13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian kali ini, yang pertama penelitian yang dilakukan oleh Roni Zulmeisa tahun 2016 yang berjudul Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif Rumah Sewa (Studi Kasus Pada Masjid Al-Furqan Gampong Beurawe Banda Aceh) metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif analisis yang diperolah dari kajian kepustakaan dan dianalisis secara kualitatif dengan menunjukkan hasil bahwa sistem pemilihan nazhir masih sederhana karena pemilihan pengelola harta wakaf rumah sewa Masjid al-Furan Gampong Beurawe masih menggunakan sistem kepercayaan yang diberikan kepada seseorang, hasil dari penyewaan rumah tersebut dibagi kepada imam rawatip dan imam Gampong sebesar 40% , 20% untuk biaya perawatan sedangkan 40% nya lagi diperuntukkan untuk kemakmuran masjid. Pembagian tersebut digunakan sebagai acuan sedangkan realisasinya tergantung dengan kebutuhan. Bedasarkan hukum Islam, pengelolaannya sudah sesuai dengan hukum Islam karena tujuan tidak menyalahi konsep pengelolaan wakaf dalam hukum Islam1. Tidak ada perbedaan signifikan antara penelitian terdahulu
1Zulmeisa, “Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif Rumah Sewa (Studi Kasus pada Masjid Al- Furqan Gampong Beurawe Banda Aceh).”
14
dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti karena dapat dilihat dari proses pengumpulannya, penelitian terdahulu menggunakan penelitian lapangan dan perpustakaan dan penelitian kalo ini menggunakan metode fenomena sosial yang dilihat dari pengalaman beberapa individu.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yesi Rahmawti dengan judul
“Perspektif Badan Wakaf Indonesia tentang Hak Sewa Benda Bergerak Sebagai Objek Wakaf (Studi pada Badan Wakaf Indonesia Provinsi Lampung)” pada tahun 2009 termasuk kedalam penelitian lapangan yang bersifat deskriptif dengan hasil bahwa wakaf produktif dapat disewakan agar dapat dinikmati nilai dan manfaatnya sehingga pengembangan wakaf itu sendiri dapat lebih produktif. Di provinsi Lampung, pemanfaatan benda wakaf produktif masih sangat minim sedangkan ada potensi untuk menjadikan benda wakaf yang ada lebih produktif, untuk itu diperlukan sosialisasi mendorong masyarakat khususnya nazhir dalam pengelolaan wakaf secara produktif2. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian kali ini dapat dilihat dari objek yang akan diteliti namun metode yang digunakan sama dan dapat dijadikan sebagai acuan pembuatan penelitian.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nursyifa Yolanda 2015 yang berjudul “Peranan Wakaf Produktif Terhadap Keberlangsungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan kesinambungan Badan Wakaf Walisongo”
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode desktiptif menemukan hasil
2Rahmawati, “Perspektif Badan Wakaf Indonesia tentang Hak Sewa Benda Bergerak Sebagai Objek Wakaf (Studi pada Badan Wakaf Indonesia Provinsi Lampung).”
15
bahwa wakaf produktif sangat berperan penting dalam keberlangsungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dimana usaha-usaha yang didirikan berada diatas tanah wakaf milik Yayasan Pondok Pesantren Walisongo.
Tanah wakaf yang dikelola tersebut membuat wakaf tersebut mengalami perkembangan setiap tahunnya karena salah satunya tempatnya yang strategis berada di tepi jalan Alianyang dan persimpangan jalan yang dikelilingi sekolah dan perkantoran. Selain itu wakaf produktif ini juga berperan dalam kesinambungan badan wakaf.3 Perbedaan penelitian terdahulu ini terletak pada objek dan lokasi yang akan diteliti dimana wawancara dilakukan dengan ketua Kantor Urusan Agama (KUA), pengelola badan wakaf sedangkan penelitian kali ini melakukan wawancara kepada pengelola lembaga yang terkait.
Penelitian Devi Megawati tahun 2014 yang mengusung judul
“Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif di Kota Pekanbaru”
metode penelitian yang digunakan yakni kualitatif dengan wawancara dan dokumentasi pada objek penelitian menunjukkan hasil bahwa pengelolaan wakaf produktif di Kota Pekanbaru masih menggunakan manajemen tradisional sehingga sistemnya masih sederhana, pemerintah sangat berperan penting dalam pengelolaan ini khususnya Kementrian Agama untuk mensosialisasikan kepada masyarakat dan membina nazhir agar mengembangkan wakaf produktif untuk dapat bermanfaat bagi kesejahteraan
3Nursyifa Yolanda, “Peranan Wakaf Produktif Terhadap Keberlangsungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dan Kesinambungan Badan Wakaf Walisongo,” Al-Maslahah 11, no. 1 (28 Desember 2015), https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/Almaslahah/article/view/136.
16
sosial umat Islam di Kota Pekanbaru yang menjadi mayoritas4. Terkait metode penelitian yang digunakan tidak ada perbedaan yang terdapat di dalamnya hanya berbeda pada objek penelitiannya saja.
Selanjutnya penelitian Gunawan Aji tahun 2015 yang berjudul “Studi Kelayakan Wakaf Produktid (Studi kasus pada Blok Pertokoan Masjid Al- Fairus Pekalongan)”penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif dengan hasil bahwa wakaf produktif yang ada pada Pertokoan Masjid Al-Fairus Pekalongan berada di dalam pasar persaingan monopolistik pada sisi produsen dan pasar industri bagi konsumen karena banyaknya penjual batik dan kuliner sehingga penawaran unit di Blok pertokoan tiap tahun permintaannya berimbang sehingga dapat dikatakan bahwa proyek blok pertokoan Masjid Al-Fairus Pekalongan dalam pengembangan wakaf produktif sudah layak untuk dilaksanakan dan dalam segi finansial pun juga layak dijalankan karena tingkat pengembalikan yang dihasilkan dari investasi lebih besar nilainya dibandingkan dengan tingkat pengembalian hasil investasi deposito mudharabah di bank-bank syariah5. Ada perbedaan yang terdapat antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diuji oleh peneliti pada kali ini, yakni pada penelitian terdahulu menggunan dua jenis penelitian dengan penggabungan kualitatif dan kuantitatif sedangkan untuk penenelitian ini hanya menggunakan jenis penelitian kualitatif.
4Megawati, “Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif Di Kota Pekanbaru.”
5Gunawan Aji, “Studi Kelayakan Wakaf Produktif (Studi Kasus Pada Blok Pertokoan Masjid Al- Fairus Pekalongan)),” Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam Dan Sosial 2, no. 1 (2015): 21–36, https://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/view/819.
17
Penelitian yang dilakukan oleh Hilda Gita Mayasari pada tahun 2019 dengan judul “Identifikasi Pengelolaan Wakaf Produktif pada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lumajang” Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan strategi studi kasus menunjukkan hasil bahwa wakaf produktif berupa tanah yang sebelumnya ditanam padi dan hanya mendapatkan dua juta pertahunnya kini dibangun SPBU sehingga nilai asetnya naik secara signifikan, hanya saja Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lumajang tidak memperhatikan jenis-jenis aset wakaf yang dihimpun sehingga kebanyakan aset berupa masjid dan mushola. Kebijakan dalam pengelolaan wakaf produktif yang mengharuskan nazhir punya sebuah kebijakan mengenai distribusi keuntungan membuat mereka telah mendayagunakan aset wakaf secara optimal walaupun secara produktif masih belum banyak. Pengalokasian hasil wakaf produktif dapat disalurkan ke Lembaga-lembaga seperti Panti Asuhan Ulil Absar dan juga pengembangan Muhammadiyah dengan pembagian yang profesional. Dapat simpulkan bahwa Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lumajang dalam mengelola wakaf produktif digunakan untuk membangun masjid, lembaga pendidikan dengan membangun sekolah dan TPQ/TPA, lembaga kesehatan dengan membangun klinik atau rumah sakit dan juga untuk bidang ekonomi dan sosial. Secara keseluruhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lumajang telah menjalankan fungsi manajemen wakaf produktif bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat6. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
6Hilda Gita Mayasari dan A. Syifa’ul Qulub, “Identifikasi Pengelolaan Wakaf Produktif Pada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lumajang,” Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan 6, no.
6 (2019): 1129–36, https://doi.org/10.20473/vol6iss20196pp1129-1136.
18
penelitian kali ini terletak pada jenis penelitian yang digunakan, dimana kali ini menggunakan penelitian kualitatif.
Penelitian yang dilakukan Fajri Agusta pada tahun 2019 yang berjudul
“Sistem Pengembangan dan Pengelolaan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia dari Tahun 1991-2007” penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat field research dengan analisis data yakni analisis deskriptif menunjukkan hasil bahwa pengelolaan wakaf masih tradisional dan belum terorganisir bahkan pengelolanya masih perorangan sehingga wakaf produktif Pondok Pesantren Modern Diniyyah belum berjalan maksimal. Tidak ada pengawasan pengelola dalam wakaf produktif berupa sawah dan ladang tersebut walaupun lokasi tidak strategis namun dapat dijual dan membeli lahan baru dengan lokasi strategis sehingga pemanfaatan wakaf tidak hanya untuk pengembangan gedung belajar saja yang mengakibatkan harta wakaf tidak produktif namun dapat dijadikan tempat usaha untuk jangka panjang7. Untuk penelitian terdahulu kali ini tidak ada perbedaan signifikan karena kali ini peneliti menggunakan field research dan hanya berbeda pada objek penelitian saja.
Penelitian Amirul Bakhri tahun 2017 dengan judul “Peranan Wakaf Produktif Pemuda Muhammadiyah untuk Kesejahteraan Warga Desa Longkeyang, Bodeh, Pemalang” dengan hasil yaitu Pemuda Muhammadiyah Desa Longkeyang memiliki beberapa program yang telah dihasilkan dari
7Fajri Agusta, “Sistem Pengembangan dan Pengelolaan Wakaf Produktif di Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia Dari Tahun 1991-2017” (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2019).
19
pengelolaan wakaf produktif yakni wakaf kain kafan dan bagi kader yang mau mondok akan mendapatkan suport dana. Wakaf produktif yang dikelola Pemuda Muhammadiyah ini sangat berperan penting di masyarakat sehingga wakaf produktif tersebut dapat mensejahterakan warga8.
Penelitian Ulil Albab tahun 2019 yang berjudul “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif dalam Rangka Pemberdayaan Umat di Kecamatan Terbanggi Besar” jenis penelitian yang digunakan adalah field research menggunakan sumber data sekunder dan primer mendapatkan hasil bahwa wakaf produktif yang ada di Kecamatan Terbanggi Besar sebagian besar adalah tanah wakaf yang belum memiliki sertifikat atau masih dalam proses pendaftaran di Kantor Badan Pertanahan9. Sama halnya dengan penelitian terdahulu, penelitian kali ini juga menggunakan field research atau studi lapangan.
Penelitian terakhir dilakukan oleh Rafida Dirgantari tahun 2019 yang berjudul “Implementasi Pengeolaan Wakaf Produktif Berupa Perkebunan Apel Tahun 2018 di yayasan Al-Ikhlas Andonosari (Ya- Ikhsan) Pasuruan”
Jenis penelitian kualitatif yang digunakan dengan pendekatan deskriptif menunjukkan hasil bahwa pada Yayasan Al-Ikhlas Andonosari (Ya- Ikhsan) Pasuruan harus melakukan pengembangan pengelolaan wakaf perkebunan
8Amirul Bakhri, “Peranan Wakaf Produktif Pemuda Muhammadiyah Untuk Kesejahteraan Warga Desa Longkeyang, Bodeh, Pemalang,” Jurnal Ekonomi Islam 8, no. 1 (22 Mei 2017): 105–22, https://journal.uhamka.ac.id/index.php/jei/article/view/324.
9Ulil Albab dan Wulandari, “Strategi Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Rangka Pemberdayaan Umat Di Kecamatan Terbanggi Besar,” IBI Darmajaya, no. Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian (2019): 11.
20
apel untuk meningkatkan hasil wakaf produktif perkebunan tersebut.
Perkebunan apel ini bekerjasama dengan warga sekitar dalam menggarap lahan dan menggunakan sistem bagi hasil10. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diakukan hanya terdapat pada objek yang akan diteliti dan beberapa rumusan masalah.
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Wakaf
Wakaf menurut bahasa berarti radiah (Terkembalikan), tertahan (al- tahbis), tertawan (al-tasbil) dan mencegah (al-man’u)11. Sedangkan menurut istilah syara dijelaskan bahwa wakaf adalah menahan benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya demi kemajuan dan kebaikan Islam12.Di dalam Bahasa Indonesia, kata wakaf sendiri berasal dari kata kerja bahasa arab waqafa dan waqfan yang mana secara etimologi yaitu berdiri, berhenti, menahan atau berdiam ditempat13. Wakaf menurut kompilasi hukum Islam merupakan perbuatan hukum baik perorangan, kelompok maupun badan hukum yang memisahkan sebagian harta miliknya atau melembagakan harta untuk selama-lamanya guna kepentingan dan keperluan umum sesuai dengan
10Rafida Dirgantari, “Implementasi Pengelolaan Wakaf Produktif Berupa Perkebunan Apel Tahun 2018 Di Yayasan Al-Ikhlas Andonosari (Ya-Ikhsan) Pasuruan” (undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), http://digilib.uinsby.ac.id/32937/.
11Muhammad al-Syarbini Al-Katib, Al-’Iqna fi Hall al-Alfadz Abi Syuza (Indonesia: Dar al-Ihya al- Kutub, t.t).
12Firmansyah, “Penafsiran Ayat-Ayat Ahkam Tentang Wakaf.”
13Departemen Agama RI, Wakaf Tunai dalam Perspektif Islam (Jakarta: Direktrorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005).
21
yang dianjurkan dalam Islam14. Masyarakat mengartikan wakaf sebagai aset yang dapat dinikmati untuk kepentingan umum tetapi substansinya ditahan yang dikelola oleh nazhir15
Harta wakaf dibedakan dua kategori yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak, yang termasuk dalam benda tidak bergerak berupa tanah, dan bangunan, sedangkan benda bergerak meliputi logam mulia, uang, kendaraan, surat berharga, hak sewa dimana harta wakaf bergerak tidak habis jika dikomsumsi.
Dasar hukum wakaf terdapat dalam Al-Quran dan Hadis, walaupun tidak ada dalil yang secara gamblang menjelaskan terkait wakaf namun jika dilihat secara kontekstualnya merupakan pemaknaan dari wakaf. Ayat al- Quran menganjurkan kita sebagai umat Islam untuk menginfaqkan sebagian hartanya sedangkan dalam hadis ada kata “habs” yang mana para ulama akhirnya menyakatan kata “infaq” dan “habs” ini dengan kata “wakaf”16. Ayat-ayat dalam al-Quran dapat dijadikan petunjuk dan sumber hukum tentang wakaf di antaranya QS Al-Baqarah dan QS Ali Imran17.
Dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261:
ٍةَلُ بنُس ِهلُك ِفِ َلِباَنَس َعْبَس ْتَتَ بنَأ ٍةَّبَح ِلَثَمَك ِهللّا ِليِبَس ِفِ ْمَُلَاَوْمَأ َنوُقِفنُي َنيِذَّلا ُلَثَّم ُةَئِهم
ُءاَشَي نَمِل ُفِعاَضُي ُهللّاَو ٍةَّبَح ٌميِلَع ٌعِساَو ُهللّاَو
-
٢٦١ -
14Himpunan Peraturan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Kompilasi Hukum Islam serta Pengertian dalam Pembahasannya.
15Firmansyah, “Penafsiran Ayat-Ayat Ahkam Tentang Wakaf.”
16Mughnisani dan Lutfi, “Pengelolaan Wakaf Tunai Di Yayasan Wakaf Umi.”
17Idia Isti Iqlima, Syahrizal Syahrizal, dan Ilyas Ilyas, “Penukaran Harta Wakaf Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,” Syiah Kuala Law Journal 1, no. 1 (2017): 140–56, https://doi.org/10.24815/sklj.v1i1.12271.
22
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah Melipatgandakan bagi siapa yang Dia Kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui18.
Ayat diatas dapat dijelaskan bahwa menginfakkan harta dijalan Allah berarti mewakafkan sebagian harta untuk kepentingan umat. Orang yang berwakaf untuk mencapai ridho Allah, akan dilipat gandakan pahalanya.
َّتَّح َِّبِْلا ْاوُلاَنَ ت نَل ٌميِلَع ِهِب َهللّا َّنِإَف ٍءْيَش نِم ْاوُقِفنُت اَمَو َنوُّبُِتُ اَِّمِ ْاوُقِفنُت
-
٩٢ -
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui. (QS. Ali Imran:92)19”
Tafsir dari QS Ali Imran ayat 92 ini menjelaskan bahwa sebelum menginfakkan sebagian harta benda yang dimiliki dan cintai, kita tidak akan meraih kebaikan berupa pahala, surga bahkan kemuliaan. Allah akan mengetahui apa saja yang telah kita infakkan.
Menurut hadis yang menjelaskan tentang wakaf, yaitu:
رَفْحَج ُنْبا َوُه ليِع َاعْس ا َانَشَّدَحاوُلَاقٌرْجُح ُبْبا ِنَِْيَ هَبْ يَ تُ قَو بْوُّ ي َأ ِنْب اَنَش َّدَح َلْوُسَر َّنأ ةَرْ يَرُه ِبِأ ْنَع هْيِبَأ نع ِالله
َل اَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع الله ىَّلَص َعَطَقْ نا ُن اَسْنِلاا ت اَم اذا
ةَيِراَجةَقَدَص :ةَش لاَش نم هلاا ُهْنَع َفتني مْلِعْوأ
هلوُعْدَي حِل اَص دَلَوْوأ هب ع
“Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah segala amal, kecuali tiga perkara: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya (HR.Muslim)20”
18“Qur’an Kemenag.”
19“Qur’an Kemenag.”
20Sahih Muslim, Imam Abu Husein Muslim bin Hajaj, Jus 3 (Beirut: Daar al-Fikr, 1992).
23
Dari hadist diatas dapat diketahui jika sadaqah jariyah yang dimaksud disini adalah wakaf karena salah satu kategori sadaqah yaitu wakaf dan merupakan amal yang tidak akan pernah putus.
Penjelasan dari hadits ahkam tentang wakaf ini dapat dilihat dari Hadits Bukhari nomor 2532 bab syarat-syarat dalam wakaf:
َُم اَنَ ثَّدَح ٍديِعَس ُنْب ُةَبْ يَ تُ ق اَنَ ثَّدَح َُّللّا َيِضَر َرَمُع ِنْبا ْنَع ٌعِفَنَ ِنَِأَبْ نَأ َلاَق ٍنْوَع ُنْبا اَنَ ثَّدَح ُّيِراَصْنَْلْا َِّللّا ِدْبَع ُنْب ُدَّم
اَمُهْ نَع ُرِمْأَتْسَي َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللّا ىَّلَص َِّبَِّنلا ىَتَأَف َرَ بْ يَِبِ اًضْرَأ َباَصَأ ِباَّطَْلْا َنْب َرَمُع ْنَأ ِهنِِإ َِّللّا َلوُسَر َيَ َلاَقَ ف اَهيِف ُه
َأ َتْسَبَح َتْئِش ْنِإ َلاَق ِهِب ُرُمَْتَ اَمَف ُهْنِم يِدْنِع َسَفْ نَأ ُّطَق ًلااَم ْبِصُأ َْلَ َرَ بْ يَِبِ اًضْرَأ ُتْبَصَأ اَِبِ َتْقَّدَصَتَو اَهَلْص
َلاَو ُعاَبُ ي َلا ُهَّنَأ ُرَمُع اَِبِ َقَّدَصَتَ ف َلاَق َِّللّا ِليِبَس ِفَِو ِباَقِهرلا ِفَِو َبِْرُقْلا ِفَِو ِءاَرَقُفْلا ِفِ اَِبِ َقَّدَصَتَو ُثَروُي َلاَو ُبَهوُي
َمَتُم َرْ يَغ َمِعْطُيَو ِفوُرْعَمْلِبِ اَهْ نِم َلُكَْيَ ْنَأ اَهَ يِلَو ْنَم ىَلَع َحاَنُج َلا ِفْيَّضلاَو ِليِبَّسلا ِنْباَو ٍلِهو
َلاَق ًلااَم ٍلِهثَأَتُم َرْ يَغ َلاَقَ ف َنيِيرِس َنْبا ِهِب ُتْثَّدَحَف
“Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah bercerita kepada kami Muhammad bin 'Abdullah Al Anshariy telah bercerita kepada kami Ibnu 'Aun berkata Nafi' memberitakan kepadaku dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa 'Umar bin Al Khaththab radliallahu 'anhu mendapat bagian lahan di Khaibar lalu dia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk meminta pendapat Beliau tentang tanah lahan tersebut dengan berkata: "Wahai Rasulullah, aku mendapatkan lahan di Khaibar dimana aku tidak pernah mendapatkan harta yang lebih bernilai selain itu.
Maka apa yang Tuan perintahkan tentang tanah tersebut?" Maka Beliau berkata: "Jika kamu mau, kamu tahan (pelihara) pepohonannya lalu kamu dapat bershadaqah dengan (hasil buah) nya". Ibnu 'Umar radliallahu 'anhu berkata: "Maka 'Umar menshadaqahkannya dimana tidak dijualnya, tidak dihibahkan dan juga tidak diwariskan namun dia menshadaqahkannya untuk para faqir, kerabat, untuk membebaskan budak, fii sabilillah, ibnu sabil dan untuk menjamu tamu. Dan tidak dosa bagi orang yang mengurusnya untuk memakan darinya dengan cara yang ma'ruf (benar) dan untuk memberi makan orang lain bukan bermaksud menimbunnya. Perawi berkata;
"Kemudian aku ceritakan hadits ini kepada Ibnu Sirin maka dia berkata:
24
"ghoiru muta'atstsal maalan artinya tidak mengambil harta anak yatim untuk menggabungkannya dengan hartanya21"
Beberapa hikmah yang dapat diambil dari wakaf yaitu hartanya terjamin kelangsungan dan akan tetap terpelihara tanpa perlu khawatir akan kehilangan pada benda tersebut karena prinsip benda wakaf tidak boleh dijual, dihibahkan maupun diwariskan. Hikmah selanjutnya yaitu pahala yang terus mengalir kepada wakif meskipun ia telah meninggal dunia. Selanjutnya sumber dana yang didapatkan dari wakaf ini sangat berguna bagi umat dan agama22.
2. Konsep wakaf
Konsep wakaf memiliki dimensi yang sangat luas, tak hanya mencakup harta bergerak maupun tidak bergerak, konsep wakaf juga termasuk wakaf uang yang penggunaannya bisa sangat luas dan tidak terbatas seperti guna sosial keagamaan maupun mendirikan tempat-tempat ibadah23. Konsep- konsep wakaf berhubungan dengan manajemen wakaf, pengembangan wakaf, investasi wakaf, serta permasalahan yang terjadi pada wakaf24. Konsep wakaf terdiri dari konsep wakaf tradisional maupun konsep modern atau produktif dan di antara keduanya memiliki perbedaan masing-masing
21Abi Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari, Shahih Bukhari (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987).
22Firmansyah, “Penafsiran Ayat-Ayat Ahkam Tentang Wakaf.”
23Hendro Setyadi, “Pengelolaan Pengembangan Wakaf Uang Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Pasal 48 Pada Bank BPD DIY Syariah,” Iqtishodia: Jurnal Ekonomi Syariah 2, no. 1 (8 Maret 2017): 51–62, https://doi.org/10.35897/iqtishodia.v2i1.72.
24Nurodin Usman, “Studi Hadis-Hadis Wakaf Dalam Kitab Sahih Al-Bukhari Dan Fath Al-Bari,”
Cakrawala: Jurnal Studi Islam X, no. 2 (15 Desember 2015): 175–93, https://www.neliti.com/id/publications/58660/.
25
dimana objek dalam konsep tradisional terdiri dari tanah, gedung, dan lain sebagainya sedangkan dalam konsep modern, objek wakafnya berupa surat berharga, uang dan lain sebagainya. Dalam segi peruntukan konsep tradisional lebih kepada sisi sosial contohnya pendidikan gratis, kesehatan atau obat-obatan murah dan lainnya sedangkan konsep modern tidak terfokus pada sosialnya saja melainkan berusaha untuk mensejahterakan umat dengan investasi, memberikan bantuan modal kerja, pembangunan pusat bisnis dan lainnya. Pengembangan objek wakaf tradisional bersifat statis yang berarti tidak ada usaha untuk mengambangkan wakaf lebih jauh, dibandingkan wakaf modern pengelolaannya diharapkan memberikan pertumbuhan pada aset maupun nilai manfaat yang diberikan25.
Konsep wakaf ini seharusnya dapat di reinterpretasi kembali dikarenakan jika selama ini pemberdayaan ekonomi yang termasuk kedalam fungsi wakaf belum optimal. Harta wakaf hanya dipergunakan untuk pembuatan masjid ataupun mushalla. Tak heran, karena masjid ataupun mushalla dahulunya sangat penting dalam pengembangan dakwah Islam.
Tentunya alasan dari wakaf produktif ini tak dapat dikembangkan karena tidak ada biaya untuk pelayanan sosial dan keagamaan, saat ini masjid maupun lembaga pendidikan mengandalkan sumbangan dari zakat, sedekah dan infaq dari masyarakat26.
25Taufik, “Model Pengelolaan Wakaf Tunai untuk Investasi Perumahan,” Jurnal Syntax Admiration 1 (2020).
26Abdurrahman Kasdi, “Reinterpretasi Konsep Wakaf Menuju Pengembangan Wakaf Produktif” 2 (2015), https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/view/1540.
26 3. Rukun dan Syarat Wakaf
Wakaf merupakan perbuatan hukum, sehingga pelaksanaannya harus memperhatikan terkait rukun dan syaratnya. Rukun dalam istilah fiqih adalah penyempurnaan sesuatu atau sebagian dari sesuatu itu sendiri27. Hukum fiqh menjelaskan bahwa rukun wakaf ada empat, yaitu: (a) orang yang berwakaf (al-waqif), (b) benda yang diwakafkan (al-mauquf), (c) orang yang menerima zakat (nadzir), dan (c) lafadz atau ikrar wakaf (sighah). Namun ada penambahan unsur dalam rukum wakaf menurut Undang-undang Wakaf Pasal 6, yaitu harta benda wakaf dan jangka waktu wakaf28. Unsur dan syarat- syarat wakaf terdapat pada bagian kedua Pasal 217 hingga 219 dalam Komplasi Hukum Islam29.Dari beberapa rukun yang telah disebutkan diatas, terdapat syarat-syarat agar pelaksanaan wakaf menjadi sah yaitu sebagai berikut:
1. Waqif (orang yang mewakafkan). Ini berarti syarat wakif adalah orang yang merdeka, berakal sehat, baligh atau dewasa, daan tidak berada dibawah pengampunan karena wakaf hanya dapat dilakukan jika tanahnya adalah pemilik wakif.
2. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan). Agar dianggap sah syaratnya adalah harta yang diwakafkan berupa benda bernilai (muttaqawwam) yang mana segala sesuatunya dapat
27Zulmeisa, “Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif Rumah Sewa (Studi Kasus pada Masjid Al- Furqan Gampong Beurawe Banda Aceh).”
28Marzuki, “Potensi Wakaf Produktif Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Mesjid- Mesjid Kecamatan Sukajadi Pekanbaru)” (skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2011), http://repository.uin-suska.ac.id/1980/.
29Himpunan Peraturan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Kompilasi Hukum Islam serta Pengertian dalam Pembahasannya.
27
disimpan dan halal digunakan dalam keadaan normal; harta wakaf haruslah jelas bentuknya agar tidak terjadi sengketa dikemudian hari; harta wakaf merupakan hak milik dari waqif berupa tanah atau benda yang disesuaikan dengan wakaf yang ada.
3. Mauquf ‘alaih (peruntukan wakaf). Wakif harus menegaskan tujuan wakafnya namun dalam batas yang diperbolehkan oleh syariat Islam.
4. Sighat wakaf. Syarat yang harus dipenuhi adalah wakaf harus bersifat kekal, wakaf terjadi setelah lafaz diucapkan, mengandung kepastian, tidak dibarengi dengan syarat bathil dan mengandung penjelasan30.
Syarat- syarat wakaf adalah antara lain; a) Selama-lamanya atau tidak dibatasi dengan waktu; b) Tunai dan tidak ada khiyar syarat; dan c) Hendaklah jelas kepada siapa diwakafkan31.
Pada Putusan Tarjih Muhammadiyah menyatakan bahwa waqafkanlah sebagian barang yang berguna dengan niat ikhlas kepada Allah, maka pahalanya tidak akan terputus selama wakaf tersebut digunakan untuk kemaslahatan orang banyak, jika telah mewaqafkan, berarti pemberi waqaf tidak lagi berhak akan barang tersebut. Barang waqaf tidak boleh dijual, diberikan apalagi diwariskan sehingga jangan memberi batas waktu pada barang yang diwaqafkan. Pemberi wakaf boleh memilih kepada siapa barang
30Zulmeisa, “Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif Rumah Sewa (Studi Kasus pada Masjid Al- Furqan Gampong Beurawe Banda Aceh).”
31Firmansyah, “Penafsiran Ayat-Ayat Ahkam Tentang Wakaf.”
28
tersebut akan diwakafkan selama mengingat maslahatnya dan jangan mewaqafkan barang yang nantinya menimbulkan fitrnah. Mewaqafkan barang juga tidak boleh lebih dari sepertiga harta kekayaan. Nadzhir wajib memelihara waqaf dengan mempergunakan sebagaimana mestinya dan memperbanyak faedah dari barang yang diwaqafkan tersebut. Nazhir boleh menjual harta waqaf selama barang waqafnya sudah rusak atau lapuk.
4. Wakaf di Indonesia
Wakaf telah diatur dalam perundang-undangan di Indonesia yaitu Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 200632. Hukum berfungsi sebagai social control yaitu bekerja dengan memancangi perbuatan masyarakat agar dapat bertingkah laku sesuai dengan harapan dan berperan dalam stabilitas sosial agar tidak keluar dari ketentuan yang berlaku,dan juga hukum berfungsi sebagai social engineering yaitu pelaksana kontrol sosial yang tidak berhenti hanya pada saat sekarang saja, melainkan untuk masa yang akan datang yang berperan dalam menciptakan perubahan struktur sosial dan agar masyarakat bergerak yang berarti fungsi ini tidak untuk memecahkan masalah yang ada melainkan berkeinginan untuk menimbulkan perubahan tingkah laku masyarakat. Tak hanya itu, pada Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 aturan mainnya bersifat regulatif karena dalam wakaf banyak ditemukan
32“PP No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf [JDIH BPK RI],” diakses 16 Januari 2021,
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/49182/pp-no-42-tahun-2006.
29
aturan hukum yang bersifat teknis-prosedural dan praktis operasional dan bersifat legitimatif yakni melegitimasi institusi secara de facto seperti Badan Wakaf Indonesia, PPAIW, Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU), Pengadilan Agama, dan lain sebagainya.
Peruntukkan wakaf di Indonesia jika kita cermati, di dominasi oleh sektor sosial seperti pembangungan tempat ibadah, sekolah, Panti Asuhan Ulil Absar, pesantren, hingga kuburan sehingga kurang berpengaruh dalam ekonomi masyarakat. Sedangkan saat ini penduduk miskin hingga pengangguran di Indonesia semakin meningkat yang diakibatkan oleh keterpurukan ekonomi sehingga pengembangan wakaf dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di Indonesia yang dapat dinikmati masyarakat yakni berupa bantuan langsung tunai, ataupun modal usaha33.
Wakaf menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2018 tentang Perubahan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 200 tentang Wakaf Pasal 1 menyebutkan bahwa wakaf merupakan perbuatan Hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut Syariah34. Dalam Pasal 49 menyebutkan bahwa benda wakaf dalam bentuk penukaran itu dilarang, kecuali dengan ijin tertulis dari Menteri
33Taufik, “Model Pengelolaan Wakaf Tunai untuk Investasi Perumahan.”
34“PP 25-2018::(Perubahan PP 42-2006) Wakaf,” diakses 16 Januari 2021, https://ngada.org/pp25- 2018.htm.
30
bedasarkan Persetujuan Badan Wakaf Indonesia dengan pertimbangan jika digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang bedasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak bertentangan dengan prinsip Syariah; harta benda wakaf ini tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar Wakaf ; atau pertukaran langsung digunakan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mendesak 35
5. Konsep Wakaf Produktif
Wakaf produktif dapat diartikan sebagai harta yang diwakafkan yang digunakan untuk kepentingan, baik dalam bidang industri, perdagangan, pertanian, maupun jasa yang keuntungannya didapatkan dari perkembangan wakaf dan hasilnya diberikan kepada orang-orang yang berhak mendapatkanya sesuai dengan tujuan wakaf36.
Syarat untuk menjadikan wakaf agar produktif sebagai berikut:
a. Adanya kerangka hukum terkait definisi wakaf dan organisasi lembaga wakaf, fungsi dan tujuan wakaf, regulasi terkait aturan sosial-ekonomi. Tanggung jawab dan otoritas dari nazhir dan hubungannya dengan pemerintah haruslah di jelaskan dalamUndang-undang wakaf serta diperlukan kerangka humum mengenai perlindungan terhadap kekayaan wakaf.
35“PP 25-2018::(Perubahan PP 42-2006) Wakaf.”
36Monzer Kahf, al-Waqf al-Islamy Tathwuruh, Idaaratuh, Tanmiyyatuh (Suriah: Daar al-Fikr, 2000).
31
b. Adanya perubahan dalam manajemen wakaf guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas harta wakaf dan meminimalkan terjadinya kecurangan.
c. Membentuk jaringan kerjasama untuk mendorong wakaf-wakaf baru dari pada dermawan.
d. Adanya dukungan teknis, manajerial, dan pendanaan dalam manajamen wakaf guna meningkatkan produktivitas dari harta wakaf.
e. Memiliki rancangan strategi untuk menyebarkan harta wakaf agar dapat meningkatkan keuntungan dan pelayanan pada wakaf produktif37.
37Muhammad Widyarta Wijaya dan Raditya Sukmana, “Peran Wakaf Produktif Dalam Pemberdayaan Kemandirian Ekonomi Pondok Pesantren (Studi kasus Pesantren Tebuireng Yayasan Hasyim Asyari Jombang),” Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan 6, no. 5 (2019): 1072, https://doi.org/10.20473/vol6iss20195pp1072-1085.