• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model PBL (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 050715 Tanjung Beringin

N/A
N/A
Haniyah Syaifa

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Model PBL (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 050715 Tanjung Beringin"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PBL (Problem Based Learning) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SDN 050715 TANJUNG BERINGIN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Penilitian Tindak Kelas Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

HANIYAH SY’ABANI SYANI HRP NPM. 2104010246

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) AL MAKSUM

LANGKAT 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahirabbil‘alamiin kehadiran Allah SWT, sholawat dan salam tak lupa juga kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat rahmat dan karunianya yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal skripsi yang berjudul “Peninggkatan Hasil Pembelajaran IPS Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning di SDN 050715 Tanjung Beringin”. Proposal Skripsi ini diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Penelitian Metodologi Penelitian, di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

STABAT, 28 OKTOBER 2023

HANIYAH SYABANI SYANI

ii

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Indentifikasi Masalah...5

C. Pembatasan Masalah...5

D. Rumusan Masalah...5

E. Tujuan Masalah...5

F. Manfaat Penelitian...6

BAB II LANDASAN TEORITIS...7

A. Kerangka Teoritis...7

B. Kerangka Konseptual...21

C. Hipotesis...22

BAB III METODE PENELITIAN...23

A. Setting Penelitian...23

B. Subjek dan Objek Penelitian...23

C. Prosedur Penelitian...23

D. Instrumen Penelitian...27

E. Teknik Analitis Penelitian...27

DAFTAR PUSTAKA 30

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam memperbaiki kualitas pendidikan, pengajaran baik dikelas maupun diluar kelas merupakan tugas pendidik. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan mutu edukasi salah satunya yaitu dengan mengubah pandangan terhadap edukasi khususnya di sekolah dasar (SD) dari pengajaran yang hanya terpaku pada pendidik (teacher centered) ke arah pengajaran yang hanya terpaku pada peserta dididik (student centered). Pandangan ini menuntut para pendidik berinovasi dalam mengembangkan pengajaran yang menarik minat belajar peserta didik memungkinkan peserta didik dapat berprestasi melalui kegiatan-kegiatan nyata yang menyenangkan dan bisa membangkitkan potensi di dalam peserta didik secara optimal (Wulandari, dkk., 2012).

Proses belajar mengajar melibatkan banyak aspek sebagai pendukungnya salah satunya pemberian pengalaman belajar yang sesuai dengan materi. Setiap materi yang disampaikan diperlukan Evaluasi. Evaluasi harus memuat ranah kongnitif, afektif, psikomotorik, seberapa besar hasil belajar peserta didik dalam proses evaluasi disebut hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar juga sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di kelas serta merupakan perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah menerima pelajaran. Hasil belajar memuat kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar (Sudjana,2010:22).

Berdasarkan h asil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 21 oktober 2023 pada guru kelas V SDN 050715 TANJUNG BERINGIN menunjukan proses pembelajaran masih konvensional, pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang kurang berkompeten

Berjalan satu arah, penggunaan media yang jarang digunakan dalam pembelajaran, dan penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran motivasi siswa dalam belajar juga berkurang. Guru lebih memprioritaskan untuk menghabiskan materi yang cukup banyak pada kuriklum, terutama pada pelajaran IPS. Rata-rata nilai IPS kelas V (lima)

iv

(5)

pada ulangan harian materi kenampakan alam di Indonesia hanya 58,36. Dilihat dari hasil ulangan IPS tersebut masih minim dari KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal) yaittu 65. Dengan jumlah siswa 26 terdiri 20 siswa laki-laki dan 6 siswa permpuan, nilai tertinggi siswa 80 dan nilai terendah 40.

Hakikat ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan ilmu yang bersumber dari displin ilmu-ilmu sosial seperti (Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Antropologi, ilmu politik dan pemerintahan) yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. IPS perlu dan harus diajarkan pada siswa di sekolah dasar karena karena pengajaran IPS mempunyai tujuan yaitu mengenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan bermasyarakat secara rukun dan teratur.

Peran IPS sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada sekolah dasar tingkat pemahaman suatu materi atau pelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa.( Siradjuddin 2012:1)

Hasil belajar siswa merupakan keahlian yang didapat siswa setalah melakukan kegiatan belajar, siswa yang mampu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran merupakan siswa yang berhasil dalam belajar. Namun dalam mata pelajaran IPS dikelas V-B SDN 050715 TANJUNG BERINGIN mendapat hasil belajar yang rendah. Hal ini melihatkan bahwa masih banyak siswa di kelas tersebut yang belum mengerti atau belum memahammi materi yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan permasalahan diatas dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi pada saat pelaksanaan pemelajaran IPS, Guru selalu mendominasi pembelajaran, Guru tidak menggunakan model pmbelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pemelajaran. Kegiatan pembelajaran IPS disekolah cenderung pada kegiatan menghafal, dan siswa hanya menjadi pendengar saat guru menerangkan materi sehingga minat belajar siswa rendah dan menyebabkan hasil belajar juga rendah.

Sehingga peneliti merasa perlu menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran yang inovatif, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Salah satu cara alternative yang sesuai dengan tujuan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan menggunakan masalah pada kehidupan nyata dan bertujuan untuk memajukan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan menyelesaikan masalah sekaligus

(6)

memperluas pengetahuan dan menambah pengetahuan baru bagi siswa (Rusman 2015:112).

Model pembelajaran Problem Based Learning sangat menunjang dalam meningkatkan skill partisipasi dengan baik, belajar mandiri, dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Dalam model pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan permasalahan yang berbeda pada setiap kelompoknya. Sehingga kemampuan berpikir siswa dapat berkembang, karena siswa akan mendapat informasi dari berbagai sumber belajar yang berbeda-beda mengenai materi yang sedang dipelajari.

Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen (bervariasi) sehingga diharapkan siswa dapat berinteraksi,berpartisipasi, bekerja sama dan saling membantu dengan siswa yang lainnya untuk memecahkan permasalahan yang mereka dapatkan.

Model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki manfaat yang sangat berguna untuk mendorong hasil belajar siswa agar meningkat, mafaatnya yaitu :

1) Meningkatkan kecapakan pemecahan masalah.

2) Meningkatkan pengetahuan yang relevan dengan dunia nyata.

3) Mendorong siswa untuk berpikir kreatif.

4) Meningkatkan motivasi belajar.

5) Membangun kerja tim dan keterampilan solisial (Smith,Amir:2009:27).

Model pembelajaran Problem Based Learning sesuia untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelas V sekolah dasar. Karena siswa kelas V sudah mampu untuk berpikir kritis, berpartisipasi dengan baik, dan mampu untuk memecahkan masalah yang dimiliki.

Pada usia ini, mereka sukak menyelidiki berbagai hal, mempunyai rasa ingin tahu yang cukup tinggi dan mereka sudah mulai terdorong untuk berprestasi di sekolahnya. Sehingga dengan menggunakan pembelajaran ini dapat membuat siswa bersemangat dalam melakukan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas maka peneliti akan mengadakan Penelitian Tindak Kelas (PTK). Dengan judul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLRM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V SDN 050715 TANJUNG BERINGIN”. Peneliti berharap penelitian ini dapat mengatasi masalah-masalah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.

vi

(7)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diambil identifikasi masalah, diantarannya :

1. Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru.

2. Kurangnya pemberian kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

3. Kecendurungan mengunakan model ceramah ketika menyampaikan materi.

4. Masih rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V SDN 050715 TANJUNG BERINGIN.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Indetifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti membatasi masalah pada : penggunaan model Problem Based Learning pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar kognitif pada peserta didik kelas V SDN 050715 TANJUNG BERINGIN.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum batasan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap pembelajaran IPS kelas V di SDN 050715 TANJUNG BERINGIN.

2. Bagaimana penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap pembelajaran IPS kelas V di SDN 050715 TANJUNG BERINGIN.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik melalui penggunaan model Problem Based Learning (PBL) terhadap pembelajaran IPS di SDN 050715 TANJUNG BERINGIN.

(8)

2. Untuk mengetahui penerapan model Problem Based Learing (PBL) terhadap pembelajaran IPS SDN 050715 TANJUNG BERINGIN.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Mengembangkan teori atau pengetahuan baru terkait pengaruh model Proble Based Learing (PBL) dalam meingkatkan hasil belajar siswa.

b. Sebagai dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai bagaimana penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pendoman dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan berbagaia model pembelajaran yang bervariasi khususnya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah perubahan untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa serta membuat proses belajar mengajar lebih efektif.

c. Bagi Peserta Didik

1) Agar peserta didik lebih muda memahami materi yang di sampaikan guru.

2) Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam proses pembelajaran.

3) Mendorong peserta didik agar selalu aktif dalam proses pembelajaran.

4) Meningkatkan semangat kerja sama antar peserta didik dalam proses pembelajaran.

5) Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah pada pelajaran IPS melalui model pembelajaran Problen Based Learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar.

d. Bagi Peneliti

viii

(9)

Dapat menambah wawasan mengenai model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pmbelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

BAB II

LANDASAN TEORITIS A. Kerangkan Teoritis.

1. Model Pembelajaran

1.1 Pengertian Model pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka yang konsep dan prosedur yang sistematis dalam mengelompokkan pengalaman belajar agar tercapai tujuan dari suatu pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pendoman bagi perancang pengajaran serta para guru dalam melakukan aktivitas kegiatan belajar mengajar.

Dengan demikian adanya model pembelajaran ini agar kegiatan dalam belajar mengajar tersusun secara sistematis dan dapat tercapai pada tujuan (Abdul Majid : 2013,13).

Fungsi dari model pembelajaran ini adalah sebagai pegangan atau pendoman bagi para pengajar maupun perancang pembelajaran pada hal perencanaan atau pelaksanaan kegiatan pembelajaran (Thamri :2017,48).

Dari beberapa pengertian tentang model pembelajaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan suatu yang dirancang untuk mendesain proses dari belajar mengajar di dalam kelas, baik dari segi alat-alat yang digunakan, kuriklum yang dipakai, dan startegi atau metode yang dipakai guna membantu siswa agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Model pembelajaran memiliki fokus pada usaha lebih banyak mengaktifkan peserta didik dari pada guru tetapi tetap pada ruang lingkup pembelajaran satu tema serta untuk tujuan yang sama. Model pembelajaran digunakan guru untuk pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas dengan memperhatikan kondisi

(10)

siswa, kondisi sekolah serta kondisi lingkungan dengan menyesuaikan materi yang akan disampaikan.Dalam proses pembelajaran, pemilihan model pembelajaran akan menentukan jenis perangkat pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

1.2 Karakteristik Model Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi.

Dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik. Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya.

Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.

Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental. Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).

Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang- orang yang memiliki kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.

x

(11)

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.

2. Model Pembelajaran Problem based learning (PBL)

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Base Learning (PBL) adalah model yang menuntut siswa aktif dalam memecahkan suatu masalah dan model ini menggunakan masalah kehidupaan nyata sebagai suatu yang harus di pelajari oleh siswa. Menurut Fathorrohman.M (2019:112) “problem based learning merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengambangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru”.

Sejalan dengan pendapat (Shofiyah & Wulandari, 2018) PBL merupakan model pembelajaran yang menginisiasi siswa dengan menghadirkan sebuah masalah agar diselesaikan oleh siswa. Selama proses pemecahan masalah, siswa membangun pengetahuan serta mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran PBL, seluruh kegiatan yang disusun oleh siswa harus bersifat sistematis. Hal tersebut diperlukan untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari–hari.

Berdasarkan paparan dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang mampu menuntun siswa lebih memahami konsep yang diajarkan karna melibatkan siswa secara aktif dalam pemecahan masalah.

.2. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

(12)

Model problem based learning memiliki beberapa kelebihan yaitu peseta didik dapat memahami konsep yang diajarkan karena peserta didik menemukan konsep tersebut, melibatkan peseta didik secara aktif dalam memecahkan masalah dan menutut keterampilan berfikir peserta didik yang lebih tinggi, pengetahuan peserta didik tertanam berdasarkan pengalaman yang dimiliki, sehingga pembelajaran lebih bermakna, peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.

Kelebihan model PBL menurut Shoimin (dalam Supriatna, 2020) antara lain:

1) Peserta didik dilatih untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam keadaan nyata.

2) Mempunyai kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik dengan menghafal atau menyimpan informasi.

4) Terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok

5) Peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

6) Peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

7) Peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

8) Kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Sejalan dengan pendapat Sumantri (dalam Armadhani & Hamimah, 2020) menyatakan bahwa kelebihan dari model Problem Based Learning (PBL) diantaranya:

1) Melatih siswa untuk merancang suatu penemuan.

2) Berpikir dan bertindak kreatif.

3) Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

4) Mengidentifikasi dan mengevaluasi suatu penyelidikan.

5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

6) Merangsang bagi perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan tepat.

xii

(13)

Dapat membuat pendidikan lebih relevam dengan kehidupan. Berdasarkan paparan dapat disimpulkan bahwa keunggulan model Problem Based Learning (PBL) adalah mendorong siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah dan mengurangi beban siswa dalam mengafal materi atau informasi serta melatih siswa untuk berfikir dan bertindak kreatif untuk dapat memecahkan suatu masalah.

.3. Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Nurhadi (dalam Isro`atun 2018:51), problem based learning juga memiliki kekurangan yang dapat menghambat dalam pembelajaran, yaitu :

1) Pencapaian Akademik dari Individu Peserta Didik

Pencapaian akademik dalam diri peserta didik akan berbeda-beda. Hal ini terlihat dari bagaimana peserta didik memahami setiap tahap proses pemecahan masalah ataukah hanya menghafal konsep materi saja. Peserta didik yang memahami dengan baik setiap proses pemecahan masalah, peserta didik akan menuliskan secara detail proses tersebut sampai akhir. Akan tetapi, jika peserta didik hanya menghafal konsep materi saja maka ia tidak mampu menjelaskan jalan proses pemecahan masalah.

2) Waktu yang Diperlukan untuk Impementasi

Kegiatan peserta didik dalam membangun konsep materi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Pendidik perlu merencanakan secara matang kegiatan pembelajaran sehingga dapat diaplikasikan sesuai waktu yang telah dilakukan.

3) Perubahan Peran Peserta Didik dalam Proses Belajar

Dalam pembelajaran model PBL peserta didik tidak lagi menampung materi dari pendidik, peserta didik menjadi sebagai subjek belajar yang artinya peserta didik aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan hal ini, peserta didik mengalami keraguan untuk melalui Langkah-langkah kegiatan belajar karena masih belum mandiri dalam belajar.

4) Perubahan Peran Pendidik dalam Kegiatan Pembelajaran

Dalam model PBL, pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pendidik harus memiliki kemampuan merancang dan mengkreasikan sarana dan prasarana belajar untuk membantu peserta didik dalam kegiatan belajar.

5) Perumusan Masalah yang Baik

(14)

Pada model PBL ini menitikberatkan pada masalah sebagai fokus pembelajaran.

Permasalahan yang tersedia harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Akan tetapi, umumnya pendidik belum mampu merancang permasalahan yang mengasah berpikir tingkat tinggi.

.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa tahap, yang dimulai dari suatu permasalahan tersebut. Tahapan pembelajaran berbasis masalah menurut Trianto (Isro`atun. 2018:46) sebagai berikut :

1) Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa tahap ini adalah tahap pengenalan. Pendidik melakukan pengenalan kepada peserta didik mengenai masalah apa yang akan dipecahkan peserta didik pada kegiatan pembelajaran.

Pendidik juga melakukan atau memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengungkapkan dan memahami masalah.

2) Mengorganisasi siswa untuk meneliti pada langkah ini, pendidik mengorganisasikan peserta didik dalam suatu tugas belajar, sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan oleh peserta didik. Peserta didik dikelompokkan dan diberi tugas belajat untuk menyelesaikan permasalahan bersama.

3) Membantu invetigasi mandiri dan kelompok, pendidik membimbing ketika peserta didik melakukan penyelidikan terkait masalah yang sedang dipecahkan, baik secara individu maupun berkelompok. Peserta didik banyak melakukan aktivitas selama proses pembelajaran, yaitu mengungkapkan ide, melakukan curah pendapat, dan semua ide pemacahan masalah yang diutarakan peserta didik dapat didiskusikan secara Bersama baik dengan kelompok maupun dengan pendidik melalui offline.

4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil, hasil karya yang dimaksud adalah hasil karya dari pemikiran peserta didik dari masalah yang baru saja dilakukan oleh peserta didik. Dalam penyajian hasil karya ini, dapat berupa laporan tertulis, laporan lisan, maupun model. Pada tahap ini pserta didik diberi kesempatan untuk menampilkan hasil pemikiranya.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah pada tahap ini pendidik memiliki peranan penting untu menganalisi dan mengevaluasi pemecahan maslah yang dilakukan peserta didik. Pendidik juga melakukanklarifikasi jika terdapat kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik.

xiv

(15)

Selanjutnya langkah-langkah PBL menurut Sugiyanto (dalam Nuraini, 2014) mengemukakan ada 5 tahap yang harus dilaksanakan dalam PBL, yaitu:

1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa.

2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti.

3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok.

4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Menurut Sani (dalam Armadhani & Hamimah, 2020) menyatakan bahwa langkah-langkah dari model Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:

1) Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik, membahas tujuan pembelajaran, memaparkan kebutuhan logistik untuk tujuan pembelajaran, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif.

2) Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan, membantu peserta didik dalam mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar/penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan.

3) Pelaksanaan investigasi, Mendorong peserta didik untuk memperoleh informasi yang tepat, melaksanakan penyelidikan, dan mencari penjelasan solusi.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil, membantu peserta didik merencanakan produk yang tepat dan relevan, seperti laporan, rekaman video untuk keperluan penyampaian hasil.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan, membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka lakukan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah PBL dari Trianto (Isro`atun.

2018:46) karena langkah dikemukakan oleh Trianto (Isro`atun. 2018:46) jelas dan lebih mudah dipahami.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuk, yaitu “hasil”

dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukan suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Menurut Purwanto (2019:45) “Hasil belajar adalah adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. Menurut Gegne (dalam Syam & Ramlah, 2015)

(16)

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik”.

Menurut pendapat dari Syah, hasil belajar merupakan keberhasilan dari kinerja yang telah diraih oleh siswa dalam suatu pembelajaran berdasarkan standar yang telah ditentukan.

Menurut Nugraha, hasil belajar ialah kecakapan yang didapatkan oleh peserta didik sesudah mengerjakan evaluasi - evaluasi dalam kegiatan belajar. Transformasi tersebut berupa perubahan dari pengetahuan, perasaan dan perilaku peserta didik. Menurut Susanto, Hasil belajar ialah kecakapan yang di dapatkan siswa dari aktivitas belajar yang sudah dilaksanakan (Lestari et al., 2021).

Menurut (Magdalena et al., 2021) taksonomi bloom merupakan pengelompokan tujuan pendidikan, yaitu tujuan pembelajaran atau sasaran pembelajaran yang terdapat 3 ranah di dalamnya. Ranah tersebut adalah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor :

) Ranah Kongnitif

Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), evaluasi (C6).

) Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap menerima (A1), menanggapi (A2), menilai (A3), mengelola (A4), menghayati (A5).

) Ranah Psikomotorik

Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gera fisik yang terdiri dari menirukan (P1), memanipulasi (P2), pengalaman (P3), dan artikulasi (P4) Berdasarkan pendapat tersebut yang saya jadikan objek penelitian yaitu ranah kognitif pengetahuan (C2) dan ranah afektif kerjasama (A2).

Dari beberapa pendapat diatas mengenai hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keahlian yang di dapatkan oleh siswa baik secara pengetahuan, sikap dan keterampilan dari aktivitas belajar di kelas maupun di rumah melalui kegiatan tes belajar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dan Berdasarkan taksonomi bloom yang terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang saya jadikan objek penelitian yaitu ranah kognitif pemahaman (C2) dan ranah afektif kerjasama (A2).

xvi

(17)

.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal :

1) Faktor Internal a) Minat

Minat merupakan sesuatu yang penting, dan harus dimiliki ketika kita akan melakukan sesuatu. Jika seseorang tidak memiliki minat yang tinggi dalam suatu hal, maka ia akan kesulitan dan tidak tertarik untuk melakukannya.

Menurut Slameto minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

Bakat

Menurut Semiawan dkk dalam buku karangan Yudrik Jahja mendefinisikan bahwa bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Pada dasarnya setiap manusia memiliki bakat pada suatu bidang tertentu dengan kualitas yang berbeda-beda.

Bakat yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tertentu memungkinkannya mencapai prestasi pada bidang ini (Anggraini et al., 2020).

b) Motivasi

Motivasi merupakan serangkain usaha untuk untuk menyiapkan kondisi–

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.

Motivasi merupakan hal yang penting dan haus dimiliki oleh setiap siswa agar seorang siswa semangat dalam belajar. Atkinson menyatakan motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh (Hartata, 2019).

c) Cara Belajar

Cara belajar adalah sebuah strategi yang dilakukan siswa agar lebih memahami materi yang dijelaskan tentunya dengan cara belajar yang disenangi oleh siswa tersebut.

2) Faktor External

a) Lingkungan Sekolah

(18)

Hal ini dapat dikatakan bahwa lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan sekolah merupakan tempat dimana para peserta didik melakukan kegiatan belajar.

) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan pengaruh utama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Menurut Hurlock salah satu sumbangan keluarga pada perkembangan anak adalah sebagai perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan kehidupan sosial.

. Pembelajaran IPS SD

1. Pengertian Pembelajaran IPS Di SD

Menurut Susanto (2016:137) “Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serat kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar dan menengah”. Menurut Ruminiati (dalam Yuanta, 2020) “IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan antropologi. Perpaduan tersebut dimaksudkan untuk membiasakan anak sejak usia sekolah dasar dalam memecahkan masalah sosial dengan pendekatan secara utuh tidak terkotak-kotak dari berbagai disiplin ilmu sosial”.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengembangkan pengetahuan, sikap dan keteramilan dan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan antropologi.

.2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Semua mata pelajaran tentunya memiliki ruang lingkup tersendiri tidak terkecuali mata pelajaran IPS menurut Susanto (2016:160) ruang lingkup IPS sebagai berikut : 1) Manusia, tempat, dan lingkungan.

2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

3) Sistem sosial dan budaya.

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

xviii

(19)

Ruang lingkup IPS menurut Sulfemi dan Nurhasanah (Sulfemi & Mayasari, 2019) menyangkut kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Sebagai program pendidikan, ruang lingkup IPS berhubungan dengan manusia sebagai anggota masyarakat dan dilengkapi dengan nilai-nilai yang menjadi karakteristik program pendidikan IPS.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, ruang lingkup IPS merupakan berhubungan dengan manusia, budaya, dan di lengkapi nilai-nilai yang menjadi karakteristik program pendidikan IPS.

.3. Tujuan Pembelajaran IPS di SD

Menurut Susanto (2016:150) menjelaskan bahwa “tujuan pelajaran IPS di SD sebagai berikut: :

1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelas di masyarakat.

2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah solusi yang terjadi dalam khidupan bermasyarakat.

3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dnegan sesama warga masyarakat dan bidang keilmuan serta bidang keahlian.

4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengambangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sapriya (Jumriani et al., 2021) mengemukakan bahwa tujuan dari mata pelajaran IPS, pertama, membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua, membekali peserta didik dengan kemampuan memahami, menelaah dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Ketiga, membekali peserta didik dengan menyadari nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta sikap berkomitmen. Keempat, membekali peserta didik dengan berbagai ilmu serta keahlian yang membuat peserta didik mampu berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dengan baik. Kelima, membekali peserta didik dengan menyadari pentingnya lingkungan hidup yang menjadi tempat berjalan kehidupan yang tidak terpisahkan dengan

(20)

keterampilan yang disertai dengan sikap mental yang positif. Keenam, membekali peserta didik dengan kemampuan pengetahuan dan keilmuan IPS yang harus dikembangkan dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu dan teknologi.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS membina peserta didik menjadi warga negara yang baik dan memiliki pengetahuan, keterampilan serta kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara.

5. Materi Pembelajaran

A. Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya Di Indonesia.

1. Keberagaman Aspek-aspek Budaya Yang Terdapat Di Indonesia.

Kebudayaan daerah di Indonesia menunjukkan adanya keankaragaman. Kebudayaan daerah di Indonesia juga memiliki keunikan.Hal ini karena setiap kebudayaan daerah dari setiap suku memiliki ciri khas masing-masing.

Kebudayaan daerah disebut juga kebudyaan suku. Disebut demikian karena kebudayaan suku. Disebut demikian karena kebudayaan daerah lahir dalam masyarakat suku bangsa yang ada di Indonesia. Kebudayaan daerah merupakan kekayaan bangsa Indonesia dan menjadi akar bagi kebudayaan nasional.

Adapun keragaman kebudayaan daerah di Indonesia antara lain sebagai berikut : a. Rumah Adat.

Bentuk rumah adat menunjukkan ciri khas kehidupan masyarat di daerah tersebut. Bentuk rumah juga dipengaruhi oleh lingkungan alam daerah tersebut. Beberapa contoh rumah ada di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

1) Rumah Jabu Balon dari batk, Sumatra Utara.

2) Rumah Limas dari Palembang, Sumatra Selatan.

3) Rumah Tongkahan dari Toraja, Sulewesi Selatan.

xx

(21)

b. Pakaian Adat/ Daerah.

Berikut beberapa contoh pakaian adat di Indonesia:

c. Lagu dan Tarian

daerah.

Lagu dan tarian daerah di indonesia di antaranya dapat dilihat pada table dibawah ini :

d. Alat Musik Daerah.

Jenis-jenis alat music daerah banyak dikenal anatara lain : 1) Angklung, calung, gamelan dari sunda, jawa barat 2) Gamelan, dari jawa timur, jawa tengah, dan Yogyakarta

(22)

3) Gamelan dari bali

e. Kesenian Teater Rakyat atau pertunjukan

Teater rakyat yang banyak di kenal oleh masyarakat antara lain : 1) Lenong dan Ondel-ondel dari betawi, DKI Jakarta 2) Wayang golek dari sunda, jawa barat

3) Ludruk dan Reong dari jawa timur

f. Cerita Rakyat.

Cerita rakyat yang terkenal, antara lain : 1) Putri Hijau dari Aceh

2) Nyi Roro kidul dari Yogyakarta 3) Jayaprana dari Bali

g. Senjata Tradisional.

Beberapa daerah memiliki senjata tradisional yang bebereda, antara lain :

1) Rencong dari Aceh 2) Karih dari Sumatra Barat 3) Pedang Jenawi dari Riau

xxii

(23)

B. Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan peningkatan hasil belaajr siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Konseptual merupakan kerangka berpikir peneliti tentang pelaksanaan peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas V di SDN 050715 Tanjung Beringin, pembelajaran IPS yang di lakukan oleh guru masih monoton, yaitu dengan metode ceramah serta tanya jawab saja tanpa memberikan model pembelajaran yang lebih menarik serta sesuai dengan materi pembelajaran. Sehingga hal tersebut membuat siswa merasa cepat bosan serta sulit dalam memahami materi pelajaran hingga pada akhirnya nilai hasil belajar siswa menjadi rendah. Melihat hal tersebut, peneliti memberikan solusi sebuah model pembelajaran yang tepat digunakan untuk permasalaha tersebut, yaitu dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai solusi alternatifnya.

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk saling aktif dalam kegiatan belajar, saling berdiskusi dengan temannya dan bertukar pikiran dalam pemecahan suatu masalah. Sehingga dengan begitu siswa mampu mengembangkan pemikirannya secara kritis dan logis dalam sebuah penyelesaian masalah yang ditemuinya.

Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu:

1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa.

(24)

2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti 3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok 4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Dengan demikian dapat diajukan kerangka berfikir atau kerangka teori sebagai berikut ini: apabila penerapan model pembelajaran Problem Based Learning digunakan dengan benar, baik serta tepat maka hal tersebut dapat menjadi solusi peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas V di SDN 050715 Tanjung Beringin tahun pelajaran 2023/ 2024.

Bagan I. Kerangka Konseptual

C. Hipotesis

xxiv

Tujuan yang ingin di capai (hasil)

Tindakan Kondisi Awal

1. Guru mampu menerapkan model pembelajaran Priblem Based Learning dalam KBM 2. Kegiatan KBM tidak akan bersifat monoton

3. Hasil belajar siswa akan membaik/ tidak rendah 4.Observasi kegiatan guru dan Hasil belajar kognitif dan afektif

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning dalam KBM 1. Guru masih

menggunakan model pembelajaran

konvensional berupa metode ceramah dan berpusat pada guru 2. Kegiatan KBM bersifat monoton, sehingga siswa cepat merasa bosan 3. Hasil belajar siswa yang rendah

Evaluasi

(awal, tindakan dan hasil)

(25)

Hipotesis merupakan praduga awal yang digunakan sebagai jawaban sementara atas hasil penelitian yang akan dilakukan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based learning terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 050715 Tanjung Beringin

H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based learning terhadap Hasil Belajar IPS siswa kelas V SDN 050715 Tanjung Beringin

BAB III

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian

Pada penelitian tindak kelas ini bertempat di SDN 050715 Tanjung Beringin, yang dilaksanakan pada 21 febuari 2024

.

B. Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V tahun ajaran 2023/2024 dengan jumlah siswa keseluruhan 26 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Objek penelitiannya yaitu Model Problem Based Learning.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Adapun model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Kurt Lewin. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing).Model ini terdiri dari empat komponen yaitu sebagai berikut:

PLANNING ACTING

(26)

REFLECTING OBSERVING

Model Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin di mulai dari tahapan perencanaan, tindakan, observasi kemudian refleksi pada bagian akhir.

 Perencanan yaitu tahapan membuat rancangan perencanaan yang akan di gunakan pada tahapan awal sampai akhir tindakan.

 Tahapan tindakan yaitu tahapan pengimplementasian dari rencana yang telah di buat pada tahap perencanaan.

 Tahapan observasi adalah tahapan mengamati kegiatan pada tahapan tindakan yang telah dilakukan oleh guru, serta untuk mengukur bagaimana keberhasilan dan ketidakberhasilan dari rencana yang telah dibuat.

 Ovservasi dilakukan dengan bantuan rekan sejawat sebagai obsever dalam

tindakannya serta sebagai pemberi masukan dan saran dari tahap tindakan yang telah dilakukan oleh guru.

 Kemudian tahap refleksi adalah tahapan untuk menarik kesimpulan dari hasil tahapan perencanaan sampai tahapan observasi yang telah dilakukan serta tahapan untuk mencari solusi terbaru dari kegiatan yang telah di lakukan selama 1 siklus.

Berikut adalah prosedur tahapan penelitian PTK yang digunakan oleh peneliti:

Siklus I

1. Perencanaan

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bersama guru membuat rencana pelaksanaan/tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Pada tahap perencanaan pelaksanaan/tindakan ini, perlu dilihat kembali refleksi awal yang telah dilakukan.

Kegiatan perencanaan difokuskan pada persiapan pelaksaan tindakan yang meliputi :

xxvi

(27)

a. Menyusun rencangan tindakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tahapan pembelajaran model Problem Based Learning. Hal ini meliputi tahapan RPP dan langkah-langkah model PBL. Adapun komponen RPP adalah kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan menetapkan materi, pelaksanaan pembelajaran, memilih media, sumber belajar, dan evaluasi. Sedangkan langkah-langkah model Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa.

2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti 3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok 4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Menyusun alat pedoman soal evaluasi, lembar penilaian afektif siswa, dan lembar observasi kegiatan guru.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan peneliti sudah melaksanakan pembelajaran IPS dengan penggunaan model Problem Based Learning (PBL) sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus.

Peneliti sebagai praktisi melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berupa kegiatan pembelajaran antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Kegiatan Awal (15 Menit) 1. Guru mengkondisikan kelas.

2. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa 3. Guru mengecek kehadiran siswa

4. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari hari ini b. Kegiatan Inti

1. Memberikan orinteasi tentang permasalahan keadaan siswa.

2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti.

3. Membatu investigasi mandiri dan kelompok.

4. Mengembangkan hasil.

5. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa.

c. Kegiatan Akhir

(28)

1. Guru bertanya jawab mengenai pembelajaran yang belum dipahami siswa.

2. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan LDK.

3. Guru memberikan pesan moral bahwa setiap manusia lakukan memiliki keragaman interaksi manusia masing-masing memiliki manfaat dan gunanya agar saling mengenal dan saling menghargai.

4. Guru bersama siswa untuk mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan bersyukur atas apa yang telah dipelajari hari ini.

3. Pengamatan

Tahapan ini peneliti menggunakan lembar observasi sebagai instrumen pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan dengan melibatkan bantuan teman sejawat sebagai observer kegiatan. Pada saat pengamatan, pengamatan berfokus pada bagaimana guru menggunakan model pembelajaran, respon siswa saat menerima materi dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning serta kesesuaian guru dengan pedoman RPP dan model pembelajaran yang digunakan. Kemudian untuk memberikan hasil pelaksanaan yang telah dilakukan, guru dapat mendapatkan saran serta masukan yang diberikan oleh observer, sehingga guru dapat memiliki evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan untuk siklus selanjutnya.

4. Refleksi

Tahapan ini peneliti melakukan kegiatan analisis tentang hasil observasi dari kegiatan yang telah dilakukan, sehingga memunculkan program atau rencana baru untuk siklus selanjutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

Tahap ini peneliti membuat RPP untuk siklus II yang merupakan perbaikan dari RPP siklus I yang sebelumnya telah diterapkan.

2. Pelaksanaan

Tahapan ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti pada siklus I hanya saja untuk pedoman RPP yang dibuat sedikit berbeda, karena adanya perbaikan.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan seperti pada siklus I yaitu dengan menggunakan bantuan observer dari teman sejawat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari proses

xxviii

(29)

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, apakah mengalami peningkatan dari siklus I atau malah sebaliknya. Sehingga disini observer sangat penting digunakan.

4. Refleksi

Tahapan ini peneliti menganalisa hasil dari pengamatan siklus II yang telah dilakukan guna mengetahui tingkat keberhasilan dari tujuan akhir penelitian

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam melakukan mengumpulkan data tentang semua proses penelitian yang dilakukan (Suharsimi, 2017:86). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian, diantaranya:

1. Lembar Wawancara

Lembar wawancara merupakan lembar yang digunakan untuk melakukan wawancara bersama narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah wali kelas V. Lembar wawancara dilakukan secara terstruktur, yaitu dengan membuat beberapa pertanyaan sebelum diberikan kepada narasumber, sehingga dengan begitu proses wawancara akan berjalan dengan lancar serta terstruktur. Hal ini dikarenakan sudah ada persiapan matang serta baik ketika akan melaksanakan wawancara, sehingga hal ini dapat menghindari dari hal-hal yang melenceng dari topik yang sedang dicari atau dibahas.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat yang digunakan dalam penelitian untuk mengamati objek penelitian yang sedang diamati. Objek di sini yaitu guru kelas V dan siswa kelas V. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi berupa tabel pernyataan yang kemudian memuat angka skor serta keterangan yang kemudian diisi oleh pengamatan yang membantu penelitian dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yang digunakan.

3. Soal Tes

Soal tes merupakan serangakaian soal-soal yang diberikan kepada siswa, sebagai tolak ukur dari penilaian dan pemahaman dari KD. aspek kognitif serta indikator pembelajaran. Soal tes dibuat berdasarkan KD, indikator dan materi pembelajaran yang diajarkan. dengan begitu, dengan memberikan soal tes, peneliti atau guru dapat

(30)

mengukur seberapa jauh pemahaman siswa terhadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan, khususnya dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning yang sebelumnya telah diterapkan dan dilakukan.

E. Teknik Analitis Data 1. Teknik analitis data

Teknik analisis data merupakan teknik yang dilakukan setelah guru melakukan pengumpulan data dalam penelitinnya. Kemudian setelah mengumpulkan data, peneliti menganalisi data tersebut untuk menjawab persoalan pada penelitian.

Dalam melakukan teknik analisis data, peneliti menggunakan jenis teknik kuantitatif dan kualitatif. Analisis data dalam PTK digunakan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.

Untuk menganalisis data hasil penelitian digunakan teknik analisi data berikut ini:

Data tes

Data tes dianalis dengan menggunakan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar berdasarkan penilaian. Dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas memperoleh nilai 70 nilai KKM mata pelajaran IPS. Dan untuk melihat peningkatan prestasi tersebut dapat digunakan

Rumus sebagai berikut : Mx = ∑ X

N Keterangan :

Mx: Mean

∑X : Jumlah nilai yang dicari N : Jumlah siswa dikelas

Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasiksal : P = F

N X 100%

Keterangan:

P : Angka Persentase

F : Frekuensi yang sedang dicari persentase atau siswa yang tuntas belajar N : Jumlah frekuensi banyak individu atau jumlah seluruh siswa.

xxx

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Aseggaf, Asrani dan Uep Tatang. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Analitis Melalui Model Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Vol.

01. No. 01. Agustus 2016.

Rahmadani. Metode Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning. Lantanida Journal. Vol. 07. No. 01. 2019.

Supriatna, E. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Journal of Classroom Action Research, 2(1), 15–

19.

Perdana, Lukad Valiant. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif SMK Di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol. 06. No. 01 . Februari 2016.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: ALFABETA . 2019.

Suardi Wekke Ismail. Metode Penelitian Sosial .Yogyakarta: CV. Adi Karya Mandiri.

2019.

Arikunto Suharsimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2017.

(32)

Satori Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung:

ALFABETA. 2012.

xxxii

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Tematik dengan Tema Peristiwa dalam Kehidupan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di kelas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media teka – teki silang,

”Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas 5 SDN Krandon Lor 01 Suruh Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017”2. Program

Tugas Akhir yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas 5 SDN Ngampon Kecamatan Ampel

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang menggunakan model Problem Based Learning PBL dengan media audiovisual pada peserta didik kelas V SDN Bulak Rukem I Surabaya, terdapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari model Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 29 Dadok Tunggul Hitam..

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan tentang Peningkatan Hasil Belajar IPAS Melalui Model Problem Based Learning PBL pada Siswa Kelas IV A SDN 1 Cirendang