• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. ANALISA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5. ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)5. ANALISA DAN PEMBAHASAN. 5.1. Gambaran Umum Lokasi proyek RS. Jasa Medika terletak di kawasan Surabaya Barat, tepatnya di jalan Jl. Boulevard Family Selatan Kav.1. Proyek ini terdiri dari basement 2 lantai, upper – structure 8 lantai, dan lantai atap. Bangunan ini menempati lahan seluas ±10.000 m² dan luas bangunan sebesar 36.000 m². Jenis struktur portal beton bertulang dengan atap berjenis pelat dak beton. Pada proyek ini terdapat 2 jenis balok beton, yaitu balok konvensional yang digunakan untuk balok dengan bentang pendek dan menengah (rata–rata 7.2m) dan balok pratekan yang digunakan pada balok dengan bentang panjang (rata-rata 14.4m). Hal ini disebabkan karena desain pada lobby tidak menginginkan adanya kolom, sehingga menyebabkan dimensi balok akan sangat besar apabila menggunakan balok beton konvensional.. 5.2. Tahap-tahap Pelaksanaan Balok pratekan pada RS Jasa Medika Pelaksanaan balok pratekan harus dilakukan sesuai dengan Standart Operating Procedure nya, hal ini dilakukan agar meminimalkan faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya failed pada balok pratekan tersebut. Apabila dirasa ada dari SOP yang dianggap salah atau tidak perlu, akan dilakukan penyesuaian hingga percobaan secara langsung di lokasi. Dan apabila memungkinkan untuk dilakukan, pihak pelaksana dapat memberikan bukti disertai dengan alasan yang jelas.. 5.2.1. Tahap Pelaksanaan Lantai 2 Beton Pratekan digunakan agar dimensi balok beton konvensional yang digunakan dapat dinimalkan. Hal ini disebabkan karena pada lantai dasar dan lantai 1 tidak diinginkan adanya kolom yang dapat merusak estetika., sedangkan pada lantai 2 hingga lantai atap terdapat kolom menerus untuk menjaga kekakuan struktur.. 46 Universitas Kristen Petra.

(2) Pengerjaan dimulai dari kolom lantai 1. Pekerjaan pembesian, bekisting dan pengecoran dilakukan seperti pengerjaan kolom pada umumnya. Scafolding pada lantai dasar tetap terpasang untuk membantu menahan beban yang ada. Tahap selanjutnya adalah pemasangan scafolding yang akan menjadi penyangga plat dan balok lantai 2. Bekisting, pembesian plat dan balok serta pemasangan tendon-tendon dilaksanakan setelah semua scafolding terpasang. Balok pratekan lantai 2 berisi 4 tendon dengan tipe 11K13. Pengecoran menggunakan beton ready mix dari supplier Indosipa dengan mutu K400. Sebelum pengecoran, dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada elemen – elemen Balok pratekan (Support bar, Sheat, Group Vent, angkur, strand) oleh konsultan selaku pihak dari owner yang juga mempunyai wewenang untuk menyetujui atau tidaknya dilakukan pengecoran. Dari awal pengerjaan kolom lantai 1 hingga pengecoran pelat dan balok lantai 2 membutuhkan waktu 24 hari.. Gambar 5.1. Potongan Balok pratekan lantai 2 Tampak Atas. Gambar 5.2. Potongan Balok pratekan lantai 2 Tampak Samping Setelah pengecoran Balok dan pelat lantai 2 dilakukan, selanjutnya adalah pengerjaan kolom lantai 2. Pembesian, bekisting, dan pengecoran pada kolom sama seperti pengerjaan kolom sebelumnya. Setelah kolom lantai 2 selesai terlaksana dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pelat dan balok lantai 3seperti pada lantai 2. Pembesian tendon pada lantai 3 sedikit berbeda dengan lantai 2. Tendon 47 Universitas Kristen Petra.

(3) pada lantai 3 menggunakan 4 buah tendon tipe 10K13. Pengerjaan kolom lantai 2 hingga pengecoran balok dan pelat lantai 3 membutuhkan waktu 24 hari. Penarikan pada tendon lantai 2 dibagi menjadi II tahap, dimana tahap I penarikan dilakukan setelah pengecoran kolom dan balok pada lantai 3 selesai dilakukan. Dan tahap II dilakukan pada saat pengecoran kolom dan balok pada lantai 4 selesai dilakukan. Penarikan tendon diijinkan setelah kekuatan beton lantai 2 mencapai 80% mutu kuat rencana yang ±dicapai dalam 14 hari. Posisi scafolding menahan pada lantai dasar, lantai 1 dan lantai 2 seperti pada gambar dibawah ini.. Gambar 5.3. Posisi scafolding saat penarikan tendon lantai 2 tahap I. Pada tahap I ini penarikan hanya dilakukan pada 2 tendon saja untuk menjaga stabilitas balok pada struktur. Dua tendon tersebut adalah tendon C1 dan C2 yang ditarik sebesar 100% dengan cara C1 ditarik 50% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 3565 psi. Tendon C2 selanjutnya ditarik 100%. dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada. tekanan 7129 psi. Tendon C1 kembali ditarik hingga 100% dari tekanan 3565 psi hingga 7129 psi. Penarikan tahap I dilakukan 33 hari setelah dilakukannya pengecoran pada balok pratekan. Untuk penarikan tahap II pada tendon C3 dan C4 dilaksanakan setelah balok dan pelat lantai 5 telah dicor. Langkah berikutnya adalah menarik tendon. 48 Universitas Kristen Petra.

(4) C3 50% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 3565 psi. Tendon C4 selanjutnya ditarik 100% dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 7129 psi. Tendon C3 kembali ditarik hingga 100% dari tekanan 3565 psi hingga 7129 psi. Penarikan tahap II dilakukan setelah 63 hari setelah dilakukannya pengecoran pada balok pratekan. Semua penarikan pada tendon lantai 2 menggunakan Freyssinet Jack K-200.. Gambar 5.4. Posisi scafolding saat penarikan tendon lantai 2 tahap II. Patching dipotong setelah dilakukan penarikan, akan tetapi tidak dilakukan grouting pada tendon - tendonnya. 5.2.2. Tahap Pelaksanaan Lantai 3 Pengerjaan balok dan pelat pada lantai 3 tidak jauh berbeda dengan pengerjaan balok dan pelat pada lantai 2. Langkah–langkah yang dilakukan oleh pihak kontraktor tetap mengacu kepada SOP yang telah direncanakan pada awalnya. Hanya jumlah tendon, wires, dan cara penarikannya saja yang berbeda. Tendon pada balok pratekan lantai 3 berisi 4 tendon dengan tipe 10K13. Pengecoran menggunakan campuran beton dengan mutu K400.. 49 Universitas Kristen Petra.

(5) Gambar 5.5. Potongan Balok pratekan lantai 3 Tampak Atas. Gambar 5.6. Potongan balok pratekan lantai 3 tampak samping Pengecoran pada lantai 3 dilakukan setelah semua pembesian siap dan telah mendapat persetujuan dari pihak konsultan. Setelah semua pengerjaan itu selesai, dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pada kolom lantai 3. Pengerjaan pada kolom lantai 3 ini juga sama seperti pengerjaan kolom sebelumnya. Setelah selesai, dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pelat dan balok lantai 5 seperti pada lantai 3. Pembesian tendon pada lantai 5 sedikit berbeda dengan lantai 3. Tendon pada lantai 5 menggunakan tendon 2 tendon tipe 18K13. Pengerjaan dari awal kolom lanti 3 hingga selesai pengecoran balok dan pelat lantai 5 membutuhkan waktu 23 hari. Saat Pengecoran lantai 5 selesai dilanjutkan dengan penarikan tendon lantai 3. Penarikan tendon diijinkan setelah kekuatan beton lantai 3 mencapai 80% mutu kuat rencana yang ±didapatkan pada umur 14 hari. Posisi scafolding menahan pada lantai 2 dan lantai 3 seperti pada gambar dibawah ini.. 50 Universitas Kristen Petra.

(6) Gambar 5.7. Posisi Scafolding saat Penarikan Tendon Lantai 3. Pada lantai 3 ini metode penarikan yang dilakukan juga dibagi dalam II tahap, dimana penarikan tahap I dilakukan pada tendon C1 dan C2 setelah dilakukan pengecoran pada lantai 5. Cara penarikan yang digunakan yaitu, C1 ditarik 50% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 3241 psi. Tendon C2 selanjutnya ditarik 100% dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 6481 psi. Tendon C1 kembali ditarik hingga 100% dari tekanan 3241 psi hingga 6481psi. Penarikan tahap I dilakukan setelah balok pratekan berumur 40 hari. Selanjutnya pada tahap II, dilakukan penarikan pada tendon C3 dan C4 setelah dilakukan pengecoran pada lantai 6. Tendon C3 ditarik 50% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 3241 psi. Tendon C4 selanjutnya ditarik 100% dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 6481 psi. Tendon C3 kembali ditarik hingga 100% dari tekanan 3241 psi hingga 6481psi. Penarikan tahap II dilakukan setelah balok pratekan berumur 51 hari. Penarikan pada tendon ini menggunakan Freyssinet Jack K-200. Patching dipotong setelah dilakukan penarikan, akan tetapi tidak dilakukan grouting pada tendon - tendonnya.. 51 Universitas Kristen Petra.

(7) 5.2.3. Tahap Pelaksanaan Lantai 5 Pengerjaan balok dan pelat pada lantai 5 tidak jauh berbeda dengan pengerjaan balok dan pelat pada lantai 3. Langkah–langkah yang dilakukan untuk pengerjaan bekisting maupun pembesian pada pelat maupun Balok pratekan tetap mengacu kepada SOP yang telah direncanakan pada awalnya. Hanya jumlah tendon, wires, dan cara penarikannya saja yang berbeda. Tendon pada balok pratekan lantai 5 berisi 2 tendon dengan tipe 18K13. Pengecoran menggunakan campuran beton dengan mutu K400.. Gambar 5.8. Potongan Balok pratekan lantai 5 Tampak Atas. : Gambar 5.9. Potongan Balok pratekan lantai 5 Tampak samping Pengecoran pada lantai 5 dilakukan setelah semua pembesian dan pemasangan tendon siap dan telah mendapat persetujuan dari pihak konsultan. Pada saat pengecoran pada pelat dan balok pada lantai ini, terjadi kekurangan ±0.5m³ sehingga harus dilakukan perbaikan pada betonnya. Setelah semua pengerjaan itu selesai, dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pada kolom lantai 5. Pengerjaan pada kolom lantai 5 ini juga sama seperti pengerjaan kolom pada umumnya. Setelah selesai dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pelat dan balok lantai 6 seperti pada lantai 3. Pembesian tendon pada lantai 6 mirip dengan lantai 5, karena tendon pada lantai 6 juga menggunakan 2 tendon tipe 18K13. Pada. 52 Universitas Kristen Petra.

(8) lantai ini waktu yang dibutuhkan dari awal pengerjaan kolom hingga pengecoran balok dan pelat adalah 26 hari. Penarikan tendon lantai 5 dilakukan setelah pengecoran balok dan kolom pada lantai 6 dan penarikan pada tendon lantai 3. Penarikan tendon diijinkan setelah kekuatan beton lantai 5 mencapai 80% mutu kuat rencana. Posisi scafolding menahan pada lantai 3 dan lantai 5 seperti pada gambar dibawah ini.. Gambar 5.10. Posisi Scafolding saat Penarikan Tendon Lantai 5. Pada lantai 5 ini penarikan dilakukan langsung ke dua tendonnya. Dua tendon tersebut adalah tendon C1 dan C2 yang ditarik sebesar 100% dengan langkah C1 ditarik 50% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 3786 psi. Tendon C2 selanjutnya ditarik 100% dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 7571 psi. Tendon C1 kembali ditarik hingga 100% dari tekanan 3786 psi hingga 7571 psi. Penarikan pada tendon ini menggunakan Freyssinet Jack K-350. Penarikan pada lantai 5 ini dilakukan pada saat 29 hari setelah dilakukan pengecoran.. 53 Universitas Kristen Petra.

(9) Patching dipotong setelah dilakukan penarikan, akan tetapi tidak dilakukan grouting pada tendon - tendonnya.. 5.2.4. Tahap Pelaksanaan Lantai 6 Pengerjaan balok dan pelat pada lantai ini tetap dilakukan oleh pihak kontraktor dengan mengacu kepada SOP yang telah direncanakan pada awalnya. Hanya jumlah tendon, wires, dan cara penarikannya saja yang berbeda. Tendon pada balok pratekan lantai 6 berisi 2 tendon dengan tipe 18K13.. Gambar 5.11. Potongan Balok pratekan lantai 6 Tampak Atas. Gambar 5.12. Potongan Balok pratekan lantai 6 Tampak samping Setelah mengevaluasi pelaksanaan balok pratekan pada lantai 2, 3, dan 5, maka pihak pelaksana optimis bahwa pengerjaan pembesian hingga pengecoran untuk lantai berikutnya dapat dipercepat. Akan tetapi apabila pekerjaan ini dipercepat, maka tidak akan terjadi korelasi antara jadwal pengerjaan tiap lantai dengan penarikan. Sehingga untuk lantai 6, 7, 8, 9, dan atap, diperlukan peningkatan mutu beton satu tingkat menjadi K450. Dengan dilakukannya peningkatan mutu beton ini, maka 80% kuat rencana yang tadinya didapatkan pada umur 14hari dapat dicapai pada umur 10hari. Pengecoran pada lantai 6 dilakukan setelah semua pembesian siap dan telah mendapat persetujuan dari pihak konsultan. Setelah semua pengerjaan itu 54 Universitas Kristen Petra.

(10) selesai, dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pada kolom lantai 6. Pengerjaan pada kolom lantai 6 ini juga sama seperti pengerjaan kolom sebelumnya. Setelah selesai, dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pelat dan balok pada lantai 7. Pembesian tendon pada lantai 7 sedikit berbeda dengan lantai 3. Tendon pada lantai 7 menggunakan tendon 4 tendon tipe 7K13. Pengerjaan kolom lantai 6 hingga pengecoran pelat dan balok pada lantai 7 membutuhkan waktu 11 hari. Saat Pengecoran lantai 7 selesai dilanjutkan dengan penarikan tendon lantai 6. Penarikan tendon diijinkan setelah kekuatan beton lantai 6 mencapai 80% mutu kuat rencana. Posisi scafolding menahan pada lantai 5 dan lantai 6 seperti pada gambar dibawah ini.. Gambar 5.13. Posisi Scafolding saat Penarikan Tendon Lantai 6. Pada lantai 6 ini metode penarikan dilakukan langsung ke dua tendonnya. Dua tendon tersebut adalah tendon C1 dan C2 yang ditarik sebesar 100% dengan langkah C1 ditarik 50% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 3786 psi. Tendon C2 selanjutnya ditarik 100% dengan 55 Universitas Kristen Petra.

(11) tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 7571 psi. Tendon C1 ditarik lagi hingga 100% pada tekanan 7571 psi. Penarikan pada tendon ini menggunakan Freyssinet Jack K-350. Penarikan pada tendon lantai 6 dilakukan setelah umur beton mencapai 16 hari. Patching dipotong setelah dilakukan penarikan, akan tetapi tidak dilakukan grouting pada tendon - tendonnya.. 5.2.5. Tahap Pelaksanaan Lantai 7 Pengerjaan balok dan pelat pada lantai 7 sama seperti pengerjaan pada lantai – lantai sebelumnya. Langkah–langkah yang dilakukan untuk pengerjaan bekisting maupun pembesian pada pelat maupun Balok pratekan tetap mengacu kepada SOP yang telah direncanakan pada awalnya. Hanya jumlah tendon, wires, dan cara penarikannya saja yang berbeda. Tendon pada balok pratekan lantai 7 berisi 2 tendon dengan tipe 14K13. Pengecoran menggunakan campuran beton dengan mutu K450.. Gambar 5.14. Potongan Balok pratekan lantai 7 Tampak Atas. Gambar 5.15 Potongan Balok pratekan lantai 7 Tampak samping. 56 Universitas Kristen Petra.

(12) Pengecoran pada lantai 7 dilakukan setelah semua pembesian dan pemasangan tendon siap dan telah mendapat persetujuan dari pihak konsultan. Setelah semua pengerjaan itu selesai, dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pada kolom lantai 8. Pengerjaan pada kolom lantai 8 ini juga sama seperti pengerjaan kolom pada umumnya. Setelah selesai dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pelat dan balok lantai 8 seperti pada lantai lainnya. Pada lantai 8 tendon yang digunakan sebanyak 2 buah dengan tipe 14K 13. Pengerjaan kolom lantai 7 serta pelat dan balok lantai 8 membutuhkan waktu 9 hari. Penarikan tendon lantai 7 dilakukan setelah pengecoran balok dan kolom pada lantai 8 selesai. Penarikan tendon diijinkan setelah kekuatan beton lantai 7 mencapai 80% mutu kuat rencana. Posisi scafolding menahan pada lantai 6 dan lantai 7 seperti pada gambar dibawah ini.. Gambar 5.16. Posisi Scafolding saat Penarikan Tendon Lantai 7. 57 Universitas Kristen Petra.

(13) Pada lantai 7 ini penarikan dilakukan langsung ke dua tendonnya. Dua tendon tersebut adalah tendon C1 dan C2 yang ditarik sebesar 100% dengan langkah C1 ditarik 100% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 5889 psi. Tendon C2 selanjutnya ditarik 100% dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 5889 psi. Penarikan pada tendon lantai ini menggunakan Freyssinet Jack K-350. Penarikan tendon pada lantai 7 dilakukan 18 hari setelah pengecoran pelat dan balok. Patching dipotong setelah dilakukan penarikan, akan tetapi tidak dilakukan grouting pada tendon - tendonnya.. 5.2.6. Tahap Pelaksanaan Lantai 8 Pengerjaan balok dan pelat pada lantai 8 tidak jauh berbeda dengan pengerjaan balok dan pelat pada lantai sebelumnya. Langkah–langkah yang dilakukan untuk pengerjaan bekisting maupun pembesian pada pelat maupun Balok pratekan tetap mengacu kepada SOP yang telah direncanakan pada awalnya. Hanya jumlah tendon, wires, dan cara penarikannya saja yang berbeda. Tendon pada balok pratekan lantai 7 berisi 2 tendon dengan tipe 14K13. Pengecoran menggunakan campuran beton dengan mutu K450.. Gambar 5.17. Potongan Balok pratekan lantai 8 Tampak Atas. Gambar 5.18. Potongan Balok pratekan lantai 8 Tampak samping 58 Universitas Kristen Petra.

(14) Pengecoran pada lantai 8 dilakukan setelah semua pembesian dan pemasangan tendon siap dan telah mendapat persetujuan dari pihak konsultan. Setelah semua pengerjaan itu selesai, dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pada kolom lantai 9. Pengerjaan pada kolom lantai 9 ini juga sama seperti pengerjaan kolom pada umumnya. Setelah selesai dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pelat dan balok lantai 9 seperti pada lantai lainnya. Pada lantai 9 tendon yang digunakan sebanyak 2 buah dengan tipe 13K 13. Pengerjaan kolom lantai 8 serta pelat dan balok pada lantai 9 membutuhkan waktu 13 hari. Penarikan tendon lantai 8 dilakukan setelah pengecoran balok dan kolom pada lantai 9 selesai. Penarikan tendon diijinkan setelah kekuatan beton lantai 8 mencapai 80% mutu kuat rencana. Posisi scafolding menahan pada lantai 7 dan lantai 8 seperti pada gambar dibawah ini.. Gambar 5.19. Posisi Scafolding saat Penarikan Tendon Lantai 8. 59 Universitas Kristen Petra.

(15) Pada lantai 8 ini penarikan dilakukan langsung ke dua tendonnya. Dua tendon tersebut adalah tendon C1 dan C2 yang ditarik sebesar 100% dengan langkah C1 ditarik 100% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 5889 psi. Tendon C2 selanjutnya ditarik 100% dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 5889 psi. Penarikan pada tendon lantai ini menggunakan Freyssinet Jack K-350. Penarikan pada lantai 8 dilakukan setelah balok dan pelat mencapai umur 23 hari. Patching dipotong setelah dilakukan penarikan, akan tetapi tidak dilakukan grouting pada tendon - tendonnya. Pada Proyek ini pekerjaan grouting dilakukan setelah semua tendon pada lantai 2 hingga atap mengalami penarikan.. 5.2.7. Tahap Pelaksanaan Lantai 9 Pengerjaan balok dan pelat pada lantai 9 tidak berbeda dengan pengerjaan balok dan pelat pada lantai lainnya. Langkah–langkah yang dilakukan untuk pengerjaan bekisting maupun pembesian pada pelat maupun Balok pratekan tetap mengacu kepada SOP yang telah direncanakan pada awalnya. Hanya jumlah tendon, wires, dan cara penarikannya saja yang berbeda. Tendon pada balok pratekan lantai 9 berisi 2 tendon dengan tipe 13K13. Pengecoran menggunakan campuran beton dengan mutu K450.. Gambar 5.20. Potongan Balok pratekan lantai 9 Tampak Atas. Gambar 5.21. Potongan Balok pratekan lantai 9 Tampak samping 60 Universitas Kristen Petra.

(16) Pengecoran pada lantai 9 dilakukan setelah semua pembesian dan pemasangan tendon siap dan telah mendapat persetujuan dari pihak konsultan. Setelah semua pengerjaan itu selesai, dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pada kolom lantai atap. Pengerjaan pada kolom lantai 9 ini juga sama seperti pengerjaan kolom pada umumnya. Setelah selesai dilanjutkan lagi dengan pengerjaan pelat dan balok lantai atap yang juga sama seperti pengerjaan balok dan pelat lantai lainnya. Pembesian tendon pada lantai atap menggunakan 2 buah tendon tipe 11K13. Waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan kolom lantai 9 serta balok dan pelat adalah 22 hari. Penarikan tendon lantai 9 dilakukan pada saat pengecoran balok dan pelat pada lantai atap. Penarikan tendon diijinkan setelah kekuatan beton lantai 9 mencapai 80% mutu kuat rencana.. Pada lantai 9 ini penarikan dilakukan. langsung ke dua tendonnya. Dua tendon tersebut adalah tendon C1 dan C2 yang ditarik sebesar 100% dengan langkah C1 ditarik 100% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 5468 psi. Tendon C2 selanjutnya ditarik 100%. dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada. tekanan 5468 psi. Penarikan dilakukan setelah umur beton lantai 9 mencapai 25 hari. Posisi scafolding Menahan pada lantai 8 dan lantai 9 seperti pada gambar di bawah ini.. Gambar 5.22. Posisi Scafolding saat Penarikan Tendon Lantai 9. 61 Universitas Kristen Petra.

(17) Patching dipotong setelah dilakukan penarikan, akan tetapi tidak dilakukan grouting pada tendon - tendonnya.. 5.2.8. Tahap Pelaksanaan Lantai Atap Pengerjaan balok dan pelat pada lantai atap tidak jauh berbeda dengan pengerjaan balok dan pelat pada lantai sebelumnya. Langkah–langkah yang dilakukan untuk pengerjaan bekisting maupun pembesian pada pelat maupun Balok pratekan tetap mengacu kepada SOP yang telah direncanakan pada awalnya. Hanya jumlah tendon, wires, dan cara penarikannya saja yang berbeda. Tendon pada balok pratekan lantai 5 berisi 2 tendon dengan tipe 18K13. Pengecoran menggunakan campuran beton dengan mutu K450.. Gambar 5.23. Potongan Balok pratekan lantai Atap Tampak Atas. Gambar 5.24. Potongan Balok pratekan lantai Atap Tampak Samping Penarikan pada Balok pratekan lantai atap tidak dapat dilakukan langsung, tetapi menunggu sampai kuat tekannya mencapai 80% kuat rencana. Posisi scafolding menahan pada lantai 9 seperti pada gambar dibawah ini.. 62 Universitas Kristen Petra.

(18) Gambar 5.25. Posisi Scafolding saat Penarikan Tendon Lantai Atap. Pada lantai Atap ini penarikan dilakukan langsung ke dua tendonnya. Dua tendon tersebut adalah tendon C1 dan C2 yang ditarik sebesar 100% dengan langkah C1 ditarik 50% terlebih dahulu dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 3565 psi. Tendon C2 selanjutnya ditarik 100% dengan tekanan awal 1000 psi dan berakhir pada tekanan 7129 psi. Tendon C1 ditarik lagi hingga 100% dengan tekanan awal 3565 psi dan berakhir pada tekanan 7129 psi. Penarikan ini dilakukan pada saat beton berumur 13 hari.. 63 Universitas Kristen Petra.

(19) Patching dipotong setelah dilakukan penarikan. Setelah itu dilakukan grouting pada semua tendon di lantai 2 hingga lantai atap. Adukan grouting terdiri dari campuran semen, air bersih, dan grout admixture dan diaduk menggunakan mixer. Material grouting dipompakan masuk melalui group inlet dan setelah cairan grout keluar dari grout vent (grout outlet) maka semua grout ditutup dengan cara mengikat dengan kawat. Setelah kering, grout inlet dan outlet yang keluar dari balok pratekan dipotong agar terlihat rapi.. 5.3. Identifikasi Masalah pada Pelaksanaan Balok pratekan.. Tabel 5.1. Identifikasi Masalah.. No. Identifikasi Masalah A.. Persiapan. 1.. Penyimpanan. Penyebab. Penanggulangan. Material -. - Baja. Korosi. pratekan. -. mengalami korosi B.. Pemasangan Selongsong dan Angkur. 1.. Support bar. - Terjadi. yang tidak lembab. pergeseran. - Support bar di ikat. saat. pada sengkang dengan. pada pengecoran. 2.. Kebocoran Sheath. Disimpan di tempat. - Sambungan. bendrat.. tidak. -. rapat. Menggunakan coupler.. -. Memberi tape. masking. yang. lebih. Memberikan. densyl. tape. cukup. banyak. 3.. Kebocoran Vent. Grout - Sambungan Sheath bocor.. ke. -. yang. 64 Universitas Kristen Petra.

(20) banyak 4.. - Kotoran. Sheath kotor. -. masuk. melalui Grout Vent.. Setelah pemasangan Grout Vent ditutup dengan densyl tape.. 5.. Masuknya air semen - Sheath yang masuk atau beton. campuron ke. dalam. -. ke dalam Anchorage. Sheath harus rapi dan tidak boleh patah.. Guide patah.. Sheath C.. Pemasangan Baja Prategang. 1.. Strand. lepas. dari - Pemotongan. angkur. Pengecoran Balok. 1.. Mutu beton Beton. sesuai. Pemotongan. harus. lebih dari 3cm.. yang - Adanya human error. -. Melihat surat jalan.. dari pihak supplier. -. Mengecek. didatangkan readymix. -. kurang dari 3cm.. D.. -. strand. tidak. saat pencampuran.. hasil. slump test.. dengan. mutu rencana.. -. Beton keropos.. - Campuran. beton. -. Dilakukan grouting.. tidak dapat masuk ke. -. Memperkecil. celah-celah. kecil. diameter. agregat. karena tulangan yang. yang. digunakan. rapat.. untuk. kebutuhan. lantai berikutnya. E.. Penarikan. 1.. Manometer Jacking - Hasil Force. pengukuran. -. tidak akurat.. Dilakukan sebelum. kalibrasi alat. digunakan. 2.. Kehilangan karena - Dilakukannya. -. Diberi Bursting steel. 65 Universitas Kristen Petra.

(21) pergeseran dudukan. stressing. angkur. tendon.. pada. dengan. kapasitas. yang sesuai dengan design.. 3.. Kehilangan karena terjadinya. friksi. pada baja. - Dilakukannya. -. stressing. pada. Diberi. sheat. agar. kabel baja dan beton. tendon.. tidak. bergesekan. pada. saat. dilakukannya stressing. 4.. Terjadi. kerusakan. pada beton. - Dilakukan stressing. -. Dilakukan. sebelum mutu beton. pengetesan. mencapai 80%.. lapangan. di sebelum. dilakukan penarikan. F.. Pekerjaan Grouting. 1.. Baja. pratekan. mengalami. korosi. setelah ditarik.. - Tidak. dilakukan. grouting jangka. -. dalam waktu. minggu. Dalam jangka waktu 2. 2. minggu. setelah. penarikan segera di. setelah. grouting.. penarikan.. 5.4. Masalah umum yang terjadi di lapangan.. Tabel 5.2. Masalah umum yang terjadi pada Lapangan. No. Identifikasi Masalah 1.. Penyebab. Penanggulangan. Sheat -. Kebocoran. - Sambungan. tidak. -. rapat. Menggunakan coupler.. -. Memberi tape. yang. masking lebih. banyak.. 66 Universitas Kristen Petra.

(22) 2.. Mutu beton -. Beton. yang - Adanya human error. -. Melihat surat jalan.. dari pihak supplier. -. Mengecek. didatangkan readymix sesuai. tidak. saat pencampuran.. hasil. slump test.. dengan. mutu rencana.. -. Beton keropos.. - Campuran. beton. -. Dilakukan grouting.. tidak dapat masuk ke. -. Memperkecil. celah-celah. kecil. diameter. agregat. karena tulangan yang. yang. digunakan. rapat.. untuk. kebutuhan. lantai berikutnya. 3.. - Terjadi. Support bar. pergeseran. -. pada saat pengecoran. Support bar di ikat pada. sengkang. dengan bendrat. 4.. Manometer Jacking - Hasil Force. pengukuran. -. tidak akurat.. Dilakukan. kalibrasi. sebelum. alat. digunakan. 5.. Kehilangan. karena - Dilakukannya. pergeseran dudukan. stressing. angkur. tendon.. pada. Diberi Bursting steel dengan. kapasitas. yang sesuai dengan design.. 6.. Kehilangan terjadinya pada baja. karena friksi. - Dilakukannya stressing tendon.. pada. Diberi. sheat. agar. kabel baja dan beton tidak. bergesekan. pada. saat. dilakukannya stressing.. 5.5. Masalah Khusus dan Penyimpangan SOP yang terjadi di Lapangan 67 Universitas Kristen Petra.

(23) Masalah khusus yang terjadi di proyek RS Jasa Medika Surabaya ini adalah pada pengecoran balok pratekan lantai 5 terjadi kekurangan volume beton readymix ±0.5m³ sehingga harus dilakukan perbaikan pada betonnya. Untuk memperbaiki beton tersebut digunakan admixture berupa semen non shrinkage dan dilakukan grouting untuk mengisi rongga yang disebabkan oleh kekurangan volume readymix tersebut. Selain terjadi masalah khusus tersebut ada beberapa penyimpangan dari Standart Operation Procedure yang terjadi di lapangan, yaitu : 1. Penyambungan sheat tidak memakai coupler seperti yang tertulis pada SOP. Hal ini dikarenakan penggunaan coupler tidak berdampak signifikan. Untuk menggantikan peran coupler, maka pada saat penyambungan sheat kita dapat melilitkan masking tape cukup banyak sehingga tidak terjadi kebocoran dari sambungan sheat. 2. Pada pengerjaan Balok pratekan lantai 6 hingga lantai atap, apabila tetap digunakan mutu beton sesuai dengan rencana tidak akan tercapai korelasi antara pengerjaan tiap lantai dengan 80% kuat rencana beton yang menjadi syarat minimal penarikan. Sehingga diperlukan peningkatan mutu beton dari K400 menjadi K450 agar 80% mutu kuat rencana dapat dicapai lebih cepat. 3. Pekerjaan grouting dilakukan saat semua tendon telah mengalami penarikan (stressing). Untuk mencegah kotoran masuk kedalam sheat, maka setelah pemasangan grout inlet maupun outlet ditutup menggunakan masking tape. 4. Support bar dipasang tiap 20-60 cm tergantung curam atau tidaknya elevasi ordinat sheath.. 68 Universitas Kristen Petra.

(24)

Gambar

Gambar 5.1. Potongan Balok pratekan lantai 2 Tampak Atas
Gambar 5.3. Posisi scafolding saat penarikan tendon lantai 2 tahap I
Gambar 5.4. Posisi scafolding saat penarikan tendon lantai 2 tahap II
Gambar 5.5. Potongan Balok pratekan lantai 3 Tampak Atas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan kerjasama internasional di bidang pendidikan dan pelatihan HAM bagi personil kelembagaan HAM yang telah ada, khususnya anggota Panitia Nasional dan Panitia

Namun demikian ada beberapa kendala teknik yang sering ditemukan, sebagai penghambat keberhasilan teknik kultur jaringan ini antara lain, adanya mutasi pada bibit yang

terbuka yang mempunyai kontraindikasi dengan pemberian penyekat beta. Simpatomimetik paling sering digunakan pada glaukoma sekunder akan tetapi karena mempunyai efek

Enam prinsip dasar harus diperhatikan dalam pengembangan silabus matematika berdasar kompetensi, yakni : (1) kesempatan belajar bagi semua subyek didik tanpa kecuali, (2)

Variasi konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat kering mempengaruhi sifat fisik sediaan tablet kunyah asetosal menggunakan metode kempa langsung, yaitu semakin

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah komite audit, ukuran perusahaan, pajak, kepemilikan manajerial, dan kualitas audit untuk mengetahui

RKA - SKPD 2.2 TAHUN ANGGARAN 2015 Organisasi Urusan Pemerintahan : : 1.04.. ) - Tenaga Kerja. PEMERINTAH KOTA TANGERANG http://www.tangerangkota.go.id.. Perbaikan GOR Tangerang

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian