perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAN MINAT BELAJAR
( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Biologi
Oleh :
TRI WAHYUNI NIM. S831002064
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR
( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh Tri Wahyuni NIM. S831002064
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. ... ... NIP. 19600809 198612 1 001
Pembimbing II Dra. Suparmi, MA., Ph.D. ... ... NIP. 19520915 197603 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi pendidikan Sains,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR
( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh Tri Wahyuni NIM. S831002064
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Telah disahkan oleh Tim Penguji Tanggal : 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. ... ...
Sekretaris : Prof. Dr. H. Ashadi ... ...
Anggota : 1. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. ... ...
2. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. ... ...
Mengetahui
Direktur Ketua
Program Pascasarjana, Program Studi pendidikan Sains,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id saya :
Nama : TRI WAHYUNI
NIM : S831002064
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul
“PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR ( Sebuah Studi
Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah benar-benar karya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh.
Surakarta, April 2011
Yang Membuat Pernyataan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
setelah mati, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang senantiasa memperturutkan hawa nafsunya dan hanya mengharapkan sesuatu dari Allah ta’ala tanpa usaha beribadah”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk : kedua orang tuaku,
Suamiku tercinta, ketiga buah hatiku,
Saudara-saudaraku, Sahabat-sahabatku seperjuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memercikkan setetes dari keluasan lautan ilmu-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan Tesis berjudul :” PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN
MINAT BELAJAR” (Sebuah Penelitian Eksperimen Pada Pokok Bahasan Ciri-Ciri
Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen), untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan Program
Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Pendidikan Biologi, Fakultas Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan dukungan dari pembimbing dan
banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana, yang
telah memberikan dukungan dalam penyusunan tesis kepada penulis.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains, yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga
dalam penyusunan tesis penulis.
3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., sebagai pembimbing I penyusunan tesis penulis
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril kepada penulis
mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.
4. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D., sebagai pembimbing II penyusunan tesis penulis
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan moril kepada penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id proposal penelitian.
6. Para Dosen Pengampu Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu
kepada penulis.
7. Para karyawan Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana yang
selalu memberi bantuan demi kelancaran penyelesaian proposal ini.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berbagi dan
memberikan motivasi dalam banyak hal selama menjalani pendidikan.
9. Suami Sugianto, S.Pd. dan ketiga putri tercinta; Meiki Anissah NH., Dheiwa
Safira NS., Fadlila Qolbi NA., yang selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis hingga tesis ini dapat diselesaikan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu terlaksananya penyusunan tesis ini.
Semoga segala bimbingan, arahan, dukungan dan motivasi yang diberikan
semua pihak kepada penulis mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis berharap tesis ini dapat mengantarkan penulis untuk mendapatkan derajat
Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, April 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... . ix
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xiv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ………...1
B. Identifikasi Masalah ………...9
C. Pembatasan Masalah... 10
D. Perumusan Masalah ... ………...11
E. Tujuan Penelitian ... ………...11
F. Manfaat Penelitian ... ………...12
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Belajar ... ………...14
2. Pembelajaran dan Pengajaran ………...20
3. Model Pembelajaran ... ………..21
4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 24
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ... 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10. Hakekat Biologi ... 40
11. Materi Pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup ... .…………...42
B. Penelitian Yang Relevan ………...63
C. Kerangka Berpikir ………...68
D. Hipotesis …………..…………..………...73
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... ………...74
B. Metode Penelitian ... 75
C. Variabel Penelitian ... 76
D. Definisi Operasional ... 76
E. Populasi dan Sampel... ……….…... .78
F. Instrumen Penelitian ... 78
G. Teknik Pengumpulan Data ... 79
H. Pengujian Instrumen ... 80
I. Teknik Pengukuran ... 87
J. Teknik Analisa Data ... 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... ...90
B. Uji Prasyarat Analisis ... 99
C. Pengujian Hipotesis ... 102
D. Pembahasan Hasil Analisis ... 105
E. Keterbatasan Penelitian ... 118
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120
B. ImplikasiHasil Penelitian ... 124
C. Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ...127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3.2. Desain Faktorial 2x2x2 ...75
3.3. Interpretasi Validitas Soal ...81
3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ...82
3.5. Interpretasi Reliabilitas Soal ...84
3.6. Hasil Uji Reliabilitas ...84
3.7. Klasifikasi Taraf Kesukaran ...85
3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran ...86
3.9. Interpretasi Daya Pembeda ...87
3.10. Hasil Uji Daya Pembeda ...87
4.1. Diskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik dalam Model Pembelajaran ...90
4.2. Data Sikap Kooperatif ...91
4.3. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen I...92
4.4. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen II ...93
4.5. Diskripsi Sebaran Data Keseluruhan ...94
4.6. Rerata Hasil Belajar ...94
4.7. Diskripsi Data Interaksi Sosial ...95
4.8. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Tinggi ...96
4.9. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Rendah ...96
4.10. Diskripsi Data Minat Belajar .. ...98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4.15. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar ...101
4.16. Hasil Uji Homogenitas ...102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2. Siklus Asam Sitrat ...………...……...49
2.3. Lintasan Detail Siklus Kreb’s ...50
2.4. Ringkasan alur Glukoneogenesis ...……….………….52
2.5. Siklus Urea .. ………55
2.6. Sel Target ...56
2.7. Cara Hormon Mencapai Sel Target ...57
4.1. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen I ………92
4.2. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen II ………...93
4.3. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Tinggi ………….….97
4.4. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Rendah ...……….…97
4.5. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Minat Belajar Tinggi ...99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ... 133
b. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 147
3. Lembar Kegiatan Peserta Didik... 160
4. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 163
5. Soal Tes Hasil Belajar ... 164
6. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ... 170
7. Lembar Jawab Tes Hasil Belajar ... 171
8. Kisi-Kisi Interaksi Sosial Peserta Didik ... 172
9. Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik... 173
10. Lembar Jawab Interaksi Sosial Peserta Didik ... 176
11. Kisi-Kisi Minat Belajar Peserta Didik ... 177
12. Instrumen Minat Belajar Peserta Didik ... 179
13. Lembar Jawab Minat Belajar Peserta Didik ... 182
14. Rubrik Penilaian Sikap Kooperatif ... 183
15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar ... 184
16. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Interaksi Sosial ... 186
17. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Minat Belajar ... 188
18. Data Induk Kelas Bamboo Dancing ... 190
19. Data Induk Kelas NHT ... 191
20. Foto Try-out ... 192
21. Foto Kelas Bamboo Dancing ... 193
22. Foto Kelas NHT ... 194
23. Data Normalitas, Homogenitas Hasil Belajar ... 196
24. Data T-test ... 198
25. Hasil Try-out ... 199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 228
32. Surat Ijin Uji Coba Instrumen Penelitian ... 229
33. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen Penelitian ... 230
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sosial dan Minat Belajar.” ( Sebuah Studi Kasus pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen) Tesis. Pembimbing : 1) Prof.Drs.Sutarno,M.Sc.,Ph.D. 2) Dra.Suparmi, MA.,Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi; (2) Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (3) Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (4) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap prestasi belajar biologi; (7) Interaksi model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil biologi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 – Maret 2011. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Tangen, Kabupaten Sragen semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan satu kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk hasil belajar ranah kognitif, rubrik penilaian sikap kooperatif untuk ranah afektif, angket untuk interaksi sosial dan minat belajar peserta didik. Uji hipotesis penelitian menggunakan Anava dengan desain faktorial 2x2x2 dengan bantuan software SPSS 12.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup; (2) Terdapat pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (3) Terdapat pengaruh minat belajar (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (4) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (7) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Characteristics Material for student in Grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen academic year 2010/2011) Thesis. Advisors: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. 2) Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2011.
The purposes of the research were to find out: (1) The effect of the use of cooperative learning model Bamboo Dancing and NHT type towards student’s achievement; (2) The effect of student’s social interaction towards student’s achievement; (3) The effect of student’s learning interest towards student’s achievement; (4) Interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement. (5) Interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement. (6) Interaction between student’s social interaction and students learning interest towards student’s achievement. (7) Interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement.
The research used experimental method which carried out in June 2010-March 2011. The populations of this research were all students in grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, semester 1 year 2010/ 2011. Sample of this research was determined by clusters random sampling technique consisting of two classes. An experimental class I used cooperative learning model Bamboo Dancing type and an experimental class II used cooperative learning model Numbered Heads Together type. The data was collected using test for student’s achievement, observation sheet for affective, and questionnaires for social interaction and learning interest. Hypotheses were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design using SPSS 12 software.
The result of this research indicated that: (1) There was an effect of the use of cooperative learning model throught Bamboo Dancing and Numbered Heads Together type towards student’s achievement on Living Things Characteristics material; (2) There was an effect of student’s social interaction (high and low) towards student’s achievement; (3) There was an effect student’s learning interest (high and low) towards student’s achievement; (4) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement; (5) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement; (6) There was not any interaction between student’s social interaction and student’s learning interest towards student’s achievement; (7) There was not any interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa.
Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha
menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat
hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan,
keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan
kualitas serta aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional
kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya.
Pentingnya pendidikan IPA dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
sekarang ini dan di masa mendatang diharapkan dapat sesuai dengan pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah, dengan adanya KTSP ini
akan memungkinkan sekolah dapat menyesuaikan program pendidikannya dengan
kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Sekolah sebagai unit penyelenggara pendidikan
dituntut untuk mengembangkan pembelajaran IPA dengan memperhatikan
perkembangan dan tantangan masa depan, seperti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi,serta globalisasi. Khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku dan
moral manusia.
Untuk mengantisipasi tuntutan global dan kemajuan IPTEK maka
pembelajaran IPA ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dapat diajarkan sesuai dengan hakikatnya, maka terlebih dahulu guru Biologi harus
memahami dengan baik hakikat IPA. Disamping itu guru Biologi juga harus
memahami dengan baik karakteristik materi Biologi, kondisi peserta didik serta
keterampilan dasar mengajar seperti , kemampuan memilih dan menggunakan media
atau model pembelajaran, serta menguasai materi pelajaran.
Mengajarkan ilmu kepada peserta didik dikatakan baik kalau memenuhi
kriteria, yaitu sesuai dengan hakikat ilmu itu dan sesuai dengan pengetahuan tentang
bagaimana peserta didik belajar. IPA sebagai ilmu juga harus diajarkan sesuai
dengan hakikat IPA dan teori belajar yang mendasari pembelajaran IPA itu. Adapun
hakikat IPA terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan
(3) produk ilmiah.
Berdasarkan hakikat IPA di atas, maka proses atau keterampilan proses
merupakan bagian dari pembelajaran Biologi, begitu pula sikap ilmiah dan materi
yang dipelajari. Sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran Biologi secara
luas bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Proses ilmiah atau
metode ilmiah sebagai perangkat keterampilan kompleks yang harus dikuasai dalam
pembelajaran Biologi. Proses ini misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan
sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis
data. Dengan menggunakan sikap dan proses ilmiah maka akan diperoleh produk
ilmiah yang berupa fakta, konsep, dan teori. Semua itu terjadi dalam pembelajaran
Biologi.
Hasil belajar di SMP Negeri 2 Tangen, khususnya untuk mata pelajaran IPA
tahun pelajaran 2009/2010 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60
Ciri-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ciri Makhluk Hidup, peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran hanya mencapai
46%. Hal ini diprediksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor guru dan
peserta didik. Pertama, ditinjau dari faktor gurunya. Pembelajaran IPA (Biologi) di
SMP Negeri 2 Tangen cenderung bersifat deklaratif. Akibatnya, peserta didik
menjadi pasif, pembelajaran membosankan dan tidak menarik. Hal ini tidak sesuai
dengan hakekat pendidikan IPA, yang tidak hanya mengutamakan produk atau hasil
tetapi lebih berorientasi pada proses pembelajaran dan sikap dalam pembelajaran.
Selain itu, meski secara keilmuan terjadi perubahan-perubahan (perkembangan)
dalam pembelajaran IPA, namun kenyataannya pembelajaran IPA (Biologi) di SMP
Negeri 2 Tangen masih cenderung berorientasi pada guru (teacher centered ). Guru
masih menekankan pada perannya sebagai penyampai materi pelajaran
(transformator), sehingga hasil belajar yang dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar belum sesuai yang diharapkan atau masih di bawah KKM.
Dalam proses belajar mengajar, penguasaan materi, penguasaan metode dan
teknik mengajar oleh guru merupakan faktor utama, selain faktor gaya mengajar,
dan kepribadian guru sendiri. Kecenderungan guru mengajar selama ini kurang
menggunakan metode yang bervariasi, sehingga suasana belajar nampak sangat
monoton dan membosankan. Guru juga belum melaksanakan perannya sebagai
mediator dan fasilitator sesuai anjuran yang terdapat dalam Permendiknas nomor 16
tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Hal ini
mengakibatkan interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id harmonis, walaupun lingkungan secara fisik di sekolah sangat mendukung. Keadaan
ini akan menghambat keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan
pernyataan Herawati Susilo (2000) bahwa ”kunci keberhasilan belajar adalah
partisipasi aktif peserta didik”. Sementara menurut Bloom dalam Herawati Susilo
(2000:2.3) menyatakan bahwa besarnya partisipasi aktif peserta didik dalam belajar
merupakan petunjuk yang baik tentang kualitas mengajar.
Guru cenderung hanya mengembangkan aspek kognitif saja, sementara dalam
pembelajaran IPA ada tiga aspek yang harus dikembangkan yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Minds on).
Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi
berbeda dengan penalaran. Aspek afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk dalam
Aunurrahman (2009:51), terdiri dari tujuh jenis/kategori perilaku yaitu, penerimaan,
partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan hidup
(Heart on). Sedangkan, menurut Simpson dalam Aunurrahman (2009:52) psikomotor
yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola
gerakan dan kreativitas ( Hands on).
Kedua, ditinjau dari faktor peserta didiknya. Pembelajaran biologi menuntut
adanya peran aktif peserta didik, karena salah satu karakteristik biologi adalah
adanya proses ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau eksperimen.
Peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen, belum dapat berpartisipasi aktif dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan kurang bergairah. Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan peserta didik
terhadap beberapa hal, antara lain : peserta didik hanya menerima informasi/materi
dari guru secara pasif, peserta didik kurang menyenangi mata pelajaran Biologi dan
lebih menyenangi pembelajaran yang bersifat fisik (olahraga), minat belajar rendah,
kurang mampu bekerja sama dan kemampuan memahami konsep-konsep biologi
rendah.
Apabila permasalahan di atas tidak teratasi dengan baik , maka akan berdampak
pada lingkup yang lebih besar. Harapan pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan
pembelajaran yang bermakna hanya akan menjadi slogan. Ini merupakan tugas besar
guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran biologi yang terjadi
di kelasnya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam merancang pembelajaran, sehingga kualitas mengajar menjadi lebih
baik. Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan oleh guru diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar. Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru juga
diharapkan dapat memberi keadilan bagi peserta didik kelompok bawah maupun
kelompok atas. Selain itu, model pembelajaran juga diharapkan dapat
mengembangkan ketrampilan kerjasama untuk dapat menggali pengetahuan sesama
teman secara bebas.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran biologi juga dipengaruhi oleh faktor
minat dan interaksi sosial peserta didik. Minat sebagai pernyataan psikis yang
menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu materi pelajaran karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran sangat diperlukan, karena kehadiran minat belajar dalam pribadi
seseorang akan merangsang keinginan untuk belajar yang lebih besar Minat adalah
juga sebagai daya penggerak di dalam diri untuk melakukan aktivitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, guru diharapkan selalu dapat mengelola
keadaan psikis peserta didiknya agar dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi.
Hanya peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi yang dapat mengikuti
dengan seksama proses pembelajaran, sehingga kompetensi dasar dapat dicapai
secara optimal. Hal ini juga selaras dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur W.
(2007:24) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan minat belajar peserta didik
diantaranya dengan cara membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin
dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan peserta didik untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan
seluruh domain belajar peserta didik ( kognitif, afektif, dan psikomotorik). Hal ini
sesuai dengan hakikat pembelajaran biologi yang mengacu pada aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karenanya, guru biologi dituntut untuk
dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menarik agar dapat memotivasi peserta
didik.
Interaksi sosial peserta didik juga penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran. “Interaksi sosial peserta didik merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia”. (Soerjono Sukanto. 2007 : 55 ).Thibaut dan Kelley dalam M. Asrori.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil
satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Sementara Chaplin dalam M.
Asrori (2008:107) menyatakan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara
beberapa individu yang bersifat alami dimana individu-individu itu saling
mempengaruhi. Interaksi sosial dapat terjadi apabila dua individu atau kelompok
terdapat kontak sosial dan komunikasi. Jadi, dalam proses pembelajaran apabila
tanpa adanya interaksi sosial tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Dengan
demikian, memfasilitasi kegiatan interaksi sosial dalam pembelajaran merupakan
faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran.
Dengan demikian, guru dapat memilih model yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Menurut Arends dalam Wartono dkk.(2004), bahwa
tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada model pengajaran yang lain.
Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit
berbeda. Setiap model pembelajaran memberikan peran yang berbeda kepada
peserta didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik.
Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), yang pada prinsipnya
merupakan proses pembelajaran berbasis kerja sama antar peserta didik dan antar
komponen-komponen lain di sekolah. Model pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda untuk bekerja sama dan memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada student center. Oleh
karenanya, model pembelajaran kooperatif khususnya tipe pembelajaran Bamboo
Dancing dan NHT (Numbered Heads Together) adalah model pembelajaran dirasa
sangat cocok untuk meningkatkan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.
Dalam Bamboo Dancing peserta didik dalam kelas dibagi menjadi dua
kelompok besar, masing-masing kelompok besar anggotanya saling berpasangan,
sehingga terbentuk pasangan awal untuk mendiskusikan materi atau pertanyaan
yang telah diberikan oleh guru. Setelah selesai diskusi dengan pasangan awal, peserta
didik berbagi informasi dengan peserta didik dari pasangan awal yang lain dengan
bergeser searah jarum jam. Dalam model ini diharapkan peserta didik dapat bekerja
sama, dan memiki keberanian serta kemampuan untuk menyampaikan informasi
kepada peserta didik yang lainnya.
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu
pembelajaran di mana peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik
dalam kelompok diberi nomor lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan
masing-masing kelompok, kemudian guru memanggil nomor yang sama untuk
melaporkan hasil kerja sama mereka. Dalam model ini peserta didik diharapkan
dapat bekerja sama antar anggota kelompok, dan memiliki kesiapan serta keberanian
untuk menjawab dan menjelaskan hasil diskusi dari pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Semua peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan
hasil diskusinya. Dengan model ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab, kerja sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen,
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang memperhatikan interaksi
sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar. Dalam hal ini model
pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing dan NHT ( Numbered Heads Together ).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ada beberapa
masalah pembelajaran di SMP Negeri 2 Tangen yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Secara umum hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA (Biologi) di SMP
Negeri 2 Tangen belum memuaskan.
2. Berbagai model pembelajaran telah banyak dikembangkan seperti PBL, CTL,
Pembelajaran Kooperatif, namun belum dikembangkan.
3. Terdapat berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif seperti TPS, Bamboo
Dancing, NHT, namun belum dikembangkan.
4. Peserta didik yang pasif dalam menerima pelajaran, dapat dipengaruhi oleh
faktor internal peserta didik, antara lain interaksi sosial, minat belajar, gaya
belajar, motivasi belajar, keingintahuan, dan kesulitan belajar.
5. Interaksi sosial peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan.
6. Minat belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8. Guru biasanya hanya melakukan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal ada
tiga aspek yang harus dinilai yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
9. Ada berbagai materi yang dipelajari peserta didik kelas VII diantaranya materi
Mikroskop, Ciri-Ciri Makhluk Hidup, Organisasi Kehidupan namun guru belum
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka masalah
penelitian difokuskan pada:
1 Model pembelajaran Biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT.
2 Interaksi sosial dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, yang diteliti meliputi
lima komponen, yaitu kerja sama, persesuaian, perpaduan, persaingan, dan
pertentangan, yang dikategorikan menjadi
3 Minat belajar dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, meliputi tiga komponen
yaitu keinginan/hasrat, kecenderungan melakukan aktivitas, dan perasaan
suka/tak suka.
4 Materi pelajaran yang digunakan adalah tentang Ciri-Ciri Makhluk Hidup sesuai
Kompetensi Dasar 6.1. Mengidentifikasi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.
5 Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes formatif untuk aspek kognitif
setelah penelitian dilakukan dan rubrik penilaian sikap kooperatif untuk untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi ?
2. Apakah ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap
hasil belajar biologi ?
3. Apakah ada pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap
hasil belajar biologi ?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar
biologi ?
5. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar
biologi ?
6. Apakah ada interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik
terhadap hasil belajar biologi ?
7. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar
biologi ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar
biologi.
3. Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar
biologi.
4. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi.
5. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.
6. Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil
belajar biologi.
7. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT
dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar
biologi.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi
ditinjau dari interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.
b. Untuk menambah dan mengembangkan pembelajaran IPA (biologi) dalam
mendukung teori-teori belajar yang sudah ada sehubungan dengan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Secara Praktis
a. Guru
(1) Sebagai masukan untuk memperbaiki kemampuan guru dalam
menggunakan strategi pembelajaran sehingga dapat meminimalkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
(2) Lebih terdorong untuk berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan
pembelajaran biologi yang efektif, menyenangkan, dan bermakna.
b. Peserta didik
(1) Terlatih menjalin kerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat
orang lain,meningkatkan minat / motivasi belajar, belajar lebih bermakna,
dan ada perubahan norma yang positif yang berhubungan dengan hasil
belajar.
c. Peneliti lain
(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain
untuk melakukan pengembangan penelitian yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teori Belajar
Belajar merupakan komponen yang paling vital dalam setiap usaha
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar
sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2)
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar ialah proses
yang memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit
banyak bersifat permanen. Jadi, belajar adalah proses dan belajar dikatakan telah
terjadi bila terdapat perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku dapat melalui dua cara yaitu lewat interaksi dengan
lingkungan dan lewat kematangan, karena pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi di dalam diri siswa. Hal ini juga sejalan dengan teori belajar Piaget, yang
memiliki prinsip, (a) manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui
perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan bahasa; (b)
pengetahuan datang melalui tindakan; (c) perkembangan kognitif sebagian besar
tergantung seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.
Morgan dalam Agus Suprijono (2009:3) mengatakan bahwa, belajar adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin dan Esa N.W.(2010:13)
menyatakan bahwa belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman,
dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki
arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Hal ini merupakan pengertian belajar secara luas.
Dalam pengertian sempit, kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas
sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan. Belajar adalah penambahan pengetahuan.
Guru memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk
menerima / mengumpulkan dan menghafalnya (Sardiman. 2010 : 20). Seperti yang
dikatakan Reber dalam Agus Suprijono (2009:3), menyatakan bahwa belajar adalah
proses mendapatkan pengetahuan. Pada kenyataannya belajar sebagai konsep
mendapatkan pengetahuan banyak dianut. Sudah barang tentu pengertian belajar
seperti ini secara esensial belum memadai. Dari pengertian belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku melalui proses sistemik
yang dinamis dan konstruktif sehingga memperoleh pengalaman dari hasil interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian belajar di atas pada prinsipnya belajar adalah suatu
proses yang menimbulkan suatu perubahan perilaku. Belajar merupakan hasil
pengalaman. Dengan demikian, belajar memerlukan waktu.
Beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori belajar yang mendasari
pembelajaran biologi diantaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Teori pembelajaran kognitif yang terkenal adalah teori Jean Piaget. Menurut
Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai
menginjak usia dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.
Empat perkembangan kognitif tersebut adalah : (1) sensori motor (usia 0-2 tahun);
(2) pra-operasional (usia 2-7 tahun); (3) operasional konkrit (usia 7-11 tahun); (4)
operasional formal (usia 11-dewasa). Perkembangan kognitif merupakan perubahan
yang bertautan, bertahap sedemikian rupa sehingga proses mental menjadi semakin
kompleks dan canggih.
Tingkat perkembangan peserta didik usia SMP kelas VII adalah pada tingkat
operasional konkrit menuju operasional formal. Pada tingkatan ini peserta didik
mendapatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah konkrit secara logis.
Peserta didik dapat menerima pandangan orang lain, bahasa komunikatif dan sosial
serta dapat memencar persepsi lebih lanjut dan dapat mengikuti transformasi. Hal ini
terjadi dalam pembelajaran menggunakan NHT pada tahap berpikir bersama dalam
kelompok.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada
seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannnya. Implikasi penting dalam pembelajaran biologi dari teori Piaget
dalam Baharruddin dan Esa N.W.(2010:118) dan Paul Suparno (2006:30-32) adalah:
a) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya (skemata); b) Memusatkan perhatian
pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya (asimilasi); c)
Memperhatikan peranan dan inisiatif peserta didik, serta keterlibatannya secara aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id individual, maka kegiatan pembelajaran diatur dalam bentuk kelompok
(keseimbangan/equilibrium).
Asimilasi merupakan suatu proses, individu secara kognitif mengadaptasikan
diri terhadap lingkungan. Pada pembelajaran model kooperatif tipe Bamboo Dancing
asimilasi terjadi pada saat peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya, sedangkan
pada pembelajaran model kooperatif tipe NHT asimilasi terjadi pada saat berpikir
bersama. Begitu pula untuk proses adaptasi akomodasi dan equilibrium.
Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program
yang menekankan pada : pertama, pembelajaran melalui penemuan dan
pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian langsung alat, bahan, atau media belajar yang
lain, dan kedua, peranan guru sebagai seseorang yang mempersiapkan lingkungan
yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar
yang luas.
Berdasarkan teori Piaget di atas, bahwa perkembangan kognitif bukan
merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih merupakan
pengkonstruksian oleh peserta didik suatu kerangka mental untuk memahami
lingkungan mereka. Jadi, dalam melaksanakan pembelajaran penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar dapat dilaksanakan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Bamboo Dancing dan NHT.
b. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan teori penting dalam psikologi perkembangan.
Sumbangan paling penting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam
percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu
terserap ke dalam individu tersebut. Pembelajaran akan terjadi apabila anak bekerja
atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu
masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada
dalam zone of proximal development (ZPD). Zone of proximal development adalah
perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Ide penting
lain dari Vygotsky adalah scaffolding yang berarti memberikan sejumlah besar
bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
dapat melakukannya.
Menurut Herawati Susilo (2000:1.44) ada dua implikasi utama teori Vygotsky
dalam pembelajaran biologi. Pertama adalah dikehendakinya susunan kelas
berbentuk pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga peserta didik dapat
berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD. Kedua,
dalam pengajaran menekankan scaffolding, peserta didik semakin lama semakin
bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri.
Teori Vygotsky inilah yang menjadi landasan dalam penerapan dan
pengembangan pembelajaran kooperatif. Peserta didik dalam membangun
pengetahuannya selain harus mengalami diperlukan adanya kerja kelompok dan
interaksi sosial dengan pihak luar untuk memfasilitasi dan mengarahkan agar proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan lingkungan yang lain. Hal ini terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing pada tahap berdiskusi dalam kelompok dan NHT pada tahap berpikir
bersama.
c. Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, belajar ialah suatu proses yang memungkinkan organisme
mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat permanen.
Belajar merupakan proses dan telah terjadi apabila terdapat perubahan perilaku.
Perubahan perilaku dapat melalui dua cara belajar, yaitu pertama lewat interaksi
dengan lingkungan dan cara yang kedua lewat kematangan, karena pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik.
Implikasi teori belajar Gagne dalam pembelajaran biologi adalah : Gagne
beranggapan adanya learning hierarchy. Keberhasilan mempelajari sesuatu
kemampuan tergantung kepada ada tidaknya kemampuan yang lebih sederhana yang
telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar harus dimulai dari yang paling
sederhana kemudian yang kompleks.
Menurut Gagne terdapat lima kemampuan manusia yang harus dicapai dalam
pembelajaran biologi. Lima kemampuan hasil belajar tersebut tiga diantaranya
bersifat kognitif (keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal), satu
bersifat afektif (sikap), dan yang lain bersifat psikomotorik (keterampilan motorik).
Lima kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing maupun NHT mulai dari tahap penyampaian tujuan sampai
evaluasi melalui presentasi untuk Bamboo Dancing dan tahap menjawab untuk NHT.
Keterampilan intelektual (keterampilan berpikir) adalah kemampuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menganalisis. Ini merupakan keterampilan prasyarat untuk menguasai keterampilan
berikutnya. Strategi kognitif (proses terkendali) adalah suatu bentuk khusus dari
keterampilan berpikir yang sangat penting bagi seseorang untuk memecahkan
masalah yang berasal dari proses internal yang digunakan untuk mengubah cara
belajar, mengingat, dan cara berpikir. Informasi verbal adalah kemampuan yang
diperoleh dengan jalan menghafal. Keterampilan motorik yaitu kemampuan yang
melibatkan koordinasi otot, gerakan, mata, dan indera yang lain. Di dalam kegiatan
praktikum banyak kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik. Sikap, yaitu
keadaan pada peserta didik yang akan mempengaruhi dan mengubah tindakan yang
dipilihnya.
2. Pembelajaran dan Pengajaran
Agus Suprijono (2009:11) menyatakan bahwa ’pembelajaran merupakan
terjemahan dari learning’. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses,
cara, perbuatan mempelajari. Menurut Syaiful Sagala (2008:61) pembelajaran adalah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Menurut Wartono dkk. (2004:15),
pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap barupada
saat seseorang/individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan, terjadi
sepanjang waktu dan di mana saja.
Pembelajaran biologi adalah pengembangan pengetahuan biologi, keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id informasi dan lingkungan. Pembelajaran terjadi di sepanjang waktu. Dengan kata
lain bahwa pembelajaran biologi merupakan sebuah proses yang alami atau proses
perubahan yang terjadi karena reaksi terhadap sesuatu yang dihadapi di alam ini.
Berdasarkan makna leksikal, pengajaran adalah proses, perbuatan, cara
mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Pengajaran adalah proses
mekanis. Menurut Wartono dkk.( 2004:15 ), ”pengajaran adalah susunan informasi
dan lingkungan untuk memfasilitasi pembelajaran”. Yang dimaksud lingkungan di
sini adalah tidak hanya tempat di mana pengajaran berlangsung tetapi juga metode,
media, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi dan
membimbing peserta didik belajar. Jadi perbedaan esensiil pada istilah pembelajaran
dan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta
didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya
guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.
Jadi, proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan, dan
penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara peserta didik
berinteraksi dengan informasi itu.
3. Model Pembelajaran
Mills dalam Agus Suprijono (2009:45) berpendapat bahwa, model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan
interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran, pola yang
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk
kepada guru di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Agus Suprijono
(2009:46) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Merujuk pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan perancang pembelajaran untuk
merencanakan aktivitas belajar mengajar. Selain itu model pembelajaran juga dapat
membantu peserta didik dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara
berpikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk
keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pada awalnya model pembelajaran
dikembangkan oleh Bruce, Joyce, Weil, dan Showers dan digunakan untuk dua
alasan penting. Pertama, model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan
pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Satu model pembelajaran dapat
menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti
merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi dan
memperdebatkan temuan, bekerja secara kolaboratif, menciptakan karya seni, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Model pembelajaran dalam Wartono dkk (2004 :1) mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri tersebut adalah
(1) rasional teoritik yang logis; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
peserta didik belajar; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan; (4) lingkungan
belajar yang diperlukan.
Kedua, model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting
untuk memfokuskan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran diklasifikasikan
berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya, dan sifat lingkungan belajarnya.
Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.
Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur
langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.
Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran mempunyai
komponen-komponen yang sama. Semua pembelajaran diawali dengan menarik perhatian
peserta didik dan memotivasi peserta didik. Demikian pula setiap model
pembelajaran selalu mempunyai tahap ” menutup pelajaran ” dengan merangkum
pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan
guru. Namun, antara sintaks yang satu dengan yang lainnya juga mempunyai
perbedaan, yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan.
Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada peserta
didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik. Misalnya, belajar secara
kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel yang meliputi tersedianya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id didik sangat diperlukan untuk menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya.
Menurut Arends dan para pakar pembelajaran yang lain dalam Wartono dkk
(2004:1), menyatakan bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada
model pengajaran yang lain. Guru perlu menguasai berbagai macam model
pengajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan
lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah. Dengan demikian guru dapat memilih
model yang sangat baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu atau yang sangat
sesuai dengan lingkungan belajar atau sekelompok peserta didik tertentu.
Menguasai sepenuhnya model-model pengajaran yang banyak diterapkan
merupakan proses belajar seumur hidup. Model pengajaran yang dimaksud adalah
pengajaran langsung, belajar secara kooperatif, dan pengajaran berdasarkan masalah.
Kunci penting dalam menggunakan model pengajaran adalah tidak terlalu
menyimpang dari sintaks model atau lingkungan belajar yang diperlukan, agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Depdiknas (2004:11-12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pengajaran dimana peserta didik belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda”. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami
suatu bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Herawati Susilo (2000:1.57)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memanfaatkan kecenderungan peserta didik untuk berinteraksi dan menerapkan
keterampilan tertentu, serta mengandalkan peranan tugas dan peranan hubungan
kerja di dalam kelompok untuk mencapai hasil belajar bersama. Menurut Slavin
(2010:8) inti dari pembelajaran kooperatif adalah peserta didik duduk bersama dalam
kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik lebih baik
dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Jadi, dalam
pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerjasama
dan kolaborasi.
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar
kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang
penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran.Vygotsky yakin bahwa
fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau
kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke
dalam individu tersebut. Ditinjau dari pendapat tersebut, maka yang dikehendaki
adalah susunan kelas berbentuk pembelajaran koopratif.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif
dapat menumbuhkan pembelajaran efektif, yang bercirikan : (1) memudahkan
peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat; (2) pengetahuan, nilai, dan
keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus
diterapakan. Lima unsur tersebut adalah positive interdependence (saling
ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), face
to face promotif interaction ( interaksi promotif ), interpersonal skill ( komunikasi
antar anggota ), dan group processing ( pemrosesan kelompok ).
Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif.
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan
kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari
bahan yang ditugaskan tersebut.
Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual.
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan
kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota
kelompok menjadi individu yang kuat. Tanggung jawab individu adalah kunci untuk
menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini
dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri interaksi promotif adalah
saling membantu, saling memberi informasi dan sarana, memproses informasi
bersama, saling mengingatkan, saling percaya dan saling memotivasi untuk
keberhasilan bersama.
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Dalam
pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Melalui
pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan
kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa dari anggota kelompok yang
sangat membantu dan siapa yang tidak dapat diketahui.
Menurut Slavin (2010 : 4), dikatakan bahwa cooperative learning mempunyai
tiga karakteristik : (1) Peserta didik bekerja dalam tim-tim belajar kecil; (2) Peserta
didik didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat
akademik atau dalam melakukan tugas kelompok; (3) Peserta didik diberi imbalan
atau hadiah atau dasar prestasi. Anita lie (2008:18,28) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang
terstruktur. Pembelajaran kooperatif didasari oleh semangat gotong royong.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk meningkatkan pencapaian
hasil belajar berupa prestasi akademik, mengembangkan hubungan antarkelompok,
penerimaan teman sekelas yang lemah bidang akademik, dan meningkatkan rasa
harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran bahwa
peserta didik perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan
mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya. Untuk
mencapai hasil belajar itu diperlukan kerja sama dan interdependensi peserta didik
dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas
berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada
derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun
reward. Selain itu, model ini juga unggul dalam membantu peserta didik memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan uraian di atas dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya
mempelajari materi saja, namun juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan
khusus yang ada hubungannya dengan kerjasama dan pengembangan komunikasi
antar anggota kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus heterogen. Heterogen
dalam hal prestasi belajar, kemampuan komunikasi, aktifitas sosial dan jenis
kelamin.
Dalam pembelajaran kooperatif ada enam tahap, yaitu: (1) Tahap 1,
menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik
belajar; (2) Tahap 2, menyajikan informasi/memperkenalkan materi. Guru
menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demostrasi atau lewat bahan
bacaa;. (3) Tahap 3, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok
belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien; (4) Tahap 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka; (5) Tahap
5, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; (6) Tahap 6,
memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Hanafiah (2009 : 56) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing ( tari bamboo ) bertujuan agar peserta didik saling berbagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu
singkat secara teratur. Metode ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran
pengalaman pikiran dan informasi antarpeserta didik. Anita Lie (2008:67)
menyatakan bahwa salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang
jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur.
Menurut Agus Suprijono (2009:98), pembelajaran dengan Bamboo Dancing ini
diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik di papan
tulis atau guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu.
Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang
telah dimiliki peserta didik agar lebih siap mengikuti pelajaran yang baru.
Tahap berikutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam
satu kelas ada 36 peserta didik, maka tiap kelompok besar terdiri 18 peserta didik.
Mengatur sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar 18 peserta didik berdiri
berjajar dan saling berhadapan. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar
mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal.
Guru membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada
kesempatan itu, peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mendiskusikan tugas
yang diterimanya.
Usai berdiskusi dalam kelompok awal, tiap-tiap kelompok besar berdiri berjajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian
seterusnya. Pergeseran baru berhenti apabila tiap peserta didik kembali ke pasangan
awalnya.
Hasil diskusi di tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh
kelas. Guru memfasilitasi dalam presentasi kelas, agar pengetahuan yang diperoleh
melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi
pengetahuan bersama seluruh kelas.
Dari uraian di atas, tahap 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi, tahap 2:
pengenalan topik dan sumbang saran, tahap 3: membagi kelas menjadi 2 kelompok
besar, tahap 4: berdiskusi dalam kelompok awal dan kelompok besar, tahap 5:
Evaluasi melalui presentasi kelas, tahap 6: pemberian penghargaan, membuat
rangkuman.
Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini, memiliki keunggulan dan
kelemahan. Adapun keunggulan dari Bamboo Dancing adalah peserta didik akan lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa bekerja sama dengan
sesama teman dan terfokus, berusaha untuk bisa menyampaikan informasi dengan
baik, secara individu maupun kelompok dapat mencapai kompetensi yang
diharapkan, memperoleh reward yang m