• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Tinjauan Pustaka. sebagai tanggapan (penerimaan langsunga dari sesuatu) atau merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. Tinjauan Pustaka. sebagai tanggapan (penerimaan langsunga dari sesuatu) atau merupakan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Persepsi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan langsunga dari sesuatu) atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Persepsi merupakan hal yang bersifat subyektif, dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada indera mereka (Handayani, 2009).

Menurut Robbins (2008) “persepsi (perception) sebagai proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka”. Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif.

Walaupun seharusnya tidak perlu ada, perbedaan tersebut sering timbul.

Kasidi (2007) menjelaskan persepsi berarti analisis mengenai cara kita mengintegrasikan penyerapan kita terhadap hal-hal yang ada disekeliling kita dengan kesan-kesan atau konsep-konsep yang sudah ada dan selanjutnya mengenalinya.

Menurut Robbins (2008), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi individu adalah:

(2)

1. Faktor pelaku persepsi

Apabila seorang individu memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individual itu.

Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan merangsang individu- individu dan dapat merupakan suatu pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Oleh karena kepentingan individu berbeda-beda, apa yang dipersepsikan oleh satu orang dalam suatu situasi dapat berbeda dengan apa yang dipersepsikan orang lain. Faktor ini berkaitan dengan sikap, motif, kepentingan, pengalaman, dan pengharapan.

2. Faktor Objek

Karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Objek atau peristiwa yang belum pernah dialami sebelumnya akan lebih mencolok daripada yang pernah dialami masa lalu. Disamping itu, objekobjek yang berdekatan satu dengan yang lain cenderung dipersepsikan bersama-sama.

Sebagai akibat kedekatan fisik atau waktu, seiring individu menggabungkan objekobjek yang sebenarnya tidak berkaitan. Faktor objek ini meliputi ukuran, intensitas, dan kontras atau pertentangan.

3. Faktor situasi

Tekanan waktu, sikap orang lain, dan faktor-faktor situasi lain yang mempengaruhi persepsi.

(3)

2.1.2 Mahasiswa Akuntansi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan akuntansi adalah seni pencatatan dan pengiktisaran transaksi keuangan dan penafsiran akibat suatu transaksi terhadap suatu kesatuan ekonomi.

Mahasiswa akuntansi adalah orang yang terdaftar di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang mengambil jurusan akuntansi (Nurdin, 2013).

Mahasiswa akuntansi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi yang sedang atau telah menempuh mata kuliah pemeriksaan akuntansi I (auditing I).

2.1.3 Akuntan Publik

Menurut Janti (2005) Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang memberikan jasa pemeriksaan akuntan atau laporan keuangan yang disusun oleh manajemen. Mulyadi (2002) profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan.

Akuntan publik adalah sebagai orang yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dan praktik akuntan publik atau pihak ketiga yang ditunjuk oleh perusahaan untuk menilai kewajaran laporan yang telah

(4)

dibuat (Purwanti, 2009). Sedangkan menurut Hanif dan Putri (2014) Akuntan publik merupakan profesi pendukung kegiatan suatu entitas baik yang berorientasi laba maupun yang tidak berorientasi laba.

2.1.4 Independensi

Mulyadi (2002) mengatakan bahwa independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Akuntan publik yang independen adalah akuntan yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Menurut Suryaningtias (2003) Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pada pihak lain. Menurut Ika .S dan Wibowo (2011) Independensi merupakan sikap yang tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun dan tidak memihak kepentingan siapapun.

Arens (2003) mendefinisikan independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak didalam penyelenggaraan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit. Sikap tidak memihak ini dapat dibentuk dalam dua sudut pandang yaitu :

1) Independensi dalam sikap mental (Independence in fact) yang berarti akuntan dapat menjaga sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan pemeriksaan.

(5)

2) Independensi dalam penampilan (Independence in appearance) yang berarti akuntan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan keuangan.

2.1.5 Auditing

Menurut Munawir (1997) Auditing merupakan salah satu bidang akuntansi yang membahas tentang prinsip, prosedur dan metode perolehan dan penilaian bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran atau kesesuaian laporan keuangan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip akuntandi berterima umum.

Menurut Mulyadi (2002), auditing merupakan “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

A Statement Of Basic Auditing Concepts (ASOBAC) mendefinisikan Audit sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluai bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah

(6)

ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan (Abdul, 2001).

2.1.6 Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kantor akuntan publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) menggolongkan kantor akuntan publik ke dalam: (1)

kantor akuntan besar, dan (2) kantor akuntan kecil. Menurut AICPA, kantor akuntan besar adalah kantor akuntan yang telah telah melaksanakan audit pada perusahaan go pubic, sedangkan kantor akuntan kecil adalah kantor akuntan yang belum melaksanakan audit pada perusahaan go public (Supriyono, 1988 dalam Muswanto 2004).

Menurut Jusuf (1997) dalam Purwanti (2009) mengkategorikan ukuran KAP menjadi empat, yaitu

1. Kantor akuntan publik internasional (Big Four) 2. Kantor akuntan publik nasional

3. Kantor akuntan publik lokal dan regional 4. Kantor akuntan publik lokal kecil

2.1.7 Lamanya Hubungan Audit dengan Klien

Menurut Janti (2005) lamanya hubungan audit dengan klien, artinya waktu atau periode perikatan atau penugasan yang dilakukan oleh

(7)

klien pada auditor. AICPA (American Institute of Certified Publik Accountants) menggolongkan lamanya penugasan audit seorang partner

kantor akuntan publik dengan klien dibedakan menjadi dua yaitu : (1) lima tahun atau kurang; (2) lebih dari lima tahun (Shockley: 1981 dalam Prakoso & Ghozali: 2012).

Widodo (2004) dalam Hanif dan Putri (2014) menyatakan bahwa seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari 5 tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama, sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap independensi auditor, karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat.

2.1.8 Besarnya Audit Fee

Menurut Mulyadi (2002) audit fee merupakan fee yang diterima oleh akuntan publik setelah melaksanakan jasa auditnya, besarnya tergantung dari risiko penugasan, komplek sitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya kantor akuntan publik yang bersangkutan. Accountant International Study Group (1976) menjelaskan bahwa seorang auditor

harus menahan diri untuk menerima pemberian apapun dengan jumlah audit fee sebesar 10% atau melebihi total pendapatan audit (Prakoso dan Ghozali, 2012). Muswanto (2004) menyatakan bahwa Audit fee adalah honorarium atau penghasilan yang diterima suatu kantor akuntan publik dari suatu klien tertentu.

(8)

Audit fee adalah imbalan berupa sejumlah uang tertentu yang diperoleh akuntan ataupun KAP dari klien atas jasa yang diberikan dengan dasar pembebanannya, waktu dan biaya yang digunakan akuntan dalam menjalankan keahlian (Hanif dan Putri, 2014). Kode etik IAI 2011 menyatakan, bahwa anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi akuntan publik.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian Janti (2005) tentang persepsi masyarakat tentang independensi auditor dalam penampilan menyimpulkan bahwa ukuran kantor akuntan publik dan audit fee berpengaruh positif terhadap independensi auditor dalam penampilan, sedangkan variabel yang berpengaruh negatif yaitu ikatan keuangan, pemberian jasa lain selain audit, lamanya hubungan audit, persaingan antar KAP, hubungan sosial, pelayanan dari klien.

Penelitian Prakoso dan Ghozali (2012) tentang perepsi akuntan publik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap independensi auditor, lama hubungan audit memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap independensi auditor dan audit fee memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap independensi auditor.

(9)

Penelitian Muswanto (2004) tentang persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap independensi penampilan akuntan publik menunjukkan bahwa faktor kepentingan keuangan & hubungan usaha dengan klien, faktor pemberian jasa lain selain audit, lamanya hubungan audit, ukuran kantor akuntan publik, dan audit fee berpengaruh negatif terhadap independensi penampilan akuntan publik sedangkan faktor persaingan antar kantor akuntan publik, faktor advertensi tidak mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik. Minanda (2011) tentang persepsi manajer perusahaan waralaba terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik menunjukkan bahwa ikatan kepentingan keuangan & hubungan usaha dengan klien dan besarnya audit fee berpengaruh signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik, sedangkan persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap independensi penampilan akuntan publik.

Penelitian Pratono & Lestari (2012) tentang persepsi akuntan publik terhadap audit fee, jasa selain audit, profil KAP, hubungan audit yang lama antara KAP dengan klien terhadap independensi auditor dalam KAP di Surabaya menunjukkan bahwa audit fee, jasa selain audit dan hubungan audit yang lama berpengaruh negatif terhadap independensi akuntan publik sedangkan profil KAP berpengaruh positif terhadap independensi akuntan publik. Penelitian Cahyadi (2011) tentang persepsi mahasiswa akuntansi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik

(10)

menunjukkan bahwa lamanya hubungan KAP dengan klien, persaingan antar KAP, pelaksanaan jasa non audit tidak berpengaruh terhadap independensi akuntan publik, profil KAP berpengaruh positif terhadap Independensi akuntan publik, sedangkan hubungan sosial dengan klien dan audit fee berpengaruh negatif terhadap independensi akuntan publik.

Penelitian Yanthi dkk (2012) tentang persepsi akuntan publik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik menunjukkan bahwa Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien berpengaruh negatif terhadap independensi akuntan publik, persaingan antar kantor akuntan publik berpengaruh negatif terhadap independensi akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik berpengaruh positif terhadap independensi akuntan publik, dan audit fee berpengaruh negatif terhadap independensi akuntan publik.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menjelaskan mengenai persepsi mahasiswa akuntansi terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa tentang independensi akuntan publik. Faktor-faktor tersebut yaitu ukuran kantor akuntan publik (KAP), lamanya hubungan audit dengan klien, dan besarnya audit fee. Studi pada mahasiswa jurusan akuntansi perguruan tinggi di Purwokerto.

Penelitian Prakoso & Ghozali (2012) menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

(11)

independensi auditor, penelitian ini menggunakan persepsi manajer keuangan perusahaan perbankan di Semarang yang dibagikan melalui kuesioner.

Penelitian Janti (2005) tentang persepsi masyarakat tentang independensi auditor dalam penampilan menunjukkan lamanya hubungan audit perpengaruh negatif terhadap independensi akuntan publik. Penelitian Muswanto (2004) tentang persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap independensi penampilan akuntan publik menunjukkan audit fee berpengaruh negatif terhadap independensi penampilan akuntan publik.

Berikut ini kerangka pemikiran teoritis penelitiannya disajikan pada Gambar 2.3.

H1+

H2-

H3- PERSEPSI MAHASISWA

AKUNTANSI TENTANG UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TENTANG BESARNYA AUDIT FEE PERSEPSI MAHASISWA

AKUNTANSI TENTANG LAMANYA HUBUNGAN AUDIT

DENGAN KLIEN

PERSEPSI MAHASISWA

TENTANG INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK

(12)

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh persepsi mahasiswa akuntansi tentang ukuran kantor akuntan publik (KAP) terhadap persepsi mahasiswa tentang independensi akuntan publik

Penelitian Janti (2005) tentang persepsi masyarakat tentang independensi auditor menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh positif terhadap independensi auditor. Kantor akuntan publik yang besar lebih independen dibandingkan kantor akuntan publik yang lebih kecil, alasannya bahwa kantor akuntan publik yang besar hilangnya satu klien tidak begitu berpengaruh terhadap pendapatannya, sedangkan kantor akuntan publik yang kecil hilangnya satu klien sangat berarti karena kliennya sedikit. (Prakoso dan Ghozali, 2012)

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Persepsi mahasiswa akuntansi tentang ukuran kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa tentang independensi akuntan publik

(13)

2.4.2 Pengaruh persepsi mahasiswa akuntansi tentang lamanya hubungan audit dengan klien terhadap persepsi mahasiswa tentang

independensi akuntan publik

Penugasan lebih dari lima tahun dianggap dapat mempengaruhi independensi akuntan publik secara negatif karena jangka waktu tersebut dianggap lama. Karena penugasan yang terlalu lama, kemungkinan dapat mendorong akuntan publik kehilangan independensinya (Minanda, 2011). Penelitian Prakoso dan Ghozali (2012) tentang persepsi akuntan publik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor menunjukkan bahwa lama hubungan audit memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap independensi auditor.

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Persepsi mahasiswa akuntansi tentang lamanya hubungan audit dengan klien berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa tentang independensi akuntan publik

2.4.3 Pengaruh persepsi mahasiswa akuntansi tentang besarnya audit fee terhadap persepsi mahasiswa tentang independensi akuntan publik

Biaya jasa audit yang besar dapat memengaruhi independensi auditor, dengan alasan bahwa kantor akuntan publik yang menerima audit fee yang besar akan merasa tergantung pada klien, meskipun laporan keuangan klien mungkin tidak sesuai dengan prinsip akuntansi

(14)

berterima umum dan kantor akuntan publik yang menerima audit fee yang besar dari seorang klien akan takut kehilangan klien tersebut, karena akan kehilangan sebagian besar pendapatannya, sehingga perilaku mereka cenderung tidak independen (Suyatmini, 2002 dalam Yanti, Sudarman, Achsin, 2012).

Penelitian Muswanto (2004) tentang persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap independensi penampilan akuntan publik menunjukkan audit fee berpengaruh negatif terhadap independensi penampilan akuntan publik. Cahyadi (2011) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik menunjukkan bahwa audit fee berpengaruh negatif signifikan terhadap independensi akuntan publik.

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Persepsi mahasiswa akuntansi tentang besarnya audit fee berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa tentang independensi akuntan publik.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu solusi yang bisa diberikan dari permasalahan tersebut adalah dengan mensosialisasikan informasi obat menggunakan aplikasi pencarian obat berdasarkan jenis

[r]

Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penggunaan

Output Py-IonoQuake memperlihatkan adanya anomali TEC pada tanggal 4 dan 7 Februari 2016 yang dapat dipertimbangkan sebagai prekursor gempa bumi, sementara anomali

Berkenaan dengan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengaruh bimbingan belajar dari orang tua adalah daya yang dimiliki orang tua untuk mempengaruhi

Vanity Fair oleh WM Thackeray. Data diambil dari novel Vanity Fair oleh WM Thackeray. Peneliti membaca novel, memilih, dan mengumpulkan dialog yang mengandung address terms,

Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang proses gerinda permukaan menggunakan kedalaman pemakanan, kecepatan meja, dan cairan pendingin bertekanan tinggi adalah semakin

yang berbeda, maka tiap LED harus dinyalakan secara bergantian dengan perioda nyala tertentu.  Jika perioda nyala LED cukup lama