• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR EKONOMI MONETER TERHADAP LIKUIDITAS DI BANK UMUM DAN BANK SYARIAH DI KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR EKONOMI MONETER TERHADAP LIKUIDITAS DI BANK UMUM DAN BANK SYARIAH DI KOTA SURABAYA."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ROBBY RICKO DWIYANA 0811010029/ FE/ IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM DI SURABAYA

Yang diajukan

ROBBY RICKO DWIYANA 0811010029

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Syamsul Huda SE. MT Tanggal : ………. NIP. 19590828199031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(3)

KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM DI SURABAYA

Yang diajukan

ROBBY RICKO DWIYANA 0811010029

Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Syamsul Huda SE. MT Tanggal : ………. NIP. 195908281990031001

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul:

“ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR EKONOMI MONETER

TERHADAP LIKUIDITAS DI BANK UMUM DAN BANK SYARIAH DI

KOTA SURABAYA”.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi

persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada

jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Vetran” jawa

Timur.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan

dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. Syamsul Huda.

SE. MT selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing Utama yang mana telah

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan ikhlas memberikan waktu dan

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan

banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan skripsi

ini.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan

ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan

dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Terucap khusus hormatku kepada kedua orang tuaku yang senantiasa

memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak

terhingga.

6. Terimakasih kepada para teman-teman saya angkatan 08 khususnya Dwi

Swasty Senja, Dyta Ayu, Bimbi Ayu, Angga Sulistiawan, dan Ardik

Kristiawan, yang telah memberi suport dan dukungan kepada saya yang telah

(6)

memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untuk penelitian

selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya,September 2012

(7)

Halaman

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR GAMBAR ………. viii

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

ABSTRAKSI ……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 4

1.3 Tujuan Penelitian ……… 4

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ……… 6

2.2 Landasan Teori ……….. 10

2.2.1 Bank ……….. 10

2.2.1.1 Pengertian Bank ……… 10

2.2.1.2 Fungsi Bank ………..……… 11

(8)

2.2.2.2 Aturan Kesehatan Bank ………. 16

2.2.3 Pengertian Bank Umum ………... 18

2.2.3.1 Fungsi dan Tugas Pokok Bank Umum ……… 19

2.2.3.2 Likuiditas Bank Umum …..……….. 19

2.2.4 Pengertian Bank Syariah .………. 22

2.2.4.1 Likuiditas Bank Syariah ……….. 23

2.2.4.2 Instrumen Likuiditas Bank Syariah ………….. 26

2.2.5 Inflasi ……… 31

2.2.5.1 Pengertian Inflasi ……… 31

2.2.5.2 Klasifikasi Inflasi ……..……….. 32

2.2.5.3 Akibat Inflasi ……….. 35

2.2.5.4 Cara Pengendalian Inflasi ………... 36

2.2.6 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ………. . 37

2.2.6.1 Pengertian Suku Bunga SBI ……….... 38

2.2.6.2 Peran Sertifikat Bank Indonesia ………... 39

2.2.6.3 Pengertian Suku Bunga ………. 40

2.2.6.4 Pengertian Suku Bunga Bank Indonesia ……... 41

2.2.7 Jumlah Uang Beredar ………..….. 42

2.2.7.1 Pengertian Uang Beredar ……….…. 42

(9)

2.2.8.1 Sistem Kurs Valuta Asing ……… 48

2.2.8.2 Pasar Valuta Asing ……… 52

2.2.8.3 Penawaran dan Permintaan Valuta Asing ……. 52

2.2.8.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) ……… 53

2.3 Kerangka Pikir ………...……… 53

2.4 Hipotesis ………. 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 58

3.2 Teknik Penentuan Data ………..…… 59

3.3 Jenis dan Sumber Data ……… 60

3.3.1 Jenis Data ……….. 60

3.3.2 Sumber data ……….. 60

3.4 Teknik Pengumpulan Data …..……….. 60

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ……… 61

3.5.1 Teknis Analisis ………. 61

3.5.2 Uji Hipotesis ……… 62

3.6 Uji Asumsi Klasik ………. 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Peneliian ……… 69

(10)

Likuiditas Bank Syariah ………. 74 4.2.2 Perkembangan Inflasi ………. 75 4.2.3 Perkembangan Suku Bunga Bank Indonesia …. 75 4.2.4 Perkembangan Jumlah Uang Yang Beredar …... 76 4.2.5 Perkembangan Kurs Valuta Asing ……….. 77 4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE /

Best Linier Unbiased Estimator) ………. 78

4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis ……… 82

4.3.2 Pembahasan ……….. 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………. 103

5.2 Saran ………... 105

(11)

Oleh :

Robby Ricko Dwiyana

ABSTRAKSI

Keberadaan bank (konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Namun, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia baik variabel ekonomi makro maupun variabel moneter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur dan Bank Indonesia cabang Surabaya selama 10 tahun mulai 2002 – 2011 . Data yang dianalisis menggunakan model Regresi Linier berganda yaitu suatu analisis untuk mengetahui masing-masing dari variabel bebas (X) yang terdiri dari variabel Inflasi, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Kurs Valas terhadap variabel terikat (Y) yaitu Likuiditas Bank Umum (Y1) dan Likuiditas Bank Syariah (Y2).

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Inflasi (X1), Suku Bunga SBI (X2), Jumlah Uang Beredar (X3), Kurs Valas (X4) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Likuiditas Bank Umum (Y1) dan Likuiidtas Bank Syariah (Y2). Untuk pengujian hipotesis secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Jumlah Uang Beredar terhadap Likuiidtas Bank umum. Sedangkan yang berpengaruh secara dominan terhadap Likuiditas pada Bank syariah adalah Kurs Valas (X4).

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang dalam mewujudkan cita-cita nasional berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional merupakan usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan fungsi rendahnya pendapatan riil perkapita untuk mencapai ekonomi yang diharapkan, tidak terlepas dari modal pinjaman yang salah satunya dilakukan melalui pemberian kredit oleh lembaga perbankan. Sebab dalam penyelenggaraan suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor yang penting dan sangat menentukan pertumbuhan usaha.

Peran strategis tersebut diatas disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

(13)

Mengakhiri tahun 1970 dan memasuki awal tahun 1980 Indonesia mengalami kondisi dimana kinerja sektor perbankan mengalami kebanjiran likuiditas yang berasal dari sektor anggaran pemerintah akibat tingginya harga minyak bumi, pada saat itu berlaku kebijaksanaan penggunaan kredit (Credit Eceling) tapi setiap lembaga perbankan dan penentuan ekonomi bunga kredit serta suku bunga deposito. Pada masa itu dana mentah (Cheap Fund) membawa pengaruh besar dalam manajamen perbankan di Indonesia. Banyaknya dana sektor pertanian pada waktu itu mengakibatkan lembaga perbankan relative enggan melakukan pengerahan dana dari masyarakat. (Anonim, 1996:42)

Likuiditas bank merupakan faktor yang sangat penting untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau yang sudah jatuh tempo. Jika bank tidak bisa menjaga likuiditasnya maka akan berdampak pada citra bank itu sendiri sehingga manajamen bank harus lebih detail dan lebih optimal agar tidak terjadi masalah dalam likuiditas, maka perlu dilakukan pengawasan dan pengaturan terhadap lembaga perbankan dalam upaya untuk mewujudkan dunia perbankan yang sehat. Maka dari itu untuk mengukur tingkat likuiditas seperti menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan cash ratio.

(14)

bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang. Dukungan terhadap pengembangan perbankan syariah juga diperlihatkan dengan adanya “dual banking system”, dimana bank konvensional diperkenankan untuk membuka unit usaha syariah. (Rivai, 2006:2)

Keberadaan bank (konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Namun karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syariah) dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut. Selain itu, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia baik variabel ekonomi makro maupun variabel moneter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. (Iswardono, 2004 : 155)

(15)

1.2. Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah dibahas diatas, dapat diangkat rumusan masalah yang lebih jelas sebagai berikut:

1. Apakah Inflasi, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Jumlah Uang Beredar, dan Kurs Valuta asing memiliki pengaruh signifikan terhadap Likuiditas bank umum dan bank syariah di kota Surabaya?

2. Faktor manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap likuiditas bank umum dan bank syariah di kota Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Jumlah Uang Beredar dan Kurs Valuta Asing terhadap likuiditas bank umum dan bank syariah di kota Surabaya. 2. Untuk mengetahui faktor manakah yang merupakan faktor dominan

terhadap likuiditas bank umum dan bank syariah di kota Surabaya. 1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Penulis

(16)

pengetahuan tentang keadaan perbankan beserta permasalahannya, juga dapat mengetahui sistem perbankan secara realitas.

b. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan pertimbangan atau menambah wawasan, terutama untuk yang berminat melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi penelitian ini. Penelitian ini dapat dijadikan acuan sebagai salah satu bahan untuk memperoleh informasi atau gambaran mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi likuiditas bank umum dan bank syariah di kota Surabaya.

c. Untuk Akademik

(17)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Bagian ini berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah perbankan dan pernah di sampaikan oleh beberapa peneliti terdahulu diantaranya adalah sebagai berikut :

1. (Wahyuningsih, 2002 : 9) dengan judul penelitian “Analisis faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Penghimpunan Dana Tabungan oleh Perbankan di Surabaya” dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa penghimpunan dana tabungan oleh perbankan di Surabaya secara simultan dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat (X1), dan tingkat bunga (X2), dan tingkat inflasi (X3). Sedangkan secara parsial hanya pendapatan masyarakat saja yang berpengaruh terhadap tabungan masyarakat (Y), hal ini ditunjukkan dengan perhitungan thitung = -1,6027 < ttabel = 2,306 untuk tingkat bunga. 2. (Nugroho, 1995 : x) dengan judul penelitian “Beberapa faktor Yang

(18)

money (X1) tidak berpengaruh pada tingkat likuiditas bank umum di Jawa Timur. Dana masyarakat (X2) berpengaruh negatif terhadap likuiditas bank umum di Jawa Timur ditunjukkan dengan –thitung (-3,903) < -ttabel = (-3,182). Kredit likuiditas Bank Indonesia (X3) berpengaruh negatif terhadap likuiditas bank umum di Jawa Timur dengan –thitung (-4,262) < -ttabel (3,182)

3. (Kumala, 1997 : XI) dengan judul penelitian “Beberapa faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas Bank-Bank Umum Di Indonesia” Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebagai X1. Dana Interbank (call money) X2 dan likuiditas berdasarkan uji F, secara bersama-sama dengan nilai Fhitung (6,851) > Ftabel (4,423) variabel kredit likuiditas Bank Indonesia. Call money, dan dana pihak tiga mempunyai pengaruh yang positif terhadap likuiditas bank-bank umum nasional. Berdasarkan uji parsial didapatkan bahwa variabel Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebagai (X1) berpengaruh positif terhadap kenaikan likuiditas (Y) dengan thitung 1,723 > ttabel 1,32 variabel bebas call money (X2) berpengaruh positif terhadap likuiditas bank umum nasional (Y) dengan nilai thitung 3,56 > ttabel 1,32 dan variabel dan pihak ketiga (X1) berpengaruh positif terhadap likuiditas bank (Y) thitung 2,58 > ttabel 1,32.

(19)

ada di bank syariah dan tingkat keuntungannya, juga untuk meneliti apakah tingkat bunga bank konvensional mempunyai hubungan langsung dengan simpanan yang ada di bank syariah. Peneliti ini menggunakan Adaptive Expectation Model. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa hubungan antara tingkat bagi hasil di bank syariah dengan total jumlah simpanannya adalah positif, karena dengan terjadinya peningkatan pada tingkat keuntungan di bank syariah akan mendorong peningkatan total simpanannya. Hubungan antara tingkat suku bunga di bank konvensional dengan simpanan di bank syariah adalah hubungan negatif, artinya bila terjadi kenaikan pada suku bunga, maka simpanan di bank syariah akan menurun. Kesimpilan akhir dari penelitian tersebut adalah bahwa motivasi mencari untung adalah faktor utama yang mendorong nasabah untuk menabung di bank syariah.

(20)

thitung=2,131. Untuk tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap Jumlah Dana Yang Dihimpun Bank Syariah Di Indonesiadengan Thitung = -0,887 < Ttabel = 2,131. Sedangkan Jumlah Kantor bank berpengaruh positif terhadap Jumlah Dana Yang Dihimpun Bank Syariah Di Indonesia dengan Thitung = 2,235 > Ttabel = 2,131

6. (Irbid dan Zar ka, Penelitian 2001) dengan judul penelitian “Faktor-faktor Yang Mendorong Nasabah Memilih Bank Syariah”. Hasil penelitian tersebut mendukung bahwa motivasi nasabah dalam memilih bank syariah cenderung didasarkan kepada motif keuntungan, bukan kepada motif keagamaan. Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan economic rationale dalam keputusan memilih bank syariah dibandingkan dengan lembaga perbankan non-syariah atau bank konvensional.

(21)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Bank

2.2.1.1 Pengertian Bank

Pengertian Bank pada awal dikenalnya adalah meja tempat menukar uang. Lalu pengertian berkembang menjadi tempat penyimpanan uang dan seterusnya. Namun semakin moderennya perkembangan dunia perbankan, maka pengertian bank pun berubah pula. “Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya”. (Kasmir,2004 : 8)

“Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berlebihan dana (idle fund / surplus unit) kepada pihak membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan”. (Dendawijaya, 2003 : 25)

Menurut Undang-Undang Nomer 10 Tahun 1998, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

(22)

masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit serta kegiatan jasa-jasa keuangan lainnya.

2.2.1.2 Fungsi Bank

Bank yang bertindak sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai penghubung antara pihak yang dengan pihak yang membutuhkan dana. Tetapi pada dasarnya bank memiliki tiga fungsi sebagai berikut : 1. Menghimpun dana (founding) dari masyarakat dalam bentuk

simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Bank memberikan surat atau selembar kertas dalam bentuk:

a. Giro (Demand Deposito)

b. Deposito berjangka (time Deposito)

c. Tabungan (saving Deposit)

2. Menyalurkan dana (lending) ke masyarakat, dalam hal ini bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkan. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) seperti pengiriman

uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (kliring), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar negri (inkaso), Letter of Credit (LC), Safe Deposit Box,

Bank Garansi, Bank Notes, Trevellers Cheque dan jasa lain.

(23)

karena bank merupakan alat untuk menjaga kestabilan moneter dan keuangan. Bank mempunyai fungsi utama dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat, dalam hal ini bank berperan juga dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. (Kasmir,2004:9) 2.2.1.3 J enis-J enis Bank

Di Indonesia saat ini terdapat berbagai jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Penggolongan jenis-jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, segi kepemilikannya status dan cara menentukan harga.

Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari berbagai segi, antara lain : (Kasmir, 2004 : 18)

1. Dilihat dari fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang No.10 Tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari: (Kasmir, 2004 : 18-20)

a. Bank Umum

(24)

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan syariah yang dalam kegiatan BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.

2. Dilihat dari kepemilikan

Jenis Bank berdasarkan kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah: (Kasmir, 2004 : 20-22)

a. Bank Milik Pemerintah (BUMN)

Bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

Contoh : BNI 46, BRI, Bank Mandiri b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Akte pendirian bank ini juga dimiliki oleh pihak swasta nasional.

(25)

c. Bank Milik Koperasi

Bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

Contoh : Bank Bukopin. d. Bank Milik Asing

Bank yang kepemilikan sahamnya 100% oleh pihak asing (luar negri) di Indonesia.

e. Bank Milik Campuran

Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.

Contoh : Inter Pasific Bank, Mitsubishi Buana Bank

3. Dilihat dari status

Jenis ini dari segi kemampuannya untuk melayani masyarakat, terbagi menjadi : (Kasmir, 2004 : 22-23)

a. Bank Devisa

Bank yang dapat melakukan transaksi keluar negri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

Contoh : Transfer ke luar negri, Traveller Chaque, Pembukaan dan pembayaran Letter of Credit.

b. Bank Non Devisa

(26)

4. Dilihat dari segi cara menentukan harga

Di Indonesia mulanya hanya satu kelompok, namun hadirnya bank syariah sejak tahun 1990 jenis bank dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, terbagi dalam 2 kelompok : (Kasmir, 2004 : 23-25)

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu :

− Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Kredit juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.

− Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan bunga ini dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah

(27)

dengan syariah Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar hukumnya adalah Al-Quran dan Sunah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan harga bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba.

2.2.1.4 Total Aktiva Bank

Asset atau aktiva menggambarkan pola pengalokasian dana. (Dendawijaya, 2003 : 110) Total aktiva bank umum adalah jumlah semua aktiva yang dimiliki oleh bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional. (Boediono, 2011 : 119)

2.2.2 Kesehatan Bank

2.2.2.1 Pengertian Kesehatan Bank

Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melakuan seluruh kegiatan usaha perbankannya. (Sri, dkk, 2000 : 22)

2.2.2.2 Aturan Kesehatan bank

(28)

pengawasan bank dilakukan oeh Bank Indonesia. UU tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa : (Sri, dkk, 2000 : 22-23)

a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib bank melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya menurut cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Bank wajib menyampaikan kepada bank Indonesia neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu di audit oleh akuntan publik.

e. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam waktu dan bentuk yang di tetapkan oleh Bank Indonesia.

(29)

kehati-hatian atau prudential banking dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehinga bank tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat diharapkan hanya bank-bank yang betul-betul sehat. Auran tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana, sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana.

2.2.3 Pengertian Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, di mana dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Sebagai mana halnya fungsi dan tugas perbankan Indonesia. (Hasibun, 2002 : 36)

Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Siamat,2004 : 88)

(30)

Berdasarkan rumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bank umum adalah bank yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Iswardono, 2004 : 121)

2.2.3.1. Fungsi dan Tugas Pokok Bank Umum Fungsi dan Tugas Pokok Bank Umum adalah :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit

3. Menerbitkan surat pengakuan utang.

4. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. 5. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah.

6. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.

(Hasibun, 2002 : 36) 2.2.3.2. Likuiditas Bank Umum

(31)

dengan dua pendekatan yaitu asset management dan liability management.

1. Asset Management (Pengelolaan Kekayaan)

Alokasi dana atau kekayaan untuk berbagai alternatif investasi. Ada beberapa pendekatan yaitu : The pool offunds, The Asset-allocation,

dan Commercial loan theory. a. The pool offunds

Adalah dengan mengumpulkan semua sumber kekayaan menjadi satu dan diperlakukan sebagai sumber dana tunggal tanpa membedakan sumber dananya. Dana lalu dialokasikan ke berbagai bentuk kekayaan dengan kriteria tertentu. Bentuk alokasi dana tersebut adalah cadangan primer, cadangan sekunder, pinjaman, kekayaan lain-lain, dan investasi jangka panjang.

b. The Asset-allocation

(32)

memenuhi kebutuhan likuditas apabila terjadi penarikan dana dan permintaan kredit yang tidak diperkirakan sebelumnya. Prioritas keempat adalah kredit pinjaman merupakan sumber pendapatan bank yang utama. Kelima, melakukan diversifikasi investasi pada saham. obligasi, surat berharga jangka panjang.

c. Commercial loan theory

Adalah pada pinjaman jangka pendek dan yang bersifat self-liquidating. Seorang pengusaha meminjam dana dari bank untuk menghasilkan barang yang bisa dijual dan dari kelebihan penjualan tersebut pengusaha mampu mengembalikan pinjaman bank. Perkembangan jaman menuntut bank untuk bisa melayani kebutuhan nasabah yang membutuhkan pinjaman jangka pendek dan juga pinjaman jangka panjang. Jika hanya memberi pinjaman jangka pendek maka akan kehilangan banyak nasabah yang membutuhkan pinjaman jangka panjang.

2. Liability Management (Pengelolaan Utang)

(33)

menyadari bahwa permintaan kredit bisa dipenuhi dengan cara membeli likuiditas di pasar uang. Bank tidak lagi tergantung pada sumber dana tradisional (giro, deposito, atau tabungan). Pemenuhan likuditas bisa melalui sumber-sumber non tradisional seperti pinjaman antarbank, penjualan sertifikat deposito, dan penerbitan surat berharga di pasar uang.

2.2.4 Pengertian Bank Syariah

Istilah yang digunakan untuk sebutan bank Islam adalah Bank Syariah. Secara akademik istilah Islam dan syariah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun, secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai pengertian yang sama.

Menurut ensiklopedia Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiaannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. (Sumitro, 2002 : 5)

Bank Syariah adalah bank yang menjalankan fungsi sebagai intermediasinya berdasarkan prinsi-prinsip kinerja bank syariah Islam. (Manurung, 2004 : 223)

(34)

2.2.4.1 Likuiditas Bank Syariah

Baik bank konvensional maupun bank syariah wajib mengelola likuiditasnya, karena pengelolaan likuditas tersebut diperlukan untuk memenuhi kewajiban bank terutama kewajiban jangka pendek. Namun demikian terdapat beberapa kendala dalam pengelolaan likuiditas dalam Bank dengan berbasis syariah (bank Islam) apabila dibandingkan dengan bank konvensional, mengingat bank dengan berbasis syariah, produk-produknya masih dibilang baru, seiring dengan usia berkembangnya bank syariah. Didalam memelihara likuiditas maka faktor ekstern harus diperhatikan dan diantisipasi. Harus disadari bahwa perbankan syariah adalah industri yang masih dalam tahap permulaan sehingga belum mampu menjadi pemimpin dalam industri perbankan khususnya di Indonesia. Berdasarkan kenyataan tersebut maka di dalam issue likuiditas ini disamping bersaing dengan sesama bank syariah persaingan juga terjadi dengan bank konvensional yang sudah mapan. Untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah likuiditas dikaitkan dengan upaya pengembangan bank syariah, tuntutan deposan, profesionalitas, tingkat profitabilitas dan kepatuhan terhadap sistem syariah, bank syariah harus melakukan hal-hal berikut ini:

(35)

a. Deposan/investor baru akan datang mendeposit dananya ke bank Islam.

b. Peningkatan dana baru yang masuk akan meningkatkan kemampuan ekspansi bisnis Bank Islam dan suatu saat diharapkan mampu mewarnai industri perbankan.

c. Deposan tidak terpengaruh dengan Return tinggi yang tidak halal yang ditawarkan oleh lembaga keuangan konvensional.

2. Memperkuat koordinasi, komunikasi dan pengertian dengan deposan/investor dan partner bisnis. Terkait dengan pendekatan syariah terhadap risiko likuiditas, proses mobilisasi dana dan proses penyaluran dana menyangkut tiga komponen penting yaitu :

a. Tingkah laku masyarakat karena operasional bank syariah didasarkan pada amanah dan berbagi risiko dengan patner bisnis. b. Harmonisasi asset dan liability.

c. Pengukuran dan monitoring dana.

3. Mengidentifikasi berapa banyak deposan rational yang dimiliki bank. Salah satu cara untuk mengidentifikasi rational deposan adalah dengan mengamati berapa banyak dari mereka yang menarik dananya dan memindahkan ke bank konvensional ketika tingkat suku bunga dari bank konvensional lebih tinggi dari return yang dihasilkan oleh bank Islam.

(36)

likuiditas yang akan menimpa bank. Hal pertama yang harus dilakukan adalah meneliti aliran dana untuk mengantisipasi mismatch

asset – likuiditas, menetapkan kebijakan internal mengenai ukuran default dari partner bisnis, mendesain strategi menghadapi masalah likuiditas sekaligus struktur birokrasi pengambilan keputusan didalam memenuhi kebutuhan likuiditas yang mendesak.

5. Menyiapkan kas dan cadangan likuiditas untuk kondisi tertentu. Bank membutuhkan likuiditas untuk transaksi reguler maupun irreguler. Transaksi reguler adalah operasional sehari-hari, sementara transaksi irreguler terdiri dari 2 hal :

a. Irreguler tetapi dapat diprediksi diantaranya adalah kewajiban menyediakan dana untuk kebutuhan keuangan untuk operasional pemerintah yang biasanya sangat besar.

b. Irreguler dan tidak dapat diprediksi diantaranya adalah penarikan yang tiba-tiba oleh deposan dalam jumlah besar yang disebabakan keadaan tertentu.

(37)

2.2.4.2 Instrumen Likuiditas Bank Syariah

Guna mendukung kelancaran lalu lintas pembayaran antar bank dan pelaksanaan kegiatan Pasar Uang antar Bank Syariah (PUAS), bank-bank syariah perlu membuka giro pada Bank Indonesia. Seluruh kantor pusat bank umum baik bank umum konvensional maupun syariah yang berstatus devisa maupun non-devisa diwajibkan untuk membuka satu rekening giro dalam valuta rupiah d kantor pusat Bank Indonesia atau kantor Bank Indonesia setempat. Khusus bagi bank devisa diwajibkan pula untuk membuka satu rekening giro dalam valuta dolar Amerika Serikat di kantor pusat Bank Indonesia.

Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian, kantor pusat bank wajib menjaga posisi giro pada bank Indonesia pada suatu jumlah tertentu sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Giro Wajib Minimun (GWM). Pelanggran atas ketentuan GWM dikenakan snksi sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh Bank Indonesia.

(38)

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya bank dapat mengalami kelebihan atau kekurangan likuiditas. Dalam hal terjadi kelebihan likuiditas, bank melakukan penempatan kelebihan likuiditas sehingga dapat memperoleh keuntungan. Sedangkan bila mengalami kekurangan likuiditas bank memerlukan sarana untuk menutupi kekurangan likuiditas baik yang disebabkan oleh kalah kliring maupun untuk menambah likuiditas dalam rangka kegiatan pembiayaan sehingga kegiatan operasional bank dapat dapat berjalan dengan baik.

Ada instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank syariah dalam rangka memenuhi kewajiban likuidtasnya yaitu :

1. Giro Wajib Minimum (GWM)

Salah satu pendekatan yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mendukung stabilitas moneter dan sektor keuangan adalah melalui penerapan kewajiban memelihara giro wajib minimum. Penerapan kebijakan giro wajib minimum perlu disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi likuiditas perbankan serta dengan memperhatikan peran bank dalam pelaksanaan fungsi intermediasi.

(39)

berperan pula sebagai instrumen moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar.

2. Kliring

Kliring adalah suatu tata cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat dagang dan surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya dengan maksud agar penyelesainnya mudah dan aman serta untuk memperlancar pembayaran giral.

Giral adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan cek, surat perintahpembayaran lainnya atau pemindah bukuan. Lalu lintas giral adalah proses kegiatan bayar membayar dengan warkat/nota kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan antar bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan nasabah yang bersangkutan. Warkat atau nota kliring adalah alat atau sarana dalam lintas giral..

Penyelenggara kliring adalah Bank Sentral atau BI (Bank Indonesia) dan jenis-jenis kliring meliputi :

a) Kliring umum : sarana perhitungan warkat antar bank yang pelaksanaannya diatur oleh BI (Bank Indonesia)

b) Kliring lokal : saran perhitungan warkat antar bank yang berada dalam satu wilayah kliring.

(40)

Ketentuan mengenai kliring yang berlaku bagi bank umum konvensional berlaku pula bagi bank umum yang berdasarkan prinsip syariah, dengan beberapa perbedaan dan tambahan. Ketentuan yang berlaku bagi bank berdasarkan prinsip syariah antara lain meliputi ukuran besarnya sanksi pelanggaran saldo negatif dan tata cara pengenaan sanksi untuk bank-bank yang bersaldo giro negatif

3. Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Pengertian pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah (PUAS) diatur dalam pasal 1 butir 4 Peraturan Bank Indonesia (selanjutnya ditulis PBI) Nomor 7/26/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No. 2//8/PBI/2000 tentang PUAS adalah kegiatan invetasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah. Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dan dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan dan keuntungan tersebut akan dibagikan kepada keuda belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati.

(41)

Dalam rangka peningkatan pengelolaan dana bank, yaitu pengelolaan kelebihan dan kekurangan dana, perlu diselenggrakan pasar uang antar bank. Agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dapat juga mengelola kelebihan dan kekurangan dana secara efisien, maka diperlukan Pasar Uang antar bank berdasarkan prinsip Syariah (PUAS), dan menggunakan piranti yang sesuai dengan prinsip syariah.

PUAS menggunakan piranti Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) yang berjangka waktu 90 hari. Menurut pasal 1 butir 6 PBI No. 2/8/PBI/2000, IMA adalah sertifikat yang digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan dana dengan prinsip mudharabah. IMA hanya diterbitkan oleh kantor pusat Bank Syariah atau Unit usaha Syariah Bank Konvensional.

4. Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI)

Selama ini kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka pengendalian uang beredar ditempuh dengan pelaksanaan operasi pasar terbuka, yaitu menambah atau mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat melalui bank-bank konvensional. Dengan makin berkembangnya bank-bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah maka pengendalian uang dapat diperluas melalui bank-bank tersebut.

(42)

pengendalian uang beredar yang sesuai dengan prinsip syariah dalam bentuk Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI). Piranti tersebut dapat dijadikan sarana penitipan jangka pendek khususnya bagi bank yang mengalami kelebihan likuiditas.

2.2.5 Inflasi

2.2.5.1. Pengertian Inflasi

Beberapa pengertian mengenai inflasi adalah sebagai berikut :

1. Pengertian singkat dari inflasi adalah kecenderunan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. (Boediono, 2001 : 155) Yang di maksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus selama satu periode tertentu. (Nopirin, 2000 : 25)

2. Inflasi merupakan masalah ekonomi yang dominan disamping masalah pengangguran yang sudah sejak lama dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia. (Iswardono, 2004 : 49)

3. Inflasi merupakan peristiwa moneter yang terjadi di semua negara yang dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya. (Manurung, 2004 : 58)

(43)

2.2.5.2 Klasifikasi Inflasi

A. J enis inflasi menurut sifatnya

Ada beberapa cara untuk menggolongkan macam inflasi atas dasar pernah atau tidaknya inflasi tersebut. Beberapa macam inflasi tersebut adalah :

1. Inflasi ringan, ditandai dengan laju inflasi yang rendah yaitu kurang dari 10% per tahun.

2. Inflasi menengah, ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar yaitu sampai 2 digit bahkan 3 digit. Dan kadangkala berjalan dalam wakt yang relatif pendek. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang ringan.

3. Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

B. J enis inflasi menurut sebabnya

1. Demandpull inflation (Inflasi Permintaan)

(44)

hanyalah menaikkan harga saja. Proses terjadinya (demand pull inflation) dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut :

Gambar 1 : Kurva Demand Pull Inflation

Harga S

P2

P1 D1

D1

Q1 Q2 Output

Sumber : Boediono, 2001. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta, halaman 156

Kedua permintaan masyarakat akan barang-barang

(agregate) bertambah misal, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang atau kenaikan permintaan luar negri akan barang-barang atau barang investasi swasta karena kredit yang murah, maka kurva agragate demand

bergeser dari D1 ke D2 akibatnya tingkat harga umum naik dari P1 ke P2.

2. Cost Pust Inflation (Inflasi Penawaran)

(45)

Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation

Harga S2

P2 S1

P2

D

Q1 Q2 Output

Sumber : Boediono, 2001. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta, hal 157

Bila ongkos produksi naik dari P1 ke P2 (misalnya, karena kenaikan harga sarana produksi yang di datangkan dari luar negri, atau kenaikan harga bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (agregat suplai) bergeser dari S1 ke S2.

C. J enis inflasi berdasar kan asalnya

Berdasarkan asalnya, inflasi dibedakan sebagai berikut : (Boediono, 2001 : 164)

1. Inflasi yang berasal dalam negri (Domestic Inflation) adalah inflasi yang timbul karena adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, panen yang gagal dan sebagainya. 2. Inflasi yang berasal dari luar negri (Imported Inflation) adalah

(46)

kenaikan indeks biaya hidup, karena sebagian barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor selain itu juga secara tidak langsung akan menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dan kemudian harga jual dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah yang harus impor.

2.2.5.3 Akibat Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor-faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effety. Sedangkan efek terhadap alokasi faktor-faktor produksi nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan

output effects.

Efek terhadap pendapatan (Equity Effects) sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Sebaiknya pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi.

(47)

Efek terhadap output (output effects) yaitu inflasi dapat menyebabkan adanya kenaikan produksi. Dengan alasan dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga mendahului kenaikan upah sehingga kentungan usaha naik dan akan mendorong peningkatan produksi, namun jika laju inflasi terlalu tinggi maka akan mempunyai akibat sebaliknya yaitu penurunan output, dalam keadaan inflasi yang tinggi nlai uang riil turun, masyarakat cenderung tidak menyukai kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian keadaan inflasi bisa diikuti dengan penurunan output.

2.2.5.4 Cara Pengendalian Inflasi

Inflasi dapat terjadi karena besarnya uang beredar di masyarakat oleh karena itu mencegah lajunya inflasi adalah dengan pengendalian uang beredar di masyarakat tersebut dengan menggunakan kebijakan moneter, fiscal dan kebijakan yang berkaitan dengan produksi.

Sasaran kebijakan moneter dapat dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar salah satu komponen jumlah uang beredar adalah uang giral. Bank sentral dapat mengatur jumlah uang giral ini melalui penetapan cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.

(48)

ada di Bank sentral juga semakin kecil. Akibatnya kemampuan bank umum memberikan pinjaman kepada masyarakat semakin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.

Kebijakan fiskal menyangkut menyangkut peraturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengeluaran-pegeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.

Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan keijaksanaan penurunan biaya masuk sehingga impor barang meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negri cenderung akan menurunkan harga. (Nopirin, 2000 : 35) 2.2.6 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

(49)

2.2.6.1 Pengertian Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga atas wujud jumlah rupiah yang ditertibkan dengan system diskonto oleh bank Indonesia. (Anonim, 1998 : 94)

Tujuan ditertibkannya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), adalah menjadi surat berharga yang dapat diperjual-belikan dan dapat dijadikan cadangan likuiditas sekunder bagi bank, lembaga keuangan bukan bank maupun dunia usaha pada umumnya dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) juga dapat dijadikan media pinjam-meminjam antar bank, dalam arti : a. Pinjam meminjam antar bank yang selama ini dilakukan dengan

promes, sekarang dapat pula dilakukan dengan menjual-belikan Sertifikat Bank Indonesia.

b. Sertifikat Bank Indonesia dapat diperjual-belikan secara outright yaitu penjualan atau pembelian surat berharga dengan tidak ada perjanjian untuk menjual atau membeli kembali surat berharga tersebut, sedangkan dengan cara Repurchase Agreement yaitu transaksi dengan perjanjian untuk membeli atau menjual kembali.

c. Penyesuaian jual-beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat dilakukan melalui kliring, bersamaan dengan kliring penyerahan maupun bersamaan dengan transaksi pinjam-meminjam antar bank. (Anonim,1989 : 43)

(50)

masyarakat akan terserap yang menyebabkan kelebihan likuiditas pada bank yang tertentunya akan diserap oleh bank Indonesia melalui Sertifikat bank Indonesia.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan tingkat suku bunga SBI adalah tingkat nilai dari penggunaan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk jangka waktu tertentu yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI).

2.2.6.2 Peran Sertifikat Bank Indonesia

Sertifikat Bank Indonesia dapat dikatakan surat berharga yang marketable karena merupakan surat hutang yang ditertibkan oleh Bank Indonesia, maka Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat dijadikan cadangan likuiditas baik oleh bank, lembaga keuangan bukan bank dan lembaga keuangan lainnya.

Peran positifnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah media perdagangan yang lazim dilakukan oleh bank maupun lembaga keuangan lainnya dalam transaksi pasar uang dengan menggunakan promes kini dapat dilakukan dengan memperjual-belikan Sertifikat Bank Indonesia.

(51)

2.2.6.3 Pengertian Suku Bunga

Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Jadi, suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. (Puspopranoto, 2004 : 70)

Suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami surplus (unit surplus) pada unit ekonomi yang mengalami defisit (unit defisit) atas pinjaman yang diberikan dari tabungannya. Suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam” (debitur) kepada “pihak yang meminjam” (kreditur) untuk pemakaian sumber dana seluruh interval waku tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal, dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai persentase dari principal per unit waktu (umumnya pertahun). (Fabozzi, dkk, 2003 : 204)

(52)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah tingkat balas jasa yang diperoleh oleh masyarakat atas sejumlah dana atau pinjaman yang telah diterima selama jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam persentase (%).

Dilihat dari sisi nasabah yang paling menarik dari deposito adalah tingkat bunganya. Karena deposito merupakan simpanan yang memberikan bunga tertinggi dibanding jenis simpanan yang lainnya seperti tabungan dan giro. Sedangkan perbankan memandang bahwa produk deposito merupakan produk yang dapat memberikan keleluasaan bagi bank untuk dapat mengoptimalkan investasi dananya dalam berbagai kegiatan. Seperti kredit dan surat-surat berharga.

2.2.6.4 Pengertian Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate)

Suku bunga Bank Indonesia atau BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang di tetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate

diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimpelentasikan pada operasi moneter yang dilakukan bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasran operasional kebijakan moneter.

(53)

suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor - faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate

apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata – rata tertimbang Suku Bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT (suku bunga instrument liquidity adjustment) berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga PUAB dan suku bunga jangka yang lebih panjang.

2.2.7 J umlah Uang Beredar 2.2.7.1 Pengertian Uang Beredar

Menurut Manulang (1993 : 15) uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat tukar dan sebagai alat pengukur nilai, yang pada waktu bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan.

(54)

pembiayaan sejumlah tertentu hutang dengan kepastian dan tanpa penundaan.

Berdasarkan beberapa pengerian diatas dapat disimpulkan uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat pembayaran untuk pembelian barang dan jasa, pembayaran hutang dan penimbun kekayaan. 2.2.7.2 Fungsi Uang

Menurut Iswandono (1996 : 6-9) uang memerankan berbagai fungsi yaitu :

1. Satuan hitung (Unit of Account)

Dalam hal ini yang dimaksud adalah sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan nilai dari barang-barang dan jasa yang dijual (beli), besarnya kekayaan serta menghitung besar kecilnya kredit atau utang atau dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam menentukan harga barang dan jasa.

2. Alat penukar

(55)

3. Penimbun kekayaan

Dengan menyimpan uang berarti menimbun kekayaan dalam bentuk uang kas. Penyimpanan uang ini dimaksud untuk mempermudah pertukaran atau transaksi disaat ini ataupun di masa yang akan datang. 4. Standart pencicilan utang

Begitu uang diterima umum sebagai alat penukar atau satuan hitung maka secara langsung uang akan bertindak sebagai unit atau satuan untuk pembayaran cicilan utang ataupun juga untuk menyatakan besarnya utang kita. Dengan menggunakan uang tersebut, kita dapat melakukan pembayaran utang piutang secara tepat dan cepat baik secara kontan atau angsuran.

2.2.7.3 Pengertian J umlah Uang Beredar

Pengertian yang paling sempit adalah bahwa yang termasuk dalam definisi uang adalah uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat. (Boediono, 1998 : 2)

(56)

rekening koran milik suatu bank pada bank lainnya tidak dimasukkan dalam pengertian ini. (Boediono, 2001 : 3)

1. Secara sistematis konsep uang dalam arti sempit adalah sebagai berikut:

M1 = C + DD……….. (Boediono, 1998 : 4) Dimana :

C = Currency (uang kartal)

DD = Demand Deposit (uang giral)

Pengertian kedua tentang uang beredar adalah dalam arti luas atau M2 yang merupakan penambahan dari time deposit atau saving deposit disini meliputi deposit berjangka dan saldo tabungan masyarakat pada Bank-Bank .

2. Secara matematis konsep uang dalam arti luas (M2) sebagai berikut : M2 = M1 + TD + SD………..….. (Boediono, 1998 : 5) Dimana :

M1 = uang dalam arti sempit

TD = Time deposit (deposit berjangka) SD = Saving deposit (saldo masyarakat)

(57)

uang kartal (uang kertas dan uang logam) dan uang giral yang beredar di masayarakat. (Sinungan, 2001 : 41)

3. Definisi yang lebih luas lagi yaitu M2 yang meliputi seluruh time

deposit dan saving deposit, besar kecil rupiah ataupun valas milik penduduk pada Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

M3 = M + QM……… (Boediono, 1998 : 6 ) Dimana :

M3 = uang beredar dalam arti luas QM = uang kuasi (Quansi Money)

(58)

2.2.7.4 Pentingnya J umlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar merupakan faktor yang dominan dalam kegiatan ekonomi dan sangat memerlukan dalam pengambilan kebijaksanaan makro ekonomi. Permasalahan jumlah uang beredar dapat menimbulkan dilema bagi moneter dalam menetapkan kebijakan moneter. Oleh sebab itu, kestabilan ekonomi moneter sangat diperlukan dalam proses pembangunan ekonomi.

Keterkaitan antara uang dan suku bunga, investasi dan pendapatan nasional atau dengan kata lain perubahan jumlah uang beredar akan beredar akan menyebabkan perubahan tingkat suku bunga, investasi, dan pendapatan naisonal.

Perubahan jumlah uang beredar akan mempunyai pengaruh atau dampak yang lebih luas lagi terhadap kegiatan perekonomian di berbagai sektor. Perkembangan jumlah uang beredar tidak lepas dari praktek moneter dan perbankan. Dimana interaksi sektor perbankan dengan masyarakat memegang peranan penting dalam jumlah uang beredar, jangan sampai terjadi kelebihan maupun kekurangan jumlah uang beredar. Apabila itu terjadi dapat berdampak buruk pada perekonomian. (Nopirin, 1992 : 76)

2.2.8 Kurs Valuta Asing

(59)

mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan Kurs Valuta Asing (Exchange rate).

Menurut Nopirin (2000 : 164) perbedaan tingkat kurs timbul karena beberapa hal, antara lain :

1. Perbedaan antara kurs beli dan kurs dan kurs jual oleh para pedagang valuta asing. Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.

2. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya. Di dalam pembayaran valas yang lebih cepat akan mempunyai kurs yang lebih tinggi.

3. Perbedaan kurs karena tingkat keamanan dalam penerimaan pembayaran. Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran berasal dari bank asing yang sudah terkenal kursnya lebih tinggi daripada yang belum terkenal.

Jadi pasar valas tidaklah hanya menyangkut kurs / harga valas saja, tetapi juga pihak-pihak yang melakukan transaksi. Pihak-pihak ini antara lain : eksportir-importir, bank, pedagang perantara dan bank sentral. 2.2.8.1 Sistem Kurs Valuta Asing

(60)

1. Sistem kurs berubah-ubah

Banyak istilah digunakan untuk mengungkapkan sistem kurs berubah-ubah diantaranya yang paling popular adalah flexible exchange rate system akan tetapi istilah yang sekarang paling banyak dipergunakan adalah sistem kurs mengambang atau floating rate system. Dalam sistem ini kurs valas tidak ditentukan oleh pemerintah tetapi ditentukan oleh pasar.

Gambar 3 : Sistem Kurs Berubah-ubah Rp D1

D0

S Rp2

Rp1

D1 D0

0 E0 E1 US $

Sumber : J amli, ahmad, 2001, dasar-dasar Keuangan Internasional, BPFE, Yogyakarta, hal 192.

(61)

masyarakat yang bergeser dari barang buatan dalam negri ke barang-barang impor atau aliran modal keluar negri sebagai akibat kepanikan yang terjadi di dalam negri.

2. Sistem kurs stabil

Istilah kurs stabil lebih terkenal dengan istilah kurs tetap atau

fixed exchange rates system. Sistem kurs tetap atau kurs stabil dipertahankan melalui intervensi pemerintah.

Gambar 4 : Sistem Kurs Stabil D1 So Do b

a c

0 Q0 Q1 Q2 S

(62)

3. Sistem pengawasan devisa

Sistem devisa yang paling sedikit memperoleh perhatian para pemikir ekonomi ialah sistem pengawasan devisa atau exchange control system. Sistem pengawasan devisa merupakan sistem penjatahan valuta asing yang dipergunakan secara menyeluruh dan seluruh valuta asing yang diperoleh para penghasil valas harus diserahkan kepada pemerintah.

Gambar 5 : Kurs Pengawasan Devisa Rp

S 670

600

D

0 G E F US $ Sumber : J amli, ahmad, 2001, dasar-dasar Keuangan

Internasional, BPFE, Yogyakarta, hal 194.

(63)

mengalokasikan jumlah yang tersedia ini dengan menggunakan kurs yang ditetapkan. Kurs yang ditetapkan bisa satu atau (single exchange rate) atau lebih (multiple exchange rate). Kurs multiple tergantung dari penggunaan valuta asing. Untuk penggunaan yang sangat diperlukan oleh program pemerintah biasanya kursnya lebih endah dibandingkan dengan penggunaan yang kurang diperlukan oleh program pemeritah.

2.2.8.2 Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing adalah pertukaran kurs valas yang mempunyai fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional, antara lain : (Nopirin, 2000 : 165)

1. Mempermudah pertukaran valas serta pemindahan dana dari suatu Negara ke Negara lain (Clearing).

2. Memberikan kemudahan utuk dilaksanakan perjanjian atau kontrak jual beli dengan kredit.

3. Mempermudah dilakukan “hedging” yaitu membantu pedagang yang melakukan transaksi jual-beli valas di pasar yang berbeda, yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko akibat perbandingan kurs.

2.2.8.3 Penawaran dan Per mintaan Valuta Asing

(64)

sekaligus menggambarkan kurs atau exchange rate. Jadi kurs atau keseimbangan adalah kurs dimana jumlah valuta asing yang ditawarkan sama dengan yang diminta. Tertariknya investor untuk menanamkan modalnya di luar negri, sehingga memperbanyak pelarian modal keluar negri, akibatnya semakin melemahnya mata uang negara tersebut yang berarti pula akan cenderung terjadi depresi nilai mata uang yang bersangkutan. (Kamaludin, 1987 : 105)

2.2.8.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi rasio tersebut, maka makin rendah likuiditas bank tersebut.

Rumus Loan to Deposit Ratio sebagai berikut : Kredit

LDR = x100% Dana Pihak Ketiga

Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank). Dana Pihak Ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank).

2.3. Kerangka Pikir

(65)

dan Bank Syariah di Surabaya”, dalam pembahasan ini variabel yang mempengaruhi yaitu : inflasi, tingkat suku bunga SBI, jumlah uang beredar, dan kurs valas. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar variabel maka dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :

1. Inflasi (X1)

Terjadi penurunan laju inflasi maka masyarakat diharapkan mempunyai kecenderungan untuk menyimpan uangnya pada bank. Sehingga dana tabungan masyarakat meningkat dan akan menyebabkan tingkat likuiditas pada bank umum dan bank syariah akan mengalami peningkatan.

2. Suku Bunga (SBI)

Kenaikan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat digunakan untuk merangsang keinginan masyarakat untuk menanamkan dananya di bank sehingga cadangan likuiditas juga mengalami peningkatan. Dengan naiknya cadangan likuiditas maka akan mempengaruhi naiknya tingkat likuiditas pada bank umum dan bank syariah.

3. Jumlah uang beredar (X3)

(66)

4. Kurs valuta asing (X4)

(67)

Gambar 6. Kerangaka Pikir

Sumber : penulis Inflasi (X1)

Tingkat suku bunga SBI (X2)

Jumlah uang beredar (X3)

Kurs valas (X4)

Tabungan masyarakat

Tabungan masyarakat

Tabungan masyarakat

Tabungan masyarakat

Tingkat Likiditas Bank Umum (Y1)

(68)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah atau diterima jika fakta-fakta membenarkan. Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Diduga inflasi, tingkat suku bunga SBI, jumlah uang beredar, dan kurs valas mempunyai pengaruh yang nyata terhadap likuiditas pada bank umum dan bank syariah.

(69)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel “pengukuran secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris”.

Sedangkan definisi pengukuran variabel yang digunakan dalam penulisan ini, antara lain terdiri dari :

a. Variabel terikat (Dependent Variable) : 1. Likuiditas Bank Umum (Y1)

Yang dimaksud dengan Likuiditas Bank Umum adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi kewajibannya setiap saat. Dalam variabel ini dinyatakan dalam Miliar Rupiah.

2. Likuiditas Bank Syariah (Y2)

Yang dimaksud dengan Likuiditas Bank Syariah adalah kemampuan bank dalam membayar kewajiban-kewajiban keuangan dengan segera dapat dicairkan disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan Qur’an dan Al-Hadist. Variabel ini dinyatakan dalam Miliar Rupiah.

(70)

1. Inflasi (X1)

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara terus-menerus, laju inflasi ditentukan oleh pertambahan jumlah uang beredar dan mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang. Dalam penelitian ini inflasi dinyatakan dalam bentuk persen.

2. Suku Bunga SBI (X2)

Tingkat balas jasa yang diperoleh masyarakat penyimpan dana di bank karena menyimpan sejumlah dana yang dimilikinya. Dalam penelitian ini suku bunga SBI dinyatakan dalam bentuk persen. 3. J umlah uang beredar (X3)

Jumlah uang beredar adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat terdiri dari uang kartal dan uang giral ditambah dengan uang kuasi yang meliputi deposito berjangka, tabungan dan rekening valuta asing milik masyarakat. Satuan yang dipakai adalah milyar rupiah. 4. Kurs valuta asing (X4)

Kurs valuta asing adalah perbandingan nilai mata uang dalam negri terhadap nilai mata uang asing, dalam hal ini pengukurannya dinyatakan dalam rupiah / US $ (RP/US).

3.2 Teknik Penentuan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah secara time series,

(71)

3.3. J enis dan Sumber Data 3.3.1 J enis Data

Jenis data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang bisa dikumpulkan atau diperoleh dari instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini atau data yang sudah terlampir dan bisa diambil dari instansi yang bersangkutan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari : a. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur

b. Bank Indonesia cabang Surabaya. 3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini dilakukan dengan :

a. Study kepustakaan (Library Research)

Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literature-literatur yang sesuai dengan usaha penelitian ini.

b. Studi lapangan

(72)

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Dalam menganalisis data yang digunakan metode kuntitatif dengan mengunakan antara lain : Model Regresi linier Berganda Uji F dan Uji t. Dalam model regresi linier berganda yang dibentuk persamaannya adalah : Y1 = β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + β4X4i +Ui…….(Sudrajat, 1998 : 79) Y2 = β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + β4X4i +Ui…….(Sudrajat, 1998 : 79) Keterangan :

Y1 = Likuiditas Bank Umum Y2 = Likuiditas Bank Syariah

X1 = Inflasi

X2 = Suku bunga SBI X3 = Jumlah uang beredar X4 = Kurs valuta asing

βo = Konstanta

β1β2β3β4 = Koefisien Regresi µi = Variabel pengganggu

Untuk mengetahui apakah model tersebut cukup layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sampai sejauh mana variabel bebas dan variabel terikat, maka perlu diketahui R² dengan menggunakan rumus:

JK Regresi

R²= (Sudrajat, 1998 : 84)

Gambar

Gambar 1 : Kurva Demand Pull Inflation
Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation
Gambar 3 : Sistem Kurs Berubah-ubah
Gambar 4 : Sistem Kurs Stabil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada perbankan syariah terdapat 3 cara untuk mengelola likuiditas perbankan syariah, yaitu : Pasar Uang Antarbank berdasarkan Prinsip Syariah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia,

Alasan-alasan Yang Mendukung Bahwa Suku Bunga Bank Konvensional Bukan Riba (Pusat Pengkajian Ekonomi Islam UII) ... Pengertian Bank ... Perbankan Syariah ...

OC berpengaruh tidak signifikan negatif terhadap ROA bank konvensional maupun bank syariah Athanasoglou et al (2008) Bank-specific, industry- specific and macroeconomic

Beberapa penelitian tentang likuiditas perbankan Syariah yaitu Sukmana dan Suryaningtyas (2016) yang membandingkan antara bank Syariah dengan bank konvensional, hasil

Kata Kunci : Manajemen Risiko, Manajemen Risiko Pembiayaan Mudharabah , Penilaian Likuiditas. Dinamika perkembangan perbankan syariah di Indonesia tumbuh semakin

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP NASABAH DALAM MEMILIH JASA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS BANK MANDIRI SYARIAH SURABAYA)..

Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank

dari hasil analisis menunjukan bahwa, 1 bank umum Syariah berada pada kondisi “CUKUP SEHAT”, sedangkan bank umum konvensional berada pada kondisi “SANGAT SEHAT”; 2 secara keseluruhan