PENALARAN DAN SIKAP MATEMATIS SISWA
(
Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V SDN Inpres Lembang dan SDNMekarwangi di Kecamatan Lembang
)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Keminatan Pendidikan Matematika Sekolah Dasar
Program Studi Pendidikan Dasar
Noneng Rosmini NIM. 1308109
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
PENALARAN DAN SIKAP MATEMATIS SISWA
(
Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V SDN Inpres Lembang dan SDNMekarwangi di Kecamatan Lembang
)
Oleh
Noneng Rosmini
Sebuah tesis
yang diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister PendidikanKeminatan Pendidikan Matematika Sekolah Dasar
© Noneng Rosmini 2015 UNiversitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN SIKAP MATEMATIS SISWA
(Kuasi Eksperimen pada siswa kelas V SDN Inpres Lembang dan SDN Mekarwangi Kecamatan Lembang)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing
Dr. M. Solehudin, M.Pd, M.A.
NIP. 19620208 198601 1002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar
Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NONENG ROSMINI
1308109
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran dan sikap siswa dalam belajar matematika yang cenderung negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan penalaran serta sikap matematis siswa secara lebih baik dibandingkan siswa yang belajar matematika dengan cara konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan melibatkan 62 siswa kelas V SD pada dua sekolah di kecamatan Lembang. Data penelitian diperoleh dengan instrumen tes, angket sikap matematis dan lembar observasi aktivitas pembelajaran. Data tes dan angket sikap matematis dianalisis secara statistik, dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t). Lembar observasi dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model penemuan terbimbing. Hasil analisis dan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor tes kemampuan penalaran matematis dan skor sikap matematis siswa diperoleh peningkatan kemampuan penalaran serta sikap matematis siswa pada kelas dengan model pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan pada kelas konvensional. Data hasil observasi diketahui bahwa aktivitas pembelajaran meningkat pada setiap pertemuannya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing terbukti dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa di kelas V SD. Penelitian ini merekomendasikan pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing dapat diterapkan sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa.
Kata Kunci: Model pembelajaran penemuan terbimbing, kemampuan penalaran matematis, sikap matematis.
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IMPROVING STUDENTS’ MATHEMATICAL REASONING AND DISPOSITION
NONENG ROSMINI 1308109 ABSTRACT
This research is initiated by the students’ reasoning and disposition which tend to be low and negative in learning mathematics. This research aims to compare whether students taught using guided discovery learning model perform better in mathematical reasoning and disposition compared to students taught using conventional learning model. This research employed quasi-experimental design involving 62 fifth grade students from two different elementary schools in Lembang. The data were collected by utilizing a test, a questionnaire and an observation sheet. The data obtained from the test and questionnaire were analyzed statistically using T-test to see two different average values and the data obtained from the observation sheet were analyzed qualitatively in order to look into the teaching and learning process performed by the students and teacher using guided discovery learning model. The result of the analysis and t-test showed that there were two different average scores in which the students taught using guided discovery learning model achieve higher scores in terms of mathematical reasoning and disposition compared to students taught using conventional learning model. The observation sheet also showed that the students’ learning activities have increased in each meeting. As a result, the implementation of guided discovery learning model can improve the mathematical reasoning and disposition of the fifth grade students of elementary schools. This research strongly recommend that the guided discovery learning model should be implemented to improve the students’ mathematical reasoning and disposition.
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
BAB II MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN SIKAP MATEMATIS A.Pembelajaran Matematika di SD ... 12
B.Pembelajaran Matematika dengan Model Penemuan Terbimbing .... 18
C.Pengembangan Kemampuan Penalaran Matematis ... 26
D.Pengembangan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Model Penemuan Terbimbing ... 32
E. Pengembangan Sikap Matematis ... 37
F. Kerangka Berpikir Penelitian... 44
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G.Analisis Data ... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 80
B. Pembahasan ... 97
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 116
B. Implikasi ... 117
C. Rekomendasi ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 120
LAMPIRAN A: Bahan Ajar ... 125
LAMPIRAN B: Instrumen Penelitian ... 185
LAMPIRAN C: Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 206
LAMPIRAN D: Data Hasil Penelitian ... 211
LAMPIRAN E: Foto-foto Penelitian dan Surat Izin Penelitian ... 232
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahapan Pembelajaran Model Penemuan Terbimbing... 36
3.1 Desain Penelitian ... 48
3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 52
3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis... 53
3.4 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen ... 55
3.5 Analisis Validitas Tes Kemampuan Penalaran Matematis... 55
3.6 Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 57
3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 58
3.8 Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 58
3.9 Klasfikasi Indeks Kesukaran Butir Soal ... 59
3.10 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran ... 59
3.11 Kisi-kisi Angket Sikap Matematis ... 60
3.12 Analisis Validitas Butir Pernyataan Sikap Matematis ... 62
3.13 Klasifikasi Interpretasi Data Observasi... 64
3.14 Klasifikasi N-Gain... 70
3.15 Hasil Uji Normalitas Data Skor Tes Kemampuan Penalaran Matematis.... 72
3.16 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Tes Kemampuan Penalaran Matematis . 73 3.17 Hasil Uji Normalitas Skor Sikap Matematis siswa... 76
3.18 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Sikap Matematis ... 77
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.1 Rekapitulasi Hasil Rata-rata Skor Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa ... 81
4.2 Rata-rata N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 82
4.3 Rekapitulasi Rata-rata Skor Sikap Matematis Siswa... 83
4.4 Rata Skor N-Gain Sikap Matematis ... 85
4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Skor Pretes Kemampuan Penalaran matematis ... 87
4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Skor Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 88
4.7 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Skor N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 90
4.8 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes Sikap Matematis ... 91
4.9 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Skor N-Gain Sikap Matematis Siswa ... 92
4.10 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivtas Guru Selama Menerapkan Model Penemuan Terbimbing ... 94
4.11 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Mengikuti Kegiatan Pembelajaran ... 95
4.12 Klasifikasi N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis... 98
4.13 Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis ... 102
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Perbandingan Rata-rata Skor Pretes dan Postes Kemampuan
Penalaran Matematis ... 81
4.2 Perbandingan Rata-rata Skor N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis... 83
4.3 Perbandingan Rata-rata Skor Pretes dan Postes Sikap Matematis Siswa .... 84
4.4 Perbandingan Rata-rata Skor N-Gain Sikap Matematis ... 85
4.5 Guru Menggali Pengetahuan Awal Siswa ... 100
4.6 Contoh Jawaban Siswa 1 Kelas Eksperimen Pada Tes Kemampuan
Penalaran ... 104
4.7 Contoh Jawaban Siswa 2 Kelas Eksperimen Pada Tes Kemampuan
Penalaran ... 104
4.8 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Tes Kemampuan
Penalaran ... 106
4.9 Guru Membimbing Siswa Untuk Mempresentasikan Hasil Temuan
di Depan Kelas... 112
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
Bagian Bab pertama ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
latar belakang dilakukannya penelitian, yaitu membahas tentang: (a) latar
belakang masalah; (b) rumusan masalah; (c) tujuan penelitian; (d) manfaat
penelitian; (e) struktur organisasi tesis. Hal-hal tersebut akan dijelaskan secara
rinci pada sub-sub bab berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan bidang ilmu yang mengajarkan cara pandang yang
unik untuk melihat dunia. Matematika merupakan cara berpikir yang logis.
Pendekatan objektif dalam matematika dapat diaplikasikan pada banyak situasi.
Matematika telah banyak berdampak pada setiap bidang kehidupan (Sonnabend,
1993, hlm. 1).
Berdasar pada ungkapan di atas, maka matematika adalah bidang ilmu yang
penting untuk dipahami dan dimiliki oleh manusia karena matematika dapat
diaplikasikan pada banyak situasi dan mempunyai dampak pada kehidupan
manusia. Matematika merupakan bidang ilmu yang berpengaruh dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Selain itu setiap hari manusia
selalu berhubungan dengan matematika, mulai dari hal yang sederhana sampai
kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informasi tidak
bisa dilepaskan dari konsep yang ada dalam matematika. Contohnya dalam
kegiatan jual-beli yang berhubungan dengan bilangan, arsitektur yang
berhubungan dengan geometri, penelitian yang memerlukan pengolahan dan
analisis data dan banyak lagi konsep matematika yang diperlukan dalam
menjalani kehidupan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 juga disebutkan
bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2006, hlm. 416).
Melihat pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, maka konsep
dalam matematika diberikan dalam kurikulum di sekolah. Ada dua jenis standar
matematika sekolah yang dikeluarkan National Council of Techers of
Mathematics (NCTM), yaitu standar isi dan standar proses. Standar isi
matematika mengacu pada materi yang harus diajarkan guru di sekolah. Standar
isi mencakup lima hal, yaitu: bilangan dan operasinya; aljabar; geometri;
pengukuran; analisis data dan probabilitas. Sedangkan standar proses mengacu
kepada proses belajar siswa dalam memperolah dan menggunakan pengetahuan
matematika. Ada lima standar proses menurut NCTM, yaitu: pemecahan
masalah; penalaran matematis; komunikasi matematis; koneksi matematis;
representasi matematis (Walle, 2008, hlm. 4).
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22
tahun 2006 juga disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Matematika dapat
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti dan kompetitif. Yang menjadi fokus dalam pembelajaran matematika
adalah pendekatan pemecahan masalah yang salah satu tujuannya adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika serta memiliki sikap
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah (BNSP, 2006, hlm. 416-417).
Dari tujuan pembelajaran matematika di atas tergambar jelas bahwa salah
satu hal penting dalam mempelajari matematika adalah mengembangkan
kemampuan penalaran matematis serta mengembangkan sikap matematis pada
siswa. Kemampuan penalaran dan materi matematika adalah dua hal yang tidak
dapat
dipisahkan, sebagaimana diungkapkan oleh Hutapea (2013, hlm. 2) yang
menyatakan bahwa materi matematika dan penalaran matematis merupakan dua
hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, karena materi dalam
matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan
melalui belajar matematika. Hal senada juga diungkapkan Dwirahayu (2006, hlm.
57) mengungkapkan bahwa jika seseorang mengerjakan matematika maka ia tidak
terlepas dari aktivitas bernalar. Setiap penyelesaian persoalan dalam matematika
memerlukan penalaran.
Pentingnya kemampuan penalaran matematis juga diungkapkan Sumarmo
(2013, hlm. 198) yang menyatakan bahwa penalaran matematis merupakan
kemampuan dan kegiatan dalam otak yang harus dikembangkan secara
berkelanjutan melalui suatu konteks. Kemampuan penalaran matematis sangat
penting dalam pemahaman matematis, mengeksplor ide, memperkirakan solusi
dan menerapkan ekspresi matematis dalam konteks matematika yang relevan serta
memahami bahwa matematika bermakna.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran
matematis sangat berperan penting untuk dapat memahami matematika dan pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap penguasaan siswa dalam bermatematika.
Kemampuan penalaran matematis ini dibutuhkan dalam proses mengaitkan
konsep-konsep dalam matematika. Siswa perlu dibiasakan untuk dapat melihat
matematika sebagai suatu hubungan dimana satu konsep akan berkaitan dengan
konsep yang lainnya sehingga konsep-konsep dalam matematika akan saling
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bersifat sederhana, tetapi pemahaman terhadap konsep di sekolah dasar akan
berpengaruh dalam pembangunan konsep selanjutnya. Kegiatan dalam
membangun antar konsep dalam matematika membutuhkan kemampuan
penalaran matematis pada siswa. Bagaimana siswa dapat sampai pada konsep baru
adalah dengan cara kemampuan berpikirnya secara logis.
Begitu pentingnya kemampuan penalaran matematis pada tingkat sekolah
dasar, beberapa studi telah dilakukan yang menyatakan bahwa kemampuan
penalaran matematis siswa di sekolah dasar masih rendah, salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Nahdi (2014) menyatakan bahwa siswa Indonesia
masih lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang membutuhkan
kemampuan penalaran matematis. Selanjutnya Windayana (2009) menyebutkan
bahwa kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa sekolah dasar saat
ini belum menunjukan keadaan yang memuaskan masih banyak didapati siswa
sekolah dasar yang cara bernalarnya rancu dan tidak mendasar. Windayana
memberi contoh pembelajaran yang mengabaikan pengembangan penalaran
adalah ketika siswa mengerjakan soal penjumlahan dengan cara bersusun
kebawah, jika pengerjaan penjumlahan tidak dilakukan dengan bersusun kebawah
maka siswa akan mengalami kesulitan.
Selanjutnya Kanedi (2014) menyatakan bahwa hasil belajar siswa Indonesia
berada pada level rendah, yaitu hanya berupa kemampuan meghapal. Selanjutnya
disebutkan pula penyebab rendahnya hasil belajar pada siswa adalah proses
pembelajaran yang dilakukan guru hanya menekankan pada menghitung dan
hapalan, padahal seharusnya dengan belajar matematika siswa dapat
mengembangkan logika, reasoning dan berargumentasi. Beberapa studi tentang
penalaran menggambarkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih
rendah seperti diungkapkan oleh Sumarmo (dalam Kurniawati, 2006, hlm. 78)
salah satunya hasil penelitian yang menemukan bahwa keadaan skor kemampuan
siswa dalam pemahaman dan penalaran matematis siswa masih rendah. Siswa
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
derajat kedua, artinya siswa mengalami kesukaran dalam tes penalaran deduktif
dan induktif.
Kemampuan penalaran yang perlu dikembangkan pada siswa SD salah
satunya adalah dalam materi geometri. Salah satu kelemahan dalam bidang
geometri ini diungkapkan Kenney dan Kouba (dalam Walle, 2008, hlm. 141) yang
menyatakan bahwa kesalahan umum yang dilakukan dalam hal perhitungan luas
dan keliling adalah tertukarnya rumus untuk luas dan keliling. Kesalahan ini
terkait dengan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dari sifat-sifat bangun
datar. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru kelas V SD menyatakan
bahwa pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar adalah belajar menghapal
dari daftar sifat bangun datar yang harus diajarkan pada tingkatan sekolah
tertentu. Dengan pola pengajaran seperti ini menyebabkan siswa tidak dapat
mengenal adanya hubungan antar bangun datar, dan pada akhirnya mengalami
kesulitan dalam memahami konsep tentang bangun datar yang lebih sulit.
Berkaitan dengan pentingnya penalaran matematis, NCTM (dalam Sukamto,
2013, hlm. 95) menyatakan bahwa program instruksional dari pra TK sampai
dengan kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk : (1) mengenali penalaran dan
bukti sebagai aspek fundamental matematika; (2) membuat dan menyelidiki
dugaan matematika, (3) mengembangkan dan mengevaluasi argument matematika
dan bukti-bukti; (4) memilih dan menggunakan berbagai jenis penalaran dan
model pembuktian. Sedangkan O’Daffler dan Thornquist (dalam Minarni, 2010,
hlm. 479) menyatakan bahwa penalaran melibatkan beberapa keterampilan
penting seperti menyelidiki pola, membuat dan menguji dugaan (conjecture), dan
menggunakan penalaran deduktif dan induktif formal untuk memformulasikan
argument matematis. Selanjutnya dikemukakan pula pendapat Russel yang
menyatakan bahwa penalaran matematis adalah pusat belajar matematika.
Matematika adalah suatu disiplin berkenaan dengan objek abstrak dan
penalaranlah alat untuk memahami abstraksi. Dengan demikian, untuk mencapai
pemahaman dan penerapan konsep matematika yang abstrak dalam berbagai
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep matematika harus disampaikan dengan sesuatu yang dapat dimengerti oleh
siswa dengan cara tidak menyampaikan rumus matematika yang telah jadi, tetapi
lebih bermakna melalui penemuan dengan memanipulasi benda-benda konkrit dan
secara perlahan siswa dituntun untuk mengarah kepada penerapan konsep yang
abstrak yaitu penggunaan rumus dengan menggunakan simbol-simbol
matematika.
Belajar matematika tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif saja, tetapi
seperti yang tercantum pada tujuan pembelajaran matematika yang telah
dikemukakan di awal, bahwa dengan belajar matematika diharapkan dapat
mengembangkan sikap yang positif pada diri siswa. Aspek sikap akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian siswa dalam belajar metematika. Dengan kata
lain siswa yang memiliki sikap matematis yang positif akan berhasil dalam
belajarnya, tetapi sebaliknya ketika siswa bersikap negatif terhadap matematika
kemungkinan besar siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar matematika.
Ungkapan di atas sejalan dengan apa yang dikatakan Suydam dan Weaver
(dalam Turmudi, 2009, hlm. 87) guru dan pendidik matematika lainnya,
umumnya mempercayai bahwa siswa belajar lebih efektif manakala mereka
tertarik dengan apa yang mereka pelajari dan mereka berprestasi baik kalau
mereka menyukai matematika. Karenanya, perhatian yang terus menerus
hendaknya diarahkan penciptaan, pengembangan, pemeliharaan dan dorongan
untuk bersikap positif terhadap matematika.
Menurut Kazt (dalam Sukamto, 2013,hlm.94) disposisi (sikap) matematis
adalah kecenderungan untuk sering muncul secara sadar dan sukarela untuk
mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya terkait dengan pentingnya sikap matematis
dikemukakan oleh Kesumawati (2010, hlm. 5) yang menyatakan bahwa selain
kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman matematis hal penting yang
harus diperhatikan adalah sikap matematis yang harus dimiliki siswa adalah
menyenangi matematika, menghargai keindahan matematika, memiliki keingin
tahuan yang tinggi dan senang belajar matematika. Dengan mempunyai sikap
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada kenyataannya sikap siswa sekolah dasar dapat dibilang biasa-biasa saja
bahkan cenderung menurun pada tahapan kelas yang lebih tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sumarmo (dalam Darhim) yang menyatakan bahwa ditinjau dari
kesenangan belajarnya, siswa SD menunjukan perasaan biasa-biasa saja dalam
belajar matematika, matematika belum menjadi pelajaran favorit untuk siswa dan
ada kecenderungan makin tinggi tingkatan sekolah makin meningkat banyaknya
siswa yang kurang berminat dalam belajar matematika.
Salah satu hasil penelitian di kelas V SD yang diungkapkan Kurniawati
(2014, hlm. 26) menyebutkan beberapa hal tentang rendahnya sikap siswa ketika
belajar matematika, yaitu siswa kurang merasakan bahwa matematika merupakan
suatu kebutuhan, jika mengalami kesulitan mereka tidak mau bertanya kepada
guru, pada saat diberikan pertanyaan siswa lebih memilih diam atau
membicarakannya dengan teman sebangku daripada menjawab pertanyaan
tersebut, pada waktu mengerjakan latihan siswa belum mampu untuk bekerja
sendiri, jika diberikan pekerjaan rumah (PR) siswa banyak yang tidak
mengerjakan dengan alasan tidak mengerti atau soalnya sulit.
Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini siswa sekolah dasar mempunyai
pemikiran bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan
dianggap sulit. Anggapan sulit ini dapat menyebabkan rendahnya minat siswa
untuk belajar matematika dan akhirnya berdampak terhadap hasil yang diperoleh
dalam matematika. Anggapan bahwa matematika sulit ini dipandang sebagai sikap
negatif siswa terhadap matematika. Tentu saja hal ini bukan tanpa sebab, salah
satu penyebabnya adalah proses belajar mengajar di dalam kelas yang monoton,
siswa hanya diajarkan matematika dengan menerapkan rumus-rumus kedalam
latihan soal dan memposisikan siswa sebagai pembelajar yang pasif.
Dengan demikian rendahnya kemampuan dan sikap siswa dalam
bermatematika salah satunya dapat disebabkan oleh pendekatan pembelajaran
matematika yang diterapkan guru di dalam kelas kurang tepat, seperti yang
diungkapkan Suryadi (2012, hlm. 37) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematika masih berlangsung secara tradisional yang antara lain memiliki
karakteristik sebagai berikut: pembelajaran lebih berpusat pada guru; pendekatan
yang digunakan lebih bersifat ekspositori, guru lebih mendominasi proses
aktivitas kelas, latihan-latihan yang diberikan lebih banyak bersifat rutin, dan
dalam proses belajar siswa bersifat pasif. Selanjutnya dikemukakan kesulitan yang
dihadapi guru dalam hal mengajarkan keterampilan matematika yaitu mengenai
mengajarkan penyelesaian soal cerita, memberi alasan yang rasional, dan
menerapkan rumus matematika dalam penyelesaian soal.
Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah dasar
khususnya pada kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa diperlukan
proses pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan potensi siswa.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan pondasi dalam membangun
konsep-konsep yang akan mendukung penguasaan keterampilan bermatematika
pada masa yang akan datang. Penguasaan yang baik terhadap matematika di
sekolah dasar akan membantu siswa untuk menguasai matematika pada tingkat
lanjutan, tetapi sebaliknya jika pada sekolah dasar siswa kesulitan dalam
menguasai matematika, akan berdampak terhadap pencapaian dimasa yang akan
datang.
Proses pembelajaran di dalam kelas akan sangat bergantung pada
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini senanda dengan
ungkapan Sukmadinata (2012, hlm. 195) yang menyatakan bahwa tujuan utama
kegiatan guru dalam mengajar adalah mempengaruhi perubahan tingkah laku dan
mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuannya sebagai hasil belajar.
Dengan demikian guru dan siswa mempunyai hubungan yang timbal balik dalam
interaksinya.
Berdasar pada ungkapan di atas, sebaiknya proses belajar mengajar
mengacu kepada adanya interaksi yang timbal balik antara siswa dan guru. Siswa
tidak hanya sebagai penerima pengetahuan dan guru menjadi sumber satu-satunya
informasi. Peran guru lebih kepada mendorong siswa untuk dapat meningkatkan
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perlu mendapatkan penekanan yang lebih, karena dengan penanaman sikap positif
dalam belajar akan menumbuhkan perasaan bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan dan akhirnya akan mendorong siswa untuk senantiasa siap dalam
menghadapi tantangan dan kesulitan yang datang ketika mereka belajar.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan dalam mengembangkan
kemampuan siswa dalam bermatematika dan mengembangkan sikap matematis
yang positif, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Guru harus
mampu menemukan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Pembelajaran yang sesuai untuk
mengembangkan kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa adalah
pembelajaran yang memandang siswa sebagai pembelajar aktif, tidak hanya
sebagai penerima konsep yang pasif. Seperti yang diungkapkan Turmudi (2009,
hlm. 4) dalam tujuan pembelajaran matematika perlu dimasukkan pemberdayaan
siswa untuk menciptakan pengetahuan matematika mereka sendiri.
Penciptaan pengetahuan pada diri siswa dapat dilakukan dengan cara
menemukan konsep atau rumus matematika oleh siswa bukan hasil dari transfer
pengetahuan dari guru. Proses penemuan konsep oleh siswa akan meningkatkan
pengertian siswa terhadap konsep atau rumus matematika tersebut dan hasilnya
akan bertahan lebih lama dalam ingatannya, serta konsep atau rumus matematika
yang bersifat abstrak menjadi lebih dipahami siswa dan lebih masuk akal.
Model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk dapat menemukan
konsep baru dengan mengaitkannya pada pengalaman serta pengetahuan siswa
terdahulu adalah pembelajaran penemuan (discovery learning). Kelebihan dari
pembelajaran dengan penemuan dikemukakan oleh Sudirjo & Sumarni (2006)
yang menyatakan bahwa metode penemuan akan mengembangkan berpikir siswa,
dan bekerja secara ilmiah melalui kegiatan mencoba-coba yang dilakukan dengan
memanipulasi benda nyata, menduga, membuat kemungkinan-kemungkinan dan
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tetapi penggunaan pembelajaran penemuan di sekolah dasar masih
memerlukan banyak bimbingan dari guru, sehingga selanjutnya model
pembelajaran ini disebut dengan model pembelajaran penemuan terbimbing.
Melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing siswa dapat
menemukan konsep dan rumus matematika sendiri dengan langkah-langkah yang
dibimbing oleh guru. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa siswa sekolah dasar
masih memerlukan bimbingan sehingga konsep yang ingin di capai dalam proses
belajar mengajar tidak keluar dari apa yang diharapkan.
Definisi belajar penemuan manurut Bruner (dalam Sumarmo, 2013, hlm.
45) sebagai situasi dimana materi yang dipelajarkan kepada siswa tidak disajikan
dalam bentuk final atau sudah jadi, tetapi diperlukan kegiatan mental siswa lebih
dulu sehingga membentuk pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa.
Menurut Turmudi (2012, hlm. 42) penemuan terbimbing meliputi proses
pengumpulan dan pengorganisasian data dan desain untuk membantu siswa
membentuk dan memahami konsep. Ketika siswa memahami konsep melalui
penemuan terbimbing, mereka belajar mengumpulkan dan memilah-milah data
sebagai bagian dari problem solving. Untuk pencapaian yang lebih baik penemuan
terbimbing ini sebaiknya disajikan melalui sedikit penjelasan dari guru pada awal
pembelajaran sebagai arahan dari rumusan masalah yang kemudian guru
memberikan arahan-arahan secukupnya untuk membimbing langkah-langkah
pembelajaran pada siswa. Sebaiknya guru menyiapkan lembar kerja sehingga
langkah-langkah dalam menemukan konsep dituntun melalui perintah atau
pertanyaan yang telah disusun dalam lembar kerja siswa.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, Penulis mencoba untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Sikap Matematis
Siswa”.
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum pokok permasalahan
dalam studi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pembelajaran
matematika dengan model penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan
penalaran dan sikap matematis siswa?”
Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan lagi kedalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapat
pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing lebih baik
dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan cara
konvensional?
2. Apakah peningkatan sikap matematis siswa yang mendapat pembelajaran
matematika dengan model penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan
siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan cara konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika
dengan model penemuan terbimbing dan siswa yang mendapatkan
pembelajaran matematika dengan cara konvensional.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan peningkatan sikap
matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model
penemuan terbimbing dan siswa yang mendapatkan pembelajaran
matematika dengan cara konvensional.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain
sebagai berikut:
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan secara teori berupa
pengetahuan tentang penerapan pembelajaran matematika melalui model
penemuan terbimbing dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran
dan sikap matematis siswa kelas lima sekolah dasar.
2. Manfaat secara praktik
Secara praktik diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, bahwa dengan
praktik pembelajaran matematika melalui model penemuan terbimbing ini
menjadi salah satu inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai
upaya membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan penalaran
serta sikap matematis siswa khusunya di kelas lima sekolah dasar.
E. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini terbagi kedalam 5 bab, yaitu dimulai dari bab I sampai
dengan bab V.
Bab I merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang dilaksanakannya
penelitan sehingga diperoleh tema tertentu untuk menjadi fokus penelitian, setelah
diperoleh fokus penelitian diperoleh, maka selanjutnya peneliti menentukan
rumusan masalah penelitian yang merupakan batasan masalah yang menjadi acuan
dalam melakukan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
organisasi dari penulisan tesis sebagai laporan hasil penelitian.
Bab II merupakan kajian pustaka yang berfungsi sebagai landasan teoritik
dilakukannya penelitian dan penulisan tesis ini. Kajian pustaka ini membahas
pembelajaran matematika di sekolah dasar, pembahasan berikutnya tentang
pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing yang menjadi
model pembelajaran dalam penelitian ini. Kajian berikutnya membahas tentang
pengembangan kemampuan penalaran matematika pada siswa sekolah dasar,
pengembangan kemampuan penalaran matematis melalui model penemuan
terbimbing, dan pengembangan sikap matematis siswa melalui model penemuan
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab III merupakan metode penelitian yang memuat hal-hal yang berkaitan
dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III ini terdiri
dari desain penelitian, partisipan penelitian, instrument penelitian yang digunakan
sebagai upaya untuk menjawab rumusan masalah yang ditetapkan pada bab I,
selanjutnya dibahas pula tentang prosedur penelitian dan analisis data yang akan
digunakan dalam kegiatan penelitian ini.
Bab IV bagian ini merupakan pemaparan tentang temuan dan pembahasan
hasil penelitian. Pada bagian paparan data peneliti akan menjelaskan tentang
penyampaian hasil pengolahan data, ringkasan penjelasan yang memuat temuan
penelitian menjadi lebih bermakna. Pada bagian pembahasan penelitian akan
meninjau kembali pertanyaan serta hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dan
mengaitkannya dengan hasil temuan serta kajian pustaka kemudian melakukan
evaluasi terhadap kelemahan dalam penelitian, bagian ini berupa pernyataan dari
peneliti apakah akan menolak atau menerima hipotesis yang telah ditentukan pada
bagian pendahuluan.
Bab V merupakan bagian akhir dari penulisan tesis ini yang memuat
simpulan, implikasi dan rekomendasi hasil dari pemaknaan serta tafsiran peneliti
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab tiga ini dibahas tentang metode penelitian yang digunakan, yang
tebagi kedalam beberapa bagian, yaitu: (a) desain penelitian; (b) definisi
operasional; (c) partisipan penelitian; (d) populasi dan sampel penelitian; (e)
instrumen penelitian; (f) prosedur penelitian; (g) analisis data penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan
kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa yang belajar matematika
melalui model pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran
konvensional. Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif yang dilakukan pada dua kelas yang berbeda dengan mengambil satu
kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.
Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan
Nonequivalent Control Group Design. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 118) desain
penelitian ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya
pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara
random. Selanjutnya dikemukakan pula oleh Taniredja dan Mustafidah (2011,
hlm. 56) jenis rancangan penelitian ini biasa dipakai pada eksperimen yang
menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih
kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan/kondisinya.
Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelas tersebut diselenggarakan pretest
terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas dalam
kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa. Setelah diberi perlakuan, kedua
kelas diselenggarakan posttest untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
peningkatan kemampuan penalaran matematis dan sikap matematis siswa.
Penelitian ini mengambil desain yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012,
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Desain Penelitian Kuasi Eksperimen
Kelompok Pretes Treatmen Postes
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
Keterangan:
O1 = Pretes kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa pada kelas
eksperimen
O2 = Postes kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa pada kelas
eksperimen.
O3 = Pretes kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa pada kelas kontrol.
O4 = Postes kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa pada kelas
kontrol.
X1 = Model pembelajaran penemuan terbimbing.
X2 = Pembelajaran konvensional
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel penelitian yaitu satu variabel
bebas dan dua variabel terikat, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab adanya perubahan pada variabel terikat
(variabel dependen). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
model pembelajaran penemuan terbimbing.
2. Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan penalaran dan sikap matematis siswa.
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap
istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan definisi
operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Model pembelajaran penemuan terbimbing adalah suatu cara atau pola yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya membantu siswa
dalam menemukan pengetahuan melalui bimbingan. Adapun langkah-langkah
model penemuan terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: (1) merumuskan masalah yang akan diteliti; (2) melakukan
analisis data/kegiatan penelitian melalui aktivitas LKS; (3) siswa menyusun
konjektur (perkiraan) dari hasil analisis yang dilakukan; (4) memeriksa
konjektur; (5) membuat kesimpulan/generalisasi; (6) mengerjakan latihan soal
secara individu.
2. Kemampuan penalaran matematis adalah kecakapan atau cara siswa dalam
membuat sebuah argumen matematika untuk mencapai kesimpulan atau
pengetahuan baru yang didasarkan pada fakta-fakta. Kemampuan penalaran
matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) menarik kesimpulan
logis; (2) memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan atau pola;
(3) menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika;
(4) membuat pembuktian langsung dan induksi matematika; (5) menyusun dan
menguji konjektur.
3. Sikap matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
kecenderungan untuk bertindak secara positif atau negatif terhadap aktifitas
siswa kelas V dalam belajar matematika. Berikut indikator sikap matematis
dalam penelitian ini, yaitu: (1) kemampuan dalam belajar dan menyelesaikan
tugas matematika; (2) percaya diri dalam menyelesaikan tugas matematika; (3)
senang belajar dan mengerjakan tugas matematika (4) rasa ingin tahu dalam
belajar dan menyelesaikan tugas matematika (5) perilaku ulet dalam belajar
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan guru
dalam menyampaikan materi yang didominasi oleh metode ceramah dan
pemberian latihan soal.
C. Partisipan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek sebanyak 62 orang siswa
kelas lima pada dua sekolah, yaitu 32 orang siswa pada kelas eksperimen dan 30
orang siswa pada kelas kontrol. Penulis melakukan penelitian di kelas lima SDN
Inpres Lembang dan SDN Mekarwangi Lembang pada tahun ajaran 2014-2015
pada rentang waktu pelaksanaan mulai tanggal 16 April sampai dengan 11 Mei,
dengan pertimbangan kedua sekolah tersebut mempunyai kualifikasi akreditasi B
atau termasuk sekolah menengah. Biasanya sekolah dengan kualifikasi menengah
memiliki siswa dengan kemampuan yang beragam. Selain itu kualifikasi guru
yang mengajar pada kedua kelas mempunyai kesamaan yaitu lulusan S1
Pendidikan Guru Sekolah Dassr. Selanjutnya ditentukan bahwa siswa kelas lima
SDN Inpres Lembang bertindak sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas lima
SDN Mekarwangi bertindak sebagai kelas kontrol. Penentuan kelas eksperimen
dan kontrol dilakukan dengan cara ditentukan oleh peneliti secara langsung.
Penelitian ini dilakukan di kelas lima dengan asumsi bahwa kelas lima telah
mempunyai pengetahuan tentang konsep-konsep matematika yang cukup banyak,
sehingga memungkinkan siswa untuk mengaitkan konsep-konsep matematika
berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga siswa dibimbing agar
dapat menemukan pengetahuan atau konsep matematika yang baru bagi siswa
dengan mengaitkan antar konsep dalam matematika. Pada usia ini juga
kemampuan penalaran matematis siswa seharusnya sudah dapat banyak
berkembang, karena dengan pengetahuan matematika yang diperoleh pada kelas
sebelumnya dapat dijadikan dasar bagi siswa untuk memberikan penjelasan
terhadap situasi atau soal-soal matematika yang lebih sulit.
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiono (2014, hlm. 61) menyebutkan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini penulis menentukan populasi
penelitian merupakan seluruh siswa kelas lima di dua sekolah yang telah
disebutkan di atas, sehingga kesimpulan dari hasil penelitian hanya berlaku
khusus pada kelas lima di dua sekolah tersebut.
Adapun sampel penelitian diambil dari seluruh anggota populasi atau
disebut juga sebagai sampel total. Tekhnik pengambilan sampel seperti ini
menurut Sugiono (2014, hlm. 68) disebut sebagai sampling jenuh, yaitu teknik
pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal
ini dilakukan karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif kecil.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan ajar,
instrumen tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan
penalaran matematis siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan baik pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Sedangkan instrumen non tes terdiri dari
angket sikap matematis dan lembar observasi pembelajaran.
1. Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Instrumen tes yang diberikan adalah instrumen tes bentuk uraian untuk
mengukur kemampuan penalaran matematis siswa. Tes bentuk uraian memilki
beberapa kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2003, hlm.77)
yaitu di antaranya: (1) pembuatan soal bentuk uraian relatif lebih mudah dan dapat
dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama; (2) karena dalam menjawab
soal bentuk uraian siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses
berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil
evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan.
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengerjaan tes akan menghasilkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena
tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan
pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang relevan.
Kemampuan penalaran matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kapasitas yang dimiliki siswa kelas lima dalam mengemukakan cara yang
digunakan untuk membuat sebuah argumen atau penjelasan matematika dalam
mencapai kesimpulan yang didasarkan pada fakta-fakta. Adapun kemampuan
penalaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan
materi serta bahan ajar yang disampaikan selama penelitian yaitu materi ajar yang
berkaitan dengan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun secara khusus
dibahas materi pada bangun datar, yaitu: (1) menarik kesimpulan logis; (2)
memberi penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat dan hubungan;(3)
menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis; (4)
menyusun pembuktian langsung dan menggunakan induksi matematis;(5)
menyusun dan menguji konjektur. Adapun kisi-kisi penyusunan instrumen tes
kemampuan penalaran matematis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis
No Kemampuan
Penalaran Matematis
Indikator yang diukur No soal
1
Menarik kesimpulan logis
Membuat kesimpulan nama bangun datar berdasarkan gambar yang disajikan berdasarkan sifat-sifatnya
1
Membuat kesimpulan nama bangun serta gambar bangun datar sama dari beberapa bangun datar yang disajikan
3
Menjelaskan perbedaan dari dua buah bangun datar yang disajikan berdasarkan sifatnya
4
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Kemampuan
Penalaran Matematis
Indikator yang diukur No soal
hubungan untuk menganalisis situasi matematis
terbentuk dari perpotongan sumbu simetri sebuah persegi
Menentukan perbandingan dua buah bangun datar yang sebangun dan menentukan panjang sisi yang belum diketahui jawaban yang diberikan tentang persamaan sifat-sifat bangun datar
7 pertanyaan yang diberikan dan menguji cara penyelesaian yang berkaitan dengan simetri putar
9
Seiring dengan pembuatan kisi-kisi instrumen tes kemampuan penalaran
matematis, peneliti juga membuat rubrik penilaian yang berisi alternatif jawaban
serta skor penilaian untuk setiap soal yang telah disusun. Hal ini untuk
memudahkan dalam proses penilaian serta menghindari subyektifitas ketika
melakukan penilaian. Rubrik penilaian dapat dilihat pada lampiran. Adapun
kriteria skor untuk mengukur kemampuan penalaran matematis diadaptasi dari
Carrol (dalam Hariyani, 2010, hlm. 52) yang disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Skor Indikator
0 Tidak ada jawaban atau
Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, atau
Tidak ada jawaban yang benar
1 Hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta dan hubungan
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor Indikator
menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan benar
2 Hampir semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan
Mengikuti argumen-argumen logis dalam
menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan benar
3 Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta dan hubungan
Mengikuti argumen-argumen logis dalam
menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan lengkap (jelas) dan benar
Sebelum soal-soal diujicobakan, peneliti meminta pertimbangan pada dosen
pembimbing untuk menguji validitas muka sebagai upaya melihat tampilan dari
soal yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal. Sehingga
pengertiannya jelas dan tidak salah tafsir. Selain validitas muka dilakukan juga
pengujian terhadap validitas isi. Arikunto (2013, hlm. 82) menyatakan bahwa
sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Untuk
menguji validitas isi juga peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing
dan empat dosen matematika yaitu dua dosen matematika pascasarjana dan dua
dosen matematika pada pendidikan guru sekolah dasar (PGSD). Dengan
melakukan validitas muka dan validitas isi akan diketahui kelemahan dan
kekurangan instrumen tes. Selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk memperoleh
saran dari ahli yang dijadikan dasar untuk melakukan revisi terhadap instrumen
tes yang akan diujicobakan sebelum digunakan dalam penelitian.
Setelah melalui pertimbangan dosen instrumen tes juga dikonsultasikan
kepada salah satu rekan guru kelas enam di sekolah tempat peneliti mengajar serta
satu rekan kuliah untuk mengetahui kesesuaian isi bahasa yang ada dalam soal tes
apakah dapat dimengerti oleh siswa. Selanjutnya soal tes kemampuan penalaran
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
enam didasarkan pada anggapan bahwa materi yang digunakan dalam soal telah
diajarkan dan telah dikuasai oleh siswa. Jumlah siswa yang mengikuti uji coba
sebanyak 32 orang siswa dengan waktu yang diberikan saat uji coba adalah 70
menit. Setelah dilakukan uji coba, hasil yang diperoleh dari uji coba tersebut
dilakukan analisis untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, daya
pembeda, dan tingkat kesukaran soal.
a) Analisis validitas butir soal
Setelah dilakukan ujicoba langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
validitas setiap butir soal, maka skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud
dikorelasikan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi
Product Moment Pearson dengan angka kasar dalam Suherman (2003, hlm. 120),
rumusnya dinyatakan sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan
= koefisien korelasi antara X dan Y
N = Banyaknya siswa
X = Skor tiap butir soal
Y = Skor total
Adapun untuk menentukan tingkat (derajat) validitas alat evaluasi dapat
digunakan dengan kriterium yang diungkapkan (Suherman 2003, hlm. 112) dapat
dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Koefisien Korelasi Tingkat validitas
0,90 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,70 < rxy ≤ 0,90 Tinggi (baik)
0,40 < rxy ≤ 0,70 Cukup (cukup) 0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah (kurang) 0,00 ≤ rxy < 0,200 Sangat Rendah
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor hasil uji coba tes kemampuan penalaran matematis diperoleh dengan
cara menghitung koefisien korelasi (r xy ) setiap butir soal dengan menggunakan
Analisis Validitas Tes Kemampuan Penalaran M atematis
Dari Tabel 3.5 dapat kita simpulkan bahwa seluruh soal tes kemampuan
penalaran matematis termasuk kategori valid karena nilai r xy pada setiap butir
soal lebih besar dari nilai rtabel, sehingga seluruh soal tes penalaran matematis ini
dapat digunakan dalam penelitian ini.
b) Analisis Reliabilitas Tes
Realibilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten.
Untuk mencari reliabilitas butir soal tes berbentuk uraian menggunakan
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penilaian juga dilakukan pada proses pengerjaan sehingga skor yang diberikan
akan beragam, sehingga tidak bisa digunakan perhitungan reliabilitas seperti pada
bentuk tes objektif. Adapun cara yang digunakan untuk menghitung derajat
reliabilitas adalah sebagai berikut:
= ∑
Keterangan
= koefisien reliabilitas n = banyaknya butir soal
∑ = jumlah varians skor setiap item = varians skor total
(a) Jumlah varians skor setiap item dan varians total, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
= ∑
(∑ )
Keterangan:
= varians tiap skor soal ∑ = jumlah tiap skor soal
∑ = jumlah kuadrat tiap skor soal = jumlah siswa
Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas digunakan tolak ukur
Guilford (Suherman, 2003, hlm. 139 yang terdapat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi Derajat Reliabilitas
r11 ≤ 0,20 Sangat rendah
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah dilakukan perhitungan dengan bantuan perhitungan, didapatkan nilai
koefisien reabilitas untuk instrumen tes kemampuan penalaran matematis didapat
derajat reliabilitas (r11) sebesar 0,87. Kemudian hasil perhitungan ini
diinterpretasikan berdasarkan tabel di atas sehingga tingkat realibilitas instrumen
tes ini termasuk tinggi.
c) Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang
berkemampuan tinggi dengan rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan
daya pembeda tiap butir soal adalah sebagai berikut:
DP =
Keterangan:
DP : Daya pembeda
: Rata-rata kelompok atas
: Rata-rata kelompok bawah
SM : skor maksimum
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah
klasifikasi yang dikemukakan Suherman (2003, hlm. 161), yang dapat dilihat pada
Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Klasifkasi Interpretasi Daya Pembeda
Koefisien Korelasi Interpretasi
DP 0,00 Sangat jelek
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,20 < DP 0,40 Cukup
0,40 <DP 0,70 Baik
0,70 < DP 0,100 Sangat baik
Untuk menghitung daya pembeda, pertama-tama hasil skor tes diurutkan
mulai dari yang terbesar sampai terkecil, hal ini dilakukan untuk membagi dua
testi kedalam dua bagian, yaitu yang memperolah skor tinggi dan memperolah
skor rendah. Selaanjutnya dihitung daya pembeda dari setiap butir soal dengan
menggunakan rumus di atas kemudian diinterpretasikan dengan merujuk kepada
klasifikasi daya pembeda di atas. adapun hasil perhitungan daya pembeda setiap
butir soal dapat dilihat pada tabel 3.8:
Tabel 3.8
Daya pembeda tes kemampuan penalaran matematis
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,38 Cukup
2 0,42 Baik
3 0,46 Baik
4 0,38 Cukup
5 0,27 Cukup
6 0,54 Baik
7 0,31 Cukup
8 0,50 Baik
9 0,35 Cukup
10 0,54 Baik
d) Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Indeks kesukaran menurut Suherman (2003, hlm. 169) adalah suatu
parameter yang mengidentifikasi sebuah soal dikatakan mudah atau sulit untuk
disajikan kepada siswa. bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00
menunjukkan derajat kesukaran suatu butir soal. Soal dengan indeks kesukaran
mendekati 0,00 berarti soal tersebut terlalu sukar, sedangkan soal dengan indeks
kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa uraian (subjektif)
Noneng Rosmini , 2015
PENGARUH MOD EL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING D ALAM MENI NGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN D AN SIKAP MATEMATIS SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu IK =
Keterangan:
IK = indeks kesukaran
= nilai rata-rata tiap butir soal
= nilai maksimum tiap butir soal
Klasifikasi indeks kesukaran menurut Suherman (2003: 170) dapat dilihat
pada Tabel 3.9:
Tabel 3.9
Klasifikasi Indeks Kesukaran Butir Soal
Indeks kesukaran Tingkat kesukaran
Hasil perhitungan terhadap indeks kesukaran soal tes kemampuan penalaran
matematis dapat dilihat pada Tabel 3.10:
Tabel 3.10
Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran M atematis
Nomor soal Tingkat kesukaran interpretasi
1 0,46 Sedang
Berdasarkan hasil analisis butir soal terhadap instrumen tes penalaran
matematis di atas, semua butir soal memenuhi kriteria valid dan mempunyai