• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM POSING DENGAN MEDIA MAKET TERHADAP PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM POSING DENGAN MEDIA MAKET TERHADAP PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
253
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL PROBLEM POSING DENGAN MEDIA MAKET TERHADAP PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS

BELAJAR BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

DI SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh:

Iftika Nurfalitasari NPM : 1211060020

Jurusan : Pendidikan Biologi

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

PENGARUH MODEL PROBLEM POSING DENGAN MEDIA MAKET TERHADAP PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS

BELAJAR BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

DI SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh:

Iftika Nurfalitasari NPM : 1211060020

Jurusan : Pendidikan Biologi

Pembimbing I : Dra. Chairul Amriah, M.Pd Pembimbing II : Indarto , M.Sc

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)

ii ABSTRAK

PENGARUH MODEL PROBLEM POSING DENGAN MEDIA MAKET TERHADAP PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS

BELAJAR BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI SMA NEGERI 6

BANDAR LAMPUNG Oleh:

Iftika Nurfalitasari

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterampilan berpikir kritis peserta didik masih rendah. Selama ini guru hanya menggunakan metode pembelajan ceramah dan diskusi. Proses pembelajaran peserta didik kelas X Mia SMA Negeri 6 Bandar Lampung kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar, sehingga dibutuhkan inovasi baru dalam pembelajaran biologi untuk mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh model problem posing dengan media maket terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, dan (2) mengetahui pengaruh model problem posing dengan media maket terhadap aktivitas belajar biologi peserta didik kelas X di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi eksperimental design. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas X Mia SMA Negeri 6 Bandar Lampung dan sampel penelitian adalah peserta didik kelas X Mia 2 sebagai peserta didik eksperimen dan kelas X Mia 3 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara acak kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis dan angket aktivitas belajar siswa. Setelah butir soal tes dan angket telah diproses analisis data diperoleh 8 butir soal tes kemampuan kemampuan berpikir krirtis dan 23 pernyataan angket aktivitas belajar yang dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, diperoleh bahwa data hasil tes dari kedua kelompok tersebut normal dan homogen. Selanjutnya uji hipotesis yang telah digunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa (1) terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model problem posing dengan media maket terhadap peningkatan berpikir kritis terhadap peserta didik kelas X di SMA Negeri 6 Bandar Lampung ,(2) terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model problem

posing dengan media maket terhdap aktivitas belajar terhadap peserta didik kelas X

di SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Dengan Peningkatan N-gain Berpikir kritis70% dan aktivitas belajar 50%.

(4)
(5)
(6)

v MOTTO



























































































Artinya: 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Q.S Ali-Imron ayat 190-191). 1

1

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengharap ridho Allah SWT di bawah naungan rahmat dan hidayah-Nya serta dengan curahan cinta kupersembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tuaku, Ayah Teguh Haryadi dan Ibu Yuni Trihastuti yang selalu mendoakan, mengasihi, menyayangiku, menasehati, dan memberi semangat untuk keberhasilanku.

2. Buat Adikku Virny Senjamaulida Rahma, tanteku Syahda Aulia S.Pd dan Alm. Mbah Kakung, yang turut memberi semangat dan mendoakanku untuk keberhasilanku.

(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Iftika Nurfalitasari lahir pada tanggal 03 Agustus 1994, bertempat di Desa Wonodadi, Kec. Tanjungsari. Kab. Lampung Selatan merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Teguh Haryadi dan Ibu Yuni Trihastuti.

(9)

viii

KATA PENGANTAR









Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb semesta Alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang serta yang melimpahkan karunia rahmad dan nikmat-Nya yang berupa Iman, Islam, dan Ihsan kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umat yang senantiasa menyerukan kebaikan dan istiqomah melaksanakan sunah-sunah beliau hingga akhir zaman kelak.

Alhamdulillah, penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Model Poblem Posing Dengan Media Maket Terhadap Peningkatan Berpikir Kritis Dan Aktivitas Belajar Peserta didik Biologi Kelas X Pada Materi Keanekaragaman Hayati Di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, dapat terselesaikan dengan baik meskipun dalam bentuk yang sederhana. Adanya kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini semoga tidak mengurangi esensi dari tujuan yang akan disampaikan.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

(10)

ix

3. Dra. Chairul Amriyah M.Pd. selaku pembimbing 1, dan Indarto, M.Sc. selaku pembimbing 2 yang telah membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh perkuliahan sampai selesai.

5. Kepala Sekolah Mansurdin M.Pd, Dewan guru dan Staf TU SMA Negeri 6 Bandar Lampung yang telah membantu memberikan izin atas penelitian yang penulis lakukan.

6. Sahabat-sahabatku : Novia U.K, Reny Gusmalia S.Pd, Lailatul Munawaroh

S.Pd, Sari Efi Yanti, Mira Mustika Sari, Desta Ayu, Qori A’yuna, Dwi

Retnowati S.Pd, Umi Kharomah S.Pd, Ema Fitriani, dan Jhoni Iskandar. Terimakasih telah membantu dalam penelitian skripsi ini dan untuk usaha serta kebersamaan kita selama ini.

7. Muhammad Hanif Rahman S.Pd, terimakasih telah memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan yang luar biasa di Jurusan Pendidikan Biologi angkatan 2012, khususnya kelas A yang telah memotivasi dan memberikan semangat selama perjalanan penulis menjadi mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung.

(11)

x

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis, namun telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua bantuan, bimbingan, dan kontribusi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dari Allah SWT, Aamiin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Desember 2016

Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 12

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Batasan Masalah... 13

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfa Manfaat Penelitian ... 14

G. Defisi Operasional ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Posing ... 16

B. Media Maket ... 20

C. Berpikir Kritis ... 23

(13)

xii

E. Keanekaragaman Hayati ... 34

F. Kerangka Berpikir ... 38

G. Hipotesis Penelitian ... 40

H. Hipotesis Statistik ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 42

B. Metode ... 42

C. Variabel Penelitian ... 43

1. Variabel Bebas ... 43

2. Variabel Terikat ... 43

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 43

1. Populasi ... 43

2. Teknik Pengambilan Sampel... 44

3. Sampel ... 44

4. Teknik Pengumpulan Data ... 44

a. Observasi ... 44

b. wawancara ... 45

c. Tes ... 45

d. Angket ... 46

e. Dokumentasi ... 46

E. Instrumen Penelitian... 47

1. Uji Validitas ... 47

2. Uji Reliabilitas ... 49

3. Uji Tingkat Kesukaran ... 51

4. Uji Daya Beda ... 51

F. Teknik Analisi Data ... 52

1. Uji N-gain ... 52

(14)

xiii

3. Uji Homogenitas ... 55

4. Uji T ... 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 57

1. Analisis Data Uji Coba Instrumen ... 57

a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 58

1) Uji Validitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 68

2) Uji Tingkat Kesukaran Kemampuan Berpikir Kritis... 60

3) Uji Daya Pembeda Kemampuan Berpikir Kritis ... 61

4) Uji Reliabilitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 62

5) Kesimpulsn Hasil Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis ... 63

b. Angket Aktivitas Belajar ... 64

1) Uji Validitas Aktivitas Belajar ... 64

2) Uji Reliabilitas Aktivitas Belajar ... 67

3) Kesimpulan Hasil Uji Coba Aktivitas Belajar ... 67

2. Analisis Data ... 68

a. Uji N-Gain ... 68

1) Uji N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 68

2) Uji N-Gain Aktivitas Belajar ... 69

b. Uji Normalitas ... 70

1) Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 70

2) Uji Normalitas Aktivitas Belajar ... 71

c. Uji Homogenitas ... 72

a) Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis ... 72

b) Uji Homogenitas Aktivitas Belajar ... 73

d. Uji Hipotesis ... 74

a) Uji T Kemampuan Berpikir Kritis ... 74

b) Uji T Aktivitas Belajar ... 75

(15)

xiv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Media Pembelajaran Yang Digunakan Guru Biologi Kelas X Di SMA Negeri 6 Bandar Lampung Semester Genap

Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 9

Tabel 2. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 25

Tabel 3. Indikator Aktivitas Belajar ... 33

Tabel 4. Interprestasi Reabilitas ... 50

Tabel 5. Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 50

Tabel 6. Klasifikasi Daya Pembeda ... 51

Tabel 7. Nilai Indeks N-Gain ... 52

Tabel 8. Validitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 59

Tabel 9. Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 60

Tabel 10. Daya Pembeda Item Soal Tes... 61

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal ... 62

Tabel 12. Validitas Butir Angket ... 65

Tabel 13. Kesimpulan Hasil Uji Coba Angket Aktivitas Belajar... 66

Tabel 14. Perbandingan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis ... 67

Tabel 15. Perbandingan N-Gain Aktivitas Belajar ... 67

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Data Pretes-Postes Siswa Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 68

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Data Pretes-Postes Siswa Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 69

Tabel 18. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes-Postes Siswa Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 70

(17)

xvi

Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Kelas

Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 72 Tabel 21. Hasil Uji Hipotesis Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Kelas

Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 73

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pendidikan memegang peranan dan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pentingnya pendidikan untuk manusia tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya.2 Pendidikan akan mengajarkan manusia untuk mengembangkan potensi dirinya sehingga manusia mampu menghadapi tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting untuk kesejahteraan hidupnya. Adanya pendidikan diharapkan mampu menjadikan manusia yang berkualitas baik dihadapan Allah ataupun sesamanya. Manusia yang memiliki ilmu pengetahuan akan memiliki derajat yang lebih tinggi dihadapan Allah dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Allah menjanjikan keistimewaan terhadap orang-orang yang beriman serta berilmu sebagaimana dijelaskan dalam firmannya dalam QS Al-Mujadilah ayat 11 berikut:

2

(19)

2

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: “berlapang

-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah,

niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberiilmu beberapa derajat. Dan Allah MahaMengetahui apa

yang kamu kerjakan.3 (QS. Al-Mujadilah ayat 11).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan, bahkan orang yang berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Maka dari itu setiap umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu, menguasai berbagai macam ilmu pengetahuanmelalui proses pendidikan. Pendidikan akan senantiasa menjadi perhatian dan terus dikembangkan dalam rangka memajukan kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pendidikan dapat memberikan dampak positif pada diri seseorang misalnya pendidikan sebagai kualitas diri ditunjukan dengan prestasi akademik disekolah, sikap yang baik dikeluarga dan masyarakat. Setiap manusia yang menjalani hidup tidak akan lepas dari pendidikan, pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan mempunyai akhlak yang mulia, sehat, dan kreatif. Seperti yang jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan pembentuk

watak serta peradaban dunia yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan

3

(20)

3

kehidupan bangsa, bertujuan perkembangan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”4

Tujuan pendidikan adalah tercapainya suatu hasil belajar peserta didik setelah terselenggaranya proses pembelajaran. Proses pembelajaran sangat mempengaruhi kemampuan berpikir peserta didik,sehingga dalam proses pembelajaran pendidik diharapkan mampu memberikan stimulus kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tujuan Pendidikan Nasional ini harus tercermin pada perencanaan pembelajaran pada semua jenjang pendidikan, sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup di masyarakat dan ikut mensejahterakan masyarakat. Siswa yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang baik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan biologi dalam kurikulum biologi di SMA antara lain dapat mempelajari konsep, teori dan fakta. Pada dasarnya siswa juga diharapkan tidak hanya mempelajari konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis, untuk itu dibutuhkan keterampilan siswa untuk lebih berpikir kritis guna mencapai hal tersebut.

4

(21)

4

Kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pengajar dan peserta didik. Proses perubahan prilaku siswa dari tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa. Dalam hal ini pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran yaitu sebagai upaya membangun siswa yang belum memiliki kemampuan berpikir kritis menjadi memiliki kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran melibatkan aspek-aspek antaralain model pembelajaran untuk menstrasfer informasi.

Berpikir kritis adalah proses disiplin secara intelektual aktif dan terampil mengkonsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi informasi yang dihasilkan dengan pengamatan, pengalaman, refleksi, atau komunikasi sebagai panduan untuk kepercayaan. 5Keterampilan berpikir kritis merupakan proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi.6 Bepikir kritis diperlukan dalam kehidupan di masyarakat karena manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang tepat dan diperlukan kemampuan kritis yang baik.

Keterampilan berpikir kritis sangat penting dikembangkan karena sebagai tujuan utama dari pembelajaran. Selain itu kemampuan berpikir kritis memainkan

5

Muh. Tawil & liliasari, berfikir kompleks dan implementasinya dalam pembelajaran IPA, ( Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2013), h.7

6

(22)

5

peranan yang penting dalam banyak macam pekerjaan, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis7. Pendapat tersebut sesuai pula dengan tujuan pembelajaran IPA dijenjang pendidikan menengah seperti tertuang baik dalam Kurikulum 2013, yang bertujuan agar siswa dapat menggunakan IPA khususnya pada pembelajaran biologi untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Proses pembelajaran kemampuan berpikir kritis, memerlukan penyesuaian antara media dan model pembelajaran yang digunakan dengan proses pembelajaran keterampilan berfikir kritis. Pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menimbulkan pengaruh untuk memunculkan keterampilan berpikir kritis. Pembelajaran tersebut ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan penyimpanan informasi baru, model tersebut menggunakan konsep-konsep, ketentuan-ketentuan dan rancangan-rancangan yang sudah akrab dengan pembelajaran. Seperti halnya pembelajaran biologi yang didalamnya terdapat materi-materi pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan media maket.

Media maket adalah bentuk tiruan tentang sesuatu dalam ukuran kecil. Media maket diduga akan menarik perhatian siswa, karena meletakkan dasar-dasar yang konkrit, selain itu maket juga dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket siswa dapat menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Maket yang didesain dengan baik akan memberikan

7

(23)

6

makna yang hampir sama dengan benda aslinya, dengan melihat benda yang hampir sama dengan benda aslinya diharapkan akan memudahkan siswa dalam mengingat, menambah wawasan siswa, dapat menguatkan konsep siswa serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.8

Maket tergolong ke dalam media visual tiga dimensi yaitu sebuah bentuk model miniatur yang dibuat dari desain yang dirancang atau yang akan dibangun. Maket sebuah bangunan adalah model dari bangunan yang sebenarnya tetapi bukan simulasi karena tidak untuk menggambarkan proses. Media tiga dimensi memang memiliki kelemahan-kelemahannya, diantaranya yaitu, tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit. Namun hal ini dapat ditutupi dengan kelebihan yang dimilikinya yaitu, bentuknya yang dibuat dalam tiga dimensi seperti aslinya (dalam bentuk miniatur), ditambah dengan pemberian warna secara realistik dan pemberian bayangan yang digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen dapat memberikan kesan yang menarik bagi siapa saja yang memandang, memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas, maka dengan itu diharapkan dapat

8

(24)

7

meningkatkan daya ingat siswa terhadap informasi pembelajaran yang terkandung dalam media tersebut.9

Pada umumnya maket diartikan sebagai bentuk model miniatur dari desain bangunan yang dirancang atau yang akan dibangun. Untuk itu dalam menampilkan media maket ini dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui kajian yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, khususnya pada lingkungan ekosistem sekitar. Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.10

Salah satu model pembelajaran yang termasuk dalam model pemrosesan informasi yang diduga dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis adalah model pembelajaran problem Problem Posing. Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah

suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada

penyelesaian soal tersebut.

Permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kritis terhadap pembelajaran dikarenakan proses pembelajaran yang diterapkan selama ini masih menggunakan

9

Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran. Teori dan Praktik Dalam Pengembangan Profesionalisme Guru, (Jakarta : AV Publisher, 2009), h. 29

10

(25)

8

metode ceramah, padahal penggunaan metode ceramah efektif dalam kurun waktu 15 menit pertama saja. Selebihnya peserta didik merasa jenuh, tidak tertarik dan cenderung bermalas-malasan.11 Selain itu rendahnya tingkat kemampuan bertanya guru yang mampu membangkitkan motivasi bagi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. guru kurang membimbing siswa agar mampu merumuskan dan mendiskusikan suatu pertanyaan yang mampu mendorong munculnya rasa keingin tahuan siswa. Guru cenderung tidak memberikan respon positif terhadap pertanyaan yang dirumuskan siswa sehingga timbul rasa tidak percaya diri bagi siswa.12

Berikut ini adalah tabel media pembelajaran yang digunakan oleh guru

Biologi kelas X di SMA Negeri 6 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2015/2016:

Tabe1 1

Media Pembelajaran Yang Digunakan Guru Biologi Kelas X Di SMA Negeri 6 Bandar Lampung Semester Genap

Tahun Pelajaran 2015/2016 No Media Pembelajaran

Penggunaan Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

1. Papan Tulis

2. Power Point

3. Maket

4. Alat Media IPA

5. Media Gambar IPA

6. Flip Chart

11

Slamet Priyadi, Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2009, tersedia: Jurnal h. 5

12

(26)

9

7. Tengkorak Manusia

8. Bola Dunia

9. Alat Peraga IPA

10. Teropong

11. Mikroskop

12. Kerangka tubuh

manusia dan hewan

Sumber : Dokumentasi SMA Negeri 6 Bandar Lampung

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa penggunaan media di

SMA Negeri Bandar Lampung belum baik, hal ini dikarenakan guru belum

memanfaatkan sepenuhnya media pembelajaran sesuai data di atas, hanya

kadang-kadang saja. Sebagian besar guru menerapkan metode ceramah dalam pembelajaran

biologi.

Guna untuk mengatasi permasalahan pada pembelajaran biologi di SMAN 6 Bandar Lampung, penggunaan media maket melalui model pembelajaran problem

Posing tepat digunakan dalam proses pembelajaran. Maket merupakan media dengan

bentuk tiruan tenang sesuatu dalam ukuran kecil. Sebagai media visual kongkrit maket dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Media maket diduga akan menarik perhatian peserta didik, karena meletakan dasar-dasar yang konkrit, selain itu maket juga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis karena melalui media maket dapat menemukan jawaban dari suatu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran yang sifatnya representatif, sehingga dapat menghindari pengertian-pengertian yang abstrak.13

13Sunaryo,”Pengaruh Penggunaan Media Maket Terhadap Prestasi Belajar Siswa Tnagahita

(27)

10

Kelebihan dari media maket ini yaitu, bentuknya berupa miniatur yang dapat mewakili seperti yang terdapat di alam, sehingga peserta didik tidak lagi merasa abstrak dalam pembelajaran tersebut dan diharapkan pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan dan peserta didik lebih merasa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka pada materi keanekaragaman hayati. Untuk itu dalam menampilkan media maket ini dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan peserta didik dalam pembelajaran, sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dikembangkan melalui kajian yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, khususnya pada keanekaragaman hayati di lingkungan. Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan selain dengan pemilihan media yang tepat juga harus meggunakan model pembelajaran yang dapat berperan dalam membimbing abstraksi peserta didik.

Salah satu model pembelajaran yang dapat berperan dalam membimbing abstraksi peserta didik adalah model pembelajaran problem posing. Model pembelajaran ini dikelola oleh guru, dalam pelaksanaannya peserta didik dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. Peserta didik juga diharapkan tidak hanya mempelajari konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

(28)

11

menjadi terlibat aktif dalam mengeksplor situasi baru, berpikir menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah yang realistik.14 Pokok bahasan keanekaragaman hayati juga cocok diajarkan menggunakan model pembelajaran problem posing karena memuat soal-soal menantang pikiran dan soal yang tidak otomatis diketahui cara menyelesaikannya. Tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran problem posing adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Problem Posing Dengan Media Maket Terhadap Peningkantam Kemampuan Berpikir Kritis Dan Aktivitas Belajar Biologi Peserta Didik Kelas X Pada Materi Ruang Lingkup Biologi Di SMA Negeri 6

Bandar Lampung”.

B. IdentifikasiMasalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Sulit menemukan contoh keanekaragaman hayati yang rill dan lengkap di lingkungan sekitar sekolah

2. Pembelajaran yang digunakan selama ini belum mengembangkan kemampuan berpikir kritis

14 Dhika Rizqi Damayanti, “Upaya Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar Melalui

(29)

12

3. Penggunaan media pembelajaran masih jarang-jarang dalam proses belajar mengajar.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Media maket yang digunakan dalam penelitian ini adalah maket keanekaragaman hayati tingkat gen, keanekaragaman hayati tingkat spesies, dan keanekaragaman hayati tingkat ekosistem.

2. Model pembelajaran prblem posing yang dimaksud dalam penelitian ini, dilaksanakan atas petunjuk guru, guru memberikan berbagai pertanyaan yang menantang dengan mengamati media maket yang bertujuan untuk

mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, peserta didik dapat memecahkan soal-soal yang telah diberikan oleh guru kemudian mengembangkan soal tersebut.

3. Keterampilan berpikir kritis peserta didik yang diukur dalam penelitian ini meliputi: (1) memberikan argumen, (2) melakukan deduksi, (3) melakukan induksi, dan (4) melakukan evaluasi.

4. Aktivitas belajar peserta didik yang diukur dalam penelitian ini meliputi aspek: kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan menggambar, kegiatan motorik, kegiatan mental, kegiatan emosional.

(30)

13 D. Rumusan Masalah

1. Adakah Pengaruh Yang Signifikan Pada Penggunaan Model Problem Posing Dengan Media Maket Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Peserta Didik Kelas X Pada Materi Keanekaragaman Hayati Di SMA Negeri 6 Bandar Lampung?

2. Adakah pengaruh yang signifikan pada Penggunaan Model Problem Posing Dengan Media Maket Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Biologi Terhadap Peserta Didik Kelas X Pada Materi Keanekaragaman Hayati Di SMA Negeri 6 Bandar Lampung?

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Pengaruh Model Problem Posing Dengan Media Maket Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

2. Mengetahui Pengaruh Model Problem Posing Dengan Media Maket Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Biologi Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Bandar Lampung.

G. Manfaat Penelitian

(31)

14 1. Bagi peserta didik

a. Meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar Biologi. b. Memberikan pengetahuan dan keterampilan belajar secara kelompok 2. Bagi guru

Bisa dijadikan wacana dan alternative model pembelajaran untuk pengembangan pembelajaran yang lebih variatif dan menarik.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yaitu sebagai masukan dalam pembelajaran biologi.

H. Definisi Operasional

Agar tidak terdapat kesalahan dalam menafsirkan judul penelitian, maka berikut ini penulis menegaskan definisi operasional yang terdapat pada judul penelitian, sebagai berikut:

1. Problem Posing adalah model pembelajaran problem posing adalah suatu

model pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

2. Media Maket tergolong ke dalam media visual tiga dimensi yaitu sebuah bentuk model miniatur yang dibuat dari desain yang dirancang atau yang akan dibangun. Menurut Sadiman maket sebuah bangunan adalah model dari bangunan yang sebenarnya tetapi bukan simulasi karena tidak untuk menggambarkan proses.

3. Menurut Robert Ennis berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.

(32)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Problem Possing

Para ahli pendidikan mengemukakan berbagai macam definisi mengenai model pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Joyce berpendapat bahwa, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.15 Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

15

(33)

16

Adapun Nurulwati mengemukakan maksud dari model pembelajaran yaitu, kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.16

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaaran sebagai model pemrosesan informasi ialah Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan peserta didik menyusun pertanyaan sendiri

atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang

mengacu pada penyelesaian soal tersebut.17

Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model

pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri

melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Dengan demikian, penerapan

model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para peserta didik. Penggunaan

alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.

c. Peserta didik diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan

peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas

ini dapat pula dilakukan secara kelompok.

16

Ibid.

17 Ratna Kartika Irawati,”Pengaruh Model Poblem Solving dan Poblem Posing Serta

(34)

17

d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh peserta didik

untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru

dapat menentukan peserta didik secara selektif berdasarkan bobot soal

yang diajukan oleh peserta didik.

e. Guru memberikan tugas rumah secara individual

Silver dan Cai mnjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat

diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai

berikut.18

a. Pre solution posing

Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi

yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang

berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.

b. Within solution posing

Within solution posing yaitu jika seorang peserta didik mampu

merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru

yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Jadi,

diharapkan peserta didik mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari

sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.

c. Post solution posing

Post solution posing yaitu jika seorang peserta didik memodifikasi

tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang

baru yang sejenis.

18 Saleh Haji, “Pendekatan Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika

(35)

18

Dengan demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing

sebagai berikut.19

a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya

konsep-konsep dasar.

b. Diharapkan mampu melatih peserta didik meningkatkan kemampuan dalam

belajar.

c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya

adalah pemecahan masalah.

Bagi siswa, pembelajaran poblem posing merupakan keterampilan mental,

siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan dan peserta

didik memecahkan masalah tersebut.

Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan peserta didik untuk turut belajar

dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu

indikator keefektifan belajar. Peserta didik tidak hanya menerima saja materi

dariguru, melainkan peserta didik juga berusaha menggali dan mengembangkan

sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga

meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan peserta didik untuk mengerjakan

soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem

posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila peserta

didik mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok.

Kemampuan peserta didik untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat

19 Kinanti ayu puji lestari, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk

(36)

19

kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan

kelas. Dengan penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih peserta

didik belajar kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik.

B. Media Maket

Kata media berasal dari bahasa latin dan Ely mengatakan bahwa media dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Sementara itu Heinich dkk mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi.20 Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional dan mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pengajaran.

Selanjutnya Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan guru atau peserta didik dalam pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Hal ini juga diperkuat oleh Hamalik bahwa pemakaian

20

(37)

20

media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik.21

Terdapat beberapa manfaat lain dari penggunaan media pengajaran dalam proses belajar peserta didik, seperti yang diungkapkan Sudjana dan Rivai manfaatnya, yaitu:22

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran;

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;

4. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa, media pembelajaran adalah suatu alat yang berisi pesan pembelajaran atau wahana pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan pesan atau materi

21

Arsyad A, Op.Cit. h.15.

22

(38)

21

pembelajaran kepada peserta didik untuk membangkitkan keinginan, minat, motivasi dan merangsang terjadinya kegiatan pembelajaran, serta membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan.

Beberapa pakar media pendidikan membuat suatu pengklasifikasian media pembelajaran, yang mengungkapkan karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media yang berbeda menurut tujuan atau maksud pengelompokkannya. Salah satu penggolongan media yang dikenal adalah menurut Brez, yang mengidentifikasi media dalam tiga unsur pokok yaitu: suara, visual dan gerak.23

Media visual yaitu suatu media berupa image atau perumpamaan yang digunakan dalam menafsirkan sesuatu secara jelas, tidak abstrak. Media visual memiliki beberapa keunggulan diantaranya, yaitu: dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan, selain itu juga dapat pula menumbuhkan minat peserta didik dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.24

Maket tergolong ke dalam media visual tiga dimensi yaitu sebuah bentuk model miniatur yang dibuat dari desain yang dirancang atau yang akan dibangun. Menurut Sadiman maket sebuah bangunan adalah model dari bangunan yang sebenarnya tetapi bukan simulasi karena tidak untuk menggambarkan proses.25 Media tiga dimensi memang memiliki kelemahan-kelemahannya, di antaranya yaitu: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan

23

Steofandi, Op.Cit. h. 30.

24

Arsya A, Op.Cit. h. 89.

25

(39)

22

ruang yang besar dan perawatannya rumit. Namun hal ini dapat ditutupi dengan kelebihan yang dimilikinya yaitu sebagai berikut: Bentuknya yang dibuat dalam tiga dimensi seperti aslinya (dalam bentuk miniatur), ditambah dengan pemberian warna secara realistik dan pemberian bayangan yang digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen dapat memberikan kesan yang menarik bagi siapa saja yang memandang. Seperti yang diungkapkan oleh Moedjiono, media tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas, maka dengan itu diharapkan dapat meningkatkan daya ingat peserta didik terhadap informasi pembelajaran yang terkandung dalam media tersebut.26

C. Berpikir Kritis

Menurut kamus Webster’s menyatakan, “Kritis” (critical) adalah

“Menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan obyektif” sehingga

“berpikir kritis” dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan

dalam membuat keputusan.27

Pengertian yang lain diberikan oleh Suryanti dkk yaitu: berpikir kritis merupakan proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis

26

Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Teori Dan Praktik Dalam Pengembangan Profesionalisme Guru, (Jakarta: AV Publisher, 2009), h. 29.

27

(40)

23

merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Sugiarto mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thingking). Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan karena dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis yang baik.28

Menurut Krulik penalaran meliputi berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking).29 Terdapat delapan buah penelitian yang dapat dihubungkan dengan berpikir kritis, yaitu menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari sebuah situasi atau masalah, memfokuskan pada bagian dari sebuah situasi atau masalah, mengumpulkan atau mengorganisasikan informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat, dan menganalisis informasi, menentukan masuk tidaknya sebuah jawaban, menarik kesimpulan yang valid, memiliki sifat analitis dan refleksif.

Glaser mendefinisikan berfikir sebagai berikut: (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan

28

Ibid.

29

(41)

24

metode-metode tersebut. Sedangkan menurut Robert Ennis berfikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.30

Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan Dressel.31

Pernyataan diatas didukung oleh Amri dan Ahmadi dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiarto, bahwa berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kesadaran.32 Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui.

Keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan peserta didik agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang dan orang yang tak pernah berhenti belajar, karena keterampilan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi, setidaknya siswa dapat memecahkan masalah, mengevaluasi dan

30

Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 3.

31 Hartono D Mamu,’’ Pengaruh Strategi Pembelajaran, Kemampuan Akademik Dan

Interaksinya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Kognitif IPA Biologi” Jurnal Pendidikan Sains, Vol. 2 No. 1 (Maret 2014), h. 1.

32

(42)

25

mempertimbangkan serta mengkombinasikan pemecahan masalah, evaluasi dan pertimbangan.

Keterampilan berpikir kritis setiap individu berbeda-beda, tergantung pada latihan yang sering dilakukan untuk mengembangkan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk ditanamkan kepada peserta didik, hal ini perlu dilakukan agar peserta didik dapat melihat, mencermati, dan menyelesaikan berbagai persoalan yang nantinya mereka temui dalam lingkungan sekolah dengan tepat. Keadaan ini akan membentuk kebiasaan berpikir dan bertindak secara kritis pada diri peserta didik.

Keterampilan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada Tabel 2 dibawah ini:

[image:42.612.112.535.246.588.2]

Tabel 2

Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

NO Indikator Indikator

1. Memberikan penjelasan sederhana

Menganalisis pertanyaan, mengajukan dan menjawab pertanyaan klarifikasi

2. Membangun keterampilan dasar Menilai kedribilitas suatu sumber, meneliti, menilai hasil penelitian

3.

Membuat inferensi

Mereduksi dan menilai deduksi, menginduksi dan menilai induksi, membuat dan menilaipenilaian yang berharga

4. Membuat penjelasan lebih lanjut Mendefinisikan istilah, menilai definisi, mengidentifikasi asumsi

5. Mengatur strategi dan taktik Memutuskan sebuah tindakan, berinteraksi dengan orang lain.33

D. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar peserta didik adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental.34 Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun

33

(43)

26

mental atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini peserta didik haruslah aktif mendominasi dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain dalam beraktivitas peserta didik tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang dijumpai di sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengagn aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang adala dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Menurut kimble, belajar adalah perubahan yang relative permanen didalam behavioral potentionality (potensi behavioral) sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat). Senada dengan hal tersebut, Mayer menyebutkan bahwa belajar adalah menyangkut adanya perubahan perilaku yang relative permanen pada pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman. Menurut Bell-Grendler belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam

34

(44)

27

kemampuan, (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan.

Menurut slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-mcam keterampilan lain Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya.35

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Beberapa ciri belajar adalah sebagai berikut: 361)Belajar dilakukan dengan sadar dan tidak mempunyai tujuan. Tujuan ini digunakan sebagai

35

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia,2011), h. 20.

36

(45)

28

arah kegiatan, sekaligus tolak ukur keberhasilan belajar. 1)Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual. 2) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar. 3) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lain.

Aktivitas belajar itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Belajar hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius sesuai yang dikutip Hisyam Zaini. Dia mengatakan: Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang

saya lihat saya ingat dan apa yang saya lakukan saya faham.37

Menurut Djamarah Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas, tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa

37

(46)

29

melibatkan aktivitas raganya.38 Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dan sebagainya.

Adapun indikator aktivitas belajar menurut Djamarah antara lain adalah:39 1. Mendengarkan

2. Memandang

3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap 4. Menulis atau mencatat

5. Membaca

6. Membuat ikhtisar atau ringkasan

7. Mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan 8. Menyusun paper atau kertas keja

9. Mengingat 10.Berpikir

Oemar Hamalik mengemukakan kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut aktualisasinya. misalnya kemampuannya dalam: 1) merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan, 2) mengelola kegiatan individu, 3) menggunakan multi metode, dan memanfaatkan media, 4) berkomunikasi interaktif dengan baik, 5) memotivasi dan memberikan respons, 6) melibatkan siswa dalam aktivitas, 7) mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa, 8) melaksanakan dan mengelola pembelajaran, 9) menguasai materi pelajaran, 10)

38

Djamarah dan Syaiful Bahri,Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2008), h. 18.

39

(47)

30

memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran, 11) memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggungjawab kepada konstituen serta, 12) mampu melaksanakan penelitian.40

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.41 Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku pada diri sendiri berkat adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Sedangkan aktivitas belajar adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan sedemikian rupa agar menciptakan: 1) Peserta didik aktif bertanya, 2) Mempertanyakan, dan 3) Mengemukakan gagasan.42

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengagn aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang adala dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.43

40

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung.:Rosda. 2010), h. 175.

41

Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), h. 14.

42

Hartono, PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (Pekanbaru: Zanafa, 2008), h.11.

43

(48)

31

Menurut Agus Suprijono, pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajaran dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dalam mengkonfrontif ide itu dengan dunia ralitas yang dihadapinya.44

Aktivitas belajar peserta didik adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental.45 Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini peserta didik haruslah aktif mendominasi dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain dalam beraktivitas peserta didik tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang dijumpai di sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional.46 Proses pembelajaran dikatakan efektif bila peserta didik secara aktif ikut terlibat langsung dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan), sehingga mereka tidak hanya menerima secara pasif pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar tugas guru adalah

44

Agus Suprijono, Cooperative Learning (Jakarta: CTSD, 2010), h. 10.

45

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 26

46

(49)

32

mengembangkan dan menyediakan kondisi agar peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya.

Menurut Nasution, aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berpikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berpikir maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas.

Aspek dan indikator Aktivitas Belajar lebih lanjut diuraikan pada Tabel 3 dibawah ini:47

[image:49.612.119.520.251.731.2]

Tabel 3

Indikator Aktivitas Belajar

No. Aspek Indikator

1. Kegiatan Visual Membaca Materi

2. Kegiatan Lisan Bertanya

Mengemukakan ide/ gagasan Diskusi

3. Kegiatan Mendengarkan Mendengarkan Materi Mendengarkan presentasi

4. Kegiatan Menulis Membuat Ringkasan Mengerjakan Latihan

Aktif mengumpulkan ide dan mencatat hasil penelitian

5. Kegiatan Menggambar Menggambar Diagram Menggambar sumber belajar

47

(50)

33

Menggambar objek penelitian

6. Kegiatan Motorik Hadir pada saat penelitian disekolah Melakukan/membantu menyiapkan media maket

7. Kegiatan Mental Memecahkan masalah Menganalisis soal-soal Mengambil keputusan

8. Kegiatan Emosional Bersemangat Berani Bosan Gugup Takut48

E. Keanekaragaman Hayati

Tingkat Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biodiversity) adalah variasi organisme hidup pada tiga tingkatan, yaitu tingkat gen, spesies, dan ekosistem. Keanekaragaman hayati, menurut UU No. 5 tahun1994, adalah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain, serta kompleks-kompleksekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Menurut Soerjani, keanekaragaman hayati menyangkut keunikan suatu spesies dan gentik dimana makhluk hidup tersebut berada. Keanekaragaman hayati disebut unik karena spesies hidup di suatu habitat yang khusus atau makanan yang dimakannya sangat khas. Contohnya komodo (Varanus komodoensis) hanya ada di pulau komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, Gili Dasami, dan Padar; panda

(Ailuropoda melanoleuca) yang hidup di China hanya memakan pohon Bambu; koala

48

(51)

34

(Phascolarctos cinereus) yang hidup di Australia hanya memakan daun Eucalyptus (kayu putih).49

Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies ( jenis), dan keanekaragaman ekosistem.

a. Keanekaragaman Gen

Keanekaragam gen merupakan keanekaragaman atau variasi yang dapat ditemukan di antara sesame manusia. Walaupun sama-sama dalam satu spesies, yaitu Homo sapiens, setiap manusia memiliki bentuk hidung, mata, rambut, tinggi tubuh, warna kulit, ataupun kecerdasan yang berbeda. Bahkan, dua saudara kandung yang kembar identik pun tidak persis sama satu sama lainnya. Keanekaragaman tingkat gen juga ditunjukkan pada tanaman jeruk keprok, di antaranya jeruk keprok garut, jeruk keprok medan, dan jeruk keprok Pontianak.50

Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat didalam kromosomyang dimilikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya melalui pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organism juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya. Contohnya bibit yang diambil dari batang induk mangga yang memiliki sifat genetik berbuah besar, bila ditanam pada lingkungan yang berbeda (misalnya tandus dan miskin unsur

49

Irnaningtyas, BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas X Kurikullum 2013 (Jakarta: Erlangga,2014), h.41-42.

50

(52)

35

hara) kemungkinan tidak mengahsilkan buah mangga berukuran besar seperti sifat genetik induknya.

Peningkatan keanekaragaman gen dapat terjadi melalui hibridisasi (perkawinan silang) antara organism satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui proses domestikasi (budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia). Contohnya adalah hibridisasi tanaman anggrek untuk mendapatkan bunga anggrek dengan warna beraneka ragam, hibridisasi sapi Fries Holland dengan sapi Bali, dan Hibridisasi berbagai jenis tanaman atau hewan tertentu dengan spesies liar untuk mendapatkan jenis yang tahan terhadap penyakit. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat genetik baru dari organisme-organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut varietas atau ras.

b. Keanekaragaman Tingkat Spesies (Jenis)

Keanekaragaman tingkat spesies (jenis) merupakan keanekaragaman yang ditemukan di antara organisme yang tergolong dalam spesies yang berbeda. Misalnya, keanekaragaman di antara tanaman padi, jagung, mangga, dan kelapa ataupun di antara kucing, ayam, dan burung merpati.51

Beberapa jenis organism ada yang memiliki cirri-ciri fisik yang hamper sama. Misalnya tumbuhan kelompok palem (Palmae) seperti kelapa, pinang, aren, dan sawit yang memiliki daun seperti pita. Namun, tumbuh-tumbuhan tersebut merupakan spesies yang berbeda, kelapa memiliki nama spesies Cocos nucifera, pinang bernama

Areca cathecu, aren bernama Arenga Pinnata, dan sawit bernama Elaeis guineensis.

51

(53)

36

Hewan dari kelompok genus Panthera terdiri atas beberapa spesies, antara lain harimau (Panthera tigris), singa (Panthera leo), macan tutul (Panthera pardus), dan jaguar (Panthera onca).

c. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

Keanekaragaman tingkat ekosistem merupakan keanekaragaman yang dapat ditemukan diantara ekosistem. Susunan biotik dan abiotik setiap jenis ekosistem di permukaan bumi tidaklah sama. Lingkungan abiotik sangat berpengaruh terhadap komposisi biotik suatu ekosistem. Oleh karena itu, dua wilayah dengan kondisi abiotik berbeda umumnya mengandung komposisi organisme yang berbeda pul

Gambar

Tabel 21.  Hasil Uji Hipotesis Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Kelas
 Indikator Keterampilan Berpikir KritisTabel 2
Indikator Aktivitas BelajarTabel 3
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengamankan bendung terhadap bahaya gerusan lokal dan penurunan (degradasi) dasar sungai yang terjadi, saat ini sedang dilaksanakan pembuatan bangunan pengendali dasar

Setelah rancangan global selesai dibuat maka dapat diketahui bahwa dengan rancangan ini akan dapat dihasilkan sistem yang dapat memberikan alternatif atau pilihan dalam

Telah dipertahankan Dewan Penguji Tugas Akhir Program Diploma III Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

Perencanaan pengumpulan sampah yang akan direncanakan pada Pesantren Darussalam Watucongol yaitu sampah dari sumber akan dikumpulkan dengan menggunakan motor sampah

Untuk menjelaskan perubahan unsur- unsur bentuk bangunan sebagai identitas rumah tradisional Kaili di Kota Palu yang telah mengalami perubahan..

Isikan nama type gudang dan jumlah stg / kamar, kemudian klik simpan maka akan kembali ke halaman list tipe gudang pengering, untuk melakukan update maupun delete tipe gudang ada

Seharusnya Bank BTN yang merasa eksekusi harta pailitnya harus ditangguhkan 90 hari, karena ada pihak ketiga di dalam jaminan tersebut yang juga menuntut bagiannya,

Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen