• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasar Tradisional (Studi Deskriptif Tentang Jaringan Sosial di Pasar Simpang Limun Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pasar Tradisional (Studi Deskriptif Tentang Jaringan Sosial di Pasar Simpang Limun Medan)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehiAdupan sehari-hari pasar tradisional sangat berperan penting

dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Berdasarkan data dari Komisi

Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Tahun 2010, jumlah pasar tradisional di

Indonesia mencapai 13.450 pasar dengan jumlah pedagang sekitar 12,6 juta

orang1. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh pasar tradisional

begitu besar terhadap pembangunan bangsa karena pasar sebagai tempat mata

pencarian, sebagai sarana pemenuh kebutuhan hidup masyarakat dan pendapatan

daerah.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan

pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi atau tawar-menawar

antara penjual dan bembeli secara langsung dan menjalin

hubungan-hubungan langganan antara pembeli dengan pedagang. Pasar tradisional

memiliki bangunan yang luas yang terdiri dari kios-kios atau gerai,

Kebanyakan pasar tradisional menjual barang-barang kebutuhan

sehari-hari seperti bahan makanan, sayuran, ikan, beras, barang-barang

elektronik, pakaian, jasa, dan barang-barang yang tidak bertahan lama,

berbeda dengan pasar modern.

1

(2)

Pasar tradisional berbeda dengan pasar modern. Dalam pasar modern

penjual dan pembeli tidak saling bertransaksi secara langsung. Pembeli melihat

label harga yang tercantum dalam barang (berkode), akses lebih kecil, berada

dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh

pramuniaga. Barang yang dijual tidak hanya bahan makanan sayur, buah, beras,

tetapi sebagian besar barang-barang yang dijual adalah barang yang bertahan

lama seperti makanan siap saji, minuman botol, roti, susu kotak. Contoh pasar

modern yaitu Indomaret, alfamart, Swalayan, dan lainnya.

Perbedaan kedua pasar ini dapat dilihat dari ciri-cirinya. Ada 4 (empat)

ciri-ciri yang membedakan kedua pasar tersebut. Pertama, pasar tradisional

dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah. Kedua, adanya

sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar ini adalah

salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat menjalin

hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat. Ketiga, tempat

usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama. Meskipun semua berada

pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual, menjual barang yang

berbeda-beda. Selain itu juga terdapat pengelompokan dagangan sesuai dengan

jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu, dan

daging. Keempat, sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan

lokal. Barang dagangan yang dijual di pasar tradisonal ini adalah hasil bumi yang

(3)

dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut

namun tidak sampai mengimpor hingga keluar pulau atau negara.2

Sumatera Utara, khususnya Kota Medan memiliki banyak pasar tradisional

dan juga memiliki pengaruh besar terhadap masyrakat. Namun keadaan pasar

tradisional yang ada di Kota Medan kelihatan sangat memprihatinkan dan

terkesan sembraut, kotor, becek. Walaupun keadaan pasar yang masih kelihatan

kurang baik, tetapi pasar tradisional tersebut masih tetap ramai dikunjungi, seperti

halnya Pasar Simpang Limun Medan.

Pasar tradisional Simpang Limun Medan terletak di tengah Kota

Medan, pasar ini juga menjadi sumber kehidupan dalam memenuhi kebutuhan

hidup dan juga sebagai suatu tempat mata pencarian pedagang kecil dan

menengah dalam mencari nafkah. Pasar Simpang Limun adalah pasar yang

terletak di tengah Kota Medan. Pasar ini bersebelahan dengan pasar tradisional

kemiri dan juga dikelilingi oleh pasar modern, untuk meningkatkan peran pasar

tradisional, maka kondisi pasar sudah mulai diperbaiki oleh pemerintah daerah.

Hal lainnya yang membuat pasar tradisional tetap bertahan meskipun

banyaknya bermuculan pasar modern, disebabkan adanya jaringan sosial yang

kuat pada pasar tradisional. Pasar tradisional memiliki pengaruh besar bagi

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun banyaknya

persoalan-persoalan yang ada di pasar tradisional tersebut, pasar tersebut harus

dipertahankan dan berusaha untuk membuat strategi-strategi agar masyarakat

tetap berbelanja kebutuhannya di pasar tradisional. Hal ini dapat terwujud kalau

2

(4)

jaringan sosial pedagang atau kelompok-kelompok yang ada di pasar tradisional

saling bekerja sama dan saling tolong-menolong.

Berdasarkan hasil wawancara pra survey, adanya jaringan sosial di pasar

dapat dilihat dari hubungan baik yang sudah terbina antar pedagang dan antar

pembeli yang sudah menjadi pelanggan tetap pedagang. Kelebihan dari

terbentuknya suatu jaringan kerabat antar mereka yaitu pertama, memudahkan

seorang pedagang memperoleh informasi tentang harga barang yang akan mereka

jual; kedua, terbentuknya lingkungan pasar yang nyaman karena tidak saling

berkelahi dalam merebut pembeli meskipun mereka bersaing dalam

memperjualkan barang dagangannya.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik meneliti pasar karena dilihat

melalui aspek seperti: Pertama, pasar sebagai mata pencarian bagi para pedagang

kecil, menengah, dan besar. Kedua, pasar sebagai tempat petani memasarkan atau

menyalurkan hasil pertanian mereka. Ketiga, sebagai tempat berbelanja

kebutuhan pokok yang dapat dilakukan melalui proses tawar menawar barang

dagangan yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli. Keempat, pasar sebagai

sumber dana bagi pemerintah daerah. Kelima, pasar juga yang membantu

masyarakat baik kelas bawah dan menengah tidak pengangguran.

1.2.Tinjauan Pustaka

Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia, pasar dalam

pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi seorang atau lebih pembeli

(5)

kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah

(kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi3. Kedua

pihak, pembeli dan penjual, mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau

pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan

memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan

untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku

ekonomi produksi atau pedagang.

Pasar merupakan salah satu yang menggerakkan dinamika

kehidupan ekonomi. Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi yang

menggerakkan kehidupan ekonomi tidak lepas dari aktivitas yang dilakukan oleh

pembeli dan pedagang. Menurut Damsar (2009), pembeli di pasar yaitu: (1)

pengunjung, yaitu seseorang atau lebih yang datang ke pasar tanpa mempunyai

tujuan untuk melakukan pembelianterhadap suatu barang atau jasa. (2) pembeli,

yaitu seseorang atau lebih yang datang ke pasar dengan maksud untuk membeli

sesuatu barang atau jasa tetapi tidak memiliki tujuan ke (di) mana akan membeli.

(3) pelanggan, yaitu seseorang atau lebih yang datang ke pasar dengan maksud

membeli suatu barang atau jasa dan memiliki arah dan tujuan yang pasti ke

dimana akan membeli.4

Pasar tradisional juga diartikan sebagai wadah utama masyarakat dalam

membeli suatu kebutuhan, karena dalam pasar inilah sesungguhnya perputaran

ekonomi masyarakat terjadi. Pasar tradisional juga merupakan wadah dalam

penjualan produk-produk berskala ekonomi: petani, nelayan, pengrajin dan home

3

Http://e-jurnal.uajy.ac.id/835/3/2TA12704.pdf (diakses 24 Mei 2015)

4

(6)

industry (industri rumah tangga). Interaksi sosial di dalam pasar tradisional sangat

kelihatan yang dapat dibuktikan dari tata cara penjualan (sistem tawar menawar)

sampai dengan ragam latar belakang suku dan ras didalamnya (Bisnis Indonesia,

2004).5

Dalam penelitiannya Leksono (2009) menemukan bahwa pasar tradisional

adalah sebagai modus interaksi sosial-budaya. Bahkan, pasar juga mengandung

fungsi religius sebagai sarana ibadah. Selain itu, pasar tradisional dengan harga

luncurnya padanya terkandung transaction cost6 dan bahkan asymmetric

information7. Dari korbanan waktu, proses tawar-menawar adalah merupakan

biaya transaksi, akan tetapi jika di dalamnya berlangsung pula proses

komunikasi yang dapat menunjukkan kejelasan tentang karakter obyek barang

yang diperjual belikan serta terjadi proses penyesuaian harga maka asymmetric

information akan menyusut jauh. Di sini proses transaksi mempunyai peluang

akan berkelanjutan berdasarkan interaksi social yang terjadi karena di antara

keduanya menjadi saling kenal.8 transaksi, menyimpulkan bahwa transaksi adalah pertukaran barang atau jasa antara orang dalam berbagai batasan. Pada pasar, pertukaran terjadi lewat negosiasi kontrak dimana semua bagian diasumsikan bergerak untuk kepentingan pribadi. Dalam pandangan pengetahuan murni, pertukaran/transaksi merupakan kebutuhan semua bagian, dan harga didasarkan atas kepentingan individual serta tangan tak kelihatan (invisible hand) pada perekonomian bebas (sebagian besar adalah penjual dan pembeli) sehingga pengendalian biaya dibutuhkan oleh pasar bebas (pure market).

7

Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak investor di pasar modal.

8

(7)

Geertz berpendapat bahwa pasar tradisional menunjukkan suatu tempat

yang diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat indigenous market trade,

sebagaimana telah dipraktikkan sejak lama mentradisi.9 Pasar tradisional memiliki

beberapa jenis menurut kegiatannya yaitu:

1. Pasar eceran yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran

barang secara eceran.

2. Pasar grosir yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran dalam

jumlah besar.

3. Pasar induk Pasar ini lebih besar dari pasar grosir, merupakan pusat

pengumpulan dan penyimpanan bahan-bahan pangan untuk disalurkan ke

grosir-grosir dan pusat pembelian.10

Selain menjelaskan tentang ciri-ciri dan jenis-jenis pasar dapat diketahui

juga bahwa ada sistem pasar yang dapat mengatur semua kegiatan atau aktivitas

ekonomi di pasar dan adanya sistem pasar maka terdapat suatu kerja sama satu

sama lain untuk meningkatkan solidaritas di pasar tersebut sehingga membentuk

suatu jaringan sosial yang baik terutama pedagang pasar yang ada di pasar

Simpang Limun Medan tersebut.

Sebuah contoh yang dapat dilihat seperti pasar yang ada di Jawa yang

memiliki persamaan dengan pasar yang ada di Medan terutama pasar yang sedang

diteliti Pasar Simpang Limun yaitu:

1. Sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur

mekanisme barang dan jasa tersebut. Ada tiga hal penting yaitu:

9ibid 10

(8)

a) Sistem harga luncur, adanya tawar-menawar barang yang dilakukan oleh

penjual dengan pedagang dan ada juga pedagang dengan pedagang, jadi

dalam hal ini penetapan harga tidak pasti.

b) Neraca yang kompleks dari hubungan-hubungan kredit yang

diselenggarakan dengan hati-hati, neraca kredit mulai memantapkan

hubungan-hubungan dagang yang kurang lebih bersifat tetap.

c) Pembagi bagian resiko dan dengan sendirinya margin laba yang sangat

ekstensif, yaitu suatu cara berdagang yang khas berdasarkan pandangan

pedagang tertentu yang yang akan tetap bertahan untuk waktu yang lama

meskipun modal menjadi lebih mudah diperoleh sekalipun.

2. Sebagai sistem sosial dan kebudayaan dimana mekanisme itu tertanam, pada

pasar bercirikan :

a) Posisi terselip, (interstitial) yang tradisional di dalam masyarakat pada

umumnya, pertumbuhan ekonomi pasar terjadi bukan dari pedagang

setempat tetapi para pedagang dari luar daerah yang dapat menyatukan

seluruh jaringan pasar diberbagai daerah, inilah pendorong dalam

perkembangan ekonomi kota secara tetap dan pasti.11

Mengutip pendapat Granovetter bahwa tindakan ekonomi yang disituasikan

secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung

d iantara actor. Adapun jaringan yang dimaksudkan dengan jaringan hubungan

sosial ialah sebagai suatu hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama

di antara individu-individu atau kelompok-kelompok. Dalam hal ini dapat

11

(9)

dicontohkan yaitu seorang pedagang yang saling menjaga hubungan antarsesama

orang di pasar yang melakukan tindakan atau kegiatan ekonomi pasar, walaupun

mereka bersaingan dalam hal berjualan (Damsar, 1997: 33-34).

Suparlan (1982: 36-39) mengatakan ada beberapa hal yang merupakan

ciri-ciri utama dari jaringan sosial, yaitu:

1. Titik-titik, merupakan titik-titik yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh

satu atau sejumlah garis yang dapat merupakan perwujudan dari orang,

peranan, posisi, status, kelompok, tetangga, organisasi, masyarakat, negara

dan sebagainya.

2. Garis-garis, merupakan penghubung atau pengikat antara titik-titik yang ada

dalam suatu jaringan sosial yang dapat berbentuk pertemuan, kekerabatan,

pertukaran, hubungan superordinat-subordinat, hubungan-hubungan

antarorganisasi, persekutuan militer dan sebagainya.

3. Ciri-ciri struktur. Pola dari garis yang menghubungkan serangkaian atau satu

set titik-titik dalam suatu jaringan sosial dapat digolongkan dalam jaringan

sosial tingkat mikro atau mikro, tergantung dari gejala-gejala yang

diabstraksikan. Contoh dari jaringan tingkat mikro yang paling dasar adalah

suatu jaringan yang titik-titiknya terdiri atas tiga buah yang satu sama lainnya

dihubungkan oleh garis-garis yang mewujudkan segitiga yang dinamakan

triadic balance (keseimbangan segitiga); sedangkan contoh dari jaringan

tingkat makro ditandai oleh sifatnya yang menekankan pda hubungan antara

(10)

4. Konteks (ruang). Setiap jaringan dapat dilihat sebagai terwujud dalam suatu

ruang yang secara empiris dapat dibuktikan (yaitu secara fisik), maupun

dalam ruang yang didefenisikan secara sosial, ataupun dalam keduanya.

Misalnya, jaringan transportasi selalu terletak dalam suatu ruangan fisik,

sedangkan jaringan perseorangan yang terwujud dari hubungan-hubungan

sosial tidak resmi yang ada dalam suatu organisasi adalah suatu contoh dari

suatu jaringan yang terwujud dalam satu ruang sosial. Jaringan komunikasi

dapat digambarkan sebagai sebuah peta baik secara fisik, yaitu geografis

maupun menurut ruang sosialnya, yaitu yang menyangkut status dan kelas

sosial.

5. Aspek-aspek temporer. Untuk maksud sesuatu analisa tertentu, sebuah

jaringan sosial dapat dilihat baik secara sinkronik maupun secara diakronik,

yaitu baik sebagai gejala yang statis maupun dinamis.

Dari uraian ciri-ciri jaringan oleh Suparlan, dapat dihubungkan dengan

jaringan yang terdapat di Pasar Simpang Limun, yaitu hubungan bisa terjalin

karena pertama, karena adanya peranan masing-masing seperti peran sebagai

pedagang, pembeli dan peranan lainnya. Peranan tersebut menjadi suatu pengikat

yang menghubungkan antara peranan yang satu dengan peranan yang lainnya,

melalui pertemuan, pertukaran dan semakin erat hingga membentuk suatu

organisasi antara pedagang dengan pembeli. Organisasi yang terbentuk didasarkan

atas hubungan kepercayaan antara yang satu dengan yang lainnya.

Mengutip pendapat Lawang, Damsar, (2009:157-158) menyatakan yang

(11)

1. Ada ikatan antarsimpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan

media (hubungan sosial). Hubungan social ini diikat dengan kepercayaan.

Kepercayaan dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.

2. Ada kerja antarsimpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan

social menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama-sama.

3. Seperti halnya sebuah jaringan (yang tidak putus) kerja yang terjalin

antarsimpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat

”menangkap ikan” lebih banyak.

4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri.

Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak bias

berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu

kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini analogi tidak seluruhnya tepat

terutama kalau orang yang membentuk jaring itu hanya dua saja.

5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan atau antara

orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

6. Ikatan atau pengikat simpul adalah norma yang mengatur dan menjaga

bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Jaringan sosial memperkenalkan suatu konsep untuk mengkaji prilaku atau

tindakan manusia, yang mana manusia selalu dilihat dalam proses interaksi sosial:

manusia yang satu memanipulasi manusia-manusia lainnya, sebagaimana dirinya

dimanipulasi oleh manusia-manusia lainnya. Dalam hal ini analisis jaringan sosial

(12)

tidak kepada sesuatu yang abstrak seperti apa yang dinamakan kebudayaan,

sistem keyakinan dan sejenisnya (Agusyanto, 2007: 59).

Menurut Agustina Ika H Saragih dalam skripsinya Jaringan Pekerja Seks

Komersil di Super Diskotik Nibung Raya Medan (2008) dalam jaringan Pekerja

seks Komersil terdapat peran- peran yang berbeda. Diantara peran mucikari yang

melindungi kepentingan Pekerja Seks Komersil. Perantara adalah orang yang

menghubungkan PSK dengan konsumen, konsumen bisa meminta seperti apa

yang dingiinkan maka perantara akan menjemput PSK sesuai keinginan

konsumen. PSK di Diskotik Super dapat diketahui melalui tingkah laku mereka

yang energik, berpenampilan seksi dengan dandanan yang sedikit menor.

Memiliki akses bebas keluar masuk Diskotik Super. Hubungan antara sesama

PSK hanya saling kenal saja, tidak memiliki hubungan yang akrab antara satu

sama lainnya. Latar belakang belakang mereka menjadi PSK juga berlainan

namun sebagian besar karena himpitan ekonomi,ingin mendapatkan banyak uang

tanpa harus bekerja keras salah satunya dan ada pula yang dijual oleh teman dekat

laki – lakinya. Uraian tersebut menjelaskan bahwa jaringan bisa terwujud karena

keadaan yang menunjukkan adanya pola-pola hubungan yang dibuat berdasarkan

tujuan yang hendak dicapai bersama.

Menurut Radinton Malau dalam skripsinya, Bisnis Pemasaran

Jaringan (Studi tentang Pemanfaatan Relasi dan Strategi Member dalam

Mengembangkan Bisnis Pemasaran Jaringan PT. Melia Nature Indonesia di

Stokist Medan Setia Budi) tahun 2011. Jaringan tidak terlepas dari aspek sosial

(13)

patron-klien, dan relasi kekerabatan menjadi lahan bagi member untuk menawarkan

bisnis pemasaran jaringan. Strategi memanfaatkan ketiga relasi tersebut selalu

dilakukan oleh para pelaku bisnis pemasaran jaringan. Strategi member dalam

mengembangkan jaringan dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu: pertama,

menyusun jaringan; kedua, melakukan prospek; ketiga, membantu dan mendidik

downline. Dari strategi-strategi yang dilakukan member mulai dari membangun,

mengembangkan hingga mempertahankan bisnis pemasaran jaringannya. Terlihat

bahwa member senantiasa mengembangkan sistem

sendiri yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasi bisnis pemasaran

jaringan yang mereka tekuni dan sekaligus untuk menyusun strategi kembali

dalam menghadapi bisnis pemasaran jaringan.

Uraian diatas menjelaskan bahwa suatu jaringan terbentuk karena adanya

kepentingan bersama untuk mendapatkan keuntungan. Jaringan tersebut terjalin

hanya sebatas bisnis tidak sampai pada hubungan kepercayaan atau hubungan

yang lebih jauh seperti terciptanya suatu organisasi, arisan, pertemanan dan

hubungan kekerabatan. Sedangkan pada pasar Simpang Limun jaringan sosial ini

membantu mempertahankan berjalannya aktivitas pasar sehingga pasar tradisional

masih aktif sampai sekarang ini. Bertahannya hubungan antara pembeli dan

penjual atau sesama pembeli tidak hanya itu juga jaringan sosial ini membantu

mempererat hubungan antar masyarakat. Semua ini bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat serta

(14)

Menurut Supriyadi (1998), jaringan hubungan/relasi manusia akan

membentuk interaksi sosial, dengan mendasarkan polanya pada tiga bentuk

hubungan (1) hubungan/relasi timbal balik (primer), hubungan ini terwujud secara

egaliter. (2) hubungan/relasi menyebelah (sekunder), hubungan ini terwujud bila

ada yang menguasai dan dikuasai. (3) hubungan yang ditimbulkan karena adanya

rangsangan (tersier), hubungan. Sedangkan kombinasi dari ketiganya adalah

merupakan variasi yang terjadi secara kebetulan dalam pola hubungan/relasi

sosial dalam kehidupan masyarakat. Interaksi sosial itu sendiri menurut Soekanto

(1975), sebagai bentuk yang tampak, apabila orang perorang atau

kelompok‐kelompok manusia itu mengadakan hubungan satu sama lain, dengan

terutama mengetengahkan kelompok‐kelompok sosial serta lapisan‐lapisan sosial,

sebagai unsur‐unsur pokok dari struktur sosial.12

Mengutip pendapat Mitchel, Damsar (2009:159) menyatakan bahwa

jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas

diantara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini

sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk menginterpretasi tingkah laku sosial

dari individu-individu yang terlibat. Sedangkan Mitchel jaringan sosial dapat

didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas di antara sejumlah dengan

sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai keseluruhan, yang

digunakan untuk menginterpretasi tingkah laku sosial dari individu yang terlibat

(Damsar, 2009:159).

(15)

Jaringan dapat dilihat dari tingkatan yang ada yaitu jaringan

mikro, meso, dan makro. Beberapa penjelasan tentang tingkatan

jaringan ini yaitu:

a) Jaringan Mikro

Hubungan sosial yang terus-menerus antar individu bisa

menghasilkan suatu jaringan sosial diantara mereka. Jaringan sosial

antara individu atau antar pribadi dikenal sebagai jaringan sosial mikro.

Oleh karena itu jaringan sosial mikro merupakan bentuk jaringan yang

dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Jaringan mikro ini

memiliki tiga fungsi: yaitu sebagai pelicin, jaringan sosial memberikan

berbagai kemudahan untuk mengakses bermacam barang dan

sumberdaya langkah seperti informasi, barang, jasa, kekuasaaan dan

sebagainya. Ketika seorang pembeli dan penjual, pada suatu pasar

tradisional, berinteraksi dalam suatu transaksi bisnis dan berakhir

dengan jual-beli maka hal tersebut bisa menjadi simpul bagi

terbentuknya ikatan pelanggan antara mereka berdua. Memudahkan

hubungan satu pihak denga pihak lainnya.

b) Jaringan Meso

Hubungan yang dibangun para actor dengan dan atau di dalam

kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan maka dapat disebut sebagai

jaringan sosial pada tingkat meso. Jaringan sosial pada tingkatan meso

ini dapat ditemui dalam berbagai yang kita masuki atau miliki seperti

(16)

jembatan pada tataran meso jaringan dapat dilihat melalui daya hubung

atau kekuatan relasi yang dimiliki seseorang karena keanggotaanya

pada suatu kelompok untuk dipergunakan dalam menjalani kehidupan

c) Jaringan Makro

Jaringan Makro merupakan ikatan yang terbentuk karena

terjalinnya simpul-simpul dari beberapa kelompok, dengan kata lain,

jaringan makro terajut dari ikatan antara dua kelompok atau lebih.

Kelompok dalam konteks ini bisa dalam organisasi, institusi, bahkan

bisa pula Negara (Damsar, 2009:160-166)

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian

yang diajukan adalah bagaimana sistem jaringan sosial pada pasar tradisional

Simpang Limun? Masalah tersebut diuraikan dalam 3 (tiga) pertanyaan

penelitian yaitu:

1. Bagaimana bentuk jaringan sosial yang terwujud di Pasar Simpang Limun ?

2. Aturan-aturan apa saja yang mengikat di setiap bentuk jaringan sosial yang

ada?

3. Apa yang menjadi dampak dari jaringan sosial tersebut?

1.4. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana gambaran jaringan

sosial yang terdapat di pasar, serta semua orang yang melakukan tindakan

(17)

semua orang yang ada di pasar tersebut. Jaringan sosial apa saja yang ditemukan

di pasar, apakah dengan adanya jaringan sosial memiliki dampak positif atau

negatif terhadap mempertahankan pasar tradisional yang saat ini sedang tertekan

dengan munculnya pasar modern saat ini. Untuk mempertahan dan membangun

pasar tradisional diharapkan pemerintah daerah dan dinas pasar sebagai

pengelolah dapat memperhatikan keadaan dan memberikan bantuan dana untuk

memperbaiki arena pasar tradisional tersebut.

Manfaat penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman

orang lain, sebagai bahan informasi bagi orang yang sedang melakukan penelitian

tentang pasar, sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu sosial,

Manfaat lain dari penelitian ini yaitu sebagai suatu kontribusi untuk

perkembangan ilmu pengetahuan misalnya saja dalam ilmu Antropologi Ekonomi

dan Antropologi Sosial budaya dan juga mampu melatih diri untuk memahami

persoalan-persoalan tentang pasar tradisional.

1.5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang

bersifat deskritif. Dengan metode deskriptif ini, data-data yang dikumpulkan

melalui metode observasi dan wawancara.

1.5.1. Observasi

Saat memasuki lapangan, peneliti tetap bersikap relatif pasif. Dalam hal ini

peneliti tidak segera langsung mengumpulkan data secara cepat. Peneliti terlebih

(18)

pasar. Peneliti tetap menampilkan diri dengan apa adanya, sehingga subyek

mengenal dengan baik, mempercayai dan tidak gelisah dengan keadaan peneliti.

Hal-hal yang diamati peneliti yakni keadaan pasar, ciri-ciri pedagang dan

pembeli, tempat jualan mana saja yang paling sering dikunjungi para pembeli,

bagaimana pembeli dan penjual melakukan tawar-menawar akan suatu barang

sehingga tercapai kesepakatan harga, bagaimana penjual menawarkan barang

dagangannya, serta jenis pakaian seperti apa yang digunakan pedagang dan

pembeli di pasar tersebut. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti juga turut

bekerja (membantu) di pasar tempat jualan para informan.dalam hal ini, sangat

berhati-hati supaya tidak menimbulkan rasa kurang nyaman oleh informan

terhadap peneliti pengamat, hal ini bertujuan untuk dapat memahami situasi

lingkungan dan mengerti bagaimana mereka akan menerima keikutsertaan

peneliti. Selama berlangsungnya aktivitas, dimana peneliti ikut serta di dalamnya

peneliti tidak lupa akan posisi sebagai seorang yang ingin belajar sekaligus

memperoleh data.

1.5.2. Wawancara

Wawancara dimulai peneliti dari pembukaan wawancara „tegur sapa‟,

seperti nama Ibu siapa?, berapa umurnya, berapa jumlah anaknya, dan lain

sebagainya. Percakapan selanjutnya mengalir seperti percakapan sehari-hari dan

bersifat santai tanpa ada batasan yang dibuat oleh peneliti, alasan peneliti

melakukan hal seperti itu supaya tidak ada rasa takut, kaku, bosan saat wawancara

(19)

Wawancara ditujukan kepada para pedagang dan pembeli yang sedang

melangsungkan aktivitasnya, yaitu kepada pedagang diarahkan kepada pedagang

yang tidak terlalu sibuk melayani konsumen. Peneliti memanfaatkan kesempatan

tersebut untuk bercerita-cerita dan sekaligus untuk mendapatkan informasi tentang

aktivitas di pasar serta jaringan-jaringan apa saja yang mereka jalin dan yang

terdapat di pasar tempat mereka berjualan, misalnya darimana pedagang tersebut

memperoleh barang dagangannya, bagaimana pedagang tersebut memperoleh

langganan tetap, barang-barang yang tidak terjual semua dikemanakan pedagang

tersebut, organisasi yang diikuti pedagang, jam berapa penjual tersebut menutup

tempat jualannya, bertujuan untuk apa pengeluaran yang setiap harinya

dikeluarkan pedagang.

Wawancara ditujukan oleh peneliti kepada pedagang dari semua kalangan,

mulai dari pedagang besar, pedagang kecil sampai pedagang liar petugas

keamanan, petugas kebersihan. Lebih dominan kepada pedagang biasa (pedagang

yang berjualan barang dalam skala kecil) kebanyakan dari kalangan ibu-ibu

sekalipun wawancara ada juga ditujukan kepada bapak-bapak, dan pria lajang.

Sedangkan wawancara yang ditujukan peneliti kepada pembeli dilakukan

untuk memperoleh informasi tentang alasan kenapa pembeli tersebut memilih

pasar Simpang Limun, keputusan seperti apa yang diambil dalam memilih barang,

pedagang mana saja yang sering dikunjunginya dan kenapa demikian, berapa kali

pembeli tersebut berbelanja di pasar tersebut, jam berapa biasanya pembeli

belanja ke pasar, adakah ikatan pembeli dengan pedagang langgannya, adakah

(20)

grosir untuk memperoleh informasi tentang darimana pedagang tersebut

memperoleh barang dagangannya, dan kepada siapa saja barang tersebut

pedagang jual.

Proses wawancara dibantu dengan alat rekam, yakni berupa handphone yang

dimiliki oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar wawancara yang berlangsung dapat

berjalan dengan baik, dalam hal ini para informan tidak kaku dan peneliti tidak

terganggu dengan proses pencatatan dalam wawancara yang berlangsung.

Keseluruhan hasil rekaman akan ditulis ulang atau dicatat dalam bentuk transkip

setelah wawancara siap dilakukan.

1.5.3. Studi Kepustakaan

Literatur atau studi kepustakaan sangat dibutuhkan oleh penulis. Hal ini

berguna untuk memahami teori-teori yang dipakai, data-data yang berhubungan

dengan jaringan sosial yang terdapat di pasari, serta data-data mengenai metode

yang digunakan dalam penelitian. Jenis-jenis kepustakaan yang penulis gunakan

yaitu berupa buku, koran, jurnal, skripsi serta tulisan yang bersumber dari media

cetak dan elektronik yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

1.5.4. Pengalaman Penelitian Skripsi

Selama melakukan penelitian di pasar simpang limun, Peneliti banyak

merasakan hal-hal yang menjengkelkan si peneliti. namun peneliti juga

mendapatkan banyak pengalaman yang luar biasa yaitu pengalaman hidup yang

bisa peneliti petik atau pahami dari kehidupan berbagai macam pedagangdan

pelaku pasar lainnya yang paling penting penelitian bisa berjalan lancar sehingga

(21)

Pengalaman yang sedikit menjengkel yaitu pada saat peneliti ingin

mewawancarai pedagang, namun tidak dihiraukan oleh mereka. Hal ini terlihat

pada saat berbicara panjang lebar namun jawaban yang di dapatkan dari mereka

hanya “ tidak tahu saya” sering di suruh meninggalkan tempat jualan mereka,

pada hal niat saya baik. Hal ini disebabkan beberapa pedagang yang takut saat

diwawancarai membuat peneliti tidak mendapatkan data apa-apa untuk beberapa

jam pada saat melakukan penelitian.

Dalam melakukan penelitian, si peneliti sering terjebak becek atau lumpur

yang dalam di Pasar Simpang Limun. Hal ini membuat hati peneliti miris melihat

keadaan pasar Simpang Limun. Saat terjebak dalam becek si peneliti hanya pasrah

saja. ” biarkan saja pakaian saya kotor semua yang penting data bisa saya peroleh,

hanya itu saja yg saat itu ada di benak saya”.

Saat melakukan penelitian keadaan cuacanya masih musim hujan,

membuat perjalanan peneliti sangat lama, tidak heran juga kalau peneliti sering

sakit flu dan demam saat pulang dari melakukan peneltian. Hal-hal lainnya yang

menjadi kendala atau hambatan yang di dapat peneliti yaitu pada saat

mewawancarai seorang petugas dan keamanan pasar yang tidak mau untuk

diwawancara kecuali mereka kita belikan rokok atau minum kopi tau teh dan di

berikan uang sedikit. Maka baru lah mereka mau untuk diwawancarai kalau apa

yang mereka minta tidak diberikan mereka tidak mau sama sekali dan langsung

ingin mengusir terus.

Setelah jadinya skripsi ini rasanya pengorbanan saya bisa terbalaskan,

(22)

syukur dalam hati, dan saya sangat berterima kasih kepada tuhan yang telah

melancarkan penelitian yang saya lakukan dan terima kasih juga pada para

pedagang yang mau membantu saya dalam melakukan penelitian, serta kepada

pedagang yang sering mencuekin saya. Hal ini membuat kesabaran saya semakin

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan program Visual Basic 6.0 maka pemrosesan dalam meng-input data dan laporan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif cepat dan tepat sehingga lebih efisien

Maksud dari penyusunan Renstra Tahun 2011 – 2015 Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan adalah untuk dijabarkan lebih lanjut arah dan kebijakan program kegiatan yang

Penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan aplikasi penghapus file-file yang tidak terpakai pada sistem operasi windows dengan menggunakan software bahasa pemrograman Delphi

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini adalah Asosiasi merek berdasarkan fungsi merek (jaminan, identifikasi personal, identifikasi

konsumenmakanan/minuman dapat mengetahui apakah barang tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak hal ini tertera dalam ketentuan Kadaluarsa menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun

Citra Aditya Bakti, Bandung Hakim, Abdul dalam disertasi Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Melalui Kontrak Baku dan Asas Kepatutan Dalam Perlindungan Konsumen (studi hubungan hukum

Indonesia dalam hal ini pemerintah untuk berusaha mewujudkan pembangunan Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut, pemerintah telah berupaya.. melakukan pembangunan pada seluruh

Penelitian yang dilakukan terhadap hewan percobaan dengan keratitis herpes , dilakukan transplantasi membran amnion (AMT), didapatkan hasil bahwa AMT dapat mereduksi limfosit T