PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN MEDIA QUESTION CARD
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD
Ni Putu Eva Adelina Ariswati1, I Nyoman Murda2, Ni Wayan Arini3
Jurusan PGSD1, Jurusan PGSD2, Jurusan PGSD3, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card dan siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card di kelas V SD di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu yang menggunakan desain non-equivalent posttest only control group design.
Populasi penelitian ini berjumlah 170 orang. Sampel penelitian ini dipilih dengan teknik Simple Random Sampling. Sebanyak 23 orang siswa SD Negeri 2 Ekasari dilibatkan sebagai kelas eksperimen dan 20 orang siswa SD Negeri 2 Nusasari dilibatkan sebagai kelas kontrol. Data hasil belajar IPS dikumpulkan menggunakan instrumen tes berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial ( uji-t).
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung > ttabel (thitung = 3,58 > ttabel = 2,00) dan skor rata-rata siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card lebih tinggi yaitu 17,91, sedangkan skor rata-rata siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card yaitu 13,75. Jadi, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), question card, hasil belajar IPS.
Abstract
This research aimed at finding out the significant difference of Social Science learning outcomes between students who were taught with question card assisted Problem Based Learning Model (PBL) and students who were not taught by question card assisted Problem Based Learning Model (PBL) in Grade V of elementary schools in Cluster III, Melaya Sub district, Jembrana Regency, in the Academic Year 2016/2017. The type of research used was quasi experimental res earch using non-equivalent posttest only control group design. The population of this study amounted to 170 people. The sample of this research was chosen by Simple Random Sampling technique. That obtained 23 students of Elementary School 2 Ekasari involved as the experimental class and 20 students of SD Negeri 2 Nusasari involved as the control class. The Social Science learning outcomes data were collected using a multiple choice-shaped test instrument. The data collected were analyzed using descriptive and inferential statistical analysis (t-test). Based on the result of data analysis, it was obtained that tcount > ttable (tcount = 3.58 > ttable = 2.00) and the average score of students who were taught by question- card assisted Problem Based Learning Model (PBL) was higher, which was 17,91, while the average score of students who were not taught with question card assisted Problem Based Learning Model (PBL) was 13.75. Therefore, question card assisted Problem Based Learning (PBL) has an effect on the learning outcomes of Social Science students of Grade V of elementary schools in Cluster III of Melaya Sub district, Jembrana Regency, in the Academic Year 2016/2017.
Keywords: Problem Based Learning (PBL), question card, Social Science learning outcomes.
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas memiliki pengaruh yang sangat besar di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan memiliki peran yang penting untuk menciptakan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) menjadi tulang punggung pembangunan nasional dalam mencapai tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pendidikan harus diselenggarakan untuk memberdayakan semua komponen dalam penyelenggaraan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui upaya perbaikan dari semua komponen pendidikan. Komponen pendidikan terdiri dari kurikulum, tujuan pendidikan, siswa, guru, model pembelajaran yang tepat, fasilitas, dan lingkungan.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan peran seorang guru. Dalam hal ini peran seorang guru sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan memilih dan melaksanakan pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan- keterampilan yang spesifik, pengetahuan, dan sikap serta merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan disenangi siswa.
Pembelajaran efektif dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan efektif jika siswa terlibat aktif dalam melaksanakan prosedur pembelajaran. Dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas dan terjadi perubahan hasil terhadap aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran yang efektif bagi siswa dapat ditunjang melalui materi
pelajaran, menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan menggunakan media dalam proses pembelajaran bagi siswa.
Salah satu mata pelajaran yang wajib dibelajarkan pada tingkat sekolah dasar adalah IPS. IPS merupakan mata pelajaran yang memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global, sehingga mampu untuk hidup bersama dengan masyarakat lainnya. IPS adalah ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang disajikan secara ilmiah untuk memberi wawasan dan pemahaman kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar (Susanto, 2013). Pembelajaran IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari agar siswa peka terhadap masalah sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi. IPS dibelajarkan untuk siswa sekolah dasar karena IPS memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kecakapan- kecakapan dasar siswa pada kenyataan kehidupan sosial masyarakat. Tujuan diberikan pembelajaran IPS dalam KTSP yaitu: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dala kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang mejemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pembelajaran IPS yang lebih menekankan pada interaksi sosial dan hubungan di lingkungan kehidupan masyarakat menuntut guru untuk menciptakan pembelajaran yang mampu meningkatkan semangat dan keaktifan belajar siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan optimal. Dalam proses pembelajaran IPS guru harus memberikan suasana belajar yang menyenangkan
dengan memerhatikan karakteristik siswa, yaitu: 1) senang bermain, 2) senang bergerak, 3) senang bekerja dalam kelompok, dan 4) senang melakukan sesuatu secara langsung. Pembelajaran IPS di sekolah dasar juga harus memerhatikan usia pada anak. Anak pada usia 6 – 12 tahun sudah dapat melaksanakan tugas yang menuntut kemampuan intelektualnya, sehingga pada masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah yang sederhana. Maka dari itu guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran IPS yang melibatkan siswa secara penuh, baik fisik maupun kemampuan intelektualnya, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Namun realita yang terjadi pembelajaran IPS di sekolah dasar menjadi pelajaran yang membosankan dan menyulitkan karena banyak materi ataupun banyak hafalan sehingga siswa cepat lupa. Luasnya cakupan pelajaran IPS mengharuskan siswa untuk mendengarkan dalam pembelajaran. Pembelajaran IPS yang hanya mendengar atau menghafal saja dapat berakibat pada kurang optimalnya pembelajaran IPS di sekolah dasar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana pada tanggal 6-7 Februari 2017 diperoleh informasi sebagai berikut. 1) Sulitnya menerapkan model pembelajaran efektif yang sesuai dengan karakteristik siswa. 2) Ketersediaan buku sumber masih terbatas. 3) Kurangnya ketersediaan media yang mendukung penyampaian materi. Selain melakukan wawancara dengan guru juga dilakukan wawancara dengan siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten
Jembrana diperoleh informasi sebagai berikut. 1) Penyampaian materi IPS yang kurang jelas. Materi pembelajaran IPS yang sangat luas menyebabkan siswa menjadi bosan dalam menerima pembelajaran IPS. 2) Penggunaan media yang kurang. Kurangnya penggunaan media pembelajaran menyebabkan sulitnya siswa untuk memahami penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
Hasil pengamatan yang dilakukan tanggal 7-8 Februari 2017 pada pembelajaran IPS di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaan IPS yaitu sebagai berikut. 1) Pembelajaran masih berpusat pada guru.
Pada proses pembelajaran guru berperan sebagai sumber informasi. 2) Siswa masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang masih takut bertanya dan menjawab saat pembelajaran berlangsung. 3) Kurangnya kosentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dilihat dari beberapa siswa tidak memerhatikan pelajaran saat guru menjelaskan materi. 4) Minimnya penggunaan media pembelajaran, sehingga siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran.
Dari kendala di atas yang ditemukan saat melaksanakan observasi, juga dilakukan kegiatan pencatatan dokumen di Gugus III Kecamatan Melaya bahwa, nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih belum optimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata ulangan tengah semester siswa dalam pembelajaran IPS. Nilai rata-rata ulangan tengah semester yang diperoleh siswa setiap SD dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rata-rata UTS Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana
Nama Sekolah KKM Jumlah Siswa
Jumlah siswa pencapaian KKM
Rata-rata Nilai UTS Belum
mencapai KKM
Mencapai KKM
SD Negeri 1 Candikusuma 70 30 16 14 65,63
70 32 22 10 61,34
SD Negeri 3 Candikusuma 63 13 8 5 62,62
SD Negeri 2 Nusasari 64 20 10 10 63,35
SD Negeri 1 Ekasari 61 35 19 16 60,69
SD Negeri 2 Ekasari 71 23 16 7 69,43
SD Katholik Budi Rahayu 70 17 11 6 68,82
Jumlah - 170 102 68 -
Berdasarkan data hasil ulangan tengah semester ditemukan bahwa dari keseluruhan jumlah siswa yaitu 170 orang siswa, yang belum mencapai KKM berjumlah 102 orang dengan persentase sebesar 60%, sedangkan yang sudah mencapai KKM berjumlah 68 orang dengan persentase 40%. Dari jumlah siswa yang belum mencapai KKM lebih banyak dari pada siswa yang sudah mencapai KKM. Dilihat dari nilai rata-rata kelas pada masing-masing SD baru berkisar 60,69 – 69,43 dan berkategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS kelas V di Gugus III Kecamatan Melaya masih rendah. Dan berkategori cukup. Rendahnya hasil belajar akan berakibat pada rendahnya pemahaman konsep IPS yang dimiliki siswa. Sehingga perlu adanya upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
Dari permasalahan tersebut, perlu adanya pembaruan dalam proses pembelajaran, untuk mengatasi permasalahan yang ada di SD Gugus III Kecamatan Melaya. Guru bisa menerapkan model pembelajaran yang inovatif untuk dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan menumbuhkan semangat serta minat belajar siswa. Salah satu inovasi model pembelajaran yang dapat digunakan agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada upaya peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan
Melaya adalah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, juga berguna untuk membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta dapat bekerja sama dalam memecahkan permasalahan sekaligus membangun pengetahuan baru secara berpasangan atau berkelompok.
Pembelajaran akan menjadi lebih menarik jika dipadukan dengan menggunakan bantuan media dalam pembelajaran yang disampaikan. Hal itu terjadi karena selain dapat mempermudah penyampaian pesan kepada siswa, media pembelajaran juga mampu meningkatkan atau membangkitkan minat siswa dalam megikuti pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan membawa semangat belajar bagi siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran media sangat membantu keaktifan proses belajar mengajar. Selain itu, media pembelajaran juga membantu siswa meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Agar pesan dapat sampai kepada siswa dengan baik, maka diperlukan pemilihan media yang sesuai dengan materi pembelajaran. Media yang digunakan adalah question card.
Harjanto (dalam Ardani, dkk, 2014) menyatakan bahwa question card atau
kartu soal merupakan media visual yang berupa kertas berukuran 10 X 10 cm. Isi dari kartu ini yaitu sebagian berisi soal- soal tentang materi yang akan diajarkan.
Kartu-kartu yang digunakan oleh siswa diberikan warna-warna yang menarik menggunakan tulisan-tulisan yang menarik pula. Penggunaan media kartu ini merupakan sarana yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Siswa ditugaskan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kartu soal untuk menambah poin.
Dengan media question card memungkinkan siswa belajar lebih rileks dengan memainkan kartu soal, di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan di dalam proses belajar.
Siswa yang memperoleh kartu pertanyaan akan mempunyai ketertarikan dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang terdapat di media question card tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut maka, penelitian ini perlu dilakukan karena model Problem Based Learning (PBL) diduga berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. Namun, dugaan tersebut masih bersifat teoretik untuk membuktikan secara empirik maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Question Card Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017”.
METODE
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana dengan rentang waktu semester II (genap) pada tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini dibuat dari hasil penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian non- equivalent posttest only control group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2016/2017. Banyak siswa seluruhnya 170 orang yang tersebar dalam 6 Sekolah Dasar yaitu SD Negeri 1 Candikusuma, SD Negeri 3 Candikusuma,
SD Negeri 2 Nusasari, SD Negeri 1 Ekasari, SD Negeri 2 Ekasari dan SD Katholik Budi Rahayu.
Berdasarkan hasil analisis varians satu jalur (ANAVA A) pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,99, sedangkan nilai Ftabel pada dbantar = 6 dan dbdalam =163 yaitu diperoleh Ftabel sebesar 2,15. Ini berarti bahwa nilai Fhitung lebih kecil dari pada nilai Ftabel yang berarti H0 diterima. Jadi, tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana. Ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana setara. Hal ini berarti populasi penelitian dinyatakan memiliki kesetaraan.
Selanjutnya, dilakukan pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Semua kelas populasi dirandom untuk menentukan sampel penelitian. Kemudian dari 6 sekolah yang berada di Gugus III dilakukan pengundian untuk diambil dua sekolah yang menjadi sampel penelitian.
Yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Nusasari dengan jumlah siswa 20 orang dan siswa kelas V SD Negeri 2 Ekasari dengan jumlah siswa 23 orang. Dengan demikian, jumlah seluruh sampel pada penelitian ini adalah 43 orang. Kedua kelas yang terpilih kemudian diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari proses pengundian dengan teknik Simple Random Sampling didapatkan SD Negeri 2 Ekasari sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card dan kelas V SD Negeri 2 Nusasari sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan tidak menggunaka model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card.
Data yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes obyektif pilihan ganda yang berjumlah 30 butir yang sudah divalidasi secara konten dan empirik. Secara konten, tes yang digunakan sudah memenuhi unsur kompetensi dasar dengan kalimat yang
baik sesuai dengan perkembangan psikologis anak usia kelas V Sekolah Dasar. Sedangkan analisis validasi empiriknya yang ditinjau dari analisis konsistensi internal tes terhadap 45 butir tes, yang diujikan 38 butir tes dinyatakan valid dan 7 butir tes dinyatakan tidak valid.
Analisis daya beda butir tes didapatkan 3 butir yang berkualifikasi baik, 27 butir berkualifikasi cukup baik, dan 15 butir tes dinyatakan kurang baik. Analisis tingkat kesukaran tes didapatakan 13 butir tes berada pada kriteria mudah dan 28 butir tes berada kriteria sedang, dan 4 butir termasuk dalam kriteria sukar. Analisis reliabilitas tes menyatakan bahwa reliabilitas tes berada pada kualifikasi tinggi (0,77). Data hasil belajar IPS siswa diambil dengan memberikan post-test pada siswa setelah selesai menerapkan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif yang digunakan meliputi mean, median, modus, standar deviasi, dan varians. Hasil penghitungan mean, median, modus disajikan dalam bentuk grafik polygon. Uji prasyarat analisisi data penelitian ini mencakup uji normalitas dengan menggunakan analisis Chi- Kuadrat dan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji-F. Metode analisis data untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t sampal independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians karena jumlah subjek dalam penelitian tidak sama. Rumus polled varians sebagai berikut.
2 1 2
1
2 2 2 2 1 1
2 1
1 1 2
) 1 ( ) 1 (
n n n
n
s n s n
X t X
(Sumber: Koyan, 2012:33)
Keterangan:
X
1 = rata-rata skor post-test kelompok eksperimenX
2 = rata-rata skor post-test kelompok kontroln1 = banyak siswa kelompok eksperimen
n2 = banyak siswa kelompok kontrol
s12 = varians kelompok eksperimen
s22 = varians kelompok kontrol
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card dengan siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa dikelas V SD di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017.
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPS yang dicapai oleh siswa. Hasil analisis statistik deskriptif data penelitian ini disajikan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Analisis Data dengan Statistik Deskriptif
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean 17,91 13,75
Median 18,68 13,36
Modus 19,76 13,18
Standar Deviasi 4,01 3,54
Varians 16,79 13,22
Berdasarkan data pada tabel 2, data hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen disajikan dalam grafik polygon, seperti gambar 1 berikut ini.
Gambar 1.
Kurva Polygon Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan kurva polygon gambar 1, diketahui modus lebih besar daripada median dan median lebih besar daripada mean Mo>Md>M (17,91>18,68>19,76).
Dengan demikian, polygon di atas menggambarkan kurva juling negatif yang berarti sebagaian besar skor siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card tergolong tinggi.
Hasil belajar siswa kelas kontrol disajikan pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2.
Kurva Polygon Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan kurva polygon gambar 2, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus M>Md>Mo (13,75>13,36>13,18). Dengan demikian, kurva polygon di atas menggambarkan kurva juling positif yang berarti sebagain besar skor cenderung rendah.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t independent terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap prasyarat yang diperlukan terhadap sebaran data hasil penelitian. Uji prasyarat analisis meliputi dua hal, yaitu (1) uji normalitas distribusi data terhadap keseluruhan unit analisis, dan (2) uji homogenitas varian antar kelompok.
Uji normalitas data dilakukan pada keseluruhan unit analisis yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis yang digunakan pada pengujian normalitas sebaran data Chi-Kuadrat (χ2) dengan kriteria pengujian data berdistribusi normal jika χ2hitung < χ2tabel, pada taraf signitifikan 5% derajat kebebasan dk= (jumlah kelas interval – parameter – 1). Ringkasan hasil uji normalitas data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas
No Kelompok Data Hasil Belajar χ2 Nilai Kritis dengan Taraf
Signifikansi 5% Status
1 Post-test Eksperimen 2,95 5,59 Normal
2 Post-test Kontrol 1,75 5,59 Normal
Berdasarkan tabel 3 rangkuman hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunkan rumus Chi-Kuadrat (χ2), diperoleh harga χ2hitung hasil post-test kelas eksperimen sebesar 2,95 dan χ2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 2 pada taraf signitifikan 5% adalah 5,59. Hal ini berati, χ2hitung hasil post-test kelas eksperimen lebih kecil dari χ2tabel (2,95<5,59) sehingga data hasil post-test kelas eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan χ2hitung hasil post-test kelas kontrol sebesar 1,75 dan χ2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 2 pada taraf signitifikan 5% adalah 5,59. Hal ini berati,
χ2hitung hasil post-test kelas kontrol lebih kecil dari χ2tabel (1,75<5,59) sehingga data hasil post-test kelas kontrol berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Jumlah masing-masing unit analisis adalah 23 dan 20 orang siswa. Uji homogenitas varians antar kelompok menggunakan uji-F. Data dinyatakan homogen jika Fhitung < Ftabel. Ringkasan hasil uji homogenitas varians antara kelompok disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman Uji Homogenitas Varians dengan Uji-F
Sumber Data Fhit Ftab dengan Taraf
Signifikansi 5% Status Post-test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
1,27 2,16 Homogen
Berdasarkan tabel 4 rangkuman uji homogenitas varian dengan uji-F dengan kriteria ke dua kelompok memiliki varians homogen jika Fhitung < Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (db)= n1–1 untuk pembilang dan (db)= n2– 1 untuk penyebut. Berdasarkan hasil uji-F, diperoleh nilai Fhitung hasil post-test IPS kelas eksperimen dan kelas kontro adalah 1,27. Sedangkan Ftabel denga db pembilang 23 – 1 = 22 dan db penyebut 20 – 1 = 19 pada taraf signifikansi 5%
adalah 2,16. Hal ini berarti bahwa Fhitung <
Ftabel (1,27 < 2,16), sehingga varians data hasil belajar IPS kelas eksperimen dan kelas kontrol bersifat homogen.
Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card dengan siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017. Untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan uji-t tidak berkorelasi atau t-test independent dengan menggunakan rumus polled varians. Ringkasan hasil uji-t tidak berkorelasi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan Data Hasil Uji Hipotesis
Kelompok Varian N db thitung ttabel Kesimpulan
Kelompok Eksperimen 16,79 23
41 3,58 2,00 thitung > ttabel H1 diterima
Kelompok Kontrol 13,22 20
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah diajukan pada kajian teori kriteria pengujian H0 ditolak jika thitung > ttabel dan H1 diterima, dengan taraf signifikansi 5% dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara kelas eksperimen yaitu 17,91 dan kelas kontrol yaitu 13,75 maka hipotesis alternatif diterima. Ringkasan data hasil uji hipotesis menunjukan hal yang sama bahwa thitung >
ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card dengan siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card dengan siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata hasil belajar IPS dan kecenderungan skor hasil belajar IPS. Rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card adalah 17,91 dan berada pada katagori tinggi sedangkan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas kontrol yang tidak dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah 13,75 yang berada pada katagori sedang. Dari analisis sebaran data menggunakan uji-t, diperoleh diperoleh thitung sebesar 3,58 dan nilai ttabel yaitu 2,00. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar daripada ttabel.
Perbedaan hasil belajar IPS disebabkan oleh adanya perlakuan pada kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran dalam kelas eksperimen mengacu pada langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Perlakuan dalam kegiatan pembelajaran ini tentu berimbas pada proses penyampaian materi pembelajaran dan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tergolong tinggi pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card.
Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang menyajikn masalah sebagai rangsangan untuk belajar. Trianto (2010) menyatakan “pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata”.
Model pembelajaran Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Dimana siswa dapat secara aktif berfikir dalam menyelesaikan masalah dan membantu siswa belajar secara mandiri serta memberikan pengalaman dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.
Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) selama proses pembelajaran berlangsung dapat
mengarahkan siswa untuk menentukan kegiatan belajarnya sendiri dengan masalah yang diberikan sehingga siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Siswa aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa itu sendiri. Dengan motivasi belajar yang tinggi, maka hasil belajar siswa akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa dimulai dengan siswa diberikan suatu permasalahan. Dalam proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL), siswa merancang kegiatan belajarnya sendiri sesuai dengan masalah yang diberikan untuk dikerjakan secara berkelompok agar menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Dalam pembelajaran, guru memposisikan diri sebagai mediator dan fasilitator pada saat siswa menyelesaikan masalah. Model Problem Based Learning (PBL) sangat menekankan siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui masalah yang dialaminya.
Penyampain materi dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card disajikan menggunakan kartu yang berisi permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan oleh setiap siswa dalam kelompok kecil (4-5 siswa), yaitu dengan mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya dengan cara mereka sendiri. Temuan tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Dewi (2014) yaitu, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mampu mengembangkan kemampuan bekerjasama dengan baik dalam memecahkan permasalahan pembelajaran. Selain dapat memecahkan masalah bersama kelompok, keaktifan siswa juga terlihat jelas pada tahap diskusi, siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran sehingga siswa dapat termotivasi saat pelajaran sedang berlangsung. Dalam hal ini model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card berguna untuk menimbulkan gairah kektifan siswa.
Setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) berbantuan media question card hasil belajar IPS siswa mengalami peningkatan yang tinggi apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card. Hal ini dapat diketahui dari kerjasama siswa saat memecahkan masalah dan motivasi belajar siswa meningkat. Artinya terdapat perbedaan yang siginfikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card dengan siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card.
Hasil penelitian ini menguatkan beberapa hasil penelitian yang ditemukan belakagan ini diantaranya penelitian yang dilakukan Dewi (2014) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model Problem Based Learning berbantuan media cetak dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card dengan siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar IPS siswa dikelas V SD di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017.
Hal ini ditunjukkan pada hasil hipotesis uji- t yang diketahui bahwa thitung= 3,58 >ttabel
= 2,00 berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card menunjukkan hasil belajar IPS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak dibelajarkan mengunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) berbantuan media question card di Gugus III Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017 (M
= 17,91 > M = 13,75). Adanya perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa penerapan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS siswa.
Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Siswa sekolah dasar agar selalu semangat untuk belajar, fokus dan aktif dalam proses pembelajaran, mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan baik, dan saling bekerjasama dalam memecahkan permasalahan, serta menumbuhkan kebersamaan dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal. 2) Guru sekolah dasar hendaknya menerapkan model- model pembelajaan yang inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media question card khususnya dalam mata pelajaran IPS dan mata pelajaran lainnya pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar.
3) Kepala sekolah hendaknya menjadikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu pedoman untuk membina guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4) Peneliti lain hendaknya menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis baik dalam variabel yang sama atau pada variabel yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN
Ardani, Ni Putu Mita Ardani. 2014.
“Pengaruh Model Kooperatif TGT Berbantuan Media Question Card Terhadap Hasil Belajar IPS. Siswa Kelas V”. Journal Jurusan PGSD Undiksha. Vol:2, No:1.
Dewi, Putu Ayu Satya Dewi. 2014.
Pengaruh Model Problem Based
Learning Berbantuan Media Cetak Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus V Mengwi”.
Journal Jurusan PGSD Undiksha.
Vol:2, No:1.
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.