BAB g
Pusat-Pusat Pertanggungjawaban:
Pusat Pendapatan dan Pembiayaan
Pada bagian pertama dari bab ini kita akan membahas pengertian pusat pertanggungjawaban secara umum, untuk selanjutnya nanti kita lanjutkan diskusi kita mengenai pusat pendapatan serta pusat pembiayaan yang merupakan dua macam pusat pertanggungjawaban.
PUSAT-PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Kita mempergunakan istilah pusat pertanggungjawaban untuk mengartikan setiap unit kerja dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab. Dalam kaitan ini, suatu organisasi kita umpamakan sebagai kumpulan dari beberapa pusat pertanggungjawaban yang digambarkan sebagai kotakkotak dalam bagan organisasi. Keseluruhan pusat pertanggungjawaban ini membentuk jenjang hirarkis dalam organisasi tersebut. Pada tingkatan yang terendah bentuk dari pusat pertanggungjawaban ini kita dapatkan sebagai seksi, regulernya bergilir, serta unit unit kerja lainnya. Pada tingkatan yang lebih tinggi, pusat pertanggungjawaban kita dapatkan dalam bentuk departemendepartemen atau pun divisidivisi yang biasanya merupakan kumpulan dari beberapa unit jawaban ini kita dapatkan dalam bentuk departemendepartemen ataupun divisidivisi yang biasanya merupakan kumpulan dari beberapa unit kerja yang lebih kecil dari organisasi tersebut ditambah dengan tenaga tenaga staf serta tenaga manajemen lainnya. Kelompokkelompok kerja yang lebih besar itupun tetap dapat kita anggap sebagai suatu pusat pertanggungjawaban, bahkan apabila kita tinjau dari sudut pandang para manajemen puncak ataupun Dewan Direktur misalnya, maka keseluruhan organisasi dapat kita anggap sebagai suatu pusat pertanggungjawaban.
Namun meskipun pada dasarnya seluruh unit organisasi dapat kita anggap senagai suatu pusat pertanggungjawaban, biasanya istilah ini hanya kita terapkan untuk unit unit kecil dalam organisasi ataupun unitunit kerja yang terletak pada tingkat bawah dalam suatu lingkup organisasi.
Hakekat Pusat Pertanggungjawaban
Produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu pusat pertanggungjawaban mungkin saja dapat berupa bahan masukan baru yang masih harus diproses oleh pusat pertanggungjawaban yang lain, baik yang ada dalam organisasi yang sama maupun oleh pihak lain di luar organisasi. Pada contoh yang pertama, keluaran itu kita anggap sebagai bahan masukan baru untuk pusat pertanggungjawaban yang lain dalam suatu lingkup organisasi yang sama, sedangkan pada contoh yang kedua keluaran tersebut kita anggap sebagai keluaran dari organisasi sebagai suatu keseluruhan. Istilah pendapatan ataupun penghasilan merupakan gambaran nilai uang tertentu yang kita dapatkan sebagai hasil dari penjualan keluaran tersebut.
Pengukuran Masukan dan Keluaran
Jumlah tenaga kerja, bahanbahan dan jasa yang dipergunakan dalam proses kegiatan pusat pertanggungjawaban biasanya diukur dalam bentuk besaran kuantitatif, misalnya saja: jam kerja buruh, berapa liter minyak, berapa rim kertas ataupun berapa KwH listrik dan lainlain. Dalam sistem pengendalian manajemen biasanya lebih mudah apabila jumlah bahan bahan tadi kita konversikan ke dalam jumlah nilai uang atau biaya. Nilai uang dapat kita pakai sebagai, suatu besaran (satuan) umum yang me mungkinkan kita mengadakan penggabungan dari beberapa nilai bahan yang secara fisik sulit kita gabungkan. Besarnya nilai uang yang biasanya kita dapatkan dari hasil perkalian kuantitas fisik bahan itu dengan harga per unit dari bahanbahannya, misalnya saja jumlah jam kerja buruh kali harga upah ratarata perjamnya. Jumlah ini kita namakan ’’biaya”. Jadi keseluruhan masukan dari suatu pusat pertanggungjawaban biasanya kita nyatakan dalam bentuk biaya. Atau dengan kata lain, biaya dapat di anggap sebagai ukuran dari banyaknya sumber daya yang dipergunakan oleh suatu pusat pertanggungjawaban.
Harus diingat bahwa yang diartikan sebagai masukan adalah sumber daya yang dipakai oleh pusat pertanggungjawaban. Pasien pada suatu rumah sakit ataupun murid
murid pada suatu sekolah tertentu bukanlah masukan. Mereka akan lebih tepat kita
anggap sebagai sumber daya yang dipakai untuk mencapai sasaran dalam hal
penanganan pasien ataupun pendidikan murid yang justru dalam keadaan ini kita anggap sebagai masukan.
Meskipun masukan hampir selalu dapat kita ukur dalam bentuk nilai biayanya, keluaran (output) jauh lebih sulit lagi cara pengukurannya. Pada organisasi perusahaan yang berorientasi pada laba, pendapatan seringkah merupakan ukuran keluaran yang penting, tetapi ukuran ini pun tidak menggambarkan keluaran sepenuhnya. Besaran ini tidak dapat menjelaskan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh pusat pertanggungjawaban secara terinci. Pada banyak jenis pusat pertanggungjawaban keluarannya itu tidak dapat kita ukur secara memuaskan. Sebagai contoh, misalnya, bagaimana kita akan dapat mengukur keluaran ataupun hasil kerja yang dilakukan oleh bagian hubungan masyarakat?, ataupun kegiatankegiatan yang dilakukan oleh bagian pengendalian mutu?, atau hasil pekerjaan yang dilakukan oleh staf bagian hukum secara tepat dan terinci?
Pada kebanyakan organisasi yang tidak berorientasi pada laba, hingga saat ini belum dapat kita temukan cara pengukuran keluaran yang memuaskan. Misalnya saja suatu sekolah dapat memakai kriteria banyaknya lulusan yang dihasilkannya sebagai tolok ukur keberhasilan program pendidikan mereka, akan tetapi sesungguhnya kriteria
itu tidak dapat menggambarkan secara tepat seberapa jauh tingkat dan mutu pendidikan murid murid tersebut secara individu. Walaupun pada kenyataannya bahwa memang unsur keluaran merupakan suatu hal yang sulit diukur, atau bahkan mungkin sekali tidak dapat kita ukur, akan tetapi jelas merupakan kenyataan bahwa setiap unit kerja dalam suatu organisasi pasti menghasilkan suatu bentuk keluaran tertentu; atau dengan perkataan lain pasti ada sesuatu yang mereka capai dan mereka hasilkan.
Efisiensi dan Efektivitas
Konsepkonsep yang telah kita bahas di atas akan dapat kita pakai untuk menjelaskan arti istilahistilah efisiensi dan efektivitas yang merupakan dua kriteria yang akan kita gunakan untuk menilai prestasi kerja dari suatu pusat pertanggungjawaban tertentu. Istilah efisiensi dan efektivitas ini hampir selalu kita pakai dalam bentuk perbandingan, dan tidak pernah kita gunakan untuk penilaian yang mempunyai pengertian absolut. Sebagai contoh, kita tidak pernah mengatakan bahwa prestasi kerja pusat pertanggungjawaban ”A” adalah 80% efisien, tetapi kita mengatakan bahwa prestasi ”A” lebih atau kurang efisien bila dibandingkan dengan prestasi keija pusat pertanggungjawaban ”B”; atau prestasi kerja pusat pertanggungjawaban ”A” lebih atau kurang efisien bila dibandingkan dengan prestasi kerjanya sendiri di waktu yang telah lampau.
Efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran dengan masukan, atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu unit input yang kita pergunakan. Pusat pertanggungjawaban ”A” dapat dikatakan lebih efisien daripada pusat pertanggungjawaban ”B” apabila (1) ia mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan oleh ”B”, akan tetapi tetap dapat menghasilkan jumlah keluaran yang sama, atau (2) bila pusat pertanggungjawaban ”A” mempergunakan jumlah unit masukan yang sama dengan ”B”, akan tetapi dapat menghasilkan keluaran yang lebih besar. Harap diingat bahwa dalam contoh pengukuran yang pertama, besarnya tingkat keluaran tidak perlu harus dikuantifikasi, hal ini hanya diperlukan sebagai bahan pertimbangan apakah hasil keluaran dari kedua macam pusat pertanggungjawaban tersebut kirakira dapat dianggap sama nilainya. Apabila pihak manajemen merasa puas dan beranggapan bahwa hasil keluaran dari tiap pusat pertanggungjawaban telah samasama baik, dan apabila kedua jenis pekerjaan dapat diperbandingkan, maka unit kerja yang mempergunakan lebih sedikit unit masukan (misalnya, dalam ukuran biaya masukan yang lebih rendah) dapat disimpulkan sebagai unit kerja yang lebih efisien. Pada contoh pengukuran yang kedua diperlukan besaran kuantitatif tertentu yang dapat dipakai untuk dasar penilaian keluaran yang dihasilkan, oleh karena itu pada situasi yang seperti ini proses pengukurannya akan menjadi lebih sulit, karena kita harus
memperhatikan berbagai macam hal yang mempunyai pengaruh terhadap proses pengukuran keluaran.
Pada kebanyakan pusat pertanggungjawaban, pengukuran efisiensi dapat dikembangkan dengan cara membandingkan antara kenyataan biaya yang dipergunakan dengan standar pembiayaan yang telah ditetapkan, yaitu gambaran tentang tingkat biaya tertentu yang dapat mengekspresikan berapa besar biaya yang diperlukan untuk dapat menghasilkan sejumlah keluaran tertentu. Cara pengukuran seperti ini sudah dianggap baik, meskipun pada dasarnya pengukuran efisiensi kerja dengan dasar biaya standar ini juga tidak dapat kita katakan sempurna, terutama oleh karena dua alasan berikut ini: (1) catatan tentang besarnya biaya tidak mencerminkan suatu pengukuran yang akurat tentang besarnya masukan yang dipergunakan, (2) standar biaya hanyalah merupakan suatu nilai perkiraan yang terbaik yang dapat menggambarkan seberapa besar jumlah sumber daya yang harus dibutuhkan untuk menghasilkan suatu tingkat keluaran tertentu pada situasi atau kondisi lingkungan tertentu pula.
Efektivitas, adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan sasaran yang harus dicapainya. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif pula unit tersebut. Oleh karena, baik sasaran maupun keluaran dari suatu unit kerja seringkali sulit dikuantifikasikan, maka pengukuran efektivitas sulit pula untuk ditetapkan secara terinci. Oleh karena itu seringkali tingkat efektivitas ini kita gambarkan dalam besaran yang bersifat kualitatif saja, seperti misalnya: ’’Universitas A berhasil dengan baik, akan tetapi Universitas B prestasinya agak kurang baik pada tahun ini”.
Unitunit kerja dalam suatu organisasi selain harus efisien juga harus efektif, karena keduanya merupakan hal yang harus dipenuhi dan tidak dapat dipilihpilih. Pusat pertanggungjawaban yang efisien adalah unit kerja yang mampu mempergunakan sesedikit mungkin bahan masukan (input) ataupun sumber daya untuk dapat mencapai suatu tingkat keluaran atau hasil tertentu. Akan tetapi seandainya tingkat keluaran dari unit kerja tidak mencukupi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebagai kontribusi dari unit kerjanya, maka tetap saja kita katakan bahwa unit kerja itu tidak atau kurang efektif. Sebagai contoh, apabila suatu departemen kredit untuk pengelolaan masalahmasalah administratif yang berhubungan dengan para penunggak dapat dilaksanakan dengan biaya rendah perunitnya, maka departemen tersebut dapat kita katakan efisien. Akan tetapi selanjutnya apabila mereka gagal dalam melakukan penagihan, atau bila di dalam proses penagihan tersebut mereka membingungkan para pelanggannya, maka unit kerja tersebut kita katakan tidak efektif. Drucker menyatakan bahwa: ’’Saat ini terlihat jelas adanya pertentangan paham yang tajam antara pihakpihak yang mengutamakan masalah efisiensi dalam administrasi (seperti yang dilakukan oleh kebanyakan pihak administrasi pemerintahan dan para akuntan) dengan pihakpihak
yang lebih mengutamakan efektivitas (mengutamakan hasil)”.1 Sesungguhnya dalam
hal ini tidak perlu ada pertentangan yang tajam antara penganut faham efisiensi dan efektivitas, meskipun jelas harus kita akui bahwa nyatanya pertentangan semacam itu memang ada. Mengapa hal itu tidak perlu terjadi, alasannya sesungguhnya seperti
1Peter F. Drucker. ’’The Age of Discontinuity” (New York: Harper & Row, 1969), Halaman 197.
yang telah kita sebutkan di atas, di mana pada dasarnya bahwa pihak manajemen harus memusatkan perhatiannya kepada kedua kriteria tersebut secara bersama sama.
Peranan laba. Salah satu sasaran penting bagi organisasi yang berorientasi kepada laba ialah menghasilkan laba, oleh karena itu jumlah laba yang dihasilkan laba, oleh karena itu jumlah laba yang dihasilkan dapat kita pakai sebagai salah satu tolok ukur
efektivitas. Karena laba adalah selisih antara pendapatan (ukuran keluaran), dengan pengeluaran
(ukuran masukan), maka laba juga merupakan ukuran efisiensi. Jadi, laba merupakan ukuran efektivitas maupun efisiensi. Apabila kita sudah memiliki suatu tolok ukur yang dapat kita pakai untuk mengukur baik efisiensi maupun efektivitas secara umum,, kita tidak perlu mempersoalkan yang mana yang lebih penting secara relatif antara kedua hal tersebut. Apabila tolok ukur yang berlaku umum itu belum ada, barangkali barulah bermanfaat untuk membedabedakan cara pengukuran baik terhadap efisiensi ataupun efektivitas kegiatan unit kerja. Namun pada situasi yang demikian akan timbul persoalan lain yang lebih rumit; yaitu tentang bagaimana kita menyeimbangkan kedua tipe pengukuran tersebut. Misalnya saja bagaimana kita dapat secara adil membandingkan hasil kerja antara seorang yang benarbenar perfeksionis dengan seorang manajer lain yang asalan di mana hasil dari keduanya samasama berada sedikit di bawah tingkat optimum?
Meskipun laba merupakan cara pengukuran yang cukup penting untuk menilai efisiensi dan efektivitas dari suatu unit kerja, akan tetapi cara ini masih tetap mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut: (1) pengukuran yang dilakukan dengan dasar nilai uang, tidak akan dapat mengukur secara tepat untuk keseluruhan aspek yang berpengaruh baik dari segi masukan ataupun dari segi keluaran; (2) nilai standar yang dipergunakan untuk membandingkan tingkat laba tersebut belum tentu akurat; (3) palingpaling cara pengukuran tingkat laba ini hanya dapat kita pergunakan untuk menilai kegiatan yang telah terjadi pada suatu kurun waktu yang relatif pendek, sedangkan sesungguhnya kita pun berkepentingan juga untuk mengetahui konsekuensi konsekuensi apa yang mungkin timbul sebagai akibat dari adanya keputusankeputusan pihak manajemen untuk jangka waktu yang lebih panjang. Mengenai hal ini kita bahas secara lebih mendalam pada bab XII.
Sebagaimana telah dinyatakan pada pengantar Bagian Dua, ada empat tipe pusat pertanggungjawaban yang didasarkan kepada sifat masukan dalam bentuk biaya dan keluaran dalam bentuk pendapatan ataupun secara bersamasama yaitu: pusat pendapatan, pusat pembiayaan, pusat keuntungan serta pusat investasi. Dalam pusat pendapatan hanya nilai nilai keluaran yang kita ukur, sedangkan pada tipe pusat pembiayaan hanya nilainilai masukan yang kita ukur. Dalam hal pusat keuntungan baik tingkat pembiayaan maupun tingkat pendapatan samasama kita ukur, sedangkan
untuk pusat investasi diukur seberapa jauh kaitan antara laba dan investasi itu sendiri. Kita akan mendiskusikan pusat pendapatan serta pembiayaan pada bagian selanjutnya dari bab ini.
PUSAT PENDAPATAN
Pada pusat pendapatan, tingkat keluaran kita ukur dalam bentuk nilai uang, tetapi tidak ada usaha formal yang dilakukan untuk mengaitkan masukan atau biaya dengan keluaran yang dihasilkannya (bila hal ini kita bandingkan maka pada dasarnya pusat ini kita anggap sebagai pusat laba). Pusat pendapatan terutama banyak kita temui pada organisasi pemasaran. Anggaran atau target penjualan telah dipersiapkan atau direncanakan terlebih dahulu, di mana gunanya adalah untuk mengukur transaksi transaksi penjualan yang sudah dilakukan ataupun orderorder pembelian yang sudah tercatat dalam rangka kegiatan pusat pendapatan secara keseluruhan dan juga untuk mencatat hasil kegiatan dari masingmasing wiraniaga yang melaksanakan aktivitas tersebut. Kemudian hasilhasil nyata dari seluruh kegiatan tersebut kita bandingkan dengan nilai tertentu yang telah kita tetapkan sebelumnya dalam suatu anggaran. Pada buku ini kita tidak akan membahas pusat pendapatan dengan pengertian di atas. Kita akan membahas cara pengukuran pendapatan sebagai bagian dari pembahasan kita mengenai pusat laba.
Setiap pusat pendapatan juga sekaligus merupakan pusat pengeluaran. Tetapi, ukuran primer adalah pendapatan. Biayabiaya yang terkandung di sini hanyalah biaya biaya yang berada dalam pengawasan langsung manajemen pusat pendapatan. Sebagai konsekuensinya maka pusat tersebut tidak dapat kita anggap sebagai pusat keuntungan karena biaya biaya yang terlibat di sini belum merupakan biaya yang lengkap. Upaya mengenai pendendalian biaya dari pusat pendapatan akan kita diskusikan pada bagian pembahasan tentang kegiatan pusat pengeluaran.
PUSAT PENGELUARAN
Pusat pengeluaran adalah pusat pertanggungjawaban, di mana masukan, atau biayanya diukur dalam satuan uang, akan tetapi keluarannya tidak kita ukur dalam satuan uang. Secara umum ada dua macam pusat pengeluaran, yaitu pusat pengeluaran yang besarannya terukur dan pusat pengeluaran di mana nilai pengeluarannya itu kurang dapat diukur (diskresioner). Biayabiaya yang terukur biasanya merupakan bagian dari biaya keseluruhan di mana jumlah biaya yang ’’benar” ataupun ’’tepat” secara relatif harus dapat diperkirakan secara cukup dapat diandalkan. Misalnya saja sebagai contoh: biayabiaya buruh langsung dan biaya bahan langsung dapat kita katakan sebagai jenis biaya yang terukur yang kita dapatkan dalam kegiatan suatu pabrik. Biayabiaya diskresioner (atau biaya ’’kebijaksanaan”) terdiri dari biaya yang ketetapan pengukurannya sulit dilaksanakan dengan baik. Biasanya besar biaya tersebut hanya didasarkan atas pertimbangan penilaian yang dilakukan oleh manajemen saja, di mana cara perhitungannya mereka sesuaikan dengan keadaan atau situasi lingkungan mereka sendiri.
Pusat Pembiayaan Terukur (Engineered Expense Centers)
Biayabiaya terukur ini biasanya dinyatakan sebagai biaya standar. Bila seseorang telah menetapkan standar biaya untuk suatu pusat pembiayaan tertentu, maka cara pengukuran tentang besarnya keluaran atau hasil dari bagian tersebut dapat dilakukan dengan cara mengalikan kuantitas hasil fisiknya dengan biaya standar per unitnya, sehingga didapatkan suatu jumlah biaya tertentu. Perhitungan biaya nyatanya nanti di perbandingkan dengan nilai biaya standar tadi, apabila terdapat perbedaan nilai maka besarnya perbedaan tersebut yang akan dianalisis untuk menduga apa yang menyebabkan perbedaan tersebut. Keberhasilan prestasi kerja para manajer dari pusat pembiayaan dinilai atas dasar seberapa jauh mereka dapat menjaga agar biaya nyata dari kegiatankegiatan mereka selalu sama, atau bahkan berada di bawah tingkat biaya standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada kegiatan pusat pembiayaan terukur ini perlu diperhatikan tugas lainnya selain usaha pengukuran dari segi besarnya biaya saja. Adalah penting untuk mengendalikan efektivitas dari aspek hasil kerja (performance) tersebut. Sebagai contoh: para manajer pusat pengeluaran, mereka harus bertanggungjawab juga terhadap mutu produk yang dihasilkannya, demikian juga mereka harus bertanggungjawab terhadap jumlah produk yang dihasilkannya selain mereka itu memang harus pula mengen dalikan tingkat efisiensi biaya. Oleh karena itu semua, maka jelas diperlukan suatu cara pengaturan tentang jenis dan jumlah barang yang akan diproduksi, juga menetapkan suatu tingkat kualitas tertentu sebagai suatu standar. Apabila hal ini tidak dilakukan, ada kemungkinan bahaya bahwa upaya untuk menekan tingkat biaya produksi tersebut akan dapat mengorbankan tingkat kualitas ataupun jumlah daripada hasil produksinya.
Secara umum hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada
satupun jenis- jenis pusat pertanggungjawaban di mana
setiap jenis biaya dapat kita kelompokkan ke dalam
golongan biaya yang terukur. Bahkan pada suatu pabrik
yang sangat otomatispun jumlah biaya buruh tak langsung
dan
bermacammacam jasa pelayanan yang dipergunakan akan menyebabkan adanyavariasi tergantung kepada pengecualianpengecualian ataupun kebijakankebijakan yang ditentukan oleh pihak manajemen. Oleh karena itu pada dasarnya apa yang dapat kita sebutkan sebagai suatu pusat pem biayaan yang terukur (engineered expense center) ini hanya kita pakai untuk suatu pos yang mana unsurunsur biayanya yang dapat terukur itu cukup dominan. Hal ini berarti bahwa tidak semua unsur biaya yang ada pada pospos tersebut dapat kita perkirakan dengan baik dan akurat.
Sistem pengendalian yang biasa kita pergunakan untuk mengukur besarnya tingkat biaya yang terukur sesungguhnya terdapat pada bukubuku akuntansi biaya, oleh karena itu hal tersebut tidak akan kita bahas secara terperinci dalam buku ini.
Pusat Pembiayaan Diskresioner (Tak Terukur)
Beberapa unit organisasi menghasilkan keluaran yang tidak dapat diukur dengan besaran nilai uang. Kebanyakan dari unit tersebut biasanya berupa unit staf administrasi (misalnya bagian akuntansi, bagian hukum ataupun bagian hubungan
industrial), unit penelitian dan pengembangan produk serta beberapa unit dalam kegiatan pemasaran.2
Per definisi, efisiensi atau efektivitas unitunit organisasi di atas tidak dapat kita ukur dengan besaran nilai uang. Usaha pengendalian segi keuangannya di sini hanya dapat dilakukan untuk halhal yang dinyatakan dalam nilai pembiayaannya saja. Sebagai konsekuensinya unitunit organisasi seperti ini kita sebut sebagai ’’pusat pembiayaan diskresioner”. Biasanya usaha proses pengendalian untuk unitunit pembiayaan diskresioner ini dimulai dengan ditetapkannya suatu anggaran ataupun perencanaan tahunan yang telah disetujui oleh pihak manajemen. Selanjutnya realisasi pembiayaan itu kita bandingkan dengan nilai anggarannya. Pada tingkat ini sesungguhnya kita melakukan perbandingan antara besarnya tingkat masukan yang dianggarkan dengan besarnya tingkat masukan yang sebenarnya. Oleh karena pada proses pembandingan tersebut besarnya nilai masukan itu tidak kita ukur dalam besaran nilai uang, maka pada dasarnya upaya ini tidak dapat kita katakan sebagai cara pengukuran prestasi kerja yang lengkap dan oleh karena itu maka cara ini tidak dapat kita pakai sebagai dasar pengukuran yang menyeluruh tentang usaha penilaian para manajer secara keseluruhan. Cara pengukuran seperti ini hanya akan dapat merangsang para manajer untuk selalu menjaga agar tingkat biaya yang dipergunakannya sama dengan besar anggaran yang telah ditetapkan. Meskipun tidak dapat dikatakan sebagai suatu cara pengukuran yang lengkap, tetapi memang hanya itulah hasil maksimum yang dapat diperoleh dari cara pengukuran seperti ini.
Karakteristik Pengendalian Secara Umum
Perumusan anggaran (Budget formulation). Keputusan yang harus diambil oleh manajemen dalam rangka penyusunan anggaran untuk biaya biaya terukur berbeda dengan keputusan yang harus diambil bila mereka akan menyusun anggaran untuk biayabiaya diskresional. Untuk selanjutnya manajemen juga harus memutuskan apakah anggaran operasional yang diusulkan akan dapat menggambarkan pelaksanaan tugas yang efisien dan memadai untuk periode yang akan datang. Manajemen sesungguhnya tidak begitu mempermasalahkan tentang luas dari tugastugas itu sendiri, oleh karena pelaksanaan tugastugas itu sendiri sesungguhnya sebagian besar ditentukan oleh besarnya anggaran produksi dan penjualan. Dalam rangka penyusunan anggaran biaya untuk pusat pembiayaan diskresional ini tugas utama dari manajemen adalah memutuskan luas dari pekerjaan pekerjaan yang harus dilakukan.
Dalam mempersiapkan rencana anggaran sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen, kita harus berhatihati untuk tidak menyertakan data yang tidak relevan yang justru akan dapat mengaburkan informasi penting yang dibutuhkan oleh manajemen untuk menghasilkan keputusan. Pada beberapa usulan anggaran biasanya ada yang menguraikan secara terinci tentang klasifikasi dari jumlah karyawan per bagian, jumlah pembiayaan menurut pos kegiatannya, malahan ada juga yang menyertakan data masa lampau untuk beberapa tahun dari pospos tersebut; semuanya
2Di dalam macammacam jenis aktivitas tersebut terdapat beberapa kegiatan di mana sesungguhnya usahausaha penetapan standar keuangan dapat ditetapkan, misalnya saja usaha penanganan piutang dalam departemen akunting. Biasanya jenisjenis aktivitas tersebut mempunyai sifat berulang, sehingga perkiraan variasi besarnya biaya yang terlibat dalam kegiatan tersebut akan dapat diramalkan atau dikendalikan dengan lebih baik. Apabila porsi kegiatankegiatan yang seperti ini.lebih dominan proporsinya terhadap total biaya staf secara keseluruhan, maka hal seperti ini perlu dikendalikan dengan cara membandingkan biaya realisasinya dengan biaya' standar yang telah di tetapkan.
ini disajikan secara terinci, akan tetapi pada rencana seperti itu mungkin sekali hanya sedikit informasi atau bahkan tidak ada sama sekali keterangan tentang perencanaan tugas yang harus dicapainya. Bila bentuk usulan anggaran itu seperti yang kita sebutkan tadi, maka biasanya pihak manajemen akan melakukan tindakantindakan berikut, mereka akan menolak anggaran tersebut, atau secara terinci juga mereka akan minta penjelasan untuk setiap rincian pembiayaan, atau mengadakan pembicaraan untuk pemotongan jumlah anggaran tersebut. Usaha mempertanyakan setiap pos yang ada di dalam rencana anggaran biasanya kurang bermanfaat, karena justru di dalam usulan anggaran itu sudah mereka persiapkan secara sangat teliti, sedangkan alasan mengenai besarnya pembiayaan untuk setiap pos pengeluaran bisa saja dicaricari terlepas dari kenyataan apakah hal itu wajar atau tidak. Bila tindakan yang dipilih oleh pihak manajemen adalah untuk merundingkan besarnya pemotongan/penurunan untuk anggaran tersebut, maka hal ini hanya akan menyebabkan untuk perencanaan selan jutnya si pembuat usulan anggaran akan memakai pengalaman besarnya potongan ini sebagai suatu faktor yang akan ditambahkan dalam rencana penyusutan anggaran mereka, sehingga kalaupun anggaran tersebut jadi dipotong juga, maka mereka akan mendapatkan jumlah anggaran sebagaimana yang mereka harapkan. Oleh karena itu usaha pemotongan anggaran tersebut pada dasarnya tidak akan menghasilkan perbaikan apaapa. Sesungguhnya supaya dapat menghasilkan rencana anggaran yang baik maka kita harus dapat menjawab beberapa pertanyaan pegangan sebagai berikut:
1. Keputusankeputusan spesifik yang mana yang harus dibuat oleh pihak manajemen?
2. Sudahkah rencana anggaran yang kita persiapkan ini mengandung semua informasi yang dibutuhkan pihak manajemen untuk menghasilkan keputusan keputusan tersebut?
3. Apakah rencana anggaran tersebut juga memuat informasiinformasi yang tidak relevan yang justru akan dapat mengaburkan masalah pokoknya?
Seperti yang telah kita sebutkan di atas, yang penting dalam suatu usulan anggaran adalah adanya pernyataan tentang tugastugas apa yang harus kita selesaikan. Secara umum tugastugas ini dapat kita klasifikasi kan ke dalam dua macam tugas, yaitu tugastugas yang bersifat rutin dan tugastugas yang khusus. Tugastugas rutin adalah jenis tugastugas yang kita lakukan secara berulang dari tahun ke tahun berikutnya, misalnya saja pembuatan laporan keuangan yang dipersiapkan oleh bagian pengendalian. Sedangkan yang kita maksudkan sebagai
tugas khusus adalah proyek yang memiliki waktuwaktu penyelesaian yang tertentu misalnya saja usaha pengembangan dan menjalankan sistem biaya standar pada pabrikpabrik tertentu.
Teknik manajemen yang kita kenal dengan istilah ’’manajemen berdasarkan sasaran” seringkali kita pergunakan apabila kita menjelaskan tugastugas yang khas. Yang kita maksudkan dengan manajemen berdasarkan sasaran di sini adalah suatu proses formal di mana pembuatan anggaran ditujukan untuk usaha menyelesaikan tugastugas yang spesifik dan sekaligus dapat dipergunakan sebagai suatu sarana untuk kepentingan penilaian apakah tugastugas itu sudah diselesaikan dengan baik atau belum. Khusus mengenai masalah manajemen berdasarkan sasaran ini akan kita diskusikan pada bab 12 dan 15.
Macammacam pengendalian. Pengendalian keuangan yang kita pakai untuk pos pos kegiatan diskresioner berbeda dengan pengendalian keuangan yang kita terapkan pada kegiatankegiatan pembiayaan operasional untuk suatu departemen manufaktur. Usaha pengendalian yang kita lakukan di dalam pengendalian operasional ini lebih diarahkan kepada usahausaha untuk meminimalisir biayabiaya operasi yaitu dengan jalan menetapkan besarnya biaya standar yang selanjutnya akan kita pakai sebagai tolok ukur. Usaha penekanan biaya di sini dilakukan dengan cara memotivasi para manajer lini untuk selalu menjaga efisiensi kerja pada tingkat yang maksimum dan dengan cara menyediakan sarana untuk menilai prestasi manajemen pada tingkatan departemen bagi para manajer yang lebih tinggi lagi kedudukannya. Pada sisi lainnya usaha penyusunan anggaran biaya diskrit mempunyai tujuan pokok yaitu memungkinkan pihak manajemen untuk mengendalikan tingkat biaya ini dengan cara
’’turut berpartisipasi secara aktif sejak tahapan perencanaan”. Pengendalian biaya dalam hal ini terutama dijalankan dengan menetapkan tugastugas apa yang harus dilansanakan serta tingkat usaha yang bagaimana yang sesuai untuk menyelesaikan tugastugas tersebut.3
Beberapa pihak menyatakan bahwa anggarananggaran yang ketat pada dasarnya merupakan anggaran yang baik, oleh karena anggaran yang ketat akan menghasilkan tekanan kepada usahausaha untuk menurunkan tingkat biaya secara lebih mudah. Paham atau pandangan seperti ini mungkin saja mengandung nilainilai kebenaran untuk sistem anggaran biaya standar, akan tetapi filosofi ini masih perlu dipertanyakan keabsahannya untuk macam anggaran biaya diskresioner. Pimpinan dari pusatpusat pembiayaan diskresioner akan secara mudah saja memotong besarnya biaya tersebut dengan cara mengurangi luas daripada jenisjenis pekerjaan yang ada di bawah pengawasannya agar mereka tidak melampaui batas anggaran yang ketat tersebut. Akan tetapi akibatnya maka pada tingkat pelaksana, yang bertanggungjawab akan penggunaan biaya tersebut, akan menetapkan sendiri pekerjaan apa yang akan mereka laksanakan, padahal seharusnya keputusan yang seperti ini hanya boleh ditetapkan oleh level manajemen yang lebih tinggi dengan melalui pertimbangan yang lebih hati hati.
Suatu patokan umum yang harus dipenuhi adalah agar kita berusaha membuat
suatu rencana anggaran biaya diskrit ini sedekat mungkin dengan biaya sebenarnya
untuk suatu jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Suatu penyimpangan dari patokan tersebut harus dilengkapi alasanalasan yang cukup kuat sehingga pihak manajemen dapat mempertimbangkannya sebelum menyetujui anggaran tersebut.
Pengukuran prestasi kerja. Di dalam pusatpusat kegiatan biaya diskresioner laporan prestasi kerja dipakai sebagai sarana untuk memastikan bahwa anggaran yang sudah disetujui bersama tidak akan dilampaui tanpa sepengetahuan atau persetujuan dari pihak manajemen. Cara pengukuran ini tidak dipakai untuk menilai tingkat efisiensi kerja para manajer tersebut. Hal inilah yang merupakan perbedaan utama dengan laporan prestasi kerja pada pusatpusat kegiatan terukur di mana laporan tersebut justru dapat membantu para manajernya dalam melakukan penilaian tentang efisiensi kerja dari kelompok manajemen manufaktor tersebut. Apabila kegunaan dari dua tipe pelaporan prestasi kerja ini tidak dibedakan dengan jelas, maka akan terjadi
3Pihak manajemen dalam hal ini tentu saja berhak untuk menetapkan beberapa macam standar yang berlaku untuk perusahaan tersebut secara keseluruhan, misalnya saja standar perbandingan banyaknya tenaga sekretaris dengan tenaga profesionalnya, atau' jumlah biaya relatif yang boleh digunakan oleh kelompok profesional tersebut dan lainlain.
kemungkinan di mana pihak manajemen akan menyimpulkan sesuatu hal yang tidak benar, misalnya saja apabila melihat laporan prestasi kerja untuk kegiatankegiatan diskreasioner yang berada di bawah nilai anggarannya akan disimpulkan sebagai pertanda tingkat efisiensi yang dicapainya, oleh karena itu hal tersebut akan merangsang para pelaksana bagian tersebut untuk selalu berusaha mengurangi tingkat pembiayaannya dari anggaran yang telah disetujuinya. Akibat selanjutnya usaha menekan pembiayaan ini akan menghasilkan situasi penyelesaian tugas dengan jumlah biaya yang lebih sedikit, kondisi lain yang justru kelihatannya paling mungkin terjadi adalah berkurangnya tingkat keluaran yang akan dihasilkan oleh bagian tersebut. Dari banyak contoh yang dapat kita pelajari maka jarang sekali terjadi peningkatan efisiensi kerja dengan cara pengendalian seperti ini, yaitu dengan cara memberikan penghargaan kepada para pimpinan yang dapat menekan pembiayaannya di bawah anggaran yang telah ditetapkan.
Usaha pengendalian biaya agar tidak melampaui anggaran yang telah ditetapkan biasanya secara cukup efektif dapat kita lakukan dengan mensyaratkan agar setiap usaha yang dapat mengakibatkan terlampauinya anggaran tersebut, harus mendapatkan persetujuan pihak manajemen terlebih dahulu. Kadangkadang ada juga kebijakan yang memperbolehkan pihak pelaksana untuk melampaui anggarannya pada batasbatas tertentu, katakanlah sebesar 5%, tanpa harus meminta persetujuan dari atasannya terlebih dahulu. Dari pengalamanpengalaman yang kita dapatkan, apabila penetapan anggaran tersebut telah dilakukan dengan sebaikbaiknya maka pada umumnya masih terdapat 50% peluang bahwa anggaran tersebut akan terlampaui. Karena alasan itulah kadangkadang ada semacam batasan batasan tertentu yang memperbolehkan anggaran tersebut dilampaui.
Pada bagian selanjutnya ini, akan kita bahas tiga macam pusatpusat kegiatan diskresioner yang umumnya kita dapatkan pada setiap organisasi, yaitu pusatpusat kegiatan administratif, pusatpusat kegiatan penelitian dan pengembangan serta pusat pusat kegiatan pemasaran.
PUSAT ADMINISTRATIF (ADMINISTRATIVE CENTERS)
Yang dimaksud dengan pusat administratif adalah meliputi manajemen puncak, para manajer tingkat divisi serta manajermanajer lainnya yang bertanggungjawab terhadap aktivitas unitunit staf.
Masalah Pengendalian (Control Problems)
Kesulitankesulitan yang sering terjadi di dalam pengendalian biaya pengeluaran staf umumnya disebabkan oleh karena halhal sebagai berikut: (1) sulit sekali mengadakan pengukuran atas tingkat keluaran dari bagian tersebut secara akurat, dan (2) tidak terpadunya sasaran dari stafstaf departemen dengan sasaransasaran perusahaan secara keseluruhan.
Kesulitan dalam mengukur keluaran. Beberapa jenis kegiatan staf, seperti pembukuan upah dan gaji, adalah kegiatan yang secara rutin kita lakukan sehingga jenisjenis kegiatan ini bisa kita kelompokkan ke dalam kegiatan pospos biaya yang terukur. Akan tetapi untuk jenisjenis kegiatan yang lainnya, terutama yang hasil pokoknya adalah berupa saransaran ataupun jasa, .tidak atau belum ada suatu cara pengukuran yang memuaskan, bahkan hanya untuk menduga jumlah keluarannya saja seringkali kita masih menjumpai kesulitan. Apabila keluaran dari suatu aktivitas tidak
dapat kita ukur secara tepat, sudah barang tentu mustahil untuk dapat menyusun standar biaya dan mengukur prestasi keuangan berdasarkan standar tersebut. Penyimpangan anggaran, karenanya, tidak dapat dianggap sebagai gambaran prestasi yang efisien atau tidak efisien. Bahkan seandainya anggaran itu sudah kita perincikan kepada suatu kegiatan yang spesifik sekalipun, adanya penyimpangan biaya antara hasil nyata dengan anggarannya toh tetap tidak dapat kita interpretasikan ke dalam istilah efisien ataupun tidak efisien. Sebagai contoh misalnya, kepada staf bagian keuangan dialokasikan suatu jumlah dana sebagai anggaran untuk ’’mempersiapkan suatu sistem biaya standar”, kemudian di dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan antara biaya yang dipakai dengan biaya yang dianggarkan itu, maka pada kejadian seperti ini pihak manajemen tidak akan dapat menilai apakah tugas tersebut sudah dijalankan secara efektif dan efisien atau belum. Mungkin yang terjadi malah ke balikannya, misalnya bahwa usaha pengembangan dan penerapan sistem biaya standar tersebut tetap saja buruk, meskipun dari segi pengeluaran biayanya usaha tersebut tidak melampaui biaya yang telah dianggarkan. Jadi jelas terlihat bahwa baik atau buruknya usaha pengembangan dan penerapan sistem biaya standar itu tidak tergantung dari banyak atau sedikitnya biaya yang dipakai untuk usaha tersebut.
Ketidak terpaduan sasaran. Pada kebanyakan bagian staf, tentunya harapan dari para manajernya tidak lain adalah untuk suatu departemen yang sangat baik/istimewa. Sudah jelas bahwa staf departemen yang istimewa pasti akan sangat berarti untuk perusahaan. Akan tetapi perlu diingat bahwa yang lebih penting adalah merumuskan apa pengertian kita tentang ungkapan ’’departemen yang istimewa” tersebut. Sebagai contoh, suatu departemen pengendalian yang istimewa akan dapat menjawab secara cepat dan akurat semua pertanyaan yang menyangkut pembukuan perusahaan. Tetapi biaya yang diperlukan untuk dapat mempersiapkan sistem
seperti itu mungkin saja jauh melebihi dari manfaat yang dapat kita peroleh dari sistem tersebut. Dengan contoh lain, staf bagian hukum yang istimewa pada dasarnya tidak pernah akan membiarkan satu celah kemungkinan kebobolan yang paling dalam setiap kontrak yang telah disetujuinya, akan tetapi barangkali besarnya biaya yang diperlukan untuk meneliti kemungkinan celahcelah yang ada di dalam suatu kontrak secara sangat cermat itu akan sangat besar jumlahnya. Bahkan apabila diperhitungkan, mungkin besarnya nilai kerugian yang bisa terjadi dengan adanya celahcelah kecil pada kontrak tersebut nilainya masih lebih rendah daripada jumlah biaya yang kita akan alokasikan kepada sistem penelitian yang sangat cermat. Contoh yang lain lagi, untuk kepentingan departemennya: mungkin seorang manajer bagian pelatihan menginginkan sarana alat peraga yang komplit dan mutakhir, sedangkan ditinjau dari segi kepenting an perusahaan itu sendiri secara keseluruhan mungkin nilai manfaat yang akan dapat dihasilkan oleh bagian pelatihan tidaklah sebanding dengan biaya yang harus mereka bayar untuk peralatanperalatan tersebut.
Oleh karena itu meskipun para manajer dari unitunit staf biasanya menginginkan keadaan yang ’’sangat ideal” untuk kelancaran dan keistimewaan kegiatan operasional mereka, tetapi harus dipertimbangkan lebih lanjut bahwa tuntutan semacam itu akan dapat membebani perusahaan dengan jumlah biaya yang sangat tinggi, yang tidak akan seimbang dengan manfaat yang dapat diperoleh bagi kepentingan perusahaan secara ke seluruhan. Sering juga terdapat kecenderungan dalam organisasi di mana unitunit kerja saling ’’membangun kerajaannya” masingmasing atau kecenderungan untuk ’’melindungi posisi seseorang” tanpa mempertimbangkan nilai manfaat untuk perusahaannya secara keseluruhan.
Tingkat kesulitan dari kedua masalah pokok ini, yaitu adanya kesulitan dalam usaha pengukuran tingkat hasil keluaran suatu bagian serta kurangnya keterpaduan dalam penetapan sasaran masingmasing, secara proporsional berhubungan dengan besar kecilnya perusahaan dan juga berkaitan dengan kaya atau miskinnya perusahaan. Pada perusahaanperusahaan yang kecil atau menengah, biasanya adalah mungkin bagi para manajer seniornya untuk berhubungan secara langsung dan pribadi dengan para unit stafnya, demikian pula ia secara pribadi dapat mengamati secara langsung apa saja yang mereka kerjakan serta mengadakan pengamatan langsung apakah kegiatan kegiatan mereka cukup berarti bila dibandingkan dengan nilai pembiayaan yang dipergunakannya atau tidak. Demikian juga pada perusahaan perusahaan yang pendapatannya relatif kecil, biasanya kegiatankegiatan diskresioner ini dapat dikendalikan secara ketat. Berlainan dengan keadaan pada perusahaan yang besar besar, situasinya tidak memungkinkan para manajer senior untuk dapat mengetahui, terlebihlebih untuk mengadakan pengamatan atas seluruh kegiatan yang dilakukan oleh para stafnya; pada perusahaanperusahaan yang sedang banyak untung, biasanya terdapat dorongan untuk selalu menyetujui apapun permintaanpermintaan rencana anggaran yang diajukan oleh para stafnya.
Tingkat kesulitan dari kedua masalah ini juga secara langsung berkaitan dengan tingkatan organisasi dari kegiatan staf. Sebagai contoh, pada tingkatan pelaksana pabrik, secara umum kegiatan staf administrasi diawasi secara ketat langsung oleh manajer pabriknya yang secara pribadi juga memahami betul segala kegiatan yang mereka lakukan tersebut. Umumnya pada tingkat operasional ini hanya sedikit sekali kegiatankegiatan diskresioner yang harus mereka laksanakan. Sedangkan pada tingkat divisional, kegiatankegiatan diskresioner ini akan didapatkan lebih banyak dibandingkan dengan pada tingkatan pelaksana di pabrik, akan tetapi bila kita bandingkan dengan tingkat pusat (corporate), maka kegiatankegiatan diskresioner pada tingkat divisional akan menjadi lebih sedikit. Secara umum jenisjenis kegiatan staf pada tingkat pelaksana di pabrik akan lebih terikat dengan sasaran organisasinya. Kebanyakan pusatpusat pembiayaan diskresioner terdapat pada tingkat yang paling tinggi (misalnya: Fungsi hubungan masyarakat).
Perumusan Anggaran
Perumusan anggaran .untuk pusat kegiatan administratif seringkali mengandung komponenkomponen sebagai berikut:
1. Suatu bagian yang menjelaskan tentang biayabiaya pokok dari departemen. Dalam hal ini termasuk biayabiaya yang diperlukan untuk ’’menjalankan usahanya”
ditambah dengan biayabiaya seluruh kegiatan yang memang "harus” dilaksanakan
di mana untuk halhal seperti itu tidak diperlukan pengarahanpengarahan ataupun keputusan dari pihak manajemen puncak.
2. Suatu bagian lain yang mencakup kegiatankegiatan diskresioner dari departemen tersebut. Di dalamnya termasuk kegiatankegiatan dalam perumusan sasaran dan perkiraan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan setiap aktivitas tersebut. Maksud utama dari penjelasan bagian ini kepada pihak manajemen ialah untuk menyediakan informasi yang memadai sehingga memungkinkan pihak manajemen untuk dapat menetapkan tingkat pembiayaan yang efektif. Misalnya pihak manajemen bisa saja memutuskan bahwa untuk beberapa macam aktivitas tampaknya nilai pembiayaannya kurang sesuai. Kemudian manajer senior dalam hal ini dapat memutuskan seberapa luas dari aktivitas aktivitas tersebut yang dapat dilaksanakan.
Pada beberapa perusahaan biasanya juga disertakan bagian lain, yaitu bagian yang menjelaskan aktivitasaktivitas mana secara terperinci yang akan dipotong ataupun dihilangkan apabila anggaran tersebut dikurangi sebesar 5% atau 10%, demikian pula pada seksi ini akan dijelaskan pula aktivitasaktivitas yang mana yang akan ditingkatkan ataupun dimulai apabila anggaran mereka itu dinaikkan sebesar 5% atau 10%. Akan tetapi umumnya kebanyakan perusahaan tidak memerlukan perkiraan perkiraan sejauh itu, mereka lebih mengutamakan agar setiap manajer departemen dapat memusatkan perhatian mereka untuk mempersiapkan anggaran yang paling cocok untuk macammacam kegiatan yang akan mereka laksanakan.
Pengukuran Prestasi Kerja
Untuk memenuhi hal ini biasanya dipersiapkan laporan realisasi bulanan yang akan dibandingkan dengan nilai yang dianggarkan. Seperti yang telah kita bahas di
bagian atas, laporan ini tidak dimaksudkan untuk mengukur efisiensi kerja mereka, akan tetapi lebih ditujukan kepada usaha menyediakan informasi yang dapat membantu pihak manajemen untuk dapat menduga sedini mungkin apakah ada perkiraan pembiayaan yang kurang atau akan melampaui anggaran. Sehubungan dengan masalah ini ada kesulitan kesulitan teknis akuntansi yang terkait dengan masalah tersebut. Biasanya pencatatan biaya nyata dilakukan secara terperinci seperti halnya pencatatan untuk kegiatankegiatan yang akan dilaporkan. Maksud laporan yang terperinci ini adalah agar para manajer dari bagianbagian administrasi ini dapat mengendalikan biaya yang mereka pergunakan. Para manajemen puncak biasanya hanya memerlukan ringkasan laporan dari setiap departemen.
Pertimbangan Manajemen
Permasalahan yang dihadapi pihak manajemen ialah bahwa sistem pengendalian manajemen macam apapun yang kita pilih, dalam situasi yang terbaik sekalipun, ternyata kita tidak akan dapat berbuat banyak untuk bisa menentukan tingkat pembiayaan yang optimum. Sebagai konsekuensinya maka setiap keputusan tersebut pada umumnya selalu didasarkan kepada pertimbanganpertimbangan para pimpinan puncaknya. Biasanya pengambilan keputusan ini akan semakin sulit ditetapkan sejalan dengan semakin banyaknya tenaga staf yang terlibat dan semakin banyaknya tenaga spesialis yang dibutuhkan. Tidaklah mengherankan jika kita mendengar adanya puluhan staf yang terlibat di dalam kegiatan kantor pusat perusahaan. Mereka itu antara lain adalah tenagatenaga yang menangani bidang hukum, keuangan, akuntansi, bagian sistem dan riset operasi (system and operation research), perburuan, hubungan masyarakat, hubungan dengan pemerintahan, bagian personalia dan perencanaan staf. Dalam keadaan seperti ini dirut seringkali tidak mempunyai waktu yang cukup ataupun pengetahuan yang memadai selain sekedar melakukan pengendalian sekedarnya atas keseluruhan kegiatankegiatan mereka. Oleh karena itu tidaklah heran apabila pada perusahaanperusahaan besar kita menemukan jabatan Direktur Administrasi, yaitu suatu jabatan yang pada dasarnya membawahi seluruh kegiatan administratif yang ada di lingkungan perusahaan tersebut. Posisi ini dapat menjamin adanya perhatian yang memadai dari seorang pimpinan tertinggi sesuai dengan waktu ataupun kemampuan yang mencukupi yang dibutuhkan untuk usaha perencanaan dan mempersiapkan usahausaha pengendalian yang diperlukan untuk seluruh aktivitas staf perusahaan. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Masalah-masalah dalam usaha pengendalian
Usahausaha pengendalian biaya untuk kegiatankegiatan penelitian dan pengembangan dirasakan sangat sulit karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Keluaran sulit diukur secara kuantitatif. Perbedaannya dengan kegiatan kegiatan administratif adalah bahwa kegiatankegiatan yang ada dalam bagian penelitian dan pengembangan ini umumnya menghasilkan keluaran yang berada di antara sifat produk dan jasa (semitangible) yaitu dalam bentuk diketemukannya produkproduk baru, hak paten ataupun diketemukannya prosesproses baru. Oleh karena itu hubungan antara keluaran dengan masukanmasukannya sangat sulit untuk diukur ataupun diperkirakan. Suatu usaha penyelesaian secara sempurna dari satu ’’hasil ataupun keluaran” kegiatan kelompok penelitian dan pengembangan mungkin saja memerlukan beberapa tahun kerja, sehingga konsekuensinya jelas bahwa nilainilai masukan yang dituliskan di dalam suatu anggaran tahunan itu mungkin tidak dapat kita kaitkan dengan hasilnya. Meskipun seandainya hasil keluarannya itu dapat
diidentifikasi secara nyata, biasanya upaya perkiraan tentang nilai dari temuan baru akan sukar ditentukan secara tepat. Selanjutnya walaupun nilai hasil temuan dapat diperhitungkan misalnya, biasanya akan sangat sukar bagi pihak manajemen untuk dapat menilai tingkat efisiensi aktivitas bagian penelitian dan pengembangan tersebut, hal ini terutama disebabkan oleh sifat teknisnya yang khas. Usaha penalaran hubungan antara masukan dan keluaran dalam kegiatan seperti ini seringkali tidak dapat dilacak dengan baik. Usaha yang serius mungkin saja akan berjalan dengan seret karena timbulnya halanganhalangan yang tidak terbayangkan sebelumnya, sebaliknya suatu usaha penelitian yang dilakukan secara biasabiasa saja mungkin secara kebetulan akan berakhir dengan hasil penemuan yang luar biasa.
2. Kesulitan mengenai kurangnya keterpaduan sasaran di dalam kegiatan penelitian dan pengembangan ini hampir sama dengan kesulitan yang kita alami dalam pusatpusat kegiatan administratif. Para manajer riset umumnya mempunyai tipetipe yang sama, yaitu mereka selalu berkeinginan untuk membangun organisasi pengendalian yang paling istimewa, meskipun mungkin hal ini terlampau mahal dan tidak akan dapat dipenuhi oleh perusahaan. Permasalahan selanjutnya adalah bahwa kebanyakan para peneliti tidak memiliki pengetahuan yang cukup (ataupun perhatian) tentang segala hal mengenai kegiatan perusahaan sehingga mereka dapat memperkirakan sendiri baik mengenai arah ataupun tingkat biaya optimum yang mana yang harus mereka pilih dalam rangka menjalankan segala ke giatan penelitian.
3. Kegiatan dalam bidang penelitian dan pengembangan jarang sekali dapat dikendalikan secara efektif atas dasar perhitungan tahun anggaran. Suatu proyek penelitian memerlukan waktu bertahuntahun untuk men dapatkan hasilnya, dan perusahaan terpaksa harus tumbuh secara lambat sejalan dengan penelitian. Biaya yang paling pokok di sini adalah untuk tenaga kerja. Tenaga ahli peneliti biasanya sulit dicari, demikian juga apabila sudah ada orang yang melakukan suatu penelitian, mereka akan sangat sukar untuk diganti, karena biasanya hanya dialah yang mengetahui segala sesuatu tentang informasi proyek tersebut. Oleh karena itu sangat tidak efisien untuk menggantiganti tenaga kerja dalam periode yang relatif pendek. Oleh karena itu tidaklah bijaksana apabila kita mengurangi anggaran penelitian pada saatsaat di mana penghasilan perusahaan menurun, untuk kemudian kita tingkatkan kembali anggaran penelitian tersebut apabila penerimaan penghasilan perusahaan meningkat. Dalam hal ini usaha penelitian dan pengembangan harus kita lihat sebagai suatu usaha investasi jangka panjang, bukan sebagai suatu kegiatan yang harus kita sesuaikan dengan naik turunnya keuntungan perusahaan dalam jangka pendek.
Ancangan (pendekatan) untuk Usaha Pengendalian
Sehubungan dengan kegiatankegiatan usaha penelitian dan pengembangan ini manajemen harus membuat tiga keputusan penting sebagai berikut:
1. Membuat keputusan mengenai jumlah dana serta waktu pengalokasiannya sebagai suatu komitment terhadap kegiatankegiatan bagian penelitian dan pengembangan.
2. Memutuskan arah dari kegiatankegiatan bagian penelitian dan pengembangan. 3. Mengadakan evaluasi terhadap efektivitas kegiatankegiatan bagian penelitian
dan pengembangan tersebut.
Hanya keputusan yang pertama saja yang berhubungan dengan tahun kalender, dan untuk selanjutnya hal tersebut baru dapat kita bicarakan apabila program tahunan tersebut kita pandang sebagai salah satu bagian dari suatu perencanaan yang lebih panjang; anggaran tahunan di sini tidak dapat kita pakai sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan keputusan keputusan ini.
Komitmen Keuangan (Financial Commitment)
Pengambilan keputusan keuangan biasanya harus melibatkan pihak manajemen senior, oleh karena jumlah uang/dana yang terlibat biasanya berjumlah sangat besar untuk jangka waktu beberapa tahun. Program program seperti ini sudah barang tentu harus diperiksa secara periodis dan perlu juga diadakan perubahanperubahan bila memungkinkan. Salah satu kelebihan dari program jangka panjang ini ialah bahwa
perubahan tersebut akan dilakukan untuk keseluruhan rencana dan tentunya dampak
keseluruhan dari perubahan ini akan dapat dipelajari. Apabila anggaran untuk kegiatan penelitian dan pengembangan disetujui atas dasar perhitungan tahunan, akan sangat sulit untuk mengadakan perubahan oleh karena dampak dari perubahanperubahan tersebug tidak terbatas untuk waktu satu tahun.
Usaha program perencanaan jangka panjang dapat kita gunakan untuk dua tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai patokan untuk menyetujui proyek khusus.4
2. Sebagai patokan untuk menyetujui anggaran tahunan.
Proyek-proyek khusus
Kecuali pada keadaankeadaan yang amat luar biasa, manajemen puncak harus memutuskan tipe penelitian apa yang harus dilaksanakan. Biasanya keputusan keputusan seperti ini dilakukan oleh suatu komite riset yang mempelajari dan menyetujui proyekproyek tunggal (ataupun kelompok dari proyek) sebelum proyek proyek tersebut dikerjakan oleh para staf riset. Komite riset ini biasanya terdiri dari Presiden Direktur ataupun Direktur Eksekutif, Direktur Riset, Direktur Pemasaran di tambah dengan para eksekutif lainnya yang mungkin akan dapat memanfaatkan hasil daripada usahausaha penelitian tersebut. Komite riset ini sama sekali tidak berkepentingan dengan ketersediaan dana untuk setiap saat di mana mereka telah menyetujui suatu proyek yang spesifik. Kepentingan mereka hanyalah terbatas kepada penggunaan dana, apakah dana itu dipakai untuk proyekproyek yang sudah disetujui atau bukan. Apabila jumlah proyekproyek khusus ini terusmenerus meningkat hingga suatu jumlah tertentu di mana dikhawatirkan bahwa perencanaan jangka panjang tidak akan dapat menyediakan dana yang mencukupi, maka perencanaan tersebut perlu dikaji ulang.
Usahausaha pengendalian manajemen yang lebih spesifik untuk proyek proyek khusus akan kita bahas secara lebih terperinci pada bagian bab ke 17.
Anggaran Tahunan (Annual Budgets)
Apabila perusahaan sudah mengembangkan suatu perencanaan jangka panjang dalam bidang penelitian dan pengembangan, khususnya penyusunan program pembiayaan jangka panjangnya, serta telah mulai melaksanakan program tersebut melalui prosedur yang seharusnya, maka usaha mempersiapkan suatu anggaran biaya tahunan untuk bagian ini hanyalah merupakan usaha yang sangat sederhana. Anggaran tahunan sesungguhnya hanyalah merupakan penyusunan jadwal pembiayaan dari biayabiaya yang sudah diperkirakan sebelumnya pada periode anggaran. Apabila anggaran tahunan ini sejalan dengan perencanaan jangka panjang dan proyekproyek yang sudah disetujui (sesuai dengan seharusnya) maka urusan persetujuan anggaran
4Proyekproyek khusus adalah merupakan suatu proyek spesifik yang mempunyai waktu penyelesaian ataupun hasil akhir yang tertentu. Dalam hal ini bisa terdapat bermacammacam variasi tentang macam dan besarnya tugas yang mungkin terlibat dalam proyekproyek seperti ini. Untuk kepentingan kita bersama proyek khusus tersebut dapat kita anggap sebagai suatu jenis pekerjaan yang harus kita kerjakan.
sudah merupakan suatu hal yang rutin, dalam hal ini fungsi pokoknya ialah membantu mengatur pengeluaran uang tunai dan sebagai patokan untuk proses perencanaan perencanaan lainnya. Masalah penyiapan anggaran ini juga memungkinkan pihak manajemen untuk melihat kegiatan penelitian dan pengembangan ini dari sisi yang lain, misalnya saja dengaji menerapkan pertanyaan: ’’Apakah ini cara yang terbaik untuk memanfaatkan sumber daya perusahaan untuk tahun depan?” Anggaran tahunan di sini juga berguna untuk memastikan bahwa realisasinya tidak akan melampaui jumlah yang sudah dianggarkan tanpa mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari manajemen. Perubahanperubahan yang cukup berarti dari anggaran yang telah ditetapkan harus disetujui terlebih dahulu oleh manajemen sebelum dilaksanakan.
Pengukuran Prestasi Kerja
Setiap bulan, atau setiap kuartal sekali, pengeluaran realisasi biaya dari keseluruhan pusatpusat kegiatan dan proyekproyek kita bandingkan dengan anggaran masingmasing. Dari hasilhasil perbandingan ini dibuatkan ringkasan sebagai bahan analisis untuk tingkat manajemen yang lebih tinggi. Tujuan dari sistem pelaporan ini adalah untuk membantu para manajer dari setiap pusat kegiatan untuk dapat merencanakan pola pembiayaan mereka dengan lebih baik. Untuk. tingkat pimpinan yang lebih tinggi ini dapat dipakai untuk memastikan bahwa pengeluaran biaya sesuai dengan rencana yang telah dianggarkan.
Pada kebanyakan organisasi ada dua tipe pelaporan yang sering dipergunakan. Tipe laporan yang pertama adalah dengan cara membandingkan ramalan terakhir dari total pembiayaan yang akan dikeluarkan terhadap rencana biaya proyek yang telah disetujui untuk setiap proyek yang berjalan. Laporan ini diberikan kepada para esekutif yang memberikan persetujuan terhadap proyekproyek tersebut. Tujuan pokok dari laporan ini adalah untuk membantu para eksekutif mempertimbangkan apakah ada perubahanperubahan yang harus dilakukan untuk proyekproyek yang sudah disetujui. Tipe laporan yang kedua yaitu laporan khusus tentang realisasi biaya yang dikeluarkan dengan rencana yang telah dianggarkan. Hal ini akan dapat membantu para manajer pusatpusat kegiatan tersebut untuk mengatur pola pembiayaan unit mereka itu lebih baik lagi dan menjamin agar mereka tidak melebihi persetujuan yang telah ditetapkan. Dari kedua sistem pelaporan tersebut jelas tidak ada satupun sistem pelaporan yang dapat memberikan keterangan tentang seberapa jauh tingkat efisiensi dan efektivitas dari bagian penelitian dan pengembangan.
Selain informasi tentang masalah keuangan ini, para eksekutif juga bertanggungjawab untuk memberikan persetujuan ataupun melakukan penyesuaian terhadap proyekproyek dengan tambahan informasi lain, seperti keterangan terperinci tentang kesulitankesulitan ataupun keberhasilan dari suatu pengembangan teknis, suatu pembahasan dari keberhasilan penyelesaian suatu proyek tertentu ataupun laporan hasil uji lapangan dari suatu percobaan dan lainlain.
Cara penilaian terhadap kegiatan para staf peneliti dilakukan dengan menggunakan cara pembuatan laporan terperinci secara periodis tentang hasilhasil penelitian yang telah diselesaikan dalam tahuntahun yang lalu. Hal ini terutama akan bermanfaat bila hasilhasil tersebut kita bandingkan dengan hasilhasil penelitian yang telah dicapai oleh para pesaing kita. Teknik lain yang mungkin dapat kita gunakan untuk menilai efisiensi dan efektivitas kerja staf peneliti ialah dengan cara meminta bantuan tenaga para konsultan untuk mengadakan semacam usaha evaluasi. Salah satu indikasi tentang efisiensi kerja mereka dapat kita gali dari perbandingan jumlah biaya
yang digunakan dan jumlah tenaga yang dipekerjakan dengan nilai ratarata industri apabila informasi seperti ini memang tersedia. Akan tetapi cara penilaian semacam ini hanya dapat membantu para manajer dengan penilaian yang subyektif. Untuk analisis akhir, para pucuk pimpinan harus yakin bahwa penilaian kegiatan pusat penelitian dan pengembangan memang telah diteliti secara seksama dalam waktu dan tingkat pemahaman yang diperlukan sehingga hasilnya nanti memang dapat dipertanggung jawabkan.
Pertimbangan Manajemen
1. Apabila perusahaan sangat tergantung kepada hasilhasil penelitian untuk produkproduknya di masa datang (seperti yang terdapat pada kebanyakan perusahaan), maka sangat penting untuk menentukan seberapa besar dana yang harus dialokasikan untuk kegiatan penelitian tersebut. Di samping itu harus diketahui secara pasti bahwa dana tersebut memang dipergunakan untuk kegiatankegiatan yang tepat, dan usahausaha penelitian ini didukung oleh para staf yang memiliki pengetahuan dan kompetensi yang tinggi dalam bidangnya masingmasing. Kegunaan informasi yang didapatkan dari sistem laporan keuangan ini terbatas sekali sifatnya untuk memastikan bahwa keputusankeputusan yang diambil dalam masalah ini tepat atau tidak.
2. Pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan ini dapat kita samakan dengan suatu usaha investasi modal. Oleh karena itu tidaklah bijaksana apabila kita mempergunakan anggaran tahunan sebagai sarana untuk bahan pertimbangan dalam membuat keputusankeputusan yang berkaitan dengan aktivitas pokok bagian tersebut. Keputusankeputusan yang harus ditetapkan untuk masalahmasalah ini harus dipertimbangkan tanpa dipengaruhi oleh batasanbatasan waktu yang tersirat dalam rencana anggaran tahunan. Akan tetapi sudah barang tentu bahwa akibat dari keputusankeputusan ini, terutama dalam hal waktu penggunaan biaya, akan dapat kita gabungkan ke dalam anggaran tahunan.
3. Pengendalian biaya penelitian dan pengembangan dilakukan dalam satuan proyek. Oleh karena itu bagian pembukuan perusahaan diharapkan dapat bertanggungjawab untuk menjaga catatan biaya aktual per proyek serta dapat mempresentasikan hasilhasilnya setiap saat. Sedangkan proyeksi mengenai total pembiayaan per proyek harus dilakukan para staf peneliti itu sendiri.
4. Pengaruh dari kemungkinan terjadinya suatu kesalahan, baik berupa kesalahan penilitian dalam penetapan besarnya jumlah dana ataupun kesalahan di dalam pengarahan penggunaan dana itu sendiri akan terasa lebih besar di sini apabila dibandingkan dengan kemungkinan kesalahan serupa dalam kegiatankegiatan administrasi. Dalam hal ini mungkin sekali kita memerlukan waktu yang lebih panjang untuk mengadakan usaha perbaikan kesalahan yang telah terjadi dalam kegiatan bidang penelitian dan pengembangan, demikian pula pengaruhnya terhadap penerimaan laba oleh perusahaan akan terasa lebih besar, walaupun kesalahankesalahan seperti itu dapat diperbaiki secepatnya.
Masalah yang telah diuraikan pada bagian ini lebih sesuai dengan bidangbidang penelitian daripada terhadap bidang pengembangan. Biasanya semakin dekat suatu usaha proyek pengembangan dengan suatu tahapan produksi, maka kegiatankegiatan tersebut akan semakin praktis pula untuk diterapkan, paling tidak untuk beberapa hal tertentu caracara pendekatan dalam rekayasa industri (industrial engineering) akan dapat kita pakai untuk mengukur tingkat efisiensi dari aktivitasaktivitas tersebut.