TUGAS AKHIR
TATACARA PELAPORAN E-SPT PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)
PRATAMA MEDAN POLONIA
OLEH
CHAIRUNNISA NASUTION 132102145
PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS M E D A N
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA :CHAIRUNNISA NASUTION
N I M :132102145
PROGRAM STUDI : DIII AKUNTANSI
JUDULTUGAS AKHIR : TATACARA PELAPORAN E-SPT PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN POLONIA
Tanggal 2016 DosenPembimbingTugasAkhir
(Drs. M. ZainulBahriTorong, M.Si, Ak.) NIP. 19600110 198603 1 003
Tanggal 2016 Ketua Program Studi DIII Akuntansi
(Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA.) NIP. 19511114 198203 1 002
Tanggal 2016DekanFakultasEkonomidanBisnis
(Prof. Dr. Ramli, S.E.,M.S.) NIP. 19580602 198803 1 001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : CHAIRUNNISA NASUTION
NIM : 132102145
PROGRAM STUDI : DIII Akuntansi
JUDUL TUGAS AKHIR : TATACARA PELAPORAN E-SPT PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTORPELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN POLONIA
Medan, 2016
(CHAIRUNNISA NASUTION) NIM. 132102145
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugasakhiryang berjudul “TATACARA PELAPORAN E-SPT PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA” dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma (D3) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tugasakhir ini, penulis menerima dukungan moril dan materil yang tak ternilai dari keluarga saya yaitu Ibu dan Ayah sayayang selalu memberi dukungan serta doa dan menjadi pendorong yang pertama sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugasakhir ini. Melalui penulisan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., CA selaku Ketua Studi D3 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
3. BapakDrs. M. ZainulBahriTorong, M.Si., Akselakudosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, kritik, dan saran yang sangat berguna kepada penulis dalam penyusunan tugasakhir ini.
4. Rekan-rekan D3Akuntansi 2013 khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan semangat dan bersedia menerima curahan hati penulis selama proses pengerjaan tugasakhir ini dan terimakasih atas informasi-informasi yang diberikan selama ini sehingga dapat membantu proses skripsi ini.
Penulis menyadari tugasakhirini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis semoga tugasakhirini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, 3 Juni2016 Penulis
CHAIRUNNISA NASUTION NIM. 132102145
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL...v
DAFTAR GAMBAR ...vi
DAFTAR LAMPIRAN ...vii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar BelakangMasalah ...1
B. Rumusan Masalah ...5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5
D. RencanaPenulisan ... 6
1. JadwalSurvei/Observasi ... 6
2. RencanaIsi ...7
BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN POLONIA ……. ...9
A. SejarahRingkasInstitusi ...9
B. StrukturOrganisasi ...18
C. UraianTugas/Job Description ...20
D. JaringanKegiatan ... 25
E. KinerjaKegiatan Terkini ... 26
F. RencanaKegiatan ... 26
BAB III TATACARA PELAPORAN E-SPT PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN POLONIA ...27
A. KetentuanUmumdanDasarHukumPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 ...27
B. SubjekdanObjekPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 ...31
C. Elektronik SPT (e-SPT) ...36
D. ProsedurPelaporan Elektronik SPT (e-SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ...41
E. Wajib Pajak Yang Melakukan Pelaporan SPT Menggunakan Elektronik SPT (e-SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Tahun 2013, 2014 dan 2015 ...42
F. KendalaYang DihadapiPegawai Kantor PelayananPajak (KPP) Pratama Medan PoloniaDalamPenerimaan e-SPT ...43
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...44
A. Kesimpulan ...44
B. Saran ...44
DAFTAR PUSTAKA ...45
LAMPIRAN ...46
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel3.1 Daftar Wajib Pajak yang Menggunakan Elektronik SPT (e-SPT) Tahun 2013 ...42 Tabel3.2 Daftar Wajib Pajak yang Menggunakan Elektronik SPT (e-SPT)
Tahun 2014 ...42 Tabel3.3 Daftar Wajib Pajak yang Menggunakan Elektronik SPT (e-SPT)
Tahun 2015 ...42
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 2.1 Logo Kantor PelayananPajak (KPP) Pratama Medan Polonia ...17 Gambar 2.2 StrukturOrganisasiKantorPelayananPajak (KPP) Pratama
Medan Polonia ... ……. 20 Gambar 3.1 TampilanAwalAplikasiElektronik SPT (e-SPT)... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran1 SuratSetoranPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 ... 46 Lampiran 2 SuratPemberitahuan Massa PajakPenghasilanPasal 21/26 ... 47 Lampiran 3 Formulir 1771 SPT TahunanWajibPajak Orang Pribadi ... 48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan Perkembangan yang dialami Bangsa dan Negara Indonesia di berbagai sektor seperti ekonomi dan bisnis sosial, politik dan juga hubungan antar Negara (Internasional), pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki beberapa peraturankhususnya aturan-aturan yang berkenaan dengan perpajakan. Hal ini terlihat dari terjadinya perubahan-perubahan terhadap peraturan perpajakan dan reformasi perpajakan (tax reform).
Pajak merupakan alat bagi pemerintah didalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi warga negara dan anggota masyarakat untuk membiayai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. Fakta yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar penerimaan negara Indonesia adalah dari sektor pajak. Suatu negara yang memiliki penerimaan pajak yang tinggi akan dapat membiayai pembangunan nasional dari kekuatannya sendiri,dengan demikian perekonomian negara tersebut menjadi kokoh dan tidak perlu lagi tergantung dengan pinjaman negara maju lainnya atau lembaga pembiayaan Internasional lainnya.
Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan adalah suatu mekanisme yang memberikan penugasan dan tanggung jawab kepada pihak ketiga untuk melakukan pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan yang terutang pada suatu transaksi yang dikenakan pajak. Sesuai dengan sitem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia yaitu Self Assestment System, yaitu system pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemotong dan pemungut pajak bukanlah subjek pajak namun, diberi tanggung jawab untuk memotong, memungut dan menyetorkan serta melaporkan pemotongan dan pemungutan pajak yang dilakukannya. Adapun yang menjadi Subjek Pajak adalah penghasilan, dan objek pajaknya adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh. Tanggung jawab pelaksanaan mekanisme witholding tax system diberikan oleh undang-undang kepada pemotong dan pemungut pajak sehingga terdapat sanki-sanksi perpajakan dan tidak terdapat ketidakpatuhan atau penyalahgunaan dalam menjalankan kewajiban sebagai pemotong atau pemungut pajak.
Setiap Wajib Pajak bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kewajiban pembayaran pajak, pelaporan pajak dan pemberitahuan pajak yang terutang kepada pemerintah, yang dalam hal ini diatur oleh Direktur Jenderal Pajak
(Dirjen Pajak) secara umum dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan pembayaran pajak maka Wajib Pajak harus memberitahukan terlebih dahulu jumlah pajak yangterutang kepada Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) melalui SuratPemberitahuan (SPT) pajak. SPT ini berisi informasi perpajakan yang benar dan akurat mengenai besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajakkepada pemerintah.Melaporkan SPT merupakan salah satu kewajiban para Wajib Pajak sebagaimana amanat Undang-Undang Perpajakan Indonesia. Undang-Undang No.6 Tahun 1983 sebagaimana dirubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 dalam pasal (3) menyebutkan:Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar,lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan hurufLatin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani sertamenyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat WajibPajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan olehDirektur Jenderal Pajak.
Undang-undang ini mengamanatkan bahwa penyampaian SPT pajak merupakansuatu kewajiban perpajakan yang harus dilaksanakan dengan benar oleh setiapWajib Pajak.Pada awalnya Surat Pemberitahuan (SPT) pajak ini disampaikan olehWajib Pajak kepada Dirjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secaramanual yang artinya SPT tersebut disampaikan dalam bentuk hardcopy yang sudah disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.Namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi terutama dalam hal komputerisasi dan dunia internet maka Direktorat Jenderal Pajak
mengadopsi sebuah inovasi teknologi baru yaitu teknologi internet untuk dijadikan sebagai salah satu alatpelayanan yang memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.Salah satu bentuk pelayanan perpajakan berbasis internet adalah penerapan sistem e-SPT, yaitu pelayanan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa (SPTMasa)dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer. SPT ini tidak berbentuk kertas, melainkan berbentuk formulir elektronik yang ditransfer atau disampaikan ke Ditjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak dengan proses yang terintegrasi dan real time.
Pada dasarnya penyampaian SPT secara e–SPTini merupakan upaya dari Ditjen Pajak untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi Wajib Pajak dalam melaporkan jumlah pajak yang harus dibayarkannya. Karena Wajib Pajak tidakperlu datang secaralangsung ke Kantor Pelayanan Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dalam hal penyampaian SPT. Sedangkan bagi AparatPajak, teknologi e–SPT ini mampu memudahkan mereka dalam pengelolaan database karena penyimpanan dokumen-dokumen Wajib Pajak telah dilakukan dalam bentuk digital. Dengan teknologi ini Pemerintah berharap adanya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa teknologi dapatdijadikan sebagai alat untuk membantu Pemerintah dalam upaya peningkatan pendapatan kas negara melalui penerimaan pajak.Karena dengan adanya upayaPemerintah untuk memberi kemudahan dalam penyampaian
Surat Pemberitahuan (SPT) pajak secara elektronik maka diharapkan adanya peningkatan kepatuhan WajibPajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sebagai Warga Negara yang baik. Meskipun pada kenyataannya proses untuk melakukan efisiensi kewajiban pajak melalui sistem e-SPTini tidak semudah yang dibayangkan. Misalnya adanya kesulitan yang dialami oleh Wajib Pajak untuk entry data dokumen perpajakannya karena belum memahami sepenuhnya mengenai mekanisme penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) pajak secara elektronik tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Tata Cara Pelaporan e–SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di KPP Pratama Medan Polonia sesuai dengan Undang–
Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Pelaporan SPT Wajib Pajak yang Berlaku di Indonesia?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Tata Cara Pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di KPP Pratama Medan Polonia sesuai dengan Undang–Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Pelaporan SPT Wajib Pajak yang Berlaku di Indonesia”.
2. Manfaat Penelitian
a. Pada tingkat akademisi, menambah wawasan mengenai Tatacara Pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 bagi Wajib Pajak.
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi.
c. Bagi penulis merupakan kewajiban dalam menyelesaikan Program Studi D-III dalam bidang akuntansi dan memperoleh gelar Sarjana Muda Ekonomi.
D. Rencana Penulisan
1. Jadwal Survey /Observasi
PenelitianinidilakukanpadaKantor Pelayanan Pajak Pratama MedanPoloniayang terletak di Jl. Sukamulia No. 17 A Medan.
Untuklebihjelasnya, jadwalkegiataninidapatdilihatpadaTabel 1.1 dibawahini :
Tabel 1.1 : Jadwal Survey / Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir No.
KEGIATAN
APRIL MEI
II III IV I II III IV 1
Pengesahan Penulisan Tugas
Akhir
2 Pengajuan Judul
3 Permohonan Izin Riset
4 Pengumpulan Proposal
5 Penunjukan Dosen Pembimbing
6 Pengumpulan Data
7 PenyusunanTugasAkhir
8 Bimbingan Tugas Akhir
9 Penyelesaian Tugas Akhir
2. Rencana Isi
TugasAkhiriniterdiridariempatbab, masing–masingbabterdiridari sub-sub bab yang sesuaidengankebutuhannya agar memperolehpemahaman yang lebihmendalamdansistematissertatidakmenimbulkanpengertian yang lain.
Secaragarisbesarluaspokokpembahasannyasebagaiberikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan.
BAB II : KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)
PRATAMA MEDAN POLONIA
Pada bab ini diuraikan sejarah ringkas institusi, struktur organisasi,uraian tugas/job description, jaringan kegiatan, kinerja kegiatan terkini dan rencana kegiatan.
BAB III : TATACARA PELAPORAN e-SPT PAJAKPENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MEDAN POLONIA
Pada bab ini akan menguraikan mengenai ketentuan umum dan dasarhukum pajak penghasilan pasal 21, subjek dan objek pajak penghasilan pasal 21, elektronik SPT,prosedur pelaporan elektronik SPT (e-SPT) pajak penghasilan (PPh) pasal 21, wajib pajak yang melakukan pelaporan SPT menggunakan elektronik SPT (e-SPT) pajak penghasilan (PPh) pasal 21 tahun 2013, 2014,
dan 2015, dankendalan yang dihadapi pegawai dalam penerimaan e-SPT
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah hasil penelitian dikembangkan, maka penulis mencoba mengambil kesimpulan dan memberikan saran yang dapat menunjang kemajuan perusahaan pada masa yang akan datang.
BAB II
KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN POLONIA
A. Sejarah Ringkas Institusi
Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung sampai tahun 1989, mulai bulan April, Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri 2 (dua) kantor yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berada di Jl.Asrama 17AMedan yang wilayah kerjanya meliputi :
a. Kecamatan Medan Timur b. Kecamatan Medan Barat c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli e. Kecamatan Medan Belawan f. Kotamadya Binjai
g. Kabupaten Langkat
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berada di Jl.DiponegoroNo.30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi :
a. Kecamatan Medan Baru b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Deli Serdang
d. Kabupaten Karo
e. Kotamadya Tebing Tinggi
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK.01/1989 padatanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata usaha Direktorat JenderalPajak, Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor PelayananPajak. Sehingga tanggal 1 April 1989 Kantor Inspeksi Pajak, dari dua KantorInspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara dan Kantor InspeksiMedan Selatan dipecah menjadi tiga Kantor Pelayanan Pajak :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No.17Medan yang wilayah kerjanya meliputi :
a. Kecamatan Medan Timur b. Kecamatan Medan Barat c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Denai e. Kecamatan Medan Belawan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berada di Jl.
DiponegoroNo.30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi : a. Kecamatan Medan Baru
b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Polonia d. Kecamatan Medan Maimun
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No.17A Medan yang wilayah kerjanya meliputi :
a. Kecamatan Medan Tuntungan b. Kecamatan Medan Sunggal c. Kecamatan Medan Binjai d. Kabupaten Langkat e. Kabupaten Karo
f. Kotamadya Tebing Tinggi dan Kabupaten Deli Serdang menjadi Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.94/KMK/1994 tanggal 29Maret, Kantor Pelayanan Pajak pada jajaran Wilayah I Sumatera bagian Utaraterhitung tanggal 1 April 1994 menjadi 4 (empat) Kantor Pelayanan Pajakyang baru dibentuk yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berada di Jl.Asrama No.17 A Medan yang wilayah kerjanya meliputi :
a. Kecamatan Medan Belawan b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berada diJl.Sukamulia No.
17A Medan yang wilayah kerjanya meliputi : a. Kecamatan Medan Barat
b. Kecamatan Medan Petisah c. Kecamatan Medan Polonia d. Kecamatan Medan Maimun
e. Kecamatan Medan Baru f. Kecamatan Medan Selayang g. Kecamatan Medan Sunggal h. Kecamatan Medan Helvetia i. Kecamatan Medan Tuntungan
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dengan alamat Jl. Diponegoro No.
30 A Medan dengan wilayah kerjanya meliputi : a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Perjuangan c. Kecamatan Medan Area d. Kecamatan Medan Denai e. Kecamatan Medan Tembung f. Kecamatan Medan Kota g. Kecamatan Medan Amplas h. Kecamatan Medan Johor
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai dengan alamat Jl. Asrama No. 7A Medandengan wilayah kerjanya meliputi :
a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat c. Kabupaten Tanah Karo
d. Enam Kecamatan di Deli Serdang yaitu : - Kecamatan Medan Sunggal
- Kecamatan Pancur Batu
- Kecamatan Hamparan Perak - Kecamatan Sibolangit - Kecamatan Kutalinbaru - Kecamatan Labuhan Deli
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri KeuanganNo.443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001, Kantor Pelayanan Pajak MedanBarat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Baratdan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, yang berlaku sejak 25 Januari2002.Tahun 2008 pemerintah melakukan modernisasi pada lingkunganDirektorat Jenderal Pajak dengan merubah Kantor Pelayanan Pajak menjadiKantor Pelayanan Pajak Pratama berdasarkan Keputusan Menteri KeuanganNo. 67/PMK.01/2008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mulai beroperasi padatanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama ada delapan yaitu :
a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai b. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat c. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan d. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota e. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah f. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia g. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur h. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja : 1. Kecamatan Medan Tuntungan
2. Kecamatan Medan Selayang 3. Kecamatan Medan Johor 4. Kecamatan Medan Baru 5. Kecamatan Medan Polonia 6. Kecamatan Medan Maimun
Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 1. Visi Perusahaan
Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Poloniabertujuan sebagai pelayanan pajak yang professional dengan kinerja yangbaik dan yang dapat dipercaya untuk meningkatkan penerimaan Negarauntuk meningkatkan Penerimaan Negara dari sektor Pajak di LingkunganKanwil I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia menetapkan visisebagai berikut :
a. Meningkatkan bimbingan, koordinasi dan pengawasan dalam b. wilayah wewenang KPP Pratama Medan Polonia.
c. Tercapainya pelayanan yang prima kepada wajib pajak.
d. Optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi wajib pajak.
e. Tercapainya kualitas SDM yang berpengalaman, berkepribadian f. dan berbudi pekerti yang baik.
g. Tercapainya pelayanan yang prima kepada wajib pajak.
2. Misi Perusahaan
Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia adalahuntuk meningkatkan penerimaan dan pendapatan Negara melalui pajakpenghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atasbarang mewah (PPnBM), dan pajak informasi yang baik dan senantiasamemperbaharui diri sesuai perkembangan aspirasi masyarakat dan tatatertib administrasi. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut,maka diperolehsasaran yang ingin dicapai oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yaitu :
a. Tercapainya penerimaan pajak.
b. Terlaksananya peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Melakukan pemberkasan berkas-berkas wajib pajak dengan baik.
d. Melakukan himbauan kepada wajib pajak akan memenuhikewajiban perpajakan.
e. Peningkatan sarana dan prasarana di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
f. Intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap subjek dan objek pajak.
g. Melakukan update terhadap perubahan data wajib pajak.
Melakukan in house training dan rapat pembinaan secara rutin.
3. Tujuan Perusahaan
Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi danmerupakan suatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktutertentu yaitu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun kedepan. Dalammelaksanakan tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Poloniamempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi wajib pajak.
b. Penelitian dan piñata usahaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), surat pemberitahuan masa berkas wajib pajak.
c. Pengawasan pembayaran masa pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), dan pajak tidak langsung lainnya.
d. Penata usahaan piutang pajak, penerimaan, penghasilan, penagihan, penyelesaian keberatan, piñata usahaan banding dan penyelesaian restitusi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), dan pajak tidak langsung.
e. Terwujudnya pelayanan prima.
f. Meningkatkan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi.
g. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan yang intensif.
h. Terselenggaranya sistem administrasi perpajakan yang modern.
i. Tekoordinasinya kegiataan pengamatan penerimaan Negara j. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.
k. Penerbitan Surat Penetapan Pajak l. Pembetulan Surat Penetapan Pajak.
m. Pengurangan sanksi pajak.
n. Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan.
o. Pelaksanaan Administrasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Logo Perusahaan dan Arti Logo
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia menggunakan logo Direktorat Jenderal Pajak sebagai logo perusahaan, dikarenakan seluruh Kantor Pelayanan Pajak Pratama berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak.
Adapun logo dari Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 :
Logo Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Arti dari logo diatas adalah : 1. Keterangan umum
Motto : Nagana Dara Raksa
Bentuk : Segilima dengan ukuran 5 cm dan tinggi 7 cm Tata Warna : Biru kehitam-hitaman, kuning emas, putih dan hijau 2. Makna
- Padi sebanyak 17 bulir berwarna kuning emas dan kapas sebanyak 8 butir dengan susunan 4 buah berlengkup 4 dan 4 buah berlengkup 5, berwarna putih dengan kelopak berwarna hijau, keduanya melambangkan cita-cita Indonesia sekaligus diberi arti tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia.
- Sayap berwarna kuning emas melambangkan ketangkasan dalam menjalankan tugas.
- Sayap berwarna kuning emas melambangkan daya upaya menghimpun, mengarahkan, mengamankan keuangan Negara.
- Ruangan segilima berwarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila
3. Arti keseluruhan
Makna dari keseluruhan lambang tersebut sesuai dengan motto“Nagana DanaRakca” adalah ungkapan suatu daya yangmempersatukan dengan menyerasikan dalam gerak kerja untukmelaksanakan tugas Departemen Keuangan.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menggambarkan sistematika penerapan tugas-tugas, fungsi, wewenang serta tanggungjawab masing-masing bagian pada suatu organisasi dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Struktur organisasi berfungsi untuk menyelenggarakan tugas kedinasan dengan tujuan yang diinginkan. Dengan struktur organisasi masing-masing pegawai akan mengetahui kewajiban, wewenang dan tanggungjawabnya. Agar penyelenggaraan kegiatan kedinasan dapat berjalan dengan lancer hendaknya pegawai ditempatkan pada tempat dan tugas yang tepat sesuai dengan bakat dan pendidikan, pengalaman, dan keahliannya. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka dapat ditentukan kepada siapa tugas diberikan dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan kepadanya.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia menerapkan strukturorganisasi lini dan staf. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Poloniadipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara operasionalbertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal PajakSumatera Utara I.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum 2. Seksi Ekstensifikasi
4. Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI) 5. Seksi Penagihan
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 7. Pemeriksaan
8. Kelompok Fungsional 9. Unit Fiskal Luar Negeri
C. Uraian Tugas/Job Desciptions 1. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas dan fungsi pelayanankesekretariatan terutama dalam hal melakukan urusan tata usaha,kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Sub bagian umum terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian, yang bertugas membantu urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan.
b. Koordinator Pelaksanaan Keuangan, yang bertugas membantu keuangan.
Koordinator Pelaksana Rumah Tangga, yang bertugas membantu urusan rumah tangga dan perlengkapan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut sub bagian umummempunyai fungsi:
- Pengurusan tata usaha dan kepegawaian
- Pengurusan keuangan kantor misalnya pengurusan gaji pegawai, pengajuan usul pengangkatan bendahara, penyusunan daftar realisasi anggaran belanja, pembayaran tagihan, lembur pegawai dan lain-lain.
- Pengurusan rumah tangga dan perpengkapan yang dibutuhkan
- Penerimaan dokumen, pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di sub bagian umum dan penyampaian dokumen.
2. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas dalam hal pelaksanaan danpenata usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dansubjek pajak,
penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasiperpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Seksi inimempunyai fungsi :
a. Pendaftaran Objek Pajak baru dengan penelitian kantor dan lapangan b. Penerbitan surat himbauan untuk ber-NPWP
c. Pelaksanaan penilaian individual objek PBB d. Pembuatan daftar biaya komponen bangunan e. Pemeliharaan data objek dan subjek PBB f. Pendaftaran Wajib Pajak
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajianinformasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tatausaha penerimaan perpajakan, pengalokasian, dan penatausahaanpenerimaan dan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan BeaPerolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan tekniscomputer, dan penyiapan laporan kinerja. Fungsi dari pengumpulandan pengolahan data adalah ekstensifikasi pajak, pengalihan informasi,dan pengalihan potensi pajak.Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari :
a. Koordinasi Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi I, yang bertugas membantu melaksanakan urusan pengolahan data dan penyajian informasi serta pembuatan monografi pajak.
b. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi II, yang bertugas membantu melakukan pelaksanaan pemberian dukungan teknis computer.
c. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III, yang bertugas membantu melakukan urusan penggalian potensi perpajakan dan ekstensifikasi wajib pajak.
4. Seksi Penagihan
Memiliki tugas dalam hal penata usahaan dan pelaksanaan penagihanaktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak danusulan penghapusan piutang pajak sesuai dengan ketentuan yangberlaku. Seksi penagihan terdiri dari :
a. Koordinator Pelaksanaan Pemeriksaan Tata Usaha Piutang Pajak, mempunyai tugas membantu urusan penata usahaan piutang pajak, usul penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran.
b. Koordinator Pelaksanaan Penagihan Aktif, bertugas membantu penyiapan surat teguran, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, usulan lelang dan dukungan penagihan lainnya.
Dan untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyaifungsi sebagai berikut :
- Penata usahaan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan/Keberatan/Putusan Banding/pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
- Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak - Usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
- Penghapusan piutang pajak
- Penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, Sarat Perintah Pelaksanaan Penyitaan, Pencabutan Sita, Pelaksanaan Lelang dan Permohonan Pembatalan Lelang
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Memiliki tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WajibPajak (Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi danBangunan, Bea Perolehan Tanah dan bangunan dan pajak lainnya),memberikan bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasiteknis perpajakan, penyusuanan profil Wajib Pajak dalam rangkamelakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil bandingberdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu Kantor PelayananPajak Pratama terdapat empat seksi pengawasan dan konsultasi yangpembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah tertentu.
6. Seksi Pemeriksaan
Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencanapemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitandan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasipemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Kelompok Fungsional
Kelompok Fungsional yang terdiri dari pejabat fungsional pemeriksadan pejabat fungsional penilai yang bertanggung jawab secaralangsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia.Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat fungsional pemeriksaberkoordinasi dengan Seksi
Pemeriksaan sedangkan pejabat fungsionalpenilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
8. Seksi Pelayanan
Memiliki tugas dalam hal penertiban dan penetapan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokuman dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9. Unit Fiskal Luar Negeri
Unit Fiskal Luar Negeri bertugas memberi pelayanan fiskal luar negerikepada warga Negara yang hendak berpergian ke luar negeri. Unit iniberada di Bandara Internasional Polonia Medan dan bertugas setiaphari.
D. Jaringan Kegiatan 1. Wajib Pajak
Sebagai rekan utama dari KPP, Penyetor Pajak, Pelapor Pajak, dan Konsulasi Pajak.
2. KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara),
Kantor yang membantu pencairan gaji dan tunjangan pegawai pajak juga sebagai pihak rekonsilasi penerimaan pajak.
3. KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang)
Sebagai pihak yang membantu urusan manajemen asset Negara dan pelelangan barang.
4. Bank / Pos
Sebagai tempat penyetoran penerimaan pajak, pengiriman surat dari kantor pajak kepada wajib pajak, dsb.
E. Kinerja Kegiatan Terkini
1. Untuk mencapai target penerimaan pajak dari Kantor Pajak Pelayanan Pratama Medan Polonia dengan berbagai aturan dan program yang telah ditetapkan dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
2. Memberikan kepuasan kepada wajib pajak dengan memberikan pelayanan terbaik.
F. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan Kantor Pajak Pratama Medan Polonia tahun 2016 yaitu memenuhi target kerja sebagai berikut :
1. Mencapai Target Penerimaan Pajak 2. Sosialisasi / Penyuluhan
3. SPT Massa 4. SPT Tahunan
5. E-Filling yang berakhir pada 31 Maret yang di perpanjang sesuai dengan ketetapan Ditjen Pajak Pusat menjadi 30 April.
6. E-Faktur yang dimulai mulai tanggal Juli 2016
BAB III
TATACARA PELAPORAN e-SPT PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)
PRATAMA MEDAN POLONIA
A. Ketentuan Umum dan Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 1. Ketentuan Umum
ketentuan Umum Mengenai Perpajakan khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal21, diantaranya adalah:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
b. Menurut Soemitrodalam Suandy (2008, halaman 56)
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. (Suandy: 2008).
c. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. (UU No 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum Perpajakan)
d. Subjek Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang dapat di kenakan pajak.
e. Penghasilan Adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
f. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.(UU No.36 Tahun 2008 Tentang UU Pajak Penghasilan).
g. Pajak Pengasilan (PPh) Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun yang diterima atau diperoleh orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan/jabatan, jasa, dan kegiatan. (UU No.36 Tahun 2008 Tentang UU Pajak Penghasilan).
h. Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status sebagai subjek pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, dari Pemotong sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan baik dalam hubungannya sebagai pegawai maupun bukan pegawai, termasuk penerima pensiun.
i. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
j. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
k. Saat Terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah saat dilakukannya pembayaran atau saat terutangnya penghasilan.
l. e-SPT adalah Aplikasi e-SPT atau disebut dengan Elektronik SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan dalam menyampaikan SPT.
m. Media elektronik adalah sarana penyimpanan data elektronik yang dapat digunakan untuk memindahkan data dari suatu komputer ke komputer lainnya, antara lain Flash Disk dan Compact Disc (CD).
2. Dasar Hukum
Yang menjadi dasar hukum atas PPh Pasal 21adalah:
a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- undang No. 28 Tahun 2007.
b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK/.34/2007 s.t.d.d tentang Bentuk dan Isi SPT, serta Tatacara Pengambilan, Pengisian, Potongan, Penandatanganan, dan Penyampaian SPT
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tatacara Pemotongan PPh 21 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI Anggota POLRI, dan Pensiun atas Penghasilan yang Dibebankan pada APBN atau APBD.
f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 tentang Tatacara Pemotongan PPh 21 atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT/JHT, atau Pembayaran Sejenis yang Dibayarkan Sekaligus.
g. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.03/2010 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau Pensiunan.
i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.11/2012 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang tidak Dikenakan Pemotongan PPh 21.
j. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.
k. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 6/PJ/2009 tentang Penyampaian SPT Dalam Bentuk Elektronik.
l. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2013 tentang Bentuk, Isi, Tatacara Pengisian, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21/26 Serta Bukti Potong PPh Pasal 21/26
B. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 1. Subjek Pajak Penghasilan (PPh)Pasal 21
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak.
Berkaitan dengan pajak penghasilan, maka yang disebut subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status sebagai subjek pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan, dari Pemotong sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan baik dalam hubungannya sebagai pegawai maupun bukan pegawai, termasuk penerima pensiun tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
2. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
Objek pajak adalah sesuatu yang dapat dijadikan sasaran pengenaan pajak.
Dengan demikian yang dimaksud dengan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur.
c. Penghasilan berupa uang pesangon, uang mamfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.
d. Imbalan kepada bukan pegawai.
e. Imbalan kepada peserta kegiatan.
f. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas.
g. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas.
h. Penghasilan berupa jasa produk, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.
i. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai.
Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asurani dari perusahaan asuransi.
b. Penerima dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah.
c. Zakat yang diterima oleh orang pribadi oleh orang pribadi yang berhak dari badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
d. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh menteri keuangan, iuran tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
e. Beasiswa.
3. Pemotong atau Pemungut Pajak Penghasilan(PPh) Pasal 21
Pemotong atau PemungutPajak Penghasilan Pasal 21, adalah sebagai berikut :
a. Pemberi Kerja.
b. Bendaharawan Pemerintah.
c. Dana Pensiun, Badan Peleyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
d. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta Badan yang membayarkan upah, honorarium, komisi, fee atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan.
e. Penyelenggara Kegiatan.
4. Bukan Pemotong atau PemungutPajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Bukan termasuk Pemotong atau PemungutPajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, adalah sebagai berikut :
a. Kantor Perwakilan Negara Asing.
b. Organisasi-organisasi Internasional.
c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha.
5. Tatacara Pemotongan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Adapun Tatacara Pemotongan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21sebagai berikut :
a. Tatacara pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Tatacara pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang dilakukan oleh pemotong/ pemungut yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Setiap dilakukannya pembayaran.
- Memberikan bukti pemotongan yang telah diisi secara lengkap, yang diserahkan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan sebagai bukti pemotongan.
b. Tatacara Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Penyetoran Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh pemotong/pemungut dengan cara mengikuti ketentuan sebagai berikut:
- Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dibayarkan ke Bank Persepsi, dan Kantor Pos terdekat sesuai denagan jumlah pemotongan.
- Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Apabila tanggal 10 jatuh tempo tepat pada hari libur nasional maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.
C. Elektronik SPT (e-SPT)
1. Defenisi Elektronik SPT (e-SPT)
Aplikasi e-SPT atau disebut dengan Elektronik SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan dalam menyampaikan SPT sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 6/PJ/2009 Tentang Wajib Pajak wajib menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik.
2. Kelebihan Elektronik SPT (e-SPT) Kelebihan e-SPT adalah sebagai berikut:
a. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena lampiran dalam bentuk media CD/disket.
b. Data perpajakan terorganisir dengan baik.
c. Sistem aplikasi e-SPT mengorganisasikan data perpajakan perusahaan.
dengan baik dan sistematis.
d. Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan sistem komputer.
e. Kemudahan dalam membuat Laporan Pajak.
f. Data yang disampaikan WP selalu lengkap, karena penomoran formulir.
dengan menggunakan sistem komputer.
g. Menghindari pemborosan penggunaan kertas.
h. Berkurangnya pekerjaan-pekerjaan klerikal perekaman SPT yang memakan sumber daya yang cukup banyak.
3. Jenis Elektronik SPT (e-SPT) a. e-SPT Pajak Penghasilan Badan.
b. e-SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2.
c. e-SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26.
d. e-SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22
e. e-SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan 26.
f. e-SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas barang Mewah.
4. Tatacara Penggunaan Elektronik SPT (e-SPT) Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebagai berikut:
a. Wajib Pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem komputer, aplikasi dapat diperoleh dari Account Representative masing-masing atau dapat di copy dari installer e-SPT.
b. Wajib Pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data antara lain identitas Wajib Pajak, bukti potong, faktur pajak, dan data perpajakan lain.
c. Wajib Pajak yang telah memiliki sisem administrasi keuangan/perpajakan sendiri dapat melakukan proses data impor dari sitem yang dimiliki ke dalam
d. aplikasi e-SPT dengan berpedoman kepada format data yang sesuai dengan aplikasi e-SPT.
e. Wajib Pajak mencetak bukti pemotongan/pemungutan dengan menggunakan aplikasi e-SPT dan menyampaikannya ke pada pihak yang dipotong atau dipungut.
f. Wajib Pajak mencetak formulir Induk SPT menggunakan aplikasi e-SPT.
g. Wajib Pajak menandatangani formulir hasil cetakan aplikasi e-SPT.
h. Wajib Pajak membentuk file data e-SPT dengan menggunakan aplikasi e- SPT dan disimpan dalam media komputer (disket/CD/USB)
i. Wajib Pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media elektronik ke KPP dengan membawa Formulir induk SPT hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani beserta file data SPT yang tersimpan dalam media komputer.
Untuk penggunaan e-SPT hanya wajib digunakan oleh pemotong dan atau pemungut Pajak Penghasilan Pasal 21 yang melakukan pemotongan dan atau pemungutan jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) orang dalam 1 (satu) masa pajak dan atau mengeluarkan bukti pemotongan yang jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak disampaikan menggunakan aplikasi e- SPT yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berlaku sejak 01 January 2014 sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Pajak Per-14/PJ/2013.
Sedangkan bagi pemotong dan atau pemungut Pajak Penghasilan Pasal 21 yang melakukan pemotongan dan atau pemungutan jumlahnya tidak lebih dari 20 (dua puluh) orang dalam 1 (satu) masa pajak dan atau mengeluarkan bukti pemotongan
yang jumlahnya tidak lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak tidak diwajibkan menggunakan aplikasi e-SPT.
5. Sanksi Administrasi Terlambat Atau Tidak Melaporkan Elektronik SPT (e- SPT) Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, apabila terlambat melaporkan dan atau tidak melaporkan e-SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam jangka waktu yang ditentukan atau tanggal jatuh tempo, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,00.
6. Pengecualian Pengenaan Sanksi Administrasi Tidak Melaporkan Elektronik SPT (e-SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Pengecualian sanksi administrasi berupa denda sebagai mana di maksud adalah sebagai berikut:
a. Bendaharawan yang tidak melakukan pembayaran lagi.
b. Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Bentuk Usaha Tetap yan tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia.
d. Wajib Pajak terkena bencana alam, yang ketentuannya di ataur dalam Peraturan Menteri Keuangan, Seperti kerusakan massal, kebakaran, ledakan bom, perang antar suku, kegagalan sistem komputer administrasi negara atau perpajakan.
e. Wajib Pajak lain yang diataur dengan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
7. Elektronik SPT (e-SPT) Tidak Lengkap dianggap Tidak disampaikan e-SPT tidak dianggap disampaikan apabila:
a. Pemungut dan pemotong dianggap tidak menyampaikan e-SPT ketika pemunut dan atau pemotong tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER- 14/PJ/2013 yang berbunyi sebagai berikut: Pemotong yang telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk e-SPTtidak diperbolehkan lagi menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21dan/atau Pasal 26 dalam bentuk formulir kertas (hard copy) untuk masa-masa pajak berikutnya.
b. Pemungut dan atau pemotong dianggap tidak menyampaikan e-SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 ketika pemungut dan atau pemotong melakukan pemotongan yang jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) orang dalam 1 (satu) masa pajak dan/atau mengeluarkan bukti potong lebih dari 20 dokumen dalam 1 (satu) masa pajak ketika pemungut dan atau pemotong menyampaikan SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 tidak menggunakan aplikasi e-SPT.
c. Formulir induk yang dicetak dari aplikasi e-SPT tidak di tandatangani dan atau stempel.
D. Prosedur Pelaporan Elektronik SPT (e-SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
1. Wajib Pajak yang sudah terdaptar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia atau pun yang terdaptar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) lainya wajib melaporkan e-SPT atas Pemungutan dan atau Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21, sesuai dengan Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2013 tentang Bentuk, Isi, Tatacara Pengisian, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21/26 Serta Bukti Potong PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.
2. Syarat yang harus dipenuhi pada saat pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan Pasal 21, Pemungut dan atau pemotong harus membawa lampiran sebagai berikut:
- Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai bukti pelunasan PPh Pasal 21.
- Formulir induk SPT PPh Pasal 21 yang dicetak dari Aplikasi e-SPT.
- Data CSV (Comma Separated values) dan atau data yang tersimpan dalam media komputer (Compact Disc, Flash Disk dsb) yang diambil dari Aplikasi e-SPT.
- Bukti Pemotongan Pasal 21/26.
E. Wajib Pajak yang Melakukan Pelaporan SPT Menggunakan Elektronik SPT (e-SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Tahun 2013, 2014 dan 2015
Tabel 3.1:
Daftar Wajib Pajak yang Menggunakan Elektronik SPT (e-SPT) Tahun 2013
Jenis SPT Jumlah SPT
(Total)
Jumlah e-SPT (Total)
SPT Masa PPh Pasal 21/26 39870 450
SPT Tahunan PPh OP 5568 0
SPT Tahunan PPh OP S 10193 0
SPT Tahunan PPh OP SS 12691 0
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Tabel 3.2:
Daftar Wajib Pajak yang Menggunakan Elektronik SPT (e-SPT) Tahun2014
Jenis SPT Jumlah SPT
(Total)
Jumlah e-SPT (Total)
SPT Masa PPh Pasal 21/26 40135 6904
SPT Tahunan PPh OP 5276 2
SPT Tahunan PPh OP S 11789 0
SPT Tahunan PPh OP SS 14509 0
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Tabel 3.3:
Daftar Wajib Pajak yang Menggunakan Elektronik SPT (e-SPT) Tahun 2015
Jenis SPT Jumlah SPT
(Total)
Jumlah e-SPT (Total)
SPT Masa PPh Pasal 21/26 44005 8466
SPT Tahunan PPh OP 4842 52
SPT Tahunan PPh OP S 16277 2
SPT Tahunan PPh OP SS 15882 0
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Dari tabel 1,2,dan 3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah wajib pajak yang berkewajiban melaporkan SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia cukup besar, namun tingkat kesadaran wajib pajak dalam melaporkan kewajibannya dalam bentuk pelaporkan e-SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 kurang maksimal.
F. Kendala yang Dihadapi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia dalam Penerimaan e-SPT
Sesuai data yang diperoleh penulis dari Kantor Pajak Pratama Medan Polonia mengenai pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilihat dari data Tahun 2013 samapai dengan 2015.
1. Pemungut dan atau Pemotong masih banyak yang melaporkan e-SPT pajak Penghasilan Pasal 21 dengan merubah nama pada folder pada media elektronik yang dibuat melalui aplikasi e-SPT yang sering disebut dengan CSV, sehingga data tidak dapat terbaca oleh komputer.
2. Sering terjadinya kesalahan dalam memasukan data kedalam aplikasi e- SPT.
3. Sering terdajinya pemadaman listrik sehingga dalam penerimaan e-SPT terkendala.
4. Masih sering terdajadi Server Down sehingga penerimaan e-SPT tidak dapat dilakukan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tatacara Pelaporan e-SPT Pajak Pengahasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Polonia sesuai dengan Undang–Undang No.
28 Tahun 2007 Tentang Pelaporan SPT Wajib Pajak yang Berlaku di Indonesia.
2. Tatacara Pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia masih kurang maksimal karena masih kurangnya pemahaman wajib pajak, pemungut dan atau pemotong tentang aplikasi e-SPT sehingga banyak wajib pajak, pemungut dan atau pemotong yang seharusnya menggunakan e-SPT tetap menggunakan SPT manual dalam pelaporan dan pemotongan pajak.
B. Saran
1. Membuat sosialisi secara berkala tentang Tatacara Pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia untuk wajib pajak, pemungut dan atau pemotongan pajak tentang aplikasi e-SPT. Sehingga wajib pajak, pemungut dan atau pemotong yang seharusnya menggunakan e-SPT tidak menggunakan SPT manual dalam pelaporan dan pemotongan pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK/34/2007
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK/03/2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.03/2010 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.11/2012 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 6/PJ/2009 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2013
Suandy, Erly, 2008. Hukum Pajak.Edisi Keempat. Salemba Empat. Jakarta Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009Tentang Ketentuan Umum Perpajakan UU No.36 Tahun 2008 Tentang UU Pajak Penghasilan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Lampiran 1 :Surat Setoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Lampiran 2 : Surat Pemberitahuan Massa Pajak Penghasilan Pasal 21/26
Lampiran 3 : Formulir 1771 SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi