Materialitas dan Konsep Materialitas dalam Audit
Yusentius B Februno Dabinti(2015017048) Kelas 3A2 Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Materialitas dan Konsep Materialitas dalam Audit
Definisi Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai:“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.”[1]
Konsep Materialitas
Dari definisi materialitas di atas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan baik (1) Kedaan yang berkaitan dengan entitas dan
(2) Kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditing.
Sebagai contoh, suatu jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu juga, kemungkinan terjadi perubahan materialitas dalam laporan keuangan dalam entitas tertentu dari periode akuntansi yang satu ke perode akuntansi yang lain. Oleh karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja harus lebih rendah bagi perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1. Dalam mempertimbangkan kebutuhan informasi pemakai informasi keuangan, semestinya harus dianggap, sebagai contoh, bahwa pemakai informasi keuangan adalah para investor yang perlu mendapatkan informasi memadai sebagai dasar untuk pengambilan keputusan mereka.[2]
diharuskan untuk memberikan jaminan mengenai keakuratan laporan keuangan auditan, hal ini tidak mungkin dilakukan, karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan. Di samping itu, tidaklah mungkin seseorang menyatakan keakuratan laporan keuangan (yang berarti ketepatan semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan), mengingat bahwa laporan keuangan sendiri berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan tersebut tidak tepat atau akurat seratus persen.[3]
Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan kekayakinan berikut ini:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi. 2. Auditor dapat memberikan kekayakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. 3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat ( atau memberikan informasi dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.