154
Hasil Analisis Belajar Siswa dalam Pembelajaran Puisi Melalui
Metode Latihan di Kelas III SDN Inti No. 1 Tulo
Amril
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan guru dalam menerapkan metode latihan pada materi pembelajaran membaca puisi di kelas III SDN Inti No. 1 Tulo. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca puisi melalui metode latihan di kelas III SDN Inti No. 1 Tulo. Bagaimana hambatan penerapan metode latihan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca puisi di SDN Inti No. 1 Tulo. Manfaat penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan metode latihan pada materi pembelajaran membaca puisi di kelas III SDN Inti No. 1 Tulo. (2) Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca puisi melalui metode latihan di kelas II SDN Inti No. 1 Tulo. (3) Untuk mengidentifikasi hambatan penerapan metode latihan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca puisi di SDN Inti No. 1 Tulo. Hasil dan kesimpulan penelitian dapat dijelaskan bahwa: 1) Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dengan metode latihan atau drill dinilai baik karena dari 12 indikator yang diamati tercatat 2 indikator sangat baik dan 10 indikator dinilai baik; 2) Metode latihan dalam pembelajaran membaca puisi dapat meningkatkan hasil belajar siswa yakni; Ketuntasan klasikal mencapai 80%; nilai rata-rata 8.7; dan daya serap 87%; dan 3) Hambatan dalam pembelajaran membaca puisi dengan metode latihan adalah: 1) keterbatasan waktu; 2) adanya lafal-lafal atau ejaan tertentu yang belum fasih diucapkan oleh siswa; 3) siswa masih sulit diajak secara spontan untuk melakukan praktik membaca puisi; 4) siswa kurang rasa percaya diri (pemalu); dan 5) tidak ada sikap saling mendukung di antara para siswa.
Kata kunci: Hasil Belajar, Membca Puisi dan Metode Latihan
I. PENDAHULUAN
Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas III SDN
Inti No 1 Tulo adalah pembelajaran berlangsung secara monoton dalam pengertian
metode yang digunakan oleh guru hanya mengandalkan satu metode saja yakni
memberikan ceramah atau menerangkan materi kemudian memberikan tugas. Fakta
ini dapat dibuktikan dari hasil telaah dokumen berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dalam RPP yang dibuat guru khususnya pada tahun ajaran
155 lebih dari penugasan sehingga kesan yang muncul adalah pembelajaran berlangsung
apa adanya.
Alasan yang dikemukakan guru sehingga lebih banyak menggunakan metode
ceramah karena metode ceramah lebih gampang digunakan serta tidak terlalu
membutuhkan persiapan yang rumit. Selain daripada itu, pembelajaran di kelas III
atau kelas rendah masih menekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung atau calistung. Meskipun penekanan pada kelas rendah memang masih
berorientasi pada calistung, akan tetapi bukan berarti mengabaikan kemampuan siswa
menguasai materi. Artinya aspek penilaian hasil belajar tetap perlu diperhatikan
karena semua pembelajaran sesungguhnya berorientasi pada hasil belajar baik secara
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Di sisi lain dampak dari pembelajaran yang terlalu menekankan pada metode
ceramah adalah pencapaian hasil belajar yang belum maksimal. Hal ini dibuktikan dari
dokumen guru bahasa Indonesia yang mencatat bahwa dari dua kali ulangan harian
pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yang lalu, ternyata setiap ulangan
belum pernah dicapai ketuntasan klasikal 85%. Terlebih lagi pada pembelajaran
membaca puisi, hasilnya jauh lebih rendah. Pada post test yang diberikan guru bahasa
Indonesia untuk materi membaca puisi hanya mencapai 44,11% atau yang tuntas
hanya 15 orang dari 34 siswa kemudian pada ulangan harian kedua mencapai 50%
atau yang tuntas hanya 17 orang dari 34 siswa.
Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya pada materi membaca puisi di kelas III SDN Inti No 1 Tulo perlu
diperbaiki dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara menerapkan
metode pembelajaran Latihan atau latihan. Metode pembelajara latihan dipilih sebagai
cara meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca puisi di kelas III
SDN Inti No 1 Tulo karena metode pembelajaran ini sangat sederhana dan
menekankan pada praktek nyata. Namun sangat relevan dengan membaca puisi yang
juga menekankan pada praktik. Hal ini sejalan dengan pemikiran Suryosubroto (2002:
45) yang menyatakan bahwa “dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, metode yang
cocok digunakan antara lain adalah metode latihan.” Berdasarkan pemikiran tersebut,
maka studi atau penelitian ini memilih judul sebagai berikut: “Analisis Hasil Belajar
156 Inti No. 1 Tulo”
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI METODE LATIHAN 1) Hasil Belajar Siswa
Menurut Chaplin dalam Syah (1999 : 89) bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah “perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto (1990: 84)
menyatakan tentang belajar sebagai berikut. “Belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tentang yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang. Dalam situasi itu,dimana perubahan tingkah
laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh
obat, dan sebagainya).
Untuk memperluas pemahaman kita tentang belajar, kembali dikutip sebuah
pendapat lain yaitu dari pendapat Hamalik (1999: 52) yang menyatakan seperti dapat dilihat dibawah ini. “Belajar adalah Kodifikasi atau memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Belajar juga diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.” Senada dengan itu, Slameto
(2008: 2) juga menyatakan bahwa. “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” Jadi, belajar berarti intinya adalah tetap perubahan tingkah laku.
Hasil belajar berarti hasil atau akibat yang diperoleh setelah melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Akan tetapi untuk memahami secara luas, maka dikemukakan
definisi hasil belajar menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 3) yang menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar.” Senada dengan pemikiran di atas, Sukmadinata (2003:22) menjelaskan hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Jadi, hasil belajar terlihat pada kemampuan siswa
yang diperoleh setelah belajar. Kemampuan-kemampuan ini secara umum mencakup
157 2) Metode Latihan
Salah satu metode yang biasa digunakan oleh guru bahasa Indonesia untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui metode latihan. Oleh karena itu,
dalam kajian teori ini perlu diketahui apakah yang dimaksud dengan metode latihan.
Tentunya para pakar sudah banyak yang memberikan penjelasan tentang metode
latihan atau drill ini. Misalnya menurut Alipandie (1994: 100) menyatakan bahwa “metode drill atau latihan adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan melatih ketangkasan atau keterampilan para murid terhadap bahan pelajaran yang
telah diberikan.”
Berdasarkan uraian di atas jelas terlihat bahwa metode latihan disamakan
dengan metode latihan yang berorientasi untuk melatih ketangkasan atau keterampilan
tertentu. Hal ini sejalan juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh Thoifuri (2008:
68) yang menyatakan bahwa “metode ini menekankan pada siswa untuk melaksanakan
latihan agar memiliki keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.”
Jadi intinya adalah metode latihan dimaksudkan untuk memperkuat atau
mempertinggi keterampilan dibandingkan dengan sebelumnya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode latihan yang biasa disebut
pula metode training atau latihan selalu berorientasi atau mengarah pada dua aspek yakni; (1) menanamkan dan memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik, misalnya
membiasakan anak membaca buku, menghafal lagu – lagu perjuangan dan (2) melatih
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk membuat siswa lebih terampil maka perlu diberikan latihan. Apalagi memang
ada materi-materi tertentu yang hanya efektif dikuasai jika oleh siswa jika diberikan
latihan. Misalnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia penggunaan tanda baca yang
tepat dan benar hanya dapat dikembangkan dengan baik dalam pengertian efektif dan
efisien jika sering dilatihkan.
3) Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan
Salah satu prinsip yang sering dikemukakan dan perlu diketahui oleh guru
dalam metode pembelajaran adalah bahwa tidak ada satupun metode mengajar yang
paling tepat dan cocok untuk semua mata pelajaran. Metode tertentu mungkin saja
cocok untuk pelajaran tertentu dan belum tentu cocok untuk mata pelajaran yang lain.
158 cocok dan berhasil untuk materi tertentu akan tetapi belum tentu cocok dan berhasil
untuk materi yang lain walaupun masih satu mata pelajaran. Ini menunjukkan bahwa
tidak ada satupun metode mengajar yang superior dibandingkan dengan metode yang
lainnya.
Berdasarkan keyakinan di atas, maka hal mendasar yang perlu dilakukan oleh
guru adalah memilih metode mengajar secara hati-hati dengan berbagai pertimbangan,
seperti mempertimbangkan cakupan dan keluasan materi, tujuan pembelajaran,
kemampuan guru, dan kemampuan siswa. Termasuk juga perlu mempertimbangkan
sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dan lingkungan sekolah itu sendiri. Di
sisi lain, uraian di atas juga menegaskan bahwa semua metode mengajar
sesungguhnya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu,
metode latihan juga memiliki banyak keunggulan dan tidak luput pula dari
kelemahan-kelemahan.
4) Teknik Pelaksanaan Metode Latihan
Dalam proses pemberian latihan ini guru harus memperhatikan beberapa hal
antara lain; latihan yang dilakukan harus berfungsi diagnostik artinya selalu ada upaya
perbaikan secara terus menerus setelah mengetahui kekurangan pada latihan
sebelumnya. Selain itu yang juga harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh
guru adalah bahwa latihan ini tidak perlu terlalu lama artinya tugas atau bahan-bahan
yang dijadikan sebagai objek latihan tidak perlu banyak yang penting kontinyu. Hal
lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa materi yang dijadikan sebagai bahan
latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa serta memperhatikan materi yang
esensian.
5) Membaca
Tidak dapat disangkal bahwa membaca adalah salah satu kunci utama menuju
keberhasilan dan kemajuan baik secara individual maupun secara kolektif. Bahkan
kemajuan dan keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai cita-cita nasionalnya sangat
159 membaca. Tanpa membaca, maka manusia hanya akan selalu berada di luar gudang
(ilmu). Berada di luar gudang ilmu artinya bahwa seseorang tidak memperoleh ilmu.
Selanjutnya dipahami arti membaca itu, secara praktis dan konkrit tentu tidak
sulit memahami arti membaca karena walaupun banyak pengertian membaca, akan
tetapi satu hal yang pasti bahwa siapapun yang pernah menjalani pendidikan formal
niscaya pernah mendapat pelajaran membaca karena membaca merupakan pelajaran
yang dikenal sejak lama. Hal ini ditegaskan oleh Tarigan dan Tarigan (1986:135)
bahwa membaca merupakan mata pelajaran tertua dalam sekolah formal. Bukankah
setiap sekolah mencantumkan mata pelajaran utamanya membaca, menulis, dan
berhitung. Sekarang pun membaca, menulis, dan berhitung masih tetap diajarkan di
sekolah. Hal yang sama terdapat atau terjadi pula di sekolah-sekolah Indonesia.
6) Puisi
Salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia mulai
dari tingkat SD, SMP, sampai tingkat SMA adalah membaca puisi. Membaca puisi
membutuhkan keterampilan khusus yakni kemampuan pengucapan dan penghayatan
yang baik. Karena itu, maka tidak semua orang mampu membaca puisi dengan baik.
Akan tetapi, untuk tingkat SD, maka pembelajaran membaca puisi lebih difokuskan
sebagai tahap awal untuk memperkenalkan puisi kepada siswa agar siswa dapat
menyukai pembelajaran puisi terlebih lagi jika pada akhirnya siswa mampu
membacakan puisi dengan baik.
Samuel Johnson dalam Gani (1988 : 159) juga memberikan batasan tentang
puisi dengan menyatakan bahwa “adalah sejenis bahasa yang menyampaikan
pesannya dengan lebih padat dari pemakaian bahasa biasa.” Jadi, puisi itu bagian dari
bahasa, akan tetapi bahasa yang padat dan bermakna sehingga bahasa puisi berbeda
dengan bahasa sehari hari yang digunakan dalam komunikasi bahkan bahasa puisi
berbeda dengan bahasa ilmiah.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Merupakan penelitian deskriptif karena penelitian ini
bermaksud mengambarkan atau melukiskan suatu peristiwa, yaitu hasil belajar siswa
160 dengan pendapat Sanapiah faisal (2001:20), bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan
untuk eksplorasi dan kalafikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable berkenaan dengan masalah dan unit
yang diteliti.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan, mengelolah
menyajikan dan menganalisis data kualitataif agar memberikan data yang teratur
tentang suatu peristiwa. (Djajan dalam Samna, 2009:15).
Penelitian ini akan dilakukan di SDN Inti No 1 Tulo khususnya di kelas IIII
dalam pembelajaran puisi. Penelitian ini direncanakan selama 2 (dua) bulan yakni
dimulai pada Agustus sampai Oktober 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas III SDN Inti No 1 Tulo
Kecamatan Dolo yang terdiri atas 25 orang siswa. Karena jumlah populasi yang tidak
terlalu banyak, maka diputuskan semua populasi sekaligus dijadikan sebagai sampel
sehingga teknik sampling yang digunakan adalah total sampling.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yakni wawancara; merupakan tanya jawab secara mendalam antara
peneliti dengan informan. Aspek-aspek yang menjadi fokus pertanyaan, seperti;
bagaimana kemampuan siswa membaca puisi dan bagaimana respon siswa dalam
pembelajaran puisi, serta bagaimana guru melaksanakan pemnelajaran membaca puisi.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Hasil wawancara
dicatat dengan baik.
Obeservasi; merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung di kelas. Dalam observasi bukan hanya sekadar mengamati
melainkan sekaligus mencatat apa yang diamati atau memberikan tanda/kode/centang
terhadap aspek yang diamati. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus pengamatan
ketika guru melaksanakan pembelajara puisi dengan metode latihan dan ketika siswa
membacakan puisi. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran puisi dengan metode latihan, maka diberikan tes kepada siswa. Tes ini
161 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada dua pola yang dapat digunakan untuk menggarap inti (hasil dan
pembahasan) laporan penelitian, yakni; (1) hasil penelitian disajikan sekaligus dibahas
dalam satu paket dan (2) hasil penelitian disajikan dalam sub bab tersendiri kemudian
dilanjutkan dengan sub bab pembahasan. Skripsi ini menggunakan pendekatan yang
kedua karena dengan menyajikan data secara terpisah dengan pembahasan, maka
hasil dan pembahasan akan terlihat secara sistematis. Hasil penelitian menjadi dasar
yang kuat untuk menganalisis dan membahas secara utuh permasalahan penelitian.
Karena itu, meskipun penyajian data terpisah dengan pembahasan akan tetapi tetap
dinilai secara utuh dan saling terkait.
Sesuai paradigma penelitian dan analisis kualitatif Miles dan Huberman seperti
telah dipaparkan pada Bab III terdahulu, maka seharusnya ada tiga tahapan utama
yang perlu dilakukan yakni reduksi data, display data, dan interpretasi atau penarikan
kesimpulan. Dalam skripsi ini, data yang disajikan adalah data yang sudah melalui
tahapan reduksi. Karena itu, mekanisme reduksi data tidak perlu lagi dipaparkan
artinya data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data yang sudah melalui proses
reduksi.
Hasil Penelitian
Untuk menyajikan data hasil penelitian secara sistematis, maka penyajian data
dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab
pendahuluan. Ada tiga permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yang datanya
disajikan sebagai berikut:
1. Kemampuan Guru Menerapkan Metode Latihan dalam Pembelajaran Membaca Puisi
Guru merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan siswa mencapai
hasil belajar yang optimal. Bahkan guru sering disebut sebagai faktor kedua setelah
siswa itu sendiri (input) yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Karena itu, guru
selalu berada digarda terdepan dalam proses pembelajaran. Tanpa kehadiran guru
maka pembelajaran tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya. Setiap
pembelajaran membutuhkan peran seorang guru. Pembelajaran bisa saja berlangsung
tanpa guru, akan tetapi dipastikan pembelajaran semacam itu akan kehilangan arah
162 Pentingnya peran guru dalam konteks pembelajaran karena guru yang
menerapkan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru
diharapkan berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam
menerapkan suatu metode pembelajaran tidak boleh sembarang atau asal-asalan saja
melainkan harus betul betul dipertimbangkan secara matang. Salah satu pertimbangan
guru dalam menerapkan metode pembelajaran adalah jenis materi dan tujuan yang
ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Artinya metode apa yang akan dipilih oleh
guru ditentukan pula oleh jenis materi dan tujuan yang dicapai. Misalnya jika
materinya adalah membaca puisi maka salah satu yang dianggap tepat adalah
menggunakan metode latihan atau drill karena membaca puisi merupakan salah satu
keterampilan dan setiap keterampilan membutuhkaan yang namanya latihan atau drill.
Ditegaskan secara umum bahwa capaian guru dalam pembelajaran membaca
puisi dengan metode latihan dinilai baik. Terbukti persentase yang menunjukkan
kategori baik sudah mencapai 62,5% sedangkan yang menunjukkan sangat baik
38.4%. Tidak ada kategori kurang baik terlebih lagi tidak baik. Jadi berdasarkan hasil
pengamatan dapat ditegaskan kemampuan guru sudah dikateorikan baik dalam
menerapkan metode drill atau latihan.
Dengan demikian berdasarkan data hasil pengamatan, maka seara keseluruhan
dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru melaksanakan pembelajaran membaca puisi
dengan metode latihan sudah baik.
1) Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Membaca Puisi Melalui Metode Latihan
Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan metode latihan natau drill
secara keseluruhan memiliki dampak yang cukup baik dalam pengertian ditinjau dari
aspek minat siswa. Siswa lebih berminat mengikuti pelajaran walaupun diakui
beberapa siswa mengalami kendala tetapi secara umum menunjukkan gejala minat
yang tinggi misalnya banyak siswa yang terlihat gembira dan tertawa. Sebagian besar
juga siswa terlihat aktif dan cukup aktif mempersiapkan diri di dalam kelas sebelum
mendapat giliran membaca puisi. Jadi metode ini menurut hemat saya cukup berhasil.
Demikian pula kalau ditinjau dari aspek daya serap, nilai rata-rata maupun
pencapaian ketuntasan klasikal, pada umumnya sudah baik dan berhasil. Karena itu
163 wawancara dengan Dian Sari, S.Pd guru kelas III SDN Inti Nomor 1 Tulo pada
tanggal 9 Nopember 2015 di Tulo)
3) Hambatan Penerapan Metode Latihan dalam Pembelajaran Membaca Puisi Permasalahan ketiga yang perlu disajikan datanya sebelum dibahas pada
bagian selanjutnya adalah hambatan dalam penerapan metode latihan. Bagaimana pun
baiknya sebuah metode mengajar tetap memiliki keterbatasan. Karena itu, maka guru
yang baik dituntut untuk selalu berusaha mengatasi atau meminimalkan keterbatasan
metode yang digunakan. Dalam kaitannya dengan hambatan dalam menerapkan
metode drill di kelas III SDN Inti No 1 Tulo, maka perlu dijelaskan bahwa hambatan
di sini mencakup hambatan yang dirasakan oleh guru dan hambatan yang terkait
dengan siswa.
Kesulitannya adalah mengakomodir semua siswa untuk berpartisipasi
membaca puisi. Ini tentu sulit dilakukan karena itu jalan keluarnya adalah membuat
semacam sampling. Hambatan lain yang saya rasakan adalah karena pembelajaran ini
di kelas III, jadi masih terasa ada lafal-lafal tertentu yang belum terlalu dikuasai siswa,
misalnya membedakan antara f dan v. Hambatan lainnya adalah saya kira karena ini
masih kelas III maka sulit sekali mengajak siswa untuk langsung mau membacakan
puisi walaupun sudah diberikan contoh” (Sumber: hasil wawancara dengan Dian Sari,
S.Pd guru kelas III SDN Inti Nomor 1 Tulo pada tanggal 9 Nopember 2015 di Tulo)
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa hambatan
dalam melaksanakan pembelajaran membaca puisi dengan metode latihan ditinjau dari
aspek siswa tercatat dua faktor yakni faktor kurangnya rasa percaya diri siswa (malu)
dan belum adanya sikap saling mendukung di antara para siswa itu sendiri. Dengan
demikian secara keseluruhan hambatan dalam pembelajaran membaca puisi
menggunakan metode drill dapat ditinjau dari aspek guru maupun aspek siswa.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dianalisis pada bab
terdahulu, maka pada bagian akhir skripsi ini perlu dikemukakan kesimpulan sebagai
jawaban akhir atas permasalahan penelitian. Kesimpulan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dengan metode latihan atau drill
164 utama yakni; 1) Indikator yang berkaitan dengan aspek-aspek pendukung
pembelajaran dan 2) Indikator yang berkaitan langsung dengan metode latihan.
Indikator yang berkaitan dengan unsur pendukung pembelajaran tercatat 6 indikator
dinilai baik yakni; 1) Pembelajaran relevan dan konsisten dengan RPP; 2)
Kemampuan guru membuka pelajaran; 3) Kemampuan guru melakukan apersepsi;
4) Kemampuan guru memotivasi siswa; 5) Kemampuan guru memberikan
penguatan; dan 6) Kemampuan guru melakukan mobilitas. Sedangkan indikator
yang berkaitan langsung dengan metode latihan, tercatat 2 indikator dinilai sangat
baik yaitu: kemampuan guru melaksanakan pembelajaran metode latihan dan
kemampuan guru mempraktikkan cara membaca puisi. Sementara itu, 4 indikator
lainnya dinilai baik yaitu; 1) kemampuan guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk latihan membaca puisi; 2) kemampuan guru memberikan arahan ketika
siswa belum optimal membaca puisi; 3) respon siswa dalam pembelajaran
membaca puisi dengan latihan; dan 4) kemampuan siswa mengikuti arahan guru
untuk latihan membaca puisi.
2. Dampak penggunaan metode latihan dalam pembelajaran membaca puisi adalah
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Indikatornya adalah intonasi, lafal, dan
kelancaran memperoleh hasil baik. Ketuntasan klasikal mencapai 80% (standar
minimalnya 75%), nilai rata-rata 8.7 (standar minimalnya 7.5) sedangkan daya
serap mencapai 87% (standar minimalnya 75%).
3. Hambatan dalam pembelajaran membaca puisi dengan metode latihan adalah: 1)
keterbatasan waktu; 2) adanya lafal-lafal atau ejaan tertentu yang belum fasih
diucapkan oleh siswa; 3) beberapa siswa masih sulit diajak secara spontan untuk
melakukan praktik membaca puisi; 4) siswa kurang rasa percaya diri (pemalu); dan
5) belum adanya sikap saling mendukung di antara para siswa.
Saran
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dinilai perlu disarankan kepada
beberapa pihak sebagai berikut:
1. Disarankan kepada guru yang ingin melaksanakan pembelajaran membaca puisi
dengan metode latihan kiranya perlu memanej waktu seefisien mungkin. Selain
165 2. Disarankan kepada kepala sekolah hendaknya memberikan motivasi kepada
guru-guru agar kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran misalnya
menggunakan berbagai metode yang tepat sesuai materi pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Alipandie, Imansyah 1994. Didaktik Metodik Pendidikan Umum Buku Pegangan Guru. Surabaya: Usaha Nasional
Alwi, Hasan. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamara, Syaiful Bahcri dan Aswan Zen. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Gani. R. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia: Respon dan Analisis. Jakarta: Depdikbud.
Hakim, Thursan. (2001). Belajar Secara Efektif. Puspa Swara. Jakarta
Hamalik, Oemar. (1999). Kurikulum Dan Pembelajaran. Bumu Aksara. Jakarta
Mills, H.B & Huberman, A.M. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI. Press.
Nurul Ishmi. Pengertian Puisi. (http://isma-ismi.com/pengertian-puisi.html. diakses pada tanggal 6 Oktober 2015)
Purwanto, M. Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung
Pradopo. R.D. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Rahim, Farida. (2005). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sabri. Ahmad . 2007. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching
Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Subyakto, Sri Utari. (1988:145). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud
166 ________ 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Remaja
Tarigan dan Tarigan (1986:135). Teknik Keterampilan Berbahasa. Bandung: IKIP Bandung.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (edisi revisi). Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (1980:). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tampubolon. (1990). Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.