• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi pada Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi pada Remaja"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN

KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

VIVI LUTFIAH

PROGRAM STUDI

GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

VIVI LUTFIAH. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi pada Remaja (Dibimbing oleh HARDINSYAH dan EDDY S. MUDJAJANTO).

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari usia awal menstruasi, lama menstruasi, keteraturan, dan siklus menstruasi, (2) mempelajari keluhan menstruasi, (3) mempelajari pola konsumsi susu dan pangan sumber kalsium, (4) menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi kalsium, (5) menganalisis hubungan konsumsi susu, pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya), dan tingkat konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi, (6) menguji perbedaan keluhan menstruasi pada tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang, (7) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi.

Disain penelitian adalah cross-sectional study. Penelitian dilakukan di SMAN 3 dan SMAN 5 Kota Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2007. Contoh dalam penelitian adalah semua siswi kelas 11. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 327 orang.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari keadaan umum lokasi penelitian, karakteristik contoh dan keluarga contoh (usia, uang saku, pekerjaan orang tua, besar keluarga, kebiasaan berolahraga, dan stres), kebiasaan minum susu, konsumsi pangan (meliputi pangan sumber kalsium dan pangan penghambat kalsium), konsumsi suplemen, dan menstruasi. Data sekunder meliputi data kandungan kalsium yang diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia (Hardinsyah & Briawan 1994). Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan Microsoft Excel dan SPSS 11.5 for Windows. Analisis dilakukan secara deskriptif dan inferensia.

Contoh sebagian besar mengalami usia awal menstruasi (96.6%) dan lama menstruasi (95.7%) normal. Lebih dari separuh contoh (53.2%) mengalami siklus menstruasi yang teratur. Contoh sebagian besar (82.6%) mengalami lama siklus menstruasi normal.

Contoh sebagian besar mengalami keluhan menjelang (96.0%) dan saat (95.7%) menstruasi. Keluhan yang paling banyak dialami menjelang menstruasi adalah lebih emosional (67.6%), sedangkan keluhan yang paling banyak dialami pada saat menstruasi adalah lebih emosional (66.1%) dan sakit keram di bawah perut (66.1%). Keluhan jerawat, mual, dan nyeri pada payudara lebih banyak dialami menjelang menstruasi, sedangkan sakit kepala, sakit pinggang, dan lesu lebih banyak dialami pada saat menstruasi. Keluhan yang dialami oleh separuh contoh adalah sakit keram di bawah perut, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan yang paling sedikit dialami adalah muntah (1.2%) baik pada menjelang maupun saat menstruasi.

(3)

Rata-rata konsumsi kalsium dari susu adalah 269.84±227.20 mg/hari, sedangkan rata-rata konsumsi kalsium total adalah 595.87±314.76 mg/hari. Rata-rata konsumsi kalsium total masih terbilang kurang apabila dibandingkan dengan angka kecukupan kalsium menurut AKG 2004 untuk remaja putri (1000 mg). Lebih dari separuh contoh (66.7%) berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang.

Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi susu (ml) dengan skor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), dan total (p>0.05). Konsumsi kalsium dari susu dengan skor keluhan menstruasi baik menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total (p>0.05) juga tidak berhubungan. Tingkat konsumsi kalsium juga tidak berhubungan dengan skor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total (p>0.05). Konsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya) berhubungan positif dengan skor keluhan menjelang (p<0.05), saat (p<0.05), dan total (p<0.05). Hubungan ini menyatakan bahwa semakin tinggi konsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya), skor keluhan menstruasi pun semakin tinggi. Hal ini diduga karena kalsium yang diperoleh dari pangan sumber kalsium (non susu dan hasil olahannya) lebih banyak berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya serta sayuran (63.97%). Selain itu, contoh dengan konsumsi pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya) di atas median lebih banyak yang mengonsumsi pangan penghambat kalsium (p<0.01).

Hasil uji Independent-Samples T Test menunjukkan adanya perbedaan nyata antara skor keluhan menstruasi menjelang (p<0.1), saat (p<0.05), dan total (p<0.05) pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup (=66.67%) dan kurang (<66.67%). Akan tetapi rata-rata skor keluhan menjelang, saat, dan total menstruasi pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup lebih tinggi daripada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang. Hal ini bisa dikarenakan rata-rata frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup (1.46±0.89) lebih tinggi dibandingkan contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang (0.95±0.62). Hasil uji Independent-Samples T Test menunjukkan ada perbedaan nyata (p<0.01) frekuensi pangan penghambat kalsium pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang. Selain itu, contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup juga lebih banyak yang mengalami stres selama enam bulan terakhir. Hasil uji Independent-Samples T Test menunjukkan ada perbedaan nyata (p<0.1) frekuensi stres enam bulan terakhir pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang. Rata-rata frekuensi stres enam bulan terakhir pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup adalah 1.82 kali, sedangkan pada contoh dengan tingkat konsumi kalsium kurang adalah 1.21 kali. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium dan frekuensi stres enam bulan terakhir merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi keluhan menstruasi. Setiap peningkatan satu satuan skor frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium akan meningkatkan 0.170 satuan skor keluhan menstruasi. Setiap peningkatan satu satuan skor frekuensi stres enam bulan terakhir akan meningkatkan 0.156 satuan skor keluhan menstruasi.

(4)

ABSTRACT

VIVI LUTFIAH. The Relation between Calcium Source-food Consumption with Menstrual Complaint in Adolescent. Under the direction of HARDINSYAH and EDDY S. MUDJAJANTO.

(5)

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN

KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: Vivi Lutfiah A54103063

PROGRAM STUDI

GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul : HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

Nama Mahasiswa : Vivi Lutfiah NRP : A54103063

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Ir. Eddy S. Mudjajanto NIP. 131287340 NIP. 131760849

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131124019

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 5 September 1984 dari pasangan Syihabuddin dan Sobriyah. Penulis merupakan anak ke enam dari sembilan bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan dasar di SD Negeri Kupahandap II pada tahun 1991-1997, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Pandeglang pada tahun 1997-2000. Setelah lulus dari SLTP, penulis melanjutkan studinya di SMU Negeri 1 Serang pada tahun 2000-2003.

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis hadiratkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi pada Remaja”. Penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan dan dorongan dengan penuh pengertian dan kesabaran sejak awal penyusunan hingga terselesainya skripsi ini.

2. Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama ini.

3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen penguji atas arahan dan saran yang diberikan.

4. Pihak SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

5. Mama, Apa, kakak-kakakku, adik-adikku dan oom yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, dan perhatian kepada penulis.

6. Teman-teman satu penelitian, Wirna dan Inna Wahyu, atas kerjasama dan dukungannya.

7. Intan, Widi, Nana, Yudit, De’, Mei-mei, Ahmad, Amel, Andika, Betsy, Juli, Eni, dan Dessy yang telah membantu pelaksanaan pengambilan data.

8. Vika, Tika, Wewew, Widi, Nia, Cepe, Nono, Mami Icha, Ira, Sendi, Darmaning, Jowie, Ahmad, Aris, Mute, Dewi, Tari, Ade, Pritha, Toto, Na-ok, Devi, Qiqi, Sanya, Tirta, Tila, Iik, Malie, Inna K, dan teman-teman GMSK ’40 lainnya atas bantuan, semangat, serta keceriaan yang diberikan.

9. Teman-teman satu kamar A3 398 asrama TPB-IPB (Tyas, Ughie, dan Vita) dan teman satu perjuangan KKP di Sukabumi (Iie, Jujung, Didik, Ika, Desnonk, dan Risty) atas kebersamaan, dukungan, dan keceriaan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap bulan) dari uterus yang merupakan campuran darah, cairan jaringan, dan bagian kecil dari rahim (endometrium) (Jones, Derek, Abraham, dan Suzanne 1996, diacu dalam Utami 2003). Peristiwa menstruasi sering disertai gangguan fisik dan mental. Jeffcoate menyatakan bahwa hanya kira-kira 20 persen diantara para wanita yang sama sekali tidak mengalami gangguan apapun (Danukusumo & Affandi 1990).

Gangguan menstruasi pada remaja lebih sering terjadi (Affandi 1990b). Penelitian Utami (2003) yang dilakukan pada tahun 2002 di SMAN 1 Bogor, SMAN 1 Ciampea, dan SMAN 81 Jakarta mengungkapkan bahwa sebanyak 79.8 persen remaja putri mengalami keluhan menjelang menstruasi dan 82.1 persen mengalami keluhan saat menstruasi.

Keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah dan lesu, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual, jarang kencing, dan berat badan meningkat (Hardinsyah 2004).

Gangguan menstruasi disebabkan karena berbagai hal, diantaranya kelainan biologik yang meliputi kelainan organik atau disfungsional (Affandi 1990b). Shreeve (1989) mengemukakan bahwa zat kimia yang terlibat pada proses menstruasi dan pramenstruasi adalah hormon. Ketidakseimbangan hormon memainkan peranan penting atas bermacam manifestasi sindrom pramenstruasi. Kadar estrogen yang meningkat dalam darah dapat menyebabkan gejala-gejala depresi dan akan mengganggu proses kimia tubuh.

Gangguan menstruasi sering dianggap tidak bisa dihindari di masa lalu, akan tetapi dewasa ini, gangguan menstruasi bisa diatasi dengan berbagai cara pencegahan dan pengobatan (Shreeve 1989). Salah satu cara pencegahan keluhan menstruasi yaitu dengan meningkatkan konsumsi pangan sumber kalsium dan suplementasi kalsium (Thys-Jacobs 2000).

(10)

Hubungan utama antara sindrom pramenstruasi dan gizi terutama terfokus pada metabolisme energi dan status vitamin serta mineral. Faktor gizi yang berperan dalam membantu mengurangi terjadinya gejala sindrom pramenstruasi salah satunya adalah dengan mengonsumsi pangan yang banyak mengandung kalsium (Whitney & Sizer 2000, diacu dalam Briawan 2004).

Pangan sumber kalsium diantaranya yaitu ikan dimakan dengan tulang, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe serta sayuran hijau. Susu dan hasil olahan susu, seperti keju adalah sumber kalsium utama (Almatsier 2002). Mann dan Truswell (2002) menyatakan bahwa susu merupakan sumber kalsium yang paling tinggi dan merupakan penyumbang kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian. Kebutuhan kalsium sehari-hari sulit diperoleh tanpa penambahan sejumlah susu atau produk susu dalam diit (Stevenson & Miller 1962). Wiseman (2002) menyatakan bahwa apabila susu dan produk susu tidak dikonsumsi maka akan sulit untuk mendapatkan asupan kalsium yang baik kecuali ditambah dengan konsumsi tablet kalsium.

Konsumsi kalsium yang semakin baik diduga dapat menurunkan keluhan-keluhan yang terjadi sebelum dan saat menstruasi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi pada remaja dan pada jumlah berapa kalsium dapat berperan mengurangi keluhan menstruasi. Selain itu, penelitian ini juga membahas lebih rinci tentang pola konsumsi susu, seberapa besar sumbangan susu terhadap konsumsi kalsium, dan hubungan konsumsi susu dengan keluhan menstruasi, mengingat susu merupakan sumber kalsium utama dan kebutuhan kalsium harian sulit dipenuhi apabila susu tidak dikonsumsi.

Tujuan Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi.

Tujuan khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari usia awal menstruasi, lama menstruasi, keteraturan, dan siklus menstruasi.

2. Mempelajari keluhan menstruasi.

(11)

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN

KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

VIVI LUTFIAH

PROGRAM STUDI

GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

VIVI LUTFIAH. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi pada Remaja (Dibimbing oleh HARDINSYAH dan EDDY S. MUDJAJANTO).

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari usia awal menstruasi, lama menstruasi, keteraturan, dan siklus menstruasi, (2) mempelajari keluhan menstruasi, (3) mempelajari pola konsumsi susu dan pangan sumber kalsium, (4) menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi kalsium, (5) menganalisis hubungan konsumsi susu, pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya), dan tingkat konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi, (6) menguji perbedaan keluhan menstruasi pada tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang, (7) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi.

Disain penelitian adalah cross-sectional study. Penelitian dilakukan di SMAN 3 dan SMAN 5 Kota Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2007. Contoh dalam penelitian adalah semua siswi kelas 11. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 327 orang.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari keadaan umum lokasi penelitian, karakteristik contoh dan keluarga contoh (usia, uang saku, pekerjaan orang tua, besar keluarga, kebiasaan berolahraga, dan stres), kebiasaan minum susu, konsumsi pangan (meliputi pangan sumber kalsium dan pangan penghambat kalsium), konsumsi suplemen, dan menstruasi. Data sekunder meliputi data kandungan kalsium yang diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia (Hardinsyah & Briawan 1994). Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan Microsoft Excel dan SPSS 11.5 for Windows. Analisis dilakukan secara deskriptif dan inferensia.

Contoh sebagian besar mengalami usia awal menstruasi (96.6%) dan lama menstruasi (95.7%) normal. Lebih dari separuh contoh (53.2%) mengalami siklus menstruasi yang teratur. Contoh sebagian besar (82.6%) mengalami lama siklus menstruasi normal.

Contoh sebagian besar mengalami keluhan menjelang (96.0%) dan saat (95.7%) menstruasi. Keluhan yang paling banyak dialami menjelang menstruasi adalah lebih emosional (67.6%), sedangkan keluhan yang paling banyak dialami pada saat menstruasi adalah lebih emosional (66.1%) dan sakit keram di bawah perut (66.1%). Keluhan jerawat, mual, dan nyeri pada payudara lebih banyak dialami menjelang menstruasi, sedangkan sakit kepala, sakit pinggang, dan lesu lebih banyak dialami pada saat menstruasi. Keluhan yang dialami oleh separuh contoh adalah sakit keram di bawah perut, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan yang paling sedikit dialami adalah muntah (1.2%) baik pada menjelang maupun saat menstruasi.

(13)

Rata-rata konsumsi kalsium dari susu adalah 269.84±227.20 mg/hari, sedangkan rata-rata konsumsi kalsium total adalah 595.87±314.76 mg/hari. Rata-rata konsumsi kalsium total masih terbilang kurang apabila dibandingkan dengan angka kecukupan kalsium menurut AKG 2004 untuk remaja putri (1000 mg). Lebih dari separuh contoh (66.7%) berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang.

Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi susu (ml) dengan skor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), dan total (p>0.05). Konsumsi kalsium dari susu dengan skor keluhan menstruasi baik menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total (p>0.05) juga tidak berhubungan. Tingkat konsumsi kalsium juga tidak berhubungan dengan skor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total (p>0.05). Konsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya) berhubungan positif dengan skor keluhan menjelang (p<0.05), saat (p<0.05), dan total (p<0.05). Hubungan ini menyatakan bahwa semakin tinggi konsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya), skor keluhan menstruasi pun semakin tinggi. Hal ini diduga karena kalsium yang diperoleh dari pangan sumber kalsium (non susu dan hasil olahannya) lebih banyak berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya serta sayuran (63.97%). Selain itu, contoh dengan konsumsi pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya) di atas median lebih banyak yang mengonsumsi pangan penghambat kalsium (p<0.01).

Hasil uji Independent-Samples T Test menunjukkan adanya perbedaan nyata antara skor keluhan menstruasi menjelang (p<0.1), saat (p<0.05), dan total (p<0.05) pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup (=66.67%) dan kurang (<66.67%). Akan tetapi rata-rata skor keluhan menjelang, saat, dan total menstruasi pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup lebih tinggi daripada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang. Hal ini bisa dikarenakan rata-rata frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup (1.46±0.89) lebih tinggi dibandingkan contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang (0.95±0.62). Hasil uji Independent-Samples T Test menunjukkan ada perbedaan nyata (p<0.01) frekuensi pangan penghambat kalsium pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang. Selain itu, contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup juga lebih banyak yang mengalami stres selama enam bulan terakhir. Hasil uji Independent-Samples T Test menunjukkan ada perbedaan nyata (p<0.1) frekuensi stres enam bulan terakhir pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang. Rata-rata frekuensi stres enam bulan terakhir pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup adalah 1.82 kali, sedangkan pada contoh dengan tingkat konsumi kalsium kurang adalah 1.21 kali. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium dan frekuensi stres enam bulan terakhir merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi keluhan menstruasi. Setiap peningkatan satu satuan skor frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium akan meningkatkan 0.170 satuan skor keluhan menstruasi. Setiap peningkatan satu satuan skor frekuensi stres enam bulan terakhir akan meningkatkan 0.156 satuan skor keluhan menstruasi.

(14)

ABSTRACT

VIVI LUTFIAH. The Relation between Calcium Source-food Consumption with Menstrual Complaint in Adolescent. Under the direction of HARDINSYAH and EDDY S. MUDJAJANTO.

(15)

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN

KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: Vivi Lutfiah A54103063

PROGRAM STUDI

GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul : HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

Nama Mahasiswa : Vivi Lutfiah NRP : A54103063

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Ir. Eddy S. Mudjajanto NIP. 131287340 NIP. 131760849

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131124019

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 5 September 1984 dari pasangan Syihabuddin dan Sobriyah. Penulis merupakan anak ke enam dari sembilan bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan dasar di SD Negeri Kupahandap II pada tahun 1991-1997, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Pandeglang pada tahun 1997-2000. Setelah lulus dari SLTP, penulis melanjutkan studinya di SMU Negeri 1 Serang pada tahun 2000-2003.

(18)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis hadiratkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi pada Remaja”. Penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan dan dorongan dengan penuh pengertian dan kesabaran sejak awal penyusunan hingga terselesainya skripsi ini.

2. Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama ini.

3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen penguji atas arahan dan saran yang diberikan.

4. Pihak SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

5. Mama, Apa, kakak-kakakku, adik-adikku dan oom yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, dan perhatian kepada penulis.

6. Teman-teman satu penelitian, Wirna dan Inna Wahyu, atas kerjasama dan dukungannya.

7. Intan, Widi, Nana, Yudit, De’, Mei-mei, Ahmad, Amel, Andika, Betsy, Juli, Eni, dan Dessy yang telah membantu pelaksanaan pengambilan data.

8. Vika, Tika, Wewew, Widi, Nia, Cepe, Nono, Mami Icha, Ira, Sendi, Darmaning, Jowie, Ahmad, Aris, Mute, Dewi, Tari, Ade, Pritha, Toto, Na-ok, Devi, Qiqi, Sanya, Tirta, Tila, Iik, Malie, Inna K, dan teman-teman GMSK ’40 lainnya atas bantuan, semangat, serta keceriaan yang diberikan.

9. Teman-teman satu kamar A3 398 asrama TPB-IPB (Tyas, Ughie, dan Vita) dan teman satu perjuangan KKP di Sukabumi (Iie, Jujung, Didik, Ika, Desnonk, dan Risty) atas kebersamaan, dukungan, dan keceriaan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap bulan) dari uterus yang merupakan campuran darah, cairan jaringan, dan bagian kecil dari rahim (endometrium) (Jones, Derek, Abraham, dan Suzanne 1996, diacu dalam Utami 2003). Peristiwa menstruasi sering disertai gangguan fisik dan mental. Jeffcoate menyatakan bahwa hanya kira-kira 20 persen diantara para wanita yang sama sekali tidak mengalami gangguan apapun (Danukusumo & Affandi 1990).

Gangguan menstruasi pada remaja lebih sering terjadi (Affandi 1990b). Penelitian Utami (2003) yang dilakukan pada tahun 2002 di SMAN 1 Bogor, SMAN 1 Ciampea, dan SMAN 81 Jakarta mengungkapkan bahwa sebanyak 79.8 persen remaja putri mengalami keluhan menjelang menstruasi dan 82.1 persen mengalami keluhan saat menstruasi.

Keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah dan lesu, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual, jarang kencing, dan berat badan meningkat (Hardinsyah 2004).

Gangguan menstruasi disebabkan karena berbagai hal, diantaranya kelainan biologik yang meliputi kelainan organik atau disfungsional (Affandi 1990b). Shreeve (1989) mengemukakan bahwa zat kimia yang terlibat pada proses menstruasi dan pramenstruasi adalah hormon. Ketidakseimbangan hormon memainkan peranan penting atas bermacam manifestasi sindrom pramenstruasi. Kadar estrogen yang meningkat dalam darah dapat menyebabkan gejala-gejala depresi dan akan mengganggu proses kimia tubuh.

Gangguan menstruasi sering dianggap tidak bisa dihindari di masa lalu, akan tetapi dewasa ini, gangguan menstruasi bisa diatasi dengan berbagai cara pencegahan dan pengobatan (Shreeve 1989). Salah satu cara pencegahan keluhan menstruasi yaitu dengan meningkatkan konsumsi pangan sumber kalsium dan suplementasi kalsium (Thys-Jacobs 2000).

(20)

Hubungan utama antara sindrom pramenstruasi dan gizi terutama terfokus pada metabolisme energi dan status vitamin serta mineral. Faktor gizi yang berperan dalam membantu mengurangi terjadinya gejala sindrom pramenstruasi salah satunya adalah dengan mengonsumsi pangan yang banyak mengandung kalsium (Whitney & Sizer 2000, diacu dalam Briawan 2004).

Pangan sumber kalsium diantaranya yaitu ikan dimakan dengan tulang, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe serta sayuran hijau. Susu dan hasil olahan susu, seperti keju adalah sumber kalsium utama (Almatsier 2002). Mann dan Truswell (2002) menyatakan bahwa susu merupakan sumber kalsium yang paling tinggi dan merupakan penyumbang kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian. Kebutuhan kalsium sehari-hari sulit diperoleh tanpa penambahan sejumlah susu atau produk susu dalam diit (Stevenson & Miller 1962). Wiseman (2002) menyatakan bahwa apabila susu dan produk susu tidak dikonsumsi maka akan sulit untuk mendapatkan asupan kalsium yang baik kecuali ditambah dengan konsumsi tablet kalsium.

Konsumsi kalsium yang semakin baik diduga dapat menurunkan keluhan-keluhan yang terjadi sebelum dan saat menstruasi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi pada remaja dan pada jumlah berapa kalsium dapat berperan mengurangi keluhan menstruasi. Selain itu, penelitian ini juga membahas lebih rinci tentang pola konsumsi susu, seberapa besar sumbangan susu terhadap konsumsi kalsium, dan hubungan konsumsi susu dengan keluhan menstruasi, mengingat susu merupakan sumber kalsium utama dan kebutuhan kalsium harian sulit dipenuhi apabila susu tidak dikonsumsi.

Tujuan Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi.

Tujuan khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari usia awal menstruasi, lama menstruasi, keteraturan, dan siklus menstruasi.

2. Mempelajari keluhan menstruasi.

(21)

4. Menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi kalsium.

5. Menganalisis hubungan konsumsi susu, pangan sumber kalsium, dan tingkat konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi.

6. Menguji perbedaan keluhan menstruasi pada tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang.

7. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi.

Kegunaan

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Menstruasi

Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa (Nasoetion & Riyadi 1995). Menurut WHO usia remaja berkisar antara 10 sampai 19 tahun. Usia remaja dimulai dengan masa pubertas (Riyadi 2003). Pubertas adalah periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai dengan perubahan dalam struktur tubuh maupun perkembangan seksual. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena hormon mulai dihasilkan sehingga menyebabkan perkembangan fisik dari organ genital bagian dalam (ovarium, rahim, testis, prostat, dan sebagainya) dan menggerakkan organ-organ tersebut untuk melakukan fungsinya (Dolto, Schiffmann & Bello 1990).

Pubertas biasanya dimulai pada umur 10 sampai 14 tahun dan pada seorang gadis ditandai dengan permulaan menstruasi (Pearce 2000). Menstruasi merupakan ciri khas kematangan biologik seorang wanita (Danukusumo & Affandi 1990). Jones et al. (1996), diacu dalam Utami (2003), mengemukakan bahwa menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap bulan) dari uterus yang merupakan campuran darah, cairan jaringan, dan bagian kecil dari rahim (endometrium).

Kisaran normal usia awal menstruasi adalah umur 10 sampai 16 tahun (Khomsan 2004). Prawirohardjo, Wiknjosastro, Sumapraja, dan Saifuddin (1987) menyatakan bahwa usia awal menstruasi pada remaja bervariasi lebar, yaitu antara 10 sampai 16 tahun, akan tetapi rata-ratanya adalah usia 12.5 tahun. Usia

menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Variasi umur rata-rata saat menarche merupakan akibat dari perbedaan genetik dan lingkungan. Perbedaan umur antara kelompok pedesaan dan perkotaan atau antara remaja putri kaya dan miskin di daerah tertentu, terutama karena adanya perbedaan status sosial ekonomi yang berkaitan dengan gizi, higiene, dan perawatan kesehatan. Pada beberapa situasi, perbedaan sosial atau ekonomi mencerminkan perbedaan etnik atau genetik. Umur rata-rata saat

(23)

disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik dan berkurangnya penyakit menahun.

Pada setiap wanita lama menstruasi biasanya tetap. Lama menstruasi biasanya antara 3 sampai 5 hari, ada yang 1 sampai 2 hari dan diikuti darah sedikit-sedikit, dan ada yang 7 sampai 8 hari (Affandi 1990a). Peneliti sebagian besar menemukan bahwa rata-rata lama menstruasi 3 sampai 5 hari dianggap normal dan lebih dari 8 atau 9 hari dianggap tidak normal (Affandi 1990b). Penelitian WHO menunjukkan bahwa kemampuan wanita untuk mengingat kembali lamanya menstruasi (dalam hari) yang terakhir dengan tepat adalah 85 persen (Danukusumo & Affandi 1990).

Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus menstruasi yang biasa pada manusia ialah 25 sampai 32 hari. Panjang siklus menstruasi normal atau siklus menstruasi yang dianggap klasik adalah 28 hari. Panjang siklus menstruasi normal bervariasi cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita, tetapi juga pada wanita yang sama (Affandi 1990a). Cabot (1994) menyatakan bahwa siklus menstruasi normal dapat bervariasi antara 21 sampai 35 hari.

Usia seseorang dapat mempengaruhi panjang siklus menstruasi. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada usia 12 tahun ialah 35.1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27.1 hari, dan pada usia 55 tahun 51.9 hari. Panjang siklus menstruasi 28 hari jarang dijumpai. Pengamatan yang dilakukan Hartman pada kera menunjukkan bahwa hanya 20 persen yang mengalami panjang siklus menstruasi 28 hari (Affandi 1990a).

Danukusumo dan Affandi (1990) menyatakan bahwa sejak tahun 1880 para peneliti menemukan bahwa siklus yang tidak teratur adalah suatu yang normal. Ketidakteraturan siklus menstruasi adalah suatu kompleks fisiologis menyangkut berbagai organ, hormon, dan susunan syaraf pusat. Menstruasi yang tidak teratur juga dapat ditimbulkan oleh stres. Stres dan faktor psikologik lain akan mengakibatkan perubahan siklus menstruasi.

Fisiologi Menstruasi

(24)

dibuahi yang tiba dalam uterus sehingga menstruasi terjadi dan siklus di ulang sekali lagi (Pearce 2000).

Siklus menstruasi normal terdiri atas fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Fase folikuler dini berlangsung tidak lama setelah menstruasi dimulai dan ditandai dengan berkembangnya beberapa folikel yang dipengaruhi oleh follicle stimulating hormone (FSH) yang meningkat. FSH yang meningkat disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Perkembangan folikel menyebabkan produksi estrogen meningkat dan menekan produksi FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Kadar estrogen yang tinggi memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan luteinising hormone (LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. Kadar LH menurun pada fase luteal. Fase luteal terjadi setelah ovulasi ketika sel-sel granulosa membesar, membentuk vakuola, bertumpuk pigmen kuning (lutein), dan folikel menjadi korpus luteum. Variasi panjangnya siklus pada siklus menstruasi normal umumnya disebabkan oleh variasi dalam fase folikuler (Prawirohardjo et al. 1987).

Siklus menstruasi diatur oleh interaksi kompleks hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan endometrium atau disebut juga poros hipotalamus-hipofisis-gonad.

Siklus menstruasi berjalan normal apabila poros berjalan normal, sebaliknya bila terjadi kelainan atau gangguan pada poros maka siklus menstruasi akan terganggu dan ovulasi tidak terjadi (Affandi 1990a).

Hipotalamus mengeluarkan gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang merupakan pemicu terjadinya semua perubahan siklik. GnR H dikeluarkan secara pulsatile dengan frekuensi dan amplitudo tertentu yang diatur oleh neurotransmitter lain. Gangguan terhadap sekresi GnRH dapat menyebabkan gangguan terhadap poros di bawahnya dengan akibat terjadinya anovulasi, amenorea, dan gangguan menstruasi lainnya (Affandi 1990a).

(25)

Ovarium mensekresikan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen diproduksi oleh sel-sel granulosa yang terdapat pada folikel yang belum matang. Korpus luteum yang memproduksi progesteron selama fase luteal akan terbentuk setelah ovulasi (Affandi 1990a).

Pada fase folikuler disekresikan juga hormon inhibin. Sekresi hormon inhibin sejalan dengan estrogen yaitu tetap tinggi sampai menjelang berakhirnya fase luteal. Hormon ini bertugas menghambat sekresi FSH dan LH, yang merupakan bagian dari mekanisme umpan balik negatif dari hormon-hormon ovarium dan hipofisis. Peningkatan progesteron yang sejalan dengan penurunan gonadotropin mengakibatkan terjadinya regresi korpus luteum. Fungsi korpus luteum yang berakhir akan mengakibatkan penghentian produksi progesteron yang memegang peranan penting dalam mekanisme terjadinya menstruasi (Affandi 1990a).

Keluhan dan Penyebab Menstruasi

Menstruasi tidak hanya sekedar keluarnya darah dari vagina, akan tetapi disertai pula dengan perasaan tidak nyaman dan stres mental. Gangguan menstruasi pada remaja lebih sering terjadi (Affandi 1990b). Jumlah dan sifat gangguan menstruasi sangat individual dan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pandangan wanita terhadap proses fisiologik menstruasi dan keyakinan wanita untuk tidak membiarkan menstruasinya mengganggu pekerjaan sehari-hari. Wanita yang sangat emosional memberi arti yang berlebihan pada peristiwa menstruasi, sedangkan wanita yang memiliki keseimbangan psikologik yang baik menganggapnya hal yang biasa (Danukusumo & Affandi 1990).

Wanita yang sama sekali tidak mengalami gangguan menstruasi sama sekali kira-kira hanya berjumlah 20 persen (Jeffcoate, diacu dalam Danukusumo & Affandi 1990). Penelitian Utami (2003) yang dilakukan pada tahun 2002 di SMAN 1 Bogor, SMAN 1 Ciampea, dan SMAN 81 Jakarta mengemukakan bahwa 79.8 persen remaja putri mengalami keluhan menjelang menstruasi dan 82.1 persen mengalami keluhan saat menstruasi.

(26)

sebesar 5-95 persen dari wanita yang telah menstruasi dan secara umum sekitar 40 persen wanita telah terpengaruh oleh adanya PMS.

Dismenore atau keram menstruasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

spasmodik apabila terjadi hanya pada saat menstruasi dan disebut kongestif

apabila timbul pada permulaan menstruasi atau sebelum menstruasi (Danukusumo & Affandi 1990). Setengah dari wanita dengan dismenore yang cukup parah memiliki gejala-gejala tidak menyenangkan seperti muntah, mual, diare, pusing, sakit kepala, dan kegugupan (Jones et al. 1996, diacu dalam Utami 2003).

Gejala dismenorespasmodik yaitu perasaan nyeri yang berat, pegal dan tidak putus-putus di daerah perut atau bagian pinggang yang sempit, kadang-kadang disertai rasa tumpul dan linu di daerah genital. Rasa sakit tersebut bersamaan dengan perdarahan yang terjadi dan hampir semua wanita mengalami keadaan ini. Wanita sebagian diantaranya merasakannya sebagai rasa sakit yang hebat (Shreeve 1989).

Dismenore kongestif yaitu jenis sakit perut atau sakit pinggang bagian bawah yang berlangsung sebelum menstruasi. Rasa sakit tersebut disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah daerah genital dan panggul. Perut terasa kejang, semakin lama semakin kuat kamudian berkurang dan tak lama kemudian terasa kembali dan begitu seterusnya seperti otot rahim yang berkontraksi yaitu mengencang, mengendur, dan mengencang kembali (Shreeve 1989).

Sindrom pramenstruasi adalah sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari kedua sampai hari keempat belas sebelum menstruasi dan mereda ketika menstruasi segera berawal. Sindrom pramenstruasi mempunyai gejala-gejala fisik maupun mental yang lebih banyak dan biasanya akan hilang pada saat menstruasi tiba atau beberapa jam setelah perdarahan mulai (Shreeve 1989).

(27)

yang sering dialami yaitu pembengkakan dan kenaikan berat badan. Perubahan ini disebabkan karena tertumpuknya cairan dalam tubuh selama fase pramenstruasi.

Gejala-gejala mental dan emosional yang timbul yaitu ketegangan, rasa cepat marah, depresi, lesu, dan kurang konsentrasi. Gejala lainnya yaitu penderita merasa cepat bereaksi secara emosional, kehilangan kepercayaan, dan merasa tidak berguna. Penderita merasa ingatannya berkurang, tidak dapat mengontrol emosi, mengidamkan makanan dan minuman tertentu, serta tidak mempunyai gairah bekerja dan olahraga karena tubuh terasa lelah sekali. Agresi dan kemarahan yang irasional adalah gejala yang paling terlihat dari sindrom pramenstruasi (Shreeve 1989).

Hardinsyah (2004) menyatakan bahwa remaja wanita banyak mengalami keluhan keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah dan lesu, lebih emosional, dan jerawat pada menjelang dan saat menstruasi. Keluhan menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual, jarang kencing, dan berat badan meningkat.

Gangguan menstruasi disebabkan karena berbagai hal, yaitu kelainan biologik (organik atau disfungsional), psikologik seperti keadaan stres dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik (Affandi 1990b). Menstruasi yang tidak teratur bisa disebabkan karena syok psikologis atau fisik yang serius. Perasaan nyeri sering menjadi jelas pada saat sehari sebelum atau pada hari pertama menstruasi. Perasaan nyeri yang nyata terasa disebabkan oleh modifikasi vaskular penting dalam uterus dan pelvis, atau oleh kekejangan serat otot uterin (persis seperti kejang otot) (Dolto et al. 1990).

Faktor lain yang dapat menyebabkan keluhan menstruasi adalah faktor keturunan. Faktor keturunan sangat sulit dikendalikan. Remaja yang mengalami keluhan menstruasi biasanya memiliki ibu yang juga pernah mengalami keluhan menstruasi (Shreeve 1989).

Jones et al. (1996), diacu dalam Utami (2003) menyatakan bahwa penyebab keram menstruasi adalah prostaglandin. Prostaglandin dibuat pada banyak organ di dalam tubuh dan terdapat beberapa macam prostaglandin. Prostaglandin yang terlibat atas terjadinya dismenore adalah PGE2 dan PGF2 –

alpha. Wanita yang menderita dismenore menghasilkan PGF2 – alpha lebih

(28)

Penyebab dismenore spasmodik berkaitan dengan perubahan yang dialami rahim (uterus) selama menstruasi. Menstruasi terjadi karena pelapis yang disiapkan rahim untuk menjadi tempat pertumbuhan yang sehat bagi telur yang telah dibuahi tidak menerima telur seperti itu sehingga perlu dibuang. Hal ini tejadi melalui kontraksi dinding rahim yang berotot sehingga dinding tersebut bersih dari pelapis yag tidak terpakai (Shreeve 1989).

Kontraksi jaringan otot yang kuat hampir selalu terasa sakit akibat adanya gangguan peredaran darah dan penimbunan zat kimia. Dismenore spasmodik

dapat juga disebabkan karena pertumbuhan otot-otot yang kurang baik sehingga otot-otot yang berkontraksi mengalami kesulitan apabila meregang. Keadaan ini sangat mempengaruhi wanita pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama permulaan masa menstruasi sampai mendapatkan hormon estrogen untuk memperbaiki otot-otot rahim. Peregangan leher rahim juga dapat menyebabkan rasa sakit pada saat perdarahan terjadi. Leher rahim melebar sebagai jalan keluar sisa telur yang tidak terpakai (Shreeve 1989).

Shreeve (1989) mengemukakan bahwa zat kimia yang terlibat pada proses menstruasi dan pramenstruasi adalah hormon. Ketidakseimbangan hormon memainkan peranan penting atas bermacam manifestasi sindrom pramenstruasi. Penyebab sindrom pramenstruasi adalah kurangnya progesteron. Teori lain menyatakan bahwa penyebab sindrom pramenstruasi adalah kadar estrogen yang meningkat dalam darah, yang menyebabkan gejala-gejala depresi. Kadar estrogen yang meningkat akan mengganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin B6. Vitamin B6 dikenal sebagai vitamin antidepresan karena berfungsi mengontrol produksi serotonin yang penting dalam mengendalikan perasaan seseorang. Kadar serotonin yang menurun akibat terjadinya fluktuasi estrogen merupakan penyebab timbulnya gejala sindrom pramenstruasi yang dikenal sebagai carbohydrate cravings. Gejala ini diasumsikan timbul karena kadar serotonin yang rendah dalam otak sehingga untuk meningkatkan kadar serotonin otak maka terjadilah carbohydrate cravings.

(29)

menyebabkan ketidaknyamanan, sedangkan kadar estrogen yang terlalu sedikit dibandingkan progesteron menyebabkan depresi selama fase pramenstruasi.

Sindrom pramenstruasi terjadi karena beberapa hal, diantaranya yaitu alergi karena hormon steroid, hipogilkemia dan kekurangan vitamin, efek prolaktin, retensi air, dan hormon reproduksi (Jones et al. 1982, diacu dalam Utami 2003). Whitney & Sizer (2000), diacu dalam Briawan (2004) menyatakan bahwa hubungan utama antara sindrom pramenstruasi dan gizi terutama terfokus pada metabolisme energi serta status vitamin dan mineral. Hal ini disebabkan selama dua minggu sebelum terjadinya menstruasi ada dua hal yang terjadi dan dianggap dapat mempengaruhi metabolisme energi pada wanita, yaitu meningkatnya laju metabolik dasar selama tidur dan meningkatnya selera makan disertai intik kalori yang lebih banyak. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang menyebutkan bahwa wanita yang akan mengalami menstruasi 10 hari sebelumnya mengonsumsi 300 kalori lebih banyak dibandingkan dengan sebelumnya.

Hormon estrogen dan progesteron memberi pengaruh terhadap terjadinya perubahan yang beraturan pada endometrium baik secara histologik maupun secara biokimia. Perubahan pada pembuluh endometrium menjelang menstruasi akan mengubah proses hemostasis yang terjadi di uterus. Gangguan sintesis prostaglandin ditemukan pada wanita yang mengalami gangguan menstruasi (Affandi 1990a).

Kalsium menyebabkan fluktuasi siklik selama siklus menstruasi yang dapat menimbulkan beberapa gejala sindrom pramenstruasi. Hormon yang dihasilkan ovarium mempengaruhi metabolisme kalsium, magnesium, dan vitamin D. Estrogen mengatur metabolisme kalsium, penyerapan kalsium dalam usus, dan memicu fluktuasi selama siklus menstruasi. Perubahan homeostasis kalsium (hipokalsemia dan hiperkalsemia) telah lama dihubungkan dengan berbagai gangguan. Kadar estrogen yang meningkat pada fase luteal menyebabkan kadar kalsium dalam darah menurun. Kadar kalsium yang rendah (hipokalsemia) menyebabkan gejala-gejala seperti sindrom pramenstruasi diantaranya yaitu kegelisahan, merasa ingatannya berkurang, kejang otot, keram perut, depresi, lesu, dan lebih emosional (Thys-Jacobs 2000).

(30)

mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut (Shreeve 1989).

Upaya Mengatasi Keluhan Menstruasi

Ketidakseimbangan dan kekurangan gizi dapat memperparah sindrom pramenstruasi. Sindrom pramenstruasi dapat diminimalkan dengan memperbaiki diit dan atau mengonsumsi suplemen (Cabot 1994). Hardinsyah (2004) menyatakan bahwa upaya untuk meminimalkan keluhan menstruasi dari segi makanan adalah dengan mengurangi konsumsi garam, kopi, gula, dan makanan yang banyak mengandung karbohidrat sederhana seperti mie dan roti; disertai dengan meningkatkan konsumsi sayur dan buah (termasuk jus), meningkatkan konsumsi makanan sumber vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, zink (Zn), zat besi (Fe), kalsium (Ca), magnesium (Mg), chromium (Cr), dan asam lemak omega 3, omega 6, serta meningkatkan konsumsi protein hewani.

Vitamin B6 dapat meringankan gejala PMS seperti sakit kepala, retensi cairan, lebih emosional, dan depresi. Vitamin B6 dapat membantu mengatur biokimia otak dan dibutuhkan untuk mengkonversi triptofan menjadi serotonin. Serotonin merupakan pengatur suasana hati, sex, tidur, dan rasa lapar. Vitamin B6 lebih efektif apabila dikonsumsi bersama vitamin B kompleks lainnya seperti vitamin B1 dan vitamin B3 (Cabot 1994).

Vitamin A dan E berperan sebagai antioksidan dan membantu fungsi ovarium. Kedua vitamin ini dapat membantu mengurangi nyeri pada payudara. Vitamin E terlibat dalam produksi berbagai hormon dari kelenjar adrenal dan pituitari. Vitamin E merupakan antioksidan yang baik untuk melindungi membran lemak sel dengan cara meningkatkan fungsi ovarium dan mengurangi inflamasi (Cabot 1994).

Zink, magnesium, mangan, kromium, dan zat besi dibutuhkan untuk menstabilkan kadar gula darah serta esensial untuk metabolisme sel dan sistem imun. Kadar gula darah yang tidak stabil dapat menyebabkan perubahan suasana hati, sakit kepala, dan kecanduan terhadap gula. Mineral-mineral tersebut dapat mengurangi kecanduan terhadap gula dan junk food, memperbaiki kulit dan rambut, serta mengurangi kelelahan (Cabot 1994).

(31)

esensial juga dapat menolong penyakit inflamasi pelvis dan dapat mengurangi rasa sakit menstruasi (Cabot 1994).

Suplementasi kalsium dengan dosis 1000-1200 mg/hari dapat mengurangi gejala-gejala sindrom pramenstruasi. Pada tahun 1989, penelitian dengan menggunakan sampel kecil (33 partisipan) memperlihatkan penurunan gejala-gejala sindrom pramenstruasi setelah suplementasi kalsium (dalam bentuk kalsium karbonat) dengan dosis 1000 mg/hari. Pada tahun 1993, penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan gejala-gejala gangguan premenstruasi dan menstruasi dengan diit yang mengandung kalsium sebanyak 1336 mg/hari dibandingkan dengan 587 mg/hari (Bendich 2000). Konsumsi kalsium dari pangan dengan jumlah 1336 mg/hari dapat memperbaiki mood, rasa sakit, dan retensi cairan selama siklus menstruasi (Thys-Jacobs 2000). Suplementasi kalsium (dalam bentuk kalsium karbonat) dengan dosis 1200 mg/hari dapat mengurangi keluhan menstruasi seperti memperbaiki mood, perasaan negatif, retensi cairan, dan rasa sakit setelah dikonsumsi selama tiga bulan (Thys-Jacobs, Starkey, Bernstein, Tian 1998).

Cabot (1994) menyatakan bahwa cara meminimalkan sindrom pramenstruasi dapat dilakukan dengan memperbaiki diit. Diit untuk meminimalkan sindrom pramenstruasi yaitu :

1. Menghindari karbohidrat sederhana, soft drink, dan gula sederhana. Gula sebaiknya diperoleh dari buah-buahan. Hal ini dapat membantu menjaga berat badan dan menstabilkan kadar gula darah.

2. Mengurangi lemak jenuh seperti daging yang berlemak, daging yang diawetkan atau makanan yang digoreng, dan makanan yang diawetkan. Hal ini dapat membantu menjaga berat badan, mengurangi ketidakseimbangan hormon, mengurangi peradangan dan rasa sakit.

3. Mengurangi garam, kafein, cokelat, dan alkohol. Hal ini dapat mengurangi retensi cairan, sakit kepala, dan nyeri pada payudara.

4. Meningkatkan makanan sumber magnesium dan zat besi seperti sayuran berdaun hijau, bayam, sereal, hati, dan polong-polongan untuk mengurangi sakit kepala dan meningkatkan kadar energi.

5. Mengonsumsi lebih sering makanan yang mengandung protein seperti telur,

(32)

Gaya hidup sehat dibutuhkan untuk meminimalkan sindrom pramenstruasi. Olahraga secara teratur dapat mengurangi kejang otot, meningkatkan endorphin otak dan meningkatkan persediaan darah pada kelenjar hormon. Konsumsi air dua sampai empat liter dalam sehari dapat membantu menjaga berat badan dan mengurangi sakit kepala, masalah kulit, nyeri pada payudara, dan meningkatkan kadar energi (Cabot 1994).

Kalsium Fungsi dan Angka Kecukupan Kalsium

Kalsium merupakan unsur terbanyak ke lima dan kation terbanyak di dalam tubuh manusia. Kalsium terdapat dalam jumlah 1.5-2 persen dari keseluruhan berat tubuh (Olson, Broquist, Chichester, Darby, Kolbye Jr, & Stalvey 1988). Kalsium dengan jumlah lebih dari 99 persen dan fosfor dengan jumlah 85 persen di dalam tubuh terdapat pada tulang dengan rasio 2:1 (Khomsan 2003). Bagian tubuh yang paling banyak terdapat kalsium adalah tulang, akan tetapi fungsi kalsium yang paling penting adalah menjaga kontraktilitas otot, struktur sel, serta respon terhadap hormon dan

neurotransmitter (Bender 1993).

Kalsium yang terdapat pada makanan dan suplemen makanan merupakan garam yang tidak larut. Kalsium dapat diserap hanya dalam bentuk ionnya (Ca2 +), oleh karena itu kalsium harus terlepas dari garamnya. Kalsium dapat dipisahkan dari sebagian besar garam kalsium dengan waktu sekitar satu jam pada pH agak asam. Pemisahan kalsium dari garamnya tidak dapat menjamin penyerapan kalsium lebih baik, karena dengan pH yang lebih basa pada usus kecil, kalsium dapat membentuk kompleks dengan mineral atau unsur makanan lainnya. Pembentukan kompleks ini pada usus kecil akan menurunkan bioavailibilitas kalsium (Groff & Gropper 1999). Muchtadi, Palupi, dan Astawan (1993) menyatakan bahwa secara komersial, kalsium terdapat dalam bentuk kalsium kaseinat, kalsium sitrat, kalsium glubionat, kalsium glukonat, kalsium laktat, kalsium fosfat dibasis, kalsium sulfat, dan kalsium karbonat.

(33)

membantu regulasi aktivitas otot-otot kerangka, jantung, dan jaringan-jaringan lain; (4) sebagai bagian dari enzim, yaitu lipase, suksinat dehidrogenase, adenosin trifosfatase, dan beberapa enzim proteolitik tertentu; (5) kontraksi dan relaksasi otot; (6) membantu penyerapan vitamin B12; (7) mengirimkan isyarat syaraf ke jaringan-jaringan tubuh; (8) penyimpanan dan pelepasan neurotransmitter; (9) penyimpanan dan pelepasan hormon; (10) penyerapan dan pengikatan asam amino; (11) pengaturan sekresi gastrin; dan (12) menjaga keseimbangan osmotik.

Kontrol homeostatik dari fraksi terionisasi kalsium plasma dibutuhkan untuk kontraktilitas otot normal, fungsi miokardial, dan irritabilitas neuromuskuler. Penurunan kadar kalsium plasma terionisasi dalam jumlah yang nyata mengakibatkan tetanus dan kekejangan, sedangkan peningkatannya dapat menyebabkan kegagalan kerja jantung atau pernapasan dan koma. Kadar normal kalsium ekstraseluler dibutuhkan untuk koagulasi darah, untuk keutuhan bahan perekat intraseluler, dan untuk menjaga permeabilitas selektif pada berbagai membran (Olson et al. 1988).

Kalsium merupakan salah satu mineral yang berfungsi sebagai anti stres. Stres dapat disebabkan karena penyebab fisik maupun faktor emosional. Dampak negatif stres bagi tubuh adalah terganggunya keseimbangan hormonal, terkurasnya vitamin dan mineral, serta melemahnya sistem kekebalan tubuh. Keadaan stres akan merangsang pengeluaran hormon adrenalin secara berlebihan sehingga menyebabkan jantung berdebar keras dan cepat. Produksi hormon adrenalin membutuhkan kehadiran zat-zat gizi seperti berbagai vitamin B, mineral seng, kalium, dan kalsium. Keadaan stres dapat menguras zat-zat gizi tersebut (Khomsan 1998).

Keperluan kalsium terbesar yaitu pada saat pertumbuhan (Winarno 1992). Angka kecukupan kalsium bagi masing-masing individu berbeda-beda baik dari segi usia maupun jenis kelamin. Angka kecukupan kalsium pada remaja putri ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Angka kecukupan kalsium pada remaja putri (mg/hari)

Usia Angka kecukupan kalsium (mg/hari)

FAO/WHO WKNPG 2004

13-15 tahun 16-18 tahun

1000 1300

(34)

Pengendalian Kalsium dalam Darah

Almatsier (2002) menyatakan bahwa kalsium di dalam serum berada dalam tiga bentuk yaitu bentuk ion bebas (50%), bentuk anion-kompleks terikat dengan fosfat, bikarbonat atau sitrat (5%), dan bentuk terikat dengan protein terutama dengan albumin atau globulin (45%). Jumlah kalsium di dalam serum dijaga agar berada pada konsentrasi 9-10.4 mg/dl. Konsentrasi kalsium dalam cairan tubuh diatur oleh hormon-hormon paratiroid dan tirokalsitonin dari kelenjar tiroid serta vitamin D. Hormon paratiroid dan vitamin D meningkatkan kalsium darah dengan cara sebagai berikut:

a. Vitamin D merangsang absorpsi kalsium oleh saluran cerna;

b. Vitamin D dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari tulang ke dalam darah;

c. Vitamin D dan hormon paratiroid menunjang reabsorpsi kalsium di dalam ginjal.

Pengaruh kalsitonin diduga terjadi dengan cara merangsang pengendapan kalsium pada tulang. Hal ini terutama terjadi dalam keadaan stres, seperti pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Kalsitonin dalam hal ini menurunkan kalsium darah. Kelenjar tiroid mengeluarkan kalsitonin apabila darah kalsium terlalu tinggi, sebaliknya apabila darah kalsium terlalu rendah, kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid. Sistem pengendalian kalsium ini akan menjaga kalsium darah dalam keadaan normal. Kalsium darah akan berubah apabila terjadi kegagalan dalam sistem pengendalian. Kegagalan sistem kendali ini tidak disebabkan kekurangan atau kelebihan kalsium dari makanan, akan tetapi oleh karena kekurangan vitamin D atau gangguan sekresi hormon-hormon yang berperan (Almatsier 2002).

Hormon paratiroid (PTH) merangsang perubahan vitamin D menjadi metabolitnya yang paling aktif yaitu 1.25-dihidroksivitamin D [1.25-(OH)2 D] yang

bekerja secara sinergis dengan PTH. Jumlah kalsitonin yang dilepaskan meningkat secara proporsional. Kalsitonin sulit dideteksi secara normal pada orang dewasa di bawah kadar 9.5 mg per dl. Peningkatan kalsium plasma dalam jumlah sedikit pun akan berakibat meningkatnya pelepasan kalsitonin dan penurunan sekresi PTH yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi 1.25-(OH)2 D. Sistem hormonal vitamin D ini juga terlibat dalam homeostatis

(35)

Absorpsi dan Ekskresi Kalsium

Holman (1987) menyatakan bahwa kalsium diabsorpsi di duodenum. Menurut Bender (1993) kalsium diabsorpsi dalam proses yang aktif di sel mukosa pada usus kecil. Kalsium makanan diabsorpsi ke dalam darah sebagian besar oleh 30 cm pertama usus kecil, dimana lapisan selnya disesuaikan khusus untuk tujuan tersebut (Wiseman 2002).

Kemampuan tubuh mengabsorpsi kalsium dipengaruhi oleh interaksi berbagai macam zat gizi (Meyer 1978). Tidak semua kalsium dalam bahan pangan dapat diserap. Beberapa senyawa dalam makanan dapat membentuk kompleks dengan kalsium atau dapat membentuk garam kalsium tidak dapat larut yang tidak dapat diserap (Bender 1993).

Faktor-faktor dalam makanan dapat menurunkan atau meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus. Faktor dalam makanan yang meningkatkan absorpsi kalsium antara lain adalah beberapa asam amino seperti lisin dan arginin, laktosa, dan vitamin D (Olson et al. 1988).

Absorpsi kalsium paling baik terjadi dalam keadaan asam. Asam klorida yang dikeluarkan lambung membantu absorpsi dengan cara menurunkan pH di bagian atas duodenum. Proses menua menurunkan efisiensi absorpsi kalsium (Almatsier 2002). Khomsan (2003) menyatakan bahwa penyerapan kalsium di dalam tubuh dipengaruhi keasaman perut. Produk perut tersebut menurun dengan bertambahnya usia sehingga orang dewasa hanya bisa menyerap 30 sampai 50 persen kalsium yang dikonsumsinya sedangkan anak-anak mampu menyerap sampai 75 persen.

Asam amino tertentu meningkatkan pH saluran cerna, dengan demikian membantu absorpsi. Laktosa meningkatkan absorpsi bila tersedia cukup enzim laktase dan sebaliknya mencegah absorpsi kalsium bila terdapat defisiensi laktase. Lemak meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna sehingga memberi waktu lebih banyak untuk absorpsi kalsium. Absorpsi kalsium lebih baik bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan (Almatsier 2002).

(36)

oksalat, suatu garam kimia yang tidak dapat digunakan tubuh. Khomsan (2004) menyatakan bahwa konsumsi 100 gram cokelat akan meningkatkan ekskresi oksalat dan kalsium tiga kali lipat.

Asupan oksalat dalam jumlah besar atau produk makanan yang belum diolah yang tidak difermentasikan dengan kombinasi masukan kalsium dalam jumlah rendah kemungkinan dapat merusak status kalsium pada beberapa individu. Kelainan pada metabolisme tulang yang ditimbulkan dapat diperbaiki dengan meningkatkan masukan kalsium atau dengan mengurangi makanan yang terbuat dari biji-bijian pecah kulit (Olson et. al. 1988).

Asam fitat (ikatan yang mengandung fosfor yang terutama terdapat di dalam sekam serealia) dapat membentuk kalsium fosfat yang juga tidak dapat larut sehingga tidak dapat diabsorpsi (Almatsier 2002). Pengurangan absorpsi kalsium oleh komponen-komponen dalam makanan seperti fitat, selulosa, atau asam galakturonat secara umum bergantung pada daya cerna dan tempat berlangsungnya pencernaan bahan makanan tersebut. Daya cerna yang rendah mengakibatkan peningkatan pengikatan kalsium di dalam usus yang akan mempengaruhi jumlah kalsium yang tersedia untuk diserap (Olson et al. 1988).

Kalsium bersama fosfor dapat membentuk kalsium fosfat yang tidak larut air pada suasana basa, sehingga dapat menghambat absorpsi. Pada umumnya rasio kalsium dan fosfor yang dianjurkan di dalam makanan yaitu diantara 1:1 atau 2:1 (Almatsier 2002).

Khomsan (2003) menyatakan bahwa kalsium dan fosfor bekerja saling berkaitan dalam tubuh. Kalsium dan fosfor dapat dimanfaatkan secara optimal hanya dalam rasio yang tepat. Konsumsi buah-buahan kaya fosfor terlalu sering dapat menyebabkan rasio kalsium dan fosfor akan semakin menurun.

Jumlah konsumsi fosfat yang banyak dapat menurunkan rasio kalsium dengan fosfat sehingga dapat menyebabkan peningkatan kehilangan kalsium melalui urin. Fosfat dapat ditemukan pada semua makanan dan banyak terdapat pada makanan yang banyak mengandung protein seperti daging, unggas, ikan, telur, dan sereal (Wiseman 2002).

(37)

aluminium. Konsumsi es krim, yoghurt, teh, kopi, rokok, dan produk yang mengandung aluminium dianjurkan untuk dikurangi (Khomsan 2003).

Serat mengganggu absorpsi kalsium (terutama buncis, kacang-kacangan, dan kulit gandum) (Anderson & Deskins 1995). Serat dapat menurunkan absorpsi kalsium karena diduga dapat menurunkan waktu transit makanan di dalam saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan untuk absorpsi (Almatsier 2002).

Konsumsi gula yang tinggi dapat menyebabkan penurunan absorpsi kalsium. Gula akan menyebabkan penurunan kadar fosfor dalam darah. Eskrim yang berasal dari susu dan gula memiliki kandungan kalsium yang tinggi, akan tetapi tidak dapat dimanfaatkan tubuh. Kadar gula eskrim yang tinggi menurunkan kadar fosfor sehingga rasio kalsium dengan fosfor tidak sebanding (Khomsan 2003).

Perubahan hormon postmenopause, kurang berolahraga, dan beberapa steroid dapat mempercepat kehilangan kalsium (Anderson & Deskins 1995). Aktivitas fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Orang yang kurang bergerak atau bila lama tidak bangkit dari tempat tidur karena sakit atau usia tua bisa kehilangan sebanyak 0.5 persen kalsium tulang dalam sebulan. Stres mental atau stres fisik cenderung menurunkan absorpsi dan meningkatkan ekskresi kalsium (Almatsier 2002).

Obat-obatan tertentu dapat berpengaruh terhadap ketersediaan biologik kalsium atau meningkatkan ekskresi kalsium (Almatsier 2002). Myrnawati (2003) menyatakan bahwa penggunaan obat-obatan tertentu secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat menghambat penyerapan kalsium. Obat-obat tersebut misalnya antasid, diuretik, heparin, dan tetrasiklin. Konsumsi kalsium harus ditingkatkan apabila terpaksa harus menggunakan obat-obatan tersebut.

Anderson dan Deskin (1995) menyatakan bahwa kafein merupakan suatu alkaloid yang terdapat secara alami di dalam teh, kacang, coklat, dan kopi. Kafein tidak hanya terdapat dalam kopi, tetapi juga ada dalam teh, coklat, dan minuman ringan. Minum tiga cangkir kopi dalam sehari setara dengan 200 mg kafein dan dapat menimbullkan gejala-gejala mirip stres.

(38)

ringan yang mengandung kafein juga akan menyebabkan tubuh mengeluarkan kalsium dengan terpaksa (Khomsan 2003).

Kalsium dieksresikan melalui urin dan feses. Ginjal mengeksresikan kelebihan kalsium dalam darah sebesar 7 mg/100 ml dalam kondisi normal. Regulasi hormon akan mempengaruhi keseimbangan kalsium yang dieksresikan oleh urin (Burton & Foster 1988). Kalsium sebagian besar (70-90%) yang dibuang tubuh dieksresi dalam feses. Kalsium dalam feses terdiri dari mineral diet yang tidak diabsoprsi. Sejumlah kecil kalsium yaitu 1-20 mg/jam bisa hilang dari tubuh apabila seseorang berada dalam keadaan aktivitas berat yang mengeluarkan banyak keringat (Weafer 1999).

Kehilangan kalsium melalui urin meningkatkan jumlah kalsium yang diabsorpsi. Kehilangan kalsium melalui urin meningkat pada asidosis dan pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui sekresi cairan ke dalam saluran cerna dan melalui keringat (Almatsier 2002).

Pangan dan Suplemen Kalsium

Kebutuhan kalsium selain dari makanan dapat diperoleh dari suplemen makanan. Khomsan (2004) menyatakan bahwa pemenuhan gizi seimbang di masa remaja hendaknya mengandalkan food based approach. Kebutuhan vitamin dan mineral bisa dengan mudah tercukupi dengan mengonsumsi sayur dan buah apabila nafsu makan baik. Suplemen tidak diperlukan apabila kecukupan zat gizi telah terpenuhi. Suplemen hendaknya diminum dalam kondisi khusus, misalnya apabila nafsu makan terganggu, sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, dan kondisi-kondisi lain yang menyebabkan asupan makanan yang beragam menjadi berkurang.

Pangan sumber kalsium yang baik diantaranya adalah ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering. Serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan seperti tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi apabila mengonsumsi makanan yang seimbang setiap hari (Almatsier 2002).

(39)

pangan yang banyak mengandung kalsium. Jus wortel mengandung kalsium sama banyak dengan segelas susu.

[image:39.596.115.510.243.449.2]

Susu dan produk susu (keju dan yoghurt) merupakan sumber kalsium terbaik dan paling dapat dicerna (Holman 1987). Bender (1993) dan Almatsier (2002) menyatakan bahwa sumber kalsium utama adalah susu dan keju. Sumber terbaik kalsium adalah susu nonfat karena memilki ketersediaan biologik yang tinggi (Almatsier 2002). Kandungan kalsium berbagai jenis pangan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g)

Jenis pangan mg Jenis pangan mg

Tepung Susu Skim 1300 Udang kering 1209

Susu Skim 123 Udang segar 136

Tepung susu 904 Teri kering 1200

Keju 777 Bayam 267

Susu sapi segar 143 Kacang ijo 125

Yogurt 120 Kacang panjang 163

Susu Kental Manis 275 Mujair goreng 346

Susu Kental Tak Manis 243 Mujair segar 96

Susu Kerbau 206 Telur ayam 54

Eskrim 123 Telur asin 120

Mentega 15 Empal goreng 151

Susu Kambing 98 Sawi 220

Sarden kaleng 354 Daun singkong 165

Tempe kedelai 129 Kangkung 73

Tahu 124 Kacang merah 80

Oncom 96 Kacang tanah 58

Sumber: Hardinsyah dan Briawan (1994)

Susu merupakan sumber gizi yang hampir lengkap karena mengandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serta air (zat vital nongizi). Vitamin-vitamin yang terdapat dalam susu adalah vitamin A, B1, B2 (riboflavin), B3 (niasin), B5 (asam pantotenat), B6 (piridoksin hidroklorid), B12 (sianokobalamin), asam folat, biotin, kolin, inositol, vitamin C, D, E, dan K. Mineral-mineral yang terdapat dalam susu adalah kalium, natrium, kalsium, fosfor, magnesium, dan yodium (Soehardi 2004).

(40)

Susu merupakan penyumbang utama kalsium dalam diit. Intik kebutuhan kalsium sehari-hari sulit diperoleh tanpa penambahan sejumlah susu atau produk susu dalam diit. Para ahli gizi menganjurkan pemberian satu quart susu atau setara dengan itu untuk anak-anak dan satu pint (0.568 liter) untuk orang dewasa (Stevenson & Miller 1962). Holman (1987) menyatakan bahwa remaja dengan usia di bawah 19 tahun membutuhkan empat cangkir susu sehari untuk memenuhi kebutuhan kalsium.

Wiseman (2002) menyatakan bahwa apabila susu dan produk susu tidak dikonsumsi maka akan sulit untuk mendapatkan asupan kalsium yang baik kecuali ditambah dengan konsumsi tablet kalsium. Susu tidak hanya kaya akan kalsium, akan tetapi mineral dalam susu juga diabsorpsi dengan baik. Satu liter susu sapi (1.7 pint) mengandung sekitar 1200 mg kalsium (satu pint kurang lebih mengandung 700 mg kalsium). Kebutuhan kalsium harian sebaiknya sekitar 1500 mg dan dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi 600 ml (satu pint) susu skim per hari (700 mg kalsium) dan sekitar 100 g (3-4 ons) keju keras rendah lemak (700 mg kalsium). Tablet kalsium dapat dikonsumsi apabila hal tersebut tidak memungkinkan. Konsumsi kalsium lebih dari 1500 mg per hari tidak memberikan perlindungan yang lebih besar. Bendich (2000) menyatakan bahwa tingkat aman konsumsi kalsium yaitu tidak melebihi dari 2500 mg per hari.

Khomsan (2004) menyatakan bahwa konsumsi susu bangsa Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi susu penduduk Indonesia ditunjukkan pada Tabel 3. Rata-rata konsumsi susu bangsa Indonesia pada tahun 1998 apabila diterjemahkan dalam ukuran rumah tangga hanya setengah gelas per minggu (14 g/hari). Sumbangan susu terhadap kecukupan kalsium di Indonesia adalah sekitar 20 mg karena penduduk Indonesia hanya minum susu 15 tetes sehari. Budaya minum susu yang masih sangat rendah bisa disebabkan berbagai hal, diantaranya yaitu susu masih dianggap bahan pangan mewah yang harganya mahal dan ketakutan dengan masalah lactose intolerance (Khomsan 2004). Tabel 3 Konsumsi susu penduduk Indonesia (kg/kap/tahun)

Tahun Susu

1970 1980 1995 1996 1997 1998

(41)

Suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk melengkapi makanan dan mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut: (1) vitamin, (2) mineral, (3) tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, (4) asam amino, (5) bahan yang digunakan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan gizi, atau (6) konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak, atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut. Bentuk suplemen dapat berupa tablet, kapsul, serbuk, dan cair yang sangat spesifik dan cenderung mirip seperti bentuk obat (Sampoerno & Fardiaz 2001). Sebagian besar suplemen yang beredar di pasaran adalah multivitamin dan multimineral yang bermanfaat untuk membantu metabolisme tubuh (Khomsan 2004).

Suplemen kalsium tersedia dalam beberapa bentuk yang berbeda seperti kalsium laktat, kalsium glukonat, dan kalsium karbonat (Olson et. al. 1988). Masing-masing mempunyai konsentrasi, daya absorpsi, dan cara kerja yang berbeda. Kalsium karbonat mengandung 40 persen kalsium, kalsium sitrat mengandung 24 persen kalsium, sedangkan kalsium glukonat hanya 9 persen kalsium (Simon 2002).

(42)

KERANGKA PEMIKIRAN

Peristiwa menstruasi ditentukan oleh proses somato-psikik dan bersifat kompleks yang meliputi unsur-unsur hormonal, biokimiawi, dan psikososial. Menstruasi tidak hanya sekedar keluarnya darah dari vagina, tetapi juga disertai gangguan fisik dan mental. Keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah dan lesu, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual, jarang kencing, dan berat badan meningkat (Hardinsyah 2004).

Keluhan-keluhan menstruasi dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya keluhan-keluhan mentruasi yaitu konsumsi pangan, keturunan, keadaan psikis, dan ketidakseimbangan hormon.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa keluhan-keluhan menstruasi disebabkan karena kurangnya zat gizi mikro seperti asam lemak, vitamin, dan mineral. Asam lemak merupakan bahan pembentuk prostaglandin yang dapat meredakan gejala-gejala mental dan fisik sindrom pramenstruasi (Shreeve 1989). Vitamin dan mineral yang dapat meminimalkan keluhan menstruasi yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, zink (Zn), zat besi (Fe), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan chromium (Cr) (Hardinsyah 2004).

(43)
[image:43.596.75.522.77.590.2]

Gambar 1 Hubungan konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi

Keterangan: : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti

Keturunan

KELUHAN MENSTRUASI

Konsumsi Pangan Sumber Kalsium

Konsumsi Kalsium Total Suplemen

Kalsium

Konsumsi Susu

Konsumsi Pangan Sumber Kalsium

selain Susu

Hormon Kebiasaan

Berolahraga dan Stres

Pangan Penghambat Kalsium

Vitamin D Kadar Kalsium

(44)

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian mengenai hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bogor, yaitu SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2007.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Penentuan SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa siswa-siswi di lokasi penelitian umumnya berasal dari status sosial ekonomi menengah ke atas sehingga diharapkan siswa-siswi mengonsumsi pangan sumber kalsium dengan baik. Contoh dalam penelitian adalah semua siswa wanita (siswi) kelas 11. Pemilihan kelas dilakukan secara purposive yaitu semua kelas 11. Semua siswi kelas 11 diminta mengisi kuesioner penelitian setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti. Siswi yang mengembalikan kuesioner dan mengisi semua item pertanyaan dengan lengkap dijadikan contoh. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 327 orang. Rumus yang digunakan dalam menentukan jumlah contoh minimal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(

)

Ζ

=

2 2

2

/

1

d

pq

n

α

( )

( )

(

)

    = 2 2 05 . 0 2 . 0 ) 8 . 0 ( 96 . 1 = 245 Keterangan:

p = perkiraan proporsi (prevalensi) penyakit pada populasi (80%) (Danukusumo & Affandi (1990); Utami (2003)).

q = 1-p

d = presisi absolut yang diinginkan pada kedua sisi proporsi populasi (5%).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(45)

Karakteristik contoh dan keluarga contoh meliputi usia, uang saku, pekerjaan orangtua, besar keluarga, kebiasaan berolahraga, dan stres. Da

Gambar

Tabel 2  Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g)
Gambar 1  Hubungan konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi serta faktor-
Tabel 4  Data, jenis data, dan cara pengumpulan
Tabel  7  Sebaran contoh berdasarkan uang saku per minggu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang bagian penting juga dalam nilai sosiologi agama adalah bagaimana dengan ritual ini orang dapat memperkuat relasi-relasi sosial antar masyarakat yang menjadikan

Bangunan ini berdasarkan pada struktur tata ruang tidak berbeda dengan struktur ruang tradisional Kudus, yaitu dalem sebagai pusat, jogosatru berada di depan dan

Setujukah anda untuk tidak akan menangkap ikan di daerah zona perlindungan ikan jika telah ditetapkan kawasan konservasi.. Setujukan anda untuk ikut menjaga terumbu karang,

Uap dari drum ketel dialirkan ke turbin uap, dan dalam turbin uap, energi ( enthalpy ) dari uap dikonversikan menjadi energi mekanis penggerak generator. Turbin pada PLTU besar,

Realita menjelaskan bahwa terkadang pendidikan orang tua yang rendah belum tentu anaknya tidak bisa meraih prestasi yang tinggi, begitu juga terhadap

Sebelum kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dilaksanakan, mahasiswa terlebih dahulu menempuh kegiatan yaitu pra PPL melalui pembelajaran mikro dan kegiatan

Dengan mendasarkan pada kualitas karya ilmiah yang dihasilkan oleh lulusan S3 pada pascasarjana penyelenggara beasiswa PMDSU, beasiswa peningkatan kualitas