• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Hasil dan Pembahasan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Place Attachment

Place attachment sebagai hubungan simbolis individu dengan tempat yang dibentuk melalui emosional dan akal sehat seseorang terhadap suatu tempat dan menjelaskan bagaimana seseorang memandang suatu tempat dan bagaimana mereka berhubungan dengan tempat tersebut. Oleh karena itu keberhasilan suatu tempat sangat dipengaruhi oleh individu dan lingkungannya. Ikatan ini sangat mempengaruhi psikologi dan kualitas kehidupan masyarakat kedepannya.

Place attachment merupakan ikatan emosional yang tidak dapat dipisahkan antara manusia dan tempat (Najafi & Syarif, 2012, Hidalgo dan Hernandez, 2001).

Adanya ikatan emosi merupakan rasa kelekatan dan kecintaan terhadap tempat yang di huni dan didapat secara positif yang akan memberikan rasa yang aman, nyaman dan tentram, hal ini menjadikan individu dan tempat memiliki interaksi yang kuat.

Konsep ini menunjukan bahwa place attchment didefinisikan sebagai bagian dari ikatan emosional seseorang terhadap tempat yang berperan penting dan melekat antara manusia dengan lingkungannya. Selain itu place attachment adalah bagian dari interaksi antara manusia dan tempat yang melibatkan ikatan emosional (Novianti et al, 2018). Pada dasarnya, keterikatan tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi membutuhkan keberadaan individu, proses psikologis dan wilayah.

Berbeda dengan konsep sebelumnya, Place attchment umumnya merupakan konsep psikologis sosial seperti sikap dan prasangka, yang juga ditandai oleh komponen afektif, kognitif, dan perilaku (Aronson et al, 2005). Komponen ini muncul dari aktifitas sosial yang terjadi antara individu dan lingkungannya seperti menjaga, melestarikan dan mengembangkan potensi kawasan.

Place attachment merupakan konsep yang berguna dalam memahami aspek kenyamanan dan perilaku setiap individu pada suatu tempat (Alexandris et al, 2006).

Kenyamanan dan keamanan suatu tempat sangat dipengaruhi oleh perilaku seseorang dalam berinteraksi dan berkatifitas, hal ini mengacu pada terbentuknya ikatan batin positif seseorang dengan tempat tersebut. Sebaliknya, tidak adanya ikatan maka seseorang akan menimbulkan rasa terasing dari lingkungan tersebut. Kenyamanan pada suatu tempat pada dasarnya ditentukan oleh bagaimana karakteristik dan makna, sehingga seseoramg memiliki keterikatan emosional dengan suatu tempat.

Adanya place attachment antara seseorang dan tempat dapat membantu ikatan emosional yang kuat terhadap suatu tempat apabila seseorang tersebut terdapat pengalaman ataupun interaksi yang kuat sehingga suatu tempat akan memiliki arti atau makna. Place attachment pada dasarnya mengacu pada terbentuknya ikatan batin seseorang. Selain itu place attachment juga ditandai dengan perilaku yang mempertahankan kedekatan positif dan afektif antara individu dan tempat tertentu, karakteristik utama yang mempertahankan kedekatan dengan tempat (Hidalgo &

Hernandez, 2001). Keterikatan pada konsep ini menjelaskan perilaku seseorang terhadap tempat baik dari kehidupan sosial maupun kehidupan budaya muncul secara

positif. Perilaku pada suatu tempat sangat mempengaruhi hubungan positif antar individu dan lingkungannya.

Memahami place attachment merupakan hal yang penting dalam mempertahankan daya tarik dan makna suatu tempat (Ujang, 2015). Selain harus memahami aspek emosi dan prilaku, place attachment juga harus ditandai dengan adanya daya tarik dan makna yang kuat dari diri individu atau kelompok terhadap tempat.

Keterikatan muncul dari diri individu terhadap tempat ketika adanya ketertarikan dan kecintaan, sehingga mendorong individu untuk selalu berinteraksi dengan tempat yang dikunjunginya. Fungsi dari keterikatan tempat (place attachment) merupakan kondisi yang memberikan keuntungan bagi setiap individu dan adanya ketergantungan terhadap tempat tersebut. Hal ini menjadikan individu memiliki keterikatan yang kuat dan kenyamanan terhadap tempat.

Place attachment atau keterikatan tempat merupakan ikatan batin antara individu dan tempat yang memiliki pengalaman dan makna tempat pada kehidupan sehari-hari (Brown dan Perkins, 1992). Memori dan pengalaman seseorang terhadap tempat akan membentuk makna yang kuat yang dimilikinya. Place attachment mengacu pada koneksi pribadi yang dirasakan seseorang dengan tempat tertentu (Suntikul & Jachna, 2016). Koneksi yang muncul dari diri individu dikarenakan adanya ikatan emosi, perasaan dan makna pada tempat. Keterikatan pada kawasan biasanya terkait dengan ikatan masyarakat dan fisik lingkungan dan juga persepsi masyarakat baik negatif atau positif terhadap tempat tersebut. Keterikatan yang muncul dari seseorang terhadap suatu tempat dikarenakan adanya komponen

penting pada tempat yang dapat memengaruhi keterikatan. hal ini bisa katakan bahwa place attachment adalah hubungan fungsi dan emosi komponen antara orang dan tempat yang menciptakan makna. Place attachment merupakan ikatan emosional yang timbul antara individu dan lingkungan yang memiliki makna tempat dan peran penting dalam perancangan suatu kota (Giuliani, 2003; Low & Altman, 1992).

Berdasarkan uraian teori teori yang menjelaskan mengenai place attachment dari berbagai referensi (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Elemen-Elemen Pembentuk Place Attachment

No Pakar Elemen-elemen Kesimpulan

1. Altman, 1992 Ikatan emosional a. Ikatan

Berdasarkan kajian teori yang telah diinterpretasi, maka terdapat faktor- faktor yang berperan dalam membentuk place atachment pada kawasan wiaata religi yaitu : Ikatan emosional, Perilaku dan Makna tempat.

2.1.1 Ikatan Emosional

Ikatan emosional didefinisikan sebagai target yang memiliki emosi ikatan antara seseorang dan objek tertentu (Thomson et al, 2005). Misalnya ikatan emosional individu atau kelompok terhadap tempat yang dikunjungi. Adanya ikatan batin yang menjadikan seseorang nyaman dan aman berada di tempat tersebut.

Beberapa peneliti percaya ikatan emosional merupakan koneksi simbolis terhadap tempat (Cheng, 2010).

Ikatan emosional menunjukkan seberapa dekat seseorang mengidentifikasi diri dengan suatu kelompok. Ikatan emosional mencerminkan bagaimana perasaan seseorang dengan orang lain dalam suatu kelompok, seberapa terintegrasi orang itu dengan orang lain dalam kelompok (Paxton et al, 2003). Perasaan seseorang yang mencakup perasaan positif, baik antara kelompok maupun terhadap tempat, seperti perasaan senang atau bangga terhadap tempat yang ditempati. Ikatan emosional tidak hanya antara individu, melainkan ikatan emosional timbul pada lingkungan yang ditempatinya. Ikatan emosional pada setiap orang maupun kelompok muncul dengan adanya interaksi yang mendalam atau hubungan yang dikembangkan pada suatu tempat. Ikatan emosional juga melibatkan koneksi yang kuat (Grisaffe dan Nguyen, 2011).

Pentingnya keterikatan fungsional dan emosional dalam membentuk suatu identitas tempat (Ujang, 2012). Ikatan emosional merupakan ikatan yang tidak dapat dipisahkan antara individu dan tempat. Keterikatan emosional tercermin pada

kemampuan suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan psikologis pengguna yang membangkitkan emosi mereka. Dikembangkan sebagai hasil dari makna dan betapa pentingnya suatu tempat bagi pengguna. Identitas tempat didirikan melalui identifikasi positif pengguna dengan tempat, perasaan puas, kenikmatan dan keamanan. Keterikatan fungsional dan emosional berkontribusi pada rasa keterikatan pada tempat yang lebih kuat dan kontinuitas identitas tempat. Identitas tempat mengacu pada simbolik yaitu pentingnya suatu tempat sebagai tempat penyimpanan emosi dan koneksi yang memberi makna dan tujuan bagi kehidupan seseorang (Williams dan Vaske, 2003).

Keterikatan emosional dan fungsional antara individu dan kelompok terhadap satu tempat tertentu yang berhubungan dengan prilaku setiap individu yaitu seperti tingkat kepuasan (Hwang et al, 2005). Tingkat kepuasan seseorang terhadap tempat sangat berperan penting agar menimbulkan interaksi positif saat seseorang berada di tempat tersebut. Adanya kepuasan dalam diri pengunjung pada suatu kawasaan, akan memberikan keinginan untuk kembali. Ikatan emosional pada suatu tempat adalah aspek penting bagi kehidupan dan identitas kita (Croos, 2001).Individu membentuk ikatan emosional tidak hanya dengan orang-orang pada kelompok mereka, tetapi juga untuk pemandangan fisik di mana mereka tinggal. Terbentuknya Ikatan emosional melalui psikologi individu, tanpa disadari akan membentuk ikatan emosional seperti perasaan terhadap tempat, kepuasan dalam diri seseorang (Tabel 2.2).

Tabel 2.2 Elemen-Elemen yang Membentuk Ikatan Emosional.

No Referensi Elemen-elemen Kesimpulan

1. Paxton et all, 2003 Perasaan Perasaan

Kepuasan Koneksi

2. Cheng, 2010 Koneksi

3. Hwang Dkk, 2005 Kepuasan

4. Grisaffe dan Nguyen, 2011 Koneksi

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk ikatan emosional pada suatu tempat, yaitu : Perasaan, Koneksi dan Kepuasan.

2.1.2 Perilaku

Aspek lainnya dari proses psikologi pada place attachment merupakan perilaku. Konsep place attachment merupakan konsep yang berguna dalam memahami aspek kenyamanan dan perilaku setiap individu (Alexandris et al, 2006).

Perilaku dianggap bertanggung jawab terhadap lingkungan ketika sikap individu atau kelompok menganjurkan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Akibatnya, penggunaan lingkungan yang berkelanjutan dapat meningkat ketika para penggunanya memiliki tindakan dalam lingkungan secara bertanggung jawab (Lee, 2011). Perilaku pada suatu tempat muncul dari interaksi dan kesadaran manusia pada lingkungannya, perilaku yang positif akan menjadikan lingkungan yang lebih baik. Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya (Robins,2006). Perilaku manusia berbeda satu sama lain, perilakunya ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Setiap tempat berada pada lingkungan dan budaya yang berbeda yang akan

memangaruhi perilaku penggunanya, akan tetapi perbedaan kekhasan antara satu tempat dengan tempat lainnya dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Suatu tempat yang memuaskan akan terintegrasi dengan perasaan, emosi, dan perilaku (Ginting dan Wahid, 2015). Perilaku juga merupakan reaksi atau respon yang berasal dari individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Ali, 2003).

Perilaku pada dasarnya telah dimiliki oleh setiap orang. Lingkungan sangat berperan penting dalam menentukan wujud perilaku dan tindakan seseorang.

Perilaku keterikatan merupakan perilaku yang dimiliki seseorang pada tempat yang dihuni maupun yang dikunjungi. Perilaku keterikatan pada tempat ini muncul karena adanya rasa kecintaan dan kenyamanan pada tempat tersebut. Tingkat perilaku keterikatan pada tempat, didasarkan pada keinginan untuk tetap dekat dengan suatu tempat dan dapat diekspresikan dengan mempertahankan kedekatan dengan perjalanan jauh, rekonstruksi tempat, dan relokasi ke tempat-tempat serupa (Scannell dan Gifford, 2010). Dengan adanya tindakan atau perilaku positif seseorang pada suatu tempat, akan menjadikan tempat tersebut sebagai daya tarik bagi setiap orang yang mengunjunginya. Perilaku individu maunpun kelompok terbentuk dari psikologi individu seperti tindakan, interaksi, kesadaran, ekspresi dan kedekatan, sehingga mendorong emosi individu untuk berkunjung dan membentuk pola aktifitas prilaku pada tempat (Tabel 2.3).

Tabel 2.3 Elemen-Elemen yang Membentuk Perilaku.

No. Referensi Elemen-elemen Kesimpulan

1. Ali, 2003 a. Reaksi

b. Respon

a. Reaksi b. Kedekatan 2. Scannell dan

Gifford, 2010

a. Ekspresi b. Kedekatan c. Kedekatan

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk perilaku pada suatu tempat, yaitu: Respon dan kedekatan.

2.1.3 Makna tempat

Aspek psikologi pada place attachment merupakan hal yang penting dalam mempertahankan daya tarik dan makna suatu tempat (Ujang, 2015). Makna merupakan aspek penting dari place attachment atau keterikatan tempat, adanya ikatan emosi pada diri individu atau kelompok akan menimbulkan makna tempat yang dikunjunginya. Makna merupakan pusat pengalaman manusia (Park, 2005). Makna yang didapat dari pengalaman menjadi tujuan seseorang untuk tetap berada pada tempat yang dikunjunginya. Makna tempat sangat penting dalam membentuk keterikatan antara individu dan tempat, dengan adanya pengalaman dan memori, maka seseorang memiliki kecintaan yang melekat pada tempat tersebut. Makna merupakan keyakinan seseorang terhadap tempat-tempat tertentu yang mencerminkan karakteristik fisik dari interaksi sosial (Wynveen et al, 2012). Makna dari tempat merupakan simbol dari pengalaman seseorang terhadap tempat tersebut, suatu tempat memiliki makna yang menjadi daya tarik. Makna tempat merupakan keyakinan

evaluatif mengenai pengaturan yang mencerminkan nilai dan makna individu (Stedman, 2002). Suatu tempat mengembangkan makna melalui perasaan dan pengalaman positif dari individu (Manzo, 2005).Makna suatu tempat sangat berarti bagi individu atau kelompok. Adanya makna pada suatu tempat yang dikunjungi dikarenakan adanya ikatan emosi dan pengalaman dari individu yang mengunjungi, baik positif maupun negatif. Makna adalah berkorelasi dengan pembentukan diri (Weber, 2016). Makna tempat sangat berpengaruh terhadap nilai pembentuk diri atau pola kehidupan kita. Peran makna tempat mampu menjadikan suatu tempat memiliki kekhasan dan keunikan sehingga wisatawan memiliki keterikatan dan ingin terus berada pada tempat tersebut. Oleh karena itu, nilai nilai place attachment sangat ditentukan oleh tempat yang memiliki makna pada diri individu. Faktor faktor pembentuk makna (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Elemen-Elemen yang Membentuk Perilaku.

No Referensi Elemen-elemen Kesimpulan

1. Park, 2005. Pengalaman a. Pengalaman b. Karakteristik fisik c. Interaksi sosial 2. Manzo, 2005 Pengalaman poitif

3. Wynveen, Kyle dan Sutton, 2012).

a. Karakteristik fisik b. Interaksi sosial 4. Stedman, 2002 Keyakinan

5. Weber, 2016 Pembentuk diri.

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan, terdapat faktor faktor pembentuk makna pada tempat, yaitu: Pengalaman, karakteristik fisik dan interaksi sosial.