliki nilai place attacment pada masyarakat atau wisatawan kota Banda Aceh, Namun pengembangan pariwisata religi belum ada pengembangan dengan nilai nilai atau aspek yang mendukung place attachment pada kota Banda Aceh untuk dikembangkan
RUMUSAN MASALAH Bagaimana place Attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
LANDASAN TEORI
Place attachment merupakan ikatan emosional yang tidak dapat dipisahkan antara manusia dan tempat (Najafi &
Syarif, 2012, Hidalgo dan Hernandez, 2001).
Place attachment merupakan konsep yang berguna dalam memahami aspek kenyamanan dan perilaku setiap individu pada suatu tempat (Alexandris et all, 2006).
Memahami place attachment merupakan hal yang penting dalam mempertahankan daya tarik dan makna suatu tempat (Ujang, 2015).
wisata religi tidak hanya berkaitan dengan alasan keagamaan akan tetapi juga berhubungan dengan kebudayaan masyarakat (Pals, 2001)
ANALISA
Kajian place attachment pada kawasan wisata religi di tinjau melalui yaitu :
Ikatan emosional.
Perilaku
Makna tempat DATA
Identifikasi place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman pada pengembangan wisata religi
METODA
Metode campuran yaitu kualitatif dan kuantitatif
Kuantitatif yaitu mempergunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.
Kualitatif yaitu mempergunakan wawancara terhadap narasumber dan observasi lapangan.
PENEMUAN
KESIMPULAN
1.7 Sistematika Pembahasan
Adapun urutan pembahasan yang digunakan dalam menerangkan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Teori menjelaskan tentang dasar teori yang menjadi landasan kajian yang digunakan peneliti, yaitu tentang referensi place attachment dan wisata religi
BAB III Motodologi Penelitian
BAB III Metodologi Penelitian menjelaskan metode yang digunakan dalam proses penelitian tersebut. Bab ini berisi uraian tentang penentuan jenis penelitian, metode penentuan kawasan penelitian, metode penentuan variabel penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisa data.
BAB IV Deskripsi Kawasan Penelitian
BAB IV Deskripsi kawasan penelitian menjelaskan kawasan kajian yang digunakan peneliti untuk memaparkan tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu kawasan Masjid Raya Baiturrahman, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.
BAB V Hasil dan Pembahasan
BAB V hasil dan pembahasan yang berisikan hasil kajian dan analisa terhadap landasan teori dan rumusan temuan penelitian yang diperoleh oleh peneliti
BAB VI Kesimpulan
BAB VI berisi kesimpulan dan rekomendasi yang didapat dari pembahasan pada tahap-tahap sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Place Attachment
Place attachment sebagai hubungan simbolis individu dengan tempat yang dibentuk melalui emosional dan akal sehat seseorang terhadap suatu tempat dan menjelaskan bagaimana seseorang memandang suatu tempat dan bagaimana mereka berhubungan dengan tempat tersebut. Oleh karena itu keberhasilan suatu tempat sangat dipengaruhi oleh individu dan lingkungannya. Ikatan ini sangat mempengaruhi psikologi dan kualitas kehidupan masyarakat kedepannya.
Place attachment merupakan ikatan emosional yang tidak dapat dipisahkan antara manusia dan tempat (Najafi & Syarif, 2012, Hidalgo dan Hernandez, 2001).
Adanya ikatan emosi merupakan rasa kelekatan dan kecintaan terhadap tempat yang di huni dan didapat secara positif yang akan memberikan rasa yang aman, nyaman dan tentram, hal ini menjadikan individu dan tempat memiliki interaksi yang kuat.
Konsep ini menunjukan bahwa place attchment didefinisikan sebagai bagian dari ikatan emosional seseorang terhadap tempat yang berperan penting dan melekat antara manusia dengan lingkungannya. Selain itu place attachment adalah bagian dari interaksi antara manusia dan tempat yang melibatkan ikatan emosional (Novianti et al, 2018). Pada dasarnya, keterikatan tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi membutuhkan keberadaan individu, proses psikologis dan wilayah.
Berbeda dengan konsep sebelumnya, Place attchment umumnya merupakan konsep psikologis sosial seperti sikap dan prasangka, yang juga ditandai oleh komponen afektif, kognitif, dan perilaku (Aronson et al, 2005). Komponen ini muncul dari aktifitas sosial yang terjadi antara individu dan lingkungannya seperti menjaga, melestarikan dan mengembangkan potensi kawasan.
Place attachment merupakan konsep yang berguna dalam memahami aspek kenyamanan dan perilaku setiap individu pada suatu tempat (Alexandris et al, 2006).
Kenyamanan dan keamanan suatu tempat sangat dipengaruhi oleh perilaku seseorang dalam berinteraksi dan berkatifitas, hal ini mengacu pada terbentuknya ikatan batin positif seseorang dengan tempat tersebut. Sebaliknya, tidak adanya ikatan maka seseorang akan menimbulkan rasa terasing dari lingkungan tersebut. Kenyamanan pada suatu tempat pada dasarnya ditentukan oleh bagaimana karakteristik dan makna, sehingga seseoramg memiliki keterikatan emosional dengan suatu tempat.
Adanya place attachment antara seseorang dan tempat dapat membantu ikatan emosional yang kuat terhadap suatu tempat apabila seseorang tersebut terdapat pengalaman ataupun interaksi yang kuat sehingga suatu tempat akan memiliki arti atau makna. Place attachment pada dasarnya mengacu pada terbentuknya ikatan batin seseorang. Selain itu place attachment juga ditandai dengan perilaku yang mempertahankan kedekatan positif dan afektif antara individu dan tempat tertentu, karakteristik utama yang mempertahankan kedekatan dengan tempat (Hidalgo &
Hernandez, 2001). Keterikatan pada konsep ini menjelaskan perilaku seseorang terhadap tempat baik dari kehidupan sosial maupun kehidupan budaya muncul secara
positif. Perilaku pada suatu tempat sangat mempengaruhi hubungan positif antar individu dan lingkungannya.
Memahami place attachment merupakan hal yang penting dalam mempertahankan daya tarik dan makna suatu tempat (Ujang, 2015). Selain harus memahami aspek emosi dan prilaku, place attachment juga harus ditandai dengan adanya daya tarik dan makna yang kuat dari diri individu atau kelompok terhadap tempat.
Keterikatan muncul dari diri individu terhadap tempat ketika adanya ketertarikan dan kecintaan, sehingga mendorong individu untuk selalu berinteraksi dengan tempat yang dikunjunginya. Fungsi dari keterikatan tempat (place attachment) merupakan kondisi yang memberikan keuntungan bagi setiap individu dan adanya ketergantungan terhadap tempat tersebut. Hal ini menjadikan individu memiliki keterikatan yang kuat dan kenyamanan terhadap tempat.
Place attachment atau keterikatan tempat merupakan ikatan batin antara individu dan tempat yang memiliki pengalaman dan makna tempat pada kehidupan sehari-hari (Brown dan Perkins, 1992). Memori dan pengalaman seseorang terhadap tempat akan membentuk makna yang kuat yang dimilikinya. Place attachment mengacu pada koneksi pribadi yang dirasakan seseorang dengan tempat tertentu (Suntikul & Jachna, 2016). Koneksi yang muncul dari diri individu dikarenakan adanya ikatan emosi, perasaan dan makna pada tempat. Keterikatan pada kawasan biasanya terkait dengan ikatan masyarakat dan fisik lingkungan dan juga persepsi masyarakat baik negatif atau positif terhadap tempat tersebut. Keterikatan yang muncul dari seseorang terhadap suatu tempat dikarenakan adanya komponen
penting pada tempat yang dapat memengaruhi keterikatan. hal ini bisa katakan bahwa place attachment adalah hubungan fungsi dan emosi komponen antara orang dan tempat yang menciptakan makna. Place attachment merupakan ikatan emosional yang timbul antara individu dan lingkungan yang memiliki makna tempat dan peran penting dalam perancangan suatu kota (Giuliani, 2003; Low & Altman, 1992).
Berdasarkan uraian teori teori yang menjelaskan mengenai place attachment dari berbagai referensi (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Place Attachment
No Pakar Elemen-elemen Kesimpulan
1. Altman, 1992 Ikatan emosional a. Ikatan emosional b. Perilaku c. Makna tempat 2. Hidalgo dan
Hernandez, 2001
Ikatan emosional 3. Najafi & Syarif, 2012 Ikatan emosional 4. Giuliani, 2003 a. Ikatan emosional
b. Makna tempat 5. Aronson, Wilson,
Akert, & Fehr, 2005
a. Efektif b. Kognitif c. Perilaku 6. Alexandris et all, 2006 a. Kenyamanan
b. Perilaku 7. Ujang, 2015 Makna tempat 8. Novianti, Ginting &
Marpaung, 2018
Ikatan emosional 9. Brown dan Perkins,
1992
a. Pengalaman b. Makna tempat
Berdasarkan kajian teori yang telah diinterpretasi, maka terdapat faktor- faktor yang berperan dalam membentuk place atachment pada kawasan wiaata religi yaitu : Ikatan emosional, Perilaku dan Makna tempat.
2.1.1 Ikatan Emosional
Ikatan emosional didefinisikan sebagai target yang memiliki emosi ikatan antara seseorang dan objek tertentu (Thomson et al, 2005). Misalnya ikatan emosional individu atau kelompok terhadap tempat yang dikunjungi. Adanya ikatan batin yang menjadikan seseorang nyaman dan aman berada di tempat tersebut.
Beberapa peneliti percaya ikatan emosional merupakan koneksi simbolis terhadap tempat (Cheng, 2010).
Ikatan emosional menunjukkan seberapa dekat seseorang mengidentifikasi diri dengan suatu kelompok. Ikatan emosional mencerminkan bagaimana perasaan seseorang dengan orang lain dalam suatu kelompok, seberapa terintegrasi orang itu dengan orang lain dalam kelompok (Paxton et al, 2003). Perasaan seseorang yang mencakup perasaan positif, baik antara kelompok maupun terhadap tempat, seperti perasaan senang atau bangga terhadap tempat yang ditempati. Ikatan emosional tidak hanya antara individu, melainkan ikatan emosional timbul pada lingkungan yang ditempatinya. Ikatan emosional pada setiap orang maupun kelompok muncul dengan adanya interaksi yang mendalam atau hubungan yang dikembangkan pada suatu tempat. Ikatan emosional juga melibatkan koneksi yang kuat (Grisaffe dan Nguyen, 2011).
Pentingnya keterikatan fungsional dan emosional dalam membentuk suatu identitas tempat (Ujang, 2012). Ikatan emosional merupakan ikatan yang tidak dapat dipisahkan antara individu dan tempat. Keterikatan emosional tercermin pada
kemampuan suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan psikologis pengguna yang membangkitkan emosi mereka. Dikembangkan sebagai hasil dari makna dan betapa pentingnya suatu tempat bagi pengguna. Identitas tempat didirikan melalui identifikasi positif pengguna dengan tempat, perasaan puas, kenikmatan dan keamanan. Keterikatan fungsional dan emosional berkontribusi pada rasa keterikatan pada tempat yang lebih kuat dan kontinuitas identitas tempat. Identitas tempat mengacu pada simbolik yaitu pentingnya suatu tempat sebagai tempat penyimpanan emosi dan koneksi yang memberi makna dan tujuan bagi kehidupan seseorang (Williams dan Vaske, 2003).
Keterikatan emosional dan fungsional antara individu dan kelompok terhadap satu tempat tertentu yang berhubungan dengan prilaku setiap individu yaitu seperti tingkat kepuasan (Hwang et al, 2005). Tingkat kepuasan seseorang terhadap tempat sangat berperan penting agar menimbulkan interaksi positif saat seseorang berada di tempat tersebut. Adanya kepuasan dalam diri pengunjung pada suatu kawasaan, akan memberikan keinginan untuk kembali. Ikatan emosional pada suatu tempat adalah aspek penting bagi kehidupan dan identitas kita (Croos, 2001).Individu membentuk ikatan emosional tidak hanya dengan orang-orang pada kelompok mereka, tetapi juga untuk pemandangan fisik di mana mereka tinggal. Terbentuknya Ikatan emosional melalui psikologi individu, tanpa disadari akan membentuk ikatan emosional seperti perasaan terhadap tempat, kepuasan dalam diri seseorang (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Elemen-Elemen yang Membentuk Ikatan Emosional.
No Referensi Elemen-elemen Kesimpulan
1. Paxton et all, 2003 Perasaan Perasaan
Kepuasan Koneksi
2. Cheng, 2010 Koneksi
3. Hwang Dkk, 2005 Kepuasan
4. Grisaffe dan Nguyen, 2011 Koneksi
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk ikatan emosional pada suatu tempat, yaitu : Perasaan, Koneksi dan Kepuasan.
2.1.2 Perilaku
Aspek lainnya dari proses psikologi pada place attachment merupakan perilaku. Konsep place attachment merupakan konsep yang berguna dalam memahami aspek kenyamanan dan perilaku setiap individu (Alexandris et al, 2006).
Perilaku dianggap bertanggung jawab terhadap lingkungan ketika sikap individu atau kelompok menganjurkan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Akibatnya, penggunaan lingkungan yang berkelanjutan dapat meningkat ketika para penggunanya memiliki tindakan dalam lingkungan secara bertanggung jawab (Lee, 2011). Perilaku pada suatu tempat muncul dari interaksi dan kesadaran manusia pada lingkungannya, perilaku yang positif akan menjadikan lingkungan yang lebih baik. Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya (Robins,2006). Perilaku manusia berbeda satu sama lain, perilakunya ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Setiap tempat berada pada lingkungan dan budaya yang berbeda yang akan
memangaruhi perilaku penggunanya, akan tetapi perbedaan kekhasan antara satu tempat dengan tempat lainnya dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Suatu tempat yang memuaskan akan terintegrasi dengan perasaan, emosi, dan perilaku (Ginting dan Wahid, 2015). Perilaku juga merupakan reaksi atau respon yang berasal dari individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Ali, 2003).
Perilaku pada dasarnya telah dimiliki oleh setiap orang. Lingkungan sangat berperan penting dalam menentukan wujud perilaku dan tindakan seseorang.
Perilaku keterikatan merupakan perilaku yang dimiliki seseorang pada tempat yang dihuni maupun yang dikunjungi. Perilaku keterikatan pada tempat ini muncul karena adanya rasa kecintaan dan kenyamanan pada tempat tersebut. Tingkat perilaku keterikatan pada tempat, didasarkan pada keinginan untuk tetap dekat dengan suatu tempat dan dapat diekspresikan dengan mempertahankan kedekatan dengan perjalanan jauh, rekonstruksi tempat, dan relokasi ke tempat-tempat serupa (Scannell dan Gifford, 2010). Dengan adanya tindakan atau perilaku positif seseorang pada suatu tempat, akan menjadikan tempat tersebut sebagai daya tarik bagi setiap orang yang mengunjunginya. Perilaku individu maunpun kelompok terbentuk dari psikologi individu seperti tindakan, interaksi, kesadaran, ekspresi dan kedekatan, sehingga mendorong emosi individu untuk berkunjung dan membentuk pola aktifitas prilaku pada tempat (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Elemen-Elemen yang Membentuk Perilaku.
No. Referensi Elemen-elemen Kesimpulan
1. Ali, 2003 a. Reaksi
b. Respon
a. Reaksi b. Kedekatan 2. Scannell dan
Gifford, 2010
a. Ekspresi b. Kedekatan c. Kedekatan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk perilaku pada suatu tempat, yaitu: Respon dan kedekatan.
2.1.3 Makna tempat
Aspek psikologi pada place attachment merupakan hal yang penting dalam mempertahankan daya tarik dan makna suatu tempat (Ujang, 2015). Makna merupakan aspek penting dari place attachment atau keterikatan tempat, adanya ikatan emosi pada diri individu atau kelompok akan menimbulkan makna tempat yang dikunjunginya. Makna merupakan pusat pengalaman manusia (Park, 2005). Makna yang didapat dari pengalaman menjadi tujuan seseorang untuk tetap berada pada tempat yang dikunjunginya. Makna tempat sangat penting dalam membentuk keterikatan antara individu dan tempat, dengan adanya pengalaman dan memori, maka seseorang memiliki kecintaan yang melekat pada tempat tersebut. Makna merupakan keyakinan seseorang terhadap tempat-tempat tertentu yang mencerminkan karakteristik fisik dari interaksi sosial (Wynveen et al, 2012). Makna dari tempat merupakan simbol dari pengalaman seseorang terhadap tempat tersebut, suatu tempat memiliki makna yang menjadi daya tarik. Makna tempat merupakan keyakinan
evaluatif mengenai pengaturan yang mencerminkan nilai dan makna individu (Stedman, 2002). Suatu tempat mengembangkan makna melalui perasaan dan pengalaman positif dari individu (Manzo, 2005).Makna suatu tempat sangat berarti bagi individu atau kelompok. Adanya makna pada suatu tempat yang dikunjungi dikarenakan adanya ikatan emosi dan pengalaman dari individu yang mengunjungi, baik positif maupun negatif. Makna adalah berkorelasi dengan pembentukan diri (Weber, 2016). Makna tempat sangat berpengaruh terhadap nilai pembentuk diri atau pola kehidupan kita. Peran makna tempat mampu menjadikan suatu tempat memiliki kekhasan dan keunikan sehingga wisatawan memiliki keterikatan dan ingin terus berada pada tempat tersebut. Oleh karena itu, nilai nilai place attachment sangat ditentukan oleh tempat yang memiliki makna pada diri individu. Faktor faktor pembentuk makna (Tabel 2.4).
Tabel 2.4 Elemen-Elemen yang Membentuk Perilaku.
No Referensi Elemen-elemen Kesimpulan
1. Park, 2005. Pengalaman a. Pengalaman b. Karakteristik fisik c. Interaksi sosial 2. Manzo, 2005 Pengalaman poitif
3. Wynveen, Kyle dan Sutton, 2012).
a. Karakteristik fisik b. Interaksi sosial 4. Stedman, 2002 Keyakinan
5. Weber, 2016 Pembentuk diri.
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk makna pada tempat, yaitu: Pengalaman, karakteristik fisik dan interaksi sosial.
2.2. Wisata Religi
Pariwisata merupakan peranan penting bagi sektor industri yang sangat strategis, hal ini dikarenakan pariwisata mampu membuka peluang-peluang bisnis yang dapat dikelola oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Ginting
& Wahid, 2015). Sekarang ini pariwista merupakan fonomena sosial, budaya dan ekonomi yang diharapkan mampu memberikan peningkatan pendapatan bagi indonesia. Pariwisata memiliki jenis berdasarkan objeknya, salah satunya merupakan wisata religi. Wisata religi merupakan suatu bentuk perjalanan yang memiliki motivasi tentang keagamaan dan berpariwisata (Pusztai, 2004). Kegiatan wisata pada kawasan wisata religi yang biasanya berupa tempat peribadatan yang memiliki keunikan dan kekhasan yang dilihat dari sejarah dan legenda pada tempat tersebut, ataupun kelebihan dari arsitektur bangunannya.
Wisata religi merupakan jenis pariwisata yang berkaitan erat dengan sisi religius atau keagamaan yang dianut oleh umat manusia (Puspitasari, 2015). Wisata religi merupakan wisata yang sudah lama dikenal dan berkembang di indonesia.
Sekarang ini, wisata religi sangat berhubungan erat dengan liburan, wisata budaya, wisata sosial dan kelompok (Rinschede, 1992). Oleh karena itu wisata religi tidak hanya berkaitan dengan alasan keagamaan akan tetapi juga berhubungan dengan kebudayaan masyarakat (Pals, 2001)
Wisata Religi adalah salah satu pilar penting dalam membangun komunitas tanpa batas etnis, ras, agama, dan antar kelompok (Firdaus & Rahmat, 2019). Wisata
religi maupun wisata spiritual sudah menjadi suatu budaya bagi masyarakat luas. Hal ini menjelaskan bahwa wisata religi merupakan wisata yang tujuan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan mengunjungi tempat keagamaan untuk mempelajari keunikan daya tarik dari wisata religi.
Keterikatan tempat pada diri individu atau kelompok akan membentuk karakter diri individu sesuai dengan budaya masyarakat dan tempat yang dikunjunginya, seperti kawasan keagamaan yang akan membentuk seseorang berkarakter religius. Daya tarik wisata religi hakekatnya bertumpu pada keunikan, kekhasan, dan keaslian alam serta kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat daerah (Sulistyan et al, 2018). Place attachment pada kawasan wisata religi merupakan keterikatan yang dimiliki oleh
individu atau kelompok dengan suatu tempat yang miliki keunikan dan kekhasan sosial budaya masyarakat pada tempat tersebut. Hal ini menimbulkan faktor-faktor pembentuk wisata religi (Tabel 2.5).
Tabel 2.5 Elemen-Elemen yang Membentuk Wisata Religi.
No Referensi Elemen-elemen Kesimpulan
1. Rinschede, 1992 a. Budaya b. Kelompok c.
a. Budaya b. Agama 2. Pusztai, 2004 Keagamaan
3. Firdaus & Rahmat, 2019 a. Etnis b. Ras c. Agama 4. Pals, 2001 a. Agama b. Budaya c.
5. Sulistyan, Ariyono &
Taufiq 2018).
Kebudayaan 6. Puspitasari,2015 Keagamaan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk wisata religi pada suatu tempat, yaitu: Budaya dan Agama.
2.2.1 Budaya
Pengembangan suatu pariwisata pada suatu tempat secara umum sangat bertumpu pada keunikan dan kekhasan daya tarik alam dan kebudayaan yang ada tempat tersebut. Oleh karena itu dengan menjaga kegiatan wisata pada tempat perlu adanya pengololaan dan pelestarian potensi potensi pariwisata (Suhendroyono &
Novitasari, 2016). Pelestarian potensi wisata salah satunya adanya nilai budaya pada kawasan pariwisata religi dilaksanakan melalui perencanaan yang bertujuan untuk perekonomian masyarakat. Keanekaragaman warisan budaya wajib dilestarikan baik budaya fisik (Tangible) dan nilai budaya (Intangible) dari masa lalu.
Kebudayaan atau budaya merupakan keseluruhan kompleksitas aktivitas masyarakat, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, hukum, adat istiadat, serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh masyakarat dari aktivitasnya (Puspitasari, 2015). Potensi budaya lokal pada kawasan wisata religi merupakan adat istiadat atau kepercayaan masyarakat. Budaya berhubungan erat dengan wisata religi pada suatu kawasan, masih adanya penerapan budaya lokal pada wisata religi menjadi potensi untuk sektor pariwisata. Budaya merupakan seperangkat kepercayaan, nilai- nilai, adat istiadat yang diturunkan dari generasi ke generasi (Christian, 2017).
Budaya berhubungan dengan kepercayaan yang dianut setiap individu, yang sudah ada dari masyarakat terdahulu. Budaya tidak hanya memiliki nilai nilai kepercayaan
dan adat istiadat, Budaya juga merupakan hasil pemikiran manusia sebagai makhluk sosial (Mulyana dan Rahmat, 1990). Budaya kemudian dipahami dalam arti etnografi terluas untuk merujuk pada pengetahuan, kepercayaan, seni, etika, adat istiadat, praktik dan keterampilan, yang telah diperoleh manusia sebagai anggota komunitas (Tylor, 2003). Hal ini menimbulkan adanya faktor-faktor pembentuk budaya (Tabel 2.6).
Tabel 2.6 Elemen-Elemen yang Membentuk Budaya.
No Referensi Elemen-elemen Kesimpulan
1. Puspitasari, 2015 a. Adat istiadat
b. Norma/hukum
a. Adat istiadat b. Hukum/norma 2. Christian, 2017 a. Adat istiadat
b. Kepercayaan c. Nilai nilai 3. Tylor,2003 a. Adat istiadat
b. Norma/hukum
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk budaya pada suatu tempat, yaitu: Adat istiadat dan Norma/ hukum.
2.2.2 Agama
Nilai keagamaan pada wisata religi merupakan hal yang penting dikarenakan kegiatan-kegiatan yang diterapkan memiliki unsur religi/agama yang menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik itu dalam bentuk bangunan maupun aktifitas didalamnya.
Wisata religi menjadi pembentuk nilai pariwisata dengan melihat place attachment pada diri individu atau tempat. Adanya nilai keagamaan yang memiliki ikatan bagi
wisatawan pada wisata religi menjadi daya tarik dan potensi bagi wisatawan. Agama merupakan bagian dari kehidupan manusia. Selain itu agama juga merupakan sebuah sistem kebudayaan, karena itu agama berpusat pada pikiran dan perasaan manusia yang selanjutnya dijadikan acuan melakukan tindakan, juga untuk menafsirkan realitas yang dihadapinya (Nuryani dan Hanif 2013). Unsur keagaaman yang diterapkan pada kawasan wisata merupakan potensi kebudayan lokal yang akan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Daya tarik merupakan perilaku atau aktivitas keagamaan yang sesuai dengan kepercayaan.
Agama sangat berkaitan dengan kepercayaan (belief) dan upacara (ritual) yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat (Marzali, 2017). Faktor faltor pembentuk agama (Tabel 2.7).
Tabel 2.7 Elemen-Elemen yang Membentuk Agama.
No Referensi Elemen-elemen Kesimpulan
1. Nuryani dan Hanif 2013 Pikiran a. Kepercayaan b. Ritual/Ibadah 2. Dow , 2007 a. Ritual/upacara
b. Kepercayaan
3. Dawkins, 2006 Kepercayaan
4. Marzali, 2017 a. Ritual/upacara b. Kepercayaan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk agama pada suatu tempat, yaitu: Ritual dan kepercayaan.
2.3 Place Attachment pada Pengembangan Wisata Religi
Pada penelitian place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman, melalui kajian literatur sebelumnya yang telah memiliki aspek aspek pengembangan place atttachment dan wisata religi. Dalam sub-bab yang akan dikaji ada terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1) Ikatan emosional pada wisata religi, 2) perilaku pada wisata religi, dan 3) makna pada wisata religi.
2.3.1 Ikatan Emosional pada Wisata Religi
Ikatan emosional pada place attachment merupakan sebuah ikatan psikologis antara individu dengan lingkungannya. Faktor yang melatarbelakangi munculnya ikatan emosional antara lain yaitu etnis, agama, ideologi, gender, asal daerah, dan cita-cita (Widagdo, 2016). Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakkan jiwa manusia (Nurlita et al, 2017), seperti ikatan emosional wisatawan terhadap sejarah bangunan pada kawasan religi atau keagamaan. Wisatawan pada kawasan wisata religi memiliki perasaan emosional untuk mengunjungi situs wisata yang memiliki nilai situs bersejarah, situs budaya dan warisan budaya (Bond et al, 2015). Hal ini dijelaskan dengan adanya perasaan emosional seperti cinta, benci dan bangga terhadap tempat tersebut (Altman dan Low, 1992). Perasaan ini muncul dikarenakan adanya ikatan emosi terhadap kepercayaan yang dimiliki masyarakat lokal dan rasa memiliki saat berada pada tempat tersebut. Perasaan ingin tahu tentang adat istiadat dan kebiasaan orang lain merupakan dorongan kuat orang melakukan perjalanan wisata (Spillane, 2000). Keterikatan emosional dan fungsional antara
individu dan kelompok terhadap satu tempat tertentu yang berhubungan dengan prilaku setiap individu yaitu seperti tingkat kepuasan (Hwang et al, 2005). Kepuasan wisatawan terhadap bangunan didapatkan setelah menikmati keunikan komponen bangunan masjid yang tidak dapat mereka jumpai di masjid lainnya (Tunggadewi, 2013). Kepuasan tersebut mampu mempengaruhi wisatawan untuk kembali pada tempat tersebut (Tabel 2.8).
Tabel 2.8 Ikatan Emosional pada Wisata Religi
Aspek Sub-aspek Keterangan
Ikatan Emosional
Perasaan a. Perasaan bangga dari wisatawan dan masyarakat terhadap tradisi keagamaan di kawasan Masjid Raya Baiturrahman.
b. Merasa bangga dengan aturan atau norma yang ada di Masjid Raya Baiturrahman
c. Adanya keinginan beribadah di Masjid Raya Baiturrahman
Kepuasan a. Tradisi budaya sangat penting bagi masyarakat lokal dan wisatawan dapat menikmati tradisi budaya lokal
b. Norma yang diterapkan merupakan bagian dari ibadah masyarakat lokal dan harus diterapkan oleh wisatawan.
c. Ibadah di Masjid Raya Baiturrahman merupakan kewajiban utama masyarakat setempat dan wisatawan juga akan mendapat spiritualitas yang tinggi.
Koneksi a. Masyarakat lokal memiliki hubungan dengan budaya yang mereka jalankan dan wisatawan memiliki keinginan untuk kembali karena tradisi budaya mereka yang kuat.
b. Beribadah di Masjid Raya Baiturrahman agar lebih dekat dengan Allah SWT
2.3.2 Perilaku pada Wisata Religi
Perilaku pada suatu tempat muncul dari interaksi dan kesadaran manusia pada lingkungannya, perilaku yang positif akan menjadikan lingkungan yang lebih baik.
Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya (Robins, 2006). Wisata religi memiliki dampak penting bagi kemajuan pariwisata pada suatu kota. Pengembangan wisata religi pada suatu kota dipengaruhi oleh sosial budaya masyarakat setempat yang memiliki tingkah laku atau perilaku yang berbeda-beda. Perilaku sosial budaya setiap masyarakat dilihat dari unsur etnis, agama, adat istiadat dan lokasi (Suprihadjo, 2016). Tujuan wisata pada wisata religi yang memiliki kekhasan dan keunikan akan menjadikan minat atau keinginan wisatawan untuk menetap atau kembali lagi, hal ini juga dipengaruhi oleh perilaku dari wisatawan. Sosial budaya masyarakat seperti tingkah laku, adat istiadat masyarakat lokal menjadi modal dalam mempromosikan pariwisata, salah satunya merupakan wisata religi.
Perilaku individu pada suatu kawasan sangat mempengaruhi perkembangan kawasan tersebut. Perilaku merupakan menunjukkan adanya aksi dari manusia, berkaitan dengan aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya (Randal dan Egam, 2011). Adapun hasil dari keterikatan tersebut akan terlihat dari perilaku atau tindakan seseorang terhadap tempat, seperti adanya keinginan untuk merekonstruksi,memelihara dan
mengunjungi tempat tersebut (Low, 1992). Keinginan positif wisatawan tersebut dikarenakan adanya ikatan kedekatan antara individu dan tempat (Tabel 2.9).
Tabel 2.9 Perilaku pada Wisata Religi.
Aspek Sub-aspek Keterangan
Perilaku
Kedekatan a. Adanya kedekatan masyarakat dengan tradisi budaya b. Dapat mendekatkan wisatawan dengan tradisi budaya
yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
c. Norma norma merupakan ibadah yang dapat medekatkan diri dengan Allah SWT
d. Menjaga lingkungan masjid merupakan salah satu contoh adanya kedekatan wisatawan terhadap masjid.
e. Pelaksanaan kegiatan keagamaan yang diselenggarakan dapat memberi keakraban
f. Wisatawan dapat berinteraksi dengan kegiatan keagamaan pada Masjid Raya Baiturrahman.
g. Melaksanakan kegiatan ibadah pada Masjid Raya Baiturrahman dapat mendekatkan diri dengan Tuhan Respon/reaksi a. Kegiatan tradisi keagamaan di Masjid Raya
Baiturrahman merupakan daya tarik utama.
b. Adanya keinginan untuk tetap menjalankan tradisi budaya lokal pada era sekarang
c. Wisatawan dapat Menyaksikan tradisi budaya lokal memberikan dan respon yang positif.
d. Norma norma yang diterapkan di Masjid Raya Baiturrahman merupakan aktivitas masyarakat lokal sehari hari dan
e. Kepatuhan wisatawan dalam dalam menerapkan norma norma merupakan respon baik terhadap masjid . f. Masyarakat lokal melaksanakan ibadah sholat sunnah
di Masjid Raya Baiturrahman dan
g. Wisatawan mengikuti aktivitas lain selain ibadah.
2.3.3 Makna Tempat pada Wisata Religi.
Makna merupakan pusat pengalaman manusia (Park, 2005). Aktivitas pada kawasan wisata religi merupakan potensi bagi tujuan wisata yang merupakan daya tarik yang mampu memberikan pengalaman baru bagi wisatawan. Wisata religi
dimaknai sebagai kegiatan wisata yang memiliki makna tempat khusus bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat ibadah yang memiliki kelebihan (Nurlita et all, 2017). Oleh karena itu makna pada kawasan wisata religi merupakan pengalaman yang dirasakan wisatawan dengan kelebihan yang didapat pada kawasan tersebut.
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memicu seorang atau sekelompok orang mengunjungi suatu tempat karena memiliki makna tertentu, misalnya lingkungan alam, peninggalan atau tempat sejarah, peristiwa tertentu (Warpani & Indira, 2007).
Suatu tempat mengembangkan makna melalui perasaan dan pengalaman positif dari individu (Manzo, 2005). Pengalaman positif pada kawasan wisata religi yaitu pengalaman-pengalaman keagamaan dan budaya lokal masyarakat, seperti tradisi rutin keagamaan dan budaya lokal.
Selain itu makna juga merupakan keyakinan seseorang terhadap tempat- tempat tertentu yang mencerminkan karakteristik fisik (Wynveen et al, 2012) dan interaksi sosial (Fishwick, 1992). Karakteristik fisik bangunan Masjid memiliki makna bagi wisatawan yang berkunjung. Keunikan dan kekhasan suatu tempat merupakan kelebihan yang memiliki makna bagi wisatawan, hal ini menjadi adanya keterikatan. Makna dari suatu tempat dibentuk oleh kecintaan wisatawan terhadap tempat. Hal ini disebabkan karena adanya fitur fisik dan atribut tempat dapat memengaruhi keterikatan tempat (Stedman, 2003). Selain itu makna tempat juga mecerminkan interaksi sosial antara wisatawan dan tempat. Setiap jenis interaksi sosial menciptakan makna tempat yang berbeda beda (Kulczycki, 2014). Interaksi sosial penting untuk menempatkan makna tempat karena adanya keterikatan bagi
wisatawan.Makna tempat pada wisata religi mempengaruhi pengalaman wisatawan, karakteristik fisik dan interaksi sosial (Tabel 2.10).
Tabel 2.10 Makna Tempat pada Wisata Religi
Aspek Sub-aspek Keterangan
Makna tempat
Pengalaman
Karakteristik fisik
a. Masyarakat lokal memiliki ingatan/memori yang tidak bisa dilupakan pada Masjid Raya Baiturrahman b. Pengalaman baru yang belum pernah dirasakan wisatawan dari tradisi budaya lokal pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman
c. Melalui kegiatan tradisi budaya lokal, masyarakat selalu merasakan pengalaman setiap tahunnya d. Aturan atau norma yang diterapkan di Masjid Raya
Baiturrahman memberikan pengalaman yang berbeda
e. Menerapkan aturan atau norma merupakan kebiasaan masyarakat lokal saat berada di masjid
f. Melaksanakan ritual/ibadah pada Masjid Raya Baiturrahman merupakan pengalaman yang berkesan dan
g. Adanya pengalaman yang didapat dari fasilitas dan atribut masjid Raya Baiturrahman yang tidak di dapat di masjid lainnya
a. Fungsi ruang masjid memiliki karakeristik yang berbeda antara satu dan lainnya.
b. Karakteristik arsitektur masjid sama dengan karakteristik arsitektur masjid lainnya
c. Adanya unsur budaya lokal pada desain Masjid Raya Baiturrahman
d. Adanya norma norma pada setiap ruangan masjid Nilai kepercayaan masyarakat lokal mempengaruhi karakteristik bangunan
e. Bagian ruang terbuka Masjid Raya Baiturrahman menjadi area favorit.
Tabel 2.10 (Lanjutan)
Aspek Sub-aspek Keterangan
Interaksi Sosial
a. Pelaksanaan tradisi budaya dan keagamaan melibatkan masyarakat lokal
b. Wisatawan memiliki keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan tradisi budaya dan keagamaan c. Adanya peraturan atau norma yang harus di
laksanakan dalam berinteraksi sosial
d. Kegiatan keagamaan dan ibadah pada Masjid Raya Baiturrahman memberikan kekerabatan sesama muslim
2.4 Rangkuman Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan teori, peneliti membuat rangkuman teori pada kajian place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman sebagai berikut (Tabel 2.11).
Tabel 2.11 Rangkuman Kajian Teori Permasalaha
n Penelitian
Landasan Teori Kajian Teori
Kajian ikatan emosional pada kawasan wisata religi
Wisatawan pada kawasan wisata religi memiliki perasaan emosional untuk mengunjungi situs wisata yang memiliki nilai situs bersejarah, situs budaya dan warisan budaya (Bond et al, 2015). Ikatan emosional juga didapat melalui kepuasan, Keterikatan emosional dan fungsional antara individu dan kelompok terhadap satu tempat tertentu yang berhubungan dengan prilaku setiap individu yaitu seperti tingkat kepuasan (Hwang Dkk, 2005). Ikatan emosional juga melibatkan koneksi yang kuat (Grisaffe dan Nguyen, 2011).
Teori ini memberikan penjelasan bahwa melalui ikatan emosional masyarakat lokal dan wisatawan adanya ikatan emosional terhadap kawasan wisata religi melalui perasaan, kepuasan terhadap tempat dan koneksi yang kuat terhadap lokasi wisata.
Tabel 2.11 (Lanjutan) Permasalahan
Penelitian
Landasan Teori Kajian Teori
Kajian perilaku pada kawasan wisata religi
Perilaku individu pada suatu kawasan sangat mempengaruhi perkembangan kawasan tersebut. Perilaku merupakan menunjukkan adanya aksi dari manusia, berkaitan dengan aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya (Randal dan Egam, 2011). Perilaku wiasatawan yang merupakan proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu budaya, sosial dan pribadi (Kotler & Keller, 2009).
Teori ini memberikan pemahaman bahwa dengan adanya perilaku sangat mempengaruhi perkembangan kawasan, memalui kedekatan dan reaksi dapat dilihat bagaimana
ketrikatan tempat pengunjung
Kajian Makna tempat pada kawasan wisata religi
Makna merupakan pusat pengalaman manusia (Park, 2005). Selain itu makna juga merupakan keyakinan seseorang terhadap tempat-tempat tertentu yang mencerminkan karakteristik fisik (Wynveen et all, 2012). Makna dari suatu tempat dibentuk oleh kecintaan wisatawan terhadap tempat. Makna tempat juga mecerminkan interaksi sosial antara wisatawan dan tempat. Setiap jenis interaksi sosial menciptakan makna tempat yang berbeda beda (Kulczycki, 2014
Teori ini memberikan
pemahan bahwa
preferensi makna tempat pada place attachment didapat dari pengalaman, karakateristik fisik dan interkasi sosial
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini akan menganalisa persepsi masyarakat terhadap keterikatan tempat (place attachment) pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman.
Peneliti melakukan kajian place attachment terhadap pengunjung pada Masjid Raya Baiturrahman. Hal ini untuk mendapatkan hasil yang tepat, (Novianti, Ginting
& Marpaung, 2018). Penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif (Metode kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data berupa quesioner validitas dan realibilitas agar dapat mengukur variabel yang akan diteliti. Sedangkan metode kualitatif yang didasari kajian pustaka mengenai place attachment. Data data yang dibutukan pada penelitian ini merupakan data primer berupa dokumentasi dan hasil wawancara pengunjung, sedangkan data skunder berupa hasil studi literatur.
3.2 Variabel dan Indikator Penelitian
Dalam menentukan variabel, peneliti terlebih dahulu melakukan kajian literatur yang berhubungan dengan Place Attachment. Berdasarkan kajian literatur maka terbentuk beragam variabel yang diteliti. Variabel membutuhkan tolak ukur berupa indikator untuk masyarakat terhadap keterikatan tempat (place attchment).
Berdasarkan konsep literatur yang telah dikaji, maka ada tiga dimensi yang akan