• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI-TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (TEORI PSIKOANALISIS DAN KOGNITIF)

Disusun Oleh : Fajar Rifki Fauzan Fiqram Iqra Pradana

Hari Nugraha Ira Nuryani Fazriati

Irni Suandari

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaniirrahim

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan makalah Psikologi Perkembangan yang berjudul “Teori Psikologi Perkembangan (Psikoanalitis dan Kognitif)” InsyaAllah di beri kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan dan yang terpenting dari itu semoga isi dari makalah ini memuat kebenaran sehingga kita sebagai kaum intelektual muslim dapat semakin bijak menghadapi kehidupan modern di zaman ini.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ini ke jalan yang benar.

Makalah ini merupakan salah satu bentuk pemenuhan tugas perkuliahan, mata kuliah Psikologi Perkembangan yang diampu oleh Drs. Muhtar Gojali, M.Ag. Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha ditulis dengan baik. Sejumlah sumber kami gunakan untuk membantu kami dalam memahami beberap teori psikologi perkembangan khususnya teori psikoanalisa dan kognitif.

Akhirnya, kami menunggu koreksi serta saran dari pembaca sebagai bentuk apresiasi, sekaligus motivasi kepada kami untuk terus mencari pengetahuan yang lebih. Karena melalui hal tersebut, kami mengharapkan akan muncul nilai-nilai kritis yang mampu membangun pola pikir yang baik dan benar untuk dijadikan alat dalam membangun diri khususnya maupun tatanan masyarakat pada umunya menjadi lebih baik.

Akhir kata kami mohon maaf dari segala kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Bandung, 09 November 2014

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kumpulan fakta yang diikat oleh suatu hukum tertentu akan menjadi pandangan yang berlaku umum kemudian disebut sebagai teori. Suatu teori harus memenuhi syarat-syarat formal (Miller,1989) yaitu:

1. Teori harus masuk akal (logis); didalamnya konsisten artinya tidak ada pernyataan-pernyataan yang saliong bertentangan.

2. Teori secara empiris harus masuk akal; artinya tidak ada pengamatan ilmiah yang saling berlawanan.

3. Teori harus diuji dan bersifat hemat; artinya sedapat mungkin terdiri dari beberapa konstruk, proposisi.

4. Teori harus mempunyai cakupan ilmu yang cukup luas dan mampu mengintegrasikan peneliti terdahulu.

Sebuah teori merupakan kumpulan ide yang logis dan saling berhubungan yang membantu memberi penjelasan dan membuat prediksi1.

Sebagai salah satu bidang dari psikologi dan sebagai ilmu, psikologi perkembangan memiliki teori-teori yang ada sampai sekarang dan dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk memahami perubahan tingkah laku manusia sesuai dengan perubahan waktu atau zaman.

B. RUMUSAN MASALAH

(4)

1. Apa yang dimaksud dengan teori dan perkembangan?

2. Bagaimana teori psikoanalitis dalam psikologi perkembangan? 3. Bagaimana teori kognitif dalam psikologi perkembangan?

C. TUJUAN

Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun tujuannya yakni sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian perkembangan dalam psikologi

2. Mengetahui teori psikoanalisis dalam psikologi perkembangan 3. Mengetahui teori kognitif dalam psikologi perkembangan 4. sebagai bahan kajian diskusi

(5)

A. PENGERTIAN TEORI DAN PERKEMBANGAN

Teori dapat diartikan sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tentang kenyataan tersebut2.

Teori juga dapat diartikan sebagai (a) sekumpulan atau aeperangkat asumsi (dugaan, perkiraan, atau anggapan) yang relevan, dan secara sistematis saling berkaitan; (b) hipotesis atau spekulasi tentang kenyataan, dan (c) sekumpulan asumsi tentang keterkaitan antara peristiwa-peristiwa empiris (fenomena)3.

Dalam ilmu pengetahuan (science), teori memegang peranan yang sangat penting, karena merupakan dasar atau landasan dari ilmu pengetahuan tersebut. Teori merupakan spekulasi, yaitu sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. Teori yang sudah terbukti kebenarannya dinamakan fakta (hasil observasi atau verifikasi tentang dunia empiris).

Teori berfungsi sebagai berikut: (a) mengarahkan perhatian, atau arah penelitian, dalam arti membantu penentuan fakta-fakta mana yang relevan bagi satu penelitian, (b) merangkum pengetahuan dalam bentuk generalisasi, atau prinsip-prinsi, sehingga dapat memfasilitasi (mempermudah) pemahaman tentang fenomena yang kompleks, dan (c) memprediksi atau meramalakan fakta, peristiwa yang akan datang dengan mempelajari kondisi atau fenomena yang berkaitan. Sementara fakta berfungsi untuk (a) menolak teori yang ada, (b) melahirkan teori baru, dan (c) mempertajam atau memperhalus rumusan teori yang telah ada.

Stefflre dan Matheny mengemukakan bahwa teori itu mempunyai ciri-ciri: (a) jalas, dapat dipahami, (b) komprehensif, dapat menjelaskan banyak fenomena yang berkaitan, (c) eksplisit, faktanya dapat diuji/dites, (d) persimoni, dapat menjelaskan data secara sederhana, dan € dapat menghasilkan penelitian lanjutan yang berguna.melalui

Apa sebenarnya pengertian perkembangan itu? Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam pengertian biasa memang hampir sama. Keduanya dapat diartikan adanya perubahan dari keadaan sesuatu kekeadaan yang lain. Namun pada istilah pertumbuhan

2 Prof.Dr.Syamsu Yusuf LN,M.Pd & Prof.Dr.A.Juantika Nurihsan,M.Pd, Teori kepribadian (C.George Boeree,2005:1).

(6)

dititik beratkan pada perubahan fisik, sedangkan istilah perkembangan digunakan kalau lebih menekankan pada perubahan psikis.

Sebagaimana Monks dkk. menuliskan istilah pertumbuhan khusus dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala psikologik yang nampak4. Dan tidak dapat disangkal bahwasannya pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis, karena keduanya memang tidak dapat dipisahkan.

Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat perbedaan di dalam memahami apa yang termasuk dalam perkembangan dan mengenai cara perkembangan berlangsung. Namun terdapat beberapa prinsip umum yang didukung hampir semua ahli, yaitu :

a. Manusia berkembang dalam tingkat yang berbeda

Dalam kelas anda akan memiliki seluruh benangan contoh mengenai tingkat perkembangan yang berbeda. Beberapa siswa akan lebih besar, terkoordinasi lebih baik, atau lebih dewasa dibannding dengan yabg lainnya.

b. Perkembangan relatif runtut

Orang cenderung mengembangkan kemampuan tertentu sebelum kemampuan yang lain. c. Perkembangan berjalan secara gradual

Sangat jarang perubahan terjadi setiap hari. Jadi di dalam perkembangan manusia membutuhkan waktu, dan perkembangan itu berjalan relatif sangat lambat dan tidak setiap hari berlangsung5.

B. TEORI PSIKOANALISIS

Menurut teori psikoanalisis (psychoanalytic theory), proses perkembangan terutama berlangsung secara tidak disadari atau unconscious (di luar kesadaran) dan sangat diwarnai oleh emosi. Para ahli teori psikoanalisis menekankan bahwa perilaku hanyalah merupakan karakteristik dipermukaan. Pemahaman sepenuhnya mengenai perkembangan hanya dapat dicapai melalui analisis terhadap makna-makna simbolis dari perilaku serta menelaah pikiran yang lebih dalam. Ahli teori psikoanalisis juga menekankan bahwa pengalaman di masa awal

4 Tim Penulis Buku Psikologis Pendidikan, Psikologi Pendidikan. Hal 22-23

(7)

dengan orang tua memiliki pengaruh yang luas terhadap perkembangan. Karakteristik-karakteristik ini disoroti dalam teori psikoanalisis utama, yaitu oleh Sigmund Freud6.

1. Teori Freud

Freud (1856-1939) mengembangkan teori psikoanalisisnya berdasarkan pengalamannya dalam menangani kehidupan mental pasien-pasiennya. Sebagai seorang dokter yang mengambil spesialis di bidang neurologi, Freud meluangkan sebagian besar masa hidupnya di Wina. Menjelang akhir karirnya, Freud pindah ke London untuk melarikan diri dari rezim Nazi yang anti-Yahudi.

a. Struktur kepribadian

Freud (1917) menyatakan bahwa kepribadian memiliki tiga struktur, yaitu: id, ego dan superego. Id terdiri dari insting, yang merupakan persendian energy psikis individu. Dalam pandangan Freud, id sepenuhnya tidak disadari; id tidak memiliki kontak dengan realitas. Ketika anak-anak mengalami berbagai tuntutan dan pembatasan realitas, muncul sebuah struktur baru dari kepribadian ego, yang menangani tuntutan realitas. Ego disebut juga “cabang eksekutif” dari kepribadian karena ego membuat keputusan rasional.

Id dan ego tidak mempertimbangkan moralitas, keduanya tidak mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego sering kali kita juluki sebagai “hati nurani”. Anda mungkin mulai merasakan bahwa id dan superego membuat kehidupan menjadi lebih sukar bagi ego. Ego anda mungkin berkata, “saya hanya kadang-kadang melakukan hubungan seks dan disertai dengan upaya pencegahan kehamilan karena saya tidak ingin memiliki seorang anak yang dapat mengganggu perkembangan karir saya.” Meskipun demikian, id anda mengatakan, “saya ingin dipuaskan; seks itu menyenangkan.” Superego anda juga mengatakan, “saya merasa bersalah apanila melakukan hubungan seks.”

Menurut Freud kepribadian dapat diumpamakan sebagai sebuah gunung es. Sebagian besar kepribadian kita terletak di bawah tingkat kesadaran kita, seperti halnya sebagian besar dari sebuah gunung es itu terletak di bawah permukaan air.

b. Tahap-tahap Perkembangan

Ketika Freud mendengarkan, menggali dan menganalisis pasien-pasiennya, ia menjadi yakin bahwa masalah mereka bersumber dari pengalaman-pengalaman di masa awal kehidupan. Menurut Freud, manusia akan melalui lima tahap perkembangan psikoseksual dan di setiap tahap perkembangan individu memperoleh kenikmatan di suatu bagian tubuh tertentu.

(8)

Tahap oral (oral stage). Tahap oral adalah tahap perkembangan Freudian yang

pertama, yang berlangsung selama 18 bulan pertama dari kehidupan, dimana kenikmatan bayi dipusatkan di daerah mulut. Mengunyah, mengisap, dan menggigit menjadi sumber kepuasan yang utama. Aksi-aksi ini dapat meredakan ketegangan pada bayi.

Tahap anal (anal stage). Tahap anal adalah tahap perkembangan Freudian yang

kedua, yang berlangsung antara usia 1 setengah tahun hingga 3 tahun, di mana kenikmatan terbesar diperoleh anak di daerah anus atau di fungsi pengeluaran yang terhubung dengan anus. Menurut Freud, latihan otot anal dapat meredakan ketenangan.

Tahap falik (Phallic stage). Tahap falik adalah tahap perkembangan Freudian yang

ketiga, yang berlangsung antara usia 3 tahun hingga 6 tahun; nama tersebut berasal dari kata Latin Phallus, yang berarti “penis.” Selama tahap falik, kenikmatan dipusatkan di daerah genital, di mana ini terjadi ketika anak menemukan bahwa manipulasi diri itu menyenangkan.

menurut Freud, secara khusus tahap falik adalah tahap perkembangan kepribadian karena di periode inilah muncul kompleks Oedipus. Nama ini berasal dari mitologi Yunani, di mana Oedipus, anak laki-laki dari Raja Thebes, tanpa disengaja membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Meurut teori Freud, kompleks Oedipus

(Oedipus complex) adalah hasrat yang kuat dari seorang anak kecil untuk menggantikan kedudukan orang tua yang berjenis kelamin sama dan menikmati afeksi yang diperoleh dari orang tua yang berjenis kelamin berbeda. Konsep Freud mengenai kompleks Oedipus ini dikritik oleh sejumlah psikoanalisis dan penulis. Bagaimana kompleks Oedipus ini diselesaikan? Sekitar usia 5 hingga 6 tahun, anak-anak mengetahui bahwa orang tua mereka yang berjenis kelamin sama itu menghukumnya karena memiliki harapan inses. Untuk meredakan konflik antara ketakutan dan hasrat, anak beridentifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin sama dan berjuan agar dapat menyeru[ainya. Menurut Freud, apabila konflik ini tidak terselesaikan, individu akan terfiksasi pada tahap falik.

(9)

menekan semua minat dalam hal seksualitas serta mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual.aktivitas ini dapat menyalurkan sebagian besar energy anak ke dalam bidang-bidang kehidupan emosional yang aman dan dapat membantu anak untuk melupakan konflik yang sangat mengganggu di tahap falik.

Tahap genital (genital stage). Tahap genital adalah tahap perkembangan Freudian yang kelima dan terkahir, yang berlansung sejak masa remaja hingga ke masa selanjutnya. Tahap genital adalah masa dari kebangkitan seksual; kini sumber kenikmatan seksual terletak di luar keluarga. Menurut Freud, konflik-konflik dengan orang tua yang tidak terselesaikan akan muncul kembali di masa remaja. Apabila konflik-konflik ini terselesaikan, individu akan mampu mengembangkan relasi cinta yang matang dan berfungsi secara mandiri sebagai seorang dewasa. c. Revisi terhadap teori Freud

teori Freud telah mengalami revisi yang penting dari sejumlah ahli teori psikoanalisis. Dibandingkan dengan Freud, sebagian besar ahli teori psikoanalisis kontenporer kurang menekankan peranan insting seksual namun lebih menekankan pada pengalaman budaya sebagai determina-determinan dari perkembangan. Meskipun pikiran-pikiran yang tidak disadari masih merupakan suatu tema yang sentral, sebagian besar psikoanalisis kontenporer menyatakan bahwa pikiran yang disadari memainkan peranan yang lebih besar dibandingkan yang digambarkan oleh Freud. Kaum feminis juga mengajukan kritik terhadap teori Freud. Selanjutnya, kita akan menguraikan gagasan –gagasan dari tokoh yang merevisi gagasan-gagasan Freud yaitu Erik Erikson.

2. Teori Erikson

(10)

Dalam teori Erikson, delapan tahap perkembangan berkembang sepanjang kehidupan. Tiap tahap terdiri dari tugas perkembangan yang unik yang menghadapkan seseorang pada suatu krisis yang harus dipecahkan menurut Erikson, krisis ini bukanlah musibah melainkan titik balik meningkatnya kelemahan dan kemampuan. Semakin berhasil seseorang menyelesaikan krisis yang dihadapi, akan semakin sehat perkembangannya. Berikut delapan tahap perkembangan menurut Erikson:

1. Kepercayaan versus ketidakpercayaan (trust versus mistrust) adalah tahap psikososial Erikson yang pertama, yang dialami pada tahun pertama kehidupan. Rasa percaya melibatkan rasa nyaman secara fisik dan tidak ada rasa takut atau kecemasan akan masa depan. Rasa percaa yang dirasakan bayi akan menjadi fondasi kepercayaan sepanjang hidup bahwa dunia kan menjadi tempat yang abik dan menyenangkan untuk ditinggali. 2. otonomi versus malu dan ragu-ragu (autonomy versus doubt and shame) adalah tahap

perkembangan Erikson yang kedua. Tahap ini terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal (1-3 tahun). Setelah mendapatkan rasa percaya pengasuh, bayi mulai mengetahui bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan kemandirian mereka, atau disebut otonomi. Mereka menyadari keinginan mereka. Jika anak terlalu dibatasi atau dihukum dengan keras, mereka mungkin akan memunculkan rasa malu atau ragu-ragu.

3. inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt), tahap perkembangan Erikson yang ketiga, terjadi selam tahun prasekolah. Begitu anak prasekolah memasuki duia sosial yang lebih luas, mereka menghadapi lebih banyak tantangan daripada ketika mereka bayi. Perilaku aktif dan bertujuan diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. Anak diminta untuk memikirkan tanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Mengembangkan rasa tanggung jawab meningkatkan inisiatif. Meskipun demikian, rasa bersalah yang tidak nyaman dapat muncul, jika anak tidak bertanggung jawab dan dibuat merasa sangat cemas. Erikson memiliki pandangan positif terhadap tahap ini. Ia percaya bahwa sebagian besar rasa bersalah dengan cepat digantikan oleh rasa ingin berprestasi.

(11)

kanak-kanak tengah dan akhir, mereka mengarahkan energy mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Di waktu yang sama pula anak menjadi lebih antusias mengenai belajar dibandingkan dengan akhir periode kanak-kanak awal yang penuh imajinasi. Kemungkinana lain dalam tahun sekolah dasar adalah bahwa anak dapat memunculkan rasa inferior merasa tidak kompeten dan tidak produktif. Erikson percaya bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan keaktifan anak. Guru harus “dengan lembut tetapi tegas mengajak anak ke dalam petualangan menemukan bahwa seseorang dapat belajar mencapai sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya”

5. Identitas versus kebingungan identitas (identity versusu identity confusion) adalah tahap perkembangan Erikson yang kelima, yang dialami seseorang selam masa remaja. Pada masa ini, individu dihadapkan pada penemuan diri, tentang siapa diri mereka sebenarnya, dan kemana mereka akan melangakah dalam hidup ini. Remaja dihadapkan terhadap banyak peran baru dan status kedewasaan, pekerjaan dan cinta, misalnya. Orang tua perlu mengizinkan remaja untuk menjelajahi peran-peran tersebut dan jalan yang berbeda di setiap peran. Jika remaja menjelajahi peran tersebut dengan cara yang baik, dan sampai pada jalan positif akan tercapai. Jika suatu identitas dipaksakan pada remaja oleh orang tua, jika remaja tidak cukup menjelajahi banyak peran, dan jika masa depan yang positif belum jelas, maka terjadilah kebingungan identitas.

6. keintiman versus isolasi (intimacy versus isolation) merupakan tahap perkembangan Erikson yang keenam, yang dialami seseorang selama masa dewasa awal. pada masa ini, individu menghadapi tugas perkembangan yaitu membentuk hubungan akrab dengan orang lain. Erikson menggambarkan keintiman sebagai menemukan diri dan sekaligus kehilangan diri dalam diri orang lain. Jika para dewasa muda membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan akrab dengan orang lain, keintiman akan tercapai; jika tidak, akibatnya adalah isolasi diri.

(12)

8. Integritas versusu keputusasaan (integrity versusu despair) merupakan tahap perkembanagan delapan dan terakhir dai Erikson, yang dialami seseorang pada masa dewasa akhir. Dalam tahap ini, seseorang bercermin pada masa lalu dan menyimpulkan bahwa ia telah menjalani hidup dengan baik. Dengan banyak cara, orang berusia lanjut dapat mengembangkan pandangan positif pada tahap-tahap perkembangan sebelumnya.jadi demikan, kilasan retrospektifnya akan memunculkan gamabr kehidupan yang dimanfaatkan dengan baik, dan orang tersebut akan merasakan kepuasan, integritas dapat dicapai. Jika orang yang berusia lanjut membentuk setiap tahap perkembangan sebelumnya secara negatif, kilasan retrospektifnya akan memunculkan keraguan atau kegelapan, keputusasaan yang dimaksudkan oleh Erikson.

Erikson tidak percaya bahwa solusi yang baik bagi krisis tahapan seluruhnya selalu positif. Beberpa kontak tau komitmen dengan sisi negatif krisis tersebut kadang tidak dapat dihindari. Anda tidak dapat mempercayaisemua orang dibawah situasi apapun dan kemudian bertahan hidup, misalnya. Di sisi lain, dalam solusi sehat terhadap krisis tahapan, jawaban positif mendominasi. Kita akan mendiskusikan teori Erikson lagi dalam sejumlah kejadian pada bab tentang perkembanga sosial-emosi.

3. Evaluasi Teori-teori Psikoanalitis

Teori-teori psikoanalisis berfokus pada proses sosial-emosi dari perkembangan; teori tersebut memiliki sedikit informasi untuk diceritakan mengenai proses biologis atau kognitif.

Kontribusi teori psikoanalisis meliputi sebagai berikut:

 Teori tersebut menggarisbawahi peran pengalaman awal dalam perkembangan.

 Hubungan keluarga diteliti sebagai aspek pusat perkembangan.

 Teori psikoanalisis menggunakan pendekatan perkembangan pada kepribadian dan memberikan kerangka kerja perkembangan untuk memahaminya.

 Teori Freud mendukung ide bahwa pikiran tidak seluruhnya sadar dan mengarahkan perhatian pada aspek tidak sadar dari pikiran.

 Erikson menunjukkan bahwa perubahan terjadi di masa dewasa seperti juga di masa

(13)

Kritik bagi teori psikoanalisis adalah sebagai berikut :

 Konsep utama teori psikoanalisis sulit diuji secara ilmiah.

 Banyak data yang digunakan untuk mendukung teori psikoanalisis berasal dari rekonstruksi individu terhadap masa lalunya, kadang masa lalu yang telah lama sekali lewat, dan ketepatannya tidak diketahui.

 Dasar seksual bagi perkembangan dimaknai secara berlebihan (terutama dalam teori Freud)

 Pikiran tidak sadar memiliki status yang berlebihan dalam mempengaruhi perkembangan.

 Teori psikoanalisis (terutama teori Freud) memberikan citra negatif pada manusia.

 Teori psikoanalisis mengandung bias jender dan budaya. Sebagai contoh penekanan seksual mencirikan masyarakat Wina pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 (di mana Freud tinggal) dan hal ini mungkin memberi kontribusi terhadap penekanan berlebihan pada motivasi seksual dalam teorinya. Kritikus feminis menekankan bahwa Freud meremehkan pentingnya hubungan dan emosi positif dalam perkembangan wanita7.

C. TEORI KOGNITIF

Jika teori psikoanalisis menekankan pentingnya ketidaksadaran, teori-teori kognitif menekankan pikiran-pikiran yang disadari. Tiga teori kognitif yang paling penting adalah teori perkembangan kognitif menurut piaget, teori kognitif sosial-budaya menurut Vygotsky, serta teori pemrosesan-informasi.

1. Teori Kognitif Piaget

Seorang psikolog terkenal berkebangsaan Swiss, Jean Piaget (1896-1980) mengajukan sebuah teori penting mengenai perkembangan kognitif. Teori Piaget (piaget’s theory) menyatakan bahwa individu secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif8. Dua proses mendasari perkembangan tersebut; organisasi dan adaptasi. Untuk memahami dunia, kita mengorganisasikan

(14)

pengalaman kita. Contohnya, kita memisahkan pikiran penting dari yang kurang penting. Kita menghubungkan satu pikiran dengan yang lain. Dengan mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman kita, kita menyesuaikan (adaptasi) pemikiran kita dengan ide-ide baru.

Piaget (1954) percaya bahwa kita beradaptasi dalam dua cara: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi saat anak menggabungkan informasi ke dalam pengetahuan yang telah mereka miliki. Akomodasi terjadi bila anak menyesuaikan pengetahuan mereka agar cocok dengan informasi dan pengalaman baru. Misalnya anak perempuan 8 tahun yang diberi sebuah palu dan paku untuk menggantungkan sebuah lukisan di dinding. Ia belum pernah menggunakan palu, tetapi dari pengalaman dan pengamatan ia mengetahui bahwa palu adalah benda yang harus dipegang, diayun gagangnya untuk memukul paku, dan bahwa biasanya dipukulkan beberapa kali. Tahu akan hal ini, ia menyesuaikan tugas barunya ke dalam pengetahuan yang telah ia miliki (asimilasi). Meskipun demikian, palu adalah benda berat, maka ia memegangnya terlalu keatas. Ia mengayun terlalu keras dan pakunya bengkok, maka ia menyesuaikan tekanan pukulannya. Penyesuaian ini menunjukkan kemampuannya mengubah pengetahuannya (akomodasi).

Piaget juga percaya bahwa kita melalui empat tahap dalam memahami dunia. Tiap tahap berhubungan dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Cara pemahaman dunia yang berbeda inilah yang membuat suatu tahap lebih maju dari tahap yang lain; mengetahui

lebih banyak informasi tidak menjadikan cara berpikir anak lebih maju dalam pandangan Piaget.ini adalah yang dimaksus Piaget ketika ia mengatakan kognisi anak berbeda secara

kualitatif dalam satu tahap dibandingkan dengan tahap yang lain. Berikut empat tahap perkembangan menurut Piaget:

(15)

Tahap praoperasional, yang berlangsung sekitar usia 2 hingga 7 tahun, adalah tahap

perkembangan kedua Piaget. Pada tahap ini, anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar dan lukisan. Meskipun de,ikian, meurut Piaget, anak prasekolah masih kurang mampu melakukan operasi, istilah Piaget untuk tindakan mental apa yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara fisik.

Tahap operasional konkret, yang berlangsung mulai dari sekitar 7 hingga 11 tahun,

merupakan tahap perkembangan ketiga Piaget. Dalam tahap ini, anak dapat melakukan operasi, dan penalaran logis menggantikan pikiran intuitif selama penalaran dapat diterapkan pada contoh khusus dan konkret. Contohnya, pemikir operasional konkret tidak dapat membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan soal persamaan aljabar, yang terlalu abstrak bagi pemikira tahap perkembangan ini.

Tahap operasional formal, yang muncul antara umur 11 hingga 15 tahun, merupakan

tahap perkembangan Piaget yang keempat dan terakhir. Pada tahap ini, individu lebih melampaui pengalaman konkret dan berpikir dalam istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berpikir lebih abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat berpikir mengenai bagaiamana orang tua ideal ini. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan dan takjub mereka dapat menjadi apa saja. Dalam memecahlan masalah, pemikir operasional formal lebih sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.

2. Teori Kognitif Sosial-Budaya Vygotsky

Seperti Piaget, ahli perkembangan Rusia, Lev Vygotsky (1896-1934) juga percaya bahwa anak secara aktif menciptakan pengetahuan mereka sendiri. Meskipun demikian, Vygotsky memberikan peran yang lebih penting pada interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif lebih dari yang dilakukan Piaget. Teori Vvygotsky adalah teori kognitif yang mengutamakan bagaiaman interaksi sosial dan budaya menuntun perkmbangan kognitif9.

Vygotsky melukiskan perkembangan sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari aktivitas sosial dan budaya. Ia berpendapat bahwa perkembangan memori, atensi dan penalaran,

(16)

mencakup kegiatan belajar untuk menggunakan temuan-temuan dari masyarakat, seperti bahasa, system matematika, dan strategi memori. Dalam suatu budaya, hal ini dapat meliputi kegiatan belajar berhitung dengan bantuan komputer. Di hari lainnya, individu juga dapat belajar berhitung dengan menggunakan tangannya atau manik-manik.

Teori Vygotsky telah cukup banyak merangsang minat terhadap pandangan yang menyatakan bahwa pengetahuan itu kolaboratif. Dalam pandangan ini, pengetahuan tidak disimpulan dari dalam individu namun dibangun melalui interaksi dengan orang lain dan berbagai objek di dalam budaya tersebut, seperti buku-buku. Hal ini mengimplikasikan bahwa pengetahuan paling baik dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain dalam aktivitas kooperatif. Secara khusus, ia berpendapat bahwa interkasi anak-anak dengan orang dewasa dan kawan-kawan sebaya yang lebih terampil tidak dapat dipisahkan untuk meningkatkan perkembangan kognitif mereka. Melalui interaksi ini, anggota yang kurang terampil dari suatu budaya belajar untuk menggunakan perangkat yang dapat membantu mereka untuk beradaptasi dan berhasil.

3. Teori Pemrosesan-Informasi

Teori pemrosesan-informasi (information-processing theory) menekankan bahwa individu memanipulasi, memonitori, dan meyusun strategi terhadap informasi-informasi yang ditemui. Dalam teori ini proses memori dan berpikir menjadi tema sentral. Menurut teori ini, secara bertahap remaja mengembangkan kapasitas yang lebih besar untuk memproses informasi, di mana hal ini memungkinakan mereka untukmemperoleh pengetahuan dan keterampilan yang kompleks.tidak seperti teori perkembangan kognitif Piaget, teori pemrosesan-informasi tidak mendiskripsikan perkembangan dalam tahapan-tahapan.

(17)

perbandingan semacam itu berkontribusi bagi gagasan kita mengenai pikiran sebagai sebuah system pemrosesan informasi.

Robert Siegler (1998), seorang ahli terkemuka di bidang pemrosesan-informasi, menyatakan bahwa kegiatan berpikir merupakan suatu bentuk permrosesan-informasi. Menurut Siegler, ketika individu menangkap, menulisakan sandi (encoding), menampilkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi, mereka sebenarnya sedang berpikir. Siegler menekankan bahwa aspek penting dari perkembangan adalah memperlajari strategi-strategi yang baik untuk memproses informasi. Sebagai contoh, menjadi pembaca yang lebih baik itu meliputi belajar memonitoring tema-tema penting dari materi-materi yang dibaca.

4. Evaluasi Terhadap Teori-Teori Kognitf

Kontribusi dari teori-teori kognitif meliputi sebagai berikut:

 Teori-teori kognitif menyajikan suatu pandangan yang positif mengenai perkembangan, menekankan pada pemikiran yang disadari.

 Teori-teori kognitif (khususnya teori Piaget dan Vigotsky) menekankan pada usaha aktif individu untuk menyusun pemahamannya.

 Teori Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya kajian terhadap perubahan perkembangan dalam pemikiran.

 Teori pemrosesan-informasi sering kali menawarkan deskripsi yang terperinci mengenai proses-proses kognitif.

Kritik-kritik yang dilontarkan terhadap teori-teori kognitif adalah sebagai berikut:

 Perkembangan kognitif tidak berlangsung dalam tahapan-tahapan seperti dikemukakan

dalam teori Piaget.

 Teori-teori kognitif tidak memberi perhatian yang memadai terhadap variasi individual dalam perkembangan kognitif.

 Teori pemrosesan-informasi tidak menyediakan deskripsi mengenai perubahan perkembangan dalam kognisi.

 Para ahli teori psikoanalisis menyatakan bahwa teori-teori kognitif kurang memberi perhatian pada pemikiran yang tidak disadari10

(18)

BAB III PENUTUP

(19)

S e t e l a h k a m i g a l i , k a j i , d a n p a p a r k a n m a k a k a m i d a p a t m e m b e r i k a n kesimpulan bahwa :

 Teori Psikoanalisis (psychoanalytic theory) manyatakan bahwa perkembangan terutama berlangsung secara tidak disadari dan sangat diwarnai oleh emosi. Perilaku hanyalah karakteristik di permukaan, dan kerja simbolik dari pikiran harus dianalisis agar perilaku tersebut dapat dipahami. Menekankan pengalaman awal dengan orang tua.

 Teori-teori psikoanalisis berfokus pada proses sosial-emosi dari perkembangan; teori tersebut memiliki sedikit informasi untuk diceritakan mengenai proses biologis atau kognitif.

 Kontribusi teori psikoanalisis meliputi sebagai berikut:

Teori tersebut menggarisbawahi peran pengalaman awal dalam perkembangan, hubungan keluarga diteliti sebagai aspek pusat perkembangan, teori psikoanalisis menggunakan pendekatan perkembangan pada kepribadian dan memberikan kerangka kerja perkembangan untuk memahaminya, teori Freud mendukung ide bahwa pikiran tidak seluruhnya sadar dan mengarahkan perhatian pada aspek tidak sadar dari pikiran, dan erikson menunjukkan bahwa perubahan terjadi di masa dewasa seperti juga di masa kanak-kanak.

 Kritik bagi teori psikoanalisis adalah sebagai berikut :

(20)

 Jika teri psikoanalisis menekankan pentingnya ketidaksadaran,

teori-teori kognitif menekankan pikiran-pikiran yang disadari.  Kontribusi dari teori-teori kognitif meliputi sebagai berikut:

Teori-teori kognitif menyajikan suatu pandangan yang positif mengenai perkembangan, menekankan pada pemikiran yang disadari, teori-teori kognitif (khususnya teori Piaget dan Vigotsky) menekankan pada usaha aktif individu untuk menyusun pemahamannya, teori Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya kajian terhadap perubahan perkembangan dalam pemikiran, dan teori pemrosesan-informasi sering kali menawarkan deskripsi yang terperinci mengenai proses-proses kognitif.

 Kritik-kritik yang dilontarkan terhadap teori-teori kognitif adalah sebagai berikut:

Perkembangan kognitif tidak berlangsung dalam tahapan-tahapan seperti dikemukakan dalam teori Piaget, teori-teori kognitif tidak memberi perhatian yang memadai terhadap variasi individual dalam perkembangan kognitif, teori pemrosesan-informasi tidak menyediakan deskripsi mengenai perubahan perkembangan dalam kognisi, dan para ahli teori psikoanalisis menyatakan bahwa teori-teori kognitif kurang memberi perhatian pada pemikiran yang tidak disadari

B. SARAN

 Untuk menerapkan teori sebaiknya harus melihat konteks penerapanannya.

 Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

DAFTAR PUSTAKA

(21)

Santrock, John.W. 2007. Perkembangan Anak. Erlangga : Jakarta

Yusuf LN, Syamsu & Juantika Nurihsan. 2007. Teori Kepribadian. Rosda karya : Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dengan judul “ Analisis Pemilihan Pelaksana Proyek Telecom Implementation Indosat di PT Nokia Siemens Networks Dengan Metode Analytical Hierarchy

3.1 Model Antrian M/M/1 Dengan Pola Kedatangan Berkelompok Acak Model antrian ini para pelanggan datang secara berkelompok pada waktu yang sama dan mendapat pelayanan

Akan tetapi terkadang kehidupan baru dapat mengandung suatu arti ketika manusia dihadapkan pada situasi yang dipenuhi dengan penderitaan (Schultz, 1991). Penderita yang

Perangkat lunak yang digunakan dalam perekayasaan yaitu menggunakan Macromedia Dreamweaver, dan basis data menggunakan MySQL.Hasil peneltian ini adalah terwujudnya

Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan Patin Hasil Hibridisasi antara Betina Ikan Patin Siam Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 dengan Jantan Ikan Patin Jambal

Penambahan dilakukan menggunakan metode semprot (sprayer), yaitu dengan cara menyemprotkan ektrak yang sudah diencerkan pada pakan pellet 0,5 kg secara merata atas

[r]

Penelitian ini bertujuan menentukan jenis kacang-kacangan yang tepat untuk meningkatkan kadar protein beras analog