• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL GELANG GIOK NAGA KARYA LENY HELENA: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL GELANG GIOK NAGA KARYA LENY HELENA: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL GELANG GIOK NAGA KARYA LENY HELENA:

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH:

RIDHO PRANATA 170701030

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

Universitas Sumatera Utara

(4)

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ridho Pranata NIM : 170701030 Jurusan : Sastra Indonesia Fakultas : Ilmu Budaya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Struktur Kepribadian Tokoh Utama Novel Gelang Giok Naga Karya Leny Helena: Kajian Psikologi Sastra” yang saya tulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi. Skripsi ini saya hasilkan setelah melalui proses penelitian, bimbingan, dan diskusi. Semua kutipan yang diperoleh telah disertai identitas sumbernya dengan cara yang sebagaimana lazimnya dalam penulisan karya ilmiah. Apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab saya.

Medan, Oktober 2021

Penulis

Ridho Pranata

(5)

STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL GELANG GIOK NAGA KARYA LENY HELENA: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

Oleh Ridho Pranata

170701030

ABSTRAK

Karya sastra merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan dengan bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan dengan bahasa sebagai mediumnya. Tokoh dengan kepribadiannya merupakan salah satu unsur penentu plot maupun fondasi penting pada sebuah karya sastra. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena dengan kajian psikologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan psikologi sastra. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pembacaan heuristik dan hermeneutik.

Sementara itu Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud berupa struktur kepribadian yang meliputi id, ego dan superego. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Tokoh Yang Kuei Fei memiliki struktur kepribadian yang didominasi oleh id dan ego; (2) Tokoh A Sui memiliki struktur kepribadian yang didominasi oleh ego; (3) Tokoh A Lin memiliki struktur kepribadian yang didominasi oleh ego; (4) Tokoh Swanlin memiliki struktur kepribadian yang didominasi oleh ego.

Kata kunci: tokoh, psikologi, struktur kepribadian

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, berkat rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Struktur Kepribadian Tokoh Utama Novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena: Kajian Psikologi Sastra”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, pengarahan, saran-saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dr. Dra. T. Thyrhaya Zein, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D. sebagai Wakil Dekan I, Dra.

Heristina Dewi, M.Pd. sebagai Wakil Dekan II, Mhd Pujiono, S.S., M.Hum., Ph.D. sebagai Wakil Dekan III.

2. Dr. Dwi Widayati, M.Hum. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia dan Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia.

3. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, perhatian, ketelitian, dan semangat demi kemajuan penulisan skripsi yang penulis lakukan dan memberikan saran-saran perbaikan dalam pengerjaan skripsi ini.

(7)

4. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. dan Emma Marsella S.S., M.Si.

sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukkan, serta motivasi dan kritik yang membangun dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis mengikuti kegiatan akademis pada perkuliahan. Terima kasih juga kepada Bapak Joko yang telah membantu penulis mengurus keperluan administrasi.

6. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti untuk penulis. Terutama kepada Ibunda Zamilah dan Ayahanda Zulkifli terima kasih atas semua usaha dan pengorbanan yang tak terhingga demi kepentingan dan kebaikan penulis. Kepada Kakanda Nur Anisa, Abangda Rahmad Juliono, dan Kakanda Nurul Hikmah yang merupakan saudara dan saudari kandung yang turut serta mengiringi perjalanan penulis.

7. Kakanda Leny Helena sebagai penulis novel Gelang Giok Naga yang berhasil membuat penulis tertarik untuk mengkaji kepribadian pada setiap tokoh utama novel Gelang Giok Naga.

8. Kepada Ricky yang telah mengenalkan novel Gelang Giok Naga kepada penulis. Kepada Abangda Rozy Rizkyansyah yang telah memberikan motivasi dan doa. Kepada teman seperjuangan Yusuf, Iqbal, Rizky, Anggi, Eki, Budi, dan Jul untuk segala dukungan dan doanya. Kepada

(8)

Wahyu, Rahman, Ifa, Putri, dan Syah yang telah memberikan doa dan menemani penulis membeli laptop untuk pengerjaan skripsi penulis.

9. Kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2017 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan dan doanya. Kepada keluarga besar UKMI Al- Ilmi terima kasih untuk dukungan dan doanya.

Penelitian ini ditulis dengan sungguh-sungguh oleh penulis. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa penelitian ini belumlah sempurna. Segala bentuk kritik dan saran akan diterima oleh penulis sebagai refleksi di masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2021

Penulis

Ridho Pranata

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... .i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 3

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Konsep ... 5

2.1.1 Novel ... 5

2.1.2 Tokoh Utama ... 5

2.1.3 Kepribadian ... 5

2.2 Landasan Teori ... 6

2.2.1 Psikologi Sastra ... 6

2.2.2 Psikoanalisis Sigmund Freud ... 7

2.2.3 Struktur Kepribadian Sigmund Freud ... 7

2.3 Tinjauan Pustaka ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

3.1. Metode Penelitian ... 12

3.2 Sumber Data ... 12

3.2.1 Sumber Data Primer... 12

3.2.2 Sumber Data Sekunder ... 13

(10)

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 13

3.4 Teknik Analisis Data ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Struktur Kepribadian Tokoh Utama Novel Gelang Giok Naga ... 15

4.1.1 Struktur Kepribadian Yang Kuei Fei ... 15

4.1.2 Struktur Kepribadian A Sui ... 20

4.1.3 Struktur Kepribadian A Lin ... 33

4.1.4 Struktur Kepribadian Swanlin ... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN I ... 83

LAMPIRAN II ... 85

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan dengan bahasa sebagai mediumnya. Sebuah karya sastra muncul dari refleksi seorang pengarang tentang pengalamannya atau kehidupan di sekitarnya. Apa yang terkandung dalam sastra bukan sekadar pesan, namun juga nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sastra menyampaikan apa yang hendak disampaikan dengan cara eksplisit (langsung), dan ada pula yang disampaikan secara implisit (tidak langsung).

Sastra terdiri dari tiga genre, yaitu drama, puisi dan prosa. Ketiga genre tersebut memiliki berbagai konvensi khasnya masing-masing. Salah satu genre prosa, memiliki subgenre yang dikenal dengan sebutan novel. Novel merupakan karya sastra yang disajikan dalam bentuk rangkaian cerita panjang.

Terdapat berbagai unsur-unsur yang menjalin korelasi satu sama lain dalam rangka membentuk sebuah novel. Salah satu unsur novel yang paling penting adalah tokoh dan penokohan. Tokoh sebagai unsur yang diberi watak dan perilaku, mengemban setiap kejadian dalam cerita. Tanpa tokoh dan penokohan, novel tidak akan dapat terbentuk sama sekali.

Penokohan dan perwatakan memiliki kaitan yang sangat erat. Penokohan berkaitan dengan cara pengarang memberi nama dan memilih tokoh-tokohnya, sedangkan perwatakan berkaitan dengan watak atau perilaku tokoh-tokoh tersebut. Setiap tokoh memiliki perbedaan pada wataknya, tak terkecuali dalam hal kepribadian.

Pada studi sastra, terdapat kajian bernama psikologi sastra. Tokoh dan penokohan dapat dikaji dengan psikologi sastra. Psikologi sastra lahir sebagai salah satu jenis kajian sastra yang digunakan untuk membaca dan menginterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra, dan pembacanya. Psikologi sastra berlandaskan atas dasar konsep dan kerangka teori yang ada dalam bidang psikologi untuk memperkuat hasil kajiannya.

Menurut Roekhan dalam (Endraswara, 2013) psikologi sastra dibagi menjadi tiga pendekatan, pertama pendekatan tekstual, yakni mengkaji aktivitas kejiwaan tokoh yang ada pada karya sastra tersebut. Kedua pendekatan reseptif-pragmatik, yaitu mengkaji

(12)

aspek kejiwaan pembaca yang menjadi penikmat karya sastra. Terakhir pendekatan ekspresif, yaitu pendekatan yang mengkaji psikologis pengarang yang menciptakan karya sastra tersebut.

Terdapat teori psikoanalisis yang dikemukakan oleh seorang psikolog bernama Sigmund Freud dalam mengkaji kepribadian. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. Freud membedakan struktur kepribadian manusia menjadi tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga struktur tersebut masing-masing memiliki fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamika sendiri-sendiri. Id, ego, dan superego saling berhubungan sehingga tidak mungkin untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah laku selalu merupakan hasil kerja sama dari ketiga struktur tersebut.

Pada penelitian ini, dipilih tokoh utama novel Gelang Giok Naga sebagai bahan kajian. Novel Gelang Giok Naga merupakan ekspansi dari sebuah cerita bersambung berjudul Gelang Giok, pemenang harapan Sayembara Mengarang Cerber Femina tahun 2004. Cerita bersambung ini kemudian dijadikan sebuah novel oleh penulisnya untuk mengembangkan cerita tersebut menjadi cerita yang lebih panjang dan menarik dengan judul Gelang Giok Naga. Pada novel Gelang Giok Naga terdapat empat tokoh utama, Yang Kue Fei, A Lin, A Sui, dan Swanlin. Novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena dibuka dengan perjalanan hidup Yang Kuei Fei, seorang wanita pintar dan ambisius. Ia merupakan selir kesayangan Kaisar Cina di masa Dinasti Ching. Yang Kuei Fei dihadiahi gelang giok dengan hiasan naga emas oleh Kaisar. Ketika Kaisar terbunuh, Yang Kuei Fei dicurigai sebagai tersangka. Karena takut, Yang Kue Fei kemudian melarikan diri dari kerajaan dan membawa gelang giok pemberian Kaisar. Gelang giok tersebut kemudian berpindah tangan dari generasi ke generasi. Dimulai dari A Sui, imigran Cina yang berambisi untuk menemui suaminya di Batavia (Jakarta) pada tahun 1937. Sesampai di Indonesia, hidup A Sui tidak berjalan mulus. Untuk menyambung hidup, A Sui terpaksa menggadaikan gelang giok pemberian ibunya. A Sui melewati masa sulitnya dengan sabar. Gelang giok itu A Sui gadaikan kepada A Lin, seorang wanita kaya di Batavia. A Lin merupakan pedagang sukses yang cerdik dan ulet. Pada akhirnya A Sui dan A Lin disatukan menjadi keluarga setelah kedua anak mereka menikah. Pernikahan tersebut melahirkan Swanlin, seorang gadis aktif dan berani yang disayangi oleh kedua

(13)

neneknya. Swanlin terus tumbuh dewasa, dan kemudian menjadi pemilik kesekian dari gelang giok yang menjadi benang merah sekaligus judul novel ini.

Novel Gelang Giok Naga mendeskripsikan perjalanan hidup empat tokoh wanita beda generasi yang dihubungkan oleh Gelang Giok Naga. Kepribadian tiap karakter memiliki pengaruh besar dalam proses terjadinya alur atau kejadian yang ada pada ceritanya. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena dengan kajian psikologi sastra.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah digunakan untuk menghindari pelebaran pembahasan. Dalam penelitian ini, peneliti membahas struktur kepribadian menggunakan teori psikonalisis Sigmund Freud yaitu struktur kepribadian id, ego, dan superego tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, telah didapatkan suatu permasalahan yang akan diteliti, yaitu: Bagaimanakah struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena ditinjau dengan kajian psikologi sastra?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena ditinjau dengan kajian psikologi sastra.

1.4.2 Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah dan perkembangan ilmu sastra dengan tinjauan psikologi, terkhusus ditujukan untuk mahasiswa sastra Indonesia dan masyarakat umum.

(14)

B. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca terkait struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena dengan menggunakan kajian psikologi sastra.

2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan menjadi rujukan untuk peneliti selanjutnya, guna memperluas khazanah ilmu sastra dalam bidang kajian psikologi sastra.

(15)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep, yaitu:

2.1.1 Novel

Menurut Abrams (dalam Al-Ma’ruf dan Nurgahani, 2017:74) novel merupakan salah satu bagian dari genre sastra di samping cerita pendek (cerpen), puisi dan drama.

Novel adalah cerita fiksi atau rekaan, disebut juga sebagai teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse). Cerita rekaan merupakan cerita naratif yang isinya tidak menyatakan kebenaran sejarah atau tidak terjadi dalam dunia nyata. Tokoh, tempat, dan peristiwa yang ada dalam cerita rekaan (fiksi) bersifat imajinatif atau tidak nyata.

2.1.2 Tokoh Utama

Menurut Aminuddin (dalam Nurgiyantoro, 2013:79) tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan.

2.1.3 Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari bahasa Inggris yaitu personality. Kata personality berasal dari bahasa Latin yaitu persona yang berarti topeng. Kepribadian layaknya sebuah topeng, melihat kepribadian sebagai individu yang tampil di hadapan publik.

Artinya kepribadian seperti ini mengimplikasikan bahwa aspek-aspek penting dari kepribadian setiap individu akan tetap tersembunyi (Koeswara, 1991:10).

Gordon Allport (dalam Koeswara, 1991:11) merumuskan kepribadian sebagai

“sesuatu” yang terdapat di setiap individu untuk membimbing dan memberi petunjuk terhadap seluruh tingkah laku pada setiap individu. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Sistem psiko-fisik yang dimaksud menunjukkan bahwa

(16)

“jiwa” dan “raga” manusia adalah suatu sistem terpadu dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku dan setiap individu akan memiliki tingkah laku dengan caranya sendiri karena setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori kepribadian yang digagas dan dikembangkan oleh Sigmund Freud atau lebih dikenal sebagai teori psikoanlisis. Teori psikoanalisis terdiri dari tiga unsur, yakni id, ego, dan superego. Ketiga unsur kepribadian ini saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk suatu totalitas dan memiliki fungsi, kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme, dan mekanismenya sendiri (Koeswara, 1991:32). Teori psikoanalisis digunakan untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena.

2.2.1 Psikologi Sastra

Karya sastra tidak pernah lepas kaitannya dari psikologi. Psikologi berperan penting khususnya dalam novel, perwatakan dan tokoh dalam novel sangat erat kaitannya dengan psikologi. Jatman (dalam Endraswara, 2008:97) berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memiliki kaitan yang erat, secara langsung dan fungsional. Kaitan secara tak langsung baik sastra dan psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Memiliki hubungan fungsional karena keduanya mempelajari kejiwaan seseorang. Perbedaan keduanya hanya terletak pada gejalanya saja, dalam psikologi gejala yang ada nyata, sedangkan dalam sastra hanya bersifat imajinatif.

Karya sastra yang berupa sebuah novel cenderung merupakan hasil dari konstruksi pemikiran imajinatif melalui medium bahasa yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dilakukan oleh tokoh rekaan. Untuk menjadi sebuah karya sastra, pengarang harus mengungkapkan kekhasan dari karakter atau kepribadian tokoh.

Novel merupakan salah satu karya sastra yang dapat dikaji pemahamannya dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra. David Lodge (dalam Efendi, 2019:74) mengungkapkan sastra sebagai catatan kesadaran manusia yang terkaya dan terlengkap

(17)

yang pernah kita miliki. Menurutnya, novel dianggap paling sukses dalam menggambarkan pengalaman manusia yang bergerak melalui ruang dan waktu.

2.2.2 Psikoanalisis Sigmund Freud

Sigmund Schlomo Freud atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sigmund Freud merupakan seorang ilmuan di bidang psikologi yang terkenal dengan teori psikoanalisisnya. Freud merupakan seorang keturunan Yahudi yang lahir di Austria pada tahun 1985 dan meninggal pada usia 83 tahun.

Sigmund Freud dikenal sebagai seorang yang kreatif dan produktif, dalam sehari Sigmund Freud bisa menghabiskan 18 jam waktunya hanya untuk menuliskan karya- karyanya. Nama Sigmund Freud mulai dikenal di kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanleyy Hall, untuk memberi serangkain kuliah di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts.

Peranan Freud dalam teori psikologi sangat luas jangkauannya sehingga tidak mudah menjelajahnya. Freud mengembangkan teknik psikoanalisis sebagai suatu metode penyembuhan penyakit kejiwaan, dan dia merumuskan teori struktur pribadi manusia dan juga mengembangkannya. Ia berpendapat bahwa sebagian besar kehidupan individu dikuasi oleh alam bawah sadar, sehingga banyak tingkah laku yang didasari oleh suatu hal yang tidak disadari, seperti dorongan atau keinginan. Tekanan terhadap kenginan dan dorongan akan membuatnya tetap hidup di alam bawah sadar dan secara mendadak bisa meminta untuk dipuaskan.

Psikoanalisis sampai saat ini masih dianggap sebagai salah satu gerakan terbaru sebagai perubahan dan perkembangan ilmu di bidang psikologi yang diawali dengan satu metode pengobatan penderita sakit mental atau kejiwaan, dan hingga saat ini menjadi suatu konsepsi baru tentang manusia. Sigmun Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran, hal ini dikarenakan hipotesis pokok psikoanalisis Freud menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan dan dipengaruhi motif-motif tak sadar.

2.2.3 Struktur Kepribadian Sigmund Freud

Menurut pendapat Freud, kehidupan jiwa memiliki tingkatan kesadaran yang terbagi menjadi tiga, yakni sadar (conscious), bawah sadar (preconscious), dan tidak

(18)

sadar (unconscious). Alam sadar adalah sesuatu yang kita sadari pada saat tertentu.

Berkaitan erat dengan alam bawah sadar, yaitu kenangan yang dapat dipanggil ke alam sadar walaupun tidak kita ingat ketika berpikir tetapi dapat dipanggil lagi. Alam tidak sadar merupakan bagian terbesar, hal ini disebabkan karena bagian ini mencakup segala sesuatu yang tidak kita sadari tetapi dapat mendorong perasaan, tindakan, dan perkataan kita.

Freud (dalam Zaviera, 2007:91) mengemukakan bahwa alam bawah sadar merupakan suatu sumber dari motivasi dan dorongan yang ada pada diri kita, baik itu berupa hasrat sederhana atau seks, daya-daya neurotik, atau sesuatu yang mendorong seorang ilmuwan untuk berkarya.

Berdasarkan konsep tingkat kesadaran yang dikemukakannya, Freud mengemukakan bahwa terdapat tiga komponen struktur kepribadian pada manusia.

Ketiga komponen tersebut adalah id (tidak sadar), ego (tidak sadar, prasadar, sadar), dan superego (tidak sadar, prasadar, sadar).

1. Id (Das Es)

Id merupakan suatu komponen dalam kepribadian manusia yang telah ada sejak manusia lahir. Id juga sebagai bagian paling orisinil dan primitif dalam kepribadian manusia, id sebagai tempat penyimpanan seluruh kebutuhan mendasar manusia seperti, istirahat, minum, makan atau rangsangan seksualitas dan agresivitas. Hal ini bekerja secara bersamaan untuk memengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda. Misalnya, seseorang bisa membenci dan berperilaku agresif terhadap orang-orang terdekat yang dicintainya. Freud menyakini bahwa dorongan ini mencari ekspresi pemuasan dalam realitas eksternal (Rokhmansyah, 2014:162).

Id bersifat amoral dan bekerja sesuai dengan prinsip kenikmatan, apabila pemenuhan kebutuhan id terlambat maka akan terjadi konflik yang menyebabkan timbulnya rasa sakit, gelisah dan perasaan tidak nyaman. Untuk memenuhi kebutuhannya, ada dua cara yang dilakukan id untuk mengurangi ketegangan yang timbul, yaitu melalui refleks atau reaksi-reaksi otomatis seperti berkedip, dan proses primer dengan membayangkan makanan pada saat lapar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang bisa merealisasikan imajinasi tersebut menjadi kenyataan, yakni ego.

(19)

Id sebenarnya tidak lain tidak bukan merupakan representasi psikis kebutuhan- kebutuhan biologis manusia yang mendasar (Zaviera, 2007:92).

2. Ego (Das Ich)

Ego berperan dalam rangka membantu manusia membuat kontak dengan realitas.

Untuk bisa memuaskan rasa laparnya, bayi harus beradaptasi dengan menyesuaikan antara makanan yang hanya sebatas imajinasinya dengan makanan yang sebenarnya.

Hanya egolah yang menjalankan fungsi ini dengan cara membedakan antara objek yang sebatas imajinasi dengan objek yang ada di dunia nyata (Rokhmansyah, 2014:163).

Ego bekerja dan berfungsi berdasarkan prinsip realitas. Ego memenuhi kebutuhan manusia dengan objek-objek yang sesuai dan bisa ditemukan di dunia. Ego merepresentasikan realitas kenyataan dan akal sampai tingkat tertentu (Zaviera, 2007:94). Freud (dalam Minderop, 2010:21) berpendapat bahwa ego terjebak di antara dua kekuatan yang saling bertentangan dan patuh pada prinsip-prinsip realitas dengan memenuhi kebutuhan atau kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas.

Ego menuntut penundaan tindakan sampai ia dapat menentukan apa yang harus dihadirkan sebagai objek realitasnya dan ego juga yang memilih rangsangan apa yang harus dipenuhi, kapan dan bagaimana cara memenuhi dan memuaskannya. Freud menyatakan (dalam Rokhmansyah, 2014:163) ego dan superego seperti tempat di mana tentara selalu bertempur. Ego bekerja pada bidang kesadaran, walaupun terkadang dapat bekerja di alam ketidaksadaran dan menjadi pelindung individu dari gangguan-gangguan yang disebabkan oleh id dan superego.

3. Superego (Das Uberich)

Superego merupakan kesadaran akan peraturan dan nilai-nilai moral. Superego sebagai proses internalisasi individu tentang nilai-nilai moral yang ada pada masyarakat. Setiap individu akan mendapatkan nilai-nilai moral dari orang tuanya, seperti berperilaku yang baik dan tidak dalam keadaan tertentu (Rokhmansyah, 2014:163).

Freud berpendapat bahwa superego dibentuk melalui jalan internalisasi, yang berarti larangan-larangan atau perintah yang berasal dari luar (misalnya orang tua).

(20)

Aspek-aspek yang melatarbelakangi superego diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam, sehingga larangan yang tadinya dianggap “asing” bagi subjek, akhirnya dianggap berasal dari subjek sendiri. Superego memiliki dua bagian yaitu, nurani (conscience) dan ego ideal. Nurani merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan. Ego ideal berasal dari sikap positif seperti pujian dan semacamnya. Nurani dan ego ideal sangat mudah bertentangan dengan apa yang muncul dari id (nafsu dan keinginan) (Zaviera, 2007:94). Superego tidak lain tidak bukan merupakan dasar moral seseorang dan berkaitan dengan id, superego juga menuntut apapun yang diinginkan harus segera dipenuhi secara sempurna.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada hakikatnya suatu penelitian berasal dari sumber acuan yang mendasarinya. Tinjauan pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Sebelumnya telah ada dilakukan penelitian sastra menggunakan teori psikologi sastra dengan menerapkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud dengan objek yang berbeda. Berikut beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi dan jurnal:

1. Dwi Setyawati Sinaga (Unnes, 2015) dalam skripsi yang berjudul “Id, Ego, dan Superego Tokoh-Tokoh dalam Cerpen L’Enfant dan Le Papa de Simon Karya Guy de Maupassant Berdasarkan Teori Psikoanalisis Sigmund Freud”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek psikologis Id, Ego, Superego, dan mendeskripsikan kemiripan tokoh-tokoh dalam cerpen L’Enfant dan Le Papa de Simon karya Guy de Maupassant berdasarkan teori Sigmund Freud. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan cara menemukan dan mendeskripsikan fakta-fakta untuk dianalisis.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kedua tokoh utama cerpen L’Enfant dan Le Papa de Simon yaitu Jacques dan Simon mempunyai aspek id yang sangat kuat. Terdapat pula kesamaan pada tokoh utama cerpen L’Enfant dan Le Papa de Simon, Jacques dan Simon memiliki kesamaan yaitu sama-sama mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan keinginannya sehingga mendorong mereka untuk melakukan berbagai macam cara dalam

(21)

mewujudkan keinginannya tersebut, meskipun mereka mempunyai watak yang berbeda-beda. Skripsi ini memberikan kontribusi kepada peneliti untuk memahami kepribadian tokoh-tokoh dalam Cerpen L’Enfant dan Le Papa de Simon Karya Guy de Maupassant dengan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud yaitu id, ego, dan superego.

2. Windasari (UNM, 2018) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tokoh Utama dalam Novel Dua Tanda Kurung Karya Handoko F Zainsam: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud”. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan secara rinci struktur kepribadian tokoh utama dan mendeskripsikan mekanisme pertahanan ego dalam novel Dua Tanda Kurung karya Handoko F Zainsan dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Dua Tanda Kurung karya Handoko F Zainsam mengacu pada tiga unsur kepribadian Sigmund Freud yakni id, ego, dan superego. Mekanisme pertahanan ego tokoh utama dalam novel Dua Tanda Kurung karya Handoko F Zainsam tercermin dalam karakter-karakter tokoh utama untuk mempertahankan egonya di tengah permasalahan atau konflik yang sedang terjadi. Skripsi ini menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud yang berkontribusi membantu peneliti untuk dapat lebih memahami struktur id, ego, dan superego.

3. Francisco, Okto (UNY, 2014) skripsi ini berjudul “Kepribadian Tokoh Utama dalam Roman Momo Karya Michael Ende: Analisis Psikologi Sastra”. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana kepribadian tokoh utama Momo yang praktis, bijaksana, riang gembira, mudah mengerti, tidak tenang, teliti, ingatan baik, suka menolong, pantang menyerah, dan persoalan terasa berat dan memiliki tipe kepribadian yang bersifat plegmatis, apatis, dan sanguine.

Skripsi ini memberikan kontribusi kepada peneliti dalam memahami kepribadian pada tokoh utama.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya secara holistis, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang menggunakan seluruh penafsiran dengan menyajikan data. Penelitian ini mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena dengan menggunakan kajian psikologi sastra. Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami.

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Ratna (2016:143) memperoleh data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

3.2.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini berupa novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena.

Judul : Gelang Giok Naga Pengarang : Leny Helena

Penerbit : Qanita

Tebal Buku : 324 Halaman Ukuran Buku : 20.5 cm

Cetakan : Pertama

Tahun Terbit : 2006

Desainer Sampul : Andreas Kusumahadi

Warna Sampul : Hitam, Kuning Emas, dan Cokelat

(23)

Gambar Sampul : Foto sebuah tangan yang mengenakan gelang giok berornamen naga. Latar belakangnya adalah aksara Cina

3.2.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu berbagai literatur yang berhubungan dengan objek penelitian. Peneliti mengambil dari beberapa kumpulan buku, artikel, jurnal, blog dan karya tulis lain yang berkaitan dengan masalah penelitian termasuk teori psikoanalisis Sigmund Freud untuk memperluas dan memperkaya khazanah intelektual dalam analisis.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode heuristik dan hermeneutik. Menurut Pradopo metode heuristik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan struktural bahasanya, sedangkan hermeneutik pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi sastranya (dalam Tantawi, 2015:61).

Menurut Tantawi (2015:61) pada metode heuristik dilakukan dengan cara membaca novel yang menjadi objek utama (primer) penelitian ini. Pada bagian ini novel dipahami berdasarkan konvensi bahasa-bahasa yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.

Pada metode hermeneutik, membaca novel objek penelitian dilakukan dengan cara memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya (Tantawi, 2015:62).

3.4 Teknik Analisis Data

Moleong (2011: 280) menjelaskan analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Pada penelitian ini data akan dianalisis menggunakan pendekatan psikologi sastra secara cermat dan tekun untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena. Penelitian ini menggunakan teori kepribadian psikoanalisis yang berfokus pada struktur kepribadian id, ego, dan superego. Secara rinci teknik pengumpulan data dalam novel Gelang Giok Naga dijabarkan sebagai berikut:

1. Membaca isi keseluruhan novel Gelang Giok Naga secara cermat untuk menemukan data-data yang diperlukan dengan tambahan data sekunder yang berguna dalam penelitian.

(24)

2. Menyimak dan menjabarkan struktur kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga.

3. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL GELANG GIOK NAGA KARYA LENY HELENA

Kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena ditunjukkan dalam deskripsi cerita secara eksplisit atau implisit. Teori yang digunakan untuk menentukan aspek psikologi atau kepribadian tokoh utama novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena yaitu dengan menggunakan teori Sigmund Freud yang berpendapat bahwa ada tiga unsur atau struktur kepribadian yang dilakukan untuk menentukan psikologis seseorang, yaitu id, ego, dan superego.

Berikut beberapa hasil temuan id, ego, dan superego tokoh utama novel Gelang Giok Naga, yaitu:

4.1 Struktur Kepribadian Id, Ego, Superego Tokoh Utama Novel Gelang Giok Naga 4.1.1 Struktur Kepribadian Yang Kuei Fei

1. Id (Das Es)

Sistem kepribadian id merupakan suatu komponen dalam kepribadian manusia yang telah ada sejak manusia lahir. Sistem kepribadian id Yang Kuei Fei didasari oleh kehidupannya pada masa kecil. Sejak kecil Yang Kuei Fei sudah mendapat didikan bagaimana menjadi seorang selir istana. Setiap selir dituntut memberikan yang terbaik dalam melayani pihak kerajaan, dan perintah orang lain adalah mutlak bagi mereka, bahkan mereka dituntut untuk memiliki loyalitas. Pendidikan yang didapat Yang Kuei Fei menjadi dasar atas semua sistem kepribadian id yang ia miliki. Sistem kepribadian id yang terdapat di dalam tokoh utama Yang Kuei Fei dalam novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena adalah sebagai berikut:

Pada tokoh Yang Kuei Fei mempunyai kepribadian id yang ambisius berjumlah dua (2), kepribadian id yang cermat berjumlah satu (1), kepribadian id yang naif berjumlah satu (1), dan kepribadian id yang setia berjumlah satu (1).

Kutipan di bawah menunjukkan struktur kepribadian id Yang Kuei Fei yang ambisius.

(26)

“Sekarang atau tidak selamanya. Aku tidak mau mati di dalam harem tanpa sekali pun melihat kaisar,” batin Yang Kuei Fei. (Helena, 2006:23).

Yang Kuei Fei menetapkan ambisinya yang ingin melihat kaisar. Ambisius menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berkeinginan keras mencapai sesuatu.

Kutipan di bawah menunjukkan struktur kepribadian id Yang Kuei Fei yang ambisius.

“Walau masih gemetar atas kedatangan Kasim Fu, Yang Kuei Fei hampir berlari meraih buku tersebut. Inilah kunci suksesnya, jaminan menjadi selir utama.

Sebuah literatur rahasia yang bahkan di lingkungan istana pun tidak semua orang berhak membacanya.” (Helena, 2006:31).

Meskipun sempat terguncang karena kedatangan Kasim Fu, Yang Kuei Fei tetap ingin membaca dan menyimak dengan mempelajari literatur yang diberi oleh Kasim Fu agar ia menjadi selir utama. Ambisius menurut KBBI adalah berkeinginan keras mencapai sesuatu.

Kutipan di bawah menunjukkan struktur kepribadian id Yang Kuei Fei yang cermat.

“Yang Kuei Fei berlari sepanjang koridor panjang. Cukup berhati-hati, dia menyembunyikan tubuhnya di balik pilar-pilar raksasa. Walaupun dia tahu tak ada seorang pun pengawal dalam Gu Gong setelah matahari terbenam, tetapi masih banyak kasim yang ditugaskan berjaga malam.” (Helena, 2006:37).

Yang Kuei Fei dengan cermat berhasil melewati koridor dan para kasim yang sedang berjaga malam. Cermat menurut KBBI adalah penuh minat (perhatian); saksama;

teliti.

Kutipan di bawah menunjukkan struktur kepribadian id Yang Kuei Fei yang naif.

“Ke mana kita akan pergi? Hamba sedang mengandung anak Kaisar. Mereka pasti akan melindungi bayi ini, melindungi-ku,” Yang Kuei Fei memelas. (Helena, 2006:40).

Meski pun sudah tahu bahwa ia dicurigai sebagai pembunuh Kaisar Jia Shi, Yang Kuei Fei masih berpikir bahwa ia dapat diampuni atau dilindungi oleh pihak istana karena pada saat itu Yang Kuei Fei sedang mengandung anak Kaisar Jia Shi. Naif menurut KBBI adalah celaka; bodoh; tidak masuk akal.

Kutipan di bawah menunjukkan struktur kepribadian id Yang Kuei Fei yang setia.

(27)

“Tidak. walau aku tahu akibatnya jika aku menolak ramuan itu. Aku harus berjalan di atas Lorong Neraka Api. Biarlah api membersihkanku, menebalkan tekadku, dan menyucikanku. Aku hanya tidak ingin melupakan… akan kucari kau walau seribu tahun lagi.” (Helena, 2006:49).

Walaupun suatu saat akan meninggal, Yang Kuei Fei membulatkan dirinya bahwa ia akan mencari Kasim Fu yang dicintainya walaupun harus menghabiskan waktu ribuan tahun dengan reinkarnasi. Setia menurut KBBI adalah berpegang teguh, tetap dan teguh hati.

2. Ego (Das Ich)

Ego merupakan suatu sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan realitas.

Sistem kepribadian ego muncul setelah berinteraksi dengan orang lain. Sistem kepribadian ego Yang Kuei Fei didasari oleh keinginannya untuk menjadi selir utama Kaisar Jia Shi. Tuntutan pekerjaan yang keras membuat setiap selir dapat digantikan posisinya. Menjadi yang terbaik dapat menjamin kelangsungan hidup seorang selir. Hal tersebut mendorong setiap kepribadian ego yang dimiliki Yang Kuei Fei. Sistem kepribadian ego bekerja sesuai dengan dorongan atau motif yang muncul dari dalam diri individu. Sistem kepribadian ego yang terdapat di dalam tokoh utama Yang Kuei Fei dalam novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena adalah sebagai berikut:

Pada tokoh Yang Kuei Fei mempunyai kepribadian ego yang peka berjumlah satu (1), kepribadian ego yang cerdik berjumlah satu (1), kepribadian ego yang bestari berjumlah satu (1), kepribadian ego yang glamor berjumlah satu (1).

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego Yang Kuei Fei yang peka.

“Mulai dari memijat kaki yang pegal hingga membelai ego yang tersinggung, Yang Kuei Fei tahu makna setiap isyarat laki-laki.” (Helena, 2006:23).

Yang Kuei Fei begitu sangat peka terhadap pria dan tahu bagaimana memperlakukan pria dengan baik, hal ini dikarenakan Yang Kuei Fei sudah dididik menjadi seorang selir istana sejak ia berumur 10 tahun. Peka menurut KBBI adalah mudah merasa; mudah terangsang.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego Yang Kuei Fei yang cerdik.

(28)

“Saat tak ada seorang pun yang melihat, Yang Kuei Fei melukai lengan kirinya dengan tusuk konde yang tajam, lalu dengan sigap merundukkan tubuhnya hingga rebah. Setelah itu, dengan hati-hati dia simpan tusuk konde tersebut kembali ke sanggulnya. Sesaat tidak didengarnya reaksi, hingga berselang lama kemudian dia mendengar Kasim Fu berteriak mengerahkan segenap pengawal dan dayang- dayang untuk mencari “satu bunga yang hilang dari rerimbunan.”

“Kehebohan itu ternyata menarik hati sang Kaisar. Dia temukan Yang Kuei Fei dalam keadaan yang sangat mengesankan, gabungan dari sensualitas dan kemeranaan makhluk tak berdaya. Darah yang menetes di pergelangan tangan Yang Kuei Fei memancing naluri melindungi dari Kaisar yang tidak pernah melihat kesengsaraan. Karenanya, Kaisar sendirilah yang kemudian mengangkat Yang Kuei Fei dan membawanya ke ‘Dipan Naga’, tempat tidur Kaisar saat menghabiskan waktu bersama selir.” (Helena, 2006:23-24).

Yang Kuei Fei sengaja melukai dirinya dengan tusuk konde agar membuat kehebohan yang dapat menarik perhatian Kaisar Jia Shi. Cerdik menurut KBBI adalah cepat mengerti (tentang situasi dan sebagainya) dan pandai mencari pemecahnya dan sebagainya; panjang akal; banyak akal.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego Yang Kuei Fei yang bestari.

“Emas memang berharga, tapi Giok tak terkira nilainya. Karena giok laksana hikmat. Kecemerlangan dan kehalusannya menggambarkan kemurnian yang utuh.

Kesempurnaan struktur dan isi melambangkan kepastian dari pengetahuan. Sisi- sisinya yang tak terpahat, walaupun tajam, mewakili keadilan. Bunyi dentingannya yang bening dan panjang bergema menciptakan gita. Warnanya adalah kesetiaan. Guratan-guratannya bukanlah cela, ia hanya menuntut kejujuran. Pelangi yang dipantulkan membuat kita seakan memandang ke surga.

Terlahir dari gunung dan air, ia adalah kesucian, dan penghargaan yang diberikan dunia merupakan kebenaran.”

“Yang Kuei Fei menyenandungkan kutipan dari Kitab Agung Kong Fu Tzu pada bagian “ketika aku memikirkan seorang bijak, kecendikiannya laksana giok”

dengan penekanan intonasi yang tepat. Kutipannya laksana Geng yang berdentang-denting.” (Helena, 2006:33).

Yang Kuei Fei membicarakan kutipan Kitab Agung Kong Fu Tzu dengan lengkap ketika berbicara dengan Kaisar Jia Shi yang mana menjelaskan kapasitas pengetahuannya yang cukup luas. Bestari menurut KBBI adalah luas dan dalam pengetahuannya;

berpendidikan baik; baik budi pekerti.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego Yang Kuei Fei yang glamor.

(29)

“Jika kau ingin ikut denganku, kau juga harus mengganti bajumu itu,” katanya sambil menyerahkan seperangkat pakaian serupa pada Yang Kuei Fei.

“Ini baju rakyat rendahan… dan baju laki-laki,” protes Yang Kuei. (Helena, 2006:40-41).

Yang Kuei Fei menolak ketika ditawari oleh Kasim Fu untuk mengenakan baju pria yang tidak mewah sama sekali. Hal ini dikarenakan Yang Kuei Fei sudah terbiasa memakai baju mewah yang dipenuhi dengan perhiasan yang terbuat dari emas dan batu giok. Glamor menurut KBBI adalah tampak mewah, sangat memikat, dan modis.

3. Superego (Das Uberich)

Superego merupakan struktur kepribadian yang berisikan tentang nilai-nilai moral. Struktur kepribadian superego adalah menentukan apakah sesuatu yang telah dilakukan oleh seseorang itu baik atau tidak, sehingga seseorang dapat bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Sistem kepribadian superego Yang Kuei Fei didasari karena statusnya sebagai seorang selir. Ajaran konvensional adalah pakem dasar yang didapat setiap selir dalam istana. Hal tersebut beberapa merupakan kepatuhan dan kepercayaan akan adat. Pendidikan tersebut memengaruhi Yang Kuei Fei merespon setiap perjalanan hidupnya yang menghasilkan sistem kepribadian superego. Struktur superego yang terdapat di dalam tokoh utama Yang Kuei Fei dalam novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena adalah sistem kepribadian superego sebagai berikut:

Pada tokoh Yang Kuei Fei mempunyai kepribadian superego yang patuh berjumlah satu (1) dan struktur kepribadian superego yang irasional berjumlah satu (1).

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian superego Yang Kuei Fei yang patuh.

“Yang Kuei Fei sudah ditakdirakan menjadi selir istana sejak ia berumur sepuluh tahun. Ayahnya, seorang pejabat rendahan istana, menggunakan dia sebagai suap untuk naik ke jabatan yang lebih tinggi. Karena itu, dalam usianya yang begitu muda, didikan yang ia dapat adalah bagaimana membuat pria bahagia di dunia.”

(Helena, 2006:22).

Secara implisit dijelaskan bahwa sebagai selir, Yang Kuei Fei diberi berbagai aturan yang berlaku. Salah satunya aturan tidak bisa sembarangan menemui para eksekutif kerajaan. Yang Kuei Fei sadar akan hal itu dan menahan diri sebagai tindakan

(30)

superego. patuh menurut KBBI adalahsuka menurut (perintah dan sebagainya); taat (pada perintah, aturan dan sebagainya); berdisiplin.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian superego Yang Kuei Fei yang irasional.

“Hamba sama sekali tidak bermaksud menghidangkannya pada Kaisar karena hari sudah malam dan memakan sesuatu yang dingin ketika matahari telah terbenam akan melanggar keseimbangan.” (Helena, 2006:39).

Kepribadiannya yang irasional membuatnya percaya dengan mitos Cina kuno berupa larangan memakan makanan yang dingin pada malam hari dapat melanggar keseimbangan jiwa. Irasional menurut KBBI adalah tidak berdasarkan akal (penalaran) yang sehat.

4.1.2 Struktur Kepribadian A Sui 1. Id (Das Es)

Sistem kepribadian id merupakan suatu komponen dalam kepribadian manusia yang telah ada sejak manusia lahir. A Sui tumbuh dan besar di lingkungan harmonis yang menjunjung tinggi adat dan kerja keras. Ia juga mendapat Pendidikan yang memperluas dasar-dasar pengetahuannya. Lingkaran keluarga dan Pendidikan formal yang ia dapat menjadi latar belakang setiap kepribadian id yang ia miliki. Sistem kepribadian id yang terdapat di dalam tokoh utama A Sui dalam novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena adalah sebagai berikut:

Pada tokoh A Sui mempunyai kepribadian id yang asih berjumlah dua (2), kepribadian id yang cemburu berjumlah dua (2), dan kepribadian id yang tulus berjumlah satu (1), kepribadian id yang ulet berjumlah satu (1), kepribadian id yang bestari berjumlah satu (1), dan kepribadian id yang religius berjumlah satu (1).

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian id A Sui yang asih.

“Aku begitu menyayangi anjing itu karena dia begitu setia mengantarkanku ke sekolah dan begitu pintar untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menjemputku.” (Helena, 2006:51).

(31)

Anjing itu sering berjaga di depan pintu kelas A Sui ketika waktu pulang tiba, dan menemani A Sui pulang ke rumah, sehingga A Sui begitu menyayangi anjingnya. Asih menurut KBBI adalah kasih, sayang.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian id A Sui yang cemburu.

“Gadis-gadis anak pemilik restoran sebelah secara terang-terangan menggoda mereka setiap kali lewat, memamerkan gigi mereka seperti monyet. Hatiku langsung terbakar api cemburu karena mereka menggoda tidak pandang bulu.

Kian Li yang sudah memiliki istri pun mereka goda! Aku semakin uring-uringan saat memikirkan apa saja yang dilakukan Kian Li sebelum aku dayang menyusulnya.” (Helena, 2006:105).

A Sui mengetahui bahwa suaminya digoda oleh gadis restoran sebelah, hati A Sui begitu cemburu mengetahui suaminya digoda oleh gadis restoran sebelah. Cemburu menurut KBBI adalah merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya; sirik; iri.

Pada kutipan percakapan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian id A Sui yang tulus.

“Aku akan membelikanmu rumah yang besar nanti. Untuk sementara kita tinggal dulu di sini karena yang lain sudah penuh.” Ucap Kian Li berusaha menghiburku.

“Ah, Kian Li. Tidakkah kau cukup mengenal diriku? Bagiku materi tidaklah penting. Jika ada cinta, air tawar pun terasa manis.” Aku tersenyum menenangkannya, mengelus perutku yang buncit, mengandung anak kedua kami.

(Helena, 2006:113).

Meskipun Kian Li hanya mampu menyewa rumah sederhana, A Sui tetap mencintai Kian Li dengan tulus. A Sui tidak mempermasalahkan tinggal dan menyewa di rumah sederhana. Tulus menurut KBBI adalah sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas.

Pada kutipan percakapan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian id A Sui yang ulet.

“Seorang laki-laki berpeci menghentikan sepedanya di depanku.”

“Cim, baek-baek aje? Perlu ke bidan?” tanyanya khawatir.

“Dia pasti bingung melihat keadaanku yang hamil dan menangis sendirian.”

“Baek, gak usah lepot-lepot. Baek . . . baek.” Aku berdiri dan mulai melanjutkan perjalananku. Aku harus kuat. Ada bayi dalam perutku dan enam kakaknya perlu dikasih makan. (Helena, 2006:120).

(32)

A Sui yang sedang dalam keadaan hamil harus tetap kuat dan berjuang untuk menghidupi keenam anaknya. Ulet menurut KBBI adalah tidak mudah putus asa yang disertai kemauan keras dalam berusahan mencapai tujuan dan cita-cita.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian id A Sui yang asih.

“Dialah cucuku, tapi dia bukan cucuku yang pertama. Dia cucu dari anak perempuanku. Karenanya, semakin menegaskanku untuk tidak berhak menyebutnya cucuku. Dia cucu luar. Namun, aku sangat mencintainya.” (Helena, 2006:128).

Dalam budaya masyarakat Cina, cucu yang berasal dari anak perempuan disebut sebagai cucu luar karena dianggap tidak dapat meneruskan marga atau garis keluarga.

Akan tetapi, A Sui begitu menyayangi cucunya. Asih menurut KBBI adalah kasih, sayang.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian id A Sui yang cemburu.

“Sui Giok gue bawain ayam arak. Dimakan ye? Gue tadi potong ayam jago gue, liat aje nih ayam gemuk banget banyak minyaknye. Ini ayam khusus, ayam kebiri.” Ucap A Lin mertuanya Sui Giok.

“Sui Giok manut. Dia meraih rantang dan mulai memakannya. Hatiku panas.

Putriku sendiri lebih menurut kepada mertuanya daripada kepadaku.” (Helena, 2006:129).

Pada saat A Lin datang dan menawarkan ayam arak buatannya, Sui Giok mau untuk memakan ayam arak tersebut. Hal inilah yang membuat A Sui merasa cemburu karena Sui Giok anaknya lebih memilih ayam arak buatan mertuanya daripada buatan A Sui ibunya sendiri. Cemburu menurut KBBI adalah merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya; sirik; iri.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian id A Sui yang bestari.

“Lagi pula, untuk apa memakan ayam kebiri. Sebagai ibu baru, Sui Giok harus memakan ayam dara. Ayam kebiri untuk laki-laki impoten.” (Helena, 2006:129).

A Sui tahu betul, sebagai ibu yang baru melahirkan seharusnya Sui Giok memakan ayam dara yang dimasak dalam botol berisi arak dan irisan jahe, bukan memakan ayam jantan kebiri. Karena ayam jantan kebiri untuk pengobatan laki-laki yang

(33)

impoten. Bestari menurut KBBI adalah luas dan dalam pengetahuannya; berpendidikan baik; baik budi pekerti.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian id A Sui yang religius.

“Setiap hari Minggu, Popo Sui akan bersiap-siap ke Gereja.” (Helena, 2006:135).

A Sui rutin pergi ke Gereja setiap hari Minggu untuk beribadah, selain itu A Sui juga rajin merenungkan isi dari Alkitab Injil yang selalu dibacanya sebelum tidur.

Religius menurut KBBI adalah bersifat religi; bersifat keagamaan; yang bersangkut paut dengan religi.

2. Ego (Das Ich)

Ego merupakan suatu sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan realitas.

Sistem kepribadian ego muncul setelah berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman yang A Sui dapatkan di lingkungan keluarga dan sekolah formal masih menjadi dasar setiap kepribadian ego yang ia miliki. Ketika A Sui menikah dan mengalami berbagai cobaan seperti kesulitan ekonomi dan kehilangan suaminya, pengalaman yang ia dapat menyebabkan karakternya berkembang dan meluas sehingga mendorong munculnya kepribadian ego. Sistem kepribadian ego yang terdapat di dalam tokoh utama A Sui dalam novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena adalah sebagai berikut:

Pada tokoh A Sui mempunyai kepribadian ego yang teguh berjumlah tiga (3), kepribadian ego yang rajin berjumlah dua (2), kepribadian ego yang malu berjumlah dua (2), kepribadian ego yang sumarah berjumlah dua (2), kepribadian ego yang toleran berjumlah dua (2), kepribadian ego yang kolot berjumlah dua (2), dan kepribadian ego yang sopan, minder, bestari, altruistis, demokratis, ramah, cemburu, ulet, sederhana, religius, dan satiris masing-masing berjumlah satu (1).

Kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang sopan.

“Terima kasih Guru, terima kasih atas ilmu yang tak pupus oleh masa sehingga kami berhikmat selamanya!” (Helena, 2006:50).

Sebelum kelas berakhir A Sui mengucapkan terima kasih kepada Guru yang mengajar di kelasnya hari itu. Sopan menurut KBBI adalah beradab (tentang tingkah laku, tutur kata, pakaian dan sebagainya); tahu adat; baik budi bahasanya.

(34)

Kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang rajin.

“Aku sudah menguasai semua aksara dan berhitung pembagian, bahkan aku juga belajar filsafat.” (Helena, 2006:50).

A Sui merupakan seorang siswa di sekolah keputrian yang terletak di desanya, dan saat ini ia sedang mengikuti kelas paling tinggi yang mengharuskannya untuk rajin belajar. Rajin menurut KBBI adalah suka bekerja (belajar dan sebagainya); getol;

sungguh-sungguh bekerja; selalu berusaha giat.

Kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang malu.

“Ketika dia duduk di sampingku, kulihat ujung jarinya yang panjang mulai membuka kerudungku dan sorakan penonton makin tak terkendali. Aku masih belum memandang wajahnya, aku tidak berani” (Helena, 2006:70).

Ketika berada di dalam kamar, Kian Li sebagai suami A Sui membuka kerudung yang dipakai A Sui untuk memberinya telur rebus yang sudah dikupas, tetapi A Sui tidak berani menatap Kian Li karena menuruti egonya yakni, malu. Malu menurut KBBI adalah segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, dan sebagainya.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang rajin.

“Aku juga diizinkan kembali bersekolah. Aku mengepang dua rambutku sebelum berangkat ke sekolah dan menggelungnya kembali menjadi konde setiba di rumah.” (Helena, 2006:79).

Meski A Sui sudah menikah dan menjadi seorang istri, A Sui tetap ingin bersekolah untuk mendapatkan banyak ilmu. Rajin menurut KBBI adalah suka bekerja (belajar dan sebagainya); getol; sungguh-sungguh bekerja; selalu berusaha giat.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang minder.

“Beberapa kawanku tentu saja mengetahui kalau aku sudah menikah, tapi aku terlalu malu untuk menunjukkannya secara terang-terangan.” (Helena, 2006:79).

Di usianya yang masih sangat muda dan statusnya sebagai seorang pelajar, A Sui sudah menikah. Hal inilah yang membuat A Sui tidak menunjukkan secara terang- terangan kepada teman-teman sekolahnya kalau ia sudah menikah. Minder menurut KBBI adalah rendah diri.

(35)

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang bestari.

“Batavia lain dengan Ipoh, ma. Lain kota, lain pulau, lain koloni. Ipoh di bawah koloni Inggris sedangkan Batavia di bawah koloni Belanda.” Kataku, walaupun aku tidak boleh langsung memamerkan pengetahuanku kepada orangtuaku.”

(Helena, 2006:81).

Ketika sedang berbincang dengan ibunya, A Sui menyadari bahwa ia telah menuruti egonya untuk memamerkan pengetahuannya tentang dunia luar. Bestari menurut KBBI adalah luas dan dalam pengetahuannya; berpendidikan baik; baik budi pekerti.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian A Sui yang altruistis.

“Ibuku mengeluarkan sepasang gelang giok dari balik kutangnya. Diantaranya adalah gelang ini. Satu-satunya yang masih tersisa, diturunkan dari generasi ke generasi, dan anehnya, selalu diwariskan pada anak perempuan. Sungguh berlawanan dengan adat kita yang selalu mengagungkan anak laki-laki. Karena itu, aku ingin memberikannya kepadamu. Jagalah baik-baik.” Ibuku memasangkan gelang itu pada kedua lenganku.

“Mama, bagaimana dengan Kakak A Cen dan Kakak A Pei?” tanyaku, mengingat dua kakakku yang juga perempuan. (Helena, 2006:82).

Ketika A Sui akan diberikan gelang giok naga yang selalu diwariskan pada anak perempuan, ia memikirkan kedua kakaknya yang juga perempuan. Padahal gelang tersebut A Sui butuhkan, sebab masyarakat Cina percaya giok bisa menangkal mara bahaya. Altruistis menurut KBBI adalah bersifat mendahulukan kepentingan orang lain.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang demokratis.

“Orang Jepang menamakan tempat Xu Fu mendarat Fu-kuoka yang berarti bukit Fu. Mereka bahkan merayakan Shen Wu Tian Huang Tenno setiap lima puluh tahun sekali sejak kedatangan Xu Fu. Aku lupa kapan mereka merayakannya terakhir kali.” Ucap saudara ipar A Sui.

“Tujuh tahun lalu,” tiba-tiba saja bibirku kelepasan. Ibuku juga langsung tersedak makanan dimulutnya, tak mengira aku berani membuka suara dalam diskusi laki- laki. (Helena, 2006:85).

(36)

Ketika A Sui sedang mendengar duduk bersama antara sepupu dan kakak iparnya.

Tiba-tiba A Sui mengeluarkan suara dan pendapat ditengah percakapan mereka.

Demokratis menurut KBBI adalah bersifat demokrasi.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang ramah.

“Mungkin memang benar banyak wanita yang diselundupkan dari Cina. Aku tersenyum lemah pada wanita disebelahku dan mencoba berbincang dengannya, sebelum kusadari dia berbahasa dengan dialek yang tidak kumengerti.” (Helena, 2006:101).

Ketika A Sui berada dalam sel, ia tersenyum dan berbincang dengan teman wanita yang berada disebelahnya. Ramah menurut KBBI adalah baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam bergaul.

Pada kutipan percakapan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang cemburu.

“Kian Li, tidakkah kau lihat istrimu ini cemberut setiap kali kita melewati restoran sebelah? Seperti anak kecil yang dilarang membeli gula-gula.” Kian Jin berkata sambil menatap wajahku yang pasti sangat merah sekarang. Aku tidak heran jika dia bisa melihat asap keluar dari hidung dan telingaku.

“A Sui, kamu sakit? Cuaca di sini memang lebih panas daripada di Tiongkok sana.” Kian Li menatapku dengan khawatir.

“Ku gelengkan kepalaku kuat-kuat.”

“Kian Li, kamu memang bebal. Istrimu ini cemburu dengan gadis-gadis sebelah!”

Kian Jim berucap.

“Kian Jin tidak memedulikan wajahku yang mungkim sudah berwarna ungu sekarang.” (Helena, 2006:105-106).

A Sui memang tidak langsung mengungkapkan bahwa ia sedang cemburu, tetapi raut wajah dan sikap A Sui begitu tampak kalau ia sedang cemburu. Cemburu menurut KBBI adalah merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya; sirik; iri.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadain ego A Sui yang teguh.

“Seratus perak, hanya segitu yang kudapat. Betapa sombongnya wanita itu. Walau dengab perhiasan gemerlap di tubuhnya, tetap saja aku tahu dia keturunan Khe’

berkaki besar. Memandang rendah kepadaku, mengharap aku memelas kepadanya? Tidak akan.” (Helena, 2006:118).

(37)

Meskipun A Sui dalam keadaan miskin, ia tidak ingin memelas di depan Nyonya Lin. Baginya harga diri jauh lebih penting, daripada harus memelas kepada Nyonya Lin.

Teguh menurut KBBI adalah kuat berpegang (pada adat, janji, dan perkataan).

Pada kutipan di bawah menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang sumarah.

“Mama, maafkan aku. Aku terpaksa menggadaikan gelang itu. Pak Yahya berkata akan mengusirku karena aku sudah terlalu sering menunggak sewa rumah.

Padahal dia sudah memindahkan kami ke rumah sudut, paling ujung dari gang buntu, rumah terkecil. Beberapa hari yang lalu, dia bahkan menarik Sui Lai putriku yang sudah gadis dari kamar mandi dan meludahinya karena aku tidak memiliki uang untuk membayar.” Ucap A Sui dalam hati. (Helena, 2006:118).

A Sui sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa agar bisa membayar tunggakan sewa rumah, akhirnya A Sui terpaksa menggadaikan gelang giok naga pemberian ibunya kepada A Lin. Hanya itu yang dapat A Sui lakukan, karena keadaanlah yang memaksanya dan A Sui hanya bisa pasrah tanpa bisa berbuat banyak usaha. Sumarah menurut KBBI adalah menyerah kepada keadaan; pasrah.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang sumarah.

“A Sui, anakmu yang terakhir ini sebaiknya kau berikan saja pada temanku untuk diadopsi. Mereka hidup berkecukupan dan tinggal di Bandung. Mereka sudah bertahun-tahun berumah tangga, tetapi tidak memiliki anak. Dia pasti akan menyayanginya dan memberikan yang terbaik bagi anakmu ini,” ucap teman A Sui.

“Aku dan Kian Li menyetujuinya, walaupun hati kami hancur berkeping-keping.

Semalaman aku tidak tidur. Kusulam selimut yang indah untuk bayiku bergambar seekor harimau betina dan seekor anak, sesuai dengan shio lahirnya. Sulaman itu begitu hidup dengan belang-belang hitam di atas kulit keemasan. Jika dewasa nanti mungkinkah dia akan mencari ibu aslinya?”

“Tekad kami cuma satu. Dia lebih baik dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan. Sejak itu, kondisi Kian Li semakin menurun. Dia semakin kurus dan termenung sendiri. Dia pergi untuk selamanya.” (Helena, 2006:119).

Pada saat itu A Sui dan suaminya memang sedang dalam keadaan yang sangat miskin, pasca tutupnya usaha mebel suaminya. A Sui hanya bisa pasrah ketika bayinya diadopsi oleh temannya Syu Lan dan berharap bayinya dapat kehidupan yang layak.

Sumarah menurut KBBI adalah menyerah kepada keadaan; pasrah.

(38)

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego yang teguh.

“Aku akan bunuh diri, begitu kata Sui Giok ketika aku katakan bahwa seumur hidupku, aku tidak akan mau mengemis di hadapan Nyonya itu lagi, walaupun itu untuk meminta pertanggungjawaban anaknya.” (Helena, 2006:122).

A Sui menegaskan kepada anaknya, bahwa ia tidak akan pernah mengemis di hadapan A Lin. Benar saja, A Sui tidak mengemis kepada A Lin supaya anaknya mau menikahi anaknya A Sui. Teguh menurut KBBI adalah kuat berpegang (pada adat, janji, dan perkataan).

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang ulet.

“Orangtua yang mengadopsi bayiku memberikan sebuah mesin jahit Singer, sangat bagus. Dengan demikian, aku bisa menerima jahitan dan juga pesanan sulaman tangan. Tak ada satu pun anakku yang boleh kelaparan, mereka juga harus bersekolah walaupun hanya sekadar bisa baca-tulis dan berhitung.” (Helena, 2006:119).

Walaupun dalam kondisi yang sangat memprihatikan dan miskin, A Sui tetap berusaha selama ia bisa. Ia berusaha untuk bisa mencukupi kebutuhan anak-anaknya dengan menerima jahitan dan sulaman tangan. Ulet menurut KBBI adalah tidak mudah putus asa disertai dengan kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang teguh.

“Jika Bun Kun mencintainya, dia harus datang melamarmu, tapi aku tidak mau menjual harga diriku.” Kataku pada Sui Giok. (Helena, 2006:122).

A Sui tetap pada pendiriannya, bahwa ia tidak pernah mengemis dan mengiba di hadapan A Lin. A Sui mengatakan kepada Sui Giok bahwa ia tidak akan mengemis dan mengiba di hadapan A Lin supaya Bun Kun anaknya mau bertanggungjawab. Teguh menurut KBBI adalah kuat berpegang (pada adat, janji, dan perkataan).

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang sederhana.

“Begitulah, ketika akhirnya aku pulang membawa sebuah rencana pernikahan. Si Janda tidak menginginkan pesta, juga tidak mengharapkan Bun Kun menikahi anaknya di Gereja. Hanya di Kantor Catatan Sipil.” (Helena, 2006:125).

A Sui tidak menginginkan pesta yang mewah untuk pernikahan putrinya, ia juga tidak menuntut putrinya harus dinikahin di Gereja. Ia hanya meminta putrinya dinikahin

(39)

sah secara agama dan hukum negara. Hal ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang sederhana. Sederhana menurut KBBI adalah bersahaja; tidak berlebih-lebihan.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang religius.

“Jika aku menginap di rumah Popo Sui, sebelum tidur dia akan membaca Alkitab injil berhuruf kanji Cina. Dia membaca Alkitab itu seperti membaca novel. Bukan hanya membaca satu perikop untuk direnungkan. Dia akan mulai dari Kitab Kejadian, pada hari-hari berikutnya akan diteruskan sampai Kitab Wahyu dan kembali lagi ke Kitab Kejadian.” (Helena, 2006:132).

Sebelum tidur A Sui selalu menyempatkan untuk membaca Alkitab Injil, dimulai dari Kitab Kejadian dan diteruskan dengan Kitab Wahyu pada hari berikutnya. Religius menurut KBBI adalah bersifat religi; bersifat keagamaan; yang bersangkut paut dengan religi.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang toleran.

“Seminggu sebelum Imlek, Popo Sui akan mengirimkan kue keranjang kepada para kenalannya yang tidak merayakan Imlek. Terutama keluarga almarhumah Ummi, yang sekarang tinggal di gang Awab (asal kata Arab).” (Helena, 2006:134).

Seminggu sebelum Imlek, A Sui akan menyiapkan dan mengirimkan kue keranjang kepada para temannya yang tidak merayakan Imlek sebagai bentuk saling menghargai dan berbagi. Toleran menurut KBBI adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan struktur kepribadian ego A Sui yang malu.

“Aku adalah cucu kesayangan Popo Sui, dia akan meneleponi ibuku jika aku tidak datang pada hari Sabtu dan liburan sekolah dan selalu memberikan sesuatu yang lebih dibandingkan dengan sepupuku yang lain. Walaupun Popo Sui mati-matian menyangkal dan hampir ratusan kali selalu menyebutku dengan sebutan cucu luar.” (Helena, 2006:136).

A Sui begitu menyayangi Swanlin cucunya. Tetapi A Sui selalu menyangkal bahwa ia tidak menyayangi Swanlin karena ia merupakan cucu luar atau cucu dari anak

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Bengen (2001) yang diacu oleh Fachrul (2007), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Salah satu tipe zonasi hutan

Jika bawahan dapat melakukan pekerjaan dengan baik, maka pemimpin memberikan pengakuan melalui pujian, hadiah (reward and punishment) atau keuntungan – keuntungan

Hasil uji kuat tekan 5,28 MPa, kuat tarik 1,18 MPa dan kuat lentur 1,82 MPa, menunjukkan bahwa beton dengan agregat kasar dari limbah plastik PET dan limbah serbuk

Teknik analisis untuk mengetahui arahan jumlah pada kecamatan yang masih membutuhkan TPS adalah dengan menghitung selisih produksi sampah total dengan produksi sampah terangkut

Berisi tentang penelitian terdahulu, pengertian manajemen personalia, pengertian produktivitas tenaga kerja, pengukuran produktivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi

Wisatawan yang datang ke Kota Bandung merespon baik dengan adanya konsep green hotel, terlebih dari itu mereka setuju akan penerapan konsep green hotel pada

Wereng yang diinfestasikan pada tanaman rentan Pelita menunjukkan repon ketahanan paling tinggi 234 kali lipat dibandingkan pada tanaman tahan Inpari 13 yang

Bahan baku dan tahap-tahap tersebut menjadi titik kritis karena adanya bahaya yang signifikan pada bahan atau tahap tersebut dan tidak ada proses selanjutnya yang dapat