• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: TINJAUAN LOKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III: TINJAUAN LOKASI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III: TINJAUAN LOKASI

3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan

3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan

Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan pada tahun 1970 an. Pada waktu itu Pemerintah Jepang menawarkan bantuan studi dalam bentu grant, dan Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Dirjen Pariwisata menerimanya. Kemudian pada tahun 1973 – 1974 oleh “The Overseas Technical Cooperation Agency”

(OTCA) mengadakan studi pengembangan kepariwisataan Jawa Tengah di D.I Yogyakarta, termasuk studi tentang Proyek Taman Purbakala Borobudur, Prambanan, dan Dieng. Pada tahun 1975 – 1976, oleh badan yang bernama “Japan International Cooperation Agency” (JICA) yang dibantu oleh tim counter part dari Indonesia berhasil menyusun sebuah Rencana Induk (Master Plan) Taman Purbakala Nasional Borobudur dan Prambanan yang terkenal dengan nama “Buku Kuning Emas.”

Pemerintah Indonesia kemudian menerima hasil karya tersebut untuk diperika

kelayakannya oleh para ahli. Kemudian pada tahun 1978 – 1979 berhasil disusun

sebuah rencana induk definitif yang dikenal dengan nama “Buku Hijau” yang

kemudian diterima oleh pemerintah. Hingga kemudian terbentuk sebuah hasil studi

oleh Research Centre Fakultas Teknik Arsitektur UGM yang berjudul “Studi

Perencanaan Tata Lingkungan Pemukiman Taman Purbakala Nasional Borobudur

dan Prambanan, studi ini menandai bahwa pada dasarnya proses perencanaan

sudah berakhir, maka kemudian tahap pembangunan mulai dilaksanakan. Dalam

studi ini ditunjukkan bagiamana detil perencanaan pembangunan tata lingkungan

permukiman di lingkungan kompleks Candi Prambanan dan rencana dari

pembangunan taman purbakala itu sendiri.

(2)

Pemerintah Indonesia kemudian mendirikan PT (Persero) Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan untuk membangun dan mengelola taman sebagai suatu bidang usaha yang berpedoman pada garis-garis kebijakan yang ditetapkan dalam PP No. 7 Tanggal 3 Maret 1980 tentang BUMN maupun ketentuan-ketentuan yang berlaku lainnya. Pada tahun 1994 PT Taman Wisata Candi Borobudur & Prambanan kemudian berubah nama menjadi PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT. TWCBPRB) dengan cakupan pengelolaan yang diperluas yaitu dengan masuknya Ratu Boko sebagai bagian dari manajemen PT. TWCBPRB.

Dukungan aspek hukum telah diberikan oleh pemerintah melalui KEPPRES No. 1 Tahun 1992 tertanggal 2 Januari 1992, tentang Kewenangan Pengelolaan PT.

Taman Wisata yang selanjutnya menjadi dasar pengoperasian berbagai fasilitas yang ada untuk menunjang kegiatan usaha PT. TWCBPRB. Idealisme PT.

TWCBPRB sebagai salah satu pengelola objek wisata budaya di Indonesia, diwujudkan melalui berbagai upaya untuk menjadikan aset-aset budaya yang dikelolanya tidak saja sebagai peninggalan sejarah dan budaya saja, tetapi juga menjadikan Taman Wisata Candi Borobudur, Taman Wisata Candi Prambanan, dan Taman Wisata Ratu Boko sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, baik bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

3.1.2. Sejarah Pengembangan Taman Wisata Prambanan

Menurut Master Plan Borobudur – Prambanan Archaeological Park yang disusun oleh JICA pada tahun 1979, diusulkan sistem zonasi pengembangan wisata di kawasan Prambanan, dengan Candi Prambanan sebagai core attractionyang dibagi ke dalam 5 (lima Zona) :

a. Zone I (Sanctuary Area)

Zone untuk perlindungan dan pencegahan terhadap perusahaan lingkungan fisik situs arkeologi.Di dalam zone ini tidak diperbolehkan adanya bangunan apapun kecuali bangunan candi itu sendiri.

b. Zone II (Taman Wisata/ Archaeological Park Zone)

(3)

Zone untuk pembangunan fasilitas-fasilitas taman yang ditujukan bagi kenyamanan pengunjung/wisatawan seperti akomodasi dan pemeliharaan lingkungan situs bersejarah.

c. Zone III (Land Use Regulation Zone)

Zone untuk peraturan penggunaan tanah (Land Use) di sekitar taman dan perlindungan terhadap lingkungan, di samping itu juga untuk pengontrolan area di sekitar taman. Untuk Candi Prambanan zona ini mencakup wilayah seluas 7,4 Km2 mencakup 7 (tujuh) desa yaitu Tlogo, Taji, Bugisan, Kebondalem Kidul, Pereng, dan Bokoharjo termasuk taman wisata Prambanan, Candi Plaosn, dan Candi Sojiwan.

d. Zone IV (Historical Scenery Preservation Zone)

Zone untuk pemeliharaan lingkungan (scenery) melalui kontrol terhadap penggunaan lahan dan pemanfaatan lingkungan di sekitar bangunan/peninggalan bersejarah seperti View Panorama zona preservasi (zona dalam radius 6 Km dari jalan nasional yang melintasi wilayah Prambanan)

e. Zone V (National Archaeological Park Zone)

Zone untuk keperluan survai arkeologi dan pencegahan terhadap perusakan monumen arkeologi yang belum ditemukan (Zona dalam radius 9 Km dari pusat Candi Prambanan)

Sistem Zonasi tersebut kemudian disederhanakan dengan diterbitkannyaKeputusan Presiden RI Nomer 1 tahun 1992 tentang Pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman Wisata Candi Prambanan serta Pengendalian Lingkungan Kawasannya, kawasan candi sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Taman Purbakala Nasional dibagi dalam 3

(tiga) Zona sebagai berikut :

a. Zona I

Merupakan lingkungan kepurbakalaan yang diperuntukkan bagi perlindungan dan

pemeliharaan kelestarian lingkungan fisik candi.

(4)

b. Zona II

Merupakan kawasan di sekeliling Zona I masing-masing candi dan diperuntukkan bagi pembangunan Taman Wisata sebagai tempat kegiatan kepariwisataan, penelitian, kebudayaan dan pelestarian lingkungan candi.

c. Zona III

Merupakan kawasan di luar zona II masing-masing candi dan diperuntukkan bagi pemukinan terbatas, daerah pertanian, jalur hijau atau fasilitas tertentu lainnya yang disediakan untuk menjamin keserasian dan keseimbangan kawasan di Zona I pada umumnya dan

untuk pendukung kelestarian candi serta fungsi taman wisata pada khususnya.

Gambar 7. Zonasi Candi Prambanan dan Luasan Zona Sumber: KAK Sayembara

(5)

Gambar 8.Zonasi CandiPrambanan Sumber: KAK Sayembara

Berdasarkan desain dalam master plan tersebut, Candi Prambanan

sebenarnya telah dikonsepsikan sebagai taman wisata arkeologis. Candi

Prambanan diperkirakanakan menjadi sebuah taman wisata yang sangat

menarik dan memiliki skala studi kelayakan pembangunan hotel di kawasan

prambanan akan jangkauan pasar internasional.

(6)

3.2. Tinjauan Lokasi

Gambar 9.Peta Indonesia

Gambar 10.Peta daerah istimewa Yogjakarta

(7)

Gambar 11.Lokasi Perencanan Hotel dan Konvensi

(8)

1. Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman Prambanan Kulon.

1) Desa : Bokoharjo 2) Kecamatan : Prambanan 3) Kabupaten : Sleman

4) Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Letak dan Luas Wilayah

Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33′ 00″ dan 110°

13′ 00″ Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi D.I. Yogyakarta.

Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 km

2

atau sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 km

2

, dengan jarak terjauh Utara – Selatan 32 km, Timur – Barat 35 km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.

3. Topografi

Kabupaten Sleman keadaan tanahnya di bagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Makin ke utara relatif miring dan dibagian utara sekitar Lereng Merapi relatif terjal serta terdapat sekitar 100 sumber mata air.

Hampir setengah dari luas wilayah merupakan tanah pertanian yang subur

dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan selatan. Topografi dapat

dibedakan atas dasar ketinggian tempat dan kemiringan lahan (lereng).

(9)

 Lokasi : Jalan Raya Jogya – Solo Km 16 Prambanan Sleman Kawasan PT. Taman Wisata Candi

 Luas Lahan : 50.000 M

2

 KDB : 60%

 KLB : 1.5

 KTB : 16 Meter

 GSB : 5 Meter

 Peruntukan : Hotel dan Konvensi (Fasilitas Pariwisata)

 Batas Tapak :

o Utara : Persawahan

o Selatan : Jalan Raya Solo-Jogja o Timur : Ramayana Ballet o Barat : Permukiman Warga

3.3. Kebijakan Tata Ruang Wilayah

3.3.1. Peraturan atau Kebijakan Terkait

1. JICA 1979

ZONASI PRAMBANAN SEBAGAI NATIONAL ARCHAEOLOGICAL PARK

 Zona 1 (meliputi kompleks Candi Roro Jonggrang seluas 39,8 ha perlindungan dan pencegahan kerusakan lingkungan fisik dan monumen- monumen arkeologi)

 Zona II (melipui kompleks Candi Rara Jonggrang, Lumbung, Asu, Bubrah seLuas 77 Ha fasilitas taman dan kenyamanan pengunjung, dan perlindungan lingkungan bersejarah

 Zona III (meliputi Desa Bugisan, Taji, Tlogo, Kebondalem Kidul, Pereng,

Bokoharjo termasuk taman Candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan, dengan

luas 7,4 km2) perlindungan terhadap lingkungan dengan menerapkan tata

guna lahan di sekitar taman. Perkembangan di area ini harus selalu

terkontrol.

(10)

 Zona IV (meliputi wilayah radius 6 km dari taman Candi Prambanan) mempertahankan pemandangan yang bernilai sejarah dan untuk mencegah kerusakan pemandangan tersebut

 Zona V (meliputi wilayah seluas 81 km2 dengan pusat di Situs Ratu Boko (Radius 9 Km dari Boko). untuk melaksanakan survey arkeologi dalam skala luas dan melindungi tinggalan-tinggalan arkeologi yang masih terpendam.

Gambar 12.Zonasi Kawasan Prambanan Menurut JICA Sumber: KAK Sayembara

2. KEPPRES NO.1 Tahun 1992

Gambar 13.Zonasi Kawasan Prambanan Menurut KEPPRES No. 1 Tahun 1992 Sumber: KAK Sayembara

(11)

a. Zona 1 Candi Prambanan adalah seluas kurang lebih 39,8 Ha yang diperuntukkan bagi perlindungan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan fisik candi.

b. Zona 2 seluas kurang lebih 37,2 Ha yang berada disekeliling zona 1 di peruntukkan untuk pembangunan taman wisata sebagai tempat kegiatan kepariwisataan, penelitian kebudayaan dan pelestarian lingkungan candi.

c. Zona 3 berada diluar zona 2 seluas kurang lebih 663 Ha, diperuntukkan bagi pemukiman terbatas, daerah pemukiman, jalur hijau dan fasilitas lain untuk menjamin kelestarian dan keseimbangan kawasan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dapat dilakukan berdasarkanPertahanan dan kemanan, Petumbuhan Ekonomi, Sosial Budaya, Pendayagunaan sumberdaya alam dan atau teknologi tinggi, dan Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN Bab V Pasal 75)

Gambar 14.Batas Wilayah Prambanan dalam Kedudukan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sumber: Identifikasi Batas Wilayah KSN, BP3 DIY, BP3 Jawa Tengah, 2010 dalam KAK Sayembara

(12)

4. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya: Pengaturan Zonasi

a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengelolaan Kawasan Cagar Budaya.

b. Pengelolaan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat terhadap Cagar Budaya dan kehidupan sosial.

c. Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan pengelola yang dibentuk oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat hukum adat.

d. Badan pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat terdiri atas unsur Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengelolaan Cagar Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.

5. RTRW Kabupaten Sleman (2011 – 2031)

Gambar 15.Kawasan Prambanan Menurut RTRW Sleman (2011-2031) Sumber: KAK Sayembara

(13)

RTRW Kab Sleman Wilayah Prambanan (II) peruntukkan bagi

pengembangan pariwisata, konservasi budaya, dan agrobisnis dengan setting lansekap perdesaan

Gambar 16.Sempadan Sungai Menurut RTRW Sleman Sumber: KAK Sayembara

Disebutkan bahwa pendirian permukiman harus berjarak minimal 50 m 

 dari Sungai Kecil atau 100 m dari Sungai Besar

Gambar 17.Fungsi Lahan Menurut RTRW Sleman Sumber: KAK Sayembara

(14)

Sesuai dengan peruntukkan dan fungsinya, kawasan Candi Prambanan dan sekitar merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi beberapa fungsi sebagai kawasan lindung cagar budaya, selain fungsi-fungsinya sebagai kawasan permukiman/perdagangan barang dan jasa.

Gambar 18.KDB Menurut RTRW Sleman Sumber: KAK Sayembara

Sesuai dengan peraturan Koefisien Dasar Bangunan kawasan prambanan dan sekitar dipersyaratkan bahwa bangunan yang didirikan di kawasan ini memiliki Koefisien Dasar Bangunan 50% - 60% dari luas lahan.

Gambar 19.KLB Menurut RTRW Sleman Sumber: KAK Sayembara

Sesuai dengan peraturan mengenai Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

wilayah di sekitar Prambanan dipersyaratkan memiliki KLB 1.5 karena

fungsinya sebagai kawasan lindung cagar budaya.

(15)

Gambar 20.Ketinggian Bangunan Menurut RTRW Sleman Sumber: KAK Sayembara

Sesuai dengan peraturan mengenai Ketinggian Bangunan wilayah di sekitar Prambanan dipersyaratkan memiliki ketinggian 16 meter karena fungsinya sebagai kawasan lindung cagar budaya.

6. RTRW Kabupaten Klaten

Kawasan prambanan ditetapkan sebagai kawasan lindung cagar budaya.

Kawasan ini juga merupakan kawasan prioritas perbatasan :

Potensi utama di kawasan ini adalah :

a. Adanya obyek wisata yang bertaraf internasional, yaitu adanya Candi Prambanan serta candi lainnya yang terkait.

b. Secara hirarkis memiliki rangking kota yang cukup tinggi sebagai pusat pertumbuhan.

c. Letaknya pada jalur regional dan berdekatan dengan DIY, yang secara

ekonomi memiliki peluang untuk berkembang.

Gambar

Gambar 7. Zonasi Candi Prambanan dan Luasan Zona  Sumber: KAK Sayembara
Gambar 8.Zonasi CandiPrambanan  Sumber: KAK Sayembara
Gambar 9.Peta Indonesia
Gambar 11.Lokasi Perencanan Hotel dan Konvensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan), dukungan keluarga, dan peran petugas kesehatan

Dapat berkunjung ke Jogjakarta bagi anggota kontingen dari DKI Jakarta menjadi hal yang sangat menyenangkan.. Di sela-sela latihan gambus yang mereka lakukan untuk

Group Investigation (GI) dan Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan kemampuan analisis siswa di kelas yang menggunakan metode konvensional

Organizational DSS adalah EIS yang lebih khusus memasukkan DSS dalam arsitekturnya, yang digunakan untuk mendukung keputusan yang difokuskan pada tugas-tugas organisatoris

Sehingga dengan ketiga pengujian baterai tersebut, telah mampu menguatkan bukti bahwa material yang paling direkomendasikan untuk anoda baterai lithium-ion adalah MnO 2

dengan jalan musyawarah. 17 Baik menggunakan jalan musyawarah ataupun tidak, dalam pembagian harta haruslah dilakukan secara benar. Benar menurut Agama, negara, dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan penerapan metode pembelajaran SCL(Student Centered Learning) berbasis classroom blogging dapat

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa pasien PJK yang dirawat di Kota Bukittinggi rata-rata berusia 54,35tahun, frekuensi jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki,