• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat Setelah Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Lidah Buaya 25% ( Aloe vera L. ) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat Setelah Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Lidah Buaya 25% ( Aloe vera L. ) Chapter III VI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan merupakan penelitian post test only control group design.

3.3Lokasi dan Waktu penelitian 3.3.1 Lokasi penelitian

1.Pembuatan ekstrak lidah buaya: Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU, Medan.

2.Pembuatan dan perendaman sampel: Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG USU, Medan.

3.3.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015-Agustus 2016

3.4Sampel dan Besar Sampel

3.4.1 Sampel

(2)

Gambar 2. Kerangka hasil cetakan alginat setelah diisi dental stone

3.4.2 Besar Sampel

Dihitung dengan menggunakan rumus berikut :36

Keterangan:

t = jumlah perlakuan r = jumlah pengulangan

Pada penelitian ini akan menggunakan 5 kelompok sampel yaitu kelompok tanpa perendamandan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25 %, maka t=5.

(t-1) (r-1) ≥ 15 (5-1 ) (r-1) ≥ 15 4 (r-1) ≥ 15 4r ≥ 19 r ≥ 5

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5 buah untuk setiap perlakuan.

(t-1) ( r-1) ≥ 15 Diameter atas 6,60 mm

Tinggi 10 mm

(3)

3.5Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 3.5.1 Kriteria pada Hasil Cetakan

3.5.1.1Kriteria Inklusi pada Hasil Cetakan

1. Cetakan alginat dengan permukaan yang halus. 2. Mould berada di tengah-tengah hasil cetakan.

3.5.1.2Kriteria Eksklusi pada Hasil Cetakan

1. Cetakan yang sobek 2. Cetakan yang poreus

3. Cetakan yang terlepas dari ring cetak

4. Cetakan yang tidak mencakup keseluruhan master die.

3.5.2 Kriteria pada Die Stone

3.5.2.1Kriteria Inklusi pada Die Stone

1. Die stone dengan permukaan halus. 2. Die stone yang utuh.

3.5.2.2Kriteria Ekslusi pada Die Stone

1. Die stone yang poreus. 2. Die stone yang retak.

3. Die stone yang tidak mencakup keseluruhan hasil cetakan.

3.6 Variabel Penelitian 3.6.1 Variabel Bebas

Waktu perendaman hasil cetakan dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% yaitu 15, 20, 25, dan 30 menit.

3.6.2 Variabel Tergantung

(4)

3.6.3 Variabel Terkendali

1. Rasio alginat dan air ( 2,1 gr/ 5 ml) 2. Rasio gips cetak dengan air ( 5 gr/ 1,5 ml)

3. Ukuran master die kuningan dengan ukuran diameter atas 6,60 mm, diameter bawah 8,36 mm, dan tinggi 10 mm.

4. Volume larutan ekstrak daun lidah buaya 25% sebagai bahan rendam hasil cetakan alginate 20 ml.

5. Cara melepaskan cetakan dari master die, segera setelah mengeras ±1-2 menit cetakan dilepas dengan hati-hati sehingga permukaan hasil cetakan tetap halus.

3.6.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Kecepatan pengadukan bahan cetak alginat. 2. Kecepatan pengadukan dental stone. 3. Temperatur ruangan

3.7 Definisi Operasional

1. Perubahan dimensi adalah perubahan ukuran hasil cetakan alginat karena terjadinya penyerapan larutan (imbibisi) yang diketahui dari perbedaan hasil pengukuran diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone dengan menggunakan kaliper digital dengan satuan milli meter pada kelompok kontrol dengan kelompok perendaman (15, 20, 25, dan 30 menit ) dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25%.

2. Larutan ekstrak daun lidah buaya 25% adalah larutan hasil pengenceran dari ekstrak kental daun lidah buaya 1:4 dengan akuades sehingga diperoleh 25% ekstrak daun lidah buaya.

3. Hasil cetakan alginat adalah hasil cetakan dari bahan cetak alginat setelah diisi dengan dental stone.

(5)

3.8 Alat dan Bahan Penelitian 3.8.1Alat penelitan

A. Alat pembuatan Die stone

1. Master die kuningan dengan ukuran diameter atas 6,60 mm diameter bawah 8,36 mm, dan tinggi 10 mm.

Gambar 3. Master die

2. Ring tube kuningan yang berlubang-lubang pada dindingnya dengan ukuran diameter dalam 10 mm dan tinggi 15 mm.

(6)

3. Rubber bowl, spatula dan sendok takar alginat.

Gambar 5. Rubber bowl

4. Spuit 10 ml (Terumo, Philippines)

Gambar 6. Spuit

5. Timbangan digital dengan angka ketelitian 0,001 g (made in Japan)

(7)

6. Kaliper digital (Krisbow Brand Model KW 06-351 dengan ketelitian 0,01 mm)

Gambar 8. Kaliper digital

7. Stopwacth

8. Lecron mass (Dentica, Japanese)

Gambar 9. Lecron mass

9. Wadah untuk merendam, Tabung 30 ml

(8)

10. Wadah untuk menyimpan, nierbeken stainless (onemed, Indonesia)

Gambar 11. Nierbeken stainless

11. Alat bantu pencetakan

(9)

B. Alat pembuatan Ekstrak Daun Lidah buaya

1. Timbangan (Kenmaster, China)

Gambar 13. Timbangan

2. Pisau (Joyko Cutter CU-15BC)

3. Lemari pengering dengan suhu 40-50º c

(10)

4. Stoples (Harum wangi, Indonesia)

Gambar 15. Stoples

5. Blender (Miyako, Indonesia)

Gambar 16. Blender

6. Perkolator

(11)

7. Rotary Evaporator (Heydolph vv 2000, Germany)

Gambar 18. Rotary Evaporator

8. Kertas Perkamen 9. Aluminium foil

3.8.2 Bahan Penelitian

1. Daun lidah buaya segar ± 7 kg.

Gambar 19. Daun lidah buaya

2. Etanol 96%

(12)

3. Akuades

Gambar 21. Akuades

4. Bahan cetak alginat (Bubuk warna Pink kemerahan, Hygedent, China)

Gambar 22. Bahan cetak alginat

5. Dental Stone tipe III (Bubuk warna biru, Moldano, Germany)

(13)

3.9Prosedur Penelitian

3.9.1 Pembuatan Larutan Ekstrak Daun lidah buaya 25%

Untuk memperoleh larutan ekstrak daun lidah buaya 25% dilakukan dengan cara perkolasi bedasarkan farmakope indonesia yaitu dengan cara sebagai berikut.15,37,38

a. Daun lidah buaya dikumpulkan ± 7 kg, disortasi yaitu memisahkan dengan benda-benda asing. Kemudian dicuci bersih lalu ditiriskan setelah itu ditimbang dan dipotong kecil-kecil.

Gambar 24. Proses disortasi dan penimbangan daun lidah buaya

b. Kemudian dimasukkan dalam lemari pengering dengan suhu 40-50 ºC. Proses pengeringan terjadi sekitar 7 hari. Bahan yang telah kering dibuat serbuk dengan cara memblender.

(14)

c. Pembuatan ekstrak etanol dilakukan dengan cara perkolasi yaitu proses penyarian bahan aktif yang terdapat pada serbuk simplisia daun lidah buaya dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak ± 7000 ml. Sebanyak ±700 gram simplisa dimasukkan kedalam wadah tertutup, lalu dilarutkan dengan pelarut etanol 96% sampai seluruh permukaan simplisia menjadi basah. Massa tersebut disimpan dalam botol kedap cahaya dan terlindung dari cahaya matahari dibiarkan sekurang-kurangnya selam 3 jam lalu dilakukan penyaringan.

Gambar 26. Proses penyarian bahan aktif dengan menggunakan pelarut etanol 96%

d. Hasil penyaringan diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40ºC selama 2 hari sehingga diperoleh ekstrak kental ±140 ml.

(15)

e. Ekstrak kental daun lidah buaya diencerkan dengan menggunakan akuades 15 ml. Pengenceran dilakukan setiap akan melakukan penelitian sebanyak 20 ml sebagai media perendam. Berdasarkan rumus pengenceran.

Keterangan :

M1= Konsentrasi larutan sebelum pengenceran M2= Konsentrasi larutan setelah pengenceran V1= Volume larutan sebelum pengenceran V2= Volume larutan setelah pengenceran

M1 v1 = M2 v2 100% X 5 ml = 25% (5+v2)

V2 = 15 ml

3.9.2 Pengambilan Cetakan dengan Bahan cetak Alginat

1. Bahan cetakan alginat ditimbang diaduk dengan air p/w rasio (2,1 gr/ 5 ml ) pada rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen.

Gambar 28. Penimbangan bahan cetak alginat

(16)

2. Bahan cetakan dimasukkan ke dalam ring tube kuningan yang sudah diberikan tanda sebelumnya.

Gambar 29. Ring Tube yang telah diisi alginat

3. Pencetakan dilakukan pada master die yang dipasang pada alat pencetak kusus sebagai model selama 1-2 menit, pencetakan master die dilakukan pada tengah ring cetak.

Gambar 30. Proses pencetakan dengan alat pencetakan

4. Kemudian setelah bahan cetak mengeras cetakan dilepas.

(17)

3.9.3 Perlakuan pada Hasil Cetakan

Sampel yang dibagi kedalam 5 kelompok, yaitu :

1. Lima cetakan sebagai kelompok kontrol, langsung di isi dengan dental stone tipe III.

Gambar 32. Hasil Cetakan diisi dengan dental stone.

2. Lima cetakan direndam dalam larutan daun lidah buaya 25% sebanyak ± 20 ml selama 15 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III.

3. Lima cetakan direndam dalam larutan daun lidah buaya 25% sebanyak ± 20 ml selama 20 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III.

4. Lima cetakan direndam dalam larutan daun lidah buaya 25% sebanyak ± 20 ml selama 25 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III.

5. Lima cetakan direndam dalam larutan daun lidah buaya 25% sebanyak ± 20 ml selama 30 menit, kemudian diisi dengan dental stone tipe III.

(18)

3.9.4 Pengukuran Sampel

Setelah semua die stone diperoleh dilakukan pengukuran pada: 1. Diameter atas die stone

2. Diameter bawah die stone.

3. Tinggi die stone yaitu jarak dari alas ke puncak die stone.

Pengukuran dilakukan dari titik yang telah diberi tanda sebagi titik tolak pengukuran dengan menggunakan kaliper digital untuk mendapatkan data-data yang di perlukan.

Gambar 34. Die stone

yang diberi tanda pengukuran

3.9.5 Pengukuran Perubahan Dimensi

Persentase perubahan dimensi dapat dicari berdasarkan rumus ISO :26

Keterangan:

A-B = Perubahan dimensi (mm)

A = Ukuran master die kelompok pengukuran (mm) B = Hasil pengukuran die stone kelompok sampel (mm)

A-B

(19)

3.10 Analisa Data

(20)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASILPENELITIAN

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pengukuran Die Stone

(21)

Tabel 2. Rerata dan Standar Deviasi Pengukuran Die Stone Kelompok Kontrol dan Perendaman 15, 20, 25, dan 30 Menit.

Kelompok Pengukuran Sampel

rol Waktu Perendaman Kont-rol Waktu Perendaman 15

4.1.2 Perubahan Dimensi Die Stone

(22)

0,03%, dan pada kelompok perendaman 30 menit adalah 0,05%. Pada tinggi die stone didapatkan persentase nilai rata-rata perubahan dimensi pada kelompok kontrol adalah 0,0004%, pada kelompok perendaman 15 menit adalah 0,007%, pada kelompok 20 menit adalah 0,009%, pada kelompok perendaman 25 menit adalah 0,016%, dan pada kelompok perendaman 30 menit adalah 0,037% seperti tabel berikut.

Tabel 3. Rerata Perubahan Dimensi dan Persentase Diameter Atas, Diameter

Bawah dan Tinggi Die Stone Kelompok Kontrol dan Perendaman 15,

20, 25, dan 30 Menit.

Dari data tersebut diketahui bahwa semakin lama waktu perendaman cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% maka persentase rata-rata perubahan dimensi ukuran diameter bawah, diameter atas, dan tinggi die stone akan semakin besar. Hal ini dapat terlihat dalam grafik berikut.

(23)

Gambar 35. Grafik persentase rata-rata perubahan dimensi diameter atas, diameter bawah, dan tinggi die stone

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

Kontrol 15 20 25 30 menit

Waktu Perendaman % Perubahan Dimensi

(24)

4.2 Analisa Penelitian

Sebelum dilakukan uji analitik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data diperoleh hasil uji bahwa p-value ( kolom sig) pada tabel uji Shapiro -Wilk kurang dari 0,05, maka Ho ditolak, yaitu berarti data yang diambil dari populasi tidak terdistribusi normal (lampiran 8). Oleh karena itu, analisa data yang digunakan pada hasil penelitian die stone adalah uji data non parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis untuk melihat perubahan dimensi pada diameter atas, diameter bawah dan tinggi die stone dari data sampel penelitian yang tidak terdistribusi normal dengan p-value (probabilitas)≤0,05 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Tabel Uji Kruskal-Wallis pada Diameter Atas, Diameter bawah dan

Tinggi Die Stone untuk kelompok kontrol dan kelompok

perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit.

diameter_atas diameter_bawah Tinggi

Chi-Square 22,377 21,239 21,139

Df 4 4 4

Asymp. Sig. 0,000 0,000 0,000

(25)

Setelah didapat perbedaaan yang signifikan, dapat dilakukan uji analisis lanjutan, yaitu Mann-Whitney untuk mengetahui perbandingan perbedaan antar kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Tabel Uji Mann-Whitney pada Diameter Atas, Diameter bawah dan

Tinggi Die Stone untuk kelompok kontrol dan kelompok perendaman

15, 20, 25, dan 30 menit.

Kontrol Perendaman Mann-Whitney U Asymp. Sig. (2-tailed) Diameter * ada perbedaan yang signifikan setelah dilakukan Uji Mann-Whitney dengan p≤0,05.

(26)

antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit Pada tinggi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit dengan besar signifikansi yang sama p = 0,007 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat perubahan tinggi hasil cetakan alginat yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit.

Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit pada diameter atas p = 0,044 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit. Pada diameter bawah p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit. Pada tinggi p = 0,293 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 20 menit.

Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 25 menit pada diameter atas p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Pada diameter bawah p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Pada tinggi p = 0,021 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman 25 menit.

(27)

Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 25 menit pada diameter atas p = 0,015 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Pada diameter bawah p = 0,175 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 25 menit. Pada tinggi p = 0,047 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 25 menit.

Dari hasil penghitungan Uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p-value antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 30 menit pada diameter atas p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Pada diameter bawah p = 0,016 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 30 menit. Pada tinggi p = 0,009 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 20 menit dengan kelompok perendaman 30 menit.

(28)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil cetakan bahan cetak alginat yang direndam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% mengalami proses imbibisi yaitu proses terserapnya air disebabkan karena pada alginat terdapat ion-ion Na, SO42-, PO43- sebagai potensial osmotik. Hal ini menimbulkan ekspansi hasil cetakan bahan cetak alginat sehingga mengakibatkan terjadi penurunan ukuran die stone dibandingkan dengan ukuran master die.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari hasil analisa dengan uji Mann-witney antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15, 20, 25, dan 30 menit, pada kelompok kontrol dengan perendaman 15 menit dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% didapatkan nilai signifikansi untuk diameter atas, diameter bawah dan tinggi masing-masing yaitu : p = 0,005, p = 0,007, p = 0,007 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang signifikan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Panza, dkk (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perendaman bahan cetak alginat dalam larutan disinfektan sodium hipoklorit 1% selama 10 menit dan dalam larutan glutaraldehyde 2% selama 10 dan 15 menit akan tampak terjadinya perubahan dimensi yang signifikan.39

Pada kelompok kontrol dengan perendaman 20 menit dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% terdapat nilai signifikansi untuk diameter atas, diameter bawah, dan tinggi masing-masing yaitu: p = 0,005, p = 0,007, p = 0,007 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Oderinu, dkk (2007) menyatakan bahwa ada perubahan dimensi yang signifikan pada hasil cetakan alginat setelah direndam dalam larutan sodium hipoklorit 1% selama 20 dan 30 menit.40

(29)

terdapat nilai signifikansi untuk diameter atas, diameter bawah, dan tinggi masing-masing yaitu: p = 0,005, p = 0,007, p = 0,007 (p<0,05), perendaman 30 menit yaitu: p = 0,005, p = 0,007, p = 0,007 (p<0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Oderinu, dkk pada tahun 2007.40

Pada penelitan ini perendaman dimulai dari 15 menit mengingat bahwa ekstrak daun lidah buaya efektif menurunkan jumlah koloni mikroorganisme pada basis gigi tiruan setelah direndam selama 15 menit14. Perendaman paling lama sampai 30 menit sebab waktu penyimpanan alginat sampai diisi dengan gipsum tidak boleh lebih dari 30 menit.41. Menurut Santoso EDL, dkk (2011) perubahan dimensi pada bahan cetak yang direndam dalam larutan desinfektan akan sangat berarti apabila terjadi perubahan dimensi lebih dari 0,2% yang mana hal ini diluar toleransi klinik.42 Sesuai dengan hal tersebut, persentase perubahan dimensi pada perendaman waktu 15 menit untuk diameter atas sebesar 0,01%, diameter bawah sebesar 0,007%, dan tinggi sebesar 0,007% sedangkan untuk perendaman dengan waktu terlama yaitu 30 menit didapatkan persentase perubahan dimensi diameter atas sebesar 0,04%, diameter bawah sebesar 0,05%, dan tinggi sebesar 0,037%. Dari analisis persentase perubahan dimensi hasil cetakan alginat menunjukkan bahwa perubahan dimensi bahan cetak pada perendaman (15, 20, 25, dan 30) menit masih dalam batas toleransi klinik, perendaman hasil cetakan dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% hanya mengakibatkan perubahan dimensi sekitar 0-0,2%.

(30)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adanya perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang signifikan setelah direndam dalam larutan ekstrak daun lidah buaya 25% dengan persentase rata-rata perubahan dimesi pada kelompok waktu 15 menit untuk diameter atas sebesar 0,01%, diameter bawah sebesar 0,007%, dan tinggi sebesar 0,007% sedangkan untuk kelompok waktu terlama 30 menit yaitu diameter atas sebesar 0,04%, diameter bawah sebesar 0,05%, dan tinggi sebesar 0,037%.

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data awal untuk penelitian yang lebih lanjut.

Gambar

Gambar 4. Ring Tube
Gambar 7. Timbangan digital
Gambar 10. Wadah Perendaman
Gambar 12. Alat bantu pencetakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

The following leaf inclination distributions were taken into account: the one measured in the adult olive tree, a planophile, a plagiophile of mean angle 45 ◦ , and a

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Melalui Seleksi Terbuka Lingkup Pemerintah Provinsi

Differences between estimates from fixed rule, flexible rule and Hemiphot techniques did not vary significantly over the range of crown sizes (Fig. 8).. Using the Hemiphot based

Normative Social Influence: Pengaruh sosial yang didasari pada keinginan untuk disukai atau diterima oleh orang lain. Informational Social Influence : Pengaruh

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini, adalah seberapa besar persentase ibu rumah tangga yang sudah melakukan pengelolaan sampah

informasi dan komunikasi dalam wilayah konten secara umum dalam pendidikan untuk memungkinkan mereka belajar keterampilan komputer dan teknologi. Secara umum,

Identifikasi dari analisis biplot pada data ekspor komoditi utama pada subsektor hasil industri ke negara tujuan utama menunjukkan bahwa komoditi minyak kelapa sawit dan pakaian

Dalam Elit lokal dengan birokrasi pemerintahan identitas etnis akan menjadi hal yan krusial dan perlu diperhatikan sehingga membaca konflik pemekaran Maluku Utara