Page | i
KATA PENGANTAR
Perkembangan ilmu pengetahuan serta dinamika perubahan lingkungan sosial dan ekonomi terjadi sangat cepat dan masif mempengaruhi kinerja semua lembaga, organisasi dan unit usaha. Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) Institut Pertanian Bogor berada dalam pusaran perubahan tersebut harus secara terus menerus menyesuaikan, merespon atau mengubah arah dan tujuan sehingga dapat selalu sejalan atau selangkah lebih maju dari titik prestasi perubahan tersebut. Rencana Strategis (Renstra) ini adalah rencana proaktif FATETA untuk menjawab tantangan, merespon tuntutan dan mengantisipasi perubahan eksternal bersamaan dengan perbaikan internal sehingga dapat selaras dengan perkembangan bidang teknologi pertanian dalam arti yang luas.
Dengan demikian, FATETA tidak hanya mengikuti perubahan yang terjadi tetapi dapat menjadi agen perubahan di bidang pertanian umumnya dan khususnya di bidang teknologi pertanian.
Renstra ini disusun berdasarkan analisis keadaan internal dan situasi eskternal sehingga melahirkan visi: Fakultas Teknologi Pertanian Bertaraf Internasional yang Inovatif, Unggul dalam Riset dan Berkarakter Kewirausahaan.
Visi ini telah diturunkan menjadi misi dan tujuan yang strategis dalam lingkungan yang dinamis. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan serta kesempatan dan ancaman disusun strategi yang akan ditempuh dan sudah dijabarkan menjadi program strategis. Dengan demikian, dalam kurun waktu 2014-2018, FATETA mengacu pada program yang dimuat dalam Renstra ini untuk mencapai visi, misi dan tujuannya. Semua kegiatan pendidikan, penelitian dan kerjasama yang bernilai strategis akan dilaksanakan mengacu atau dipayungi oleh program strategis yang dimuat dalam naskah ini. Program lainnya dijalankan seperti biasanya (business as usual).
Tujuan yang hendak dicapai merupakan komitmen bersama semua sivitas akademik FATETA (pimpinan, staf pengajar, tenaga kependidikan, dan mahasiswa) sehingga keterlibatan semua pihak sangat menentukan keberhasilannya. Oleh karena itu, semua anggota sivitas akademik dan pemangku kepentingan hendaknya menggunakan Renstra ini sebagai acuan sehingga tujuan bersama lebih mudah dicapai.
Pimpinan Fakultas dan semua jajarannya berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan berpartisipasi aktif dalam penyusunan Renstra ini.
Dengan kebersamaan kita berharap FATETA tidak hanya jaya tetapi juga dapat membangun diri menjadi trendsetter kemajuan Ilmu dan Teknologi Pertanian.
Bogor, April 2014 Dekan,
Dr.Ir. Sam Herodian, MS
Page | ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iii
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. DASAR PEMIKIRAN ... 1
1.2. KONDISI DAN SITUASI PERTANIAN NASIONAL ... 2
1.2.1. Keadaan Umum Pertanian dan Pangan ... 2
1.2.2. Permasalahan Pertanian Indonesia ... 4
1.2.2.1. Skala Teknis dan Ekonomis ... 4
1.2.2.2. Alih Fungsi Lahan ... 4
1.2.2.3. Perdagangan ... 4
1.2.2.4. Produk Pertanian ... 5
1.2.2.5. Fluktuasi Harga ... 5
1.2.2.6. Infrastruktur Terbatas ... 5
1.2.2.7. Pembiayaan Pertanian Terbatas ... 5
1.2.2.8. Konsentrasi Pembangunan ... 6
1.2.2.9. Sumberdaya Manusia ... 6
1.2.2.10. Perubahan Iklim ... 6
1.3. TREN PERKEMBANGAN PERTANIAN... 6
1.4. REFORMASI SISTEM PENDIDIKAN TINGGI ... 8
1.5. PENGEMBANGAN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN ... 9
2. ARAH PENGEMBANGAN FATETA ... 12
2.1. VISI ... 12
2.2. MISI ... 13
2.3. TUJUAN ... 13
3. ANALISIS SITUASIONAL ... 15
3.1. KONDISI DAN POTENSI FATETA ... 15
3.1.1. Pendidikan ... 15
3.1.2. Sumberdaya Manusia ... 16
3.1.3. Fasilitas ... 18
3.1.4. Lulusan ... 20
3.1.5. Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat ... 22
3.1.6. Jurnal Ilmiah FATETA ... 25
3.2. ANALISIS SWOT ... 25
3.2.1. Kelembagaan FATETA ... 25
3.2.2. Pendidikan ... 30
3.2.3. Penelitian ... 33
3.2.4. Kerjasama ... 37
4. PROGRAM STRATEGIS FATETA 2014-2018 ... 42
4.1. PENDIDIKAN ... 42
4.2. PENELITIAN ... 44
4.3. KERJASAMA ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 47
Page | iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan dana yang berasal dari Kemendikbud dengan dana masyarakat yang diperoleh FATETA selama tiga tahun
terakhir ... 23
Tabel 2. Matriks SWOT Kelembagaan FATETA ... 26
Tabel 3. Matriks SWOT Pendidikan FATETA ... 31
Tabel 4. Matriks SWOT Penelitian FATETA ... 34
Tabel 5. Matriks SWOT Kerjasama FATETA ... 40
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model konseptual Universitas Kewirausahaan (Guerrero dan Urbano, 2010) ... 10
Gambar 2. Rasio jumlah pelamar dengan jumlah mahasiswa S1 yang diterima di setiap departemen di FATETA IPB ... 17
Gambar 3. Rataan masa studi dan rata-rata IPK lulusan FATETA IPB selama lima tahun terakhir (2009-2013) ... 20
Gambar 4. Rata-rata lama studi mahasiswa S3 berdasarkan tahun lulus ... 21
Gambar 5. Masa tunggu kerja lulusan FATETA dibandingkan dengan lulusan fakultas lain di IPB ... 22
Gambar 6. Jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah selama tiga tahun terakhir (2010-2013) ... 24
Gambar 7. Jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan dalam prosiding selama tiga tahun terakhir (2010-2013) ... 24
Page | 1
1. PENDAHULUAN
1.1. DASAR PEMIKIRAN
Institut Pertanian Bogor (IPB) berketetapan untuk menjadi universitas terkemuka di bidang pertanian tropika yang menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis riset dan berkarakter kewirausahaan. Penyelenggaraan pendidikan berorientasi kepada tujuan-tujuan berikut: (i) mengembangkan sumberdaya manusia (SDM) bermutu, (ii) melakukan penemuan, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), (iii) mendukung pencapaian ketahanan pangan dan energi, (iv) mendukung pengembangan agribisnis dan agroindustri, serta (v) menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Kelima peran IPB tersebut diimplementasikan melalui kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Perubahan mendasar pada falsafah pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat tersebut mengharuskan penyesuaian dalam pengembangan program pendidikan, penelitian dan kerjasama di semua tingkatan dan lini dalam organisasi dan lembaga di IPB. Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA), dengan mandat di bidang teknologi pertanian mengemban peran penting dan strategis dalam pembangunan pertanian. FATETA menyikapi perubahan tersebut melalui sinergi perubahan sosial, ekonomi dan lingkungan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Perubahan tersebut memberikan ciri dalam semua program pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Sejak didirikannya di tahun 1964, FATETA telah berkembang dengan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perkembangan secara kuantitatif mencakup sarana dan prasarana tridharma, jumlah dosen, tenaga kependidikan dan jumlah mahasiswa, sedangkan perkembangan secara kualitatif mencakup ranah keilmuan, kurikulum, penelitian, paten dan inovasi, akreditasi nasional dan internasional, penghargaan bagi sivitas akademik, serta pengakuan kerjasama nasional dan internasional. Sejak tahun 2008 Departemen Keteknikan Pertanian dikembangkan menjadi dua departemen yakni Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) dan Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL), sehingga bersama dengan Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) dan Teknologi Industri Pertanian (TIN), FATETA memiliki empat departemen.
Pencapaian, fasilitas dan kemajuan yang dimiliki saat ini, FATETA yang telah menjadi fakultas unggulan harus terus berkembang sehingga mampu merespon isu- isu strategis nasional dan internasional dalam pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi dalam mengatasi permasalahan global yang mencakup mutu sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi pertanian siap pakai, penanggulangan masalah pangan, energi dan air, serta pengembangan budaya wirausaha sivitas akademik dan lulusannya. Dalam perspektif inilah FATETA memerlukan Rencana
Page | 2 Strategis (Renstra) sebagai pedoman dan kerangka kerja program institusional yang mensinergikan dinamika lingkungan internal dan eksternal yang konsisten dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan jatidiri bangsa untuk periode waktu 2014- 2018. Isu pokok yang penting dalam pengembangan program strategis adalah kondisi dan situasi pertanian Indonesia yang menjadi obyek penerapan dari pengembangan teknologi pertanian. Permasalahan pangan dan lingkungan juga mendapat perhatian dalam Renstra ini.
1.2. KONDISI DAN SITUASI PERTANIAN NASIONAL 1.2.1. Keadaan Umum Pertanian dan Pangan
Tantangan pertanian secara keseluruhan mencakup globalisasi, perubahan iklim, perubahan tataguna lahan, kehilangan keragaman hayati, pertambahan penduduk, keberlanjutan sumberdaya alam, ketahanan pangan dan ketahanan energi. Pada tingkat lokal, regional dan nasional, tantangan tersebut mempunyai kadar pengaruh yang berbeda-beda tergantung pada banyak faktor seperti kemajuan teknologi, sosial-ekonomi, perubahan lingkungan serta kebijakan pertanian.
Keadaan pertanian secara global menunjukkan adanya kecenderungan turunnya minat generasi muda untuk menekuni dan bekerja pada bidang pertanian khususnya pada sektor pra-panen (on-farm). Sementara kebutuhan pangan yang bertumpu pada sektor pertanian semakin meningkat yang diiringi dengan semakin menipisnya sumberdaya alam akibat pertumbuhan populasi global dan kenaikan intensitas penggunaan sumberdaya alam tersebut. Kondisi ini telah dan akan berdampak pada ketahanan pangan sebagai isu pembangunan berkelanjutan yang kompleks, terkait dengan (gizi) kesehatan, industri dan pembangunan ekonomi, lingkungan, serta perdagangan.
Pertumbuhan permintaan pangan adalah akibat gabungan dari pertumbuhan penduduk dunia (yang akan melebihi sembilan miliar jiwa pada tahun 2050), meningkatnya pendapatan dan perubahan pola pangan (termasuk konsumsi daging yang lebih tinggi). Produksi daging menggunakan energi, sereal dan air secara sangat masif. Pada saat ini, hampir setengah sereal dunia digunakan untuk pakan ternak, yang berarti kenaikan konsumsi daging menyebabkan menurunnya pasokan sereal untuk pangan. Banyak negara telah berupaya melakukan terobosan inovasi dan penerapan IPTEKS untuk meningkatkan sistem pertanian holistik dari hulu ke hilir yang integratif, adaptif dengan azas keberlanjutan sesuai perubahan zaman, iklim, kultur budaya, dan kondisi geografis.
Keadaan Pertanian Indonesia saat ini masih berada dalam kondisi yang belum berkembang ditinjau dari berbagai sisi seperti teknologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Penerapan teknologi masih sangat terbatas dan beragam mulai dari penyiapan tanah sampai pada pasca panen dan pengolahan. Secara sosial,
Page | 3 masyarakat tani belum memperoleh kesejahteraan yang memadai sehingga sektor ini memikul beban kemiskinan yang besar. Usaha pertanian masih didominasi oleh skala kecil dan tidak memenuhi kelayakan ekonomi untuk menjadi sumber pendapatan yang memadai akibat masih kurangnya penanganan pertanian terutama pada pasca-panen, seperti pemutuan, pengolahan, pengemasan, transportasi dan pemasaran. Sistem pertanian masih memiliki kesenjangan antara pra-panen dan pasca-panen. Selain itu, pencemaran dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh atau menimpa pertanian semakin mengkhawatirkan telah, sedang dan akan menjadi faktor pembatas produksi yang sangat serius.
Penyebab pokok dan penting dari kondisi tersebut adalah usaha yang relatif kecil sehingga tidak memenuhi skala teknis dan ekonomis serta sarana dan prasarana yang sangat terbatas. Hal ini menyebabkan produktivitas yang rendah, biaya produksi tinggi, dan mutu produksi rendah. Akibatnya, sistem pertanian secara keseluruhan tidak menampilkan kinerja yang memuaskan sehingga tidak memiliki dayasaing di pasar lokal, regional, nasional dan internasional. Seluruh mata rantai nilai terganggu dan beroperasi pada tingkat efisiensi yang rendah berakibat pada lemahnya sektor hilir (pengolahan).
Pada sub-sektor pemasaran didominasi oleh produk primer sehingga petani dan negara hanya memperoleh porsi kecil dari nilai tambah yang terkandung dalam hasil pertanian. Artinya, produksi pertanian belum sepenuhnya menguntungkan masyarakat tani dan pemangku kepentingan lainnya di dalam negeri. Lemahnya dayasaing produk dan komoditas pertanian menjadi pemicu impor yang semakin menguasai pasar dalam negeri. Situasi ini semakin mempersulit peran sektor pertanian sebagai kekuatan ekonomi nasional.
Pertumbuhan penduduk dan penurunan (leveling off) produksi pertanian diperkirakan akan melebarkan jurang pemisah antara permintaan dan pasokan pangan. Komoditas pangan yang terbatas atau dibatasi akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Sasaran ketahanan, swasembada apalagi kemandirian pangan memerlukan perubahan orientasi dan strategi inovatif yang harus didukung oleh penelitian yang intensif dan komprehensif.
Keadaan pertanian tersebut sangat kontradiktif dengan peran yang diemban yakni sebagai salah satu sektor ekonomi yang sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja, pembentuk pendapatan, produksi pangan, perolehan devisa, penghasil bahan baku dan penggerak kehidupan sosial. Situasi tersebut juga menyebabkan pertanian terpusat pada kegiatan hulu dengan dayasaing komoditas relatif rendah. Keterbatasan skala teknis menghambat penerapan teknologi (khususnya cost reducing technology) menyebabkan biaya produksi menjadi lebih mahal. Keterbatasan skala ekonomis menyebabkan pengelolaan bersifat subsisten yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan lokal dan sesaat sehingga tidak bersaing. Hal inilah menjadi potret umum pertanian Indonesia yakni menghasilkan bahan baku dengan dayasaing rendah (mutu rendah dan biaya tinggi) (Marra, et al.,
Page | 4 2003; Koundouri, et al., 2003). Penelitian dan pengembangan teknologi harus memperhatikan keadaan di atas sehingga tepat guna dan dapat digunakan.
1.2.2. Permasalahan Pertanian Indonesia 1.2.2.1. Skala Teknis dan Ekonomis
Skala teknis adalah ukuran dan keadaan lahan pertanian sehingga memungkinkan penerapan teknologi dan penggunaan alat-mesin pengolahan lahan, budidaya dan penanganan pasca panen. Ukuran petakan sawah dan kebun yang kecil serta kemiringan yang curam tidak memungkinkan penerapan teknologi secara optimal. Skala ekonomis adalah luasan pengusahaan lahan sehingga diperoleh penerimaan (ekonomis) yang melebihi biaya dan kebutuhan petani secara wajar.
Lahan yang kecil tidak memungkinkan petani memperoleh hasil yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga usaha taninya tidak dapat mensejahterakan.
1.2.2.2. Alih Fungsi Lahan
Pembangunan perkotaan, pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi menyebabkan permintaan terhadap lahan meningkat cepat. Sektor non-pertanian yang membutuhkan banyak lahan adalah permukiman (settlement), industri, perdagangan, jalan, perhotelan dan perkantoran. Semua sektor ini dapat memberikan penerimaan yang lebih baik terhadap nilai lahan dibandingkan pertanian. Oleh karena itu, laju konversi lahan pertanian menjadi penggunaan tersebut semakin meningkat. Akibatnya, lahan (subur) pertanian berkurang dengan berjalannya waktu. Perkiraan laju alih fungsi lahan pertanian dari sawah ke non sawah sebesar 110 ribu ha per tahun. Tantangan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi sehingga produksi pertanian memberikan keuntungan yang memadai yang disertai dengan penerapan kebijakan perlindungan lahan pertanian.
1.2.2.3. Perdagangan
Perdagangan produk pertanian sebagian besar dalam bentuk primer dengan rantai tataniaga panjang. Situasi seperti ini menyebabkan petani tidak memperoleh nilai produk yang terkandung dalam komoditas sehingga distribusi marjin tidak wajar dan nilai tambah tidak optimal. Dalam jangka panjang, selain petani tidak memperoleh pendapatan yang wajar juga mengurangi minat mereka untuk mengembangkan usahataninya. Pendidikan dan penelitian pertanian diperlukan untuk merubah keadaan ini menjadi paradigma baru pembangunan pertanian yang melibatkan pelaku di sektor hulu dalam kegiatan pengolahan.
Page | 5 1.2.2.4. Produk Pertanian
Produk pertanian Indonesia sangat beragam sehingga, dalam banyak kasus, tidak memenuhi skala minimum perdagangan. Lebih dari itu, mutu rendah dan kesinambungan tidak terjamin menyebabkan produk tersebut bukan menjadi pilihan utama konsumen dan sulit diharapkan menjadi bahan baku industri pengolahan.
Perbaikan kualitas yang fokus pada komoditas unggulan diperlukan untuk meningkatkan dayasaing sektor pertanian umumnya serta secara khusus pada produk dan hasil olahannya.
1.2.2.5. Fluktuasi Harga
Fluktuasi produksi dan harga terutama terjadi pada panen raya. Harga turun (drastis) pada saat produksi tinggi sehingga volume besar bukan jaminan bagi petani untuk memperoleh pendapatan yang memadai. Situasi seperti ini menjadi kekhawatiran sekaligus keengganan petani untuk berkonsentrasi pada komoditas tertentu. Akibat langsung perubahan harga adalah petani tidak pernah menikmati penerimaan yang relatif besar dan keterandalan komoditas tersebut sangat rendah.
Penelitian diperlukan untuk mengembangkan pengawetan, pengolahan dan pembiayaan produksi pertanian sehingga petani dapat melawan atau mendapat perlindungan dari kecenderungan penurunan harga pada musim panen.
1.2.2.6. Infrastruktur Terbatas
Salah satu persyaratan pertanian modern yang kompetitif adalah tersedianya infrastruktur (irigasi dan sarana pertanian lainnya seperti jalan tani) yang memadai.
Kecukupan infrastruktur menjadi penjamin bagi produktivitas dan efisiensi total usaha tani. Pertanian Indonesia belum didukung dengan infrastruktur yang memadai sehingga beroperasi pada tingkat efisiensi yang rendah. Akibatnya, penerapan teknologi tidak optimal. Sistem alih teknologi dan diseminasi teknologi pengolahan pertanian masih rendah. Dalam konteks inilah penelitian teknologi adaptif diperlukan sehingga kemajuan teknologi dapat segera diterapkan di lahan pertanian, terlepas dari situasi dan kondisi infrastruktur yang tersedia.
1.2.2.7. Pembiayaan Pertanian Terbatas
Akses petani ke sumberdaya produktif termasuk permodalan dan layanan usaha masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan usaha tani tidak dijalankan dengan optimal. Akibatnya adalah pertanian tidak tumbuh dengan baik dan beroperasi secara terbatas sehingga tidak efisien. Penerapan teknologi selalu disertai dengan kebutuhan pembiayaan. Oleh karena itu, pengkajian teknologi harus mempertimbangkan kemampuan atau menyertakan skema pembiayaannya.
Page | 6 1.2.2.8. Konsentrasi Pembangunan
Pembangunan pertanian terpusat pada padi (beras) dan tebu (gula) sehingga dana pembangunan terserap (atau dialokasikan) secara berlebih. Di sisi lain, banyak komoditas yang mempunyai nilai (fungsional dan ekonomis) kesetaraan dengan komoditas tersebut tidak mendapat perhatian yang memadai. Dana pembangunan yang terbatas seyogyanya dialokasikan secara wajar bagi komoditas prospektif secara ekonomi dan kontributif bagi ketahanan pangan. Kajian komprehensif diperlukan untuk mendorong pembangunan pertanian yang lebih beragam dan kokoh dalam situasi perubahan politik, sosial dan ekonomi yang dinamis serta perubahan lingkungan yang semakin cepat.
1.2.2.9. Sumberdaya Manusia
Kualitas SDM pertanian masih sangat rendah. Hal ini menyebabkan atau menjadi kendala bagi upaya perbaikan aspek teknis dan ekonomis usaha tani melalui penerapan teknologi dan pengelolaan berbasis agribisnis. Orientasi subsisten sudah melekat dan menjadi ciri pertanian sehingga sulit berubah ke arah yang lebih produktif, efisien dan berorientasi pasar. Pelatihan petani skala kecil dalam meningkatkan penerapan teknologi yang adaptif, sebaiknya mendapat porsi yang memadai dalam penyelenggaraan pendidikan teknologi pertanian.
1.2.2.10. Perubahan Iklim
Perubahan iklim telah menjadi fenomena alam yang sangat mengganggu pertanian. Musim hujan selain tidak berpola juga intensitasnya tidak menentu.
Banyak gagal panen akibat banjir (musim penghujan) atau kekeringan (musim kemarau). Lebih dari itu, perubahan iklim menyebabkan penurunan produktivitas, erosi, kerusakan lahan dan serangan hama/penyakit. Munculnya serangan dan hama penyakit baru pada tanaman dan ternak semakin besar peluang terjadinya dengan adanya perubahan iklim global. Akibatnya, pola tanam, produksi dan perencanaan pertanian dilakukan dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.
Pengembangan sistem peringatan dini kekeringan atau kelebihan air diperlukan untuk membantu petani dalam menyesuaikan pola tanam dengan musim yang selalu berubah. Irigasi hemat air menjadi kunci keberhasilan pertanian dalam perubahan iklim global.
1.3. TREN PERKEMBANGAN PERTANIAN
Dengan peran dan beban serta situasi dan keadaan tersebut, pertanian akan mengalami perubahan yang pesat baik sebagai respon terhadap perubahan iklim, ketersediaan lahan dan air serta persaingan pasar maupun perkembangan dan ketersediaan teknologi. Pertanian masa depan akan dicirikan antara lain oleh hal-hal berikut:
Page | 7 (a). Pengembangan pertanian presisi melalui inovasi teknologi informasi, teknologi
Geographic Information System (GIS), bio & micro-sensor technology, otomatisasi dan robotik,
(b). Komunikasi nir kabel menyediakan akses pada fasilitas pertanian yang tersebar dan menghubungkan komunitas pertanian pada sumber dan pengolahan yang lebih terdesentralisasi, termasuk berkembangnya penyuluhan virtual,
(c). Petani dapat memperoleh paket program yang mutakhir, sistem ahli, serta teknologi bergerak dan bertempat,
(d). Sumber tenaga dan mesin menggunakan biofuel, hidrogen, dan energi surya, (e). Peralatan pertanian lebih khusus dan optimal,
(f). Pengendalian hama dan perlindungan tanaman berganti dengan pengendalian secara fisik yang lebih akurat,
(g). Penggunaan pupuk berbasis lokasi atau bahkan individu tanaman (precision farming concept), dan
(h). Teknologi pemanenan berubah dan menuju ke pemanenan dan penanganan awal yang bersamaan (on-the-go preprocessing). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipantau dengan sensor antara lain meliputi kesehatan tanaman dan pengukuran kesuburan.
Dalam era globalisasi sekarang ini, pelaksanaan pembangunan di Indonesia dan negara-negara lain terkait erat dengan komitmen-komitmen global dalam bidang ekonomi, perdagangan, transaksi keuangan, dan lain-lain. Masalah yang akut dalam pembangunan nasional masih tetap berada pada pemenuhan kebutuhan dasar akan pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan anggota Gerakan Non-Blok ikut terlibat dalam perjanjian dagang internasional, antara lain World Trade Organization (WTO), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), dan Asean Free Trade Area (AFTA). Hal ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan ekonomi sekaligus menjadi tantangan yang berat bagi perekonomian Indonesia termasuk sektor pertanian.
Pemerintah Indonesia mempunyai tekad dan komitmen dalam kurun 2005- 2025 untuk mendorong dan memajukan pertanian, perikanan, dan kehutanan, dalam kerangka suatu kebijakan dan strategi umum yang komprehensif, memadukan pandangan jangka panjang dan kepentingan jangka pendek, dan diharapkan dapat menjadi pemandu untuk menerapkan berbagai kebijakan operasional lintas departemen yang terkoordinasi. Pembangunan pertanian juga menyertakan dunia usaha dan kalangan petani/nelayan/petani-hutan sendiri, serta akademisi dan lembaga masyarakat, baik dalam penyusunannya dan dalam proses implementasinya.
Kekayaan utama nasional yang bertumpu pada sumberdaya pertanian dalam arti luas harus dioptimalkan pendayagunaan dan pengelolaannya dengan melibatkan kerjasama yang lebih sinergis antara akademisi, bisnis, pemerintah, dan
Page | 8 komunitas. Pemerintah telah menetapkan kebijakan ketahanan pangan, yang salah satunya adalah pencapaian swasembada beras berkelanjutan. Faktanya bahwa swasembada sangat sulit dicapai serta rentan terhadap gangguan iklim dan lingkungan. Oleh karena itu, bertumpu pada komoditas tunggal sangat berbahaya bagi kecukupan pangan nasional.
Di sektor perkebunan pemerintah telah melakukan upaya program konsolidasi bagi semua perkebunan untuk lebih menguatkan perannya dalam perekonomian nasional. Komoditas usaha PTPN saat ini terdiri dari kelapa sawit, karet, kakao, gula/tebu, tembakau, teh, hortikultura, kina, gutta percha, tanaman serat, kopi, pala dan peternakan sapi masih banyak di perdagangkan pada komoditas primer. Upaya masih harus dilakukan untuk mendorong perkembangan sektor hilir dari perkebunan sehingga dapat menghasilkan devisa dari nilai tambah yang lebih besar.
Tren perkembangan teknologi pra dan pasca panen kini dan ke depan mengarah pada teknologi pertanian presisi (precision agriculture technology), teknologi nano (nano technology), teknologi ramah lingkungan (green technology), teknologi digital & robotik, dan teknologi bioinformatik (bioinformatics technology).
1.4. REFORMASI SISTEM PENDIDIKAN TINGGI
Perguruan Tinggi menjadi pusat penghasil lulusan dan IPTEKS yang memperkuat dayasaing bangsa melalui paradigma baru yang berfokus pada kualitas, akses dan kesetaraan, serta otonomi sebagai target pencapaian 2010 (Ditjen Dikti, 2003). Dalam kurun waktu kedepan, fokus pembangunan adalah peningkatan dayasaing regional (2015-2020) dan dayasaing internasional (2020- 2025). Dalam perspektif ini maka tolok ukur kekuatan pendidikan tidak lagi ditentukan oleh acuan baku nasional, tetapi lebih dari itu adalah kemampuan lulusan mengembangkan dan mengisi kesempatan kerja regional dan internasional.
Demikian juga dengan temuan dan hasil IPTEKS, selain berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pembangunan bangsa, juga diarahkan untuk diterima, diserap dan dihargai oleh masyarakat dunia. Salah satu bukti pengakuan internasional adalah diperolehnya akreditasi dari lembaga internasional.
Perguruan Tinggi juga dituntut untuk masuk dalam kaliber dunia (World Class University/WCU) dengan karakteristik dan indikator yang ditetapkan oleh berbagai badan Akreditasi Internasional yang mengadopsi berbagai model seperti Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET), ASEAN University Network (AUN-QA), Australasia Veterinary Boards Council (AVBC), The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB), International Federation of Landscape Architects (IFLA), Japanese Acreditation Board for Engineering Education (JABEE), Washington Accord, Institute of Marine Engineering, Science and Technology (IMAREST), Society of Wood Science and Technology (SWST), Institute of Food Technologist (IFT), International Union of Food Science and Technology (IUFoST), dan lain-lain. Secara umum indikator yang menjadi penentu
Page | 9 adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan seperti penguasaan dan penggunaan matematika, analisa dan solusi masalah di bidang terkait, perancangan, penerapan dan evaluasi sistem, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan sebagainya tergantung pada badan akreditasi yang dipilih.
Satu hal yang patut dicermati dalam dimensi mutu adalah penguatan riset dan program pasca sarjana (graduate program) yang dapat mewujudkan konsep dan strategi unggul untuk pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan yang berkelanjutan. Dalam dimensi kesetaraan diperlukan suatu pendidikan tinggi yang mampu mengakomodir suatu media dan proses pembelajaran yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas tanpa batas ruang dan waktu dengan berbagai inovasi metodologi dan teknologi, mengarah pada e-learning. FATETA sudah memulai dan terus mengembangkan fasilitas pembelajaran, diseminasi dan penyuluhan teknologi berbasis elektronik.
1.5. PENGEMBANGAN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN
Karakter kewirausahaan mengharuskan universitas memadukan faktor lingkungan (baik formal maupun informal) dan faktor internal (sumberdaya dan kemampuan). Universitas perlu memiliki struktur yang kuat untuk membentuk hubungan antara fungsi penelitian, pengajaran dan administrasi sehingga terbangun visi bersama lebih dari sekedar kumpulan visi departemen yang berada dalam lingkungannya. Semua kaidah dimuat atau dibakukan dalam penadbiran (governance) yang menjadi acuan pokok struktur manajemen internal, pengambilan keputusan dan peran kepemimpinan. Kesemuanya berorientasi pada pembentukan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya pola pikir, sikap dan laku kewirausahaan.
Universitas kewirausahaan memerlukan manager, dengan karakter kepemimpinan yang kuat, yang berupaya melaksanakan misi yang telah ditetapkan.
Di sisi yang lain, staf pengajar adalah sumberdaya manusia yang paling menentukan dalam pengembangan mutu pendidikan dan inovasi penelitian.
Pengajar dan pengelola adalah pelaku penting dalam transformasi internal menuju universitas kewirausahaan. Proses transformasi tersebut akan berhasil jika didukung oleh pembiayaan dan otonomi yang memadai. Diversifikasi sumber pendanaan perlu dilakukan sehingga terjadi keseimbangan dukungan pemerintah, kontrak penelitian, layanan kampus, dan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).
Pendanaan kemudian berkembang lintas batas tradisional dengan dunia luar universitas (Gambar 1).
Page | 10 Gambar 1. Model konseptual Universitas Kewirausahaan
(Guerrero dan Urbano, 2010)
Keberhasilan Universitas Wirausaha ditentukan oleh hasil pendidikan, penelitian dan kegiatan kewirausahaan. Karakter wirausaha melekat pada proses dan hasil belajar mengajar serta proses dan hasil penelitian yang dalam lingkup FATETA telah dikembangkan konsep pendidikan berbasis dan berorientasi technoprenership oleh Departemen TIN sehingga dapat diadopsi oleh fakultas.
Lulusan mempunyai karakter kewirausahaan yang mumpuni yang bermakna dapat mengisi dan membentuk kesempatan kerja dengan baik berbasis ilmu, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai penggerak dunia usaha baik berupa pengembangan usaha yang sudah ada maupun sebagai cikal bakal (embrio) usaha baru. Dengan demikian, keluaran (outcomes) dari universitas kewirausahaan terwujud sebagai hasil hubungan yang serasi antara pendidikan, penelitian dan pengembangan usaha. Secara garis besar indikator keberhasilan pengembangan karakter kewirausahaan adalah sebagai berikut:
Lulusan menjadi pembentuk selain sebagai pencari (pengisi) lapangan kerja,
Manajemen kewirausahaan mampu berperan mengatasi kesulitan dalam pertumbuhan usaha baru dan mendekatinya melalui penelitian multidisiplin,
Penelitian dan hasilnya tidak hanya untuk publikasi ilmiah tetapi juga sebagai sumber inovasi bagi masyarakat dan ekonomi serta titik awal pengembangan ide bisnis, dan
Manajemen inti yang kuat.
Page | 11 Pengembangan universitas kewirausahaan perlu penguatan faktor formal dan informal. Penguatan faktor formal meliputi penyesuaian struktur organisasi dan penadbiran, dukungan untuk pengembangan bisnis baru (technopark, inkubator) dan pendidikan kewirausahaan. Faktor informal perlu dikembangkan untuk mendorong perubahan perilaku sivitas akademik, pengembangan metode pengajaran (termasuk mata kuliah kewirausahaan) serta pengembangan percontohan dan sistem penghargaan. Semua penguatan diarahkan pada perbaikan dan penguatan pendidikan, penelitian serta kegiatan nyata kewirausahaan.
Page | 12
2. ARAH PENGEMBANGAN FATETA
2.1. VISI
Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) sudah berada pada tahap kemapanan dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan di bidang kompetensinya.
Kekuatan tenaga pengajar, tenaga kependidikan dan mahasiswa serta fasilitas pendidikan, kegiatan riset dan jejaring kerjasama yang luas mendorong peningkatan peran dengan tingkatan yang lebih tinggi dan lebih luas. Semua kekuatan tersebut menjadi modal yang cukup untuk menuju persaingan global di bidang teknologi pertanian tropika.
Institut Pertanian Bogor, sebagai institusi induk, telah menetapkan bahwa arah pengembangannya adalah menuju universitas riset berkarakter kewirausahaan. Oleh karena itu, FATETA dengan kekuatan yang dimiliki mendasarkan pengembangannya pada karakter kewirausahaan tersebut yang unggul dalam pelaksanaan dan cakupan riset pada taraf internasional. Dengan kompetensi inti di bidang Teknologi, Teknik, Biosistem, Industri, Pangan, Sipil dan Lingkungan ditetapkan Visi FATETA sebagai berikut:
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN BERTARAF INTERNASIONAL YANG INOVATIF, UNGGUL DALAM RISET DAN BERKARAKTER KEWIRAUSAHAAN
Taraf internasional yang dimaksudkan adalah pelaksanaan kegiatan dan mutu keluaran dapat disetarakan dengan lembaga pendidikan dan riset di bidang teknologi pertanian dan bidang yang terkait lainnya yang mendapat pengakuan dunia. Dengan pengertian ini, maka FATETA menggunakan patok tuju, selain memenuhi baku pendidikan nasional, baku mutu internasional baik melalui akreditasi maupun kerjasama pendidikan dan riset.
Unggul dalam pelaksanaan riset dimaksudkan FATETA akan melaksanakan riset yang lebih maju untuk mengantisipasi perkembangan teknologi masa depan pertanian tropika. Hal ini diarahkan untuk menghasilkan teknologi yang aplikatif, adaptif, komprehensif, dan integratif melalui kordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi kegiatan penelitian lintas departemen dan lintas kelompok keilmuan. Sesuai dengan orientasi IPB, maka FATETA mengambil peran penting dan aktif dalam membangun ketahanan pangan dan energi, pengembangan agroindustri, dan pelestarian lingkungan.
Berkarakter kewirausahaan dimaksudkan FATETA melaksanakan kegiatan akademis secara efektif, efisien dan produktif. Hal ini dimungkinkan dengan adanya organisasi inti yang kuat, jejaring yang kuat dan keluaran yang kompetitif. Karakter ini melekat pada semua aspek dari semua komponen dan kegiatan FATETA mulai dari kurikulum, proses belajar mengajar, kegiatan penelitian, dan lulusan.
Page | 13 Dalam rumusan yang sederhana, FATETA pada tahun 2018 akan memiliki:
(1) Organisasi dan kelembagaan yang kuat berdasarkan penadbiran yang baik yang memastikan proses pendidikan, penelitian, kerjasama dan pelayanan berjalan dengan baik.
(2) Pengembangan paket teknologi tepat guna yang dapat diterapkan pada pertanian tropika untuk memperbaiki produktivitas, efisiensi dan pelestarian lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(3) Kegiatan dan hasil penelitian yang dapat dikomersialkan dan atau menjadi trend setter dalam pengembangan ketahanan pangan, ketahanan energi, pengembangan agroindustri dan pengelolaan lingkungan.
(4) Jejaring kerjasama institusional yang luas dalam bidang pendidikan dan penelitian yang menghasilkan pemasukan yang besar dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA).
(5) Menghasilkan lulusan yang mampu mengisi kesempatan kerja secara profesional dan menciptakan kesempatan kerja berbasis ilmu pengetahuan yang diperoleh terutama hasil risetnya.
2.2. MISI
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi FATETA untuk pengembangan tahun 2014 - 2018 adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi strata S1, S2 dan S3 yang unggul melalui jalur akademik dan profesional di bidang teknologi pertanian yang didukung sarana dan prasarana yang handal serta kurikulum yang efektif dan efisien untuk menghasilkan lulusan yang berdayasaing internasional berkarakter kewirausahaan.
2. Menyelenggarakan penelitian dasar dan terapan dalam bidang Teknik Mesin dan Biosistem, Teknologi Pangan, Teknologi Industri Pertanian, Teknik Sipil dan Lingkungan untuk pengembangan IPTEKS yang bermanfaat bagi masyarakat agraris dan bahari.
3. Melakukan layanan masyarakat yang mengedepankan inovasi IPTEKS dan berkarakter kewirausahaan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa dan kelestarian sumberdaya alam.
4. Memperkuat sistem manajemen dan penadbiran fakultas yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
2.3. TUJUAN
Sesuai Visi dan Misi FATETA IPB (2014-2018), maka disusun berbagai program yang bertujuan sebagai berikut:
1. Menghasilkan lulusan pendidikan tinggi yang unggul di bidangnya yang mampu mengembangkan dan menerapkan IPTEKS, berdayasaing tinggi dalam skala nasional dan internasional dan berkarakter Indonesia.
Page | 14 2. Menghasilkan IPTEKS inovatif dan aplikatif yang ramah lingkungan untuk
mendukung pencapaian ketahanan pangan, pengembangan agroindustri, ketahanan energi dan pelestarian lingkungan.
3. Menjadikan FATETA sebagai trend setter penghasil dan aplikasi inovasi IPTEKS dengan karakter kewirausahaan dan tetap mempertahankan nilai-nilai dinamis bangsa dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
4. Menjadikan sistem manajemen FATETA yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan siap berkompetisi dan bersinergi secara nasional dan global.
Page | 15
3. ANALISIS SITUASIONAL
3.1. KONDISI DAN POTENSI FATETA 3.1.1. Pendidikan
Fakultas Teknologi Pertanian saat ini terdiri dari empat Departemen yakni Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP), Teknologi Industri Pertanian (TIN), dan Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL). Masing-masing departemen menyelenggarakan satu program Studi Sarjana. FATETA juga menyelenggarakan program pendidikan pascasarjana Magister (S2) dan Doktor (S3) melalui Program Pascasarjana IPB yaitu Ilmu Pangan (S2, S3) sejak tahun 1975, Teknik Pertanian (S2) sejak 1978 yang kemudian berganti nama menjadi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan (S2) sejak tahun 2007, Ilmu Keteknikan Pertanian (S3) sejak tahun 1980, Teknologi Pasca Panen (S2) sejak tahun 1986, Teknologi Industri Pertanian (S2/S3) sejak tahun 1991, Magister Profesi Teknologi Pangan (S2) sejak tahun 2005, dan Mayor Teknik Sipil dan Lingkungan (S2) sejak tahun 2009.
Program Sarjana (S1) Fakultas Teknologi Pertanian telah memperoleh akreditasi dari BAN-PT. Selain akreditasi nasional program sarjana FATETA juga mendapatkan akreditasi internasional, yaitu sebagai berikut:
a. Program Studi Sarjana Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) memperoleh peringkat akreditasi A dari BAN PT sampai tahun 2016 dan sedang proses memperoleh akreditasi internasional dari Japanese Accreditation Board for Engineering Education (JABEE)
b. Program Studi Sarjana Teknologi Pangan (ITP) memperoleh peringkat akreditasi A dari BAN PT sampai tahun 2016 dan memperoleh persetujuan (approval) akreditasi internasional dari Institute of Food Technologist (IFT) dan International Union of Food Science and Technology (IUFoST).
c. Program Studi Sarjana Teknologi Industri Pertanian (TIN) memperoleh peringkat akreditasi A dari BAN PT sampai tahun 2018 dan memperoleh akreditasi internasional dari Accreditation Board of Engineering and Technology (ABET).
d. Program Studi Sarjana Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL) memperoleh peringkat akreditasi C dari BAN PT sampai tahun 2016 dan sedang dalam proses perbaikan akreditasi BAN PT.
e. Semua program studi S2 memperoleh peringkat akreditasi A dari BAN PT hingga tahun 2015-2016, kecuali program studi S2 Teknik Sipil dan Lingkungan memperoleh peringkat akreditasi C dari BAN PT sampai tahun 2017 dan sedang dalam proses perbaikan akreditasi BAN PT.
f. Semua program studi S3 memperoleh peringkat akreditasi A dari BAN PT hingga tahun 2015-2016, kecuali program studi S3 Ilmu Keteknikan Pertanian
Page | 16 memperoleh peringkat akreditasi B dari BAN PT sampai tahun 2014 dan sedang dalam proses reakreditasi BAN PT.
g. Semua program studi S1, S2, dan S3 di lingkungan FATETA harus mendapatkan akreditasi A dari BAN selambatnya pada tahun 2015. Khusus untuk S1 semua program studi harus mendapatkan akreditasi dari lembaga internasional atau setidaknya regional pada tahun 2016.
Saat ini keilmuan teknik semakin kuat dan telah berkembang. Hal inilah yang mendasari Departemen Teknik Pertanian berkembang menjadi dua departemen, yaitu Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Pengembangan keilmuan teknik masih dalam proses untuk menuju menjadi tiga rumpun keilmuan teknik, yaitu Teknik Pertanian (Teknik Biosistem), Teknik Mesin, dan Teknik Sipil dan Lingkungan. Namun dikarenakan keterbatasan sumberdaya manusia, maka pendirian Departemen Teknik Mesin ditunda. Dalam rangka untuk tetap mempersiapkan menuju pengembangan yang diharapkan, maka Departemen Teknik Mesin dan Departemen Teknik Pertanian masih bersatu menjadi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Dalam kurun 2014-2018 persiapan terus dilakukan sehingga pada tahun 2018 telah dibuat proposal untuk menjadi acuan pendirian dua departemen terpisah tersebut.
3.1.2. Sumberdaya Manusia
FATETA memiliki tenaga pendidik dengan berbagai spesialisasi yang berbeda di bidang ilmu keteknikan pertanian, ilmu dan teknologi pangan, teknologi industri pertanian, dan teknik sipil dan lingkungan. Pada tahun 2013, jumlah tenaga pendidik (dosen) FATETA adalah 148 orang dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut : S3 =118 orang (79,73 %), dan S2 = 30 orang (20,27 %). Jumlah dosen yang masih tugas belajar sebanyak 14 orang, seluruhnya untuk Progam S3, dengan perincian lima orang di luar negeri dan sembilan orang di dalam negeri. Berdasarkan jabatan fungsional dari ke-148 orang tenaga pendidik tersebut adalah Guru Besar 37 orang (25,00%), Lektor Kepala 48 orang (32,43%), Lektor 38 orang (25,68%), Asisten Ahli dan dosen yang belum mempunyai jabatan fungsional 25 orang (16,89%).
Berdasarkan usia, sebanyak 48,70% tenaga pendidik FATETA berada pada usia 45-54 tahun. Hal ini menjadi pertimbangan dalam perekrutan tenaga pendidik yang baik agar 10-20 tahun mendatang jumlah, kualifikasi dan jenjang kepangkatan dapat dipertahankan.
Pada tahun 2013 FATETA didukung oleh tenaga kependidikan yang terdiri dari 96 orang (6,25% lulusan SD/SMP, 61,46% lulusan SMA dan 32,29% lulusan diploma/sarjana) berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 52 orang berstatus tenaga honorer/kontrak. Tenaga kependidikan tersebut terbagi menjadi dua yakni tenaga kependidikan administrasi dan teknisi. Berdasarkan umur, tenaga kependidikan FATETA yang berstatus PNS sebagian besar berumur 50-55 tahun (37,1%) dan 45-49 tahun (22,7%). Oleh karena itu FATETA akan melakukan
Page | 17 perekrutan berencana sehingga dalam waktu 5-10 tahun mendatang tidak terjadi kekurangan baik jumlah maupun kualifikasinya.
Proses penyeleksian mahasiswa baru program S1 tidak terlepas dari kebijakan IPB, yaitu melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang terdiri dari jalur undangan dan jalur tes, BUD (Beasiswa Utusan Daerah), PIN (Prestasi Internasional dan Nasional) serta UTM (Ujian Talenta Mandiri). Keketatan persaingan masuk FATETA dapat dilihat pada Gambar 2.
Nisbah jumlah pelamar dengan jumlah mahasiswa S1 yang diterima di setiap departemen menunjukkan fluktuasi yang beragam dan cenderung menurun (Gambar 2). Akan tetapi, di Departemen SIL masih menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Seleksi mahasiswa baru program pascasarjana mengacu pada kebijakan IPB, calon mahasiswa harus memiliki indeks prestasi di atas 2,75 untuk program S2 dan 3,50 untuk program S3. Dengan kualifikasi ini, jumlah pelamar dengan jumlah yang diterima di setiap program pascasarjana di lingkungan FATETA adalah sama (±
1:1,2).
Gambar 2. Rasio jumlah pelamar dengan jumlah mahasiswa S1 yang diterima di setiap departemen di FATETA IPB
Mahasiswa FATETA memiliki wadah organisasi kemahasiswaan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi non-akademik dan soft skill. Organisasi kemahasiswaan tersebut adalah : (1) Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), (2) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), (3) Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA), (4) Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HIMITEPA), (5) Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMALOGIN), dan (6) Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL).
Kegiatan bidang organisasi dan kelembagaan mencakup kegiatan perekrutan anggota baru, up grading, pelatihan kepemimpinan dan konsolidasi intern
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0
2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
TMB ITP TIN SIL FATETA Jalur USMI &
SNMPTN
Jalur SNMPTN Undangan dan Tes, BUD, UTM, dan Mahasiswa Asing
Page | 18 organisasi. Peran dari mahasiswa lama terhadap mahasiswa baru dalam pembinaan menunjukkan nilai yang sangat positif, terutama dalam alih informasi seputar departemen, fakultas, IPB dan organisasi kemahasiswaan.
FATETA sebagai salah satu fakultas unggulan di IPB memiliki sumberdaya manusia dengan prestasi yang membanggakan baik di tingkat nasional maupun internasional. Sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 tenaga pendidik FATETA telah meraih lima penghargaan tingkat nasional dan satu penghargaan tingkat internasional. Pada tingkat nasional tenaga kependidikan meraih tiga penghargaan.
Demikian juga dengan mahasiswa FATETA mampu bersaing dengan meraih 41 penghargaan tingkat nasional dan 10 penghargaan tingkat internasional.
Invensi FATETA telah banyak terpilih dan diterbitkan dalam buku karya inovasi paling prospektif Indonesia. Jumlah invensi dari tahun ke tahun cenderung meningkat, yakni dari tahun 2010 sebanyak 11 invensi, pada tahun 2011 menjadi 12 invensi, pada tahun 2012 sebanyak 14 invensi, dan meningkat pada tahun 2013 yaitu 16 invensi.
3.1.3. Fasilitas
FATETA memiliki Pusat Informasi Teknologi Pertanian (PITP) yang menyediakan informasi terkait dengan ilmu dan teknologi pertanian dalam bentuk antara lain: buku-buku teks (textbooks), jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional, buletin/majalah, skripsi, tesis, disertasi, dan lainnya. PITP sebagai penyedia jasa perpustakaan FATETA dikunjungi oleh mahasiswa FATETA dan mahasiswa IPB non-FATETA, dosen, tenaga kependidikan dan pengunjung umum dari luar IPB dengan jumlah pengunjung sebanyak 7.419 orang pada tahun 2009, 5.204 orang pada tahun 2010, 8.132 orang pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 12.455 orang pada tahun 2012, namun terjadi penurunan pada tahun 2013 menjadi 5.685 orang.
Dalam pelayanan laboratorium untuk pengujian, FATETA didukung oleh laboratorium-laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan yang sederhana hingga canggih. Dua laboratorium diantaranya telah mendapatkan sertifikat ISO 17025 yakni Laboratorium Jasa Analisis Pangan (ITP) dan Laboratorium Pengujian Kualitas Air (TIN).
Website FATETA merupakan salah satu sarana informasi mengenai FATETA, departemen-departemen di FATETA, PITP, F-Technopark, alumni, kepakaran FATETA, hasil-hasil penelitian, artikel, berita kegiatan FATETA, dan lain-lain.
Website tersebut telah dibuat dan dikembangkan dalam dua versi yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Alamat web FATETA IPB adalah http://fateta.ipb.ac.id.
Dalam rangka meringankan beban mahasiswa, terutama bagi mahasiswa yang keadaan ekonomi orang tuanya kurang mampu, IPB memberikan beasiswa yang berasal dari berbagai sumber, baik beasiswa dari pemerintah maupun swasta.
Page | 19 Pada tahun 2013 jumlah mahasiwa FATETA IPB yang menerima beasiswa sebanyak 1.044 orang dengan total dana beasiswa sebesar Rp 4.882.638.000.
Pada tahun 2013 juga telah disalurkan dana yang bersumber dari Alumni sebanyak Rp 150.656.000 untuk 81 orang mahasiswa FATETA.
Program Penyangga Kesehatan Mahasiswa bertujuan untuk memelihara kesehatan mahasiswa selama masa studi di IPB melalui hal-hal berikut :
Pelayanan rawat jalan oleh Poliklinik IPB kepada mahasiswa yang memerlukannya;
Bantuan biaya rawat inap dan pengobatan bagi mahasiswa yang mengalami sakit sehingga harus dirawah di rumah sakit;
Bantuan biaya pengobatan karena kecelakaan yang dialami oleh mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus selama masa studi di IPB.
FATETA juga telah membantu administrasi dan pendanaan mahasiswa untuk mengikuti seminar dan lomba di luar negeri maupun di dalam negeri sebagai sarana peningkatan kemampuan kompetensi (soft skill) mahasiswa. Beberapa lembaga pendidikan tinggi luar negeri telah datang ke FATETA dan menyampaikan keinginannya untuk menjalin kerjasama dalam pendidikan. Lembaga pendidikan tinggi dari Jepang, Perancis, Belanda, Malaysia, Australia, dan Thailand telah datang ke FATETA dalam rangka menjajagi kerjasama pendidikan.
Kerjasama akademik telah dirintis dengan Mae Fah Luang University Thailand, Universiti Putra Malaysia dan Universiti Teknologi Mara Malaysia dalam bentuk student exchange. Program tersebut adalah penelitian tugas akhir dan atau credit transfer yaitu mengambil matakuliah. Mahasiswa yang melaksanakan student exchange dibiayai melalui program MIT (Malaysia-Indonesia-Thailand).
Tahun 2013, jumlah mahasiswa FATETA yang mengikuti student exchange adalah satu orang dari Departemen TMB dan 11 orang dari Departemen ITP, dengan rincian sebagai berikut: delapan orang ke Thailand (lima orang di Mae Fah Luang University dan tiga orang di Kasetsart University), tiga orang ke Malaysia (dua orang di Universiti Putra Malaysia dan satu orang di Universiti Teknologi Mara), dan satu orang ke Jepang (Ryukyus University). Pada tahun 2014, jumlah mahasiswa FATETA yang mengikuti student exchange meningkat menjadi 25 orang semuanya berasal dari Departemen ITP, yaitu: 15 orang full scholarship masing- masing lima orang ke Jepang, lima orang ke Thailand, dan lima orang ke Malaysia.
Sepuluh orang partial scholarsip, masing-masing lima orang ke Thailand, tiga orang ke Kasetsart University dan dua orang ke Prince of Songkla University.
Dalam rangka untuk meningkatkan kerjasama akademik antar perguruan tinggi di wilayah ASEAN, FATETA telah menginisiasi pembentukan Konsorsium Fakultas Teknologi Pertanian dan Pangan ASEAN. Pembentukan konsorsium ini telah dilakukan di Bogor pada tanggal 28 Oktober 2012, konsorsium ini melibatkan fakultas terkait bidang teknologi pertanian dan pangan di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Sekretariat konsorsium berada di FATETA IPB, yang diketuai oleh Dekan FATETA IPB untuk periode 2012-2014. Melalui konsorsium ini
Page | 20 diharapkan dapat dilakukan kerjasama yang lebih intensif dalam bentuk student and staff mobility, curriculum development and harmonization, research and extension, serta scientific communication.
3.1.4. Lulusan
Program Sarjana (S1) Fakultas Teknologi Pertanian IPB pada tahun 2013 telah meluluskan mahasiswa sebanyak 316 orang yang diwisuda pada periode bulan Februari, April, Juli, September, dan November 2013. Rata-rata IPK lulusan dan rataan lama studi selama lima tahun terakhir (tahun 2009-2013) dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Rataan masa studi dan rata-rata IPK lulusan FATETA IPB selama lima tahun terakhir (2009-2013)
Sementara itu, untuk program pascasarjana S3, berdasarkan data kelulusan tahun 2009-2013 rata-rata lama studi yang ditempuh bervariasi antara 4,8 – 7,0 tahun dengan rata-rata lama penyelesaian studi adalah 5,6 tahun (Gambar 4).
Sementara untuk program S2, hasil studi mahasiswa dan rata-rata waktu penyelesaian studi semakin membaik. Pada lima tahun terakhir rata-rata IPK lulusan mencapai 3,62 – 3,75 dengan rata-rata masa studi 2,53 - 2,71 tahun.
45 48 51 54 57 60
3.0 3.2 3.4 3.6 3.8 4.0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Masa studi (bulan)
Rata-rata IPK Lulusan
Rata-rata IPK lulusan Masa studi (bulan)
Page | 21 Gambar 4. Rata-rata lama studi mahasiswa S3 berdasarkan tahun lulus
Pada setiap periode wisuda, fakultas melakukan survei dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan akademik dan non-akademik. Pelanggan yang dijadikan responden dalam survei adalah lulusan yang merupakan calon wisudawan pada periode wisuda yang bersangkutan. Hasil survei kepuasan pelanggan (wisudawan) periode Februari s.d.
November 2013 menunjukkan hasil rata-rata 4.21 untuk pelayanan akademik dan 3.92 untuk pelayanan non-akademik (skala 1-5, 1=sangat tidak puas, 2=tidak puas, 3=netral, 4=puas, 5=sangat puas). Sementara untuk program pascasarjana S2 dan S3, hasil survei menunjukan sebagian besar menghendaki adanya penambahan pustaka yang relevan dan mudah dijangkau serta fasilitas mahasiswa untuk mendapat tempat/meja di bagian agar dapat melakukan kegiatan penelitian dengan lebih intensif. Hasil survei ini disampaikan ke departemen untuk dijadikan masukan bagi penyelenggarakan kegiatan akademik. Bagi fakultas, hasil survei ini menjadi masukan untuk peningkatan pelayanan non-akademik.
Masa tunggu kerja lulusan FATETA umumnya tidak lebih dari tiga bulan.
(Gambar 5). Secara relatif, FATETA lebih baik atau setidak-tidaknya sama dengan lulusan fakultas lainnya di lingkungan IPB.
- 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
2009 2010 2011 2012 2013
Lama Studi (Tahun)
Tahun Lulus Ilmu Keteknikan Pertanian Ilmu Pangan Teknologi Industri Pertanian FATETA
Page | 22 Gambar 5. Masa tunggu kerja lulusan FATETA dibandingkan dengan
lulusan fakultas lain di IPB
3.1.5. Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Sebagai salah satu dari tridharma, penelitian telah menjadi salah satu dari tiga misi utama yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok dosen secara bersama-sama dengan atau tanpa melibatkan mahasiswa S1, S2 maupun S3.
Penelitian pun mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu serta kebutuhan industri dan masyarakat. Dengan dukungan laboratorium yang ada di FATETA maupun laboratorium di pusat-pusat yang ada di IPB, penelitian di FATETA sangat berkembang.
Pemetaan telah dilakukan terhadap penelitian-penelitian yang berjalan dan mulai menyusun payung penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi bersama tentang topik-topik penelitian yang masih perlu diperkuat. Salah satu fokus yang masih perlu diperkuat adalah penelitian-penelitian di bidang ketahanan pangan dan keamanan pangan. Penelitian-penelitian perlu diarahkan pada penanganan dan pengolahan bahan pangan lokal untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, mutu dan keamanannya.
Kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen baik secara individu maupun kelompok, terbagi dalam dua kelompok yaitu (1) kelompok yang dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Page | 23 Masyarakat (LPPM) IPB dan kelompok yang langsung dilakukan oleh departemen/fakultas.
Dalam penyelenggaraan kegiatan tridharma perguruan tinggi, FATETA mendapatkan pendanaan dari pemerintah (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan/Kemendikbud, kementrian dan lembaga/badan lainnya), dana masyarakat dan sumber-sumber dana lain yang sah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Secara umum perbandingan pendanaan FATETA adalah 60% berasal dari pemerintah dan 40% berasal dari dana masyarakat. Perbandingan dana yang berasal dari Kemendikbud dengan dana masyarakat yang diperoleh FATETA selama tiga tahun terakhir disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan dana yang berasal dari Kemendikbud dengan dana masyarakat yang diperoleh FATETA selama tiga tahun terakhir No Jenis
penggunaan
Jumlah dana (x Rp 1000) dan Persentase
2011 2012 2013
Rp (%) Rp (%) Rp (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Pendidikan 6.592.217 18,87 5.898.670 15,76 4.696.518 14,55 2 Penelitian 8.778.624 25,12 6.511.614 17,39 4.031.911 12,49 3 Pengabdian
kepada masyarakat
2.993.628 8,57 4.230.580 11,30 7.315.654 22,66 4 Investasi
prasarana 1.137.595 3,26 1.100.059 2,94 262.869 0,81 5 Investasi
sarana 3.750.402 10,73 1.293.516 3,45 842.980 2,61 6 Investasi
SDM 1.174.865 3,36 157.489 0,42 250.680 0,78
7 Lain-lain
termasuk gaji 10.515.409 30,09 18.247.771 48,74 14.879.307 46,09 Total 34.942.739 100 37.439.698 100 32.279.919 100 Hasil kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa FATETA dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah maupun prosiding. Dalam tiga tahun terakhir publikasi ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah adalah 458 artikel (Gambar 6) dan dalam bentuk prosiding sebanyak 297 artikel baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional (Gambar 7).
Page | 24 Gambar 6. Jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah
selama tiga tahun terakhir (2010-2013)
Gambar 7. Jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan dalam prosiding selama tiga tahun terakhir (2010-2013)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
2010 2011 2012
Jurnal ilmiah
TIN ITP TMB SIL
0 5 10 15 20 25 30 35 40
TMB ITP TIN SIL
Prosiding Internasional
2010 2011 2012
Page | 25 3.1.6. Jurnal Ilmiah FATETA
Jurnal ilmiah terakreditasi (B) oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) di lingkungan FATETA adalah Jurnal Teknologi Industri Pertanian (diterbitkan oleh Asosiasi Agroindustri Indonesia dan Departemen TIN) dan Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Indonesia (diterbitkan oleh Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia dan Departemen ITP). Jurnal Keteknikan Pertanian (diterbitkan oleh Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia dan Departemen TMB) sedang dalam proses akreditasi oleh Dikti. Departemen SIL diharapkan dapat segera menerbitkan jurnal ilmiah dalam lingkup keilmuan yang spesifik dan memperoleh akreditasi.
3.2. ANALISIS SWOT
Hasil analisis hubungan kausal dan analisis berorientasi tujuan menjadi dasar analisis SWOT untuk memetakan faktor-faktor kunci keberhasilan ke pengembangan strategis FATETA 2014-2018. Analisis dilakukan terhadap FATETA sebagai lembaga, program pendidikan, penelitian dan kerjasama kelembagaan.
3.2.1. Kelembagaan FATETA
Sejak berdirinya tahun 1964, fakultas ini terus mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan dinamika internal (staf, tenaga kependidikan, fasilitas) dan eksternal (ilmu dan pengetahuan, persaingan lokal-regional-internasional). Kondisi terakhir digambarkan oleh berbagai kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 2.
Page | 26 Tabel 2. Matriks SWOT Kelembagaan FATETA
Faktor Internal
Faktor Eksternal
KEKUATAN
1. Salah satu fakultas teknologi pertanian nasional terkemuka dengan kompetensi inti yang khas pada pertanian tropis dan kewirausahaan.
2. Memiliki aset sumberdaya (SDM, sarana/prasarana) yang memadai dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi multi strata.
3. Persentase staf pengajar doktor dan jabatan Guru Besar yang memadai.
4. Mendapat akreditasi internasional oleh dua dari empat departemennya.
5. Perolehan inovasi dan penghargaan yang tinggi bagi sivitas akademik.
6. Memiliki pusat-pusat penelitian dan pemberdayaan masyarakat yang mampu menjawab tuntutan pemangku kepentingan.
7. Berpengalaman dalam jaringan kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintahan dan non pemerintahan, nasional dan internasional.
8. Memiliki sarana untuk pembangkitan pendapatan seperti program inkubator, technopark, teaching industry, university farm.
9. Memiliki alumni dengan prestasi yang baik dalam berbagai profesi baik di bidang pemerintahan, pendidikan, penelitian, bisnis, dan kewirausahaan.
10. Teknologi dan sistem informasi yang telah dikembangkan digunakan untuk berbagai kebutuhan manajerial, pendidikan, penelitian, promosi dan informasi, e-learning dan e-library dan penjalinan mitra kerja.
11. Mengelola jurnal nasional terakreditasi yaitu Jurnal Keteknikan Pertanian (TMB), Jurnal Teknologi dan Industri Pangan (ITP), dan Jurnal Teknologi Industri Pertanian (TIN).
KELEMAHAN 1. Belum optimalnya integritas
keilmuan antar dosen,
depertemen, dan fakultas dalam mendukung unggulan program pertanian terpadu.
2. Masih rendahnya produk riset yang berhasil dipasarkan secara institusional, dibandingkan produk riset yang telah diusulkan untuk mendapatkan paten dan yang telah dipublikasikan.
3. Jumlah publikasi ilmiah nasional dan internasional masih relatif rendah.
4. Jumlah mahasiswa asing (foreign students) yang masih rendah.
5. Masih ada program studi yang belum terakreditasi nasional dengan memadai
Page | 27 PELUANG
1. Potensi kekayaan sumberdaya alam Indonesia dalam mendukung agribisnis dan agroindustri di Indonesia.
2. Pencanangan kebijakan revitalisasi pertanian oleh pemerintah dan platform ekonomi nasional yang berbasis pertanian.
3. Meningkatnya kebutuhan tenaga pendidik, peneliti dan praktisi profesional dalam berbagai bidang yang telah dikembangkan di IPB.
4. Ketersediaan competitive grant untuk pengembangan PT.
5. Perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya oleh masyarakat global yang mengarah pada EDI (Electronic Data Interchange) yang menghadirkan e-learning, e-publication, e-library, e-commerce, e-gov, dan internetworked enterprises.
6. Meningkatnya kebutuhan jasa konsultansi dan kepakaran yang dimiliki IPB.
7. Kebijakan dunia tentang penanganan global warming, penanggulangan kemiskinan, konservasi energi dan lingkungan.
8. Tuntutan akan kebutuhan pangan, pakan, papan dan kemampuan berswasembada secara nasional yang semakin kritis.
SO-Strategies
(1) Menjadikan FATETA mencapai academic excellence berkarakter WCU dalam kompetensi intinya.
(2) Menjadi fakultas riset unggulan dalam menghasilkan IPTEKS dan SDM profesional berkarakter kewirausahaan yang mampu menjawab tantangan nasional maupun global.
(3) Menjadi pusat jasa kepakaran untuk masyarakat dan pengembangan profesionalisme nasional dan internasional.
(4) Menjadi lokomotip pembangunan nasional yang berdaya saing global
(5) Membangun enterpreneurship yang mampu mendukung IPB dalam pencapaian academic excellence.
(6) Pengembangan program pendidikan profesional melalui peningkatan link & match dengan industri dan pemerintahan.
WO-Strategies (1) Menjadi trend setter dan main
promoting agent bidang pertanian yang menarik (attractive) dan menjanjikan (promising).
(2) Meningkatkan daya saing FATETA dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas yang memenuhi tuntutan pasar
nasional dan global yang dinamis.
(3) Memanfaatkan TI dalam membangun linkages dan menembus pasar untuk e- learning, KMS (Knowledge Management System) dan komersialisasi riset (IPB e- commerce).
(4) Pemanfaatan seluruh aset FATETA secara optimal sebagai modal dasar untuk perluasan sumber-sumber pembiayaan institusi.
(5) Pengembangan sistem mutu berstandar internasional dan good corporate governance.
Page | 28 ANCAMAN
1. Kebijakan globalisasi dalam berbagai sektor khususnya pendidikan yang menuntut kekuatan kompetisi yang tangguh di taraf nasional maupun internasional.
2. Menurunnya daya tarik calon mahasiswa terhadap pendidikan bidang pertanian.
3. Laju pertumbuhan IPTEKS yang sangat pesat yang mengakibatkan percepatan pengusangan teknologi, metodologi dan proses.
4. Menurunnya kemampuan pemerintah dalam penyediaan anggaran pendidikan tinggi dan lambannya pertumbuhan ekonomi nasional.
5. Pendayagunaan teknologi informasi (TI) oleh berbagai instansi atau lembaga pendidikan sebagai tulang punggung (backbone) dalam persaingan pelayanan prima dan bersahabat tanpa batas waktu dan ruang.
ST-Strategies
(1) Peningkatan program dan kerjasama internasional dalam mendorong collaborative reserach dan penerimaan mahasiswa asing.
(2) Pengembangan digital library dengan penyediaan e-journal khususnya publikasi internasional yang uptodate dan relevan.
(3) Peningkatan kesejahteraan institusi berbasis kinerja, dengan sistem merit (reward &
punishment) yang konsisten dan kondusif.
(4) Pengembangan hubungan & apresiasi alumni sebagai consulting & promoting agents institusi
WT-Strategies (1) Penguatan akreditasi PS dan
Institusi baik secara nasional sebagai modal menuju akreditasi internasional.
(2) Penguatan insentif untuk publikasi dan diseminasi riset bagi para peneliti di jurnal dan pertemuan ilmiah nasional dan internasional.
(3) Pengembangan payung-payung riset multidisiplin yang
berorientasi pada kekayaan dan potensi nasional dalam bidang sumberdaya hayati, energi, lingkungan dan sosio-teknologi
Page | 29 Strategi Pengembangan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan mutlak diperlukan untuk mensukseskan pelaksanaan program untuk mencapai hasil optimal. Dalam perspektif ini, FATETA menyadari sepenuhnya bahwa penguatan kelembagaan secara umum dan organisasi secara khusus perlu dilakukan untuk mengampu program pendidikan, penelitian dan kerjasama institusional. Strategi pengembangan kelembagaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
(1) Menjadikan FATETA mencapai academic excellence berkarakter WCU dalam kompetensi intinya.
Pengembangan kelembagaan untuk menjadi penyelenggaraan akademik yang unggul ditempuh melalui:
a. Menjadi trend setter dan main promoting agent bidang pertanian yang menarik (attractive) dan menjanjikan (promising).
b. Membangun enterpreneurship yang mampu mendukung IPB dalam pencapaian academic excellence.
c. Pemanfaatan seluruh aset FATETA secara optimal sebagai modal dasar untuk perluasan sumber-sumber pembiayaan institusi.
d. Pengembangan sistem mutu berstandar internasional dan penadbiran yang baik.
e. Memanfaatkan TI dalam membangun jejaring dan menembus pasar untuk e-learning, KMS (Knowledge Management System) dan komersialisasi riset (IPB e-commerce).
f. Pengembangan digital library dengan penyediaan e-journal khususnya publikasi internasional yang mutakhir dan relevan.
g. Penguatan akreditasi PS dan institusi baik akredetasi nasional, regional dan internasional.
h. Menjadi lokomotip pembangunan nasional yang berdaya saing global.
i. Pengembangan program pendidikan profesional melalui peningkatan link dan match dengan industri dan pemerintahan.
j. Peningkatan kesejahteraan institusi berbasis kinerja, dengan sistem penghargaan (reward and punishment) yang konsisten dan kondusif.
(2) Menjadi fakultas riset unggulan dalam menghasilkan IPTEKS dan SDM profesional berkarakter kewirausahaan yang mampu menjawab tantangan nasional maupun global.
Penguatan FATETA sebagai lembaga riset yang unggul dilakukan melalui:
a. Menjadi pusat jasa kepakaran untuk masyarakat dan pengembangan profesionalisme nasional dan internasional.
b. Peningkatan program dan kerjasama internasional dalam mendorong collaborative reserach dan penerimaan mahasiswa asing.
c. Pengembangan hubungan & apresiasi alumni sebagai institusi consulting and promoting agents.