• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Biologi

Oleh :

TRI WAHYUNI NIM. S831002064

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Tri Wahyuni NIM. S831002064

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. ... ... NIP. 19600809 198612 1 001

Pembimbing II Dra. Suparmi, MA., Ph.D. ... ... NIP. 19520915 197603 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi pendidikan Sains,

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR

( Sebuah Studi Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh Tri Wahyuni NIM. S831002064

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Telah disahkan oleh Tim Penguji Tanggal : 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. ... ...

Sekretaris : Prof. Dr. H. Ashadi ... ...

Anggota : 1. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. ... ...

2. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. ... ...

Mengetahui

Direktur Ketua

Program Pascasarjana, Program Studi pendidikan Sains,

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id saya :

Nama : TRI WAHYUNI

NIM : S831002064

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul

“PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT

(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN MINAT BELAJAR ( Sebuah Studi

Kasus Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen

Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah benar-benar karya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh.

Surakarta, April 2011

Yang Membuat Pernyataan,

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

setelah mati, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang senantiasa memperturutkan hawa nafsunya dan hanya mengharapkan sesuatu dari Allah ta’ala tanpa usaha beribadah”.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk : kedua orang tuaku,

Suamiku tercinta, ketiga buah hatiku,

Saudara-saudaraku, Sahabat-sahabatku seperjuangan

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memercikkan setetes dari keluasan lautan ilmu-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan Tesis berjudul :” PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN

MINAT BELAJAR” (Sebuah Penelitian Eksperimen Pada Pokok Bahasan Ciri-Ciri

Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen), untuk

memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan Program

Studi Pendidikan Sains, Minat Utama Pendidikan Biologi, Fakultas Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan dukungan dari pembimbing dan

banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana, yang

telah memberikan dukungan dalam penyusunan tesis kepada penulis.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains, yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga

dalam penyusunan tesis penulis.

3. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D., sebagai pembimbing I penyusunan tesis penulis

yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril kepada penulis

mulai dari persiapan hingga selesainya tesis ini.

4. Dra. Suparmi, M.A., Ph.D., sebagai pembimbing II penyusunan tesis penulis

yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan moril kepada penulis

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id proposal penelitian.

6. Para Dosen Pengampu Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu

kepada penulis.

7. Para karyawan Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana yang

selalu memberi bantuan demi kelancaran penyelesaian proposal ini.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas

Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berbagi dan

memberikan motivasi dalam banyak hal selama menjalani pendidikan.

9. Suami Sugianto, S.Pd. dan ketiga putri tercinta; Meiki Anissah NH., Dheiwa

Safira NS., Fadlila Qolbi NA., yang selalu memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis hingga tesis ini dapat diselesaikan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu terlaksananya penyusunan tesis ini.

Semoga segala bimbingan, arahan, dukungan dan motivasi yang diberikan

semua pihak kepada penulis mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis berharap tesis ini dapat mengantarkan penulis untuk mendapatkan derajat

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, April 2011

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... . ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ………...1

B. Identifikasi Masalah ………...9

C. Pembatasan Masalah... 10

D. Perumusan Masalah ... ………...11

E. Tujuan Penelitian ... ………...11

F. Manfaat Penelitian ... ………...12

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Belajar ... ………...14

2. Pembelajaran dan Pengajaran ………...20

3. Model Pembelajaran ... ………..21

4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 24

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ... 29

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10. Hakekat Biologi ... 40

11. Materi Pembelajaran Ciri-Ciri Makhluk Hidup ... .…………...42

B. Penelitian Yang Relevan ………...63

C. Kerangka Berpikir ………...68

D. Hipotesis …………..…………..………...73

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... ………...74

B. Metode Penelitian ... 75

C. Variabel Penelitian ... 76

D. Definisi Operasional ... 76

E. Populasi dan Sampel... ……….…... .78

F. Instrumen Penelitian ... 78

G. Teknik Pengumpulan Data ... 79

H. Pengujian Instrumen ... 80

I. Teknik Pengukuran ... 87

J. Teknik Analisa Data ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... ...90

B. Uji Prasyarat Analisis ... 99

C. Pengujian Hipotesis ... 102

D. Pembahasan Hasil Analisis ... 105

E. Keterbatasan Penelitian ... 118

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120

B. ImplikasiHasil Penelitian ... 124

C. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ...127

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.2. Desain Faktorial 2x2x2 ...75

3.3. Interpretasi Validitas Soal ...81

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ...82

3.5. Interpretasi Reliabilitas Soal ...84

3.6. Hasil Uji Reliabilitas ...84

3.7. Klasifikasi Taraf Kesukaran ...85

3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran ...86

3.9. Interpretasi Daya Pembeda ...87

3.10. Hasil Uji Daya Pembeda ...87

4.1. Diskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik dalam Model Pembelajaran ...90

4.2. Data Sikap Kooperatif ...91

4.3. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen I...92

4.4. Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen II ...93

4.5. Diskripsi Sebaran Data Keseluruhan ...94

4.6. Rerata Hasil Belajar ...94

4.7. Diskripsi Data Interaksi Sosial ...95

4.8. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Tinggi ...96

4.9. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Rendah ...96

4.10. Diskripsi Data Minat Belajar .. ...98

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4.15. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar ...101

4.16. Hasil Uji Homogenitas ...102

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2. Siklus Asam Sitrat ...………...……...49

2.3. Lintasan Detail Siklus Kreb’s ...50

2.4. Ringkasan alur Glukoneogenesis ...……….………….52

2.5. Siklus Urea .. ………55

2.6. Sel Target ...56

2.7. Cara Hormon Mencapai Sel Target ...57

4.1. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen I ………92

4.2. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Eksperimen II ………...93

4.3. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Tinggi ………….….97

4.4. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Interaksi Sosial Rendah ...……….…97

4.5. Gambar Histogram Hasil Belajar Kelas Minat Belajar Tinggi ...99

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing ... 133

b. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 147

3. Lembar Kegiatan Peserta Didik... 160

4. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 163

5. Soal Tes Hasil Belajar ... 164

6. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ... 170

7. Lembar Jawab Tes Hasil Belajar ... 171

8. Kisi-Kisi Interaksi Sosial Peserta Didik ... 172

9. Instrumen Interaksi Sosial Peserta Didik... 173

10. Lembar Jawab Interaksi Sosial Peserta Didik ... 176

11. Kisi-Kisi Minat Belajar Peserta Didik ... 177

12. Instrumen Minat Belajar Peserta Didik ... 179

13. Lembar Jawab Minat Belajar Peserta Didik ... 182

14. Rubrik Penilaian Sikap Kooperatif ... 183

15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar ... 184

16. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Interaksi Sosial ... 186

17. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Minat Belajar ... 188

18. Data Induk Kelas Bamboo Dancing ... 190

19. Data Induk Kelas NHT ... 191

20. Foto Try-out ... 192

21. Foto Kelas Bamboo Dancing ... 193

22. Foto Kelas NHT ... 194

23. Data Normalitas, Homogenitas Hasil Belajar ... 196

24. Data T-test ... 198

25. Hasil Try-out ... 199

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 228

32. Surat Ijin Uji Coba Instrumen Penelitian ... 229

33. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen Penelitian ... 230

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sosial dan Minat Belajar.” ( Sebuah Studi Kasus pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Kelas VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen) Tesis. Pembimbing : 1) Prof.Drs.Sutarno,M.Sc.,Ph.D. 2) Dra.Suparmi, MA.,Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi; (2) Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (3) Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (4) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap prestasi belajar biologi; (7) Interaksi model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil biologi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 – Maret 2011. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Tangen, Kabupaten Sragen semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling yang terdiri dari dua kelas. Satu kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan satu kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk hasil belajar ranah kognitif, rubrik penilaian sikap kooperatif untuk ranah afektif, angket untuk interaksi sosial dan minat belajar peserta didik. Uji hipotesis penelitian menggunakan Anava dengan desain faktorial 2x2x2 dengan bantuan software SPSS 12.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup; (2) Terdapat pengaruh interaksi sosial (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (3) Terdapat pengaruh minat belajar (tinggi dan rendah) terhadap hasil belajar biologi; (4) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (5) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (6) Tidak terdapat interaksi antara interaksi sosial dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi; (7) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Characteristics Material for student in Grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen academic year 2010/2011) Thesis. Advisors: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.,Ph.D. 2) Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Science Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2011.

The purposes of the research were to find out: (1) The effect of the use of cooperative learning model Bamboo Dancing and NHT type towards student’s achievement; (2) The effect of student’s social interaction towards student’s achievement; (3) The effect of student’s learning interest towards student’s achievement; (4) Interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement. (5) Interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement. (6) Interaction between student’s social interaction and students learning interest towards student’s achievement. (7) Interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement.

The research used experimental method which carried out in June 2010-March 2011. The populations of this research were all students in grade VII SMP Negeri 2 Tangen Kabupaten Sragen, semester 1 year 2010/ 2011. Sample of this research was determined by clusters random sampling technique consisting of two classes. An experimental class I used cooperative learning model Bamboo Dancing type and an experimental class II used cooperative learning model Numbered Heads Together type. The data was collected using test for student’s achievement, observation sheet for affective, and questionnaires for social interaction and learning interest. Hypotheses were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design using SPSS 12 software.

The result of this research indicated that: (1) There was an effect of the use of cooperative learning model throught Bamboo Dancing and Numbered Heads Together type towards student’s achievement on Living Things Characteristics material; (2) There was an effect of student’s social interaction (high and low) towards student’s achievement; (3) There was an effect student’s learning interest (high and low) towards student’s achievement; (4) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s social interaction towards student’s achievement; (5) There was not any interaction between cooperative learning model and student’s learning interest towards student’s achievement; (6) There was not any interaction between student’s social interaction and student’s learning interest towards student’s achievement; (7) There was not any interaction between cooperative learning model, student’s social interaction, and student’s learning interest towards student’s achievement.

(18)
(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa.

Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha

menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat

hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan,

keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan

kualitas serta aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional

kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia

seutuhnya.

Pentingnya pendidikan IPA dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

sekarang ini dan di masa mendatang diharapkan dapat sesuai dengan pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah, dengan adanya KTSP ini

akan memungkinkan sekolah dapat menyesuaikan program pendidikannya dengan

kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Sekolah sebagai unit penyelenggara pendidikan

dituntut untuk mengembangkan pembelajaran IPA dengan memperhatikan

perkembangan dan tantangan masa depan, seperti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi,serta globalisasi. Khususnya berkaitan dengan perubahan perilaku dan

moral manusia.

Untuk mengantisipasi tuntutan global dan kemajuan IPTEK maka

pembelajaran IPA ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dapat diajarkan sesuai dengan hakikatnya, maka terlebih dahulu guru Biologi harus

memahami dengan baik hakikat IPA. Disamping itu guru Biologi juga harus

memahami dengan baik karakteristik materi Biologi, kondisi peserta didik serta

keterampilan dasar mengajar seperti , kemampuan memilih dan menggunakan media

atau model pembelajaran, serta menguasai materi pelajaran.

Mengajarkan ilmu kepada peserta didik dikatakan baik kalau memenuhi

kriteria, yaitu sesuai dengan hakikat ilmu itu dan sesuai dengan pengetahuan tentang

bagaimana peserta didik belajar. IPA sebagai ilmu juga harus diajarkan sesuai

dengan hakikat IPA dan teori belajar yang mendasari pembelajaran IPA itu. Adapun

hakikat IPA terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan

(3) produk ilmiah.

Berdasarkan hakikat IPA di atas, maka proses atau keterampilan proses

merupakan bagian dari pembelajaran Biologi, begitu pula sikap ilmiah dan materi

yang dipelajari. Sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran Biologi secara

luas bertujuan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik. Proses ilmiah atau

metode ilmiah sebagai perangkat keterampilan kompleks yang harus dikuasai dalam

pembelajaran Biologi. Proses ini misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan

sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis

data. Dengan menggunakan sikap dan proses ilmiah maka akan diperoleh produk

ilmiah yang berupa fakta, konsep, dan teori. Semua itu terjadi dalam pembelajaran

Biologi.

Hasil belajar di SMP Negeri 2 Tangen, khususnya untuk mata pelajaran IPA

tahun pelajaran 2009/2010 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60

(21)

Ciri-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ciri Makhluk Hidup, peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran hanya mencapai

46%. Hal ini diprediksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor guru dan

peserta didik. Pertama, ditinjau dari faktor gurunya. Pembelajaran IPA (Biologi) di

SMP Negeri 2 Tangen cenderung bersifat deklaratif. Akibatnya, peserta didik

menjadi pasif, pembelajaran membosankan dan tidak menarik. Hal ini tidak sesuai

dengan hakekat pendidikan IPA, yang tidak hanya mengutamakan produk atau hasil

tetapi lebih berorientasi pada proses pembelajaran dan sikap dalam pembelajaran.

Selain itu, meski secara keilmuan terjadi perubahan-perubahan (perkembangan)

dalam pembelajaran IPA, namun kenyataannya pembelajaran IPA (Biologi) di SMP

Negeri 2 Tangen masih cenderung berorientasi pada guru (teacher centered ). Guru

masih menekankan pada perannya sebagai penyampai materi pelajaran

(transformator), sehingga hasil belajar yang dicapai dalam kegiatan belajar

mengajar belum sesuai yang diharapkan atau masih di bawah KKM.

Dalam proses belajar mengajar, penguasaan materi, penguasaan metode dan

teknik mengajar oleh guru merupakan faktor utama, selain faktor gaya mengajar,

dan kepribadian guru sendiri. Kecenderungan guru mengajar selama ini kurang

menggunakan metode yang bervariasi, sehingga suasana belajar nampak sangat

monoton dan membosankan. Guru juga belum melaksanakan perannya sebagai

mediator dan fasilitator sesuai anjuran yang terdapat dalam Permendiknas nomor 16

tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Hal ini

mengakibatkan interaksi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id harmonis, walaupun lingkungan secara fisik di sekolah sangat mendukung. Keadaan

ini akan menghambat keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut relevan dengan

pernyataan Herawati Susilo (2000) bahwa ”kunci keberhasilan belajar adalah

partisipasi aktif peserta didik”. Sementara menurut Bloom dalam Herawati Susilo

(2000:2.3) menyatakan bahwa besarnya partisipasi aktif peserta didik dalam belajar

merupakan petunjuk yang baik tentang kualitas mengajar.

Guru cenderung hanya mengembangkan aspek kognitif saja, sementara dalam

pembelajaran IPA ada tiga aspek yang harus dikembangkan yaitu aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Minds on).

Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi

berbeda dengan penalaran. Aspek afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk dalam

Aunurrahman (2009:51), terdiri dari tujuh jenis/kategori perilaku yaitu, penerimaan,

partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan hidup

(Heart on). Sedangkan, menurut Simpson dalam Aunurrahman (2009:52) psikomotor

yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola

gerakan dan kreativitas ( Hands on).

Kedua, ditinjau dari faktor peserta didiknya. Pembelajaran biologi menuntut

adanya peran aktif peserta didik, karena salah satu karakteristik biologi adalah

adanya proses ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau eksperimen.

Peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen, belum dapat berpartisipasi aktif dalam proses

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan kurang bergairah. Kondisi ini dapat dilihat dari kecenderungan peserta didik

terhadap beberapa hal, antara lain : peserta didik hanya menerima informasi/materi

dari guru secara pasif, peserta didik kurang menyenangi mata pelajaran Biologi dan

lebih menyenangi pembelajaran yang bersifat fisik (olahraga), minat belajar rendah,

kurang mampu bekerja sama dan kemampuan memahami konsep-konsep biologi

rendah.

Apabila permasalahan di atas tidak teratasi dengan baik , maka akan berdampak

pada lingkup yang lebih besar. Harapan pendidikan di Indonesia untuk mewujudkan

pembelajaran yang bermakna hanya akan menjadi slogan. Ini merupakan tugas besar

guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran biologi yang terjadi

di kelasnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dan

inovatif dalam merancang pembelajaran, sehingga kualitas mengajar menjadi lebih

baik. Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan oleh guru diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar. Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru juga

diharapkan dapat memberi keadilan bagi peserta didik kelompok bawah maupun

kelompok atas. Selain itu, model pembelajaran juga diharapkan dapat

mengembangkan ketrampilan kerjasama untuk dapat menggali pengetahuan sesama

teman secara bebas.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran biologi juga dipengaruhi oleh faktor

minat dan interaksi sosial peserta didik. Minat sebagai pernyataan psikis yang

menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu materi pelajaran karena

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran sangat diperlukan, karena kehadiran minat belajar dalam pribadi

seseorang akan merangsang keinginan untuk belajar yang lebih besar Minat adalah

juga sebagai daya penggerak di dalam diri untuk melakukan aktivitas tertentu demi

tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, guru diharapkan selalu dapat mengelola

keadaan psikis peserta didiknya agar dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi.

Hanya peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi yang dapat mengikuti

dengan seksama proses pembelajaran, sehingga kompetensi dasar dapat dicapai

secara optimal. Hal ini juga selaras dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur W.

(2007:24) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan minat belajar peserta didik

diantaranya dengan cara membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin

dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang

membebaskan peserta didik untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan

seluruh domain belajar peserta didik ( kognitif, afektif, dan psikomotorik). Hal ini

sesuai dengan hakikat pembelajaran biologi yang mengacu pada aspek-aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karenanya, guru biologi dituntut untuk

dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menarik agar dapat memotivasi peserta

didik.

Interaksi sosial peserta didik juga penting dalam keberhasilan proses

pembelajaran. “Interaksi sosial peserta didik merupakan hubungan-hubungan sosial

yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok

manusia”. (Soerjono Sukanto. 2007 : 55 ).Thibaut dan Kelley dalam M. Asrori.

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil

satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Sementara Chaplin dalam M.

Asrori (2008:107) menyatakan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara

beberapa individu yang bersifat alami dimana individu-individu itu saling

mempengaruhi. Interaksi sosial dapat terjadi apabila dua individu atau kelompok

terdapat kontak sosial dan komunikasi. Jadi, dalam proses pembelajaran apabila

tanpa adanya interaksi sosial tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Dengan

demikian, memfasilitasi kegiatan interaksi sosial dalam pembelajaran merupakan

faktor penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran.

Dengan demikian, guru dapat memilih model yang tepat agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Menurut Arends dalam Wartono dkk.(2004), bahwa

tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada model pengajaran yang lain.

Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit

berbeda. Setiap model pembelajaran memberikan peran yang berbeda kepada

peserta didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik.

Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), yang pada prinsipnya

merupakan proses pembelajaran berbasis kerja sama antar peserta didik dan antar

komponen-komponen lain di sekolah. Model pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik yang

mempunyai tingkat kemampuan berbeda untuk bekerja sama dan memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam menyelesaikan tugas

kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk mewujudkan pembelajaran yang berorientasi pada student center. Oleh

karenanya, model pembelajaran kooperatif khususnya tipe pembelajaran Bamboo

Dancing dan NHT (Numbered Heads Together) adalah model pembelajaran dirasa

sangat cocok untuk meningkatkan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.

Dalam Bamboo Dancing peserta didik dalam kelas dibagi menjadi dua

kelompok besar, masing-masing kelompok besar anggotanya saling berpasangan,

sehingga terbentuk pasangan awal untuk mendiskusikan materi atau pertanyaan

yang telah diberikan oleh guru. Setelah selesai diskusi dengan pasangan awal, peserta

didik berbagi informasi dengan peserta didik dari pasangan awal yang lain dengan

bergeser searah jarum jam. Dalam model ini diharapkan peserta didik dapat bekerja

sama, dan memiki keberanian serta kemampuan untuk menyampaikan informasi

kepada peserta didik yang lainnya.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu

pembelajaran di mana peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik

dalam kelompok diberi nomor lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan

masing-masing kelompok, kemudian guru memanggil nomor yang sama untuk

melaporkan hasil kerja sama mereka. Dalam model ini peserta didik diharapkan

dapat bekerja sama antar anggota kelompok, dan memiliki kesiapan serta keberanian

untuk menjawab dan menjelaskan hasil diskusi dari pertanyaan yang diberikan oleh

guru. Semua peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan

hasil diskusinya. Dengan model ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung

jawab, kerja sama, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat pada peserta

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 2 Tangen,

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang memperhatikan interaksi

sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar. Dalam hal ini model

pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing dan NHT ( Numbered Heads Together ).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ada beberapa

masalah pembelajaran di SMP Negeri 2 Tangen yang dapat diidentifikasi sebagai

berikut :

1. Secara umum hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA (Biologi) di SMP

Negeri 2 Tangen belum memuaskan.

2. Berbagai model pembelajaran telah banyak dikembangkan seperti PBL, CTL,

Pembelajaran Kooperatif, namun belum dikembangkan.

3. Terdapat berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif seperti TPS, Bamboo

Dancing, NHT, namun belum dikembangkan.

4. Peserta didik yang pasif dalam menerima pelajaran, dapat dipengaruhi oleh

faktor internal peserta didik, antara lain interaksi sosial, minat belajar, gaya

belajar, motivasi belajar, keingintahuan, dan kesulitan belajar.

5. Interaksi sosial peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan.

6. Minat belajar peserta didik dalam pembelajaran biologi belum diperhatikan.

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8. Guru biasanya hanya melakukan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal ada

tiga aspek yang harus dinilai yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

9. Ada berbagai materi yang dipelajari peserta didik kelas VII diantaranya materi

Mikroskop, Ciri-Ciri Makhluk Hidup, Organisasi Kehidupan namun guru belum

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka masalah

penelitian difokuskan pada:

1 Model pembelajaran Biologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT.

2 Interaksi sosial dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, yang diteliti meliputi

lima komponen, yaitu kerja sama, persesuaian, perpaduan, persaingan, dan

pertentangan, yang dikategorikan menjadi

3 Minat belajar dikategorikan menjadi tinggi dan rendah, meliputi tiga komponen

yaitu keinginan/hasrat, kecenderungan melakukan aktivitas, dan perasaan

suka/tak suka.

4 Materi pelajaran yang digunakan adalah tentang Ciri-Ciri Makhluk Hidup sesuai

Kompetensi Dasar 6.1. Mengidentifikasi Ciri-Ciri Makhluk Hidup.

5 Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes formatif untuk aspek kognitif

setelah penelitian dilakukan dan rubrik penilaian sikap kooperatif untuk untuk

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi ?

2. Apakah ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap

hasil belajar biologi ?

3. Apakah ada pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap

hasil belajar biologi ?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar

biologi ?

5. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi ?

6. Apakah ada interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik

terhadap hasil belajar biologi ?

7. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT, interaksi sosial, dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar

biologi.

3. Pengaruh minat belajar tinggi dan rendah peserta didik terhadap hasil belajar

biologi.

4. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan interaksi sosial peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

5. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar biologi.

6. Interaksi antara interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil

belajar biologi.

7. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT

dengan interaksi sosial dan minat belajar peserta didik terhadap hasil belajar

biologi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Bamboo Dancing dan NHT terhadap hasil belajar biologi

ditinjau dari interaksi sosial dan minat belajar peserta didik.

b. Untuk menambah dan mengembangkan pembelajaran IPA (biologi) dalam

mendukung teori-teori belajar yang sudah ada sehubungan dengan masalah

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Secara Praktis

a. Guru

(1) Sebagai masukan untuk memperbaiki kemampuan guru dalam

menggunakan strategi pembelajaran sehingga dapat meminimalkan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

(2) Lebih terdorong untuk berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan

pembelajaran biologi yang efektif, menyenangkan, dan bermakna.

b. Peserta didik

(1) Terlatih menjalin kerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat

orang lain,meningkatkan minat / motivasi belajar, belajar lebih bermakna,

dan ada perubahan norma yang positif yang berhubungan dengan hasil

belajar.

c. Peneliti lain

(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain

untuk melakukan pengembangan penelitian yang sejenis.

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Belajar

Belajar merupakan komponen yang paling vital dalam setiap usaha

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar

sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2)

menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang

dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Belajar ialah proses

yang memungkinkan organisme mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit

banyak bersifat permanen. Jadi, belajar adalah proses dan belajar dikatakan telah

terjadi bila terdapat perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku dapat melalui dua cara yaitu lewat interaksi dengan

lingkungan dan lewat kematangan, karena pertumbuhan dan perkembangan yang

terjadi di dalam diri siswa. Hal ini juga sejalan dengan teori belajar Piaget, yang

memiliki prinsip, (a) manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui

perkembangan fisik, kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan bahasa; (b)

pengetahuan datang melalui tindakan; (c) perkembangan kognitif sebagian besar

tergantung seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan

lingkungan.

Morgan dalam Agus Suprijono (2009:3) mengatakan bahwa, belajar adalah

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin dan Esa N.W.(2010:13)

menyatakan bahwa belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau

menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman,

dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki

arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Hal ini merupakan pengertian belajar secara luas.

Dalam pengertian sempit, kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas

sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan. Belajar adalah penambahan pengetahuan.

Guru memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk

menerima / mengumpulkan dan menghafalnya (Sardiman. 2010 : 20). Seperti yang

dikatakan Reber dalam Agus Suprijono (2009:3), menyatakan bahwa belajar adalah

proses mendapatkan pengetahuan. Pada kenyataannya belajar sebagai konsep

mendapatkan pengetahuan banyak dianut. Sudah barang tentu pengertian belajar

seperti ini secara esensial belum memadai. Dari pengertian belajar di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku melalui proses sistemik

yang dinamis dan konstruktif sehingga memperoleh pengalaman dari hasil interaksi

antara peserta didik dengan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian belajar di atas pada prinsipnya belajar adalah suatu

proses yang menimbulkan suatu perubahan perilaku. Belajar merupakan hasil

pengalaman. Dengan demikian, belajar memerlukan waktu.

Beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori belajar yang mendasari

pembelajaran biologi diantaranya :

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Teori pembelajaran kognitif yang terkenal adalah teori Jean Piaget. Menurut

Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai

menginjak usia dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.

Empat perkembangan kognitif tersebut adalah : (1) sensori motor (usia 0-2 tahun);

(2) pra-operasional (usia 2-7 tahun); (3) operasional konkrit (usia 7-11 tahun); (4)

operasional formal (usia 11-dewasa). Perkembangan kognitif merupakan perubahan

yang bertautan, bertahap sedemikian rupa sehingga proses mental menjadi semakin

kompleks dan canggih.

Tingkat perkembangan peserta didik usia SMP kelas VII adalah pada tingkat

operasional konkrit menuju operasional formal. Pada tingkatan ini peserta didik

mendapatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah konkrit secara logis.

Peserta didik dapat menerima pandangan orang lain, bahasa komunikatif dan sosial

serta dapat memencar persepsi lebih lanjut dan dapat mengikuti transformasi. Hal ini

terjadi dalam pembelajaran menggunakan NHT pada tahap berpikir bersama dalam

kelompok.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada

seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan

lingkungannnya. Implikasi penting dalam pembelajaran biologi dari teori Piaget

dalam Baharruddin dan Esa N.W.(2010:118) dan Paul Suparno (2006:30-32) adalah:

a) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya (skemata); b) Memusatkan perhatian

pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya (asimilasi); c)

Memperhatikan peranan dan inisiatif peserta didik, serta keterlibatannya secara aktif

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id individual, maka kegiatan pembelajaran diatur dalam bentuk kelompok

(keseimbangan/equilibrium).

Asimilasi merupakan suatu proses, individu secara kognitif mengadaptasikan

diri terhadap lingkungan. Pada pembelajaran model kooperatif tipe Bamboo Dancing

asimilasi terjadi pada saat peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya, sedangkan

pada pembelajaran model kooperatif tipe NHT asimilasi terjadi pada saat berpikir

bersama. Begitu pula untuk proses adaptasi akomodasi dan equilibrium.

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program

yang menekankan pada : pertama, pembelajaran melalui penemuan dan

pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian langsung alat, bahan, atau media belajar yang

lain, dan kedua, peranan guru sebagai seseorang yang mempersiapkan lingkungan

yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar

yang luas.

Berdasarkan teori Piaget di atas, bahwa perkembangan kognitif bukan

merupakan akumulasi dari kepingan informasi terpisah, namun lebih merupakan

pengkonstruksian oleh peserta didik suatu kerangka mental untuk memahami

lingkungan mereka. Jadi, dalam melaksanakan pembelajaran penggunaan lingkungan

sebagai sumber belajar dapat dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif Bamboo Dancing dan NHT.

b. Teori Vygotsky

Teori Vygotsky merupakan teori penting dalam psikologi perkembangan.

Sumbangan paling penting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam

percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu

terserap ke dalam individu tersebut. Pembelajaran akan terjadi apabila anak bekerja

atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu

masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada

dalam zone of proximal development (ZPD). Zone of proximal development adalah

perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Ide penting

lain dari Vygotsky adalah scaffolding yang berarti memberikan sejumlah besar

bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian

anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia

dapat melakukannya.

Menurut Herawati Susilo (2000:1.44) ada dua implikasi utama teori Vygotsky

dalam pembelajaran biologi. Pertama adalah dikehendakinya susunan kelas

berbentuk pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga peserta didik dapat

berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan

strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD. Kedua,

dalam pengajaran menekankan scaffolding, peserta didik semakin lama semakin

bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri.

Teori Vygotsky inilah yang menjadi landasan dalam penerapan dan

pengembangan pembelajaran kooperatif. Peserta didik dalam membangun

pengetahuannya selain harus mengalami diperlukan adanya kerja kelompok dan

interaksi sosial dengan pihak luar untuk memfasilitasi dan mengarahkan agar proses

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan lingkungan yang lain. Hal ini terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe Bamboo

Dancing pada tahap berdiskusi dalam kelompok dan NHT pada tahap berpikir

bersama.

c. Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne, belajar ialah suatu proses yang memungkinkan organisme

mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyak bersifat permanen.

Belajar merupakan proses dan telah terjadi apabila terdapat perubahan perilaku.

Perubahan perilaku dapat melalui dua cara belajar, yaitu pertama lewat interaksi

dengan lingkungan dan cara yang kedua lewat kematangan, karena pertumbuhan dan

perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik.

Implikasi teori belajar Gagne dalam pembelajaran biologi adalah : Gagne

beranggapan adanya learning hierarchy. Keberhasilan mempelajari sesuatu

kemampuan tergantung kepada ada tidaknya kemampuan yang lebih sederhana yang

telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar harus dimulai dari yang paling

sederhana kemudian yang kompleks.

Menurut Gagne terdapat lima kemampuan manusia yang harus dicapai dalam

pembelajaran biologi. Lima kemampuan hasil belajar tersebut tiga diantaranya

bersifat kognitif (keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal), satu

bersifat afektif (sikap), dan yang lain bersifat psikomotorik (keterampilan motorik).

Lima kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing maupun NHT mulai dari tahap penyampaian tujuan sampai

evaluasi melalui presentasi untuk Bamboo Dancing dan tahap menjawab untuk NHT.

Keterampilan intelektual (keterampilan berpikir) adalah kemampuan yang

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menganalisis. Ini merupakan keterampilan prasyarat untuk menguasai keterampilan

berikutnya. Strategi kognitif (proses terkendali) adalah suatu bentuk khusus dari

keterampilan berpikir yang sangat penting bagi seseorang untuk memecahkan

masalah yang berasal dari proses internal yang digunakan untuk mengubah cara

belajar, mengingat, dan cara berpikir. Informasi verbal adalah kemampuan yang

diperoleh dengan jalan menghafal. Keterampilan motorik yaitu kemampuan yang

melibatkan koordinasi otot, gerakan, mata, dan indera yang lain. Di dalam kegiatan

praktikum banyak kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik. Sikap, yaitu

keadaan pada peserta didik yang akan mempengaruhi dan mengubah tindakan yang

dipilihnya.

2. Pembelajaran dan Pengajaran

Agus Suprijono (2009:11) menyatakan bahwa ’pembelajaran merupakan

terjemahan dari learning’. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses,

cara, perbuatan mempelajari. Menurut Syaiful Sagala (2008:61) pembelajaran adalah

membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang

merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Menurut Wartono dkk. (2004:15),

pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap barupada

saat seseorang/individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan, terjadi

sepanjang waktu dan di mana saja.

Pembelajaran biologi adalah pengembangan pengetahuan biologi, keterampilan

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id informasi dan lingkungan. Pembelajaran terjadi di sepanjang waktu. Dengan kata

lain bahwa pembelajaran biologi merupakan sebuah proses yang alami atau proses

perubahan yang terjadi karena reaksi terhadap sesuatu yang dihadapi di alam ini.

Berdasarkan makna leksikal, pengajaran adalah proses, perbuatan, cara

mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Pengajaran adalah proses

mekanis. Menurut Wartono dkk.( 2004:15 ), ”pengajaran adalah susunan informasi

dan lingkungan untuk memfasilitasi pembelajaran”. Yang dimaksud lingkungan di

sini adalah tidak hanya tempat di mana pengajaran berlangsung tetapi juga metode,

media, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi dan

membimbing peserta didik belajar. Jadi perbedaan esensiil pada istilah pembelajaran

dan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta

didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya

guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.

Jadi, proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan, dan

penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara peserta didik

berinteraksi dengan informasi itu.

3. Model Pembelajaran

Mills dalam Agus Suprijono (2009:45) berpendapat bahwa, model adalah

bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan

interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran, pola yang

digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk

kepada guru di kelas maupun tutorial. Menurut Arends dalam Agus Suprijono

(2009:46) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang

akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model

pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Merujuk pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan perancang pembelajaran untuk

merencanakan aktivitas belajar mengajar. Selain itu model pembelajaran juga dapat

membantu peserta didik dalam memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara

berpikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk

keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pada awalnya model pembelajaran

dikembangkan oleh Bruce, Joyce, Weil, dan Showers dan digunakan untuk dua

alasan penting. Pertama, model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu

strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan

pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Satu model pembelajaran dapat

menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti

merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi dan

memperdebatkan temuan, bekerja secara kolaboratif, menciptakan karya seni, dan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Model pembelajaran dalam Wartono dkk (2004 :1) mempunyai empat ciri

khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri tersebut adalah

(1) rasional teoritik yang logis; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana

peserta didik belajar; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan; (4) lingkungan

belajar yang diperlukan.

Kedua, model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting

untuk memfokuskan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran diklasifikasikan

berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya, dan sifat lingkungan belajarnya.

Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai

tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.

Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur

langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.

Sintaks dari bermacam-macam model pembelajaran mempunyai

komponen-komponen yang sama. Semua pembelajaran diawali dengan menarik perhatian

peserta didik dan memotivasi peserta didik. Demikian pula setiap model

pembelajaran selalu mempunyai tahap ” menutup pelajaran ” dengan merangkum

pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan

guru. Namun, antara sintaks yang satu dengan yang lainnya juga mempunyai

perbedaan, yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan.

Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang

sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada peserta

didik, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial peserta didik. Misalnya, belajar secara

kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel yang meliputi tersedianya

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id didik sangat diperlukan untuk menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana

mempelajarinya.

Menurut Arends dan para pakar pembelajaran yang lain dalam Wartono dkk

(2004:1), menyatakan bahwa tidak ada model pengajaran yang lebih baik daripada

model pengajaran yang lain. Guru perlu menguasai berbagai macam model

pengajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan

lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah. Dengan demikian guru dapat memilih

model yang sangat baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu atau yang sangat

sesuai dengan lingkungan belajar atau sekelompok peserta didik tertentu.

Menguasai sepenuhnya model-model pengajaran yang banyak diterapkan

merupakan proses belajar seumur hidup. Model pengajaran yang dimaksud adalah

pengajaran langsung, belajar secara kooperatif, dan pengajaran berdasarkan masalah.

Kunci penting dalam menggunakan model pengajaran adalah tidak terlalu

menyimpang dari sintaks model atau lingkungan belajar yang diperlukan, agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Depdiknas (2004:11-12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu model pengajaran dimana peserta didik belajar dalam

kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda”. Dalam menyelesaikan

tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami

suatu bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Herawati Susilo (2000:1.57)

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memanfaatkan kecenderungan peserta didik untuk berinteraksi dan menerapkan

keterampilan tertentu, serta mengandalkan peranan tugas dan peranan hubungan

kerja di dalam kelompok untuk mencapai hasil belajar bersama. Menurut Slavin

(2010:8) inti dari pembelajaran kooperatif adalah peserta didik duduk bersama dalam

kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang

disampaikan oleh guru. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik lebih baik

dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Jadi, dalam

pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerjasama

dan kolaborasi.

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar

kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang

penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran.Vygotsky yakin bahwa

fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau

kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke

dalam individu tersebut. Ditinjau dari pendapat tersebut, maka yang dikehendaki

adalah susunan kelas berbentuk pembelajaran koopratif.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif

dapat menumbuhkan pembelajaran efektif, yang bercirikan : (1) memudahkan

peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat; (2) pengetahuan, nilai, dan

keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus

diterapakan. Lima unsur tersebut adalah positive interdependence (saling

ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), face

to face promotif interaction ( interaksi promotif ), interpersonal skill ( komunikasi

antar anggota ), dan group processing ( pemrosesan kelompok ).

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif.

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan

kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari

bahan yang ditugaskan tersebut.

Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual.

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan

kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota

kelompok menjadi individu yang kuat. Tanggung jawab individu adalah kunci untuk

menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Unsur ini

dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri interaksi promotif adalah

saling membantu, saling memberi informasi dan sarana, memproses informasi

bersama, saling mengingatkan, saling percaya dan saling memotivasi untuk

keberhasilan bersama.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Dalam

pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu

berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Melalui

pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan

kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa dari anggota kelompok yang

sangat membantu dan siapa yang tidak dapat diketahui.

Menurut Slavin (2010 : 4), dikatakan bahwa cooperative learning mempunyai

tiga karakteristik : (1) Peserta didik bekerja dalam tim-tim belajar kecil; (2) Peserta

didik didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat

akademik atau dalam melakukan tugas kelompok; (3) Peserta didik diberi imbalan

atau hadiah atau dasar prestasi. Anita lie (2008:18,28) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang

terstruktur. Pembelajaran kooperatif didasari oleh semangat gotong royong.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk meningkatkan pencapaian

hasil belajar berupa prestasi akademik, mengembangkan hubungan antarkelompok,

penerimaan teman sekelas yang lemah bidang akademik, dan meningkatkan rasa

harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran bahwa

peserta didik perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan

mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya. Untuk

mencapai hasil belajar itu diperlukan kerja sama dan interdependensi peserta didik

dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas

berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada

derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun

reward. Selain itu, model ini juga unggul dalam membantu peserta didik memahami

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan uraian di atas dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya

mempelajari materi saja, namun juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan

khusus yang ada hubungannya dengan kerjasama dan pengembangan komunikasi

antar anggota kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus heterogen. Heterogen

dalam hal prestasi belajar, kemampuan komunikasi, aktifitas sosial dan jenis

kelamin.

Dalam pembelajaran kooperatif ada enam tahap, yaitu: (1) Tahap 1,

menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik

belajar; (2) Tahap 2, menyajikan informasi/memperkenalkan materi. Guru

menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demostrasi atau lewat bahan

bacaa;. (3) Tahap 3, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok

belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efisien; (4) Tahap 4, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing

kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka; (5) Tahap

5, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; (6) Tahap 6,

memberikan penghargaan. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Hanafiah (2009 : 56) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

Bamboo Dancing ( tari bamboo ) bertujuan agar peserta didik saling berbagi

informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu

singkat secara teratur. Metode ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran

pengalaman pikiran dan informasi antarpeserta didik. Anita Lie (2008:67)

menyatakan bahwa salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang

jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda

dengan singkat dan teratur.

Menurut Agus Suprijono (2009:98), pembelajaran dengan Bamboo Dancing ini

diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik di papan

tulis atau guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu.

Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang

telah dimiliki peserta didik agar lebih siap mengikuti pelajaran yang baru.

Tahap berikutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam

satu kelas ada 36 peserta didik, maka tiap kelompok besar terdiri 18 peserta didik.

Mengatur sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar 18 peserta didik berdiri

berjajar dan saling berhadapan. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar

mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal.

Guru membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada

kesempatan itu, peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mendiskusikan tugas

yang diterimanya.

Usai berdiskusi dalam kelompok awal, tiap-tiap kelompok besar berdiri berjajar

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian

seterusnya. Pergeseran baru berhenti apabila tiap peserta didik kembali ke pasangan

awalnya.

Hasil diskusi di tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh

kelas. Guru memfasilitasi dalam presentasi kelas, agar pengetahuan yang diperoleh

melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi

pengetahuan bersama seluruh kelas.

Dari uraian di atas, tahap 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi, tahap 2:

pengenalan topik dan sumbang saran, tahap 3: membagi kelas menjadi 2 kelompok

besar, tahap 4: berdiskusi dalam kelompok awal dan kelompok besar, tahap 5:

Evaluasi melalui presentasi kelas, tahap 6: pemberian penghargaan, membuat

rangkuman.

Pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini, memiliki keunggulan dan

kelemahan. Adapun keunggulan dari Bamboo Dancing adalah peserta didik akan lebih bertanggung jawab akan tugasnya, berusaha untuk bisa bekerja sama dengan

sesama teman dan terfokus, berusaha untuk bisa menyampaikan informasi dengan

baik, secara individu maupun kelompok dapat mencapai kompetensi yang

diharapkan, memperoleh reward yang m

Gambar

Gambar 2.1 Lintasan oksidasi piruvat (dipetik dari: Murray dkk. 2009. Biokimia Harper)
Gambar 2.2 Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein (dipetik dari: Murray dkk
Gambar 3.4 Ringkasan jalur glukoneogenesis (dipetik dari: Murray dkk.2009. Biokimia Harper)
Gambar  2.5 Siklus Urea
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Sebahagian Sebahagian Sebahagian Sebahagian Syarat-Syarat Syarat-Syarat Syarat-Syarat Syarat-Syarat Guna Guna menyelesaikan Guna

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar. Untuk aktivitas, penilaian yang

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Kepada pemerintah dari pusat sampai desa-desa, perlu memperhatikan, bekerja dan bertanggungjawab atas perencanaan dan pendayagunaan Dana Desa berdasarkan hukum dan

Faktor Produksi Luas Lahan, Jumlah Tanaman, dan Umur Tanaman Usahatani Kakao Petani Responden di Desa Seppong, Kecamatan Tammerodo Sendana, Kabupaten

dengan klik tombol open setelah dokumen yang akan dibut telah disorot. Segera isi dokumen Excel tersebut akan dibuka oleh program Excel.

Apakah harga menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting bagi konsumen, mengingat produk clay ini merupakan produk handmade yang harga jualnya lebih tinggi dibandingkan

- Direktur perusahaan hadir langsung , apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan ,