BAB V Hasil dan Pembahasan
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Place Attachment pada Pengembangan Wisata Religi
Pada penelitian place attachment pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman, melalui kajian literatur sebelumnya yang telah memiliki aspek aspek pengembangan place atttachment dan wisata religi. Dalam sub-bab yang akan dikaji ada terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1) Ikatan emosional pada wisata religi, 2) perilaku pada wisata religi, dan 3) makna pada wisata religi.
2.3.1 Ikatan Emosional pada Wisata Religi
Ikatan emosional pada place attachment merupakan sebuah ikatan psikologis antara individu dengan lingkungannya. Faktor yang melatarbelakangi munculnya ikatan emosional antara lain yaitu etnis, agama, ideologi, gender, asal daerah, dan cita-cita (Widagdo, 2016). Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakkan jiwa manusia (Nurlita et al, 2017), seperti ikatan emosional wisatawan terhadap sejarah bangunan pada kawasan religi atau keagamaan. Wisatawan pada kawasan wisata religi memiliki perasaan emosional untuk mengunjungi situs wisata yang memiliki nilai situs bersejarah, situs budaya dan warisan budaya (Bond et al, 2015). Hal ini dijelaskan dengan adanya perasaan emosional seperti cinta, benci dan bangga terhadap tempat tersebut (Altman dan Low, 1992). Perasaan ini muncul dikarenakan adanya ikatan emosi terhadap kepercayaan yang dimiliki masyarakat lokal dan rasa memiliki saat berada pada tempat tersebut. Perasaan ingin tahu tentang adat istiadat dan kebiasaan orang lain merupakan dorongan kuat orang melakukan perjalanan wisata (Spillane, 2000). Keterikatan emosional dan fungsional antara
individu dan kelompok terhadap satu tempat tertentu yang berhubungan dengan prilaku setiap individu yaitu seperti tingkat kepuasan (Hwang et al, 2005). Kepuasan wisatawan terhadap bangunan didapatkan setelah menikmati keunikan komponen bangunan masjid yang tidak dapat mereka jumpai di masjid lainnya (Tunggadewi, 2013). Kepuasan tersebut mampu mempengaruhi wisatawan untuk kembali pada tempat tersebut (Tabel 2.8).
Tabel 2.8 Ikatan Emosional pada Wisata Religi
Aspek Sub-aspek Keterangan
Ikatan Emosional
Perasaan a. Perasaan bangga dari wisatawan dan masyarakat terhadap tradisi keagamaan di kawasan Masjid Raya Baiturrahman.
b. Merasa bangga dengan aturan atau norma yang ada di Masjid Raya Baiturrahman
c. Adanya keinginan beribadah di Masjid Raya Baiturrahman
Kepuasan a. Tradisi budaya sangat penting bagi masyarakat lokal dan wisatawan dapat menikmati tradisi budaya lokal
b. Norma yang diterapkan merupakan bagian dari ibadah masyarakat lokal dan harus diterapkan oleh wisatawan.
c. Ibadah di Masjid Raya Baiturrahman merupakan kewajiban utama masyarakat setempat dan wisatawan juga akan mendapat spiritualitas yang tinggi.
Koneksi a. Masyarakat lokal memiliki hubungan dengan budaya yang mereka jalankan dan wisatawan memiliki keinginan untuk kembali karena tradisi budaya mereka yang kuat.
b. Beribadah di Masjid Raya Baiturrahman agar lebih dekat dengan Allah SWT
2.3.2 Perilaku pada Wisata Religi
Perilaku pada suatu tempat muncul dari interaksi dan kesadaran manusia pada lingkungannya, perilaku yang positif akan menjadikan lingkungan yang lebih baik.
Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya (Robins, 2006). Wisata religi memiliki dampak penting bagi kemajuan pariwisata pada suatu kota. Pengembangan wisata religi pada suatu kota dipengaruhi oleh sosial budaya masyarakat setempat yang memiliki tingkah laku atau perilaku yang berbeda-beda. Perilaku sosial budaya setiap masyarakat dilihat dari unsur etnis, agama, adat istiadat dan lokasi (Suprihadjo, 2016). Tujuan wisata pada wisata religi yang memiliki kekhasan dan keunikan akan menjadikan minat atau keinginan wisatawan untuk menetap atau kembali lagi, hal ini juga dipengaruhi oleh perilaku dari wisatawan. Sosial budaya masyarakat seperti tingkah laku, adat istiadat masyarakat lokal menjadi modal dalam mempromosikan pariwisata, salah satunya merupakan wisata religi.
Perilaku individu pada suatu kawasan sangat mempengaruhi perkembangan kawasan tersebut. Perilaku merupakan menunjukkan adanya aksi dari manusia, berkaitan dengan aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya (Randal dan Egam, 2011). Adapun hasil dari keterikatan tersebut akan terlihat dari perilaku atau tindakan seseorang terhadap tempat, seperti adanya keinginan untuk merekonstruksi,memelihara dan
mengunjungi tempat tersebut (Low, 1992). Keinginan positif wisatawan tersebut dikarenakan adanya ikatan kedekatan antara individu dan tempat (Tabel 2.9).
Tabel 2.9 Perilaku pada Wisata Religi.
Aspek Sub-aspek Keterangan
Perilaku
Kedekatan a. Adanya kedekatan masyarakat dengan tradisi budaya b. Dapat mendekatkan wisatawan dengan tradisi budaya
yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
c. Norma norma merupakan ibadah yang dapat medekatkan diri dengan Allah SWT
d. Menjaga lingkungan masjid merupakan salah satu contoh adanya kedekatan wisatawan terhadap masjid.
e. Pelaksanaan kegiatan keagamaan yang diselenggarakan dapat memberi keakraban
f. Wisatawan dapat berinteraksi dengan kegiatan keagamaan pada Masjid Raya Baiturrahman.
g. Melaksanakan kegiatan ibadah pada Masjid Raya Baiturrahman dapat mendekatkan diri dengan Tuhan Respon/reaksi a. Kegiatan tradisi keagamaan di Masjid Raya
Baiturrahman merupakan daya tarik utama.
b. Adanya keinginan untuk tetap menjalankan tradisi budaya lokal pada era sekarang
c. Wisatawan dapat Menyaksikan tradisi budaya lokal memberikan dan respon yang positif.
d. Norma norma yang diterapkan di Masjid Raya Baiturrahman merupakan aktivitas masyarakat lokal sehari hari dan
e. Kepatuhan wisatawan dalam dalam menerapkan norma norma merupakan respon baik terhadap masjid . f. Masyarakat lokal melaksanakan ibadah sholat sunnah
di Masjid Raya Baiturrahman dan
g. Wisatawan mengikuti aktivitas lain selain ibadah.
2.3.3 Makna Tempat pada Wisata Religi.
Makna merupakan pusat pengalaman manusia (Park, 2005). Aktivitas pada kawasan wisata religi merupakan potensi bagi tujuan wisata yang merupakan daya tarik yang mampu memberikan pengalaman baru bagi wisatawan. Wisata religi
dimaknai sebagai kegiatan wisata yang memiliki makna tempat khusus bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat ibadah yang memiliki kelebihan (Nurlita et all, 2017). Oleh karena itu makna pada kawasan wisata religi merupakan pengalaman yang dirasakan wisatawan dengan kelebihan yang didapat pada kawasan tersebut.
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memicu seorang atau sekelompok orang mengunjungi suatu tempat karena memiliki makna tertentu, misalnya lingkungan alam, peninggalan atau tempat sejarah, peristiwa tertentu (Warpani & Indira, 2007).
Suatu tempat mengembangkan makna melalui perasaan dan pengalaman positif dari individu (Manzo, 2005). Pengalaman positif pada kawasan wisata religi yaitu pengalaman-pengalaman keagamaan dan budaya lokal masyarakat, seperti tradisi rutin keagamaan dan budaya lokal.
Selain itu makna juga merupakan keyakinan seseorang terhadap tempat-tempat tertentu yang mencerminkan karakteristik fisik (Wynveen et al, 2012) dan interaksi sosial (Fishwick, 1992). Karakteristik fisik bangunan Masjid memiliki makna bagi wisatawan yang berkunjung. Keunikan dan kekhasan suatu tempat merupakan kelebihan yang memiliki makna bagi wisatawan, hal ini menjadi adanya keterikatan. Makna dari suatu tempat dibentuk oleh kecintaan wisatawan terhadap tempat. Hal ini disebabkan karena adanya fitur fisik dan atribut tempat dapat memengaruhi keterikatan tempat (Stedman, 2003). Selain itu makna tempat juga mecerminkan interaksi sosial antara wisatawan dan tempat. Setiap jenis interaksi sosial menciptakan makna tempat yang berbeda beda (Kulczycki, 2014). Interaksi sosial penting untuk menempatkan makna tempat karena adanya keterikatan bagi
wisatawan.Makna tempat pada wisata religi mempengaruhi pengalaman wisatawan, karakteristik fisik dan interaksi sosial (Tabel 2.10).
Tabel 2.10 Makna Tempat pada Wisata Religi
Aspek Sub-aspek Keterangan
Makna tempat
Pengalaman
Karakteristik fisik
a. Masyarakat lokal memiliki ingatan/memori yang tidak bisa dilupakan pada Masjid Raya Baiturrahman b. Pengalaman baru yang belum pernah dirasakan wisatawan dari tradisi budaya lokal pada kawasan Masjid Raya Baiturrahman
c. Melalui kegiatan tradisi budaya lokal, masyarakat selalu merasakan pengalaman setiap tahunnya d. Aturan atau norma yang diterapkan di Masjid Raya
Baiturrahman memberikan pengalaman yang berbeda
e. Menerapkan aturan atau norma merupakan kebiasaan masyarakat lokal saat berada di masjid
f. Melaksanakan ritual/ibadah pada Masjid Raya Baiturrahman merupakan pengalaman yang berkesan dan
g. Adanya pengalaman yang didapat dari fasilitas dan atribut masjid Raya Baiturrahman yang tidak di dapat di masjid lainnya
a. Fungsi ruang masjid memiliki karakeristik yang berbeda antara satu dan lainnya.
b. Karakteristik arsitektur masjid sama dengan karakteristik arsitektur masjid lainnya
c. Adanya unsur budaya lokal pada desain Masjid Raya Baiturrahman
d. Adanya norma norma pada setiap ruangan masjid Nilai kepercayaan masyarakat lokal mempengaruhi karakteristik bangunan
e. Bagian ruang terbuka Masjid Raya Baiturrahman menjadi area favorit.
Tabel 2.10 (Lanjutan)
Aspek Sub-aspek Keterangan
Interaksi Sosial
a. Pelaksanaan tradisi budaya dan keagamaan melibatkan masyarakat lokal
b. Wisatawan memiliki keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan tradisi budaya dan keagamaan c. Adanya peraturan atau norma yang harus di
laksanakan dalam berinteraksi sosial
d. Kegiatan keagamaan dan ibadah pada Masjid Raya Baiturrahman memberikan kekerabatan sesama muslim