PENGGUNA KARTU ATM (STUDI KASUS DI BANK BTPN CAB MEDAN SUMATERA UTARA)
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM
Oleh :
MIMI ADITYA PANE NIM: 160200463
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA KARTU ATM (STUDI KASUS DI BANK BTPN CAB MEDAN SUMATERA
UTARA)
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM
Oleh :
MIMI ADITYA PANE NIM: 160200463
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
Disetujui Oleh:
Ketua Departeman Hukum Keperdataan
Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum.
NIP 19660221991032002
Dosen Pembimbing I: Dosen Pembimbing II:
09/11/2020
Dr. Dedi Harianto, SH., M.Hum Syamsul Rizal, SH, M.Hum
NIP 196908201995121001 NIP 196402161989111001
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2020
Saya yang bertandatanga dibawah ini:
NAMA : MIMI ADITYA PANE
NIM 160200463
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN BW
JUDUL SKRIPSI : “ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA KARTUATM (STUDI KASUS DI BANK BTPN CAB MEDAN SUMATERA UTARA)”
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Bahwa skripsi yang saya tulis tersebut adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Medan, Februari 2020
MIMI ADITYA PANE NIM: 160200463
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada allah swt atas segala barkat dan karunia yang di berikan sehingga penulis dapat menjalakan proses perkuliahan dari awal sampai tahap sampai tahap penyelesaian skripsi pada departemen hukum Keperdataan BW di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini. Skripsi yang berjudul “ ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA KARTU ATM (STUDY KASUS DI BANK BTPN CAB MEDAN SUMATERA UTARA)” pada skripsi ini
penulis membahas tentang bagaimana perlindungan konsumen pengguna Bank BTPN Cab Medan . kemudian juga membahas tentang kegiatan kegiatan Bank BTPN secara keseluruhan. Serta membahas tentang perlindungan Bank Indonesia terhadap pengguna ATM. Untuk mendapatkan informasi dan data-data ini penulis melakukan penelitian pada BANK BTPN CAB MEDAN sebagai objek dari penelitian ini. Skripsi ini juga menjadi salah satu syarat bagi setiap mahasiswa untuk melengkapi tugas tugas dan syrat syarat mendapatkan gelas sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan hasil masih jauh dari sempurna sehingga dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih jika ada kritik dan juga saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada para pihak yang telah membantu selama pengerjaan skrpsi ini sampai selesai, melalui kesempatan ini penulis berbangga hati mengucapkan terimakasih kepada :
Universitas Sumatera Utara atas atas dukungan yang besar terhadap seluruh mahasiswa/I demi kemajuan dan perkembangan pendidikan hukum di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Saidin,SH,M.Hum, Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Puspa Melati Hasibuan,SH.,M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Syamsul Rizal, SH, M.Hum, selaku Sekertaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Dr.Dedi Herianto, SH, M.Hum, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.
8. Bapak Syamsul Rizal, SH, M.Hum, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.
9. Ibu Dr. Marianne Magda, SH, M.kn, selaku Dosen Pembimbing Akademik, Penulis mengucapkan terima kasih karena telah memberikan
bimbingan dan arahan serta motivasi selama proses perkuliahan hingga dalam proses penulisan skripsi ini.
10. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada saya selama mengikuti perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
11. Bapak Noorsaif selaku Regional Businis Lider (RBL) cabang Bank BTPN Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan telah membantu penulis mendapatkan informasi untuk kepentingan penulisan skripsi ini.
12. Kedua Orangtua penulis, papa Ali Usman Zuhdi Pane, SH dan Mama tersayang Yunasri Nasution yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta mendoakan penulis sampai pada saat ini.
13. Saudara penulis Kakak Yenni Syafitri Pane, SE, Amelia Anggita Pane, SH, Tika Ariesandi Pane, Spsi, yang sangat penulis sayangi.
14. Muhammad Aziz Husein Nasution yang selalu ada selama 3 tahun yang selalu sabar menolong penulis dari awal perkuliahan samapai penulisan skripsi ini.
15. Teman-teman Lalend (Suci Farhahdilla, Liza Afriani Tambunan, Khadijah Hasibuan, Irma Maulani BB, Ulfa Rahmadhani Pohan) Teman teman penulis sejak awal perkuliahan sampai saat ini yang selalu menolong dan memberi semangat kepada penulis.
16. Teman-teman Rusak (Novi, Nadia, Bela, Aina, Felya, Farah, Aziz, Reza, Rangga, Rizky, Ihram, Agung, Rasyid, Dinno) teman-teman penulis
menggerjakan skripsi.
17. Teman-teman Meirani Rubianto, Ghina Luqiana, Putri Agustian, Biacha, adalah teman teman penulis sejak SMP sampai sekarang yang selalu mendukung penulis mengerjakan skripsi ini hingga selesai.
Demikianlah dengan sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, penulis dengan kerendahan hati mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan menuju yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua, terutama para mahasiswa/I dan kalangan praktisi dibidang hukum.
Medan, Febuari 2020
Mimi Aditya Pane NIM : 160200463
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan... 7
C. Tujuan Penulisan ... 9
D. Manfaat Penulisan ... 9
E. Metode Penelitian... 10
1. Jenis Penelitian ... 10
2. Sumber Data Penelitian ... 11
3. Metode Pengumpulan Data ... 12
4. Analisis Data ... 13
F. Keaslian Penulisan ... 14
G. Tinjauan Pustaka ... 14
H. Sistematika Penulisan... 16
BAB II PROBLEMATIKA KONSUMEN PENGGUNA KARTU ATM DI BTPN CABANG MEDAN A. Pengertian dan Pengaturan Perbankan di Indonesia ... 18
1. Pengertian Perbankan Indonesia ... 18
2. Pengaturan Perbankan Indonesia ... 20
B. Profil BTPN Cabang Medan ... 22
C. Syarat Dan Ketentuan Penggunaan Layanan Kartu ATM Pada BTPN ... 26
1. Syarat Pembukaan Layanan Kartu ATM ... 26
2. Ketentuan Pembukaan Layanan Kartu ATM ... 27
di BTPN Cabang Medan ... 28
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNA ATM PADA BTPN CABANG MEDAN SUMATERA UTARA A. Pengertian, Asas, dan Tujuan Perlindungan Konsumen ... 31
1. Pengertian Perlindungan Konsumen ... 31
2. Asas-asas Perlindungan Konsumen ... 34
3. Tujuan Perlindungan Konsumen ... 36
B. Hak dan Kewajiban Konsumen Pengguna ATM dan BTPN sebagi Pelaku Usaha Perbankan ... 37
1. Hak dan Kewajiban Konsumen ... 37
2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ... 39
C. Problematika yang dihadapi Konsumen pengguna kartu ATM BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL ... 41
D. Perlindungan Konsumen Pengguna ATM Pada BTPN ... 46
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN PENGGUNA BTPN MEDAN DALAM UUPK, OJK DAN SOP BANK ATM A. Pengertian Sengketa Konsumen ... 50
B. Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam UUPK,OJK dan SOP BANK... 52
C. Penyelesaian Sengketa Konsumen Pengguna ATM di BTPN .. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN ... 80
ABSTRAK
Mimi Aditya Pane*
Dedy Harianto**
Syamsul Rizal***
Perlindungsn konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara kosumen dengan produsen.
Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen berada pada posisi yang lemah. Hal itu tentu saja akan merugikan konsumen.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Normatif-Empiris. Metode ini pada dasarnya ialah penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan dari berbagai unsur-unsur empiris. Dalam metode ini juga mengenai implementasi ketentuan hukum normatif dalam aksinya disetiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Pada penelitian ini, data yang digunakan meliputi data primer dan data skunder. Data primer merupakan Data yang di peroleh langsung oleh peneliti dengen metode pengumpulan data, instrumen peneliti dengan observasi dilapangan dan wawancara serta pengamatan.
Lembaga perbankan adalah suatu lembaga yang sangat tergantung pada kepercayaan dari masyarakat. Oleh karna itu, tampa adanya kepercayaan dari masyarakat, tentu suatu bank tidak akan mampu menjalan kan kegiatan usahanya dengan baik. Kartu ATM juga berguna sebagai alat bantu untuk melakukan transaksi dan memperoleh informasi perbankan secara elekronis. Jenis transaksi yang disediakan yakni penarikan tunai, setor tunai, transfer dana, pembiayaan,dan pembelanjaan.
Kata kunci : Perlindungan konsumen, Lembaga Perbankan, ATM
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara kosumen dengan produsen. Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen berada pada posisi yang lemah. Hal itu tentu saja akan merugikan konsumen1.
Kondisi konsumen yang banyak dirugikan, memerlukan peningkatan upaya untuk melindunginya, sehingga hak-hak konsumen dapat di tegakkan.
Namun sebaliknya, perlu diperhatikan bahwa dalam memberikan kepada konsumen, tidak boleh mematikan usaha produsen, karena keberadaan produsen merupakan suatu yang esensial dalam perekonomian Negara. Oleh karena itu, yang memberikan perlindungan kepada konsumen juga harus diimbangi dengan ketentuan yang memberikan perlindungan kepada produsen, sehingga perlindungan konsumen tidak justru membalik kedudukan konsumen dari kedudukan yang lemah menjadi lebih kuat, dan sebaliknya produsen yang menjadi lemah.2
Lembaga perbankan adalah suatu lembaga yang sangat tergantung pada kepercayaan dari masyarakat. Oleh karna itu, tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat, tentu suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Sehingga tidaklah berlebihan jika dunia perbankan harus sedemikian
1 Prof. Dr. Ahmadi Miru,SH,MH,Prinsip prinsip perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013),hal.1.
2 Ibid., hal.4.
2
rupa menjaga kepercayaan dari masyarakat dengan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan masyarakat, terutama terhadap kepentingan dari bank yang bersangkutan.3Bank dalam melayani konsumen menyediakan sebuah produk yang diantaranya adalah tabungan. Untuk mempermudah transaksi perbankan seperti penarikan tunai, transfer, pembayaran tagihan (listrik, telepon, kartu kredit, lain-lain).
Pada hakekatnya setiap tabungan dilengkapi dengan kartu ATM kartu ATM merupakan kartu khusus yang disediakan oleh Bank kepada pemilik rekening yang dapat di gunakan untuk bertansaksi, yang otomatis akan mengurangi dana yang tersedia pada rekening. Kartu ATM juga berguna sebagai alat bantu untuk melakukan transaksi dan memperoleh informasi perbankan secara elekronis. Jenis transaksi yang disediakan yakni penarikan tunai, setor tunai, transfer dana, pembiayaan,dan pembelanjaan 4
Dalam memajukan usaha perbankan peranan nasabah selaku konsumen produk dan jasa bank sangat besar. Dengan semakin banyaknya nasabah yang percaya kepada bank maka semakin banyak dana yang dihimpun dari masyarakat.
Oleh karenanya lembaga perbankan memiliki kontribusi yang cukup dominan dalam menjaga keberlangsungan roda perekonomian. Meningkatnya perkembangan teknologi bank berusaha fasilitas yang baik dan memadai dalam melayani nasabah, salah satunya dengan penggunaan ATM. Penggunaan ATM selain memberikan kemudahan bagi nasabah, juga dapat menimbulkan masalah bagi pemakainya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembuktian
3 Hermansyah,Hukum Perbankan Nasional Indonesia,(Jakarta: Kencana,2011),hal.144
4 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan,cet 10(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),hal.106
dalam penggunaan ATM secara umum serta tanggung jawab bank dalam memberikan perlindungan hukum menurut hukum perbankan dan perlindungan konsumen sebagai nasabah pengguna ATM.5
Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, istilah “konsumen”
sebagai definisi yuridis formal ditentukan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang perlindungan konsumen (UUPK). UUPK menyatakan konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.6 Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah “pembeli” (koper). Istilah ini dapat dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pengertian konsumen Dilukiskan secara sederhana oleh mantan Presiden Amerika Serika, Johan F. Kennedy dengan mengatakan, “Consumers by definition include us all.” 7
Pakar masalah konsumen di Belanda , Hondiyus menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai, pemakai produksi terkahir dari Belanda dan jasa (uinteindelijke gebruiker van goerderen en diesten).
Dengan rumusan itu Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir (kondumen antara) dan konsumen pemakai terakhir. Konsumen dalam arti luas mencakup kedua kriteria itu, sedangkan konsumen dalam arti sempit hanya mengacu pada konsumen pemakaian terakhir. Masalahnya, apakah
5 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA ATM, di akses pada tanggal 21 januari 2020
https://www.neliti.com/id/publications/151306/tinjauan-yuridis-terhadap-perlindungan-hukum- bagi-nasabah-bank-pengguna-atm
6 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Jakarta: Grasindo,2006,),hal.1.
7 Ibid., hal.5.
4
pengertian konsumen hanya menyangkut orang atau termasuk bukan orang?
Di Prancis, berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang konsumen diartikan sebagai,”The person who obtains goods or service forpersonal or family purposes.” Dari definisi itu terkandung dua unsure, yaitu (1) konsumen hanya orang, dan (2) barang atau jasa yang di gunakan untuk keperluan pribadi atau keluarganya. Sekalipun demikian, maknanya hanya melalui hubungan jual beli atau lebih luas dari pada itu? Undang undang jaminan Produk di Amerika Serikat sebagaimana di muat dalam mugnusson-Moss warranty, federal Tride Commnission Act 1975 mengartikan konsumen persis sama dengan ketentuan di Prancis. Demikian dengan rumusan dalam kitab undang undang hukum perdata Belanda (NBW Buku VI,Pasal 236); walaupun terkesan lebih umum.8
Mengartikan konsumen secara sempit , seperti hanya sebagai orang yang mempunyai hubungan kontraktual pribadi ( in provity of contract) Dengan produsen atau penjual adalah cara pendefinisian konsumen yang paling sederhana.
Di Amerika Serikat, cara pandang seperti ini telah di tinggalkan, walaupun baru di lakukan pada awal abad ke-20. Konsumen tidak lagi di artikan sebagai pembeli dari suatu barang dan atau jasa, tetapi termasuk bukan pemakai langsung asalkan ia memang di rugikan akibat penggunaan suatu produk.9
Karena posisi konsumen yang lemah maka ia harus di lindungi oleh hukum. Salah satu sifat, Sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum
8 Ibid., hal 3.
9 Ibid., hal 7
konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan di tarik batasnya. Ada juga yang berpendapat hukum perlindungan konsumen yang lebih luas itu. Az. Nasution, misalnya, berpendapat hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas asas atau kaidah kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung bersifat yang melindungi kepentingan konsumen.
Upaya terpenting dalam memberikan perlindungan kepada konsumen adalah melalui peraturan perundang undangan, sehingga perlu melengkapi ketentuan peraturan perundang undangan bidang konsumen yang udah ada hal ini perlu dilakukan dengan pertimbangan yang matang, dan tidak cukup hanya mencontoh undang undang Negara lain yang di anggap berhasil dalam memberiakan perlindungan kepada konsumen, karena keberhasilan undang undang di Negara lain belum tentu mencapai keberhasilan yang sama di Indonesia. 10
Subjek yang di sebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan atau jasa. Istilah orang sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya, orang individual yang lazim di sebut natuurlijke persoon atau termasuk juga badan hukum (rechtspersoon). Hal ini berbeda dengan pengertian yang di berikan untuk “pelaku konsumen” dalam pasal 1 angka (3) yang secara eksplisit membedakan kedua pengertiian persoon di atas, dengan menyebut kata-kata:”orang perseorangan atau badan usaha”. Tentu paling tepat tidak membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada orang perseorangan.
10 Prof. Dr. Ahmadi Miru,SH,MH op.cit.,hal. 4.
6
Namun, konsumen harus mancakub juga badan usaha, dengan makna lebih luas dari badan hukum.11
Dalam sejarah, perlindungan konsumen pernah secara prinsipil menganut asas the privity of contract. Artinya, pelaku usaha hanya dapat di mintakan pertanggung jawaban hukumnya sepanjang ada hubungan kontraktual antara dirinya dan konsumen. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila ada pandangan, hukum perlindungan konsumen berkolerasi erat dengan hukum perikatan, khususnya perikatan perdata.
Dalam hal ini, tidak selamanya sengketa konsumen di akibatkan oleh kesalahan pelaku usaha saja, tetapi bisa juga di akibatkan oleh kesalahan konsumen yang terkadang tidak tahu akan kewajibannya. Konsumen dan produsen/pelaku usaha dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan kewajiban secara seimbang.
Perlindungan konsumen bertujuan untuk memberikan kepastian dan keseimbangan hukum antara produsen dan konsumen sehingga terwujud suatu perekonomian yang sehat dan dinamis sehingga terjadi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Dapat disimpulkan, ternyata dalam praktek kepentingan konsumen belum mendapat perlindungan yang memadai. Ini bias dilihat dari iklan ATM yang kurang informatif, perjanjian aplikasi permohonan ATM yang sepihak, minimnya pemberian informasi kepada konsumen, maupun mekanisme penyelesaian comlaint konsumen ATM yang belum memuaskan serta pengawasan dari pelaku
11 Ibid., hal 5.
usaha sehingga masih terdapat kerugian kehilangan dana kepada konsumen Bank.
Permasalahan di atas, kepentingan bank selaku penerbit ATM jauh lebih dominan dibandingkan kepentingan konsumen.12
Menurut PBI NOMOR 16/I/PBI/2014 tentang perlindungan konsumen jasa system pembayaran. Konsumen jasa sistem pembayaran sendiri dalam keguatan jasa sistem pembayaran meliputi :
a. Penerbitan instrument pemindahan dana dan/atau penarikan dana b. Kegiatan transfer dana
c. Kegiatan alat pembayaran menggunakan kartu d. Kegiatan uang elektrik
e. Kegiatan penyedia dan/atau penyetoran uang rupiah
f. Penyelenggaraan sistem pembayaran lainnya yang akan ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia13
B. Permasalahan
Mengingat sangat marak pengaduan dari nasabah terkait hilangnya dana dalam rekening nasabah akibat kartu ATM tertelan lantas bagaimana bentuk tanggung jawab Bank terhadap kerugian konsumen yang tidak diakibatkan oleh konsumen sendiri? Pada dasarnya terdapat beberapa lembaga seperti Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI). Namun
12 Ahmadi miru,Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum bagi konsumen diIndonesia, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada 2011), Hal 2.
13 Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/I/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
8
realitanya, masih sangat banyak pengaduan dari pihak nasabah mengenai kehilangan dana rekening Kartu ATM dan kartu lainnya.
Perlindungan nasabah merupakan satu prioritas yang seharusnya dijamin oleh pelaku usaha. Hal ini pada dasarnya merupakan suatu pondasi agar nasabah memiliki unsur kepercayaan kepada pihak Perbankan. Tanggung jawab produk (Product Liability) adalah istilah yang dialih bahasa kan dari Product Liability, berbeda dengan ajaran pertanggung jawaban hukum pada umumnya dimana tanggung jawab produk disebabkan oleh keadaan tertentu (produk cacat atau merugikan orang lain) adalah tanggung jawab mutlak produsen yang disebut dengan strict liability. Sehingga didalam mengeluarkan suatu produk bahwa harus ada sikap penuh kehati-hatian didalam melakukan transaksi di mesin ATM.
Rendahnya tingkat kesadaran dan tanggung jawab dari pihak bank akan berakibat fatal sekaligus menghadapi resiko bagi pihak Bank.
Adapun permasalahan yang akan penulis uraikan pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Apasaja problematika konsumen pengguna kartu ATM ?
2. Bagaimana perlindungan konsumen pengguna ATM pada Bank BTPN?
3. Bagaimana penyelesaian transaksi yang bermasalah dalam pengguna ATM pada Bank BTPN?
C. Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengkaji lebih dalam terhadap bentuk tanggung jawab kehilangan dana konsumen bank yang bukan di akibatkan oleh konsumen sendiri.
Adapun tujuan menyangkut judul skripsi tentang “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Pengguna ATM (STUDI KASUS BANK BTPN CAB MEDAN SUMATERA UTARA)” .ingin melakukan penelitian yang bertujuan:
1. Untuk mengetahui apasaja yang dilarang bagi pelaku usaha di dalam penggunaan kartu ATM di Bank BTPN
2. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan konsumen pengguna kartu ATM di Bank BTPN
3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian transaksi yang bermasalah dalam pengguna kartu ATM di Bank BTPN
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian prihal perlindungan hukum konsumen pengguna kartu BANK BTPN tentang perlindungan konsumen, diharapkan dapat member nilai guna bagi penelitian baik dalam segipraktis maupun dalam segi teoritis dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan penalaran hukum perkembangan ilmu pengetahuan terhadap perlindungan konsumen Bank yang kegiatannya menggunakan kartu.
10
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbungan pemikiran baik bagi akademisi maupun kalangan masyarakat umum dalam mengenai masalah pelaksanaan kegiatan yang menggunakankartu ATM dan menyadari pentingnya perlindungan hukum terhadap nasabah apabila terjadinya kesalahan system.
E. MetodePenelitian
Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni oleh Karena itu, penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metologis,dan konsisten.14
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang digunakan, antara lain:
1. Jenis Penelitian
Adapun Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti, maka dalam penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dan empiris.
Penelitian hukum normatif bisa juga disebut sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian ini sering kali hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku
14 Prof. Dr. H. ZainuddinAli,M.A.MetodePenelitianHukum, SinarGrafika, Jakarta,2016,hal. 17
masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas.15 Sementara itu Sutadnyo Wigyosubroto memberikan istilah “penelitian hukum normatif dengan istilah penelitian doktrinal, yaitu penelitian terhadap hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas dasar doktrin yang dianut sang pengkonsep atau sang pengembangnya.”16
Penelitian hukum empiris atau yang dengan istilah lain biasa disebut penelitian hukum sosiologis atau disebut pula dengan penelitian lapangan.
Penelitian hukum sebagai penelitian sosiologis (empiris) dapat direalisasikan kepada penelitian terhadap efektivitas hukum yang sedang berlaku ataupun penelitian terhadap identifikasi hukum. Penelitian ini juga sering disebut penelitian bekerjanya hukum (law in action). Penelitian hukum empiris adalah sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian yang nyata atau dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di masyarakat.17
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Sumatera Utara. Sedangkan penelitian hukum normatif dilakukan dengan menggunakan bahan pustaka atau data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan skripsi ini.
2. Sumber Data Penelitian
Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi
15 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Depok:
Prenadamedia Group, 2016), hal. 124
16 Ibid, hal 129
17 Ibid, Hal. 149-150
12
mengenai apa yang seyogianya, diperlukan sumber-sumber penelitian.18 Sumber- sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki: Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU)/Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), dan Peraturan Daerah (Perda).
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang terdiri dari buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian.
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus Hukum dan Encyclopedia.19
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan obyektif, maka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data. Data–data tersebut dapat diperoleh dari:
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data selama penelitian adalah dengan menggunakan studi dokumen (document study)
18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana, 2009), hal.141
19 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, op.cit, hal. 172-173
atau studi kepustakaan (library research), yaitu Data yang diperoleh dari mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan, maupun jurnal- jurnal yang berhubungan dengan skripsi ini yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi.
b. Studi Lapangan (Field Research)
Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara (interview) yaitu sebagai usaha mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunakan pedoman pertanyaan secara tertulis untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Data yang diperoleh oleh penulis berasal dari proses wawancara yang dilakukan langsung kepada pihak terkait Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Sumatera Utara.
4. Analisis Data
Analisis data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas yang berhubungan dengan skripsi ini. Langkah-langkah yang berkaitan dengan pengolahan terhadap bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan untuk menjawab isu hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah20 menggunakan langkah langkah sebagai berikut :
1) Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang
20 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, loc.it
14
2) relevan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
3) Penulis memperoleh data dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang kemudian disusun dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit dan membuat kesimpulan sehingga dapat diperoleh gambaran yang berkaitan dengan skripsi ini. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan pihak terkait Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Sumatera Utara.
F. KeaslianPenulisan
Bedasarkan penelusuran dan penelitian di perpustakaan, bahwa tidak ada menemukan skripsi yang berjudul “ Aspek Hukum Perlindungan KonsumenPengguna ATM ( STUDI KASUS BANK BTPN CAB MEDAN SUMATERA UTARA)” . Penulisan skirpsi ini di mulai dengan mengumpulkan bahan bahan yang berkaitan dengan judul skripsi ini baik melalui literature yang di peroleh dari perpustakaan maupun literatur yang di peroleh dari dosen dosen FakultasHukum USU maupun dari media cetak, media elekronik, serta di samping itu juga di lakukan penelitian.
Sehubungan judul skripsi ini telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum USU untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau pun belum terdapat di Fakultas Hukum USU.
G. Tinjauan pustaka
1. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
dan sebagainya.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah:
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821.
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa.
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
16
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota.
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen.21 2. Pengertian dan Ruang Lingkup Konsumen Bank
H. Sistematika Penulisan
Sistematika skripsis ini terdiri dari lima bab. Masing masing terdiri dari sub bab guna memperjelas cakupan permasalahan yang menjadi objek penelitian.
Urutan masing-masing bab dijabarkan sebagai berikut:
1. BAB I : merupakan Bab pendahulu yang mana memuat: Latar Belakang, Permasalahan, Permasalahan, Perumusan masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Terdahulu, Metode penelitian, Sistematika Penelitian.
2. BAB II : merupaka Bab mengenai tinjauan umum yang berisiskan tenatang Perlindungan Konsumen, Asas asas tujuan, hak dan kewajiban konsumen, perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.
3. BAB III : merupakan Bab yang mengklasifikasiakan data penelitian, berupa deskripsi dara perkenaan dengan objek terkait dengan konsumen serta mekanisme penerapannya.
4. BAB IV : merupakan Bab yang membahas tentang studi penyelesaian kasus dan penyelesaian transaksi yang bermasalah.
5. BAB V : merupakan Bab penutup yang mana dapat diambil kesimpulan
21 https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_konsumen di akses tanggal 4 April 2020
beserta saran dari penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini akan menjawab penyelesaian dari inti permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
PROBLEMATIKA KONSUMEN PENGGUNA KARTU ATM DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL CABANG MEDAN
A. Pengertian dan Pengaturan Perbankan Indonesia 1. Pengertian Perbankan Indonesia:
Pengertian bank adalah “ lembaga intermediasi keuangan yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana di masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup rakyat”. Sedangkan pengertian perbankan adalah “segala sesuatu yang berhubungan tentang bank”. Penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan bank melalui simpanan atau tabungan dan penyaluran dana dilakukan melalui kredit atau pinjaman kepada masyarakat.22
Selain dari kedua tugas itu, menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, bank juga memberikan jasa bank lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, industri perbankan mengalami perubahan besar karena deregulasi peraturan. Sehingga mengakibatkan bank lebih kompetitif dalam menyediakan jasa bank lainnya. Jasa tersebut di antaranya termasuk transfer dana antar rekening, pembayaran tagihan, sarana investasi, penukaran mata uang asing dan banyak lagi.23
Pengertian bank, menurut UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan
22 Mangasa Agustinus Sipahutar,Persoalan Persoalan Perbankan Indonesia(Jakarta,Gorga Media,2007),hal:10
23 Ibid,Hal:11
memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank, sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.
Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik, seperti bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat.24 Kegiatan menyalurkan dana berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sementara itu, jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama bank.
Beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan sebagai berikut:
a. Sebagai model investasi, berarti transaksi derivatif dapat dijadikan salah satu model berinvestasi walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).
b. Sebagai cara lindung nilai, berarti transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging) atau disebut juga sebagai risk management.
c. Informasi harga, berarti transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditas tertentu di kemudian hari (price discovery). 25
d. Fungsi spekulatif, berarti transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.
24 Rachmadi Usman,Aspek-aspek Hukum Perbankan Indonesia,(Jakarta,Gramedia Pustaka Utama,2003),hal:3
25 Ibid,Hal:4
20
e. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, berarti transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang.
2. Pengaturan Perbankan Indonesia:
Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan sumber hukum dalam arti materil. Sumber hukum dalam arti materil adalah “sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri dan itu tergantung dari sudut mana dilakukan peninjauannya”,26 apakah dari sudut pandang ekonomi,sejarah sosiologi, filsafat dan lain sebagainya. Sedangkan sumber hukum dalam arti formal adalah “tempat ditemukannya ketentuan hukum dan perundang- undangan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis”.27
Sumber hukum perbankan adalah tempat ditemukannya ketentuan ketentuan hukumdan perundang-undangan (tertulis) yang mengatur mengenai perbankan. Ketentuan yang secara khusus mengatur atau yang berkaitan dengan perbankan tersebut dapat ditemukan dalam Undang- undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang No. 10 tahun 1998. Undang undang No.7 tahun 1992 tersebut untuk pertama kali di ubah dengan undang undang No. 10 tahun 1998, ketika mencermati konsiderans Undang undang No. 10 tahun 1998 tersebut, maka terdapat dua hal yang pokok yang menjadi alasan dan latar belakang penyempurnaan perangkat hukum dibidang perbankan, yaitu:
26 Ibid,Hal:9
27 Ibid,hal:12
a. Bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dangan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan penyesuaian kebijakan dibidang ekonomi termasuk perbankan. Jadi penyempurnaan undang undang perbankan 1992 ini dimaksudkan agar lebih sesuai dengan perkembangan dan kebijakan dibidang ekonomi.28
b. Bahwa dalam memasuki era globalisasi dan dengan telah diratifikasinya beberapa perjanjian internasional di bidang perdagangan dan jasa, maka diperlukan penyesuaian terhadap peraturan perundang undangan dibidang perekonomian.29
PBI 14/26/PBI/2012 tentang kegiatan usaha dan jaringan kantor bank berdasarkan modal inti serta seluruh perubahannya,
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 01/POJK.07/2013 tanggal 16 Agustus 2016 tentang perlindungan konsumen jasa keuangan (Lembaga Negara Republik Indonesia tahun 2013 Nomor 118 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5431). Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/SEOJK.07/2014 tentang Penyampain Informasi Dalam Rangka Pemasaran Produk dan/ atau Layanan Jasa Keuangan
28 Ibid,hal:13
29 Ibid,hal:19
22
B. Profil BTPN Cab Medan
Bank Tabungan Pensiunan Nasional disingkat (BTPN) terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di Bandung. Ketujuh serangkai tersebut kemudian mendirikan Perkumpulan Bank Pegawai Pensiunan Militer (selanjutnya disebut(BAPEMIL) dengan status usaha sebagai perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para anggotanya.30
BAPEMIL memiliki tujuan yang mulia yakni (membantu meringankan beban ekonomi para pensiunan, baik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia maupun sipil, yang ketika itu pada umumnya sangat kesulitan bahkan banyak yang terjerat rentenir) Berkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada tahun 1986 para anggota perkumpulan BAPEMIL membentuk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dengan izin usaha sebagai Bank Tabungan dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967. tentang Pokok-Pokok Perbankan untuk melanjutkan kegiatan usaha BAPEMIL.31
Berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (sebagaimana selanjutnya diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998) yang antara lain menetapkan bahwa status bank hanya ada dua yaitu: Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, maka pada tahun 1993 status Bank BTPN diubah dari Bank Tabungan menjadi Bank Umum melalui Surat Keputusan Menteri.32
30 [email protected] di akses pada tanggal 08 Juni 2020
31 [email protected] di akses pada tanggal 08 Juni 2020
32 [email protected] di akses pada tanggal 08 Juni 2020
Kini, BTPN dikenal sebagai bank publik skala menengah bereputasi prima dan salah satu bank dengan kinerja keuangan terbaik di Indonesia, dan telah meraih berbagai pengakuan dalam bentuk penghargaan dari lembaga-lembaga terkemuka dan terpercaya. 33
Dalam rangka memperluas kegiatan usahanya, Bank BTPN bekerja sama dengan PT Taspen, sehingga Bank BTPN tidak saja dapat memberikan pinjaman dan pemotongan cicilan pinjaman, tetapi juga dapat melaksanakan “Tri Program Taspen”, yaitu Pembayaran Tabungan hari Tua, Pembayaran Jamsostek dan Pembayaran Uang Pensiun. 34
BTPN KC Putri Hijau Medan di bangun beriringan dengan usaha bank BTPN dalam mengembangkan usahanya pada akhir 2008 di pangsa pasar usaha mikro kecil dan unit usaha syariah, dengan membukan 46 cabang BTPN 1 mitra usaha rakyat di seluruh Indonesia begitu juga dibukanya BTPN kantor cabang Putri Hijau Medan. Bank BTPN KC Putri Hijau Medan merupakan kantor wilayah Sumatera 1 dan juga merupakan salah satu kantor cabang yang terlama atau tertua di Medan. 35
Rencana kegiatan untuk ke depan, bank BTPN akan mengembangkan pelatihan yang mengarah kepada peningkatan kompetensi penguasaan industri jasa keuangan, inovatif dalam pengembangan produk dan layanan. Serta menciptakan karyawan yang peduli kepada nasabah dengan memberikan rasa aman, kepercayaan dan kemudahan akses bagi setiap nasabah. Upaya bank BTPN untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja dilakukan melalui perbaikan
33 [email protected] di akses pada tanggal 08 Juni 2020
34 [email protected] di akses pada tanggal 08 Juni 2020
35 [email protected] di akses pada tanggal 08 Juni 2020
24
kualitas pengelolaan Sumber Daya Alam (SDM). Hal tersebut dimulai dari penempatan karyawan sesuai dengan kompetensinya (staffing), penyempurnaan system Manajemen Sumber Daya Manusia dan membangun Human Resource Information System (HRIS). Termasuk menata system remunerasi yang berbasis dimensi kompetensi skill, problem solving dan accountability.
Struktur organisasi yang digunakan pada Bank BTPN KC Putri Hijau Medan berbentuk fungsional. Berikut adalah gambar struktur organisasi di Bank BTPN KC Putri Hijau Medan:
SEKSI AKUNTANSI SEKSI ADM UMUM/PERSONA LIA
SEKSI KREDIT UMUM SEKSI PEMASARAN
KANTOR CABANG PEMBANTU
SEKSI
PEMBINAA N KREDIT SEKSI ADM KREDIT
SEKSI JASA BANK
SEKSI ADM PENGADAAN DANA SEKSI
KREDIT PEGAWAI
SEKSI CSO/TELLER SEKSI
KREDIT PENSIUN
manager oprasional manager
pemasaran
sekertaris
Pimpinan cabang
Gambar 1.1 Struktur organisasi
Sumber : BTPN KC PUTRI HIJAU MEDAN
26
C. Syarat Dan Ketentuan Penggunaan Layanan Kartu ATM Pada BTPN 1. Syarat Pembukaan Layanan Kartu ATM:
a. Pembukuan atas Rekening dilakukan oleh Bank dengan ketentuan sebagai berikut: Khusus Tabungan dan Giro.
1) Setiap transaksi, baik penyetoran maupun penarikan pada Rekening yang mengakibatkan perubahan saldo/ mutasi, akan dibukukan/ dicatat pada buku tabungan atau statement atau suatu media yang ditetapkan oleh Bank (Bukti Mutasi). Namun mengingat transaksi tertentu dapat dilakukan tanpa pencatatan pada Bukti Mutasi yang dipegang Nasabah (antara lain: transaksi ATM, Fasilitas Autodebet) maka dalam hal terdapat perbedaan saldo/ mutasi antara yang tercatat pada Bukti Mutasi yang dikuasai Nasabah dengan catatan/ pembukuan yang terdapat pada Bank, maka saldo/ mutasi yang tercatat pada pembukuan Bank merupakan bukti yang sah dan mengikat Nasabah. Syarat dan ketentuan nasabah BTPN Paraf.
2) Dalam hal Bukti Mutasi (yang berbentuk statement atau laporan konsolidasi) disetujui Nasabah akan diambil sendiri di Bank oleh Nasabah atau kuasanya yang sah, tetapi ternyata tidak diambil hingga 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterbitkan oleh Bank, maka Bank berhak dan dengan ini diberi wewenang oleh Nasabah untuk menghancurkan Bukti Mutasi tersebut.
3) Dalam hal Bukti Mutasi (yang berbentuk statement atau laporan konsolidasi) yang dikirim ke alamat Nasabah karena suatu hal
dikembalikan ke Bank dan tidak diambil oleh Nasabah dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterbitkan oleh Bank maka Bank berhak dan dengan ini diberi wewenang oleh Nasabah untuk menghancurkan Bukti Mutasi tersebut.
2. Ketentuan Pembukaan Layanan Kartu ATM:
Bank berhak melakukan koreksi apabila terdapat kekeliruan didalam mengadministrasikan Rekening Nasabah, jika saldo Rekening Nasabah tidak mencukupi, maka bank berhak dan dengan ini diberi kuasa oleh Nasabah untuk melaksanakan instruksi pendebetan dan mencairkan simpanan Nasabah lainnya yang ada pada bank atau menagih kembali dengan seketika seluruh kekurangannya tersebut kepada Nasabah.
Jika Nasabah kehilangan Buku Tabungan/ Passbook, maka Nasabah wajib segera memberitahukan kepada Bank untuk dilakukan pemblokiran Rekening dan selanjutnya Nasabah wajib datang ke kantor cabang Bank tempat Nasabah membuka Rekening untuk dilakukan penggantian Buku Tabungan / Passbook disertai dengan dokumen yang dipersyaratkan oleh Bank. Segala biaya yang timbul atas penerbitan Buku Tabungan/ Passbook pengganti, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Nasabah.36 Jika Nasabah kehilangan Bilyet Deposito, maka Nasabah wajib segera memberitahukan kepada Bank untuk dilakukan pemblokiran Deposito dan selanjutnya Nasabah wajib datang ke kantor cabang Bank tempat Nasabah menempatkan Deposito untuk dilakukan penggantian Bilyet Deposito disertai dengan dokumen yang dipersyaratkan oleh Bank dan segala
36https://www.btpn.com/pdf/bank-mediation/informasi-tata-cara-pelayanan-dan-penyelesaian- pengaduan-konsumen---032018.pdf di akses tanggal 09 juni 2020
28
biaya yang timbul atas penerbitan Bilyet Deposito pengganti, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Nasabah.
D. Problematika Konsumen Pengguna Kartu ATM di Bank BTPN Cabang Medan
PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (“Bank BTPN”) terus mengembangkan layanannya untuk mencapai yang terbaik dalam berinteraksi dan bersinergi dengan seluruh konsumen selaras dengan tujuan untuk memberikan hidup yang lebih bermakna serta meningkatkan potensi rakyat Indonesia secara signifikan.
Dalam berinteraksi dengan seluruh konsumen, dimungkinkan terjadi perbedaan pemahaman yang diungkapkan sebagai ketidakpuasan, dan untuk itu sebagai institusi yang memiliki kepedulian kepada konsumen, BTPN telah menyediakan saluran penyampaian Pengaduan konsumen dan penanganannya.37
BTPN Cab Medan, mencatat ada 350 (Tiga Ratus Lima Puluh) Pngaduan yang di terima sepanjang tahun 2019. Jenis pengaduan tersebut terbagi dalam 5 (Lima) jenis. Paling banyak, pengaduan konsumen masalah kartu ATM, yakni kartu ATM terblokir, nasabah yang tidak dapat menggunakan kartu ATM, kartu ATM yang tertelan mesin. 38
Hal tersebut dikatakan langsung oleh Staf Regional bernama Annisa, menurut Annisa pengaduan persoalan ATM yang tersangkut atau tertelan di mesin ATM lah yang paling banyak terjadi dalam persoalan tersebut sebanyak 115 (Seratus Lima belas) kasus hampir 4% (Empat Persen) dari total keseluruhannya.
37 [email protected] di akses pada tanggal 08 Juni 2020
38 Annisa, Wawancara pada tanggal 08 Juni 2020, di kantor BTPN Cab Medan
Yang kedua, biasanya juga sering terjadi misalnya orang transfer ke ATM lain tetapi tidak masuk tetapi slip storanya itu keluar dari mesin ATM nya, juga sering terjadi bisa jadi karena masalah jaringan hampir 108 (Seratus Delapan) kasus yang terima.
Yang ketiga yaitu proses yang lambat dalam melakukan transaksi, hampir 81 (Delapan Puluh Satu) kasus yang di terima, yang ke empat yaitu Kegagalan dalam melakukan transaksi, yang diakibatkan oleh satelit ATM yang bermasalah, permasalahan ini hampir 31 (Tiga Puluh Satu) kasus yang diterima karena jarang nya terjadi hal tersebut, yang kelima dan yang paling sedikit keluhan nya yaitu uang yang tidak keluar pada mesin ATM yaitu Cuma 15 (Lima Belas) kasus di satu tahun terakhir karena biasa nya uang tidak keluar dikarenakan uang di mesin kosong sedangkan di mesin ATM orang jarang sekali kosong.39
Bila melihat dari keluhan yang sering terjadi diatas, maka dapat dianalisis bahwa masalah tersebut muncul akibat dari dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal , yakni :
1. Faktor internal
Faktor internal ini bersumber dari internal bank :
a. Mesin ATM yang mengalami masalah, sehingga tidak dapat melayani kebutuhan konsumen dalam melakukan suatu transaksi.
b. Customer service yang kurang lengkap dalam menjelaskan kepada konsumen cara untuk menggunakan fasilitas ATM dengan baik dan benar sehingga membuat konsumen tidak paham dalam penggunaan
39 Annisa, Wawancara pada tanggal 09 Juni 2020, di kantor BTPN Cab Medan
30
ATM yang menyebabkan konsumen sering melakukan kesalahan dalam menggunakan ATM.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini bersumber dari perilaku nasabah, yakni :
a. Konsumen yang belum memahami cara menggunakan fasilitas dari bank, yakni konsumen tidak dapat menggunakan fasilitas ATM karna yang kita ketahui bank BTPN yang banyak menggunakan nya adalah konsumen pensiunan dan sudah lanjut usia.
b. Konsumen yang kurang sabar, konsumen yang kurang sabar ini membuat konsumen tersebut cenderung melakukan tindakan-tindakan yang ceroboh, misalnya konsumen yang lupa nomor pin kartu ATMnya sehingga membuat kartu ATM tersebut terblokir, selain itu konsumen cenderung sering memaksakan mesin ATM untuk melakukan transaksi, padahal ketika konsumen melakukan transaksi, mesin ATM tersebut gagal untuk bertransaksi. akibat dari paksaan tersebutlah yang menyebabkan rekening konsumen bisa terdebet.40
40 [email protected] di akses pada tanggal 10 Juni 2020
BAB III
PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNA ATM PADA BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL CABANG
MEDAN SUMATERA UTARA
A. Pengertian, Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Perlindungan Konsumen
Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari consumer (Inggris American) atau consument/konsument (Belanda), di mana secara harfiah arti kata konsumen itu adalah lawan dari produsen, sedangkan di dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (yang selanjutnya disebut dengan UUPK) adalah “setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan”, sedangkan maksud dari barang dan jasa yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 4 dan ayat 5 UUPK menyatakan bahwa barang adalah “setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapak dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen (nasabah)”, sedangkan jasa adalah “layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen (nasabah)”41
Konsumen merupakan “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, orang lain maupun
41 Tami rusli,Perlindungan Hukum Konsumen(Nasabah) Electronic Banking Melalui Anjungan Tunai Mandiri(ATM), Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung,Vol5 Nomor 2,Juli 2010, Hal.69
32
mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Dalam pengertian tersebut, subjek yang disebut sebagai pemakai adalah orang. Istilah orang sebenarnya menimbulkan keraguan. Apakah orang secara individual yang lazim disebut natuurlijke person atau termasuk juga badan hukum.42
Perlindungan konsumen pada hakekatnya adalah “segala upaya untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”, menurut perlindungan hukum terhadap konsumen merupakan
“serangkaian peraturan yang memuat asas asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen”
Dalam ilmu hukum, perlindungan hukum dapat dibagi menjadi dua: 43 a. Perlindungan secara preventif
Perlindungan secara preventif adalah upaya pencegahan terhadap ancaman dan keselamatan konsumen melalui perundang-undangan dan peraturan- peraturan yang dilaksanakan sebagai hukum yang m”enanggulangi keadaan yang tidak diharapkan dan memberikan perlindungan bagi seseorang, sekelompok orang, masyarakat, sekelompok masyarakat dari suatu keadaan yang telah terjadi yang tidak diinginkan.
b. Perlindungan secara represif
Perlindungan secara represif adalah upaya penanggulangan keselamatan konsumen yang dilaksanakan oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya masyarakat, pelaksanaan keamanan dan keselamatan konsumen dilaksanakan sebagai hukum pelaksana yang menanggulangi keadaan yang
42 Barkatullah, Abdul Halim, Hak hak Konsumen,(Bandung : Nusa Media, 2010)hal.30
43 Ibid,Hal:31
tidak diharapkan dan memberikan perlindungan bagi seseorang, sekelompok orang, masyarakat,44 sekelompok masyarakat dari suatu keadaan yang terjadi yang tidak diinginkan.
Dalam Pasal 1 ayat 1 UUPK Pengertian Perlindungan Konsumen adalah
“segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.dan Pasal 2 UUPK Perlindungan Konsumen ini berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan, serta kepastian hokum. Sehubungan dengan itu, perlindungan “merupakan upaya melindungi konsumen dari perbuatan atau perlakuan pengusaha yang hanya mencari keuntungan semata”, sedangkan tujuan dari perlindungan adalah
“memungkinkan konsumen dapat menikmati atau memakai suatu produk tanpa khawatir bahwa produk layak atau tidak layak untuk dipakai”.45
Perlindungan terhadap konsumen dalam hal ini nasabah bank sangat di”butuhkan karena posisi konsumen selaku nasabah lebih lemah dibandingkan posisi pelaku usaha atau pihak bank, kedudukan antara pengusaha dengan konsumen sangat tidak seimbang. Untuk menyeimbangkan kedudukan antara pihak bank dengan konsumen dibutuhkan adanya suatu perlindungan terhadap konsumen.46
Nasabah pada umumnya tidak mengetahui bagaimana yang harus dilakukan jika nasabah mengalami masalah dalam penggunaan kartu ATM ini, oleh karena itu baiknya pihak bank memberitahukan kepada nasabah
44 Ibid,Hal:33
45 Ibid,Hal:34
46 AZ.Nasution,, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,1995) hal.65-66.
34
bank secara langsung maupun secara tertulis (dalam kontrak penerbitan kartu ATM) sehingga nanti nasabah apabila mengalami masalah dalam penggunaan kartu ATM nasabah tahu apa yang harus mereka lakukan.
Disisi lain berdasarkan kontrak atau perjanjian pembukaan nomor rekening tidak terdapat klausul yang mengatakan bahwa pihak bank tidak bertanggung jawab atau pengalihan tanggung jawab bank kepada nasabah.
Jika nasabah mengalami masalah maka nasabah wajib melaporkan diri kepada pihak bank sehingga pihak bank dapat memproses
tindakan-tindakan yang harus dilakukan terhadap kasus yang dialami oleh nasabah.47
2. Asas-asas Perlindungan Konsumen
Asas perlindungan konsumen diatur dalam Pasal 2 UUPK 8/1999, yaitu sebagai berikut:
a. Asas Manfaat
Mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan Konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan Konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.Segala upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar- besarnya bagi konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Dengan
47 Ni nyoman,Perlindungan Hukum Pengguna Anjungan Tunai Mandiri,Fakultas Hukum Universitas Warmadewa,Vol.5.No.1. Maret 2016,hal.33
kata lain, tidak boleh hanya salah satu pihak saja yang memperoleh manfaat, sedangkan pihak lain mendapatkan kerugian.48
b. Asas Keadilan
Partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada Konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
Dalam hal ini, tidak selamanya sengketa konsumen di akibatkan oleh kesalahan pelaku usaha saja, tetapi bisa juga di akibatkan oleh kesalahan konsumen yang terkadang tidak tahu akan kewajibannya.
Konsumen dan produsen/pelaku usaha dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan kewajiban secara seimbang.49
c. Asas keseimbangan
Memberikan keseimbangan antara kepentingan Konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual. Asas keseimbangan ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara hak dan kewajiban para pelaku usaha dan konsumen.
Menghendaki konsumen, produsen/pelaku usaha dan pmerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen.
d. Asas Keselamatan dan Keamanan
Memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada Konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
48 Happy susanto,Hak hak konsumen jika dirugikan (Jakarta Selatan, Visi Media,2008)hal:17
49 Ibid,Hal:18
36
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Asas ini bertujuan untuk memberikan adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi/dipakainya, dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya.50
e. Asas Kepastian Hukum
Baik pelaku usaha maupun Konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan Konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Asas ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum agar pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan menjalankan apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Tanpa harus membebankan tanggung jawab kepada salah satu pihak, serta negara menjamin kepastian hukum.51
3. Tujuan Perlindungan Konsumen
Dalam UU Perlindungan Konsumen pasal 3. Disebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran, kemempuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan nya dari ekses negatif pemakaian barang atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak haknya sebagai konsumen.
50 Ibid,Hal:19
51 Ibid,Hal:20
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur.
f. Meningkatkan kwalitas barang/ jasa yang menjamin kelangsugan usaha produksi barang dan/ jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.52
B. Hak dan Kewajiban Konsumen Pengguna ATM dan BTPN sebagi Pelaku Usaha Perbankan
1. Hak dan Kewajiban Konsumen:
Nasabah bank sebagai pengguna ATM yang mengalami masalah kerugian seperti kartu tertelan, dana yang tidak muncul pada saat melakukan pengambilan/penarikan dan atau rekening yang terdebet sendiri tanpa sepengetahuan nasabah atau konsumen bank tersebut, maka nasabah memerlukan perlindungan hukum dari Undang-undang tentang Perbankan, pada Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Perbankan yang menyebutkan “Demi suatu kepentingan untuk nasabah, bank wajib menjelaskan informasi terhadap suatu timbulnya akibat kerugian dalam transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank” dimana pada bunyi dari pasal tersebut diketahui masih belum memuat perlindungan hukum secara terperinci terhadap nasabah. Pasal tersebut belum memberikan informasi yang lengkap yang dimana bagi kepentingan nasabah/konsumen yang melarang
52 Ibid,Hal:21
38
merugikan. Dalam Surat Edaran Nomor 14 / 17 / DASP / 2012 pada 7 Juni 2012 atas Perubahan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/10/DASP/2009 13 April 2009 perihal terhadap Kegiatan APMK, bahwa bank wajib harus menyampaikan informasi lengkap kepada pemegang Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) atau yang disebut nasabah maupun konsumen, yang meliputi:53
a. Tata cara terhadap pengguna APMK dan berbagai kelengkapan fasiitas yang terdaat dalam kartu tersebut dan berbagai macam hal yang akan timbul bagi konsumen./nasabah terebut;
b. Hak-hak dan kewajiban bagi pengguna APMK, yaitu:
1) Nasabah dilarang memberikan nomor penting atau PIN kartu ATM tersebut kepada orang lain dan selalu berhati-hati dalam bertransaksi pada mesin ATM yag berada di Bank maupun diluar Bank; 54
2) Pertanggung jawaban dan Hak bagi pengguna ATM terhadap banyaknya suatu hal yang berdampak kerugikan terhadap nasabah dan/atau pemberi kartu, yang disebabkan karena adanya duplikat kartu, kesalahan oleh mesin penerbit, maupun hal yang dapat terjadi lainnya;
3) Prosedur maupun resiko bila nasabah ATM tidak berkeinginan lagi menggunakan kartu tersebut;
4) Bebagai hal dan banyaknya dana maupun anggaran yang dikenakan;
dan
53 Indra Fauzi, Hak-hak Konsumen yang dirugikan (Jakarta Selatan, Visi Media,2008)hal:27
54 Ibid, Hal:28